Anda di halaman 1dari 9

SISTEM REPRODUKSI SERANGGA

AULIA MAULIDYA
A3503231024

PROGRAM STUDI PENGENDALIAN HAMA TERPADU


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
1. Sistem Reproduksi Serangga Jantan
1.1 Anatomi Organ Reproduksi Internal Serangga Jantan

Organ reproduksi jantan biasanya terdiri dari sepasang testis yang terhubung
dengan vesikula seminalis berpasangan dan saluran ejakulasi median (Gambar 1).
Pada sebagian besar serangga juga terdapat sejumlah kelenjar tambahan yang
bermuara pada vas deferens atau saluran ejakulasi.

Gambar 1. Struktur dasar organ reproduksi internal jantan: (a) terdapat banyak folikel testis
dan kelenjar aksesori (Locusta, Orthoptera) (b) beberapa lobus testis berbeda
dan hanya dua pasang kelenjar aksesori (Tenebrio, Coleoptera)

Gambar 2. Alat reproduksi jantan: (a) kelenjar aksesori; (b) folikel testis pada Orthoptera;
(c) folikel testis pada Lepidoptera

Testis
Testis umumnya terletak di bawah atau di atas usus dan di dekat garis tengah
tubuh. Biasanya setiap testis terdiri dari sejumlah saluran atau folikel testis. Jumlah
folikel bisa sangat bervariasi pada beberapa serangga seperti terdapat satu folikel
pada Coleoptera; 2 folikel pada kutu; dan terdapat lebih dari 100 pada belalang.
Folikel yang tidak terpisah sempurna terdapat pada Lepidoptera, serta testis dengan

2
folikel tunggal yang tidak terbagi, seperti pada Diptera. Testis juga dapat terdiri dari
serangkaian lobus yang masing-masing memiliki beberapa folikel.
Dinding folikel terdiri dari epitel tipis yang berada di atas membran basal dan
epitel tersebut terdiri dari 2 lapisan sel. Folikel diikat bersama oleh selubung
peritoneum, dan terkadang kedua testis terikat menjadi satu pada beberapa
Hymenoptera dan Lepidoptera, serta kedua testis dapat menyatu sepenuhnya
membentuk satu struktur median pada beberapa Lepidoptera (Gambar 2).
Vas Deferens
Dari setiap folikel testis terdapat vas efferens yang halus dan pendek, serta
terhubung dengan vas deferens. Vas deferens merupakan sebuah tabung dengan
epitel pembatas yang cukup tebal, membran basal dan lapisan otot melingkar di
luarnya. Vas deferens yang menuju ujung distal saluran ejakulasi umumnya melebar
membentuk vesikula seminalis.
Saluran Ejakulasi
Saluran ejakulasi pada serangga jantan terletak di bagian belakang tubuh dan
terhubung dengan vesika seminalis. Vesika seminalis adalah kantung yang berisi
cairan yang mengandung nutrisi dan enzim yang diperlukan untuk memelihara
sperma. Ketika serangga jantan melakukan kopulasi, sperma akan dikeluarkan dari
testis melalui saluran deferens dan masuk ke dalam vesika seminalis. Setelah itu,
sperma akan dikeluarkan dari vesika seminalis melalui saluran ejakulasi dan
menuju ke dalam tubuh serangga betina. Saluran ejakulasi pada beberapa
Orthoptera terdiri dari saluran atas dan bawah yang dihubungkan melalui corong.
Lumen bagian atas saluran merupakan celah vertikal yang dibatasi secara lateral
oleh epitel kolumnar. Lumen saluran bawah berbentuk lingkaran dan bermuara ke
kantung ejakulasi dan kantung spermatofor.
Kelenjar Aksesoris
Kelenjar aksesori bermuara ke vas deferens atau ujung distal saluran ejakulasi
yang berasal dari ectodermal (ektadenia) yang membuka ke dalam saluran
ejakulasi, pada beberapa serangga lain terdapat kelenjar aksesori yang berasal dari
mesodermal (mesadenia). Jumlah kelenjar aksesori cukup bervariasi, pada
Apterygota dan beberapa Diptera tidak mempunyai kelenjar tambahan, serta
Orthoptera memiliki kelenjar aksesori dalam jumlah yang banyak

