Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN NUTRISI DALAM PERAWATAN LUKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Luka Modern

Dosen Pengampu: Nelly Hermala Dewi, M.Kep

Disusun Oleh:

1. Ukhwah (8801210040)
2. Fitriyah (8801210003)
3. Istiqomah (8801210074)
4. Jasmine Nurul Aulia (8801210002)
5. Afriyanti Simatupang (8801210067)
6. Adliya Syaza Mudrikah (8801210007)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajeman Luka Modern ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah tugas dari dosen Ibu Nelly
Hermala Dewi, M.Kep, pada mata kuliah Manajemen Luka Modern menambah
wawasan tentang “Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka”. Kami ucapan
terima kasih kepada Ibu Nelly Hermala Dewi, M.Kep, pada mata kuliah
Manajemen Luka Modern yang telah memberi tugas ini sehingga dapat
memperluas wawasan dan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan sehingga kami sangat
menerima kritik dan saran apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Serang, 10 September 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................

1.2 Rumusan
Masalah...............................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Konsep Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka...................................4

2.1.1 Paradigma Baru Peran Nutrisi Dalam Proses Penyembuhan Luka..........4

2.1.2 Prinsip Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka................................5

2.1.3 Perhitungan Kebutuhan Kalori Dalam Perawatan


Luka...........................6

2.1.4
Mikronutrien.............................................................................................9

2.1.5 Nutrisi Spesifik Dalam Perawatan Luka..................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................25

3.1
Kesimpulan.......................................................................................................25

3.2 Saran.................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen
jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang
(Widhiastuti, 2008). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu
luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena
radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena
trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka
tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan
luka terbuka jika terjadi robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat
gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat
perawatan luka) (Hidayat, 2006).
Asupan nutrisi seringkali menjadi salah satu faktor penentu kesembuhan
pasien terhadap penyembuhan luka. Selain untuk membangun kembali jaringan
yang rusak, nutrisi juga berperan penting dalam melawan dan mencegah
penyebaran infeksi. Saat kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi maka tubuh akan
menguras cadangan yang tersedia dari dalam tubuh untuk melawan infeksi dan
secara perlahan akan jatuh dalam tahapan yang disebut hipoalbuminemia.
Tahapan dimana tubuh kekurangan sumber daya protein dan dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan kematian. Mayoritas pemahaman yang kurang tepat
pada lingkungan masyarakat ini telah menjadi suatu bentuk kepercayaan yang

4
menurun pada generasi berikutnya, pemahaman yang dikenal dengan budaya
pantang makan (tarak). Prevalensi gangguan nutrisi di Indonesia pada pasien
rawat inap pada hari pertama adalah 16%. Pada hari perawatan ke-7 persentase
pasien yang mengalami gizi kurang dan buruk naik menjadi 20%.
Malnutrisi berhubungan dengan menurunnya fungsi otot, fungsi respirasi,
fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada proses penyembuhan luka. Hal ini
menyebabkan meningkatnya lama rawat inap, meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh pasien, dan tingginya kejadian atau risiko terjadinya komplikasi
selama di rumah sakit. Pada pasien bedah, buruknya status gizi sebelum operasi
telah dihubungkan dengan komplikasi post operasi, meningkatnya morbiditas dan
mortalitas (Syahrul, dkk. 2013). Peningkatan kalori untuk energi dan protein
untuk sintesis protein.10-11 Sekitar 55%-60% kebutuhan kalori total tubuh
berasal dari karbohidrat. Kepentingan karbohidrat untuk luka sebagai faktor
structural lubricants, fungsi transport, imunologi hormonal, dan ensimatik.
Karbohidrat juga menjadi komponen utama glikoprotein dalam
penyembuhan luka dan aktivitas enzim heksokinase dan sintase sitrat dalam reaksi
penyembuhan luka. Penyediaan energi dari karbohidrat juga dapat melalui
penggunaan laktat. Laktat sebagai produk metabolik glukosa penting untuk efek
penyembuhan luka (Meylani dkk, 2012). Seperempat pasien yang dirawat di
Rumah Sakit mengalami kekurangan nutrisi. Keadaan kekurangan nutrisi ini
mungkin akibat penyakit yang diderita pasien, akan tetapi kadang-kadang kondisi
kekurangan gizi ini hanya akibat diet yang kurang baik. Penyembuhan luka
menjadi sangat terlambat/tertunda pada pasien - pasien dengan kekurangan gizi,
dan lebih dari itu bisa terjadi luka terbuka dan infeksi. Kekurangan nutrisi
meliputi kekurangan protein dan kompleks vitamin A, B, dan C. Zat-zat ini
terutama penting untuk penyembuhan luka. Kekurangan nutrisi mengganggu
kemampuan untuk pemulihan dari pembedahan/operasi (Maryunani, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagi berikut. “Bagaimana konsep manajemen nutrisi dalam perawatan
luka”.

1.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan
 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui paradigma baru peran nutrisi dalam proses penyembuhan


luka
2. Untuk mengetahui prinsip manajemen nutrisi dalam perawatan luka
3. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan kebutuhan kalori terhadap
perawatan luka
4. Untuk mengetahui mikronutrien untuk proses penyembuhan luka
5. Untuk mengetahui nutrisi spesifik dalam penyembuhan luka

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka


2.1.1 Paradigma Baru Peran Nutrisi Dalam Proses Penyembuhan Luka
Di era modern seperti sekarang ini tantangan dalam penanganan proses
perawatan luka makin kompleks. Hal ini karena semakin meningkatnya
pasien yang mengalami resisten terhadap antibiotik sehingga dapat
menghambat proses penyembuhan luka bila pasien tersebut mengalami luka
infeksi dan sepsis. perawatan luka di era saat ini harus lebih mengedepankan
pertimbangan biaya (cost effectiveness), kenyamanan (comfort), dan
keamanan (safety). Ketiga hal tersebut tidak bisa begitu saja diabaikan
karena setiap pasien mempunyai kondisi baik itu soal sosial ekonomi,
budaya, karaktristik lukayang berbeda-beda.
Diperlukan suatu paradigma baru dalam perawatan luka yang tidak
beracun, minimal invasif dan ekonomis namun tetap mendukung
penyembuhan luka yang optimal. Faktor - faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka diantaranya adalah status imunologi atau
kekebalan tubuh, kadar gula darah, rehidrasi atau pencucian luka, nutrisi,
kadar albumin darah, suplai oksigen dan vaskularisasi, nyeri dan
penggunaan obat kostikostiroid. Peran nutrisi dalam proses penyembuhan
luka sangat berhubungan erat. Nutrisi sangat penting di setiap tahap
penyembuhan luka.

7
Ketika seseorang kekurangan gizi, tubuh kekurangan nutrisi untuk
membangun, memelihara dan memperbaiki jaringan, yang dapat
mengakibatkan masalah seperti berkurangnya jaringan lemak, kulit kurang
tahan, edema, dan potensi komplikasi lain yang mengganggu penyembuhan.
Selain itu, nutrisi yang kurang optimal dapat mengganggu proses
penyembuhan karena mengganggu sistem kekebalan tubuh, sintesis kolagen,
serta kekuatan tarik luka. Selama proses penyembuhan luka, tubuh bekerja
mengganti jaringan yang rusak dengan jaringan baru.
Respons ini memerlukan peningkatan penggunaan energi dan nutrisi
spesifik. Terutama protein. Selama fase katabolik yang terjadi setelah luka,
tubuh memprioritaskan penyediaan nutrisi yang dibutuhkan area tersebut
untuk penyembuhan dengan melepaskan hormon stres dan mengubah
metabolisme. Jika tubuh tidak menerima nutrisi yang cukup atau fase ini
memakan waktu terlalu lama, kondisi yang disebut malnutrisi energi
protein (PEM) dapat terjadi.
Malnutrisi energi protein mungkin berhubungan langsung dengan
lambatnya penyembuhan luka. Ketika tubuh menderita PEM, tubuh
memecah asam amino yang dibutuhkan untuk penyembuhan;
mengakibatkan penurunan massa tubuh tanpa lemak. Ketika massa tubuh
tanpa lemak menurun, tubuh memecah protein dari menurun, tubuh
memecah protein dari otot dan cenderung menekan sistem kekebalan
tubuh dan mengganggu penyembuhan. Hal ini khususnya dapat merugikan
bagi pasien dengan penyakit penyerta seperti penderita diabetes.

