Anda di halaman 1dari 39

Teknik Reaksi Kimia

Komposisi Katalis

Disusun Oleh:
Kelompok : III
Kelas : 3.KA
Jurusan : Teknik Kimia
Nama Anggota :
1. Dorie Kartika (061330400295)
2. Renny Eka Damayanti (061330400310)
3. Nurul Agustini (061330400306)
4. Dwi Sandi Wahyudi (061330400296)
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


Tahun Ajaran 2014/2015
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telpon : +620711353414
Fax: +62711355918 Web : http :// www.polsri.ac.id atau
http://www.polisriwijaya.ac.id Email : info@polsri.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah kami mengucapkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik. Tak lupa kami selalu
menghanturkan salam dan shalawat kepada baginda Rasulullah SAW beserta
sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman yang tak henti-hentinya membawa
kebenaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Hj.
Rusdianasari, M.Si yang telah mempercayai kami untuk menyusun makalah ini
dengan lancar dan sangat baik, serta kepada teman- teman sekalian yang berkat
partisipasinya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami susun dengan sangat sistematis sesuai sajian dengan
bahasan kami yaitu “Teknik Reaksi Kimia-Komposisi Katalis”. Kami mengulas
tema makalah ini dengan wawasan yang kami dapatkan dari berbagai buku dan
sumber informasi lainnya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun keterbatasan sumber pengetahuan
kami.Untuk itu kami mohon kritik dan saran kepada para pembaca sekalian.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dengan baik untuk
kehidupan kita dan kami ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Palembang, Oktober 2014

Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................. 2

Daftar isi ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4

1.1 Latar belakang ........................................................................................... 4


1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan dan manfaat ................................................................................... 5
1.4 Metode penelitian ...................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6

2.1 Katalis ........................................................................................................ 6

2.2 Komposisi katalis ....................................................................................... 18

2.3 Umur katalis ............................................................................................... 24

2.4 Bentuk katalis ............................................................................................. 25

2.5 Spent Katalis .............................................................................................. 26

2.6 Contoh Katalis............................................................................................ 29

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 38

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 38

3.2 Saran .......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katalis dapat digunakan dalam pengaktifan reaksi yang akan
mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Jika energi
pengaktifan reaksi tinggi, maka untuk temperatur normal, hanya akan terjadi
sebagian kecil pertemuan molekul yang nantinya dapat menghasilkan reaksi.
Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan menghindari tahap
penentu laju yang lambat dari reaksi yang tidak dapat di katalisa. Dengan
menurunnya energi aktivasi maka pada temperatur yang sama didapatkan laju
reaksi yang tidak dapat dikatalisa. Fungsi utama dari katalis ini adalah
menyediakan reaksi alternatif dalam suatu reaksi kimia. Dengan peranan yang
sangat penting ini, maka katalis sangat di perlukan oleh tubuh dalam proses
pencernaan makanan di dalam tubuh. Fungsi penting katalis ( enzim ) ini
memberikan dampak besar terhadap kelancaran pencernaan makanan di
dalam tubuh. Misalnya saja adalah enzim amylase di dalam mulut (air liur)
yang membantu memecah amilosa. Selain peranan katalis di dalam tubuh,
katalis juga berperan dalam proses kimia lainnya. Katalis memegang peranan
penting dalam perkembangan kimia. Dewasa ini, semua produk dihasilkan
melalui proses yang memanfaatkan jasa katalis, baik satu atau beberapa
proses. Katalis tidak terbatas pada bagian proses konveksi, bahkan juga untuk
bagian proses pemisahan. Penggunaan katalis sekitar 50% (Levenspiel,1999).
Katalis berdasarkan fase reaksinya dapat digolongkan mejadi katalis
homogen dan heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang berbeda fase
dengan fase reaktan dan fase produknya. Katalis heterogen mempunyai
kelebihan dalam pemisahan dari sisa reaktan dan produk serta tahan terhadap
temperatur tinggi.
Semakin maju dan berkembangnya dunia industri, pun juga kebutuhan
katalis demikian. Dengan mempelajari lebih dalam mengenai katalis, maka

4
penulis tertarik mengambil judul “Komposisi Katalis” dalam penyusunan
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah


sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan katalis?


2. Apa saja yang termasuk komposisi katalis?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu.
1. Untuk mengidentifikasi pengertian katalis dan fungsinya.
2. Untuk mengetahui cara kerja katalis.
3. Untuk mengetahui komposisi katalis.

Selain itu, terdapat pula manfaat penyusunan makalah, yaitu.


1. Sebagai media pembelajaran mahasiswa dalam penyusunan makalah.
2. Sebagai bahan tambahan untuk memperluas wawasan mengenai
komposisi katalis.

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang dilakukan penulis dalam penyusunan


makalah ini yaitu menggunakan metode studi pustaka, yang merupakan suatu
metode mengumpulkan, membaca, menyaring, dan menyimpulkan data-data dari
berbagai buku dan sumber lainnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Katalis

Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi
(dan mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi,
namun bukannya tanpa bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi,
tanpa mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi. Peristiwa /
fenomena / proses yang dilakukan oleh katalis ini disebut katalisis. Istilah
negative catalyst (atau inhibitor) merujuk kepada zat yang berperan menghambat
atau memperlambat berlangsungnya reaksi.

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi-reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

Katalisis merupakan proses yang terjadi akibat adanya peran dari katalis.
Katalis merupakan senyawa kimia yang dapat mempercepat reaksi tanpa
perubahan bentuk/struktur dari katalis tersebut. Cara kerjanya yaitu dengan
menempel pada bagian subtrat tertentu dan pada akhirnya dapat menurunkan
energi pengaktifan dari reaksi, sehingga reaksi berlangsung dengan cepat.

Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau


memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi
yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen


dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase
berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis

6
homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis
heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-
pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-substrat
menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan
antara produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk
membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk
akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini
merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya:

A + C → AC (1)
B + AC → AB + C (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan


kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi,
A + B + C → AB + C

katalis tidak termakan atau pun tercipta. Enzim adalah biokatalis. Penggunaan
istilah "katalis" dalam konteks budaya yang lebih luas, secara bisa dianalogikan
dengan konteks ini. Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan di
antaranya katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen
dan polipropilen. Reaksi katalitik yang paling dikenal ialah proses Haber untuk
sintesis amoniak, yang menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter
katalitik--yang dapat menghancurkan produk samping knalpot yang paling
bandel--dibuat dari platinadanrodium.