3
1.2 Spermatozoa

Sperma dewasa serangga umumnya berbentuk flagellata dengan panjang


sekitar 300 mm dan diameter kurang dari satu mikron. Adapun bentuk lain yang
seperti cakram aflagellata pada Protura, sperma flagellata besar pada Drosophila
bifurca, dan sperma Lepidoptera yang memiliki tonjolan lacinate.
Sperma diproduksi di dalam testis dengan dua komponen utama, kepala dan
ekor pada sperma yang sudah matang. Kepala sperma terdiri dari akrosom yang
berisi materi genetik esensial dalam inti. Ekor sperma terdiri dari aksoneem serta
mitokondria yang menyediakan energi untuk bergerak.
Proses pembentukan sperma dimulai dengan produksi kista sperma di folikel
testis. Setiap folikel terdapat germarium tempat sel germinal membelah untuk
menghasilkan spermatogonia. Spermatogonia yang berkembang kemudian menjadi
tertutup dalam kista. Biasanya, beberapa spermatogonia ada dalam satu kista, dan
setidaknya ada dua sel yang mengelilingi kista tersebut. Spermatogonia baru yang
belum berkembang mendorong kista ini ke arah bawah, sehingga terbentuk gradien
perkembangan dari yang muda di bagian distal ke yang lebih tua di bagian basal.
Gradien ini sering dipecah menjadi 3 area berbeda:
 Zona I - Zona pertumbuhan di mana spermatogonia primer, yang tertutup
kista, membelah dan bertambah besar untuk membentuk spermatosit.
 Zona II - Zona pematangan dan reduksi dimana setiap spermatosit mengalami
2 pembelahan meiosis untuk menghasilkan spermatid.
 Zona III - Zona transformasi di mana spermatid berkembang menjadi
spermatozoa, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis.
1.3 Pemindahan sperma ke serangga betina

Pemindahan sperma ke serangga betina melibatkan beberapa tahap penting


untuk kelangsungan hidup spesies tersebut. Tahap awal mencakup pengenalan
antara jantan dan betina melalui berbagai indera seperti penglihatan, pendengaran,
dan penciuman. Setelah pasangan yang sesuai ditemukan, tahap kawin dimulai
dengan perilaku seperti tarian atau pengejaran. Mekanisme kopulasi menjadi fokus
utama, di mana sperma dapat diangkut dalam spermatofor atau dikirim langsung ke
saluran reproduksi betina, yang kemudian bergerak menuju lokasi yang diperlukan.

4
1.4 Dampak lain dari perkawinan

Selama perkawinan hewan, selain sperma, sekresi kelenjar aksesori jantan


juga memegang peran penting. Misalnya, dalam penelitian pada lalat buah
Drosophila, telah ditemukan 133 protein berbeda dalam cairan semen. Saat sperma
disuntikkan ke betina selama inseminasi, protein-protein ini juga disampaikan dan
dapat memengaruhi perilaku serta fisiologi betina. Hal serupa juga terjadi pada
serangga seperti belalang dan tettigoniids, sperma serangga ini ditransfer melalui
spermatofor yang berisi spermatofylax. Spermatofylax ini dapat dimakan oleh
betina setelah inseminasi dan sebagai sumber nutrisi tambahan betina untuk
meningkatkan kesuksesan reproduksi serangga.

2. Sistem Reproduksi Betina


2.1 Anatomi organ reproduksi internal betina

Gambar 3. Sistem reproduksi serangga betina (a) banyak ovarium yang membuka secara
berurutan ke dalam saluran telur lateral. (b) Serangga yang ovariolnya terbuka
bersama ke ujung saluran telur lateral, yang membentuk kelopak. Sperthecae
muncul di persimpangan vagina dengan saluran telur median.

Anatomi organ reproduksi internal betina terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
Ovarium
Ovarium adalah organ reproduksi betina yang terdapat pada serangga.
Ovarium adalah tempat sel telur diproduksi. Terdapat dua tipe dasar ovarium pada
serangga yaitu panoistik dan meroistik. Pada ovarium panoistik, sel telur
berkembang secara langsung dari oosit yang berasal dari germarium. Pada ovarium

5
meroistik, sel perawat atau trofosit memberikan kandungan pada oosit yang sedang
berkembang. Pada ovarium telotrofik, sel perawat tetap berada di dalam germarium,
sedangkan pada ovarium polytrofik, sel perawat tetap berhubungan erat dengan
oosit yang sedang berkembang yang tertutup di dalam folikel.
Vagina
Vagina adalah ruang genital pada betina serangga yang terletak di belakang
saluran telur. Vagina mungkin tidak dapat dibedakan secara struktur dari saluran
telur median, tetapi ujung anteriornya, dan posisi gonopore yang sebenarnya,
ditandai dengan penyisipan spermatheca. Seringkali vagina berkembang untuk
membentuk kantong, bursa kopulatrix. Pada Diptera vivipar, bagian anterior ruang
membesar untuk membentuk rahim, tempat perkembangan larva terjadi. Pada
betina Lepidoptera ditrysian, vagina memiliki dua lubang reproduksi, yaitu
oviporus dan vulva, yang terhubung dengan saluran telur oleh saluran sperma.
Kelenjar Aksesori
Kelenjar aksesori adalah kelenjar yang terdapat pada sistem reproduksi
serangga betina. Kelenjar aksesori sering kali menghasilkan zat untuk melekatkan
telur ke substratum selama oviposisi dan oleh karena itu sering disebut kelenjar
koleterial. Pada beberapa serangga, kelenjar ini menghasilkan ootheca yang
melindungi telur setelah oviposisi. Kelenjar aksesori pada belalang menghasilkan
bilik-bilik yang dihasilkan oleh sekresi kelenjar aksesori dan setiap ruang berisi satu
telur. Kelenjar aksesori pada serangga terdiri dari massa tubulus bercabang yang
dilapisi kutikula dan sel-sel kelenjar berbeda di berbagai bagian kelenjar.
Spermatheca
Spermatheca adalah organ penyimpanan sperma pada betina serangga.
Spermatheca berasal dari ektodermal dan dilapisi oleh kutikula. Biasanya terdiri
dari kantong penyimpanan dengan saluran berotot. Isi spermatheca diketahui
mengandung beberapa protein dan termasuk kompleks karbohidrat-protein. Fungsi
dari sekresi ini mungkin menyediakan nutrisi untuk sperma selama penyimpanan,
dan/atau mungkin berkaitan dengan aktivasi sperma, ketika sel telur memasuki
ruang genital, ia akan merangsang mekanoreseptor yang memicu kontraksi otot-
otot di sekitar spermatheca sehingga sperma diekspresikan ke dalam sel telur.

6
2.2 Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur atau ovum pada serangga
betina. Proses ini terjadi di dalam ovarium dan melibatkan beberapa tahapan, yaitu:
Tahap Oogonium (sel induk)
Oogonium mengalami pembelahan mitosis dan berkembang menjadi oosit
primer. Oosit primer merupakan sel yang akan menjadi dasar dari sel telur. Tahap
ini penting karena sel-sel telur yang dihasilkan oleh betina sepanjang hidupnya
sudah ditentukan sejak ia dilahirkan. Oosit primer akan mengalami sejumlah tahap
pembelahan selama hidupnya.
Tahap pembelahan meiosis I dari oosit primer
Proses ini menghasilkan dua sel anak yang berbeda ukuran, yaitu oosit
sekunder (sel yang lebih besar dan akan menjadi sel telur matang) dan sel polar (sel
yang lebih kecil dan tidak berperan dalam pembuahan).
Tahap pembelahan meiosis II dari oosit sekunder
Proses ini menghasilkan satu sel telur matang yang siap untuk dibuahi dan
satu sel polar tambahan. Sel telur matang memiliki nukleus yang mengandung
kromosom lengkap untuk pembentukan embrio setelah pembuahan.
Sel telur matang dilepaskan dari ovarium dan memasuki tuba
falopi
Proses ini berperan dalam pembentukan embrio yang akan berkembang
menjadi individu baru. Proses oogenesis diatur oleh hormon estrogen dan
progesterone, serta dipengaruhi oleh factor umur, nutrisi, dan lingkungan.
2.3 Ovulasi

