“Business cycles area type of fluctuation found in the aggregate economic activity of
nations that organize their work mainly in business enterprise ; a cycle consists of
expansion occuring at about the same time in many economic activities, followed by
similarly general recessions, contractions, and revival which merge into the expansion
phaze of the nextcycle ; this sequence of changes is recurrent but not periodic ; in
duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years ; they are
not divisible into shorter cycles of similar character with amplitudes approximating
their own”
Siklus bisnis adalah tipe fluktuasi yang ditemukan dalam kegiatan ekonomi negara
secara agregat yang mengatur kegiatan mereka utamanya dalam institusi bisnis: suatu
siklus yang termasuk ekspansi yang terjadi pada waktu bersamaan dalam banyak
kegiatan ekonomi, diikuti oleh resesi yang sama secara umum, kontraksi dan pemulihan
kembali yang bergabung ke dalam fase ekspansi dari siklus berikutnya. Dalam hal durasi,
siklus bisnis bervariasi dari mulai lebih dari setahun sampai kepada sepuluh atau dua
belas tahun. Siklus bisnis bukan hanya fluktuasi dalam aktivitas ekonomi agregat. Fitur
utama yang membedakan mereka dengan variasi musiman atau jangka pendek lainnya
adalah bahwa fluktuasinya secara umum tersebar pada segala aspek ekonomi – industri,
transaksi komersial, dan finansial .
Ekonomi dari dunia barat adalah suatu sistem dari bagian-bagian yang saling
berkaitan secara erat. Dia yang ingin memahami siklus bisnis harus menguasai cara kerja
dari suatu sistem ekonomi yang teratur secara luas dalam suatu jaringan usaha bebas
yang mengejar keuntungan. Masalah dari bagaimana siklus bisnis terbentuk adalah
terpisah dari masalah bagaimana ekonomi kapitalis berfungsi.Dalam tahun-tahun
belakangan ini, teori ekonomi telah bergerak menuju pembelajaran fluktuasi ekonomi
dibanding kepada suatu siklus bisnis, meskipun beberapa ekonom menggunakan frase
‘siklus bisnis’ sebagai cara singkat yang nyaman. Menyebut siklus bisnis sebagai suatu
siklus sebenarnya kurang tepat, karena siklus bisnis memiliki sifat yang tidak melingkar.
Dalam siklus bisnis (business cycle) terdapat beberapa fase, menurut Sukwiaty,
Jamal, & Sukamto (2009) siklus bisnis terbagi dalam 4 fase yaitu depresi (depression),
pemulihan (recovery), kemakmuran (prosperity), dan resesi (resession). Siklus bisnis
terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor shock perekonomian dalam negeri dan
shock perekonomian luar negeri. Kedua shock terbagi antara faktor endogen dan
eksogen dalam ekonomi. Faktor endogen mencakup keadan ekonomi dan kebijakan yang
diterapkan pada suatu negara. Faktor eksogen seperti tingkat harga minyak dunia,
adanya pemilihan umum pada negara tersebut. Ada banyak teori yang dapat digunakan
dalam menjelaskan siklus bisnis (business cycle). Namun ada beberapa teori yang
umummya digunakan para ekonom untuk menjelaskan apa yang menjadi penyebab
terjadinya siklus bisnis (business cycle) ini seperti: teori monetary business cycle, teori
real business cycle, dan teori keynes business cycle. Beberapa teori inilah yang banyak
menjadi acuan dan sorotan para ekonom dalam memahami gejala siklus bisnis.
Tahap pertama dalah masa depresi (depession), yaitu suatu periode penurunan
permintaan agregat yang cepat yang diikuti dengan rendahnya tingkat output dan
tingkat pengangguran yang tinggi yang secara bertahap mencapai dasar yang paling
rendah. Sebagai contoh, depresi besar (great depression) yang dialami negara-negara
kapitalis selama 1929-1933, di mana output ekonomi berkurang drastis sementara
tingkat pengangguran tercatat sangat tinggi. Demikian juga dengan krisis ekonomi yang
pernah dialami Indonesia yaitu krisis moneter tahun 1997/1998 di mana pertumbuhan
ekonomi mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sebesar 15 % pertahun di
tahun 1998.
Tahap yang kedua adalah tahap pemulihan (recovery), yaitu peningkatan permintaan
agregat yang diikuti dengan peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran
Tahap yang ketiga adalah masa kemakmuran (prosperity), yaitu permintaan agregat yang
mencapai dan kemudian melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada
saat puncak siklus telah dicapai, dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai
dan adanya kelebihan permintaan mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum
(inflasi)
Tahap keempat adalah masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun,
yang mengakibatkan penurunan yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti yang
terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal ini maka akan muncul masa depresi.
Pengaruh siklus bisnis terhadap inflasi dan pengangguran pada siklus yang
tergolong ringan bisa dikatakan tidak membahayakan perekonomian. Hanya saja pada
siklus menurun dengan rentang waktu cukup lama dan menyebabkan meningkatnya
pengangguran atau siklus menaik yang menyebabkan inflasi tercatat cukup tinggi
(misalnya di atas 10 persen dan terus bergerak naik) maka kebijakan ekonomi sangat
berperan penting di sini. Beberapa penelitian menemukan bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal sangat berperan penting dalam stabilitas siklus bisnis terutama dalam
pengendalian inflasi dan pengangguran. Stimulus kebijakan fiskal dengan menambah
anggaran pada saat siklus menurun (resesi) beberapa kalangan menilai lebih efektif
untuk menggerakkan perekonomian sektor riil sehingga pada akhirnya pengangguran akan
mengalami penurunan. Untuk mengendalikan permintaan masyarakat, kebijakan moneter
di nilai juga efektif dalam mempengaruhi fluktuasi inflasi yang berlebihan. Efektivitas
kebijakan ini tergantung jangka waktu (jangka panjang atau jangka pendek) dan
tergantung bagaimana sensitivitas respons perekonomian terhadap dua kebijakan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Seftarita, Chenny. 2014. Teori Kebijakan Ekonomi Makro dan Siklus Bisnis, dilihat 18
september 2018. http://chennyseftarita.blogspot.com/2014/04/bagian-kedua-buku-
chenny.html