Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PALIATIF MENJELANG AJAL dengan MUAL MUNTAH


Dosen pembimbing : Iin Aini Isnawati, S.Kep.Ns.,M.Kes

Di susun oleh :
Ita jauharatul kamilah (14201.10.18015)
Mufidah (140201.10.18025)
Nurul qomariah ( 14201.10.18030)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO

1
2019-2020

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga Makalah paliatif menjelang ajal berhubungan dengan mual muntah. ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, atas segenap keluarga, parasahabat dan mereka yang senantiasa
kepadanya.Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi manfaat
baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai Makalah askep klien
paliatif care pada kasus kanker/terminal(pendarahan) ataupun untuk pembaca yang bisa
menjadikan makalah ini sebagai referensi.Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan
baik dan lancar antara lain tidak lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak.
Untukitupenulismengucapkanterimakasihkepada:

1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep,. M. Kep. Sp. Kep Mat selaku kepala prodi S1
keperawatan .
4. Iin Aini Isnawati S.Kep. Ns., M.Kep selaku dosenKeperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Zainul Hasan Genggong
Tingkat 2.
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah in
Genggong 02 april 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Tujuan...................................................................................................................4
C. Manfaat.................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian...............................................................................................................6
B. Etiologi...................................................................................................................6
C. Patofisiologi...........................................................................................................7
D. Manifestasi klinis...................................................................................................7
E. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................8
F. Penatalaksanaan.....................................................................................................9
G. Komplikasi.............................................................................................................9
ASKEP KLIEN PALIATIF CARE PADA KASUS
KANKER/TERMINAL(PENDARAHAN)...................................................................11
BAB IV............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker dan mual berhubungan dengan sekitar lima puluh persen orang yang
terkena kanker . Ini mungkin akibat kanker itu sendiri, atau sebagai efek dari perawatan
seperti kemoterapi , terapi radiasi , atau obat lain seperti opiat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit. Sekitar 70 hingga 80% orang yang menjalani kemoterapi
mengalami mual atau muntah . Mual dan muntah juga dapat terjadi pada orang yang tidak
menerima pengobatan, sering sebagai akibat dari penyakit yang melibatkan saluran
pencernaan , ketidakseimbangan elektrolit , atau sebagai akibat dari kecemasan . Mual
dan muntah dapat dialami sebagai efek samping paling tidak menyenangkan dari obat
sitotoksik dan dapat menyebabkan pasien menunda atau menolak radioterapi lebih lanjut
atau kemoterapi. Strategi manajemen atau terapi mual dan muntah tergantung pada
penyebab yang mendasari. Perawatan atau kondisi medis yang terkait dengan risiko mual
dan / atau muntah yang tinggi termasuk kemoterapi, radioterapi, dan obstruksi usus
ganas. Mual dan muntah antisipatif juga dapat terjadi. Mual dan muntah dapat
menyebabkan kondisi medis dan komplikasi lebih lanjut termasuk: dehidrasi ,
ketidakseimbangan elektrolit , kekurangan gizi , dan penurunan kualitas hidup .

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan yang komprehensif bagi pasien kanker lambung dengan
masalah gangguan kebutuhan nutrisi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.Melakukan pengkajian pada pasien kanker lambung dengan masalah
gangguan kebutuhan nutrisi.
b.Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien kanker lambung
dengan masalah gangguan nutrisi
c.Merencanakan intervensi, implementasi dan evaluasi pada pasien
kanker lambung dengan masalah gangguan nutrisi.
1.3Manfaat
a. Manfaat penulisan makalah ini bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan
bagi peneliti dalam merlakukan asuhan keperawatan padsa pasien kanker
lambung dengan masalah gangguan kebutuhan nutrisi.
b. Manfaat penulisan makalah ini bagi praktik keperawatan adalah menambah
wawasan dan meningkatkan kompetensi perawat untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya pada pasien kanker lambung dengan masalah gangguan
nutrisi.
c. Manfaat bagi pasien adalah pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang
komprehensif selama penud,lisan makalah ini berlangsung.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 DEVINISI
Mual dapat didefinisikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan dari
kebutuhan untuk muntah. Muntah adalah pengusiran paksa isi perut melalui
mulut.Meskipun mual dan muntah berhubungan erat, beberapa pasien mengalami satu
gejala tanpa yang lain dan mungkin lebih mudah untuk menghilangkan muntah daripada
mual. Refleks muntah (disebut juga emesis) diduga telah berevolusi pada banyak spesies
hewan sebagai mekanisme perlindungan terhadap racun yang tertelan. Pada manusia,
respons muntah dapat didahului oleh sensasi tidak menyenangkan yang disebut mual,
tetapi mual juga dapat terjadi tanpa muntah. Sistem saraf pusat adalah situs utama di
mana sejumlah rangsangan emetik (input) diterima, diproses dan sinyal eferen (output)
dihasilkan sebagai respons dan dikirim ke berbagai organ atau jaringan efektor, yang
mengarah ke proses yang akhirnya berakhir dengan muntah.Deteksi rangsangan emetik,
pemrosesan sentral oleh otak dan respons yang dihasilkan oleh organ dan jaringan yang
menyebabkan mual dan muntah disebut sebagai jalur emetik atau lengkungan emetik.
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan
atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah akan
segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf
parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat
pernapasan. Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui
mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat

2.2 ETIOLOGI
Beberapa kondisi medis yang muncul sebagai akibat kanker atau sebagai komplikasi
dari perawatannya diketahui berhubungan dengan risiko tinggi mual dan / atau muntah.
Ini termasuk malignant bowel obstruction (MBO), kemoterapi yang diinduksi mual dan
muntah (CINV), antisipasi mual dan muntah (ANV), dan radioterapi menginduksi mual
dan muntah (RINV).

A. Obstruksi usus ganas


Malignant bowel obstruction (MBO) pada saluran pencernaan adalah komplikasi
umum dari kanker lanjut, terutama pada pasien dengan kanker usus atau
ginekologi. Ini termasuk kanker kolorektal , kanker ovarium , kanker payudara ,
dan melanoma . Tiga persen dari semua kanker stadium lanjut menyebabkan
obstruksi usus ganas dan 25 hingga 50 persen pasien dengan kanker ovarium
mengalami setidaknya satu episode obstruksi usus ganas. Mekanisme tindakan
yang dapat menyebabkan mual pada MBO termasuk kompresi mekanis usus,
gangguan motilitas, akumulasi sekresi gastrointestinal, penurunan penyerapan
gastrointestinal, dan peradangan. Obstruksi usus dan mual yang dihasilkan juga
dapat terjadi sebagai akibat dari terapi anti kanker seperti radiasi, atau adhesi
setelah operasi. Pengosongan lambung yang terganggu akibat obstruksi usus
mungkin tidak merespon terhadap obat-obatan saja, dan intervensi bedah
terkadang merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan gejala. [14]

5
Beberapa obat sembelit yang digunakan dalam terapi kanker seperti opioid dapat
menyebabkan perlambatan peristaltik usus, yang dapat menyebabkan obstruksi
usus fungsional.

B. Kemoterapi
Mual dan muntah yang diinduksi kemoterapi (CINV) adalah Mual dan muntah adalah dua
efek samping terkait pengobatan kanker yang paling ditakuti untuk pasien kanker dan
keluarga mereka [15] dan dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup yang signifikan. pada
tahun 90 an. menemukan bahwa pasien yang menerima kemoterapi memiliki peringkat
mual dan muntah sebagai efek samping paling parah pertama dan kedua. CINV
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori
 awitan dini (terjadi dalam 24 jam setelah paparan awal kemoterapi)
 onset tertunda (terjadi 24 jam hingga beberapa hari setelah perawatan)
 antisipatif (dipicu oleh rasa, bau, penglihatan, pikiran, atau kecemasan)

d. Antisipatif
Konsekuensi umum dari pengobatan kanker adalah pengembangan mual dan
muntah antisipatif (ANV). Mual semacam ini biasanya ditimbulkan oleh
pemaparan ulang pasien pada konteks klinis yang perlu mereka tangani untuk
dirawat. [6] Sekitar 20% orang yang menjalani kemoterapi dilaporkan mengalami
mual dan muntah antisipatif. Setelah dikembangkan, ANV sulit dikendalikan
dengan cara farmakologis. Benzodiazepin adalah satu-satunya obat yang telah
ditemukan untuk mengurangi terjadinya ANV tetapi kemanjurannya menurun
seiring waktu. [8] Baru-baru ini, uji klinis menunjukkan bahwa asam cannabidiolic
menekan pengkondisian terkondisi (ANV) pada tikus. Karena ANV secara luas
diyakini sebagai respons yang dipelajari , pendekatan terbaik adalah menghindari
perkembangan ANV dengan profilaksis yang memadai dan pengobatan muntah
dan mual akut dari paparan pertama terhadap terapi. [8] [19] Teknik perawatan
perilaku, seperti desensitisasi sistematis , relaksasi otot progresif , dan hipnosis
telah terbukti efektif melawan ANV.
e. Terapi radiasi
Kejadian dan tingkat keparahan mual dan muntah yang dipicu oleh terapi radiasi
tergantung pada sejumlah faktor termasuk faktor terkait terapi seperti tempat
iradiasi, dosis tunggal dan total , fraksinasi , volume iradiasi, dan teknik
radioterapi. Yang juga terlibat adalah faktor-faktor terkait orang seperti jenis
kelamin, kesehatan umum orang tersebut, usia, kemoterapi bersamaan atau baru-
baru ini, konsumsi alkohol, pengalaman mual, muntah, kegelisahan serta stadium
tumor sebelumnya. Potensi emetogenik radioterapi diklasifikasikan menjadi
risiko tinggi, sedang, rendah dan minimal tergantung pada lokasi iradiasi:
 Risiko tinggi: iradiasi tubuh total (TBI) dikaitkan dengan risiko tinggi RINV
 Risiko sedang: radiasi perut bagian atas, iradiasi setengah tubuh dan iradiasi
tubuh bagian atas
 Risiko rendah: radiasi tengkorak , tulang belakang, kepala dan leher, daerah
toraks bawah, dan panggul
 Risiko minimal: radiasi ekstremitas dan payudara

