Anda di halaman 1dari 247

Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il XXI

FORUM MUSYAWARAH PONDOK PESANTREN


S E J A W A - M A D U R A
Di Pon. Pes. Lirboyo PO BOX 162 Kota Kediri

Komisi A
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. A. Yasin Asmuni 1. Agus Syamsul Mu'in Bpk. M. Ayman al-Akiti
2. KH. Atho’illah S. Anwar 2. Bpk. Abdul Mannan
3. KH. Muhibbul Aman 3. Bpk. Saiful Anwar
4. KH. Firjaun Barlaman 4. Bpk. Sunandi Zubaidi NOTULEN
5. K. Anang Darunnaja 5. Bpk. Abdulloh Mahrus 1. Bpk. Ahid Yasin
6. H. Agus Sobich Al Muayyad 6. Bpk. Abdul Wahab 2. Bpk. Mudzakir
7. KH. Fahim Rauyani 7. Bpk. M. Anas 3. Bpk. Zaimul Abror
8. Agus HM. Sonhaji 8. Bpk. Bisyri Musthofa
9. Bpk. Ali Saudi

1. PRO KONTRA RUU PERKAWINAN


Deskripsi Masalah
Diantara daftar Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) tahun 2010 ini, Kementerian Agama berencana
mengesahkan Rancangan Undang Undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan yang
meliputi ketentuan nikah sirri (perkawinan di bawah tangan), nikah mut’ah (kawin kontrak), poligami dan thalaq
(cerai). Beberapa pasal dalam draft RUU tersebut juga memuat ketentuan pidana kurungan mulai 6 bulan hingga
3 tahun, serta denda mulai Rp 6 juta hingga Rp 12 juta misalnya pada:
✓ Pasal 143 Setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan pejabat pencatat
nikah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta
(enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
✓ Pasal 144 Setiap orang yang melakukan perkawinan mutah sebagaimana dimaksud pasal 39 dihukum
dengan penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan perkawinannya batal karena hukum;
✓ Pasal 145 Setiap orang yang melangsungkan perkawinan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa
mendapat izin terlebih dahulu dari pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (1) dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6
(enam) bulan;
✓ Pasal 146 Setiap orang yang menceraikan istrinya tidak di depan sidang pengadilan sebagaimana dalam
pasal 119 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman
kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
✓ Pasal 147 Setiap orang yang melakukan perzinaan dengan seorang perempuan yang belum kawin sehingga
menyebabkan perempuan tersebut hamil sedang ia menolak mengawininya dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) bulan.
Menurut RUU tersebut, perkawinan yang tidak dilangsungkan di hadapan pejabat pencatat nikah tidak memiliki
kekuatan hukum sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal berikut :
✓ Pasal 4 Setiap perkawinan wajib dicatat oleh pejabat pencatat nikah menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
✓ Pasal 5 (1) Untuk memenuhi ketentuan pasal 4 setiap perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan pejabat
pencatat nikah.
✓ Pasal 5 (2) Perkawinan yang tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan ayat (1) tidak mempunyai kekuatan
hukum.
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI A 1
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam KHI (kompilasi Hukum Islam) Pasal 5-6 sebagai berikut :
✓ Pasal 5 (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
✓ Pasal 5 (2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun
1954.
✓ Pasal 6 (1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan
dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.
✓ Pasal 6 (2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai
kekuatan Hukum.
Draft RUU tersebut dimaksudkan sebagai wujud perlindungan akibat buruk pada pihak-pihak yang menjadi
korban. Misalnya nikah sirri, kawin kontrak dan poligami dipandang banyak merugikan perempuan dan sering
disalahgunakan menjadi perzinaaan terselubung yang dimanfaatkan sebagai media singgahan pemuasan dan
pelampiasan seks tanpa tanggung jawab yang berakibat istri dan anak-anak terlantar, tidak ada pengakuan dari istri
pertama dll. RUU ini juga diharapkan akan mempermudah istri atau anak memperoleh haknya secara hukum positif
seperti hak warisan, hak perwalian,tunjangan kesehatan, pembuatan KTP atau paspor dll.
Kendati demikian, khusus RUU nikah sirri dan poligami tersebut mendapat respon penolakan keras dari belbagai
kalangan karena di samping dinilai menyudutkan dan mempersulit amaliah umat Islam, RUU tersebut juga
dikhawatirkan justru akan mengobsesi seseorang memilih melakukan zina ketimbang harus menikah. Lebih dari
itu, pemidanaan dengan denda dan atau hukuman penjara terhadap perkawinan tanpa dokumentasi itu dinilai
berlebihan, karena praktek nikah sirri sebenarnya hanya merupakan pelanggaran administratif keperdataan, yaitu
melanggar pasal 2 UU 1/1974 tentang perkawinan, bukan bentuk pelanggaran pidana sehingga tidak proporsional
jika harus dikriminalisasi.
Pertanyaan
a. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, dapatkah dibenarkan pemberlakuan pasal nikah sirri dan
poligami di atas?
b. Bagaimana hukum pemidanaan pelanggaran UU nikah sirri dan poligami di atas?
c. Jika pemerintah benar-benar memberlakukan, bagaimana konsekuensi hukum perkawinan atau perceraian
yang melanggar pasal nikah sirri dan poligami di atas?
Sail : PP. Langitan & Panitia
Jawaban
a. UU Perkawinan sesuai yang tertuang dalam KHI yang membatasi pernikahan siri dengan tidak
mengesahkannya tidak dapat dibenarkan karena menganggap batal pernikahan yang sudah sah sesuai syara'.
b. Gugur
c. Gugur

REFER ENSI
1. Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 6674 3. At Tasyri' al Jana'i, vol. 1, hal. 254
2. Bughyah al Mustarsyidin hal. 271 4. Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 339

6674 ‫ الفقه اإلسالمي الجزء التاسع صـ‬.1


‫الدعوة إىل جعل تعدد الزوجات إبذن القاضي ظهرت دعوات جديدة يف عصران متنع تعدد الزوجات إال إبذن القاضي ليتأكد من حتقق ما‬
‫ وهو العدل بني الزوجات والقدرة على اإلنفاق ألن الناس وخصوصاً اجلهلة أساؤوا استعمال رخصة التعدد‬،‫شرطه الشرع إلابحة التعدد‬
‫ إن هللا سبحانه‬-1 )1( ‫املأذون هبا شرعاً لغاايت إنسانية كرمية لكن توىل املخلصون دحض مثل هذه الدعوات ألسباب معقولة هي ما أييت‬
،‫ {فإن خفتم أال تعدلوا‬:‫ لقوله تعاىل‬،‫ فهو الذي يقدر اخلوف من عدم العدل‬،‫وتعاىل أانط ابلراغب يف الزواج وحده حتقيق شرطي التعدد‬
‫ فيكون تقدير مثل هذا اخلوف من‬،‫ من قاض أوغريه‬،‫ ال ألحد سواه‬،‫] فإن اخل طاب فيه لنفس الراغب يف الزواج‬4/3:‫فواحدة} [النساء‬
‫ لقوله ﷺ «اي معشر الشباب‬،‫ فإنه منوط ابلراغب يف الزواج‬،‫ وكذلك البحث يف توافر القدرة على اإلنفاق‬.‫قبل غري الزوج خمالفاً هلذا النص‬
‫ إذ قد ال‬،‫ إن إشراف القاضي على األمور الشخصية أمر عبث‬- 2 .‫ ال لغريهم‬،‫» فهو خطاب لألزواج‬..‫من استطاع منكم الباءة فليتزوج‬
ً‫ وتدخال‬،‫ وخيفي الناس عادة عنه ذلك السبب فإن اطلع على احلقائق كان اطالعه فضحاً ألسرار احلياة الزوجية‬،‫يطلع على السبب احلقيقي‬
‫ فالزواج أمر شخصي‬،‫ ومنعاً وأمراً يف غري حمله‬،‫ وخوضاً يف قضااي ينبغي توفري وقت القضاة لغريها‬،‫ وإهداراً إلرادة اإلنسان‬،‫يف حرايت الناس‬
.‫ وإن أسرار البيت املغلقة ال يعلم هبا أحد غري الزوجني‬.‫ وتبديل قيمه‬،‫ ال يستطيع أحد تغيري وجهته‬،‫ يتفق فيه الزوجان مع أولياء املرأة‬،‫حبت‬
‫ دار الفكر‬271 ‫ بغية المسترشدين صـ‬.2
‫فائدة حكم العرف والعادة حكم منكر ومعارضة ألحكام هللا ورسوله وهو من بقااي اجلاهلية يف كفرهم مبا جاء به نبينا حممد عليه الصالة‬
‫والسالم إببطاله فمن استحله من املسلمني مع العلم بتحرميه حكم بكفره وارتداده واستحق اخللود يف النار نعوذ ابهلل من ذلك اهـ فتاوى‬
‫ ومنها جيب أن تكون األحكام كلها بوجه الشرع الشريف وأما أحكام السياسة فما هي إال ظنون وأوهام فكم فيها من مأخوذ بغري‬.‫ابخمرمة‬

Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI A 2


‫مر كفر مستحله ولو كان يف موضع من يعرف الشرع مل جيز له أن حيكم أو يفيت بغري‬ ّ ‫جناية وذلك حرام وأما أحكام العادة والعرف فقد‬
.‫مقتضاه فلو طلب أن حيضر عند حاكم حيكم بغري الشرع مل جيز له احلضور هناك بل أيمث حبضوره اهـ‬
254 ‫ التشريع الجنائي في اإلسالم الجزء األول صـ‬.3
‫ وإن حقهم يف التشريع قاصر على‬:‫إن أويل األمر حبسب نصوص الشريعة اإلسالمية ليس هلم حق التشريع املطلق لألسباب اليت بيناها‬
‫ تشريعات تنظيمية لتنظيم اجلماعة‬:‫ والثاين‬.‫نوعني من التشريع األ ول تشريعات تنفيذية يقصد هبا ضمان تنفيذ نصوص الشريعة اإلسالمية‬
‫ وهذه التشريعات ال تكون إال فيما سكتت عنه الشريعة فلم أتت بنصوص خاصة‬.‫ومحايتها وسد حاجاهتا على أساس مبادئ الشريعة العامة‬
‫ ويشرتط يف هذه التشريعات قبل كل شئ أن تكون متفقة مع مبادئ الشريعة العامة وروحها‬،‫فيه وال ميكن أن تكون فيما نصت عل يه الشريعة‬
.‫ وإذن فهي يف حقيقتها نوع آخر من التشريعات التنفيذية‬،‫ فهي تشريعات توضع بقصد تنفيذ مبادئ الشريعة العامة‬،‫التشريعية‬
339 ‫الفقه اإلسالمي وأدلته الجزء التاسع صـ‬ .4
‫ فإذا أوقع‬،‫ وألن الرجل يعتقد داينة أن احلق له‬،ً‫وليست الدعوة املعاصرة إىل جعل الطالق بيد القاضي ذات فائدة؛ ملصادمة املقرر شرعا‬
‫ وليس ذلك يف مصلحة املرأة نفسها؛ ألن الطالق قد يكون ألسباب سرية ليس من‬.‫ حدثت احلرمة دون انتظار حكم القاضي‬،‫الطالق‬
‫ وقد يعسر‬،‫ وتسجيل أسبابه يف سجالت القضاء‬،‫ فإذا أصبح ا لطالق بيد القاضي انكشفت أسرار احلياة الزوجية بنشر احلكم‬،‫اخلري إعالهنا‬
‫إثبات األسباب لنفور طبيعي وتباين أخالقي‬

2. ARISAN SEDULURAN
Deskripsi Masalah
Sebuah perusahaan kecil CV. ARISAN SEDULURAN menawarkan program arisan dengan ketentuan:
✓ Arisan dengan hasil undian mendapatkan Honda REVO seharga Rp. 14.000.000
✓ Peserta satu group Arisan minimal 30 orang
✓ Undian dilakukan 1 bulan sekali selama 24 bulan
✓ Iuran pada bulan pertama sebesar Rp. 1.000.000 dan bulan berikutnya sebesar Rp. 500.000
✓ Peserta yang namanya keluar saat undian, berhak mendapat Honda REVO dan tidak berkewajiban
menyetorkan iuran di bulan-bulan berikutnya.
✓ Enam peserta yang tidak keluar namanya dalam 24 kali putaran undian, akan otomatis mendapatkan Honda
Revo di akhir periode.
Melihat minat dan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi (khususnya di daerah Indramayu) mengikuti model
arisan ini, pihak CV. ARISAN SEDULURAN berusaha mengembangkan programnya dengan menawarkan hasil
undian yang cukup variatif, seperti HP, peralatan elektronik, rumah tangga dll.,namun tetap dengan ketentuan yang
sama dan juga membatasi jumlah minimal peserta.
Sekilas, arisan model seperti ini adalah bisnis nekat yang hanya akan merugikan pihak CV. Namun kenyataannya,
dari kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan, bahkan dari pihak CV. dapat meraup keuntungan yang tidak
sedikit. Keuntunan pihak CV ini bisa diperoleh dengan pembelian Honda Revo langsung dari distributor Hoda
dengan sistem paket kredit, yakni 30 paket motor bonus 3 motor, plus potongan harga normal. Atau, pihak CV
akan memutar uang yang diterima dari iuran peserta untuk modal usaha, didepositokan di Bank dll., sehingga pihak
CV tetap memperoleh untung dari program arisan ini.
Praktek lain yang hanpir mirip dengan model ARISAN SEDULURAN ini adalah arisan yang diadakan dalam
sebuah jami'yyah. Hanya saja yang membedakan, iuran ini dilabeli atau lebih pasnya diatasnamakan sedekah, dan
peserta yang namanya keluar saat undian berhak mendapatkan kesempatan umrah.
Pertanyaan
a. Termasuk akad apa transaksi antara pihak CV dengan peserta arisan di atas? Dan bagaimana hukumnya?
Sail : III 'Aliyah MHM
Jawaban :
a. Ada dua kemungkinan :
✓ Akad jual beli yang tidak sah karena ketidakjelasan harga, bentuk barang, dan pelaku akad (peserta yang
memperoleh honda Revo.
✓ Dan atau akad qardlu yang hukumnya juga tidak sah bila ketentuan mendapatkan honda Revo disebutkan
dalam akad.
Catatan :
✓ Praktek di atas dapat direalisasikan dengan solusi peserta ketika menyerahkan uang kepada penyelenggara
dimaksudkan menghutangi kemudian ketika undian keluar dan mendapatkan honda revo dilakukan akad
istibdal, yakni hutang yang diterima diganti dengan sepeda Revo maka hukumnya sah.
✓ Bila ada ketentuan peserta yang tidak bisa melanjutkan atau berhenti arisan uang yang disetorkan akan
hangus maka di samping akad qardlunya tidak sah juga tidak ada solusi untuk mengesahkannya.

321 ‫ قليوبي الجزء الثاني صحـ‬.1


Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI A 3
Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il XXI

FORUM MUSYAWARAH PONDOK PESANTREN


S E J A W A - M A D U R A
Di Pon. Pes. Lirboyo PO BOX 162 Kota Kediri

Komisi B
Jalsah Ula
MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR
1. K. Nurul Huda A. 1. Agus Ibrahim A. Hafidz Bpk. Ma'rifatus S.
2. KH. Azizi Hasbulloh 2. Agus Abdurrozzaq Sholeh NOTULEN
3. K. Ali Mushthofa Sa’id 3. Agus Hanif A. Ghofur 1. Bpk. Sifuddin
4. Agus M. Yasin EMKA 4. Bpk. Munir Akromin 2. Bpk. Abd. Kholiq Duely
5. K. Suhaeri Badrus 5. Bpk. H. Rohmatulloh 3. Bpk. Abd. Kafi
6. KH. Imam Syuhada’ 6. Bpk. Ghufron Makshum
7. Bpk. A. Walid Fauzi
8. Bpk. Dinul Qoyyim
9. Bpk. Abdulloh Mahrus
10. Bpk. Maksum

1. AKKBB MENGGUGAT UU PENODAAN AGAMA


Deskripsi Masalah
Setelah kampanye mendukung Ahmadiyah gagal dilakukan sejumlah LSM yang tergabung dalam
kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Bersama dan Berkeyakinan (AKKBB) melalui jalur
politik jalanan dan penggunaan jasa premanisme eksploitasi media masa, beberapa bulan terahir AKKBB
kembali berulah dengan memanfaatkan Mahkamah Konstitusi (MK). Melalui nomor perkara 140/PUU-
VII/2009 kelompok ini mengajukan permohonan judicial review (uji materi) UU 1/PNPS/1965 dan pasal
156 a KUHP yang lebih dikenal dengan UU pencegahan penyalahgunaan atau penodaan agama, agar
dihapuskan.
UU pasal 1/PNPS/1965 itu menyatakan: ”setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum
menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang
suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai
kegiatan-kegiatan agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama
itu”.
Sedangkan KUHP pasal 156 a itu berbunyi: ”Ancaman pidana selama-lamanya lima tahun penjara bagi
mereka yang mengluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: (a). yang pokoknya bersifat permusuhan,
penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; (b). dengan maksud
agar supaya orang tidak menganut agama apapun yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Lebih dari 40 tahun UU Pedoman atau Penistaan Agama ini terbukti sangat penting dan efektif untuk
mencegah dan menyeret berbagai aliran sesat dan menyimpang ke proses hukum untuk diadili. Berbagai
kemunculan sekte sesat dan menyimpang seperti Ahmadiyah, Nabi palsu, Ahmad Musadik, Lia Eden
dengan agama Salamullahnya, Surga Aden dan beberapa aliran yang menyimpang lainnya, dapat
diperingati melalui SKB (Surat keputusan Bersama), bisa dilarang melalui SK Kepala daerah, serta bisa
dihukum penjara dan dicegah eksistensinya berdasarkan UU tersebut.
Namun menurut kelompok AKKBB, ketentuan dalam UU tersebut dinilai deskriminatif, tidak senafas dan
bertentangan dengan semangat kebebasan berkeyakinan dan beragama yang dijamin UU pasal 29 ayat 2
dan 28E, dan bertentangan dengan HAM yang dijamin dalam pasal 22 dan 8 No. 39 tahun 1999. Pasal-
pasal dalam UU penodaan dan penistaan agama itu kerap dipakai senjata kelompok mainstream untuk
menindas paham keagamaan kelompok minoritas yang dianggap telah menodai agama tertentu. Misalnya
insiden tragis di Monas awal bulan Juni 2008 lalu, dengan menggunakan pasal-pasal ini beberapa umat

Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 1


Islam berupaya memberhangus Ahmadiyah karena dianggap telah menodai dan menghina Islam dengan
mempercayai nabi baru setelah nabi Muhammad SAW.
Perjuangan kelompok AKKBB itu harus kandas setelah pada tanggal 19 April 2010 lalu, MK memutuskan
menolak permohonan judicial review UU itu, dan menyatakan UU tersebut tetap konstitusional. Penolakan
ini karena MK menilai dalil-dalil pemohon tidak beralasan hukum. Di samping itu, MK berdalih negara
memang memiliki otoritas untuk mengatur masyarakat. Jika ada konflik, maka yang bisa memberikan
paksaan untuk mengatur adalah negara.
Pertanyaan
a. Apakah UU Penodaan Agama tersebut bertentangan dengan kebebasan berkeyakinan dan HAM dalam
perspektif fiqh?
b. Demi pertimbangan dan alasan kebebasan akidah, keadilan dan HAM, serta untuk memberikan solusi
atas fakta-fakta kekerasan yang dialami kelompok agama atau keyakinan minoritas, dapatkah
dibenarkan wacana atau gugatan kelompok AKKBB menghapus UU tersebut?
c. Sejauh manakah jaminan dan pelindungan yang diberikan Islam terhadap kebebasan berkeyakinan dan
HAM?
Sa’il: PP. Langitan
Jawaban
a. Tidak bertentangan dengan kebebasan berkeyakinan atau HAM dalam perspektif fiqh karena
kebebasan tersebut tetap dibatasi dengan tidak menyinggung atau menyakiti (idlrar) akidah lain serta
tetap menjaga kemurnian ajaran akidahnya sendiri.
b. Tidak dapat dibenarkan karena:
» UU tersebut tidak bertentangan dengan kebebasan akidah atau HAM dalam perspektif fiqh
» Fakta anarkhisme tersebut tidak bisa dikatakan sebagai ekses dari UU Penodaan agama, melainkan
karena perilaku kolompok yang tidak patuh hukum.
» Penghapusan UU tersebut justru akan membuka potensi terhadap penodaan agama.
c. Segala perilaku yang tidak idlrar kepada pihak lain dan tidak bertentangan dengan ajaran dan akidah
yang diyakininya.

