Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG

Mata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan


manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan
perkembangan serangga, serta siklus hidupnya. Mata kuliah ini juga dilengkapi
dengan penjelasan tentang klasifikasi dan koleksi serangga

TUJUAN

1. Untuk mengetahui Klasifikasi hewan invertebrata kelas Insecta


2. Untuk mengetahui sistem reproduksi pada hewan invertebrata kelas insecta
3. Untuk mengetahui manfaat dari hewan invertebrata kelas insecta dalam
kehidupan manusia

MANFAAT

- Dapat mengetahui klasifikasi hewan invertebrata pada kelas insecta


- Dapat mengetahui sistem reproduksi pada hewan invertebrata kelas insecta
- Dapat mengetahui manfaat dari hewan invertebrate pada kelas insecta dalam
kehidupan manusia

PETA KONSEP

Sistem Reproduksi Hewan


Kelas Insecta

Alat Telur dan Strategi Peletakan Telur Manfaat


Reproduksi Proses Reproduksi dan Eklosi Serangga
Serangga Fertilisasi dalam
kehidupan
Manusia
Poliembrioni

Paedogenesis

Parthenogenesis
SISTEM REPRODUKSI SERANGGA

A. Alat Reproduksi Serangga

Walaupun beragam tampilannya, organ reproduksi serangga memiliki


struktur dan fungsi yang sama dengan organ reproduksi pada vertebrata yaitu
testis pada jantan menghasilkan sperma dan ovarium pada betina menghasilkan
telur. Kedua jenis gamet  ini haploid dan uniseluler, tetapi telur biasanya memiliki
volume yang  jauh lebih besar daripada sperma (Meyer, 2009).
Setiap  sistem reproduksi dapat bervariasi dalam bentuk (misalnya gonad
dan kelenjar aksesori), posisi (misalnya tambahan kelenjar aksesori), dan jumlah
(misalnya tabung ovarium atau testis, atau organ penyimpanan sperma) antara
kelompok serangga yang berbeda, dan kadang-kadang bahkan di antara spesies
yang berbeda dalam genus (Gullan  and Cranston,  2005).

1.  Alat Reproduksi Serangga Jantan

Sistem reproduksi jantan terdiri atas sepasang testis yang terletak di ujung
belakang abdomen. Setiap testis mengandung unit-unit fungsional  dimana sperma
dihasilkan. Sperma matang yang keluar dari testis melewati  saluran pendek dan
mengumpul di ruang penyimpan. Saluran yang sama mengarah keluar dari
vesikula seminalis, bergabung satu sama lain di sekitar pertengahan tubuh, dan
membentuk saluran ejakulasi (ejaculatory duct) tunggal yang mengarah keluar
dari tubuh melalui organ kelamin jantan (aedeagus). 
Satu atau lebih pasangan kelenjar aksesori (accessory glands) biasanya
berhubungan dengan sistem reproduksi jantan, yaitu organ-organ sekretori yang
terhubung dengan sistem reproduksi melalui saluran pendek - beberapa mungkin
menempel dekat testis atau vesikula seminalis, yang lainnya  mungkin
berhubungan dengan saluran ejakulasi.
Gambar 1. Organ Kelamin Jantan Insecta

Gambar 2. Organ Kelamin Jantan Insecta


Gambar 3. Organ Kelamin Jantan Insecta

2. Alat reproduksi serangga betina

Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium. Setiap ovarium


terbagi menjadi unit-unit fungsional (ovariol) di mana telur dihasilkan. Satu
ovarium dapat mengandung puluhan ovariol, umumnya sejajar satu sama lain.
Telur matang meninggalkan ovarium melalui saluran telur lateral (lateral
oviducts). Pada sekitar pertengahan tubuh, saluran telur lateral ini bergabung
untuk membentuk common oviduct yang membuka ke ruang alat kelamin yang
disebut bursa copulatrix. 
Kelenjar aksesori betina (accessory glands) memasok pelumas untuk
sistem reproduksi dan mengeluarkan kulit telur kaya protein (chorion) yang
mengelilingi seluruh telur. Kelenjar ini biasanya dihubungkan dengan saluran
kecil ke saluran telur umum atau bursa copulatrix.
Selama kopulasi, jantan menyimpan spermatophore di bursa copulatrix.
Kontraksi peristaltik menyebabkan spermatophore masuk ke dalam spermatheca
betina, sebuah ruang kantong penyimpanan sperma. 
Kelenjar spermathecal (spermathecal gland) memproduksi enzim (untuk
mencerna lapisan protein spermatophore) dan nutrisi (untuk mempertahankan
sperma sementara berada di penyimpanan). Sperma dapat hidup di spermatheca
selama berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Gambar 4. Organ Kelamin Betina Insecta