6
2.3. MANIFESTASI KLINIS
Muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat
ini terletak dekat dengan pusat vasomotor, pernafasan dan salvasi. Pusat muntah
menerima impuls dari chemoreceptor trigger zone (CTZ), hipotalamus, korteks serebri
dan area vestibular. Peranan dari pusat muntah adalah untuk mengkoordinir semua
komponen kompleks yang terlibat dalam proses muntah. Stimulus psikologis, neurologik,
refleks, endokrin, dan kimiawi dapat menyebabkan muntah Terjadinya muntah didahului
oleh salvasi dan inspirasi dalam. Sfingter esofagus akan relaksasi, laring dan palatum
mole terangkat, dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan
menurun, dan dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada
lambung, sehingga isinya dimuntahkan. Sensasi mual biasanya disertai dengan
berkurangnya motilitas lambung dan peningkatan kontraksi duodenum.
Mual biasanya disusul muntah, namun keduanya tidak selalu harus terjadi
bersama-sama.Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) adalah bagian otak yang terlibat
dalam penginderaan obat-obatan, pengobatan dan hormon. Sebagai akibat dari koneksi ke
pusat muntah, obat yang bekerja pada mediator kimia (neurotransmiter) di sini akan
memicu sensasi mual atau muntah. Neurotransmitter yang terlibat termasuk dopamin,
histamin (reseptor H1), substansi P (reseptor NK-1), asetilkolin dan serotonin (5 reseptor
HT3).Obat-obat kemoterapi dapat menyebabkan iritasi pada lambung atau lapisan
gastrointestinal yang menghasilkan pelepasan neurotransmitter. Hal ini dapat mengirim
sinyal ke pusat muntah di otak. Pasien mungkin akan mengalami nyeri ulu hati atau mual.
Beberapa obat bekerja melalui sistem pusat dan perifer menyebabkan mual dan
muntah.contohnya antara lain
1. Morfin
2. Kodein fosfat
3. Tramadol HCl
2.4 Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan radiologi
Dengan barium meal kontrak ganda dapat digunakan dalam menegakkan
diagnosis tukak peptik, tetapi akhir-akhir ini lebih dianjurkan pemeriksaan
endoskopi
2. pemeriksaan endoskopi
Untuk memaskitikan keganasan tukakgaster harus dilakukan pemeriksaan
histopatologi, sitologi brushing dengan biopsi pada endoskopi
3. pemeriksan gastroskopi
untuk dilakukan biopso (pengambilan sample mukosa lambung atau jaringan
untuk dianalisis) juga dapat dilakukan proses pengambilan polyp
2.5. PATOFISIOLOGI

Mual dan muntah mungkin memiliki sejumlah penyebab pada penderita kanker.
Meskipun ada lebih dari satu penyebab pada orang yang sama merangsang gejala melalui
lebih dari satu jalur, penyebab mual dan muntah yang sebenarnya mungkin tidak
diketahui pada beberapa orang. Penyebab mendasar mual dan muntah dalam beberapa
kasus mungkin tidak berhubungan langsung dengan kanker. Penyebabnya dapat
dikategorikan sebagai terkait penyakit dan terkait pengobatan. Stimulus yang

7
menyebabkan emesis diterima dan diproses di otak. Diperkirakan bahwa sejumlah
jaringan saraf yang terorganisir secara longgar di dalam medula oblongata mungkin
berinteraksi untuk mengoordinasikan refleks emetik. Beberapa inti batang otak yang telah
diidentifikasi sebagai penting dalam koordinasi refleks emetik termasuk pembentukan
reticular parvicellular , kompleks Bötzinger dan nukleus tractus solitarii . Emesis
koordinasi inti sebelumnya disebut sebagai kompleks muntah, tetapi tidak lagi dianggap
mewakili struktur anatomi tunggal. Keluaran eferen yang mentransmisikan informasi dari
otak yang mengarah ke respon motorik muntah dan muntah termasuk eferen vagal ke
kerongkongan , lambung dan usus serta neuron somatomotor tulang belakang ke otot
perut dan neuron motorik frenik (C3-C5) ke diafragma . Eferen otonom juga memasok
jantung dan saluran udara (vagus), kelenjar ludah ( chorda tympani ) dan kulit dan
bertanggung jawab atas banyak tanda prodromal seperti salivasi dan pucat kulit.