REFER ENSI
1. At-Tasyri’ al jina’I juz 1 hal. 31-42 1. Tafsir Qurthubi juz 1 hal. 2407-2408
2. Al fiqhul Islamy Juz 8 Hal. 6209 2. Tafsir Ar Rozi juz 3 hal. 454
3. Is’adurrofiq juz 2 hal. 119 3. Ihya Ulumiddin juz 2 hal. 327
4. Tafsir Qurthubi juz 1 hal. 1985 4. Qurrotul ‘ain bifatawi Isma’il Zein hal.
199-212
5. Hasyiah Al Jamal juz 4 hal. 280

‫ عبد القادر عودة‬42-31 ‫ التشريع الجنائي اإلسالمي مقارنا بالقانون الوضعي الجزء األول صحـ‬.1
‫ بل هي مقيدة أبن ال‬،‫وإذا كان لكل إنسان أن يقول ما يعتقد أنه احلق ويدافع بلسانه وقلمه عن عقيدته فإن حرية القول ليست مطلقة‬
‫وقد قررت الشريعة حرية القول من‬.‫يكون ما يكتب أو يقال خارجاً عن حدود اآلداب العامة واألخالق الفاضلة أو خمالفاً لنصوص الشريعة‬
‫ وبني لنا أن احلرية ليست‬- ‫ اىل أن قال‬- ‫ وقيدت يف الوقت نفسه هذه احلرية ابلقيود اليت متنع من العدوان وإساءة االستعمال‬،‫يوم نزوهلا‬
‫ إن الشريعة اإلسالمية‬:‫ وميكننا بعد ذلك أن نقول‬. - ‫ اىل أن قال‬- ‫مطلقة وإمنا هي حرية مقيدة بعدم العدوان وعدم إساءة االستعمال‬
،‫ وأن يدعو إىل رأيه ابحلكمة واملوعظة احلسنة‬،ً‫تبيح لكل إنسان أن يقول ما يشاء دون عدوان؛ فال يكون شتاماً وال عياابً وال قاذفاً وال كاذاب‬
‫ وال جدال يف أن من يفعل هذا حيمل‬.‫ وأن يعرض عن اجلاهلني‬،‫ وال يبدأ به‬،‫ وأن ال جيهر ابلسوء من القول‬،‫وأن جيادل ابليت هي أحسن‬
‫ فضالً عن بقاء عالقاته بغريه سليمة مث بقاء اجلماعة يداً واحدة تعمل للمصلحة العامة‬،‫الناس على أن يسمعوا قوله ويقدروا رأيه‬
6209 ‫ الفقه اإلسالمي وأدلته الجزء الثامن صحـ‬.2
‫ قد تبني الرشد‬،‫ {ال إكراه يف الدين‬:‫ فقال عز وجل‬،‫ من أجل حرية االعتقاد أو احلرية الدينية منع القرآن اإلكراه على الدين‬:‫حرية العقيدة‬
‫]؛ ألن اعتناق اإلسالم ينبغي أن يكون عن اقتناع‬10/99:‫] {أفأنت تكره الناس حىت يكونوا مؤمنني} [يونس‬2/256:‫من الغي} [البقرة‬
‫ فإن فرضت ابإلرغام‬،‫ وذلك حىت تظل الع قيدة قائمة يف القلب على الدوام‬.‫ ال سلطان فيه للسيف أو اإلكراه من أحد‬،‫قليب واختيار حر‬
‫ وتقرير حرية‬.]18/29:‫ {فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر} [الكهف‬:‫ قال هللا تعاىل‬،‫ سهل زواهلا وضاعت احلكمة من قبوهلا‬،‫والسطوة‬
‫ وهلم ما‬،‫ وال يعتدى على كنائسهم ومعابدهم‬،‫العقيدة يستتبع إقرار حرية ممارسة الشعائر الدينية؛ ألننا أمران برتك الذميني وما يدينون‬
‫ {وال جتادلوا أهل الكتاب إال‬:‫ قال هللا تعاىل‬،‫ وال يناقشون يف عقائدهم إال ابللني واخلطاب احلسن‬،‫للمسلمني وعليهم ما على املسلمني‬
}‫ وحنن له مسلمون‬،‫ وإهلنا وإهلكم واحد‬،‫ آمنا ابلذي أنزل إلينا وأنزل إليكم‬:‫ وقولوا‬،‫ إال الذين ظلموا منهم‬،‫ابليت هي أحسن‬
]29/46:‫[العنكبوت‬
376 - 367 ‫ التشريع الجنائي في اإلسالم الجزء األول صحـ‬.3

Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 2


‫واجلرائم اليت تفرق فيها الشريعة بني املسلمني والذميني هي اجلرائم القائمة على أساس ديين حمض كشرب اخلمر وأكل حلم اخلنزير‪ ،‬فالشريعة‬
‫اإلسالمية حترم شرب اخلمر وأكل حلم اخلنزير‪ ،‬ومن العدل أن يطبق هذا التحرمي على املسلم الذي يعتقد طبقاً لدينه حبرمة شرب اخلمر‬
‫وأكل حلم اخلنزير‪ ،‬ولكن من الظلم أن يطبق هذا التحرمي على غري املسلم الذي يعتقد أبن شرب اخلمر غري حمرم وأن أكل حلم اخلنزير ال‬
‫حرمه فيه‪ ،‬ولو طبقت قاعدة املساواة تطبيقاً أعمي ألخذ الذميون أبفعال هي يف عقيدهتم غري حمرمة‪ ،‬ويف هذا ظلم بني‪ ،‬فكان من العدل‬
‫الذي أخذت به الشريعة نفسها أن قصرت التحرمي على املسلمني دون غريها‪ ،‬فاملسلم إذا شرب اخلمر أو أكل حلم اخلنزير ارتكب جرمية‬
‫معاقباً عليها ‪ ،‬أما الذمي فال يعترب شربه اخلمر وأكله حلم اخلنزير جرمية‪ .‬ولكن يعاقب الذميون على اجلرائم القائمة على أساس ديين إذا كان‬
‫إتياهنا حمرماً يف عقيدهتم‪ ،‬أو يعترب عندهم رذيلة‪ ،‬أو إذا كان إتيان الفعل مفسداً لألخالق العامة‪ ،‬أو ماساً بشعور اآلخرين‪ ،‬فمثالً شرب‬
‫اخلمر ليس حمرماً يف عقيدة الذميني ولكن السكر حمرماً عندهم‪ ،‬أو هو رذيلة‪ ،‬فضالً عن أنه مفسد لألخالق العامة‬
‫‪ .4‬اسعاد الرفيق الجزء الثاني صحـ ‪119‬‬
‫(و) منها (إيذاء اجلار) جاره (ولو) كان (كافرا) لكن إذا كان (له أمان إيذاء ظاهرا ) كأن بشرف على حرمه أو يبىن ما يؤذيه مما ال يسوغ‬
‫شرعا –اىل أن قال‪( -‬تنبيه) املراد ابألذى الظاهر ما يعد ىف العرف إيذاء ففى الزواجر ان إيذاء املسلم مطلقا كبرية ووجه التخصيص ابجلار‬
‫ان إيذاء غريه ال يكون كبرية اال إن كان له وقع حبيث ال حيتمل عادة خبالف اجلار فإنه ال يشرتط ىف كونه كبرية اال ان يصدق عليه عرفا‬
‫أنه ايذاء‬
‫‪ .5‬الجامع ألحكام القرآن للقرطبي الجزء األول صحـ ‪1985‬‬
‫َه ْم ُمثَّ إِ َىل َرّبِِ ْم َم ْر ِجعُ ُه ْم فَ يُ نَ بِئُ ُه ْم ِِبَا َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬ ‫ِ‬
‫ك َزيَّنَّا ل ُك ِل أُمَّ ٍة عَ َمل ُ‬ ‫اَّللَ عَ ْد ًوا بِغَ ِْري ِعل ٍْم َك َذلِ َ‬
‫سبُّوا َّ‬ ‫ون َِّ‬
‫اَّلل فَ َي ُ‬
‫وَال تَسبُّوا الَّ ِذين ي ْدعُو َن ِمن دُ ِ‬
‫ْ‬ ‫ََ‬ ‫َ ُ‬
‫(‪)108‬‬
‫سبُّواْ هللا } جواب النهي ‪ .‬فنهى سبحانه املؤمنني‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫سبُّواْ الذين يَ ْد ُعو َن من ُدون هللا } هني ‪ { .‬فَ َي ُ‬ ‫فيه مخس مسائل األوىل قوله تعاىل { َوالَ تَ ُ‬
‫سبُّوا أواثهنم؛ ألنه علم إذا سبوها نفر الكفار وازدادوا ُكفراً ‪ .‬قال ابن عباس قالت كفار قريش أليب طالب إما أن تنهى حممداً وأصحابه‬ ‫أن يَ ُ‬
‫ابق يف هذه األمة على كل حال؛ فمىت‬ ‫عن سب آهلتنا والغض منها وإما أن نَسب إهله وهنجوه؛ فنزلت اآلية ‪ .‬الثانية قال العلماء حكمها ٍ‬
‫ُ‬
‫ب صلباهنم وال دينهم وال كنائسهم‬ ‫س َّ‬ ‫ي‬ ‫أن‬ ‫ملسلم‬ ‫حيل‬ ‫فال‬ ‫وجل‬ ‫عز‬ ‫هللا‬ ‫أو‬ ‫السالم‬ ‫عليه‬ ‫يب‬ ‫الن‬ ‫أو‬ ‫اإلسالم‬ ‫ب‬‫س َّ‬ ‫ِ‬
‫َُ‬ ‫كان الكافر يف َمَنعة وخيف أن يَ ُ‬
‫وال يتعرض إىل ما يؤدي إىل ذلك؛ ألنه ِبنزلة البعث على املعصية ‪ .‬وعرب عن األصنام وهي ال تعقل ب«الذين» على معتقد الكفرة فيها ‪.‬‬
‫ودليل على وجوب احلكم بسد الذرائع؛ حسب ما تقدم يف «البقرة» وفيها دليل على أن احملق‬ ‫ٌ‬ ‫ب من املوادعة‬ ‫ض ْر ٌ‬
‫الثالثة يف هذه اآلية أيضاً َ‬
‫قد يكف عن حق له إذا أدى إىل ضرر يكون يف الدين ‪ .‬ومن هذا املعىن ما روي عن عمر بن اخلطاب رضي هللا عنه أنه قال ال تبتوا احلكم‬ ‫ِ‬
‫بني ذوي القراابت خمافة القطيعة ‪ .‬قال ابن العريب إن كان احلق واجباً فيأخذه بكل حال وإن كان جائزاً ففيه يكون هذا القول ‪.‬‬
‫‪ .6‬تفسير الرازي الجزء الثالث صحـ ‪454‬‬
‫اَّلل ََِس ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫الر ْش ُد ِمن الْغَ ِي فَمن ي ْك ُفر ِابلطَّاغُ ِ ِ‬
‫وت َويُ ْؤم ْن ِاب ََّّلل فَ َق ِد ْ‬ ‫َال إكراه ِيف ِ‬
‫يم‬
‫يع َعل ٌ‬ ‫ص َام َهلَا َو َُّ ٌ‬ ‫ك ِابل ُْع ْرَوة ال ُْوثْ َقى َال انْف َ‬
‫سَ‬‫اسَت ْم َ‬ ‫ََْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ني ُّ‬ ‫الدي ِن قَ ْد تَ َب َّ َ‬
‫(‪)256‬‬
‫فيه مسألتان ‪:‬املسألة األوىل الالم يف { الدين } فيه قوالن أحدمها أنه الم العهد والثاين أنه بدل من اإلضافة كقوله { فَِإ َّن اجلنة ِه َى املأوى‬
‫} [ النازعات ‪ ] 41‬أي مأواه واملراد يف دين هللا ‪.‬املسألة الثانية يف أتويل اآلية وجوه أحدها وهو قول أيب مسلم والقفال وهو األليق أبصول‬
‫املعتزلة معناه أنه تعاىل ما بىن أمر اإلميان على اإلجبار والقسر وإمنا بناه على التمكن واالختيار مث احتج القفال على أن هذا هو املراد أبنه‬
‫تعاىل ملا بني دالئل التوحيد بياانً شافياً قاطعاً للعذر قال بعد ذلك إنه مل يبق بعد إيضاح هذه الدالئل للكافر عذر يف اإلقامة على الكفر إال‬
‫أن يقسر على اإلميان وجيرب عليه وذلك مما ال جيوز يف دار الدنيا اليت هي دار االبتالء إذ يف القهر واإلكراه على الدين بطالن معىن االبتالء‬
‫آلم َن َمن‬ ‫ك َ‬ ‫واالمتحان ونظري هذا قوله تعاىل { فَ َمن َشاء فَ لْيُ ْؤِمن َوَمن َشاء فَ لَْي ْك ُف ْر } [ الكهف ‪ ] 29‬وقال يف سورة أخرى { َول َْو َشاء َربُّ َ‬
‫ِ‬
‫ك أَالَّ يَ ُكونُواْ‬
‫سَ‬ ‫ك ابخع نَّ ْف َ‬ ‫ني } [ الشعراء ‪ ] 4 3‬وقال يف سورة الشعراء { لَعَلَّ َ‬ ‫َنت تُ ْك ِرهُ الناس حىت يَ ُكونُواْ ُم ْؤمنِ َ‬
‫َجيعًا أَفَأ َ‬ ‫ِىف األرض ُكلُّ ُهم َِ‬
‫ْ‬
‫ِ‬
‫ني‬
‫ت أعناقهم َهلَا خاضعني } ومما يؤكد هذا القول أنه تعاىل قال بعد هذه اآلية { قَد ت ََّب ََّ‬ ‫شأْ نَُن ز ْل َعلَ ْي ِه ْم م َن السماء َءايَةً فَظَلَّ ْ‬ ‫ُم ْؤمنِ َ‬
‫ني إِن نَّ َ‬
‫الرشد ِم َن الغي } يعين ظهرت الدالئل ووضحت البينات ومل يبق بعدها إال طريق القسر واإلجلاء واإلكراه‪ ،‬وذلك غري جائز ألنه ينايف‬
‫التكليف فهذا تقرير هذا التأويل ‪.‬القول الثاين يف التأويل هو أن اإلكراه أن يقول املسلم للكافر إن آمنت وإال قتلتك فقال تعاىل { ال‬
‫إكراه ِىف الدين } أما يف حق اهل الكتاب ويف حق اجملوس فألهنم إذا قبلوا اجلزية سقط القتل عنهم وأما سائر الكفار فإذا هتودوا أو تنصروا‬
‫فقد اختلف الفقهاء فيهم فقال بعضهم إنه يقر عليه؛ وعلى هذا التقدير يسقط عنه القتل إذا قبل اجلزية وعلى مذهب هؤالء كان قوله {‬
‫ال إكراه ِىف الدين } عاماً يف كل الكفار أما من يقول من الفقهاء أبن سائر الكفار إذا هتودوا أو تنصروا فإهنم ال يقرون عليه فعلى قوله‬
‫يصح اإلكراه يف حقهم وكان قوله { ال إكراه} خمصوصاً ابهل الكتاب ‪.‬والقول الثالث ال تقولوا ملن دخل يف الدين بعد احلرب إنه دخل‬
‫مكرهاً ألنه إذا رضي بعد احلرب وصح إسالمه فليس ِبكره ومعناه ال تنسبوهم إىل اإلكراه‪،‬‬
‫‪ .7‬الجامع ألحكام القرآن للقرطبي الجزء األول صحـ ‪2407‬‬
‫الثانية وقد اختلف العلماء فيمن تؤخذ منه اجلزية؛ قال الشافعي رمحه هللا ال تقبل اجلزية إال من أهل الكتاب خاصة عراب كانوا أو عجما‬
‫هلذه اآلية؛ فإهنم هم الذين خصوا ابلذكر فتوجه احلكم إليهم دون من سواهم؛ لقوله عز وجل { فاقتلوا املشركني حيث وجدمتوهم } [‬
‫التوبة ‪ . ] 5‬ومل يقل حىت يعطوا اجلزية كما قال يف أهل الكتاب ‪ .‬وقال وتقبل من اجملوس ابلسنة؛ وبه قال أمحد وأبو ثور ‪ .‬وهو مذهب‬
‫الثوري وأيب حنيفة وأصحابه ‪ .‬وقال األوزاعي تؤخذ اجلزية من كل عابد وثن أو انر أو جاحد أو مكذب ‪ .‬وكذلك مذهب مالك؛ فإنه رأى‬
‫أن اجلزية تؤخذ من َجيع أجناس الشرك واجلحد عربيا أو عجميا تغلبيا أو قرشيا كائنا من كان؛ إال املرتد ‪ .‬وقال ابن القاسم وأشهب‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪3‬‬