Sifat katalis

1. Struktur/stoikiometri Mudah ditentukan Sulit ditentukan


2. Kemungkinan modifikasi Tinggi Rendah

7
3. Daya tahan suhu Rendah Tinggi
4. Tehnik pemisahan katalis Seringkali rumit (distilasi, ekstraksi,
dekomposisi kimiawi) Suspensi, filtrasi (sistem slurry)
5. Tidak perlu pemisahan (sistem fixed-bed)
6. Kemungkinan daur ulang katalis Bisa dilakukan Tidak perlu (fixed-bed)
7. Mudah (suspensi atau slurry)
8. Potensi kehilangan katalis Tinggi Rendah

Sifat-sifat dari reaksi katalitis yaitu sebagai berikut:

1. Pada reaksi katalitis, katalis akan menurunkan energi aktivasi.


2. Katalis yang sedikit akan mempercepat reaksi dari zat reaktan dalam
jumlah banyak.
3. Katalis tidak mengubah letak kesetimbangan untuk reaksi reversibel.

Katalis dan Racunnya

• Katalis pada kendaraan diesel (CuO atau Al2O3)

Katalis CuO atau Al2O3 akan mengalami keracunan jika terdapat senyawa sulfur
dalam reaktan. Solar Indonesia mengandung sulfur sebesar 0,5% berat, sehingga
CuO atau Al2O3 tidak dapat digunakan sebagai katalis untuk katalitik konverter
kendaraan diesel.

• Katalis pada Sintesis Asam Sulfat (Pt, Fe2O3, V2O5)

Katalis yang digunakan:

a. Pt dengan penyangga asbes atau magnesium sulfat yang telah dikalsinasi atau

8
silika gel.

b. Fe2O3 Kurang reaktif dibandingkan Pt, tetapi murah, terdapat pada terak
pemanggangan pirit.

c. V2O5 dengan penyangga zeolit atau natural diatomite brick

Tujuan pemakaian penyangga: memperluas permukaan kontak katalis dengan


reaktan

Peracunan katalis

Pada saat terjadi peracunan, aktivitas katalis turun. Proses peracunan terjadi
sebagai akibat melekatnya bahan-bahan asing (yang disebut racun, seperti debu,
senyawa selenium, tellurium, antimony, lead, dsb.) pada permukaan aktif katalis
sehingga tidak dapat dipakai sebagai tempat reaksi. Proses melekatnya benda
asing pada permukaan aktif katalis dapat terjadi secara:

a. Fisis → dapat diaktifkan kembali. Contoh: Cl2, HCl → katalis diaktifkan lagi
dengan cara pemanasan di dalam gas yang bebas Cl2 dan HCl.

b. Kimia → adsorpsi secara kuat pada permukaan aktif → tidak dapat diaktifkan
lagi. Contoh: senyawa arsenik, selenium, tellurium, antimony, lead. (Katalis
V2O5 dan Platinized-silica-gel tahan terhadap racun arsenik).

• Katalis pada Catalitic reforming (Ni)

Pada umumnya katalis yang dipakai di Steam Reforming adalah Nikel. Nikel
merupakan sulfur absorbent yang sangat baik. Dalam jumlah sangat sedikit saja
akan menyebabkan deaktivasi katalis total. Deaktivasi artinya berkurangnya
keaktifan katalis. Dapat terjadi secara kimiawi dan secara fisik.

9
A. Deaktivasi secara kimiawi:

- Oksidasi katalis: katalis mengalami oksidasi kembali ke NiO. Dapat terjadi


apabila H2 pada umpan kurang. Ni bereaksi dengan H2O membentuk NiO.

- Keracunan (poisoning): terjadi apabila senyawa aktif (Ni) bereaksi dengan


senyawa racun (misal S, Cl membentuk NiS, NiCl2) sehingga senyawa aktif
tersebut tidak dapat mereaksikan gas bumi.

B. Deaktivasi secara fisik terjadi apabila katalis menjadi tidak aktif karena
perubahan fisik atau adanya suatu benda/padatan yang menutupi senyawa aktif
sehingga tidak dapat kontak dengan reaktan, antara lain :
- Karbonisasi
- Sintering

Beberapa racun katalis catalytic reforming adalah sebagai berikut :

Sulfur

Konsentrasi sulfur maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5
wt-ppm. Biasanya diusahakan kandungan sulfur dalam umpan naphtha sebesar
0,1-0,2 wt-ppm untuk menjamin stabilitas dan selektivitas katalis yang
maksimum.

Beberapa sumber yang membuat kandungan sulfur dalam umpan naphta tinggi
adalah : proses hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi
atau katalis sudah harus diganti), recombination sulfur dari naphtha hydrotreater
(dan terbentuknya sedikit olefin) akibat temperature hydrotreater yang tinggi dan
tekanan hydrotreater yang rendah, hydrotreater stripper upset, memproses feed
yang memiliki end point tinggi.

10
Nitrogen

Konsentrasi nitrogen maksimum yang diijinkan dalam umpan naphtha adalah 0,5
wt-ppm. Kandungan nitrogen dalam umpan naphtha akan menyebabkan
terbentuknya deposit ammonium chloride pada permukaan katalis.

Beberapa sumber yang membuat kandungan nitrogen dalam umpan naphtha tinggi
adalah : proses hydrotreating yang tidak baik (temperature reactor kurang tinggi
atau katalis sudah harus diganti), penggunaan filming atau neutralizing amine
sebagai corrosion inhibitor di seluruh area yang tidak tepat guna.

Water

Kandungan air dalam recycle gas sebesar 30 mol-ppm sudah menunjukkan


excessive water, dissolved oxygen, atau combined oxygen di unit catalytic
reforming. Tingkat moisture di atas level ini dapat menyebabkan reaksi
hydrocracking yang excessive dan juga dapat menyebabkan coke laydown. Lebih
lanjut lagi, kondisi ini akan menyebabkan chloride ter-strip dari katalis, sehingga
mengganggu kesetimbangan H2O/Cl dan menyebabkan reaksi menjadi terganggu.

Beberapa sumber yang membuat kandungan air dalam system tinggi adalah :
proses hydrotreating yang tidak sesuai, kebocoran heat exchanger yang
menggunakan pemanas pendingin steam/water di upstream unit, system injeksi
water catalytic reforming, kebocoran naphtha hydrotreater stripper feed effluent
heat exchanger, proses drying yang tidak cukup di drying zone di dalam
regeneration tower, dan kebocoran steam jacket di regeneration section.

Metal

Karena efek reaksi irreversible, maka kontaminasi metal ke dalam katalis catalytic

11
reforming sama sekali tidak dibolehkan, sehingga umpan catalytic reformer tidak
boleh mengandung metal sedikit pun.

Beberapa sumber kandungan metal dalam umpan naphtha adalah : arsenic (ppb)
dalam virgin naphtha, lead mungkin timbul akibiat memproses ulang off-spec
leaded gasoline atau kontaminasi umpan dari tangki yang sebelumnya digunakan
untuk leaded gasoline, produk korosi, senyawa water treating yang mengandung
zinc, copper, phosphorous, kandungan silicon dalam cracked naphtha yang berasal
dari silicon based antifoam agent yang diijeksikan ke dalam coke chamber untuk
mencegah foaming, dan injeksi corrosion inhibitor yang berlebihan ke stripper
naphtha hydrotreater.