Mual dan muntah dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, melalui jalur neuronal
yang berbeda. Stimulus dapat bertindak pada lebih dari satu jalur. Rangsangan dan jalur
meliputi:

a) Zat beracun dalam saluran pencernaan: zat beracun (termasuk obat yang
digunakan dalam pengobatan kanker) di lumen saluran pencernaan
merangsang saraf aferen vagal di mukosa usus yang berkomunikasi
dengan nukleus tractus solitarii dan area postrema untuk memulai
muntah dan mual. Sejumlah reseptor pada ujung terminal saraf aferen
vagal telah diidentifikasi terlibat dalam proses ini, termasuk 5-
hydroxytryptamine3 (5-HT3) , neurokinin-1 , dan reseptor
cholecystokinin-1 . Berbagai mediator lokal yang terletak di sel
enterochromaffin dari mukosa usus berperan dalam merangsang reseptor
ini. Dari 5-hydroxytryptamine ini tampaknya memainkan peran yang
mendominasi. Jalur ini telah dipostulatkan sebagai mekanisme di mana
beberapa obat anti kanker seperti cisplatin menginduksi emesis.

b) Kondisi patologis saluran gastrointestinal: penyakit dan kondisi


patologis GIT juga dapat menyebabkan mual dan muntah melalui
stimulasi langsung atau tidak langsung dari jalur yang disebutkan
di atas. Kondisi seperti itu mungkin termasuk obstruksi usus
maligna, stenosis pilorus hipertrofi dan gastritis . Kondisi patologis
pada organ lain yang terkait dengan jalur emetik yang disebutkan
di atas juga dapat menyebabkan mual dan muntah, seperti infark
miokard (melalui stimulasi aferen vagal jantung) dan gagal ginjal .

c) Stimulasi sistem saraf pusat: rangsangan tertentu dari sistem saraf


pusat dapat menyebabkan refleks emetik. Ini termasuk rasa takut ,
antisipasi , trauma otak dan peningkatan tekanan intra-kranial .
Yang sangat relevan bagi pasien kanker dalam hal ini adalah
rangsangan rasa takut dan antisipasi. Bukti menunjukkan bahwa
pasien kanker dapat mengembangkan efek samping mual dan
muntah untuk mengantisipasi kemoterapi. Pada beberapa pasien,
pajanan ulang pada isyarat seperti bau, suara atau penglihatan yang
berhubungan dengan klinik atau perawatan sebelumnya dapat
menimbulkan mual dan muntah yang dapat diantisipasi.

8
d) Kondisi patologis sistem vestibular: gangguan sistem vestibular
seperti mabuk perjalanan atau penyakit Meniere dapat
menyebabkan refleks emetik. Gangguan seperti pada sistem
vestibular juga bisa terkait kanker seperti pada sekunder serebral
atau vestibular ( metastasis ), atau pengobatan kanker yang terkait
seperti penggunaan opioid.

2.7. KOMPLIKASI
 Mulut kering
 Kelelahan
 Sakit kepala
 Kebingungan
 Kekurangan nutirisi
 dehidrasi

2.8 PENATALAKSANAAN
Strategi penatalaksanaan atau pencegahan mual dan muntah tergantung pada
penyebab yang mendasarinya, apakah mereka dapat disembuhkan atau diobati,
tahap penyakit, prognosis seseorang dan faktor spesifik orang lain. Obat anti
emetik dipilih sesuai dengan keefektifan dan efek samping sebelumnya.

