Anda di halaman 1dari 5

MATERI KUIAH HARI INI

I. TUGAS REVIEW

KERJAKAN REVIEW SEPERTI BIASA, KUUMPULKAN BESOK JAM 9.

METAMORFOSIS SERANGGA

Metamorfosis pada serangga mempunyai keuntungan secara ekologis, yaitu: 1) adanya


perbedaan habitat, di mana beberapa larva serangga mempunyai habitat yang berbeda dengan
habitat imagonya; 2) adanya perbedaan jenis makanan antara larva dengan imagonya.Perubahan
selama metamorfosis dilaksanakan oleh 2 proses, yaitu: histolisis dan histogenesis. Histolisis
adalah suatu proses di mana struktur-struktur larva terpecah hancur menjadi bahan yang dapat
digunakan dalam perkembangan struktur-struktur dewasa. Histogenesis adalah proses
perkembangan struktur-struktur dewasa dari produk-produk histolisis. Sumber-sumber utama
dari bahan untuk histogenesis adalah hemolimf, lemak badan dan jaringan-jaringan yang larut
seperti urat-urat daging larva.
Struktur-struktur ektoderm seperti sayap-sayap dan tungkai berkembang di bawah
kutikula larva sebagai penebalan-penebalan epidermis yang disebut piringan-piringan imaginal.
Jaringan-jaringan ini melakukan respon dengan cara sangat berbeda dari jaringan-jaringan larva
lain terhadap lingkungan hormon serangga. Pada akhir instar-instar larva, jaringan ini bekerja
untuk membentuk struktur-struktur dewasa, dan bila serangga pupasi (menjadi pupa), mereka
tersembul endopterygota (serangga yang perkembangan sayap-sayapnya didalam tubuh larva).
Organ-organ lain dapat dipertahankan dari larva ke dewasa atau mungkin secara sempurna
dibangun kembali dari sel-sel regeneratif. Banyak serangga berganti bentuk selama
perkembangan pasca embrio, dan instar-instar yang berbeda tidak semuanya serupa. Beberapa
serangga mengalami sangat sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip
kecuali mengenai ukuran. Serangga-serangga apterigota tidak mengalami metomorfosisi,
sehingga serangga ini disebut kelompok serangga ametabol (gambar 4.3.). Serangga tipe
ametabol, tahap pradewasa memiliki bentuk luar yang serupa dengan serangga dewasa, kecuali
ukuran dan kematangan alat kelamin. Tipe ametabol ditemukan pada ordo Protura, Diplura,

1
Colembolla, dan Thysanura. Ada sedikit keragaman dalam metamorfosis yang terjadi dalam
kelompok-kelompok serangga yang mengalami metamorfosis, tetapi keragaman ini secara kasar
dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe umum, yaitu: 1) metamorfosis bertahap (paurometabol),
2) metamorfosis sederhana atau tidak sempurna (hemimetabol), dan 3) metamorfosis sempurna
(holometabol).
a. Metamorfosis Bertahap (Paurometabol)
Hasil paurometabol pada umumnya nimfa (pradewasa) menyerupai imago (serangga),
namun perubahan bentuk berlangsung secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap dan
embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua dan bertambah ukuran. Nimfa dan imago
berbeda dalam hal ukuran, perkembangan sayap, alat kelamin, namun nimfa dan imago sama-
sama sebagai herbivor aktif. Paurometabol antara lain terjadi pada Orthoptera, Isoptera,
Thysanoptera, Hemiptera, Homoptera, Neuroptera, dan ordo Dermaptera (gambar 4.3).

Gambar 4.3. Perbandingan tipe Ametabol (A), Paurometabol (B), dan Holometabol (C)
(Elzinga, 1981).

b. Metamorfosis Sedarhana (Hemimetabol)


Serangga-serangga muda (pradewasa) hemimetabol dinamakan nimfa dan biasanya
sangat mirip dengan dewasa. Bila serangga dewasa bersayap, maka sayap kelihatan seperti
kuncup pada instar-instar awal, dan setelah molting akhir sayap mengembang menjadi ukuran

2
dewasa. Ciri-ciri serangga dengan metamorfosis sederhana yaitu: a) Nimfa dan imago hidup
pada habitat yang berbeda, di mana naiad hidup di air, imago hidup di darat; b) Nimfa memiliki
beberapa modifikasi, misalnya dari insang → trachea, tungkai berfungsi untuk melekat,
memanjat, dan menggali. Tipe ini ditemukan pada ordo Odonata, Ephemeroptera, dan
Plecoptera.