2.1.2 Prinsip Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka


Luka adalah hal yang umum ditemui dan kompleks dalam layanan
kesehatan, dan seringkali memerlukan keterlibatan multidisiplin dalam
penanganannya. Perawatan dan penyembuhan luka dipengaruhi oleh
berbagai faktor dimana nutrisi, sebuah faktor yang dapat dimodifikasi,
memainkan peran yang tidak terpisahkan. Pemahaman terhadap fase
penyembuhan luka dan perbedaan kebutuhan nutrisi pada setiap tahap
merupakan hal mendasar dalam penanganan luka. Selain itu, kesadaran akan

8
tanda-tanda malnutrisi, alat skrining, dan sumber daya pendidikan untuk
menangani malnutrisi di layanan kesehatan primer sangat penting untuk
meminimalkan malnutrisi dan dampak buruknya terhadap penyembuhan
luka. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan terdiri dari
beberapa langkah yang dipengaruhi oleh serangkaian faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Kegagalan luka yang sulit
disembuhkan untuk mencapai penyembuhan sempurna telah banyak
dipelajari, dan mengidentifikasi status nutrisi adalah kunci untuk mencapai
resolusi luka yang optimal.

Prinsip Manajemen Nutrisi Dalam Perawatan Luka:


1. Manajemen Karbohidrat
Komposisi karbohidrat adalah 50-60% dari total kalori. Pemberian glukosa
secara parental tidak melebihi 5-7 mg/kg/menit. Bila glukosa
diberikanberlebihan dapat menyebabkan intoleransi glukosa, peningkatan
produksi karbondioksida, peningkatan sintesis lemak, dan terjadi infilterasi
lemak di hepar.
2. Manajemen Protein
Jumlah protein yang diperlukan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
derajat kerusakan jaringan yang, ekskresi nitrogen melalui urin dan
eksudat luka, kemampuan hati untuk mensintesis protein, dan kecukupan
terapi nutrisi. Pemberian protein yang dianjurkan adalah 23-25% dari total
kalori dengan perbandingan kalori berbanding nitrogen sebesar 80 : 1 atau
2,5-4 g protein/kg. Pendapat lain membagi kebutuhan protein menurut usia
yaitu 2-3 g/kg/hari untuk usia 0-2 tahun, 1,5-2 g/kg/hari untuk usia 2-13
tahun, dan 1,5 g/kg/hari untuk usia 13-18 tahun.
3. Manajemen Lemak
Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20% atau
kurang dari total kalori.
4. Manajemen Vitamin

9
Kebutuhan vitamin yang diperlukan dalam penyembuhan luka Vitamin A
(total) beta-carotene yaitu 10.000 IU/hari Minimal 30 mg/hari, Vitamin C
yaitu 66 mg/kg/jam, Vitamin B sebanyak 2-3x dan Vitamin E Minimal
100 mg/hari.
5. Manajemen Mineral
Jalur pemberian mineral yang dianjurkan adalah melalui oral atau enteral.
Pemberian nutrisi melalui enteral dapat mencegah atropi mukosa saluran
cerna dan translokasi bakteri dalam lambung.

2.1.3 Perhitungan Kebutuhan Kalori Dalam Perawatan Luka


Luka akut atau kronis dapat mengubah beberapa fungsi organ tubuh yang
berpengaruh pada proses penyembuhan sehingga metabolisme tubuh akan
berubah dalam usaha meningkatkan energi guna mengubah kebutuhan
nutrisi sebagai salah satu komponennya. Komponen tersebut meliputi
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Setiap tahap proses
penyembuhan luka akan membutuhkan beberapa nutrisi yang tepat dalam
jumlah yang cukup untuk mencegah proses penyembuhan terhambat.
Diantaranya adalah seperti pada pasien dengan kondisi cedera.
Kebutuhan kalori untuk penyembuhan luka oprimal menurut The
American Society for Parenteral and Enteral Nutrition and The Wound
Healing Society, dibutuhkan kalori sekitar 30-35 kkal/kg/hari. Atau setara
dengan satu setengah sampai tiga perlima (60%) dari total kalori yang dapat
membentuk energi yang digunakan dalam proses fagositosis dan
pembentukan kolagen.
Pada pasien luka bakar memerlukan kebutuhan nutrisi (makro dan
mikronutrien) yang adekuat dikarenakan mengalami perubahan dan
peningkatan metabolisme (hipermetabolik), serta peningkatan kehilangan
nitrogen yang tinggi (pemecahan protein 80-90%). Apabila asupan nutrisi
pasien ini tidak terpenuhi, maka akan meningkatkan risiko malnutrisi pada

