Disusun Oleh:
1. Ukhwah (8801210040)
2. Fitriyah (8801210003)
3. Istiqomah (8801210074)
4. Jasmine Nurul Aulia (8801210002)
5. Afriyanti Simatupang (8801210067)
6. Adliya Syaza Mudrikah (8801210007)
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajeman Luka Modern ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah tugas dari dosen Ibu Nelly
Hermala Dewi, M.Kep, pada mata kuliah Manajemen Luka Modern menambah
wawasan tentang “Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka”. Kami ucapan
terima kasih kepada Ibu Nelly Hermala Dewi, M.Kep, pada mata kuliah
Manajemen Luka Modern yang telah memberi tugas ini sehingga dapat
memperluas wawasan dan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan sehingga kami sangat
menerima kritik dan saran apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah...............................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1.4
Mikronutrien.............................................................................................9
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................25
3.2 Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
menurun pada generasi berikutnya, pemahaman yang dikenal dengan budaya
pantang makan (tarak). Prevalensi gangguan nutrisi di Indonesia pada pasien
rawat inap pada hari pertama adalah 16%. Pada hari perawatan ke-7 persentase
pasien yang mengalami gizi kurang dan buruk naik menjadi 20%.
Malnutrisi berhubungan dengan menurunnya fungsi otot, fungsi respirasi,
fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada proses penyembuhan luka. Hal ini
menyebabkan meningkatnya lama rawat inap, meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien, dan tingginya kejadian atau risiko terjadinya komplikasi
selama di rumah sakit. Pada pasien bedah, buruknya status gizi sebelum operasi
telah dihubungkan dengan komplikasi post operasi, meningkatnya morbiditas dan
mortalitas (Syahrul, dkk. 2013). Peningkatan kalori untuk energi dan protein
untuk sintesis protein.10-11 Sekitar 55%-60% kebutuhan kalori total tubuh
berasal dari karbohidrat. Kepentingan karbohidrat untuk luka sebagai faktor
structural lubricants, fungsi transport, imunologi hormonal, dan ensimatik.
Karbohidrat juga menjadi komponen utama glikoprotein dalam
penyembuhan luka dan aktivitas enzim heksokinase dan sintase sitrat dalam reaksi
penyembuhan luka. Penyediaan energi dari karbohidrat juga dapat melalui
penggunaan laktat. Laktat sebagai produk metabolik glukosa penting untuk efek
penyembuhan luka (Meylani dkk, 2012). Seperempat pasien yang dirawat di
Rumah Sakit mengalami kekurangan nutrisi. Keadaan kekurangan nutrisi ini
mungkin akibat penyakit yang diderita pasien, akan tetapi kadang-kadang kondisi
kekurangan gizi ini hanya akibat diet yang kurang baik. Penyembuhan luka
menjadi sangat terlambat/tertunda pada pasien - pasien dengan kekurangan gizi,
dan lebih dari itu bisa terjadi luka terbuka dan infeksi. Kekurangan nutrisi
meliputi kekurangan protein dan kompleks vitamin A, B, dan C. Zat-zat ini
terutama penting untuk penyembuhan luka. Kekurangan nutrisi mengganggu
kemampuan untuk pemulihan dari pembedahan/operasi (Maryunani, 2014).
5
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagi berikut. “Bagaimana konsep manajemen nutrisi dalam perawatan
luka”.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan
Tujuan Khusus
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Ketika seseorang kekurangan gizi, tubuh kekurangan nutrisi untuk
membangun, memelihara dan memperbaiki jaringan, yang dapat
mengakibatkan masalah seperti berkurangnya jaringan lemak, kulit kurang
tahan, edema, dan potensi komplikasi lain yang mengganggu penyembuhan.
Selain itu, nutrisi yang kurang optimal dapat mengganggu proses
penyembuhan karena mengganggu sistem kekebalan tubuh, sintesis kolagen,
serta kekuatan tarik luka. Selama proses penyembuhan luka, tubuh bekerja
mengganti jaringan yang rusak dengan jaringan baru.
