Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ENTOMOLOGI
TIPE PERKEMBANGBIAKAN SERANGGA

Fauziah Nabila
05081182025008

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga atau insekta merupakan kelas yang terbesar di dalam arthropoda,
beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies yang tersebar di semua penjuru dunia
(Safrudin, 2020). Saat ini setidaknya ditemukan berbagai jenis yang dikelompokkan
dalam 100 famili dan 26 ordo. Serangga merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman hayati yang harus di jaga kelestariannya sehingga terhindar
kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Serangga memiliki nilai
penting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya,
estetika dan ekonomi (Kartika et al., 2020).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga
betina. Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya
sangat besar. Oleh karena itu serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan
serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga
keluar (menetas) dari telur dinamakan perkembangan pascaembrionik. Setelah telur
menetas, serangga pradewasa mengalami serangkaian perubahan sampai mencapai
bentuk serangga dewasa (imago). Perkembangan pasca lahir tersebut terjadi secara
langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan perkembangan langsung adalah
perkembangan pasca lahir tanpa melalui stadium larva. Perkembangan secara
langsung ini melibatkan semacam perpanjangan perioda pertumbuhan yang mungkin
berlangsung dengan lancar dan cepat sekali. Selama perioda ini, pada umumnya
berlangsung pula perubahan-perubahan proporsi tubuh, serta maturasi gonad yang
terjadi secara bertahap, dan awal perilaku berkembangbiak (Lukman, 2011).
Keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur sampai imago
dinamakan metamorfosis.
Metamorfosis mengacu pada proses dimana serangga berkembang, tumbuh dan
berubah bentuk. Metamorfosis sebenarnya didefinisikan sebagai perubahan. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani yaitu “meta” berarti perubahan dan “morphe”berarti
bentuk. Metamorfosis menggambarkan serangkaian perubahan yang dilalui serangga
dalam pertumbuhannya dari tahap melalui tahap belum matang (nimfa, larva atau
pupa) ke tahap dewasa. Serangga dapat mengalami metamorfosis bertahap, di mana
transformasinya halus, atau mereka dapat mengalami metamorfosis lengkap, di mana
setiap tahap siklus hidup memiliki penampilan yang sangat berbeda dari tahap
sebelumnya. Ahli entomologi mengklasifikasikan serangga menjadi empat kelompok
berdasarkan jenis metamorfosis yang mereka alami: ametabola, paurometabola,
hemimetabola, dan holometabola.
Serangga-serangga primitif seperti springtail, silverfish, dan firebrats tidak
mengalami metamorfosis sejati selama siklus hidup mereka. Ahli entomologi
menyebut serangga ini sebagai "ametabolous" dari bahasa Yunani yang berarti tidak
memiliki metamorfosis. Ametamorfosis disebut juga ametabola (Kesumawati Hadi &
Soviana, 2010). Ketika mereka keluar dari telur, serangga ametabolous yang
pradewasa terlihat seperti versi kecil dari rekan dewasa mereka. Mereka terus
berganti kulit dan tumbuh sampai mencapai kematangan seksual. Serangga
pradewasa sering disebut gaead. serangga muda mengalami perubahan secara
bertahap, namun perubahan tidak banyak.
Paurometabola memiliki perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur-nimfa-
dewasa (imago). Serangga muda yang dalam hidupnya mengalami perkembangan
paurometabola disebut nimfa. Nimfa adalah serangga pradewasa yang mempunyai
bakal sayap di luar tubuhnya. Perkembangan paurometabola dicirikan oleh ukurannya
yang bertambah besar setiap ganti kulit, munculnya bakal sayap, dan munculnya
embelan-embelan alat kelamin luar. Nimfa berbeda dengan imago terutama dalam hal
ukuran, perkembangan sayap, dan alat kelaminnya. Sayap yang fungsional dan
terbentuk sempurna menandai kemunculannya ke tahap dewasa dalam siklus
kehidupan (Pinontoan et al., 2011). Beberapa serangga yang mengalami
perkembangan paurometabola antara lain belalang, kecoak, dan kepik.
Ciri-ciri perkembangan hemimetabola adalah habitat naiad (larva hemimetabola)
berbeda dengan habitat imago. Fase larva (naiad) dihabiskan di dasar perairan
sebelum berkembang ke fase dewasa (imago) (Susanto et al., 2020). Pada naiad
terjadi beberapa modifikasi, seperti adanya ingsang trakea, tungkai untuk merangkak
dan menggali, tubuh harus dapat berenang, dan alat mulut harus dapat mengambil
makanan di dalam air. Setelah itu naiad akan melakukan beberapa kali molting
hingga akhirnya memasuki tahap dewasa. Contoh serangga yang mengalami
perkembangan hemimetabola antara lain dari ordo Odonata, Plecoptera,dan
Ephemeroptera.
Ahli entomologi menyebut serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
sebagai "holometabola” berasal dari kata holo yang berarti total. Holometabola
memiliki siklus hidup melalui stadium telur, larva, pupa (kepompong), dan imago
(Rahayu & Basukriadi, 2012). Larva serangga holometabola tidak memiliki
kemiripan dengan versi imagonya. Selain itu habitat dan sumber makanan mereka
juga sama sekali berbeda. Larva tumbuh dan berganti kulit beberapa kali. Beberapa
ordo serangga memiliki nama berbeda untuk bentuk larvanya, misalnya larva kupu-
kupu dan ngengat adalah ulat, larva lalat adalah belatung, dan larva kumbang adalah
uret. Ketika larva berganti kulit untuk terakhir kalinya, ia berubah menjadi pupa atau
lebih dikenal sebagai kepompong. Tahap kepompong biasanya dianggap sebagai fase
istirahat, meskipun banyak perubahan aktif terjadi secara internal dan berada di
tempat-tempat tersembunyi. Jaringan dan organ larva terurai seluruhnya, kemudian
diatur kembali menjadi bentuk dewasa. Setelah reorganisasi selesai, pupa meranggas
untuk menampakkan imago dengan sayap fungsional. Sebagian besar spesies
serangga yang memiliki perkembangan holometabola adalah kupu-kupu, ngengat,
lalat, semut, lebah, dan kumbang.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu agar praktikan dapat mengetahui dan
membedakan tipe-tipe metamorfosis pada perkembangbiakan serangga.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dari praktikum kali ini adalah pada tanggal 05 November 2020.
Pukul 15.00-17.40 WIB dan bertempat di Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan.