Gambar 5. Perbandingan Organ Kelamin Insecta


Gambar 6. Perbandingan Organ Kelamin Insecta

B. Telur Dan Proses Fertilisasi

Telur yang matang bentuknya beragam mulai dari yang pipih, bulat telur
(oval), seperti tong sampai bulat. Sebagian besar telur bagian terbesar telur terisi
oleh kuning telur (yolk) atau deutoplasma (deutoplasm), sitoplasma dan inti hanya
menempati bagian kecil dari telur. Kuning telur mengandung karbohidrat, protein
dan lipida. Protein adalah bagian yang terbanyak. Sitoplasma terdapat di sekitar
inti (sitoplasma inti) dan sekitar tepi kuning telur (periplasma atau sitoplasma
korteks = cortical cytoplasm).  Telur dapat terbungkus oleh dua membran yaitu
membran vitelin yang merupakan membran sel telur dan korion (chorion) atau
kulit telur.
Korion berfungsi seperti kutikula yang melindungi terhadap gangguan
fisik, penguapan air, dan juga untuk ventilasi (pernapasan) telur. Telur-telur jenis
serangga tertentu yang diletakkan di tempat lembab dapat menyerap air dari
lingkungannya.
Gambar 7. Telur Belalang Daun

Spermatozoa dapat masuk ke dalam telur melalui satu atau lebih saluran
khusus disebut mikropil, yang merupakan perforasi, pada korion yang terdapat di
bagian tertentu dari telur. Pembuahan telur terjadi setelah ovulasi, dimulai dengan
transfer sperma dari serangga jantan ke serangga betina di dalam sistem
reproduksinya pada waktu kopulasi.
Sperma yang ditransfer itu bebas atau dalam spermatofor. Spermatofor
biasanya diletakkan dalam bursa kopulatriks atau vagina, jarang  di dalam
spermateka. Spermatozoa, apapun kondisinya waktu ditransfer ke serangga betina
akhirnya berkumpul di spermateka. 
Proses pembuahan adalah sebagai berikut:
a. Pelepasan sejumlah spermatozoa dari spermateka.
Spermateka atau kantung sperma pada serangga betina berfungsi
memproduksi bahan likat untuk menempelkan telur.
b. Masuknya spematozoa ke dalam telur melalui mikropil (micropyle)
Mikropil adalah saluran khusus untuk memasukkan sperma kedalam sel
telur.
c. Fusi pronuklei telur dan spermatozoa menjadi zigot.
Penentuan kelamin (seks) pada serangga seksual tergantung dari
keseimbangan antara gen-gen sifat jantan dan gen-gen sifat betina. Pada sebagian
besar kelompok serangga jantan adalah heterogamet dan betina homogamet.
Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu
substrat, kadang-kadang dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian
mencumbu si betina untuk mengambil spermatozoa tersebut dan dimasukkan ke
dalam bukaan organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan langsung
spermatozoa ke dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan
untuk membuahi betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk
memasukkan spermatozoa langsung ke saluran reproduksi betina.