Obat
Obat-obatan yang digunakan dalam profilaksis dan terapi mual dan muntah pada
kanker meliputi:
1. Antagonis 5-HT3 : Antagonis 5-HT3 menghasilkan efek anti emetik dengan
memblokir efek penguatan serotonin pada reseptor 5-HT3 perifer dan pusat yang
terletak di berbagai ujung saraf aferen vagal dan zona pemicu chemoreceptor .
Mereka efektif dalam pengobatan dan profilaksis CINV serta pada obstruksi usus
ganas dan gagal ginjal yang berhubungan dengan peningkatan kadar serotonin. [10]
Zat-zat ini termasuk Dolasetron , Granisetron , Ondansetron , Palonosetron , dan
Tropisetron . Mereka sering digunakan dalam kombinasi dengan obat anti emetik
lain pada orang dengan risiko tinggi emesis atau mual dan direkomendasikan
sebagai anti emetik paling efektif dalam profilaksis CINV akut.
2. Kortikosteroid : seperti Deksametason digunakan dalam pengobatan emesis
sebagai akibat dari kemoterapi, sumbatan usus ganas, peningkatan tekanan
intrakranial dan mual kronis kanker lanjut, meskipun cara kerjanya yang tepat
masih belum jelas. Dexamethason direkomendasikan untuk digunakan dalam
pencegahan akut kemoterapi emetogenik yang sangat, sedang, dan rendah dan
dalam kombinasi dengan aprepitant untuk pencegahan keterlambatan emesis
dalam kemoterapi yang sangat emetogenik.
3. Antagonis reseptor NK1 : seperti Aprepitant memblokir reseptor NK1 di batang
otak dan saluran pencernaan. Aktivitas antiemetik mereka ketika ditambahkan ke
antagonis reseptor 5-HT3 plus deksametason telah ditunjukkan dalam beberapa
penelitian double-blind fase II.

9
4. Cannabinoid : adalah tambahan yang berguna untuk terapi anti emetik modern
pada pasien tertentu. Mereka menunjukkan kombinasi efikasi anti emetik yang
lemah dengan efek samping yang berpotensi menguntungkan seperti sedasi dan
euforia. Namun, kegunaannya umumnya dibatasi oleh tingginya insiden efek
toksik, seperti pusing, disforia, dan halusinasi. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa cannabinoid sedikit lebih baik daripada anti emetik
konvensional seperti metoclopramide , phenothiazine dan haloperidol dalam
pencegahan mual dan muntah. Cannabinoid adalah pilihan pada orang yang
terpengaruh yang tidak toleran atau refrakter terhadap antagonis atau steroid dan
aprepitant 5-HT3 serta dalam mual dan muntah refrakter serta penyelamatan dan
penyelamatan terapi anti emetik.
5. Agen prokinetik seperti Metoclopramide
6. Antagonis reseptor dopamin seperti Phenothiazines ( Prochlorperazine dan
chlorpromazine ), haloperidol , olanzapine , dan Levomepromazine ,
memblokirditemukan di zona pemicu chemoreceptor
7. Agen antihistamin seperti Promethazine memblokir reseptor H1 di pusat muntah
medula, nukleus vestibular, dan zona pemicu chemoreceptor
8. Agen antikolinergik seperti Scopolamine (Hyoscine) digunakan sebagai anti
emetik karena mereka mengendurkan otot polos dan mengurangi sekresi
gastrointestinal oleh blokade reseptor muskarinik . Mereka mungkin berguna
dalam pengelolaan obstruksi usus terminal
9. Soatostatin analoga seperti Octreotide digunakan untuk paliasi sumbatan usus
ganas, terutama ketika ada muntah yang keluar tidak merespon tindakan lain
10. Cannabidiol digunakan sebagai pengobatan paliatif (pengobatan simtomatik
non-kuratif) dan meningkatkan banyak gejala yang sering muncul selama
kemoterapi seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sakit fisik atau
insomnia. Karena sejumlah besar reseptor cannabinoid (CB1 dan CB2)
didistribusikan di seluruh saluran pencernaan (GI), zat ini dapat membantu
mengendalikan dan mengobati banyak penyakit GI di mana muntah dan mual
sering terjadi.

Tindakan lainnya

Tindakan non-obat lain mungkin termasuk:

 Diet: Makanan kecil yang enak biasanya ditoleransi lebih baik daripada makanan
besar pada orang yang terkena mual dan muntah pada kanker. Makanan
karbohidrat lebih bisa ditoleransi daripada makanan pedas, berlemak, dan manis.
Minuman dingin dan bersoda ternyata lebih enak dari pada minuman diam atau
panas.
 Menghindari rangsangan lingkungan, seperti pemandangan, suara, atau bau yang
dapat memicu mual.
 Pendekatan perilaku, seperti gangguan, pelatihan relaksasi dan terapi perilaku
kognitif juga dapat berguna.
 Pengobatan alternatif: Akupunktur dan jahe telah terbukti memiliki beberapa efek
anti emetik pada emesis yang diinduksi kemoterapi dan mual antisipatif, tetapi