Gambar 4.4. Tipe Hemimetabol pada capung (Odonata). A: Nimfa dalam air; B, C, D: tahapan
perubahandari nimfa menjadi imago; E. Imago (Harahap, et al. 1992).

c. Metamorfosis Sempurna (Holometabol)


Tahapan-tahapan pradewasa dan dewasa serangga holometabol biasanya sangat berbeda
dalam bentuk, seringkali hidup dalam habitat yang berbeda. Larva merupakan fase yang sangat
aktif memakan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan oleh terjadinya
perombakan dan penyusunan kembali organ-organ tubuh dalam maupun luar. Pada metamorfosis
holometabol sayap berkembang secara internal dari sekelompok sel dorman yang disebut tunas
sayap (wing bud). Pupa (kepompong) pada beberapa jenis serangga biasanya terlindung dalam
rumah pupa (kokon) yang terbuat dari sutra atau bahan lain. Kokon dibuat oleh larva instar
terakhir, beberapa saat sebelum terbentuk pupa. Jensi-jenis dari odro Diptera, pupa terlindung
dalam eksuvium larva instar terakhir yang mengeras, dan rumah pupa semacam ini disebut
puparium. Hipermetamorfosis adalah salah satu tipe metamorfosis sempurna, di mana instar-
instar larva yang berbeda tidak dalam tipe yang sama. Instar I aktif dan biasanya kampodeiform,
dan isntra-instar larva berikutnya berbentu cacing atau skarabaeiform. Hipermetamorfosis
biasanya terjadi pada serangga parasit, yang instar I mencari host (hospes) lalu berganti kulit.

3
Tipe holometabol ini antara lain ditemukan pada kumbang (Coleoptera), lalat dan nyamuk
(Diptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), dan pada semut dan (Hymenoptera) (gambar
4.3 dan 4.5).

Gambar 4.5. Metamorfosis Holometabol pada Kumbang (Coleoptera) (A) dan Ngengat
(Lepidoptera) (B) (Jumar. 2000)

d. Kontrol Metamorfosis
Metamorfosis serangga dikontrol oleh tiga hormon, yaitu: PTTH (hormon
protorasikotropik atau hormon otak), hormon ekdison, dan JH (hormon juvenil). PTTH
diproduksi oleh sel-sel neurosekretorik di dalam otak dan merangsang kelenjar-kelenjar
protoraks (juga terkenal sebagai kelenjar-kelenjar pergantian kulit) untuk menghasilkan hormon
ekdison, yang merangsang apolisis dan mendorong pertumbuhan. JH dihasilkan oleh sel-sel yang
ada di dalam korpora allata dan menghambat metamorfosis. Pengambilan JH dari seekor larva
atau nimfa (dengan pengambilan korpora allata) akan menyebabkan larva mengalami pupasi dan
nimfa berkembang menjadi dewasa bila terdapat hormon ekdison. Penyuntikan hormon juvenil

4
ke dalam seekor pupa (dengan adanya ekdison) akan menyebabkan pupa berkembang menjadi
pupa kedua. Penyuntikan JH ke dalam nimfa instar terakhir atau larva akan menyebabkan
tahapan nimfa atau larva lainnya dihasilkan pada pergantian kulit berikutnya. Korpora allata
aktif selama instar-instar awal dan biasanya berhenti mensekresi JH dalam instar pradewasa
terakhir. Ketiadaan hormon dalam instar ini mengakibatkan metamorfosis.

II. TUGAS TABAHAN:


SELAIN ANDA REVIW MATERI DI ATAS, ANDA WAJIB KERJAKAN SOAL
BERIKUT INI:

LATIHAN SOAL
Sebagai latihan, maka anda diskusikan tentang:
a. Struktur kelami luar serangga
b. Variasi bentuk dan ukuran telur serangga
c. Perkembangan embrio pada serangga
d. Pertumbuhan pascaembrionik serangga
e. Mekanisme kontrol dalam proses metamorfosis pada serangga

TES FORMATIF
1. Jelaskan tentang penentuan jenis kelamin pada serangga
2. Jelaskan uk telur serangga dan cara serangga melindungi telurnya
3. Jelaskan pemahaman anda tentang instar pada larva serangga
4. Jelaskan 3 tipe metamorfosis pada serangga
5. Jelaskan keuntungan ekologis metamorfosis bagi serangga

Anda mungkin juga menyukai