Respons ini memerlukan peningkatan penggunaan energi dan nutrisi
spesifik. Terutama protein. Selama fase katabolik yang terjadi setelah luka,
tubuh memprioritaskan penyediaan nutrisi yang dibutuhkan area tersebut
untuk penyembuhan dengan melepaskan hormon stres dan mengubah
metabolisme. Jika tubuh tidak menerima nutrisi yang cukup atau fase ini
memakan waktu terlalu lama, kondisi yang disebut malnutrisi energi
protein (PEM) dapat terjadi.
Malnutrisi energi protein mungkin berhubungan langsung dengan
lambatnya penyembuhan luka. Ketika tubuh menderita PEM, tubuh
memecah asam amino yang dibutuhkan untuk penyembuhan;
mengakibatkan penurunan massa tubuh tanpa lemak. Ketika massa tubuh
tanpa lemak menurun, tubuh memecah protein dari menurun, tubuh
memecah protein dari otot dan cenderung menekan sistem kekebalan
tubuh dan mengganggu penyembuhan. Hal ini khususnya dapat merugikan
bagi pasien dengan penyakit penyerta seperti penderita diabetes.
8
tanda-tanda malnutrisi, alat skrining, dan sumber daya pendidikan untuk
menangani malnutrisi di layanan kesehatan primer sangat penting untuk
meminimalkan malnutrisi dan dampak buruknya terhadap penyembuhan
luka. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan terdiri dari
beberapa langkah yang dipengaruhi oleh serangkaian faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Kegagalan luka yang sulit
disembuhkan untuk mencapai penyembuhan sempurna telah banyak
dipelajari, dan mengidentifikasi status nutrisi adalah kunci untuk mencapai
resolusi luka yang optimal.
9
Kebutuhan vitamin yang diperlukan dalam penyembuhan luka Vitamin A
(total) beta-carotene yaitu 10.000 IU/hari Minimal 30 mg/hari, Vitamin C
yaitu 66 mg/kg/jam, Vitamin B sebanyak 2-3x dan Vitamin E Minimal
100 mg/hari.
5. Manajemen Mineral
Jalur pemberian mineral yang dianjurkan adalah melalui oral atau enteral.
Pemberian nutrisi melalui enteral dapat mencegah atropi mukosa saluran
cerna dan translokasi bakteri dalam lambung.
10
pasien, gangguan penyembuhan luka, disfungsi berbagai organ, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi, dan kematian. Pada lebih dari 40% pasien luka
bakar dapat mengalami penurunan BB 30% dalam beberapa minggu. Proses
hipermetabolisme dan katabolisme pada pasien luka bakar berat ini masih
terus terjadi sampai dengan satu tahun pasca trauma. Untuk itu, jalur
pemberian nutrisi parenteral secara dini lebih direkomendasikan
dibandingakan dengan nutrisi parenteral total yang dimana masuknya
makanan melalui saluran cerna, dapat melindungi mukosa usu halus dari
kerusakan yang tibul pasca trauma, mencegah translokasi bakteri melalui
dinding usu, perbaikan fungsi imun, kadar hemoglobin dan kadar albumin
serum yang lebih baik untuk menurunkan insiden infeksi, lama waktu
pemberian antibiotic sehingga dapat mencegah terjadinya sepsis.
11
Kelebihan zat besi yang disimpan di kulit merupakan penyebab
perubahan kronis pada ekstremitas bawah seperti pewarnaan hemosiderin
dan lipodermatosklerosis. Selain perubahan kulit ini, kelebihan zat besi
pada kulit dapat mempengaruhi respon makrofag dan menyebabkan
aktivasi proinflamasi yang tidak terkendali. Eksudat luka kronis
mengandung kadar zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan luka
akut, dan hal ini tampaknya menunjukkan adanya korelasi dengan
keadaan inflamasi yang berkepanjangan dan penyembuhan yang
tertunda.
Terapi khelasi besi dan dressing sedang dipelajari karena mungkin
mempunyai peran dalam meningkatkan faktor pertumbuhan endotel
vaskular untuk merangsang pembentukan jaringan granulasi dan
angiogenesis. Zat besi secara alami terdapat dalam protein hewani
(daging, makanan laut, unggas), sereal dan roti yang diperkaya, serta
kacang putih atau kacang merah dan lentil. Jika melengkapi dengan zat
besi oral, pertimbangkan bahwa kalsium dapat mengganggu penyerapan
zat besi; mengarahkan pasien untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan
zat besi pada waktu yang berbeda dalam sehari.