Gambar 8. Perkawainan Serangga


Gambar 9. Perkawainan Serangga

C. Embriogenesis (Perkembangan Embrio)

Embriogenesis mencakup perkembangan sejak terjadinya zigot dan


keluarnya individu yang sudah berkembang penuh dari telur. Proses individu
keluar dari telur ini disebut penetasan atau eklosi (eclosion).  Morfogenesis adalah
perkembangan sejak terjadi zigot sampai menjadi serangga dewasa.
Embriogenesis antara kelompok-kelompok serangga beragam, ulasan umumnya
dapat disajikan sebagai berikut.
Lapisan sel pertama yang terbentuk adalah blastoderm, yang terdiri dari
lapis tunggal sel-sel, yaitu blastomer. Proses terbentuknya blastomer berbeda pada
satu jenis binatang dengan jenis yang lainnya, hal ini berhubungan dengan
banyaknya bahan kuning telur di dalam telur.  Namun pada sebagian besar
serangga, telurnya mempunyai bahan kuning telur yang banyak.  Pada
kebanyakan serangga nukleus yang berfungsi dengan sitoplasmanya, berperilaku
seperti individu sel dan membelah diri (cleavage) secara mitosis.  Nukleus-
nukleus baru yang terjadi bergerak ke daerah tepi telur dan membentuk
blastoderm. Selama proses itu berlangsung, tiap nukleus membentuk sel lengkap
dengan selaput selnya.
Sel-sel hasil pembelahan di atas sebagian tetap di bagian kuning telur, atau
sebagian yang sudah di tepi kembali ke kuning telur, sel-sel ini disebut vitofag
(vitellophages) atau sel-sel kuning telur (yolk cells).  Vetelofag ini berperan dalam
pencernaan awal kuning telur, sehingga memudahkan pengasimilasian oleh sel-sel
embrio lain.
Pada waktu bersamaan terjadinya blastoderm, beberapa sel hasil
pembelahan berubah menjadi sel-sel lembaga (germ cells) yang nantinya
berkembang menjadi gamet atau sel-sel reproduktif pada tahap larva tua, pupa
atau dewasa.
Setelah pembentukan blastoderm selesai, sel-sel pada satu sisi telur
berubah bentuk menjadi kolumnar (columnar) (artinya seperti tiang besar)
sepanjang garis tengah-longitodinal telur, ke arah dua sisi dari garis ini sel-sel itu
secara berurutan kurang kolumnar, akhirnya bersatu dengan sel-sel blastoderm
yang tersisa, yang cenderung menjadi pipih (sequamous). 
Daerah yang menebal dari blastoderm terdiri dari sel-sel kolumnar itu
adalah pita lembaga (germ band), yang kemudian memanjang dan berkembang
menjadi embrio. Sel-sel lain ikut dalam pembentukan selaput atau membran
ekstraembrio. 
Pada sebagian besar serangga lipatan pada daerah di luar pita lembaga
tumbuh ke arah atas pita lembaga, nantinya bertemu sepanjang garis tengah
longitudinal.  Lapis luar dan dalam dari satu lipatan bersatu dengan lapis yang
sama dan lipatan lainnya.  Lipatan dalam membentuk amnion (amnion) di
sekeliling embrio yang berkembang dan lapis luar membentuk serosa yang
mengelilingi kuning telur, ammon dan embrio.  Pada beberapa serangga selaput
ekstraembrio terbentuk dari invaginasi (Apterigota) atau involusi embrio
(Odonata, beberapa Orthoptera dan Homoptera).
Pada waktu pembentukan ammnion dan serosa, terjadi juga proses
gastrulasi, yang dimulai dengan invaginasi (melekuk ke dalam) bagian bawah
(venter) pita lembaga.  Nantinya invaginasi itu mendatar ke arah keluar dan
pinggir-pinggir luarnya bertemu dan bersatu membentuk pita longitudinal dari sel-
sel (lapis dalam atau mesentoderm) yang dikelilingi oleh lapis luar, disebut
ektoderm. 
Tipe lain pembentukan lapisan dalam ialah mengendapnya pita
longitudinal bawah ke dalam kuning telur, yang kemudian tertumbuhi oleh sel-sel
pita lembaga yang tertinggal.  Tipe yang lain lagi, lapisan dalam itu berkembang
dari proliferasi pita lembaga.  Kemudian lapisan dalam berkembang menjadi dua
pita longitudinal lateral (mesoderm) dan untingan tengah (median strands) dengan
massa sel pada ujung anterior dan posterior.  Untingan tengah bagian massa sel di
kedua ujungnya akan menjadi endorm.
Pada tahap perkembangan ini yaitu mulai adanya mesoderm dan endorm,
terjadi alur-alur melintang sehingga embrio terbagi-bagi menjadi satu seri ruas-
ruas, 20 jumlahnya.  Segmentasi atau peruasan ini adalah proses bertahap
(gradual), mulai dari bagian depan dan berlanjut ke belakang.  Pada saat yang
sama terjadi juga evaginasi ektoderm, yang membentuk berbagai embelan
(appendages) tubuh.  Apabila segementasi embrio itu telah sempurna dan semua
dasar-awal (rudiments) dari embelan telah terbentuk, bagian-bagian embrio yang
akan membentuk ketiga tagmata tubuh serangga sudah dapat terlihat.  Setelah
pembentukan tiga lapis lembaga (germ layers) (endorm, mesoderm, ektoderm),
masing-masing berkembang lebih lanjut yang nantinya membentuk berbagai
jaringan dan organ-organ.  Proses ini disebut organogenesis.
Otot-otot, jantung dan aorta (pembuluh dorsal, jaringan lunak dan organ
reproduksi berasal dari perkembangan mesoderm.  Mesenteron adalah
endodermal, sedang stomodeum dan proktodeum ektodermal, otak, sistem saraf,
sistem trakea dan integumen juga ektodermal.

Gambar 10. Limfa belalang


D. Strategi Reproduksi

Serangga memiliki beberapa tipe perkembangan embrio antara lain :

a. Poliembrioni 
Setiap telur yang sedang berkembang dapat membelah secara mitosis dan
menjadi beberapa sampai banyak embrio. Tipe perkembangan ini biasanya
terdapat pada Hymenoptera.
Telur pada serangga polimbrioni berbeda dari serangga non-poliembrioni,
sebagai berikut:
(1) telurnya sangat kecil
(2) tidak ada kuning telur
(3) karion, jika ada, sangat tipis dan permeabel.

b. Paedogenesis
Serangga pradewasa memiliki alat kelamin yang telah matang dan dapat
menghasilkan keturunan. Beberapa jenis Coleoptera memiliki perkembangan
paedogenesis.

c. Parthenogenesis
Sel telur berkembang menjadi embrio tanpa mengalami
pembuahan. Partenogenesis dapat terjadi pada serangga ovipar maupun vivipar.
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina
memproduksi sel telur yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
Pada lebah madu hasil parthenogenesis menghasilkan lebah jantan (drone)
sedangkan jika ada fertilisasi akan menjadi lebah betina.