‫وسحنون تؤخذ اجلزية من جموس العرب واألمم كلها ‪ .‬وأما عبدة األواثن من العرب فلم يسنت هللا فيهم جزية وال يبقى على األرض منهم‬
‫أحد وإمنا هلم القتال أو اإلسالم ‪.‬‬
‫‪ .8‬الجامع ألحكام القرآن للقرطبي الجزء األول صحـ ‪2408‬‬
‫ويوجد البن القاسم أن اجلزية تؤخذ منهم؛ كما يقول مالك ‪ .‬وذلك يف التفريع البن اجلالب وهو احتمال ال نص ‪ .‬وقال ابن وهب ال تقبل‬
‫اجلزية من جموس العرب وتقبل من غريهم ‪ .‬قال ألنه ليس يف العرب جموسي إال وَجيعهم أسلم فمن وجد منهم خبالف اإلسالم فهو مرتد‬
‫يقتل بكل حال إن مل يسلم وال تقبل منهم جزية ‪ .‬وقال ابن اجلهم تقبل اجلزية من كل من دان بغري اإلسالم؛ إال ما أَجع عليه من كفار‬
‫قريش ‪ .‬وذكر يف تعليل ذلك أنه إكرام هلم عن الذلة والصغار ملكاهنم من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ‪ .‬وقال غريه إمنا ذلك ألن َجيعهم‬
‫أسلم يوم فتح مكة ‪ .‬وهللا أعلم‪ .‬الثالثة وأما اجملوس فقال ابن املنذر ال أعلم خالفا أن اجلزية تؤخذ منهم ‪ .‬ويف املوطأ مالك عن جعفر بن‬
‫حممد عن أبيه " أن عمر ابن اخلطاب ذكر أمر اجملوس فقال ما أدري كيف أصنع يف أمرهم ‪ .‬فقال عبد الرمحن بن عوف أشهد لسمعت‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول «سنوا ّبم سنة أهل الكتاب» " قال أبو عمر يعين يف اجلزية خاصة ‪ .‬ويف قول رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه وسلم " سنوا ّبم سنة أهل الكتاب " دليل على أهنم ليسوا أهل كتاب ‪ .‬وعلى هذا َجهور الفقهاء ‪ .‬وقد روي عن الشافعي أهنم كانوا‬
‫أهل كتاب فبدلوا ‪ .‬وأظنه ذهب يف ذلك إىل شيء روي عن علي بن أيب طالب رضي هللا عنه من وجه فيه ضعف يدور على أيب سعيد‬
‫البقال؛ ذكره عبد الرزاق وغريه ‪ .‬قال ابن عطية وروي أنه قد كان بعث يف اجملوس نيب اَسه زرادشت ‪ .‬وهللا أعلم‪.‬‬
‫‪ .9‬إحياء علوم الدين الجزء الثاني صحـ ‪327‬‬
‫فإن قلت فمهما اعرتضت على القدري يف قوله الشر ليس من هللا اعرتض عليك القدري أيضا يف قولك الشر من هللا وكذلك يف قولك إن‬
‫هللا يرى ويف سائر املسائل إذ املبتدع حمق عند نفسه واحملق مبتدع عند املبتدع وكل يدعي أنه حمق وينكر كونه مبتدعا فكيف يتم االحتساب‬
‫فاعلم أان ألجل هذا التعارض نقول ينظر إىل البلدة اليت فيها أظهرت تلك البدعة فإن كانت البدعة غريبة والناس كلهم على السنة فلهم‬
‫احلسبة عليه بغري إذن السلطان وإن انقسم اهل البلد إىل اهل البدعة واهل السنة وكان يف االعرتاض حتريك فتنة ابملقاتلة فليس لآلحاد‬
‫احلسبة يف املذاهب إال بنصب السلطان فإذا رأى السلطان الرأي احلق ونصره وأذن لواحد أن يزجر املبتدعة عن إظهار البدعة كان له ذلك‬
‫وليس لغريه فإن ما يكون إبذن السلطان ال يتقابل وما يكون من جهة اآلحاد فيتقابل األمر فيه وعلى اجلملة فاحلسبة يف البدعة اهم من‬
‫احلسبة يف كل املنكرات ولكن ينبغي أن يراعى فيها هذا التفصيل الذي ذكرانه كيال يتقابل األمر وال ينجر إىل حتريك الفتنة بل لو أذن‬
‫السلطان مطلقا يف منع كل من يصرح أبن القرآن خملوق أو أن هللا ال يرى أو أنه مستقر على العرش مماس له أو غري ذلك من البدع لتسلط‬
‫اآلحاد على املنع منه ومل يتقابل األمر فيه وإمنا يتقابل عند عدم إذن السلطان فقط‬
‫‪ .10‬قرة العين صحـ ‪212-211‬‬
‫(سئل رمحه هللا تعاىل ) اعتاد بعض السالطني اجلاوى أن يقر الكفار غري الكاتبني واجملوسني ىف بلده بكذا وكذا من الدراهم واحلبوب ىف كل‬
‫سنة وهم حتت طاعته ميتثلون أوامره ونواهيه ويتوجهون حيث ما وجههم وانتفع املسلمون ّبم ىف األعمال اخلسيسة ولكنه مل أيمرهم ابإلسالم‬
‫فهم جيوز ذلك لتلك امل نفعة واملصلحة أو ال وهل هؤالء الكفار يقال فيهم أهنم حربيون لكوهنم ليسوا من اهل الذمة وما حكم األموال الىت‬
‫يؤدوهنا كل سنة هل هى غنيمة أم ال وهل جيوز ملن اعطى من الفقراء شيئا من ذلك أخذه أو ال أفتوان (اجلواب) إىل أن قال وقول السائل‬
‫وهل هؤالء الكفار يقال أهنم حربييون إخل إن أراد أنه جيوز قتلهم واغنياهلم لكوهنم ليسوا ابهل ذمة فليس كذلك بل ذمة التأمني من اإلمام‬
‫‪ .11‬قرة العين بفتاوى إسماعيل الزين صحـ ‪200-199‬‬
‫سؤال‪ :‬ما قولكم ىف كافر دخل بالدان إندونيسيا بغري أمان مسلم واستوطن فيها هل هو حريب فيباح لنا أخذ أمواله أوال فال ؟ وما حكم‬
‫املسلم املساعد له أبجرة ؟ اجلواب‪ :‬اعلم أن الكافر املذكور الذى دخل بالد املسلمني بغري أمان واستوطن فيها فهو حريب مهدر الدم وجيوز‬
‫اإلستالء على أمواله أبي وسيلة كانت وتعترب غنيمة وأما استئجاره للمسلم ومساعدة املسلم له أبجرة فذلك جائز مع الكراهة دخول‬
‫الكفار املوجودين ىف بالد املسلمني السؤال األول حاصله أن بالدكم استقلت واحلمد هلل ولكن ال يزال فيها الكثري من الكفار واكثر اهلها‬
‫مسلمون ولكن احلكومة اعتربت َجيع اهلها مسلمهم وكافرهم على السواء وقلتم أن شروط الذمة املعتربة اكثرها مفقودة من الكافرين فهل‬
‫ي عتربون ذمني أو حربيني وهل لنا أن نتعرض اليذائهم أذى ظاهرا إىل آخر السؤال أما جواب السؤال األول فاعلم أن الكفار املوجودين‬
‫اآلن ىف بالدكم وىف بالد غريكم من أقطار املسلمني كالباكستان واهلند والشام والعراق ومصر والسودان واملغرب وغريها ليسوا ذميني وال‬
‫معاهدين وال مستأمنني بل هم حربيون حرابة حمضة كيف وهم يعتربون أنفسهم ىف بالدهم وفوق أرضهم يبنون ويعلون ويرفعون ويتملكون‬
‫فيتوسعون ويتاجارون فيصدرون ويوردون ويزارعون فيبذرون وحيصدون بل وهلم اشرتاك ىف الربملاانت الدولية واألصوات االنتخابية وهلم ليس‬
‫شأن الذميني وال املع اهدين وال املستأمنني لكن التصدى إليذائهم أذى ظاهرا كما ذكرمت ىف السؤال ينظر فيه اىل قاعدة جلب املصاحل ودرء‬
‫املفاسد ويرجح درء املفاسد على جلب املصاحل وال سيما وآحاد الناس وافرادهم ليس ىف مستطاعهم ذلك كما هو الواقع واملشاهد اه‬
‫‪ .12‬حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ ‪280‬‬
‫( و) لزمنا (منعهم إظهار منكر بيننا) كإَساعهم إايان قوهلم هللا اثلث ثالثة واعتقادهم يف عزير واملسيح عليهما الصالة والسالم وإظهار مخر‬
‫وخنزير وانقوس وعيد ملا فيه من إظهار شعائر الكفر خبالف ما إذا أظهروها فيما بينهم كأن انفردوا يف قرية والناقوس ما يضرب به النصارى‬
‫ألوقات الصلوات (فإن خالفوا) أبن أظهروا شيئا مما ذكر (عزروا) وإن مل يشرط يف العقد وهذا من زايدت (ومل ينتقض عهدهم) وإن شرط‬
‫انتقاضه به ألهنم يتدينون به ‪( .‬قوله وعيد) جمرور عطفا على مخر أي من إظهاره وكذا حنو لطم ونوح وقراءة حنو توراة وإجنيل ولو بكنائسهم‬
‫وال مينعون مما يتدينون به من غري ما ذكر كفطر رمضان وإن حرم عليهم من حيث تكليفهم ابلشرع ولذلك حرم بيع املفطرات هلم يف رمضان‬
‫ملن علم ولو ابلظن أهنم يتعاطوهنا هنارا ألنه إع انة على معصية قوية على الداللة ابلتهاون ابلدين وبذلك فارقت دخوهلم املساجد ا ه ق ل‬
‫على احمللي‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪4‬‬
Jalsah Tsaniyah
MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Atho’illah S. Anwar 1. Agus Abdurrozzaq Sholeh Bpk. Mukhlisin.
2. KH. Azizi Hasbulloh 2. Agus Hanif A. Ghofur NOTULEN
3. K. Ali Mushthofa Sa’id 3. Bpk. Munir Akromin 1. Bpk. Sifuddin
4. K. Suhaeri Badrus 4. Bpk. H. Rohmatulloh 2. Bpk. Mudzakkier
5. Bpk. Ghufron Makshum 3. Bpk. AR. Kafi
6. Bpk. A. Walid Fauzi
7. Bpk. Dinul Qoyyim
8. Bpk. Syafiq Mukarrom
9. Bpk. Ma'rifatus S.