2.2 Cara kerja


Adapun cara kerja dari praktikum tipe perkembangbiakan serangga ini adalah;
1. Mencari telur, larva, pupa, dan imago dari setiap jenis spesimen.
2. Menyiapkan alat dan bahan (spesimen) yang akan digunakan.
3. Mengamati dan mencatat ciri-ciri dari setiap stadia spesimen.
4. Dokumentasikan foto dan video spesimen tersebut.
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
Adapun hasil dari praktikum kali ini terdiri dari empat spesimen, yaitu ekor
pegas, kepik, capung dan, kupu-kupu
3.1 Ekor Pegas (Collembola)
Perkembangbiakan ametabola terjadi pada ordo Collembola yaitu Springtail.
Telur Springtail berdiameter sekitar 0,2 mm, berbentuk bulat, dan diletakkan sendiri-
sendiri atau dalam kelompok berada di dalam tanah atau pada daun-daun tanaman
pot. Setelah menetas, mereka langsung menjadi dewasa. Springtail memiliki bentuk
tubuh yaitu memanjang dan silindris atau bulat. Mata ocelli terdiri dari hingga 8
ocellus. Bentuk antena monoliform dan terdiri 4-6-segmen. Pada bagian akhir
abdomennya terdapat sebuah ekor (furcula) yang berfungsi membantu Springtail
melompat. Springtail biasa ditemukan di dalam tanah atau di bawah pot tanaman,
mereka memakan fungi atau bahan organik yang membusuk oleh karena itu mereka
berperan sebagai dekomposer.

(A) (B)
Gambar 3.1. Metamorfosis ametabola: (A) Telur ekor pegas, sumber: (Glime, 2020)
(B) Imago ekor pegas

3.2 Kepik (Hemiptera)


Perkembanngbiakan paurometabola terjadi pada ordo Hemiptera yaitu kepik.
Telur kepik biasanya berukuran sekitar 1 mm dan biasanya terletak di bagian bawah
daun. Sekitar satu hingga empat minggu, telur akan menetas. Setelah menetas, nimfa
muda (nimfa instar pertama) mulai memakan tanaman, menggunakan mulut
penghisap dan menusuk untuk mengekstrak getah tanaman. Nimfa adalah versi
miniatur dari kepik dewasa, kecuali warnanya terang dan tidak memiliki sayap.
Nimfa mengalami 4-5 tahap molting untuk mengubah bentuk dan strukturnya. Pada
tahap dewasa ukuran tubuh kepik membesar dan telah memiliki sayap dan
hemelytron seutuhnya.

