Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ENTOMOLOGI
ANATOMI DALAM SERANGGA

Fauziah Nabila
05081182025008

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Insekta atau serangga merupakan kelas yang terbesar di dalam arthropoda,
beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies yang tersebar di semua penjuru dunia
(Safrudin, 2020). Saat ini setidaknya ditemukan berbagai jenis yang dikelompokkan
dalam 100 famili dan 26 ordo. Serangga merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman hayati yang harus di jaga kelestariannya sehingga terhindar
kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Serangga memiliki nilai
penting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya,
estetika dan ekonomi (Kartika et al., 2020).
Kehidupan serangga dipengaruhi oleh habitat dan sumber makanannya. Makanan
bagi serangga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dinamika populasinya.
Serangga memiliki struktur sistem pencernaan yang beragam karena adanya
perbedaan sumber makanan. Pada umumnya sistem pencernaan serangga terbagi atas
3 bagian utama yaitu foregut, midgut dan hindgut. Foregut (stomodeum), Midgut
(mesenteron) dan Hindgut (proktodeum) (Fitrianda, 2013). Alat ekskresi belalang
terletak di proktodeum. Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu
alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi
berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya
melekat pada pangkal dinding usus. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia
dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang
diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat.
Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Asam urat dan sisa air masuk ke usus
halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus
bersama dengan feses (Oktavia, 2016).
Sistem peredaran darah (sirkulasi) pada serangga adalah sistem peredaran
terbuka. Darah serangga berada dalam rongga tubuh, oleh karena itu organ-organ
tubuh terendam dan langsung berhubungan dengan darah. Dalam plasma darah
serangga terdapat cairan yang disebut hemolimfa. Saluran darah yang utama terletak
di dorsal diatas saluran pencernaan. Jantung serangga memompa darah melalui oarta
kejaringan-jaringan tubuh dan darah mengalir bebas melalui rongga-rongga tubuh
atau yang di hemocoel. Pada jantung terdapat lubang-lubang lateral yang disebut
ostia, hemolimfa masuk ke jantung melalui rongga-rongga ostia. Dari jantung darah
di alirkan lagi ke jaringan-jaringan tubuh, demikian seterusnya selama proses
berlangsung (Fathul Awaliyah, 2019).
Sistem reproduksi pada serangga betina dan jantan terpisah, yaitu terbagi kedalam
sistem reproduksi bagian dalam dan sistem reproduksi bagian luar. Sistem reproduksi
bagian dalam pada serangga betina terdiri dari sepasang ovarium, terdapat satu sistem
saluran yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan telur dan beberapa kelenjar.
Pada sistem reproduksi dalam pada serangga jantan terdiri dari sepasang kelenjar
kelamin, testis, saluran-saluran keluar, dan terdapat kelenjar kelenjar tambahan.
Kebanyakan organ reproduksi luar pada serangga berasal dari embelan-embelan ruas-
ruas abdomen ke 8 atau ke 9 dan kemungkinan ke 10. Reproduksi serangga umumnya
terjadi secara fertilisasi internal. Pada beberapa spesies serangga, jantan akan
menempatkan sperma langsung ke dalam vagina betina saat kopulasi, tetapi pada
beberapa spesies serangga, jantan akan menempatkan paket sperma diluar tubuh
betina kemudian betina akan mengambil paket tersebut dan akan menyimpannya
dalam spermateka. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas
reproduksinya yang didukung oleh lingkungan yang cocok dan tercukupinya
kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktifitas reproduksi serangga di
daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim (Falahudin et al., 2015).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui sistem
sirkulasi, sistem reproduksi dan sistem ekskresi di dalam tubuh serangga.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dari praktikum kali ini adalah pada tanggal 23 Oktober 2020.
Pukul 15.30-17.10 WIB dan bertempat di Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan.