• Katalis Pada Proses Hydrocracking (Pt)

Keracunan Logam

Pada proses penghilangan logam dari umpan, senyawa logam organik


terdekomposisi dan menempel pada permukaan katalis. Jenis logam yang
biasanya menjadi racun katalis hydrocracker adalah nikel, vanadium, ferro,
natrium, kalsium, magnesium, silica, arsenic, timbal, dan phospor. Keracunan
katalis oleh logam bersifat permanent dan tidak dapat hilang dengan cara
regenerasi. Keracunan logam dapat dicegah dengan membatasi kandungan logam
dalam umpan. Best practice batasan maksimum kandungan logam yang
terkandung dalam umpan hydrocracker adalah 1,5 ppmwt untuk nikel dan
vanadium, 2 ppmwt untuk ferro dan logam lain, serta 0,5 ppmwt untuk natrium.

Kandungan air dalam katalis

Air dapat masuk ke dalam katalis jika pemisahan air dari feed hydrocracker di

12
dalam tangki penyimpanan tidak sempurna ataupun terjadi kerusakan steam coil
pemanas tangki penyimpanan. Air dapat dicegah masuk ke dalam reactor dengan
memasang filter 25 micron.

• Katalis Pada Proses Reforming

Proses reforming nafta dengan katalis bifungsional dapat menghasilkan


komponen bensin bermutu tinggi dan hidrokarbon aromatik rendah (benzena,
toulena, dan silena). Umpan nafta mengandung kotoran-kotoran molekul non-
hidrokarbon senyawa organic berupa sulfur, nitrogen, oksigen dan juga organik
logam, sehingga umpan nafta tersebut perlu dimurnikan lebih dulu pada proses
hidromurnian. Katalis reformer bifungsional mempunyai inti aktif logam (mono
dan bi-metal) dan inti aktif asam (Al2O3Cl). Kotoran non-hidrokarbon umpan
nafta dapat menurunkan aktivitas katalis reformer bi-fungsional.

• Katalis pada Sintesis α-tokoferol (AlC13, BF3, dan ZnCl2)

α-tokoferol dikenal sebagai satu vitamin E yang mempunyai aktivitas antioksidan.


Senyawa α tokoferol terbentuk dari reaksi kondensasi hidrokuinon dengan aklik
alkohol merupakan proses yang penting dalam sintesis struktur cincin kroman,
dengan menggunakan AlC13, BF3, dan ZnCl2 sebagai katalis asam Lewis.

Kelemahan katalis tersebut, mengalami deaktivasi karena terikatnya molekut air


selama reaksi berlangsung. Akibainya katalis tersebut, tidak dapat dipakai ulang
walaupun sebenamya masih ada. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan katalis
yang efisien. Al bentonit dikenal sebagai katalis asam Lewis dan efisiensi dalam
reaksi organik. Katalis ini mempunyai luas permukaan dan sisi aktifnya pada
lapisan oktahedral dan tetrahedral sehingga dapat digunakan sebagai katalis asam
dan reaksi penukar ion.

• Katalis Pada Proses Pembuatan Biodiesel (Katalis Lipase)

13
Biodiesel rute non-alkohol dari minyak goreng bekas dapat menyiasati semakin
menipisnya ketersediaan bahah bakar berbasis minyak bumi. Saat ini, produksi
biodiesel pada skala industri dilakukan melalui reaksi transes-terifikasi trigliserida
minyak nabati dengan metanol menggunakan katalis alkali. Namun, penggunaan
katalis alkali itu memiliki kelemahan, yakni pemurnian produk dari katalis yang
bercampur homogen relatif sulit dilakukan. Selain itu, katalis bisa ikut bereaksi
sehingga memicu reaksi penyabunan. Reaksi sampingan yang tidak diinginkan itu
pada akhirnya membebani proses pemurnian produk dan menurunkan yield
biodiesel sehingga berdampak pada tingginya biaya produksi.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan katalis yang tidak


bercampur homogen dan mampu mengarahkan reaksi secara spesifik guna
menghasilkan produk yang diinginkan tanpa reaksi samping. Belakangan ini, riset
sintesis biodiesel menggunakan enzim li-pase semakin banyak dilakukan. Enzim
lipase yang bisa menjadi biokatalis dalam sintesis biodiesel tersebut mampu
memperbaiki kelemahan katalis alkali, yakni tidak bercampur homogen sehingga
pemisahannya lebih mudah. Selain itu, enzim tersebut juga mampu mengarahkan
reaksi secara spesifik tanpa adanya reaksi samping yang tidak diinginkan.Meski
mengandung kelebihan, penggunaan lipase sebagai biokatalis menyisakan satu
persoalan. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan lipase terdeakti-
vasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam menga-talisis reaksi menjadi
buruk.

Pada banyak reaksi:

Ada suatu substansi atau bahan atau zat yang bukan reaktan dan juga bukan
produk, tetapi dapat dan bahkan sangat mempengaruhi kecepatan
reaksinya.Substansi inilah yang dinamakan katalis (atau katalisator).Berzellius
pada tahun 1835 merupakan orang (ilmuwan) yang pertama kali
menggunakanistilah “katalis”.

14
Katalis adalah suatu bahan kimia yang dapat mempercepat laju reaksi, tapi
tanpa merubah hasil akhir reaksi kimiawi. Ketika reaksi berakhir, katalis akan
kembali didapatkan seperti awalnya. Katalis mempercepat laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi (Ea) yakni dengan membentu kompleks teraktifkan
baru dengan energi yang lebih rendah, sehingga mempercepat laju reaksi dengan
tanpa menimbulkan efek termodinamika reaksi keseluruhan.

Grafik Pengaruh Katalis Terhadap Energi Aktivasi

Energi potensial pada katalis

Kelemahan katalis

Alangkah indahnya bila sebuah reaksi kimia tidak membutuhkan katalis

15
agar bisa berlangsung. Tapi kenyataannya jenis reaksi seperti ini jarang ditemui.
Keberadaan katalis dalam campuran reaksi kimia tentu saja memberikan masalah
tersendiri. Di industri kimia, masalah terutama berkaitan dengan pemisahan
(separation), daur ulang (recycle), usia (life time), dan deaktivasi katalis
merupakan isu-isu penting.

Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun produk lebih sering
ditemui pada sistem katalis homogen. Karena katalis homogen larut dalam
campuran, pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau dekantasi.
Teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi produk dari
campuran, misalnya katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi biodiesel
dipisahkan dengan ekstraksi untuk kemudian campuran sisa reaktan-katalis yang
tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi. Namun demikian, ada beberapa
katalis istimewa dari senyawa komplek logam yang didesain sedemikian rupa
sehingga bisa terpisah atau mengendap setelah reaksi tuntas. Kasus pemisahan
untuk katalis heterogen lebih mudah ditanggulangi karena sudah terpisah dengan
sendirinya tanpa membutuhkan usaha lain.

Daur ulang dan usia katalis memiliki kaitan. Selama bisa dipisahkan, katalis
homogen boleh dikatakan tetap aktif dan memiliki usia yang sangat panjang
bahkan nyaris tak terhingga dan bisa digunakan berulang-ulang. Nyawa katalis
homogen mungkin tamat jika mengalami deaktivasi akibat teracuni atau
perubahan struktur akibat proses ektrim. Katalis heterogen memiliki takdir
berbeda. Sering kali katalis heterogen harus diaktivasi dulu sebelum siap
digunakan, misalnya dengan jalan direduksi atau dioksidasi. Setelah mengalami
proses reaksi berkali-kali, kereaktifan katalis tersebut pelan-pelan menurun akibat
perubahan mikrostruktur maupun kimianya, misal terjadi penggumpalan
(clustering), migrasi partikel aktif membentuk kristal baru (sintering), oksidasi,
karbonisasi, maupun teracuni (poisoned). Untuk mengembalikan reaktifitas katalis
heterogen perlu dilakukan regenerasi dengan cara, misalnya kalsinasi, reduksi-
oksidasi kembali, atau pencucian dengan larutan aktif. Seringkali proses

16
regenerasi tidak dapat mengembalikan 100% kereaktifan katalis sehingga pada
saatnya nanti katalis tersebut akhirnya mati juga dan perlu diganti yang baru.

17
2.2 Komposisi Katalis

Katalis dibentuk dari komponen-komponen yang dapat menunjang sifat-sifat


katalis, yaitu aktivitas, selektivitas, stabilitas, dan ekonomis. Untuk memenuhi
sifat-sifat tersebut dibutuhkan tiga komponen utama.

1. Fasa aktif (catalyst agent)


Komponen aktif merupakan komponen katalis yang bertanggung
jawab terhadap reaksi kimia yang utama. Fasa aktif berfungsi
mempercepat dan mengarahkan reaksi, dapat bersifat konduktor atau semi

18
konduktor. Reaktan yang akan bereaksi harus dapat kontak dengan zat ini.
Pemilihan komponen aktif adalah tahap pertama dalam mendesain katalis.
Sementara itu, pengetahuan tentang mekanisme katalitikadalah sangat
saintifik, sehingga metode pemilihan komponen aktif menjadi
lebihsaintifik juga, walaupun kadang‐kadang bersifat empirik. Katalis
yang bersifat asam biasanya merupakan pendorongmekanisme ion
karbonium, seperti pada reaksi isomerisasiatau perengkahan.

Klasifikasi bahan katalis

2. Penunjang (support)

Sebagai support adalah zat padat yang porous dengan luas permukaan
dapat mencapai beberapa ratus meter persegi per gram katalis.
Sebagai contoh:
α – alumina = 1- 10 m2/gram

19
β dan ϒ alumina = 100 – 200 m2/gram
Fungsi yang paling penting adalah menjaga agar luas
permukaankomponen aktif tetap besar. Fungsi lainnya adalah agar
aktivitas katalis berbanding lurus dengan bagian aktifnya, untuk itu
digunakan suatu support yang mempunyai luas permukaan yang besar.
Peran penyangga menjadi sangat penting dimana logam aktif(Pt)
didispersikan di permukaan penyangga.Penyangga sendiri harus tahan
terhadap perubahan termal,sehingga seharusnya mempunyai titik leleh
sedikit di atas komponen aktif. Penyangga dengan luas permukaan yang
besar antara lain: γ‐alumina, SiO2, karbon aktif, diatomaceous clay, dan
SiO2‐Al2O3. Besarnya konsentrasi komponen aktif atau biasa disebut
loadingjuga mempunyai efek yang signifikan agar penyangga
bisamemberikan tingkat dispersi komponen aktif yang besar.

Oksida dengan titik leleh tinggi sebagai penyangga katalis

20
3. Promotor
Promotor ditambahkan pada katalis untuk meningkatkan aktivitas,
selektivitas, dan stabilitas. Biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil 3-10
% pada saat pembuatan katalis. Promotor dibagi dua macam yaitu physical
promotor dan chemical promotor. Sebagai contoh pada reaksi :
Fe
N2 + 3H2 2NH3

Physical promotor yang digunakan adalah Al2O3 untuk


menghindari sintering (mencegah Fe menjadi cair). Chemical promotor
dilakukan dengan penambahan H2O untuk menaikkan aktivitas interistik
dari katalis Fe sehingga katalis hanya terdapat pada permukaan saja.
Untuk reaksi:
S2O32-(aq) + 2I-(aq) I2(s) + 2SO42-(aq)
Reaksi ini dikatalis dengan FeSO4 3,1 x 10-5 M.
Sebagai promotor CuSO4 4,0 x 107 M.
Pada pembuatan amonia dengan proses Haber efisiensi katalis dipertinggi
dengan menambah Fe2O3 dan Al2O3.
Tujuan pemberian promotor ini adalah untuk menghasilkan
aktifitas, selektifitas, dan efek stabilitasyang diinginkan. Promotor
didesain untuk membantu penyangga ataukomponen aktif. Salah satu
peran penting dari promotor adalah dalampengendalian stabilitas katalis.
Beberapa kasus lain, promotor ditambahkan ke dalamstruktur katalis atau
penyangga untuk menghambatmekanisme reaksi tertentu yang tidak
diinginkan,seperti pembentukan karbon (coke).Biasanya promotor berupa
Pd, Pt, NiW, NiMo, CoMo, dan CoW.

21
Contoh promotor katalis dalam beberapa proses:

Penggunaan Promotor
 Promotor dapat memberikan tambahan kinerja katalis dengan
memodifikasi katalis asal.
 Promotor dapat berupa logam‐logam transisi atau logam mulia,
ataupun anion‐anion yang aktif seperti sulfat untuk membuat katalis
jadi bersifat asam.
 Promotor tersebut menjadi bahan tambahan yang dapat :
1) menstabilisasi bilangan atau kekuatan oksidasi dari suatu katalis,
2) mengoptimalisasi fasa atau struktur aktif dari bahan penyusun
katalis,
3) memberikan jalur alternatif untuk memfasilitasi reaksi,
4) mengubah konsentrasi keadaan oksidasi dari fase aktif katalis,
5) meningkatkan aktifitas atau selektifitas,
6) menambah kekuatan mekanik dan mencegah sintering,
7) meningkatkan luasan permukaan aktif dari katalis,
8) ataupun mengubah tektur katalis.
22
 Proses penyiapan atau pembuatan katalis juga menentukan keaktifan
dari promotor,misalnya dengan impregnasi, kopresipitasi, atau sol‐gel.
 Promotor struktur tertentu dapat ditambahkan untuk mengendalikan
porositas katalis,memaksimalkan jumlah situs aktif, dan mengontrol
ukuran kristal.
 Oksida asam juga dapat digunakan untuk menetralisasi komponen
oksida basa di dalamkatalis. Oksida‐oksida lainnya dapat juga
mengendalikan struktur elektronik di situs-situsaktif yang
mempengaruhi proses adsorpsi reaktan ke permukaan situs aktif.

Komponen inti katalis menurut derajat kepentingannya:

1. Selektifitas

Selektifitas adalah kemampuan katalis untuk memberikan produk reaksi


yang diinginkan (dalam jumlah tinggi) dari sekian banyak produk yang mungkin
dihasilkan. Produk yang diinginkan tadi sering disebut sebagai yield sedangkan
banyaknya bahan baku yang berhasil diubah menjadi aneka produk dikatakan
sebagai konversi.

Yield = %selektifitas x konversi

2. Stabilitas

Kemampuan sebuah katalis untuk menjaga aktifitas, produktifitas dan


selektifitasnya dalam jangka waktu tertentu.

3. Aktifitas

Kemampuan katalis untuk mengubah bahan baku menjadi produk atau


aneka produk yang diinginkan (lebih dari satu). Aktifitas = massa (kg) bahan baku
yang terkonversi/(kg atau liter katalis x waktu) atau Konversi, yaitu persentase

23
dari bahan baku menjadi aneka produk. Atau TON (turnover Number), yaitu
banyaknya molekul yang bereaksi/(waktu, misalnya detik x setiap situs aktif).

Tiga metode untuk mengukur aktifitas katalis :

1. Aktifitas dapat dinyatakan dalam konsep kinetika. Aktifitas dapat


dinyatakan dari pengukuran kecepatan reaksi dalam jangkauan tertentu suhu
dan konsentrasi. Kecepatan reaksi, r, dihitung sebagai kecepatan perubahan
sejumlah zat, nA dari reaktan A persatuan waktu dan per satuan volume
(atau per satuan massa) katalis, sehingga r ini memiliki unit mol L-1 h-1 atau
mol kg-1 h-1.
2. Aktifitas dapat pula dinyatakan oleh turnover number (TON) yang
didefinisikan sebagai banyaknya molekul reaktan yang terlibat dalam reaksi
tiap situs aktif dan tiap detik.
3. Dalam prakteknya, sebagai perbandingan aktifitas, ukuran-ukuran berikut
ini dapat pula digunakan:
a) Konversi dalam kondisi reaksi tetap
b) Space velocity untuk konversi tetap yang tertentu
c) Space-time yield
d) Suhu yang dibutuhkan untuk suatu konversi tertentu

2.3 Umur Katalis

Salah satu faktor kunci kinerja katalis adalah umur katalis.Kadang‐kadang


engineers mengorbankan aktifitas dan selektifitas katalis dengan
menggunakannya melewati umur katalis. Pengujian‐pengujian laboratorium tidak
bisa digunakan untuk menguji umur katalis nyata, paling tidak hanya bisa tahu
kecenderungan dari umur katalis. Kebanyakan katalis menunjukkan kehilangan
aktifitas dengan berlangsungnya waktu operasi, tetapi biasanya operator
mengkompensasi deaktivasi katalis dengan menaikkan temperatur atau
memvariasi parameterparameter proses yang lain untuk mengubah yield produk.

24
Kadang‐kadang promotor yang digunakan untuk menaikkan kekuatan mekanik
bahkan bisa memblok situs aktif yang ada.

2.4 Bentuk Katalis

Bentuk katalis harus didesain agar bisa sesuai dengan ukuran


reaktor.Untuk reaktor fixed‐bed harus diusahakan agar penurunan tekanan
sepanjang reaktor tidak terlalu besar dengan cara membuat katalis dengan bentuk
yang lebih langsing dan kecil dibandingkan dengan bentuk pelet. Untuk hal ini
terdapat kajian‐kajian yang berkaitan dengan external and internal diffusion
limitation agar ukuran katalis bisa sesuai dengan ukuran reaktor tanpa
mengorbankan penurunan tekanan. Reaktor fluidized bed memerlukan bentuk
katalis yang memungkinkan agar katalis mudah terfluidisasi, tentunya bentuk
yangpaling sesuai adalah bulat.Penurunan porositas katalis juga mengakibatkan
reaktan tidak bisa mencapai semua bagian katalis selama waktu tinggal di dalam
reaktor, sehingga kekerasan pellet harus disesuaikan dengan porositas optimum.

Katalis logam tunggal paladium aktif dan selektif untuk reduksi nitrat.
Katalis ini membutuhkan logam lain sebagai promotor untuk meningkatkan
aktivitas dan selektivitasnya dalam mereduksi nitrat. Promotor katalis merupakan
bahan yang digunakan sebagai aditif untuk meningkatkan aktivitas katalis dengan
menjaga dispersi fasa aktif dan meningkatkan stabilitas termal dari pendukung.
Promotor yang sering digunakan adalah Cu, Sn, In dan Zn (Prüsse et al., 2000 dan
Pintar et al., 2004). Hörold et al. (1993) telah meneliti berbagai logam pada
golongan VIII dan Ib meliputi Fe, Co, Pt, Ni, Ag dan Cu sebagai promotor
terhadap katalis paladium dan ternyata promotor Cu merupakan promotor yang
aktif dalam penghilangan nitrat dibanding logam promotor lainnya. Hasil
penelitian tersebut didukung oleh penelitian Chollier-Bryme et al. (2002). Oleh
karena itu dalam penelitian ini akan digunakan katalis logam ganda berbasis Pd
dengan promotor Cu untuk denitrifikasi.

25
2.5 Spent Katalis

Katalis yang banyak digunakan di industri kimia dan industri minyak


secara bertahap akan kehilangan kemampuan katalitiknya akibat perubahan
struktur, keracunan, atau karena permukaan aktifnya tertutup oleh material lain.
Penggantian katalis dilakukan bila tingkat aktivitasnya sudah tidak memenuhi
kriteria yang dibutuhkan dalam proses oleh penggunanya. Katalis yang sudah
jenuh atau sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya biasa disebut spent
katalis.

Komposisi Spent Katalis

Komposisi spent katalis akan menentukan cara reklamasi atau proses


recovery yang dapat dilakukan, dan perusahaan mana yang mungkin dapat
memprosesnya. Komposisi asli katalis dapat diperoleh dari supplier. Namun
informasi tersebut masih perlu di kombinasikan dengan potensi kontaminan yang
muncul dari proses produksi yang memungkinkan perubahan kimia atau fisika
yang dialami katalis. Ketika spent katalis dihasilkan, spent katalis perlu dianalisis
dan diuji agar dapat memberikan informasi yang jelas untuk pengamanan, laporan
kepada pengawas dan untuk perusahaan yang rencananya akan terlibat dalam
pengangkutan dan pengolahan spent katalis.

Bahaya Spent Katalis

Tingkat bahaya katalis dapat diperoleh melalui MSDS. Namun perlu


dipahami bahwa informasi tersebut bukan untuk spent katalis, yang mungkin
memiliki property bahaya berbeda dibanding dengan katalis aslinya. Pengujian
spent katalis dapat meliputi komposisi spent katalis dan potensi bahayanya.
Secara umum, para pengguna katalis perlu memperhatikan hal-hal berikut
sebelum spent katalis dihasilkan dan dibuang:

• Komposisi spent katalis

• Bagaimana perlakuan sebelum dan ketika dibuang?

26
• Apakah katalis terkontaminasi dalam penggunaannya?

• Perkiraan karakteristik kimia-fisika spent katalis?

• Apakah spent katalis memiliki potensi bahaya?

• Bagaimana spent katalis dikelompokan, dikemas, ditandai, disimpan


dan diangkut setelah dihasilkan?

Pengelolaan Spent Katalis

Terhadap spent katalis, ada beberapa alternative pengelolaan yang dapat


dilakukan, namun semuanya tergantung pada perubahan kimia atau struktur yang
terjadi dalam spent katalis. Alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu:

• Melakukan regenerasi dan penggunaan kembali bahan katalis

• Pengambilan sebagian atau seluruh komponen dalam bahan katalis

• Penggunaan kembali untuk kegiatan/proses yang berbeda, atau

• Pembuangan

Regenerasi dan penggunaan kembali katalis

Jika katalis menjadi tidak berfungsi karena ada deposisi bahan asing pada
permukaannya atau disebabkan oleh racun (gangguan dari senyawa lain yang
menghambat berfungsinya katalis) yang dapat dihilangkan, maka sangat
memungkinkan bagi spent katalis tersebut untuk diregenerasi atau diaktifkan
kembali kemampuan katalitiknya. Regenerasi katalis biasanya dilakukan dengan
cara pembakaran pengotor katalis.

Jika secara teknis memungkinkan, maka regenerasi katalis merupakan


pilihan terbaik bagi Lingkungan dan (mungkin) disukai secara ekonomi karena
memperpanjang umur katalis, meminimalkan penggunaan bahan baku baru, serta
mengurangi kebutuhan untuk proses daur ulang atau pembuangan.

27
Spent katalis dari proses hydrotreating di pengilangan perlu dicek
kelayakan teknis untuk diregenerasi. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan regenerasi menggunakan kombinasi uji coba skala lab bersamaan
dengan analisis kimia-fisika yang tepat. Evaluasi merupakan dasar apakah spent
katalis dapat diregenerasi atau tidak. Katalis yang dapat diregenerasi biasanya
dapat dipergunakan beberapa kali siklus produksi.

Pengambilan Komponen dalam Spent Katalis

Perubahan struktur katalis secara signifikan atau keracunan yang parah


akibat penggunaan seringkali bersifat tidak berbalik. Kondisi ini menyebabkan
katalis tidak memungkinkan untuk diregenerasi untuk digunakan kembali. Pada
kondisi ini, katalis harus dikeluarkan dari unit operasi, dan jika memungkinkan
dikirim untuk pengambilan sebagian atau seluruh komponen, atau digunakan
sebagai bahan baku proses yang lain seperti fluid cracking catalyst untuk
pembuatan semen, misalnya.

Penghancuran spent katalis dengan diikuti pengambilan kembali material


tertentu merupakan metode yang telah diterapkan secara meluas dalam
penanganan spent katalis. Banyak katalis memiliki kandungan logam dalam
jumlah yang signifikan yang dapat diperoleh melalui berbagai metode
pengolahan. Reklamasi menawarkan alternative ramah Lingkungan dibandingkan
dengan metode pembuangan karena tidak hanya mengurangi jumlah limbah yang
harus dibuang tetapi juga menghemat sumber daya alam, selain memberikan
keuntungan ekonomi bagi pelakunya.

Di samping nilai kandungan logam mulia, spent katalis juga dapat


mengandung campuran kompleks bahan-bahan yang berbeda seperti:

• Base metal dan promotor seperti: Sn, Pb, Ni, Co, dan lain-lain;

• Fe, Ni, Cr dari korosi dinding dan tabung reaktor;

• Unsur-unsur berbahaya berasal dari umpan bahan atau crude oil (As,

Hg, dll) yang mengkontaminasi;


28
• Halogen (Cl, F, dll) seperti yang ditemukan dalam katalis isomerasi

• Karbon (misalnya, high cooked “heel” CCR catalyst) dan kontaminasi

hidrokarbon dari proses katalitik

Rantai daur ulang spent katalis tidak hanya berurusan dengan logam
mulia tapi juga harus bertanggung jawab terhadap seluruh “kontaminan” yang
terdapat dalam spent katalis tersebut.

2.6 Contoh Katalis

2.6.1 Katalis Zeolit

Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumiosilikat terhidrasi


yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensinya.
Zeolit pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh Cronstedt, ahli mineral dari
Swedia. Zeolit merupakan kristal alumina-silika yang mempunyai struktur
berongga atau berpori dan mempunyai sisi aktif yang bermuatan negatif yang
mengikat secara lemah kation penyeimbang muatan. Zeolit terdiri atas gugusan
alumina dan gugusan silika-oksida yang masing–masing berbentuk tetrahedral
dan saling dihubungkan oleh atom oksigen sedemikian rupa sehingga
membentuk kerangka tiga dimensi. Karakteristik umum dari sebuah zeolit adalah
memiliki 3-dimensi, 4-struktur kerangka penghubung dari TO4 tetrahedra ( unit
bangunan dasar), dimana T adalah kation yang terkoordinasai secara tetrahedral
(T=Si atau Al). Zeolit digunakan sebagai pengemban karena struktur kristalnya
berpori dan memiliki luas permukaan yang besar, tersusun oleh kerangka silika–
alumina seperti yang terlihat pada Gambar 1. Zeolit alam memiliki stabilitas
termal yang tinggi, harganya murah serta keberadaannya cukup melimpah.

29
Gambar: Contoh Kerangka Zeolit Alam (jenis SOD)

Penggunaan zeolit secara umum digunakan untuk detergen, industri


petrokimia dan pertambangan minyak, katalis, adsorben, pemisah gas, agrikultural
dan hortikultural, pigmen, dan perhiasan. (Bekkum, 2003)

Penggunaan zeolit alam sebagai katalis sudah dikembangkan dalam


berbagai percobaan. Salah satu aplikasinya adalah pada penggunaan katalis yang
digunakan dalam proses hidrasi dan dehirasi diantaranya pada senyawa alumina
dan MgO (Foggler, 1992) serta silika alumina dan WO3 (Thomas, 1970 dalam
Smith, 1981). Karakteristik katalis silika alumina sebagai katalis proses
perengkahan mempunyai luas permukaan antara 200 – 600 m2/gram, volume pori
0,2 – 0,7 cm3/gram dan diameter rata-rata 33 – 150 Ao (Wheeler, 1950 dan
Smith, 1981). Dalam perkembangannya banyak peneliti yang mengembangkan
zeolit sebagai katalis dalam proses dehidrasi. Komposisi dari zeolit alam adalah
silika oksida, aluminium oksida, dan magnesium. Komponen ini dapat
dikembangkan sebagai katalis dalam proses dehidrasi etanol.

a. Struktur zeolit
Karakteristik umum dari sebuah zeolit adalah memiliki 3-dimensi,
4-struktur kerangka penghubung dari TO4 tetrahedra ( unit bangunan
dasar), dimana T adalah kation yang terkoordinasai secara tetrahedral

30
(T=Si atau Al). Dalam penjelasan struktur zeolit hampir selalu didahului
dengan penjelasan tipe kerangka dalam pembukaan pori-pori dan
dimensionalitas dari sistem saluran.

Terbukanya pori-pori ditandai dengan ukuran cincin, n adalah


jumlah dari atom-T ( biasanya juga jumlah dari atom O) di cincin.
Banyaknya bentuk struktural seperti sangkar, saluran, rantai, dan lembaran
adalah tipe dari beberapa kerangka zeolit, jadi desainnya pun seperti –
rongga, dan –sangkar, unit segi delapan, poros, dan rantai dobel poros.
Sebagai contoh :

Gambar 2.3. Contoh Struktur n-Cincin

Karakteristik yang dapat dilihat dari struktur zeolit adalah tipe


kerangkanya, yang dijelaskan dalam susunan sangkar, dimensionalitas dari
sistem saluran dan perkiraan ukuran dari bukaan pori-pori.
Untuk mengerti secara dalam mengenai material zeolit
sesungguhnya, tidak hanya meninjau tipe kerangka, tapi juga harus
mengeksplorasi komposisi dan geometri kerangka, lokasi dan sifat dasar
dari kerangka extra, jumlah dan tipe kerusakan yang ada. ( Cˇ ejka dan
Bekkum, 2007)

31
b. Sintesis Zeolit

Jumlah dari silica dalam sebuah zeolit sangat mempengaruhi


ukuran dan morfologi dari kristal zeolit, dan alumina mempengaruhi
kristalisasi dari zeolit. Rasio Si/Al mempunyai peran yang penting dalam
menentukan struktur dan komposisi dari produk kristal. Penentuan rasio
Si/Al dapat dilakukan dengan alat Spektroskopi Serapan Atom (AAS).

Beberapa jenis Ratio Si/Al yang mempengaruhi zeolit adalah :

1) Zeolit dengan ratio Si/Al yang rendah (Si/Al ≤ 5)

Pada umumnya, zeolit ini hampir jenuh oleh aluminium pada


kerangkanya dengan perbandingan Si/Al mendekati satu. Bentuk kerangka
molekul merupakan tetrahedral aluminosilikat. Banyak mengandung
panukar kation. Kedua sifat ini menimbulkan permukaan yang heterogen.
Permukaan sangat efektif untuk air, senyawa polar, dan berguna untuk
pengeringan dan pemurnian. Volume pori-pori dapat mencapai 0,5 cm3 /
vol zeolit (cm3 ).

2) Zeolit dengan ratio Si/Al sedang (Si/Al = 5)


Zeolit jenis ini lebih stabil terhadap panas dan asam daripada zeolit
dengan silika rendah dan mempunyai perbandingan Si/Al = 5.
permukaannya masih heterogen dan sangat efektif untuk air dan molekul
polar lainnya.

3) Zeolit dengan ratio Si/Al tinggi (Si/Al > 5)


Zeolit ini mempunyai perbandingan kadar Si/Al antara 10-100,
bahkan lebih. Permukaannya mempunyai karakteristik lebih homogen dan
selektif dalam organofilik dan hidrofobic. Zeolit ini sangat kuat untuk
menyerap molekul-molekul organic kepolarannya dan hanya sedikit
bereaksi dengan air dan molekul yang kepolarannya tinggi.

Dari pembagian rasio Si/Al, maka dapat disebutkan beberapa tipe


zeolit yang ditulis berdasarkan aturan dari IUPAC commitee on chemical

32
nomenclature of zeolit , yaitu ditulis dengan kode tiga huruf. Sebagai
contoh: analcime disingkat menjadi ANA. Seperti terlihat pada tabel 2.1 di
bawah ini:

Tabel 2.1.Klasifikasi Zeolit Berdasarkan Rasio Si/Al

Si/Al≤2 2<Si/Al≤5 5<Si/Al


Silika Rendah Silika Sedang Silika Tinggi

ABW, Li-A(BW) BHP, linde Q ASV, ASU-7


AFG, afghanitea BOG, boggsitea BEA, zeolite β
ANA, analcimea BRE, brewsteritea CFI,CIT-5
BIK, bikitaitea CAS, Cs-aluminosilicate CON,CIT-1
CAN, cancrinitea CHA, chabazitea DDR, decadodelcasil
EDI, edingtonitea CHI, chiavennite DOH, dodecasil
FAU, NaX DAC, dachiarditea DON, UTD-1F
FRA, franzinite EAB, EABESV ESV, ERS-7
GIS, gismondinea EMT, hexagonal EUO, EU-1
GME, gmelinitea faujasite FER, ferrieritea
JBW, NaJ EPI, epistilbitea GON, GUS-1
LAU, laumonitea ERI, erionitea IFR, ITQ-4
LEV, levynea FAU, faujasitea ISV, ITQ-7
LIO, liottitea FER, ferrieritea ITE, ITQ-3
LOS, losod GOO, goosecreekitea LEV, NU-3
HEU, heulanditea

33
MEL, ZSM-11
KFI, ZK-5
MEP, melanopholgitea
LOV, lovdariteb
MFI, ZSM-5
LTA,ZK-4
LTA, linde Type A MFS, ZSM-57
LTL, linde L
LTN, NaZ-21 5<Si/Al
2<Si/Al≤5
NAT, natrolitea MTT, ZSM-23
OFF, offretitea
PAR, partheitea MTW, ZSM-12
PAU, paulingitea
Si/Al≤2 MWW, MCM-22
RHO, rho
TSC, tschortnerit NON, nonasil
SOD, sodalite
THO, thomsonitea NES, NU-87
STI, stilbitea
PHI, phillipsitea RSN, RUB-17
YUG, yugawaralitea
ROG, roggianitea RTE,RUB-3
MOR, mordenitea
SOD, sodalite RTH, RUB-13
MAZ, mazzitea
WEN, wenkitea MSO, MCM-61 MTF,
MEI, ZSM-18
MCM-35
MER, merlinoitea
MTN,dodecasil3
MON,montasommaitea
CRUT, RUB-10

(Sumber: Handbook of ZeolitScience and Technology, Payraand Dutta, 2003)

2.6.2 Katalis Ziegler–Natta

Katalis Ziegler-Natta adalah campuran antara senyawa-senyawa


titanium seperti titanium(III) klorida atau titanium(IV) klorida dan senyawa-
senyawa aluminium seperti aluminium trietil. Katalis Ziegler-Natta dapat
membatasi berbagai monomer mendatang ke sebuah orientasi yang spesifik,
hanya menambahkan monomer-monomer itu ke rantai polimer jika mereka
menghadap ke arah yang benar.

34
Katalis Ziegler-Natta, dinamakan menurut nama Karl Ziegler dan Giulio
Natta, suatu katalis yang digunakan dalam sintesis polimer 1-alkena (α-olefin).
Dua kelas yang luas dari katalis Ziegler-Natta yang digunakan, dibedakan oleh
kelarutannya:

 Katalis yang didukung secara heterogen berdasarkan pada senyawa yang


digunakan dalam reaksi polimerisasi dalam kombinasinya dengan
kokatalis, senyawa organologam seperti trietilaluminium, Al(C2H5)3.
Kelas katalis ini mendominasi industri.

 Katalis homogen biasanya berdasarkan pada kompleks Ti, Zr atau Hf.


Mereka ini biasanya digunakan dalam kombinasinya dengan kokatalis
organoaluminium yang berbeda, metilaluminoksan (atau metilalumoksan,
MAO). Katalis ini secara tradisional termasuk metalosen tetapi juga fitur
ligan multidentat berbasis oksigen-dan nitrogen.

Katalis Ziegler–Natta digunakan untuk mempolimerisasi 1-alkena terminal


(etilena dan alkena dengan ikatan rangkap vinil):

n CH2=CHR → −[CH2−CHR]n−

Golongan Katalis Ziegler–Natta

a) Katalis Heterogen

Kelas pertama dan dominan dari katalis berbasis-Ti (dan beberapa katalis
berbasis-V) untuk polimerisasi alkena secara kasar dapat dibagi menjadi dua
subkelas, (a) katalis yang cocok untuk homopolimerisasi etilena dan untuk reaksi
kopolimerisasi etilena/1-alkena mengarah ke kopolimer dengan kandungan 1-
alkena rendah, 2-4 mol.% (resin LLDPE), dan ( b) katalis yang cocok untuk
sintesis isotaktik 1-alkena. Tumpang tindih antara dua subklas ini relatif kecil
karena persyaratan untuk katalis masing-masing sangat berbeda.

Katalis komersial yang didukung, yaitu terikat padat dengan dengan luas
permukaan yang tinggi. Kedua TiCl4 dan TiCl3 memberikan katalis aktif.
Dukungan dalam sebagian besar katalis adalah MgCl2. Sebuah komponen ketiga

35
dari kebanyakan katalis adalah pembawa, bahan yang menentukan ukuran dan
bentuk partikel katalis. Pembawa yang lebih disukai adalah bidang mikro silika
amorf dengan diameter 30-40 mm. Selama sintesis katalis, baik senyawa Ti dan
MgCl2 yang dikemas ke dalam pori-pori silika. Semua katalis ini diaktifkan
dengan senyawa organo-aluminium seperti Al(C2H5)3.

Semua katalis Ziegler-Natta modern yang didukung dirancang untuk


polimerisasi propilena dan 1-alkena lebih tinggi disusun dengan TiCl4 sebagai
bahan aktif dan MgCl2 sebagai pendukung.

Komponen lain dari semua katalis dimodifikasi secar organik, biasanya


sebuah ester dari diasam atau dieter aromatik. Reaksi pengubah baik dengan
bahan anorganik dari katalis padat serta dengan kokatalis organoaluminium.
Katalis ini mem-polimerisasi propilena dan 1-alkena lain menjadi polimer
isotaktik sangat kristal.

b) Katalis Homogen

Satu kelas yang luas kedua katalis Ziegler-Natta yang larut dalam media
reaksi. Secara tradisional katalis homogen tersebut berasal dari metalosen tetapi
struktur katalis aktif telah diperluas secara signifikan.

 Katalis Metalosen

Katalis ini adalah metalosen bersama dengan kokatalis, khasnya


MAO, [−O–Al–CH(CH3-)n. Katalis metalosen ideal memiliki komposisi
Cp2MCl2 (M = Ti, Zr, Hf) seperti titanosen diklorida. Biasanya, ligan
organik adalah turunan dari siklopentadienil.

Dalam beberapa kompleks, dua cincin siklopentadiena (Cp) terikat


dengan jembatan, seperti −CH2−CH2− atau >SiPh2. Bergantung dari jenis
ligan siklopentadienil, misalnya dengan menggunakan jembatan-Ansa,
katalis metalosen dapat meng-hasilkan polimer isotaktik atau sindiotaktik
dari propilena dan 1-alkena lain.

36
 Katalis Non-metalosen

Katalis Ziegler–Natta dari kelas ketiga, katalis non-metalosen,


menggunakan berbagai kompleks dari berbagai logam, dari logam
skandium sampai lantanoid dan aktinoid, dan berbagai macam ligan
yang mengandung oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Kompleks ini
diaktifkan menggunakan MAO, seperti yang dilakukan untuk katalis
metalosen.

Kebanyakan katalis Ziegler–Natta dan semua kokatalis


alkilaluminium tidak stabil di udara, dan senyawa alkilaluminium
piroforik. Oleh karena itu, katalis selalu dibuat dan ditangani di bawah
udara inert.

37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat laju reaksi, namun tidak
ikut serta bereaksi dengan reaktan.
2. Komposisi katalis terdiri dari fase utama, pendukung, dan promotor.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa yang akan menggeluti dunia industri dan proses kimia
yang terjadi di dalamnya, tentunya disarankan agar lebih memahami mengenai
bahan penunjangnya, salah satunya adalah katalis.

38
DAFTAR PUSTAKA

Hernawati, Dya. 2013. Katalis dan Fungsinya.


https://dyahernawati.wordpress.com. Diakses pada 25 Oktober 2014.
Inuyasha. 2014. Katalis Heterogen. http://inuyashaku.wordpress.com. Diakses
pada 26 Oktober 2014.
Katalis. http://digilib.its.ac.id. Diakses pada 23 Oktober 2014.
Katalis. http://eprints.undip.ac.id. . Diakses pada 23 Oktober 2014.
Rusdianasari dan Purnamasari, Indah. 2014. Modul Teknik Reaksi Kimia.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
2009. Komponen Katalis. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web.
Diakses pada 23 Oktober 2014.
2010. Katalis.http://tekim.undip.ac.id. . Diakses pada 23 Oktober 2014.
2013. Katalis. http://sains-resources.blogspot.com.Diakses pada 23 Oktober 2014.
2013. Katalis Dalam Industry. http://ikubarunovryan.blogspot.com. Diakses pada
26 oktober 2014.
2014. Katalis Ziegler-Natta. http://wawasanilmukimia.wordpress.com. Diakses
pada 26 oktober 2014.

39

Anda mungkin juga menyukai