10
 belum dievaluasi dalam mual penyakit yang jauh lanjut.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan pada isu
seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan dan masukan buah dan
sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan, bila
demikian seberapa banyak?
Apakah pasien merokok? Bila demikian, seberapa banyak seharinya dan berapa
lama? Apakah pasien mengeluarkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah
merokok? Apakah pasien minum alkohol? Bila demikian, seberapa banyak?
Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang kanker. Bila
demikian, anggota keluarga dekat atau langsung atau kerabat jauh yang terkena?
Apakah status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat memberikan
dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melekukan palpasi massa.
Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain diperiksa untuk nyeri tekan
atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat.
Klien dapat menunjukan manifestasi yang sama, tetapi seringnya manifestasi ini
tidak muncul sampai tumor stadium lanjut. Selama mengkaji klien, catat riwayat
faktor resiko apa saja yang merupakan predisposisi terhadap perkembangan kanker
lambung. Hal ini mencakup riwayat gastritis kronis, anemia pernisiosa, pembedahan
lambung sebelumnya, adanya infeksi H.pilori, atau merokok. Tanyai klien apakah
ada riwayat mengkonsumsi nitrat dalam jumlah besar, ikan asap, makanan asin, atau
makanan yang diasinkan.

Anamnese meliputi :
1. Nama :
2. Usia :
Jenis kelamin
3. Jenis pekerjaan :
4. Alamat :
5. Suku/bangsa :
6. Agama :
7. Tingkat pendidikan: bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis,
maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan
memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini.

11
8. Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama bawah. :

b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari


gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang
berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit,
dan riwayat pemakaian obat.
Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik. 1. B1(breath)
: takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi
perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri
ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3.1.3 Fokus Pengkajian


1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)

2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : - hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah) - kelemahan kulit / membran
mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)

12
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan
dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah
gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : - nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan
atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.

5. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah,
dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan
koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

13
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). - nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida
(ulkus gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung
kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan efek smaping terapi


(medikasi,radiasi,kemotrapi)
2. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmamapuan mencerna
makanan.
3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyakit kronis,penyakit
terminal,anemia,malnutrisi,kehamilan.)

SLKI (standart luaran keperawatan Indonesia)


1. Status kenyamanan
 Mual
 Muntah
 Lelah
 Perawatan sesuai kebutuhan

SIKI(standart intervensi keperawatan Indonesia)


1. Manajemen mual
 Identifkasi pengalaman mual
 Identivikasi dampak mual terhadap kualitas hidup(nafsu
makan,aktifitas,kinerja,tanggung jawab dan peran )
 Monitor mual (frekuensi,durasi,dan tingkat keparahan)
 Monitor asupan nutrisi dan kalori
 Identifikai faktor penyebab mual(pengobatan dan prosedur)

14
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
 Anjurkan makan makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak
 Kolaborasi pemberian antiemetic,jika perlu
2. Manajemen muntah
 Identifikasi karakteristik muntah (warna,konsistensi,adanya
darah,waktu,frekuensi,durasi)
 Periksa volume muntah
 Identifikasi faktor penyebab muntah (pengobatan dan prosedur )
 Monitor keseimbangan cairandan elektrolit.
 Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
 Bersihkan mulut da hidung
 Berikan dukungan fisik saat muntah (membantu membungkuk atau
menundukkan kepala)
 Berikan kenyamanan selama muntah(kompres dingin di dahi,atau
sediakan pakaian kering dan bersih)
 Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit
setelah muntah.
 Anjurkan memperbanyak istirahat
 Anjurkan peggunaan nonfarmakologis untuk mengelolah
muntah(biofeedback,relaksasi,dan terapi music)
 Kolaborasi pemberian antiemetic,jika perlu

Implementasi

 MeIdentifkasi pengalaman mual


 MeIdentivikasi dampak mual terhadap kualitas hidup(nafsu
makan,aktifitas,kinerja,tanggung jawab dan peran )
 Memoonitor mual (frekuensi,durasi,dan tingkat keparahan) :berapa kali
pasien mual
 Memberi pasien makanan bernutrisi dan berkalori sepeti daging,susu,biji-
bijian.
 Mengidentifikai faktor penyebab mual(pengobatan dan prosedur)
 Menganjurkan pasien istirahat cukup 8 jam sehari .
 Kolaborasi pemberian antiemetic,jika perlu
 Memeberi pasien makan roti,nasi,pasta,biscuit dan sereal yang
berkarbohidrat tinggi
Evaluasi
S :apa yang di rasakan oleh pasien setelah di lakukan tindakan asuhan keperawaatan
O :data yang di lihat perawat setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan
A :masalah terstasi atau masalah teratasi sebagian
P :pasien meninggal,sembuh atau di rujuk

