OBJEK III
(Usnea sp.)
NO.BP : 1911012040
SHIFT :1
LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi senyawa
golongan fenolik.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan fenolik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Thallophyta
Sub divisio : Lichenes
Ordo : Ascolichenes
Familia : Usneaceae
Genus : Usnea
Species : Usnea dasypoga (Ach.) Nyl(1).
2.1.2 Morfologi
Usnea sp. adalah lichen yang menempel pada kulit pohon dalam
posisi tegak atau berjurai. Tumbuh di ketinggian lebih dari 1000 m di atas
permukaan laut(3). Usnea sp tersebar di beberapa bagian Eropa dintaranya
Austria, Bulgaria, Republik Cheska, Denmark, Estonia, Finlandia, Jerman,
Yunani, Italia, Latvia, Lithuania, Norwegia, Polandia, Rumania, Rusia
(bagian utara, Kaukasus), Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, dan
Ukraina(4). Usnea sp. terdapat di daerah pegunungan di Indonesia, Malaysia,
India, China, Jepang, Eropa, Amerika, Afrika, Amerika Tengah, Australia,
dan Selandia Baru, Inggris. Di Inggris ditemukan di daerah Wales dan
Skotlandia, sedangkan di Afrika banyak ditemukan di Afrika Timur pada
ketinggian 10004000 m dari permukaan laut. Di Indonesia, Usnea sp. dapat
ditemukan hampir semua pegunungan dengan ketinggian mulai 1000 m
dari permukaan laut (5).
Beberapa senyawa yang terkandung dalam Usnea sp. yang telah diteliti
adalah sebagai berikut :
(a) (b)
(c)
Gambar 2. Struktur (+) - Asam usnat (a), (-) - Asam usnat (b), Antranorin (c).
2.4 Bioaktivitas
2.4.1 Ekstrak
2.4.1.1 Aktivitas antifungi dan antimikroba
Aktivitas antimikroba Usnea sp. (U. hirta, Usnea lapponica Vain., dan
Usnea strigosa (Ach.) Pers.) ekstrak metanol dan aseton terhadap E. coli, P.
aeruginosa, S. aureus, dan MRSA oleh microbroth dilution assay
menunjukkan bahwa E. coli tahan terhadap ekstrak Usnea sp. Strain bakteri
sensitif terhadap Usnea sp. ekstrak aseton. U. hirta memiliki aktivitas
antibakteri tertinggi dibandingkan dengan yang lain, diikuti oleh U. strigosa
dan kemudian U. lapponica. Aktivitas antibakteri Usnea sp. ekstrak aseton
lebih tinggi dari ekstrak metanolnya. Nilai MIC ekstrak aseton U. hirta adalah
3,9, 7,8, dan 7,8 μg/mL untuk P. aeruginosa, S. aureus, dan MRSA, masing-
masing. Nilai MIC yang sesuai adalah 15,6, 31,25, dan 62,5 μg/mL untuk
ekstrak metanol U. hirta. Asam usat, asam salazinat, dan asam konsalazin
diisolasi dari U. hirta, sementara asam usat diisolasi dari U. lapponica dan
asam usat, asam norstikat dan asam gallbinic diidentifikasi di U. strigose (7).
Sebuah penelitian dilakukan untuk menilai efek in vitro dari asam usnat
diisolasi dari U. dasypoga terhadap isolat klinis dan strain pylori Helicobacter
standar. Tingkat kerentanan ganda terhadap asam usnik dan klaritromisin
terdeteksi sangat tinggi (97,3%). Asam usat memiliki aktivitas yang kuat dan
tergantung dosis terhadap strain H. pylori. Sinergisme antara asam usnik dan
klaritromisin juga diamati dan mungkin efektif dalam pengobatan infeksi H.
pylori (9).
2.5 Ekstraksi
Macam-macam Ekstraksi
1) Maserasi
Merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan
pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metode ini dengan cara
merendam sampel dengan sekali-kali dilakukan pengocokan. Pengocokan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary shaker dengan kecepatan
sekitar 150 rpm. Umumnya perendaman dilakukan 24 jam dan selanjutnya
pelarut diganti dengan pelarut baru. Namun dari beberapa penelitian
melakukan perendama hingga 72 jam. Selama proses perendaman, cairan
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut terus
berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dengan larutan di dalam sel. Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi
adalah cara pengerjaan dan peralatan yang sederhana. Namun metode ini
juga memiliki kekurangan, yaitu cara pengerjaannya yang lama dan ekstraksi
yang kurang sempurna (10).