(A) (B)

(C)
Gambar 3.2. Metamorfosis paurometabola: (A) Telur kepik; (B) Nimfa; (C) Imago

3.3 Capung (Odonata)


Contoh perkembangbiakan hemimetabola yaitu pada ordo Odonata yaitu capung.
Capung meletakan telurnya pada tanaman yang ada di air. Setelah menetas telur
tersebut akan menjadi naiad yang hidup di dalam air dan bernapas menggunakan
insang trakea. Tubuh naiad seperti serangga pada umumnya terdiri atas tiga bagian
yaitu caput, toraks, dan abdomen. Naiad berperan sebegai predator dengan memakan
serangga yang lebih kecil, misalnya larva nyamuk. Naiad akan melakukan molting
beberapa kali sebelum akhirnya menjadi dewasa. Tubuh capung dewasa terdiri tiga
bagian yaitu caput, toraks dan abdomen, memiliki mata faset yang besar serta dua
pasang sayap. Capung dewasa juga berperan sebagai predator dan hidup di hutan,
persawahan dan di sekitar sungai.

(A) (B)

(C)
Gambar 3.3. Metamorfosis hemimetabola: (A) Telur capung; (B) Naiad; (C) Imago

3.4 Kupu-kupu (Lepidoptera)


Contoh perkembangbiakan holometabola yaitu pada ordo Lepidoptera yaitu
kupu-kupu. Telur kupu-kupu berukuran sekitar 1-3 mm berbentuk bulat, beberapa ada
yang lonjong dan beberapa mungkin bergaris tergantung dari jenis kupu-kupu yang
bertelur. Telur kupu-kupu biasanya diletakkan di atas daun tanaman. Setelah menetas
telur akan menjadi larva yang disebut ulat. Ulat memiliki tubuh memanjang dengan
kaki yang pendek dan mempunyai alat mulut mandibulata untuk memakan dedaunan
di mana ia menetas. Ulat berperan sebagai fitofag oleh karena ukurannya selalu
bertambah, ulat akan melakukan beberapa kali molting sampai masuk ke tahap pupa.
Pupa biasanya tergantung di cabang-cabang pohon atau daun inangnya. Setelah kupu-
kupu siap muncul, pupa akan terbuka tetapi belum siap untuk terbang karena
sayapnya masih basah dan lembut. Kupu-kupu menunggu sayapnya mengering, dan
memompa hemolimf ke dalam tubuhnnya sehingga siap untuk terbang. Pada alam
bebas kupu-kupu berperan sebagai polinator atau penyerbuk.

(A) (B)

(D) (C)
Gambar 3.4. Metamorfosis holometabola; (A) Telur; (B) Larva; (C) Pupa; (D) Imago
DAFTAR PUSTAKA

Glime, J. M. (2020). Chapter 11-4 Aquatic Insects : Hemimetabola – Collembola and


Ephemeroptera. (2), 1–34.

Kartika, D., Mutiara, D., Putri, Y. P., & Biologi, P. S. (2020). Morfologi Serangga
Pada Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) di Desa Tabala Jaya Kecamatan
Karang Agung Ilir Kabupaten Banyuasin. 2(2), 50–57.

Kesumawati Hadi, U., & Soviana, S. (2010). Ektoparasit Pengenalan, Identifikasi,


dan Pengendaliannya (S. Sosromarsono (ed.)). PT Penerbit IPB Press.

Lukman, A. (2011). Peran Hormon Dalam Metamorfosis Serangga (Hormone Role in


Insect Methamorphosis). Biospecies, 2(1), 42–45.

Pinontoan, O. R., Lengkong, M., & Makal, H. V. G. (2011). Hama Penting Tanaman
Ubi Jalar (Ipomea batatas L.(Lamb)) di Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara,
dab Kota Tomohon. Eugenia, 17(2), 114–122.

Rahayu, S. E., & Basukriadi, A. (2012). Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies


Kupu-Kupu (Lepidoptera; Rhopalocera) Pada Berbagai Tipe Habitat di Hutan
Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Jurnal Biospecies, 5(2), 40–48.

Safrudin, A. M. F. (2020). Kepadatan Populasi Capung Sambar Hijau (Orthetrum


sabina) Pada Persawahan di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang
Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan Hayati, 6(2), 37–45.

Susanto, M. A. D., Abdillah, M. M., & Mubarak, Z. (2020). Keanekaragaman


Odonata Di Waduk Selorejo Kabupaten Malang Dan Sumber Clangap
Kabupaten Kediri. Jurnal Biosilampari : Jurnal Biologi, 2(2), 36–43.

Anda mungkin juga menyukai