2.2 Cara kerja


Adapun cara kerja dari praktikum anatomi dalam serangga ini adalah;
1. Menyiapkan alat dan bahan (spesimen) yang akan digunakan.
2. Mematikan spesimen dengan cara menyuntikkan alkohol 70% ke dalam tubuh
spesimen.
3. Meletakkan spesimen di atas papan lilin dengan posisi ventral.
4. Belah tubuh spesimen dari ujung toraks sampai ujung abdomen.
5. Amati sistem-sistem yang ada di dalam tubuh spesimen.
6. Dokumentasikan foto dan video spesimen tersebut.
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
Adapun hasil dari praktikum kali ini terdiri dari satu spesimen, yaitu belalang.
3.1 Belalang (Orthoptera)
Gambar Keterangan
1. Ileum
2. Rektum
3. Anus
Ileum terdiri dari bilik-bilik (lipatan) di
mana bilik tersebut terdapat protozoa
sehingga membantu dalam proses
pencernaan selulosa. Rektum berfungsi
sebagai tempat terjadinya reabsorpsi
Gambar 1. Alat ekskresi belalang (penyerapan kembali) air, garam mineral,
asam amino. Anus berfungsi sebagai
tempat keluarnya feses
Sistem peredaran darah (sirkulasi)
pada serangga adalah sistem peredaran
terbuka. Dalam sistem peredaran darah
terbuka, darah serangga (hemolimf)
mengalir melaui ruangan-ruangan dalam
tubuh menggenangi jaringan dan alat-alat

Gambar 2. Sistem sirkulasi bagian dorsal tubuh. Ruang-ruang adalam tubuh yang
dilalui darah disebut hemocoel. Saluran
darah yang utama terletak di dorsal diatas
saluran pencernaan. Jantung serangga
memompa darah melalui oarta
kejaringan-jaringan tubuh dan darah
mengalir bebas melalui hemocoel. Pada
jantung terdapat lubang-lubang lateral
yang disebut ostia, hemolimfa masuk ke
jantung melalui rongga-rongga ostia. Dari
Gambar 3. Sistem sirkulasi bagian ventral jantung darah di alirkan lagi ke jaringan-
jaringan tubuh, demikian seterusnya
selama proses berlangsung.
1. Ovarium
2. Spermatheca
3. Bursa copulatrix
Sistem reproduksi betina terdiri atas
sepasang ovarium. Setiap ovarium terbagi
menjadi unit-unit fungsional (ovariol) di
mana telur dihasilkan. Satu ovarium
dapat mengandung puluhan ovariol,
umumnya sejajar satu sama lain. Pada
sekitar pertengahan tubuh, saluran telur
Gambar 4. Alat reproduksi betina
lateral ini bergabung untuk membentuk
common oviduct yang membuka ke
ruang alat kelamin yang disebut bursa
copulatrix.
Selama kopulasi, jantan menyimpan
spermatophore di bursa copulatrix.
Kontraksi peristaltik menyebabkan
spermatophore masuk ke dalam
Gambar 5. Alat reproduksi betina spermatheca yaitu sebuah ruang kantong
penyimpanan sperma. Sperma dapat
hidup di spermatheca selama berminggu-
minggu, bulan, bahkan tahun.
1. Testis
2. Tabung ejakulasi
Pada serangga jantan terdapat
sepasang testis yang terletak di ujung
system reproduksi. Tiap testis terdiri atas
sejumlah tabung sperma dan folikel
testikel. Tiap folikel memiliki vas eferens
pada bagian pangkal yang
menghubungkan dengan vas deferens.
Selanjutnya vas deferens menuju tabung
ejakulasi (ejaculatoty duct). Sistem
Gambar 6. Alat reproduksi jantan
reproduksi serangga jantan juga memiliki
kelenjar pelengkap yang terletak di dekat
pertemuan komponen lateral. Saluran
ejakulasi ini bermuara pada gonopore
(lubang penis).
DAFTAR PUSTAKA

Falahudin, I., Mareta, D. E., Ayu, I., & Rahayu, P. (2015). Diversitas Serangga Ordo
Orthoptera Pada Lahan Gambut Di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin. Jurnal Pendidikan, 1(1), 1–7.

Fathul Awaliyah, S. (2019). Identifikasi Serangga Hama Penyerang Batang pada


Tanaman Tembakau. 1–33.

Fitrianda, M. I. (2013). Skrinning Bakteri Pektinolitik Pada Sistem Pencernaan


Crocidolomia pavonana F. dan Purifikasi Enzim yang Dihasilkan, 4-7.

Kartika, D., Mutiara, D., Putri, Y. P., & Biologi, P. S. (2020). Morfologi Serangga
Pada Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) di Desa Tabala Jaya Kecamatan
Karang Agung Ilir Kabupaten Banyuasin. 2(2), 50–57.

Oktavia, E. (2016). Keanekaragaman dan Kelimpahan Insekta pada Formasi Pantai


Karangsong Kabupaten Indramayu, 1-34.

Safrudin, A. M. F. (2020). Kepadatan Populasi Capung Sambar Hijau (Orthetrum


sabina) Pada Persawahan di Desa Karang Buah Kecamatan Belawang
Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan Hayati, 6(2), 37–45.

Anda mungkin juga menyukai