NIM : D10120615
KELAS : B BT2
Tim Mawar adalah sebuah tim kecil dari kesatuan Komando Pasukan
Khusus Grup IV, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Tim ini
adalah dalang dalam operasi penculikan para aktivis politik pro-
demokrasi.
Kasus penculikan ini menyeret 11 anggota tim mawar ke pengadilan
Mahmilti II pada bulan April 1999. Saat itu Mahmilti II Jakarta yang
diketuai Kolonel CHK Susanto memutus perkara nomor PUT.25-16/K-
AD/MMT-II/IV/1999 yang memvonis Mayor Inf Bambang Kristiono
(Komandan Tim Mawar) 22 bulan penjara dan memecatnya sebagai
anggota TNI. Pengadilan juga memvonis Kapten Inf Fausani Syahrial
(FS) Multhazar (Wakil Komandan Tim Mawar), Kapten Inf Nugroho
Sulistiyo Budi, Kapten Inf Yulius Selvanus dan Kapten Inf Untung Budi
Harto, masing-masing 20 bulan penjara dan memecat mereka sebagai
anggota TNI.
Sedangkan, 6 prajurit lainnya dihukum penjara tetapi tidak dikenai sanksi
pemecatan sebagai anggota TNI. Mereka itu adalah Kapten Inf Dadang
Hendra Yuda, Kapten Inf Djaka Budi Utama, Kapten Inf Fauka Noor
Farid masing-masing dipenjara 1 tahun 4 bulan. Sementara Serka
Sunaryo, Serka Sigit Sugianto dan Sertu Sukadi hanya dikenai hukuman
penjara 1 tahun. Menurut pengakuan, Komandan Tim Mawar, Mayor
Bambang Kristiono di sidang Mahkamah Militer, seluruh kegiatan
penculikan aktivis itu dilaporkan kepada komandan grupnya, yakni
Kolonel Chairawan K. Nusyirwan, tetapi sang komandan tidak pernah
diajukan ke pengadilan sehingga tidak bisa dikonfirmasi.
Sementara itu tanggung jawab komando diberlakukan kepada para
Perwira pemegang komando pada saat itu. Dewan Kehormatan Perwira
telah memberikan rekomendasi kepada Pimpinan ABRI.
6. Tragedi 1
Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan
Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas
agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak
kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan Bacharuddin Jusuf
Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru.
Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta
pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan
juga menentang dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang
Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari
melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari
seluruh Indonesia dan dunia internasional Hampir seluruh sekolah dan
universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,
diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang
dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan
universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang
tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Tragedi 2
Pada tanggal 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara
melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa.
Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk
mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU
PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan
keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai
kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam
jumlah besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.
Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka
tembak di depan Universitas Atma Jaya.
Hari ini, tanggal 5 maret polisi akan melakukan gelar perkara yang telah
menewaskan pengunjuk rasa bernama Rifaldi atau Aldi (21 tahun).
Setelah gelar perkara dilakukan, Didik melanjutkan, akan ditentukan
terkait dengan penahanan atau tidak Bripka H.
Selain itu Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Sulteng juga masih
melakukan pemeriksaan.