2. Seng
Seng adalah kofaktor dalam fungsi ratusan protein berbeda, dan terlibat
dalam perbaikan DNA, apoptosis, regulasi matriks ekstraseluler,
pertahanan terhadap antioksidan, pembentukan bekas luka, dan banyak
lagi. Seng merupakan kuda pekerja yang mempunyai peran penting
dalam setiap fase penyembuhan luka. Epidermis kulit menyimpan sekitar
5% zinc yang ada di dalam tubuh. Defisiensi seng, yang merupakan
masalah malnutrisi secara global, berhubungan dengan kulit menjadi
kasar, penyembuhan luka yang tertunda, dermatitis, dan risiko lesi kulit
yang lebih tinggi. Makanan yang mengandung zinc antara lain protein
hewani (daging merah, unggas), buncis, buncis, dan kacang-kacangan.
Sereal sarapan yang diperkaya dan biji-bijian juga merupakan pilihan
12
makanan yang mengandung zinc, terutama bagi mereka yang tidak
mengonsumsi produk hewani.
3. Tembaga
Tembaga merupakan mikronutrien penting yang terkait dengan ekspresi
faktor pertumbuhan endotel vaskular, menyebabkan angiogenesis dan
remodeling matriks ekstraseluler. Konsentrasinya lebih tinggi pada luka
selama beberapa hari pertama penyembuhan luka, dan kemudian
menurun pada fase proliferasi. Aplikasi topikal tembaga sulfat terbukti
mempercepat penutupan luka dan mengentalkan granulasi dan jaringan
epitel, serta memberikan beberapa efek antibakteri. Tembaga ditemukan
dalam makanan seperti daging sapi, jeroan, kentang, jamur, biji-bijian,
kacang-kacangan, dan bahkan coklat. Defisiensi tembaga dianggap
jarang terjadi pada manusia, namun dapat terjadi pada orang dengan
penyakit celiac, orang yang mengonsumsi suplemen seng dosis tinggi,
dan orang dengan kondisi genetik yang mengakibatkan malabsorpsi
tembaga.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa
Asupan nutrisi seringkali menjadi salah satu faktor penentu kesembuhan
pasien terhadap penyembuhan luka. Selain itu, untuk membangun kembali
jaringan yang rusak, nutrisi juga berperan penting dalam melawan dan
mencegah penyebaran infeksi. Saat kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi maka
tubuh akan menguras cadangan yang tersedia dari dalam tubuh untuk
melawan infeksi dan secara perlahan akan jatuh dalam tahapan yang disebut
hipoalbuminemia. Tahapan ini dimulai dari tubuh yang kekurangan sumber
daya protein dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Semoga dengan dikerjakannya tugas makalah ini, dapat membantu para
pembaca baik dalam ranah mahasiswa kesehatan maupun masyarakat awam
di dalam pengaturan pemenuhan nutrisi saat mengalami fase penyembuhan
luka.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Baranoski, S., & Ayello, E.A (2012) Wound Care Essensial: Practice Principles.
3th Edition. New York: Lippincott Williams and Wilkins.
Gray, D.., dan Cooper, P. (2001). Nutrition and Wound Healing: What is the link?
J wound Care, 10(3): 86-89.
Wright JA, Richards T, Srai SK. Peran zat besi dalam penyembuhan luka kulit
dan kulit. Farmakol Depan. 2014; 5:156.
doi:10.3389/fphar.2014.00156.
Borkow G, Gabbay J, Zatcoff R. Bisakah luka kronis tidak sembuh karena kadar
tembaga lokal yang terlalu rendah? Hipotesis Kedokteran. 2008;
70:610-613. doi: 10.1016/j.mehy.2007.06.006.
Coger V, Juta N, Rehbock C, dkk. Konsentrasi jaringan seng, besi, tembaga, dan
magnesium selama fase penyembuhan luka ketebalan penuh pada
model hewan pengerat. Biol Jejak Elem Res.2019;191,167-176.
doi.org/10.1007/s12011-018-1600-y.
16