2. SMS MERESAHKAN
Deskripsi Masalah
”Tanzilal ‘azizir rahim litundzira qauman ma undzira aba’uhum fahum ghaafiluun”. Kirim surat yasin ini mnimal ke-10
org, insya Allah 2 jam kemudian kmu akn mndengar kbar baik n mndaptkan kbhagiaan. Dmi Allah ini amanah dr Habib
Muh bin Hasan al-Athas pekalongan. Mhn jgn dihpus sblm disbrkan ke-10 org. kmu akn mndptkan ssutu yg tdk diignkan”.
Begitulah di antara kalimat SMS gelap yang belakangan marak tersebar di pemilik hand phone. SMS seperti ini
banyak menimbulkan keresahan, karena di samping menjanjikan kejutan-kejutan atau kebahagiaan tak terduga,
juga menimbulkan ketakutan-ketakutan psikologis karena dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat keramat
seperti Rosullah SAW, wali, habib, kiyai, ayat-ayat Al-Qur’an dll. Fenomena seperti ini menyebabkan banyak
masyarakat yang tergoda dengan iming-iming atau khawatir dengan ancaman-ancaman dalam SMS tersebut
untuk menyebarkan kembali.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum mempercayai janji-janji atau ancaman-ancaman bagi penerima SMS seperti dalam
deskripsi?
b. Bagaimana hukum menyebarkan SMS tersebut?
Sa’il: PP. HM. Ceria
Jawaban
a. Haram, karena termasuk membenarkan sesuatu yang ghaib yang tidak ada dasarnya baik secara adat, aqli
atau pun syar’i.

