Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

patogen tular tanah (Yulipriyanto, 2010) penyebab penyakit pada beberapa

tanaman family Solanaceae diantaranya cabai, kentang, dan lain-lain yang

berimbas pada produktivitas tanaman tersebut.

Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh fungi Colletotrichum capsici

merupakan salah satu faktor pembatas produksi pada tanaman, contohnya pada

tanaman cabai merah. Kerugian akibat penyakit ini di lapangan dapat mencapai

65% (Hersanti et al., 2001). Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit antraknosa

tersebut berkisar antara 5-65% tergantung pada musim tanam dan intensitas

tindakan pencegahan (Astuti et al., 1985). Fungi Colletotrichum dapat

menginfeksi organ tanaman cabai merah terutama buahnya. Infeksi fungi tersebut

pada buah cabai merah ditandai dengan gejala awal berupa bintik-bintik kecil

yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk. Serangan lebih lanjut

mengakibatkan buah mengkerut, kering dan membusuk (Syamsudin, 2007). Pada

tahap awal infeksi adalah dimulai dari konidia Colletotrichum yang berada

dipermukaan kulit buah cabai merah akan berkecambah dan membentuk tabung

perkecambahan. Setelah tabung perkecambahan berpenetrasi ke lapisan epidermis

kulit buah cabai merah makaakan terbentuk jaringan hifa. Kemudian hifa intra dan

interseluler menyebar keseluruh jaringan dari buah cabai merah (Photita et al.,

2005)

Studi Antifungi Dari..., Dewi Purwanti, FKIP UMP, 2017


2

Penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh fungi Fusarium

oxysporum merupakan penyakit yang serius yang dapat menurunkan

pertumbuhan, hasil buah, dan kualitas tanaman. Penyebaran fungi fusarium sangat

cepat dan dapat menyebar ke tanaman lain dengan cara menginfeksi akar tanaman

dengan menggunakan tabung kecambah atau miselium. Akar tanaman dapat

terinfeksi langsung melalui jaringan akar, atau melalui akar lateral dan terinfeksi

langsung melalui luka-luka, yang kemudian menetap dan berkembang di berkas

pembuluh. Setelah memasuki akar tanaman, miselium akan berkembang hingga

mencapai jaringan korteks akar. Saat miselium jamur mencapai xylem, miselium

tersebut akan berkembang di berkas pembuluh xylem. Miselium yang telah

menginfeksi pembuluh xylem akan terbawa ke bagian lain tanaman sehingga

mengganggu peredaran nutrisi dan air pada tanaman yang menyebabkan tanaman

menjadi layu (Semangun, 2004). Bagian batang tanaman yang terserang akan

berubah menjadi kecokelatan dan kehilangan banyak cairan. Busuk basah pada

berkas pembuluh agak berbau amoniak (Pratnanto, 2002).

Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanamam telah banyak

dilakukan oleh para petani, salah satunya adalah penggunaan pestisida sintetis

secara intensif. Penggunaan pestisida secara terus-menerus akan menimbulkan

berbagai dampak bagi tanaman inang, hama, penyakit, lingkungan, dan kesehatan

manusia (Sriyanti, 2015). Selain itu dengan adanya aplikasi pestisida sintetis yang

tidak bijaksana dapat memicu timbulnya patogen yang resisten terhadap pestisida

sintetis yang digunakan (Ismail, 2010).

Studi Antifungi Dari..., Dewi Purwanti, FKIP UMP, 2017


3

Permasalahan yang ditimbulkan oleh aplikasi pestisida perlu diatasi

antara lain dengan memanfaatkan agensia biologi yang meliputi fungi dan bakteri

terhadap organisme patogen (Suryaningsih, 2004). Mikroorganisme telah banyak

dikembangkan sebagai agen pengendali hayati yang ramah lingkungan (Kusnadi

et al., 2009). Mikroorganisme yang efektif berperan sebagai agen pengendali

hayati salah satunya adalah Trichoderma sp (Maymon et al., 2004).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma dapat

dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati yang mampu menekan pertumbuhan

Fusarium sp penyebab penyakit layu pada tanaman krisan (Hartal et al., 2010).

Hasil penelitian Suhesti (2012) menunjukkan bahwa Trichoderma harzianum

mampu menghambat pertumbuhan fungi Colletotrichum gleosporioides penyebab

penyakit antraknosa pada tanaman kakao.

Trichoderma harzianum merupakan jenis fungi non mikoriza yang dapat

ditemukan hampir disemua macam tanah dan di berbagai habitat. Trichoderma

tumbuh sangat baik dan berlimpah di dalam tanah di sekitar perakaran yang sehat

dan bermanfaat dengan menyerang patogen yang ada di sekitar perakaran tanaman

(Rao, 1994). Fungi ini berperan pula sebagai biodekomposer karena mampu

memanfaatkan bahan organik di alam terutama selulosa sebagai sumber karbon

dan energi untuk kehidupannya (Harman, 2001)

Menurut Saragih et al., (2006) dan Liswarni et al., (2007) fungi

Trichoderma harzianum bersifat antibiosis karena menghasilkan enzim yang

secara aktif mendegradasi sel-sel patogen, sehingga menyebabkan lisisnya sel-sel

fungi patogen dan mengeluarkan trikotoksin yang dapat mematikan fungi patogen.

Studi Antifungi Dari..., Dewi Purwanti, FKIP UMP, 2017


4

Mekanisme antibiosis dapat terjadi karena adanya metabolit sekunder yang

diproduksi oleh mikroba yang secara alamiah merupakan suatu mekanisme

pertahanan mikroba untuk bertahan hidup atau berkompetisi (Mukarlina et al.,

2011). Apakah penelitian antifungi dari Trichoderma harzianum terhadap fungi

Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum sudah pernah dilakukan?

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan

penelitian yang brjudul studi antifungi dari Trichoderma harzianum terhadap

fungi Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum secara in-vitro.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Apakah senyawa yang dihasilkan oleh fungi Trichoderma harzianum

mampu sebagai antifungi terhadap Colletotrichum capsici dan Fusarium

oxysporum?

2. Berapakah konsentrasi efektif antifungi yang dihasilkan oleh Trichoderma

harzianum dalam menghambat pertumbuhan fungi Colletotrichum capsici

dan Fusarium oxysporum?

Studi Antifungi Dari..., Dewi Purwanti, FKIP UMP, 2017


5

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Kemampuan senyawa yang dihasilkan oleh Trichoderma harzianum

sebagai antifungi terhadap Colletotrichum capsici dan Fusarium

oxysporum.

2. Konsentrasi efektif antifungi yang dihasilkan oleh Trichoderma

harzianum dalam menghambat pertumbuhan fungi Colletotrichum

capsici dan Fusarium oxysporum.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan mampu memberikan pengetahuan dari antifungi

yang dihasilkan oleh Trichoderma harzianum sebagai salah satu alternatif dalam

pengendalian penyakit yang disebabkan oleh fungi Colletotrichum capsici dan

Fusarium oxysporum pada tanaman sebagai pengganti fungisida sintetis. Selain

itu, penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan kepedulian terhadap

lingkungan untuk mengurangi pencemaraan lingkungan akibat penggunaan

fungisida sintetis.

Studi Antifungi Dari..., Dewi Purwanti, FKIP UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai