PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 apa yang dimaksud dengan acetogeni?
1.2.2. bagaimana karakteristik dari struktur acetogenin?
1.2.3. bagaimana cara isolasi acetogenin?
1.2.4 bagaimana cara sintesis acetogenin menjadi bullacin?
1
1.3.Tujuan
1.3.1 agar mahasiswa menegtahui apa yangdimaksud dengan acetogeni?
1.3.2. agar mahasiswa mengetahui bagaimana karakteristik dari struktur
acetogenin?
1.3.3. agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara isolasi acetogenin?
1.3.4 agar mahasiwa mngtahui bagaimana cara sintesis acetogenin menjadi
bullacin?
2
BAB II
ISI
2.1. ACETOGENIN
3
kandidat untuk obat antikanker masa depan. Bioaktivitas dan mekanisme penelitian
tindakan pada AGEs annonaceous telah baik difokuskan pada sitotoksisitas ampuh
melawan sel-sel kanker dan menghambat mitokondria respira- rantai tory I. kompleks
Namun, studi terbaru melaporkan hubungan antara jenis senyawa dan sporadis
patologi neurodegenerative tau di manusia-manusia yang menelan tanaman
annonaceous yang mengandung AGEs. (Liaw et al., 2016)
Singkatnya, fitur umum pada struktur AGEs adalah cincin terminal γ-lakton dan
terminal alifatik rantai samping menghubungkan ke beberapa kelompok fungsional
hidrofilik, seperti 1-3 cincin THF dan beberapa kelompok hidroksi. Pada tahun 1998,
Gua et al. membahas fitur yang disebutkan sebelumnya dalam hal dua faktor
struktural utama, cincin γ-lakton terminal dan substituen pada rantai alifatik panjang.
(Liaw et al., 2016)
4
(4) mono-THF α-hidroksilasi γ-lakton AGEs;
5
6
Ring fitur struktural dari jenis AGE adalah salah satu THF cincin dengan satu
atau dua mengapit gugus hidroksi dalam rantai alifatik panjang. Ada dua subtipe
berdasarkan jumlah mengapit kelompok hidroksi termasuk: (1) cincin THF mengapit
satu kelompok hidroksi dan (2) cincin THF mengapit dua kelompok hidroksi.
7
Plant source Genus Species
Rollinia R. emarginata
R. membranacea
R. mucosa Baill.
R. papilionella
R. sericea
R. sylvatica
R. ulei
Saccopetalum S. prolificum
Uvaria U. acuminate
U. boniana
U. calamistrata
U. grandiflora
U. hookeri
U. microcarpa
U. narum
U. pauci-ovulata
U. rufa Bl.
U. tonkinensis
Xylopia X. aromatic
X. emarginata
Vitaceae Ampelocissus A. sp.
8
2016) Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas
sitotoksik (Jannah, 2010)
Molekular formula dari acetogenin C35H64O7 serta massa molekul relatif (Mr)
596,88 g/mol.(MZ et al., 2016)
Struktur acetogenin khas terdiri dari rantai alifatik bercabang panjang, posisi
terpusat 02:59 THF atau THP cincin, 17 kelompok hidroksil yang berdekatan dan
terminal metil-diganti α, cincin γ-lakton β-unsaturated. Bisa ada variasi dalam
stereokimia dan dalam jumlah dan posisi gugus hidroksil dalam struktur. Rantai
9
alifatik juga mengandung double18 atau triple19 obligasi, dan kadang-kadang keto-
atau acetoxy-kelompok bukan kelompok hidroksil. Pada Gambar 6, pilihan dari
acetogenins ditunjukkan untuk menggambarkan variabilitas struktur dalam keluarga.
Bullatacin (2,2) memiliki dua cincin THF yang berdekatan dan dianggap salah satu
yang paling ampuh acetogenins. Annonacin (2.3) merupakan jenis acetogenin dengan
hanya satu cincin THF dan mucosin (2,4) varian yang lebih jarang, mengandung THF
dan THP cincin. Tiga senyawa berikutnya 2,5-2,7 diusulkan untuk menjadi prekursor
dalam biosintesis terhadap struktur acetogenin final dan dapat memiliki bioaktivitas
yang lebih rendah. (Villo, 2013)
Daun sirsak tua (warna hijau pekat), dibersihkan dan dikeringkan selama 7 hari.
Pengeringan dilakukan pada temperatur ruang dan diayak (Suratmo, Pulung Y.P.