10
pasien, gangguan penyembuhan luka, disfungsi berbagai organ, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi, dan kematian. Pada lebih dari 40% pasien luka
bakar dapat mengalami penurunan BB 30% dalam beberapa minggu. Proses
hipermetabolisme dan katabolisme pada pasien luka bakar berat ini masih
terus terjadi sampai dengan satu tahun pasca trauma. Untuk itu, jalur
pemberian nutrisi parenteral secara dini lebih direkomendasikan
dibandingakan dengan nutrisi parenteral total yang dimana masuknya
makanan melalui saluran cerna, dapat melindungi mukosa usu halus dari
kerusakan yang tibul pasca trauma, mencegah translokasi bakteri melalui
dinding usu, perbaikan fungsi imun, kadar hemoglobin dan kadar albumin
serum yang lebih baik untuk menurunkan insiden infeksi, lama waktu
pemberian antibiotic sehingga dapat mencegah terjadinya sepsis.

2.1.4 Mikronutrien Pada Proses Penyembuhan Luka


Terdapat mikronutrien yang terlibat dalam penyembuhan luka pada tingkat
sel. Meskipun kebutuhan sehari-hari mungkin kecil, namun kebutuhan
tersebut sangat besar dan jika tidak mencukupi, kebutuhan tersebut mungkin
merupakan langkah yang terlewatkan dalam penyembuhan luka kronis.
Berikut mikeronutrien yang terdapat pada proses penyembuhan luka yaituu
sebagai berikut:
1. Besi
Zat besi terutama terkait dengan pembentukan hemoglobin. Oleh karena
itu, tindakan ini jarang dipertimbangkan kecuali pasien diyakini
menderita anemia. Namun, zat besi memiliki peran penting dalam
produksi kolagen. Dengan demikian, kekurangan zat besi dikaitkan
dengan kondisi yang berhubungan dengan kulit seperti pucat, pruritus,
rambut dan kuku rapuh, dan hubungan yang lebih tinggi dengan infeksi
bakteri dan jamur pada kulit. Defisiensi zat besi sangat umum terjadi
pada populasi tertentu, termasuk individu yang mengalami pendarahan
hebat (termasuk menstruasi berat) dan mereka yang pola makannya tidak
mengizinkan produk hewani. Kekurangan zat besi memang merugikan,
tetapi ada juga kekhawatiran jika mengonsumsi terlalu banyak zat baik.

11
Kelebihan zat besi yang disimpan di kulit merupakan penyebab
perubahan kronis pada ekstremitas bawah seperti pewarnaan hemosiderin
dan lipodermatosklerosis. Selain perubahan kulit ini, kelebihan zat besi
pada kulit dapat mempengaruhi respon makrofag dan menyebabkan
aktivasi proinflamasi yang tidak terkendali. Eksudat luka kronis
mengandung kadar zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan luka
akut, dan hal ini tampaknya menunjukkan adanya korelasi dengan
keadaan inflamasi yang berkepanjangan dan penyembuhan yang
tertunda.
Terapi khelasi besi dan dressing sedang dipelajari karena mungkin
mempunyai peran dalam meningkatkan faktor pertumbuhan endotel
vaskular untuk merangsang pembentukan jaringan granulasi dan
angiogenesis. Zat besi secara alami terdapat dalam protein hewani
(daging, makanan laut, unggas), sereal dan roti yang diperkaya, serta
kacang putih atau kacang merah dan lentil. Jika melengkapi dengan zat
besi oral, pertimbangkan bahwa kalsium dapat mengganggu penyerapan
zat besi; mengarahkan pasien untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan
zat besi pada waktu yang berbeda dalam sehari.
2. Seng
Seng adalah kofaktor dalam fungsi ratusan protein berbeda, dan terlibat
dalam perbaikan DNA, apoptosis, regulasi matriks ekstraseluler,
pertahanan terhadap antioksidan, pembentukan bekas luka, dan banyak
lagi. Seng merupakan kuda pekerja yang mempunyai peran penting
dalam setiap fase penyembuhan luka. Epidermis kulit menyimpan sekitar
5% zinc yang ada di dalam tubuh. Defisiensi seng, yang merupakan
masalah malnutrisi secara global, berhubungan dengan kulit menjadi
kasar, penyembuhan luka yang tertunda, dermatitis, dan risiko lesi kulit
yang lebih tinggi. Makanan yang mengandung zinc antara lain protein
hewani (daging merah, unggas), buncis, buncis, dan kacang-kacangan.
Sereal sarapan yang diperkaya dan biji-bijian juga merupakan pilihan