Ovulasi pada serangga adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium ke
dalam saluran telur, di mana sel telur dapat disimpan sementara waktu sebelum
dikeluarkan dari tubuh melalui ovipositor. Proses ini melibatkan pelepasan sel telur
dari epitel folikel dan pemecahan sumbat epitel di pintu masuk ke pedikel. Pada
beberapa spesies serangga, elastisitas tunika propria membantu memaksa sel telur
masuk ke dalam saluran telur. Waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus ovulasi
pada serangga bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada beberapa spesies, seperti
Lepidoptera dan Diptera, akumulasi kuning telur terjadi secara bersamaan pada
sejumlah sel telur di setiap ovariolus, dan sel telur yang telah berkembang sempurna

7
disimpan sebelum oviposisi. Namun, pada banyak spesies, akumulasi kuning telur
sebagian besar terbatas pada sel telur yang terdekat dengan saluran telur di setiap
ovariolus (dikenal sebagai sel telur terminal), dan sel telur berikutnya tetap relatif
kecil sampai sel telur pertama dikeluarkan dari ovariolus ke dalam saluran telur.
2.4 Pembuahan sel telur

Pembuahan sel telur pada serangga adalah proses penyatuan sel telur matang
dengan sperma yang disimpan dalam spermatheca. Proses ini terjadi di dalam ruang
genital betina dan dapat diikuti oleh oviposisi, yaitu pelepasan telur yang telah
dibuahi melalui ovipositor. Tahapan pembelahan sel telur pada serangga bervariasi
tergantung pada spesiesnya. Secara umum, setelah sel telur dibuahi oleh sperma,
terjadi pembelahan zigot menjadi dua sel (blastomer), yang kemudian membelah
menjadi empat sel, delapan sel, dan seterusnya dalam proses yang disebut sebagai
pembelahan mitosis. Namun, pada beberapa spesies seperti Drosophila
melanogaster, sel telur yang telah dibuahi akan mengalami pembelahan asimetris,
menghasilkan dua sel yang berbeda ukuran: sel besar yang akan menjadi embrio
dan sel kecil yang akan membentuk jaringan pendukung embrio. Waktu yang
dibutuhkan untuk satu siklus pembelahan sel telur pada serangga bervariasi
tergantung pada spesiesnya, dengan beberapa menyelesaikan proses ini dalam
waktu kurang dari 24 jam setelah pembuahan, sementara pada spesies lain seperti
beberapa jenis lalat buah, pembelahan sel telur memakan waktu beberapa hari.
2.5 Oviposisi

Oviposisi pada serangga adalah proses pelepasan telur yang telah matang dari
tubuh serangga betina melalui ovipositor, yang terjadi setelah sel telur dibuahi oleh
sperma dan bergerak melalui saluran telur. Mekanisme oviposisi bervariasi
tergantung pada spesies serangga. Contohnya, lalat buah memasukkan telur ke
dalam substrat seperti buah atau sayuran, sedangkan belalang menempelkan telur
ke permukaan tanah atau tumbuhan. Pada serangga seperti lebah dan tawon,
ovipositor digunakan untuk menggali lubang di dalam tanah atau kayu sebagai
tempat penempatan telur. Oviposisi dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
suhu, kelembaban, ketersediaan makanan, dan preferensi substrat, seperti lalat buah
yang lebih memilih substrat yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme

8
tertentu. Selain itu, faktor internal seperti hormon dan peptida yang dihasilkan oleh
tubuh serangga betina juga dapat memengaruhi proses oviposisi.

Anda mungkin juga menyukai