Retnowati, 2015)
a. Ekrasi acetogenin
Metode yang digunakan dalam mengekstrak acetogenin dari daun dan biji sirsak
adalah metode sokhletasi. Prinsip kerja dari metode sokhletasi adalah sampel
ditumbuk halus dan ditempatkan dalam kantong berpori atau extraction chamber yang
terbuat dari kaca yang kuat, ditempatkan dalam ruang dari alat sokhlet, pelarut
dipanaskan, kemudian uap dari pelarut dikondensasi dengan menggunakan
kondensor. Kemudian uap kontak dengan pelarut, sehingga pelarut yang bercampur
ekstrak bergerak menuju ke pipa kapiler. Ketika cairan meningkat, lama kelamaan
akan memenuhi pipa kapiler, kemudian pelarut yang bercampur dengan ekstrak turun
menuju labu distilasi. Proses ini terjadi secara terus menerus dan dilakukan sampai
10
pelarut dari pipa kapiler tidak meninggalkan residu saat menguap. (MZ et al., 2016)
Aseton merupakan senyawa non polar yang ditandai dengan memiliki tetapan
dielektrik 20,7+. Acetogenin adalah senyawa non polar yang ditandai dengan nilai
log P sebesar 7,71. Selain itu aseton (C3H6O) lebih non polar bila dibandingkan
dengan etanol dan metanol. Aseton memiliki titik didih 56 oC, aseton juga aman
(tidak beracun) dan tidak menyebabkan kebakaran ataupun ledakan, karena suhu
selama proses ekstraksi tidak mencapai suhu 60 oC maka aseton dapat mengekstrak
daun dengan baik tanpa merusak senyawa acetogenin didalamnya. (MZ et al., 2016)
b. Difraksinasi acetogenin
Uji Kedde
11
2.4. Sintesis Asetogenin
Selain itu, salah satu senyawa annonaceous acetogenins, yaitu bullatacin, secara
khusus membunuh sel kanker yang resisten terhadap obat-obatan dengan
menghambat produksi ATP, sehingga menghilangkan sumber energi sel kanker.
Selektivitas yang luar biasa terhadap sel kanker terutama terdapat pada daunnya.
(Sudiyono, 2015)
12
diisolasi dari tumbuhan famili annonaceous yang ditandai dengan terminal γ-lactone
subunit, dengan satu sampai tiga cincin tetrahydrofuran (THF) dan regio aliphatic
panjang dengan fungsi yang lain.(Sudiyono, 2015)
13
Sintesis Senyawa Annonaceous Acetogenins, Yaitu Bullatacin
Langkah 2
Senyawa pada gambar 5 yang terbentuk kemudian dilarutkan dalam asam asetat
14
: air (4:1) dan dipanaskan pada suhu 45oC selama 5 jam. Setelah larutam dimgin
kemudian diatur pHnya antara 6 sampai 7 dengan standar larutan NaH-CO3.
Campuran larutan kemudian diekstraksi dengan atil asetat dan fase organic dicuci
dengan larutan garam dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat
Langkah 3
Untuk labu yang kering ditambahkan dengan CBr4 dan CH2Cl2 anhidrat pada
suhu 0oC. Selanjutnya Larutan yang berisi PPh3 dalam CH2Cl2 anhidrat
ditambahkan perlahan-lahan . campuran kemudian diaduk pada suhu 0oC selama 10
menit dan campuran yang berisi gambar 6 dalam CH2Cl2 anhidrat ditambahkan
perlahan-lahan. Dan diaduk selama 1,5 jam kemudian ditambahkan dengan air.
Campuran diekstraksi dengan CH2Cl2 dan fase organic dicuci dengan larutan garam
dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat
Langkah 4
15
reaksi didinginkan perlahan sampai suhu 0oC. Reaksi didinginkan dengan NH4Cl
setelah 1 jam. Campuran kemudian diekstraksi dengan etil asetat dan fase organic
dicuci dengan larutan garam dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat.
Langkah 5
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Molekular formula dari acetogenin C35H64O7 serta massa molekul relatif (Mr)
596,88 g/mol.(MZ et al., 2016)
17
Sistem klasifikasi, AGEs dibagi menjadi sepuluh subtipe:
18
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, R. N. (2010). Uji efektifitas ekstrak daun sirsak (annona muricata L.). Skripsi
program studi biologi univiversitas muhammadiyah surakarta, 0–5.
Liaw, C., Liou, J., Wu, T., & Chang, F. (2016). Acetogenins from Annonaceae (Vol.
101). https://doi.org/10.1007/978-3-319-22692-7
MZ, S., Nurhayani, & Sinaga, S. D. (2016). Ekstraksi acetogenin dari daun dan biji
sirsak ( Annona muricata l ) dengan pelarut aseton. Jurnal Teknik Kimia USU,
5(2), 8–11. Diambil dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jtk/article/download/12833/6234
Uses, F., Uses, O., Africa, W., Asia, S., & Rico, P. (2010). Annona muricata, 4–7.
19