15
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kanker dan mual berhubungan dengan sekitar lima puluh persen orang yang
terkena kanker . Ini mungkin akibat kanker itu sendiri, atau sebagai efek dari perawatan
seperti kemoterapi , terapi radiasi , atau obat lain seperti opiat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit. Sekitar 70 hingga 80% orang yang menjalani kemoterapi
mengalami mual atau muntah . Mual dan muntah juga dapat terjadi pada orang yang tidak
menerima pengobatan, sering sebagai akibat dari penyakit yang melibatkan saluran
pencernaan , ketidakseimbangan elektrolit , atau sebagai akibat dari kecemasan . Mual
dan muntah dapat dialami sebagai efek samping paling tidak menyenangkan dari obat
sitotoksik dan dapat menyebabkan pasien menunda atau menolak radioterapi lebih lanjut
atau kemoterapi. Strategi manajemen atau terapi mual dan muntah tergantung pada
penyebab yang mendasari.

3.2. SARAN
a. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya
proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
b. Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA
Muenthe naomi F.A (2017). Asuhan keperawatan dengan perioritas masalah gangguan
kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh di RSUP H.malik medan. Universitas
sumatera utara.
PPNI (2017) Standard diagnosis keperawatan indonesia, standar interfensi keperwatan
indonesia, standard luaran indonesia
Navari, Rudolph M. (2013). "Penatalaksanaan Mual dan Muntah yang Diinduksi
Kemoterapi". Obat-obatan 73(3):249-62.

Marx, WM; Teleni L; McCarthy AL; Vitetta L; McKavanagh D; Thomson D; Isenring E.


(2013). "Jahe (Zingiber officinale) dan mual dan muntah yang diinduksi
kemoterapi: tinjauan literatur yang sistematis".71(4):245-54.
Dahlin, Constance (2016). Praktik Perawatan Paliatif Tingkat Lanjut . Oxford University
Press. hal. 373.
Calixto-Lima, L; Martins De Andrade, E; Gomes, AP; Geller, M; Siqueira-Batista, R
(2012). "Manajemen diet pada komplikasi gastrointestinal akibat kemoterapi
antimalignan" . Nutricion Hospitalaria . 27 (1): 65–75.
Glare, Paul; Miller, Jeanna; Nikolova, T; Tickoo, R (2011). "Mengobati mual dan
muntah dalam perawatan paliatif: Ulasan" Intervensi klinis dalam Penuaan .6: 243-59.

17
FORMAT MODUL PRAKTIKUM
Ita jauharatul kamilah
Jenis keterampilan : memberikan perawatan pasien dengan keluhan mual muntah
(PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL MUNTAH AKUT
AKIBAT KEMOTRAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA)
Pengertian : aromaterapi jahe merupakan salah satu terai komplener pada penderita
kanker payudara yang megalami mual muntah akut akibat kemotrapi.Mual
dan muntah dapat menurunkan aktivitas sehari-hari dan meyebabkan pasien
kankerhanya dapat berbaring ditempat tidur dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dalam beraktivitas .
Tujuan : untuk mengedentifikasi pengaruh aromaterapi jahe terhadap mual muntah
akut pada penderita penyakit kanker payudara
Indikasi :
Kontrak indikasi :
Prosedur tindakan
A. Persiapan alat :
B. Persiapan lingkungan :
 Lingkungan yang tenang dan privasi
C. Persiapan pasien :
 Posisikan pasien dengan keadaan yang nyaman
1. Fase orientasi :
 Memperkenalkan diri kepada pasien
 Mengontak waktu dan tempat pasien
 Menjelaskan tujuan kepada pasien
 Menyediakan alat untuk pasien
2. Fase kerja :
 Ketika pasien berada di dalam runangan jelaskan prosedur dan tujuan
yang akan dilakukan kepada pasien
 Atur posisi senyaman mungkin
 Meminta pasien untuk menjelaskan kapan yang sering mual dan muntah
 Intruksikan kepada pasien untuk mencium aroma jahe
3. Fase terminasi :
 Sebelum perawat meninggalkan pasien, perawat menanyakan apa yang
belum jelas dalam terapi mencium aroma jahe
 Perawat memintak kontrak waktu untuk melakukan tindakan selanjutnya
 Perawat pamit meninggalkan pasien
4. Evaluasi