2) Perkolasi
Merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan
pelarut melalui bahan sehingga komponen dalam bahan tersebut tertarik ke
dalam pelarut. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adesi,
daya kapiler dan daya geseran (friksi). Hasil perkolasi disebut perkolat.
Perkolasi banyak digunakan untuk mengekstraksi komponen dari bahan
tumbuhan. Pada proses perkolasi, terjadi partisi komponen yang diekstraksi,
antara bahan dan pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang,
maka semakin banyak komponen yang tertarik. Kelemahan dari metode ini
yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu yang lama, sedangkan komponen
yang didapat relatif tidak banyak. Keuntungannya adalah tidak memerlukan
pemanasan sehingga teknik ini baik untuk substansi termolabil (yang tidak
tahan terhadap panas) (10).
2. Ekstraksi cara panas
Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan cara
dingin.
1) Refluks
Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah palarut tertentu dengan
adanya pendinginan balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga kali sampai
lima kali pengulangan proses pada residu pertama agar proses ekstraksinya
sempurna (10).
Prosedur: Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap ->
pelarut yang menguap didinginkan oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap
lagi karena panas -> dan seterusnya. Pelarut akan mengekstraksi dengan
panas, terus menguap sebagai senyawa murni dan kemudian didinginkan
dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu
seterusnya (10).
Proses ekstraksi dimana sampel yang akan diekstraksi ditempatkan
dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan di atas
tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel. Kondensat
akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi
sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk
ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan
sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan Soxhlet yang digunakan
untuk ekstraksi lipida. Sampel yang bisa diperiksa meliputi pemeriksaan
lemak, trigliserida, kolesterol (10).
2) Digesti
Adalah proses ekstraksi dengan pengadukan kontinu pada temperatur
tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperature 40-50 °C (10).
3) Infundasi
Adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya adalah
air pada temperature 96-98 °C selama 14-20 menit (10).
2.6 Rekristalisasi
Rekristalisasi
1.
Winiati S, Suwarso WP, Cahyana H, Hanafi M. Isolasi Asam-3-asetil-
12ursanen-28-oat dari Talus Lichen Usnea dasypoga (Ach.) Nyl. In: Kimia
Organik, Bahan Alam, dan Biokimia. Jakarta; 2017. p. 452–64.
3.
Maulidiyah. Isolasi dan Penentuan Struktur Serta Uji Bioaktivitas Senyawa
Kimia dari Ekstrak Aseton Lichen Usnea blepharea Motyka dan Usnea
flexuosa Tayl. Univesitas Indonesia; 2011.
4.
Randlane T, Tõrra T, Saag A, Saag L, Tiina R, Tiiu T, et al. Key to
European Usnea species. Bibl Lichenol. 2009;100(c):419–62.
5.
Roziaty E. Review : Kajian Lichen : Morfologi, Habitat Dan Bioindikator
Kualitas Udara Ambien Akibat Polusi Kendaraan Bermotor.
Bioeksperimen J Penelit Biol. 2018;2(1):54.
6.
Prateeksha, Paliya BS, Bajpai R, Jadaun V, Kumar J, Kumar S, et al. The
genus Usnea: A potent phytomedicine with multifarious ethnobotany,
phytochemistry and pharmacology. RSC Adv [Internet].
7.
Sepahvand A, Studzińska-Sroka E, Ramak P, Karimian V. Usnea sp.:
Antimicrobial potential, bioactive compounds, ethnopharmacological uses
and other pharmacological properties; a review article. J Ethnopharmacol.
2021;268(July 2020).
8.
Sharma B, Bhat M. Ethnobiology , Phytochemistry and Pharmacology of
Usnea Longissima : A Review. Int J Sci Res Biol Sci. 2019;6(1):263–9.
9.
Bilen S, Sirtiyah AMA, Terzi E. Therapeutic effects of beard lichen, Usnea
barbata extract against Lactococcus garvieae infection in rainbow trout
. (Oncorhynchus mykiss). Fish Shellfish Immunol [Internet]
2019;87(January):401–9. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.fsi.2019.01.046
10.
Rafsanjani MK, Putri WDR. Karakterisasi Ekstrak Kulit Jeruk Bali
Menggunakan Metode Ultrasonic Bath (Kajian Perbedaan Pelarut dan
Lama Ekstraksi). J Pangan Dan Agroindustri. 2015;3(4):1473–80.