E. Peletakan Telur Dan Eklosi


Peletakan telur (oviposition) terjadi setelah telur matang dan terjadi
ovulasi.  Telur umumnya diletakkan di tempat-tempat yang sesuai untuk
kehidupan keturunan.  Telur dapat diletakkan dalam kelompok atau satu-satu,
tergantung spesiesnya.  Organ atau struktur untuk peletakan telur dapat terdiri dari
embelan-embelan khusus yang membentuk alat peletak telur atau ovipositor, atau
abdomen dimodifikasi demikian rupa sehingga dapat dijulurkan seperti tabung
sehingga berfungsi sebagai ovipositor.  Struktur ini umum disebut ovitubus dan
dapat ditemui pada trips (Thysanoptera), lalat (Diptera) dan lainnya.  Ovipositor
itu tereduksi atau tidak ada pada ordo-ordo berikut: Odonata, Plecoptera,
Mellophaga, Anoplura, Ceoleoptera dan ordo-ordo panorpoid (Mecoptera).
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya
secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur
pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok.  Jenis-jenis Vrysopidae
(Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur
terdapat di ujung tangkai.  Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang
sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur;
dalam satu paket terdapat banyak telur.  Bahan untuk melekatkan telur atau untuk
pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
Serangga parasitoid menggunakan ovipositornya untuk "menyuntikkan"
telurnya dalam tubuh inangnya, pada serangga akuatik telurnya diliputi oleh bahan
gelatin.  Serangga-serangga yang memarasit mamalia kerapkali meletakkan telur
pada rambut-rambut inangya.
Eklosi (eclosion) adalah proses penetasan atau keluar dari telur; kadang-
kadang diartikan sebagai munculnya imago dari fase pradewasa. Eklosi umumnya
melibatkan penegukan (swallowing) cairan amnion dan difusi udara ke dalam
telur.  Masalah pada eklosi adalah peretakan korion dan lapisan embrio lain serta
melepaskan diri dari telur.
 Retakan dapat terjadi pada permukaan telur secara tidak teratur atau pada
garis yang lemah.  Pada beberapa serangga pelemahan lapisan embrio terjadi
karena kerja ensim.  Berbagai struktur mungkin terlibat dalam meretakkan korion,
yang dapat berbentuk duri (spines) atau pundi-pundi (bladder) yang eversibel
(eversible) atau melibatkan kekuatan ekspansi dari bagian tubuh, karena kontraksi,
yang dibantu oleh penegukan cairan amnion dan udara (lihat di atas). Beberapa
serangga seperti pada Lepidoptera larva menggerigit kulit telur untuk keluar.
-
Daftar Pustaka
- Campbell.2002.Biologi.Erlangga:Jakarta
- Parto..1992.Mengenal serangga.Agromedia:Bogor
- Soewolo.1997.Fisiologi Hewan. UT: Jakarta
- Sunarjo.P.1990. Dasar-dasar Ilmu Serangga.ITB: Bandung
- Wikipedia. 2013. Partenogenesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Partenogenesis.
- Kliksma. 2014. Sistem Reproduksi Serangga (Online)
http://kliksma.com/2014/11/sistem- reproduksi-serangga.html

Glosarium

Indeks

Link Gambar
- https://www.google.com/search?
q=gambar+organ+kelamin+insecta&safe=strict&client=ms-android-samsung-
ga-rev1&source=android-
browser&prmd=insv&sxsrf=ALeKk02tKdCBjDOZ9-
KhmQSFnIVaW61FNg:1595826498164&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved
=2ahUKEwjk86781OzqAhXNfX0KHYj_DLoQ_AUoAXoECA4QAQ&biw=4
12&bih=749&dpr=2.63#imgrc=wC7Qms-jyvMU5M
- https://www.google.com/search?
q=gambar+organ+kelamin+insecta&safe=strict&client=ms-android-samsung-
ga-rev1&source=android-
browser&prmd=insv&sxsrf=ALeKk02tKdCBjDOZ9-
KhmQSFnIVaW61FNg:1595826498164&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved
=2ahUKEwjk86781OzqAhXNfX0KHYj_DLoQ_AUoAXoECA4QAQ&biw=4
12&bih=749&dpr=2.63#imgrc=yokYWuubwSf5bM

Anda mungkin juga menyukai