12
makanan yang mengandung zinc, terutama bagi mereka yang tidak
mengonsumsi produk hewani.
3. Tembaga
Tembaga merupakan mikronutrien penting yang terkait dengan ekspresi
faktor pertumbuhan endotel vaskular, menyebabkan angiogenesis dan
remodeling matriks ekstraseluler. Konsentrasinya lebih tinggi pada luka
selama beberapa hari pertama penyembuhan luka, dan kemudian
menurun pada fase proliferasi. Aplikasi topikal tembaga sulfat terbukti
mempercepat penutupan luka dan mengentalkan granulasi dan jaringan
epitel, serta memberikan beberapa efek antibakteri. Tembaga ditemukan
dalam makanan seperti daging sapi, jeroan, kentang, jamur, biji-bijian,
kacang-kacangan, dan bahkan coklat. Defisiensi tembaga dianggap
jarang terjadi pada manusia, namun dapat terjadi pada orang dengan
penyakit celiac, orang yang mengonsumsi suplemen seng dosis tinggi,
dan orang dengan kondisi genetik yang mengakibatkan malabsorpsi
tembaga.

2.1.5 Nutrisi Spesifik Dalam Perawatan Luka


Glutamin dianjurkan dengan dosis 0,35g/kgBB/hari dapat dalam bentuk
enteral atau parenteral. Peranan suplementasi glutamin efektif jika asupan
protein telah memenuhi kebutuhan pasien. Salah satu bahan makanan
sumber tinggi glutamin adalah ikan gabus. Pemberian ekstrak ikan gabus
4.5 g disertai seng selama 14 hari pada pasien luka bakar, dapat
memperbaiki keseimbangan nitrogen pasien luka bakar. Kebutuhan asam
lemak omega-3 : 1 g/hari

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa
Asupan nutrisi seringkali menjadi salah satu faktor penentu kesembuhan
pasien terhadap penyembuhan luka. Selain itu, untuk membangun kembali
jaringan yang rusak, nutrisi juga berperan penting dalam melawan dan
mencegah penyebaran infeksi. Saat kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi maka
tubuh akan menguras cadangan yang tersedia dari dalam tubuh untuk
melawan infeksi dan secara perlahan akan jatuh dalam tahapan yang disebut
hipoalbuminemia. Tahapan ini dimulai dari tubuh yang kekurangan sumber
daya protein dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Semoga dengan dikerjakannya tugas makalah ini, dapat membantu para
pembaca baik dalam ranah mahasiswa kesehatan maupun masyarakat awam
di dalam pengaturan pemenuhan nutrisi saat mengalami fase penyembuhan
luka.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Baranoski, S., & Ayello, E.A (2012) Wound Care Essensial: Practice Principles.
3th Edition. New York: Lippincott Williams and Wilkins.

Muchlisin, F. H. (2019). Pengaruh Sinar Ultraviolet Terhadap Proses


Penyembuhan Luka : Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah, 28.

Gray, D.., dan Cooper, P. (2001). Nutrition and Wound Healing: What is the link?
J wound Care, 10(3): 86-89.

Linawati Novikasari, H. S. (2017). Relationship Of Nutrition Influence With


Healing Of Post Operative Woes In Children In Rsud. Dr. H. Abdul
Moeloek Lampung Province . 68.

Pentingnya nutrisi dalam penyembuhan luka. 2013. https://tinyurl.com/yczp33my


(diakses 22 Februari 2021)

Wright JA, Richards T, Srai SK. Peran zat besi dalam penyembuhan luka kulit
dan kulit. Farmakol Depan. 2014; 5:156.
doi:10.3389/fphar.2014.00156.

Borkow G, Gabbay J, Zatcoff R. Bisakah luka kronis tidak sembuh karena kadar
tembaga lokal yang terlalu rendah? Hipotesis Kedokteran. 2008;
70:610-613. doi: 10.1016/j.mehy.2007.06.006.

Coger V, Juta N, Rehbock C, dkk. Konsentrasi jaringan seng, besi, tembaga, dan
magnesium selama fase penyembuhan luka ketebalan penuh pada
model hewan pengerat. Biol Jejak Elem Res.2019;191,167-176.
doi.org/10.1007/s12011-018-1600-y.

16

Anda mungkin juga menyukai