18
 Memonitorkan keadaan dan perasaan setelah dilakukan terapi

PENCAPAIAN
N
KOMPONEN KERJA LABORATORIUM
o.
1 2 3 4 5 6 7
A. Persiapan Alat

B. Persiapan Lingkungan

C. Persiapan Pasien

1. Fase Orientasi :

2. Fase Kerja

3. Fase Terminasi

D. Evaluasi

19
FORMAT MODUL PRAKTIKUM
NAMA :NURUL QOMARIA
NIM :14201.10.18030
Jenis Keterampilan : memberikan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit
cronis dengan meggunakan terapi pemeberian aroma terapi
jahe
Pengaruh pemberian aroma terapi jahe terhadap penurunan mual dan muntah
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah
sakit umum Imelda pekerja Indonesia medan pada tahun
2017
Pengertian : Memberikan Tindakan Keperawatan pada pasien dengan penyakit
kronis aromatherapy merupakan minyak esensial yang di ekstrak
dari akar, bunga, daun, dan batang tanaman serta dari pohon atau
tumbuhan tertentu yang dapat dipecah menjadi bahan kimiah
seperti alcohol, keton dan venol yang di anggap memiliki sifat
terapiotik, yang dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi dan
kenyamanan
Tujuan : untuk mengetahui pengaruh pemberian aroma terapi jahe
terhadap penurunan mual muntah pada pasien kanker
Indikasi : pasien dengan cronis seperti kanker atau tumor
Kontra Indikasi :-
Prosedur Tindakan
A.Persiapan alat
1. Bahan aromatrapy jahe contoh wedang jahe
B. Persipan lingkungan
1. Lingkungan pasien nyaman
C. PersiapanPasien :

 Posisikanpasiensenyamanmungkin
1. FaseOrientasi :

 Memperkenal diri kepada pasien


 Mengontrak waktu dan tempat pasien
 Memberitahukan kepada pasien tujuan diberikannya terapi ini
 Menyediakan semua alat di dekat pasien
2. FaseKerja :

 Menjelaskan prosedur terapi yang akan dilakukan

20
 Menjalankan terapi yang telah direncanakan
3. FaseTerminasi :

 Sebelum meninggalkan pasien, perawat menanyakan kepada pasien apakah ada


yang belum dimengerti
 Perawat meminta kontrak waktu dan tempat untuk tatap muka selanjutnya
 Perawat berpamitan kepada pasien untuk meninggalkan pasien
D. Evaluasi :

 Memonitor keadaan dan perasaan pasien setelah dilaksanakan terapi tersebut

PENCAPAIAN
N
KOMPONEN KERJA LABORATORIUM UJ
o.
1 2 3 4 5 6 7 8
E. Persiapan Alat

F. Persiapan Lingkungan

G. Persiapan Pasien

4. Fase Orientasi :

5. Fase Kerja

6. Fase Terminasi

H. Evaluasi

21
FORMAT MODUL PRAKTIKUM
Mufidah
Nim :14201.10.12025
Jenis keterampilan: memberikan keperawatan pasien dengan keluhan mual
muntah
( PENGARUH AROMATERAPI FENNEL DAN TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL
TERHADAP RESPON MUAL MUNTAH PADA PASIEN PASCA KEMOTERAPI )
Pengertian : aromaterapi fennel dan terapi musik merupakan salah satu komplemer pada
penderitakanker terhadap respon mual muntah akibat kemoterapi. Mual dan muntah dapat
menurunkan aktivitas sehari-hari sehingga pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur
dan tidak dapat melakukan aktifitas.
Tujuan : untuk mengidentifikasi pengaruh aromaterapi fennel dan terapi musik terhadap
mual muntah pada penderita penyakit kanker.
Indikasi :
Kontraindikasi:
Prosedur tindakan:
A. Persiapan alat
B. Persiapan lingkungan:
Lingkungan yang tenang dan privasi
C. Persiapan pasien :
Posisikan pasien dengan keadaan yang nyaman
1. Fase orientasi :
Memperkenalkan diri kepada pasien
Mengontrak waktu dan tempat pasien
Menjelaskan tujuan kepada pasien
Menyediakan alat kepada pasien
2. Fase kerja :
Ketika pasien berada di dalam ruangan jelaskan prosedur dan tujuan yng
akan di lakukan kepada pasien.
Atur posisi senyaman mungkin.
Meminta pasien untuk menjelaskan kapan yang sering mual dan muntah.
Instruksikan kepada pasien untuk mendengarkan musik.
3. Fase terminasi :
Sebelum perawat meninggalkan pasien,perawat menanyakan apa yang
belum jelas dalam terapi mendengarkan musik.
Perawat meminta waktu untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Perawat pamit meninggalkan pasien.
4. Evaluasi
Memonitorkan keadaan dan perasaan setelah dilakukan terapi.

22
PENCAPAIAN
N
KOMPONEN KERJA LABORATORIUM UJ
o.
1 2 3 4 5 6 7 8
I. Persiapan Alat

J. Persiapan Lingkungan

K. Persiapan Pasien

7. Fase Orientasi :

8. Fase Kerja

9. Fase Terminasi

L. Evaluasi

23

Anda mungkin juga menyukai