REFER ENSI
1. Buraiqah Mahmudiyyah juz 1 hal. 274 4. Fath Al Bari juz 1 Hal. 80
2. Anwar Al Buruq juz 4 hal. 263 5. Faidl al Qadir juz 6 hal. 30
3. Al Fatawi Al Haditsiyyah juz 1 hal. 469 6. Fath Al ‘Aly juz 1 hal. 209

274 ‫ بريقة محمودية ألجزء األول صحـ‬.1


‫( وعد التطري من املوهوم يوهم اجلواز) بل يدل لقوله (كقرينيه) أي الكي والرقية (بل هو حرام اختلف يف كونه كفرا) لنسبة التأثري إىل غريه‬
‫تعاىل (ذكره قاضي خان وغريه) قيل عن البزازية صاحت الطري فقال رجل ميوت املريض أو خرج إىل السفر فرجع لصياح العقعق كفر عند‬
‫بعضهم وقيل ال وهو األصح كما نقل عن عمدة املفيت ألنه على وجه التفاؤل واألحاديث يف منع الطرية كثرية حنو { ال عدوى وال طرية وال‬
‫هامة وال صفر وال غول } وحنو { الطرية شرك } (فظهر أن الطب ليس بفرض) وال واجب (بل هو مستحب عندان) وقد سبق من األحاديث‬
‫ عن النووي يف شرح مسلم فيه استحباب الدواء وهو مذهب أصحابنا‬. } ‫{ لكل داء دواء فإذا أصيب دواء الداء برئ إبذن هللا تعاىل‬
‫ قال القاضي يف هذه األحاديث صحة علم الطب وجوازه واستحبابه ورد ملنكر التداوي كغالة الصوفية ألن‬. ‫وَجهور السلف وعامة اخللف‬
‫ وحيتج ّبذه األحاديث ومثله األمر ابلدعاء وقتال الكفار والتجنب عن التهلكة والقصاص‬. ‫فاعل الكل هو هللا تعاىل والتداوي من قدر هللا‬
‫ (وقال الغزايل رمحه هللا تعاىل يف اإلحياء إنه) أي الطب (فرض كفاية) لعل هذا‬. ‫والدية على القاتل مع أن األجل واحد ال يتقدم وال يتأخر‬
. ‫إشارة إىل فائدة لفظ عندان آنفا لكن قد َسعت سابقا كونه كذلك عندان أيضا أي احلنفية كما يف التتارخانية‬
263 ‫ أنوار البروق في أنواع الفروق الجزء الرابع صحـ‬.2
‫(الفرق التاسع والستون واملائتان بني قاعدة الطرية وقاعدة الفأل احلالل املباح والفأل احلرام) وهو أن بني الطرية والفأل التباين الكلي وذلك‬
‫ وأما الفأل فهو ما يظن عنده اخلري عكس الطرية والتطري فإن ما يتطري ويتشاءم به لرؤية‬. ‫أنه قد تقدمت حقيقة التطري والطرية وأحكامها‬
‫أو َساع هو ما يظن عنده السوء والشر ففي العزيزي على اجلامع الصغري عند قوله صلى هللا عليه وسلم من احلديث الذي رواه ابن ماجه‬
‫عن جابر بن عبد هللا رضي هللا عنه { وإذا تطريمت فامضوا وعلى هللا فتوكلوا } أي وإذا خرجتم لنحو سفر أو عزمتم على فعل شيء فتشاءمتم‬
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 5
‫به لرؤية أو َساع ما فيه كراهة فال ترجعوا وفوضوا أموركم إىل هللا ‪ -‬تعاىل ‪ -‬ال إىل غريه والتجئوا إليه يف دفع شر ما تطريمت به ا ه قلت وال‬
‫ينافيه ما يف املوطإ وغريه { أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ملا دخل خيرب وأبصر مسحاة وزنبيال قال هللا أكرب خربت خيرب إان إذا نزلنا‬
‫بساحة قوم فساء صباح املنذرين } ملا تقدم توضيحه فال تغفل ما ذكر من كون الفأل والطرية متباين تباينا كليا هو صريح قول صاحب‬
‫املختار الفأل أن يكون الرجل مريضا فيسمع آخر يقول اي سامل أو يكون طالبا فيسمع آخر يقول اي واجد يقال تفاءل بكذا ابلتشديد ويف‬
‫احلديث { كان حيب الفأل ويكره الطرية } ا ه بلفظه ‪ .‬لكن ومقتضى قوهلم إنه صلى هللا عليه وسلم كان حيب الفأل احلسن أن الفأل أعم‬
‫مطلقا من الطرية وأنه عبارة عما يظن عنده اخلري أو الشر وذلك أنه اترة يتعني للخري واترة للشر واترة يرتدد بينهما فاملتعني للخري مثل‬
‫الكلمة احلسنة يسمعها الرجل من غري قصد حنو اي فالح اي مسعود ومنه تسمية الولد والغالم ابالسم احلسن حىت مىت َسع استبشر القلب‬
‫ومثل املنظر احلسن يراه الرجل من غري قصد فيستبشر به ‪ .‬ومنه إرسال الرسول احلسن الوجه لقضاء احلوائج وطلب احلوائج ممن كان حسن‬
‫الوجه أمال يف قضائها ويف احلديث { اطلبوا احلوائج عند حسان الوجوه } وعقده الصرصري رمحه هللا تعاىل بقوله أال اي رسول اإلله الذي‬
‫هداان به هللا يف كل تيه َسعت حديثا من املسندات يسر فؤاد النبيل النبيه وأنك قد قلت فيه اطلبوا احل وائج عند حسان الوجوه ومل أر‬
‫أحسن من وجهك ال كرمي فجد يل ِبا أرجتيه فهذا فأل حسن مقصود واملتعني للشر مثل الكلمة القبيحة يسمعها الرجل من غري قصد حنو‬
‫اي خيبة اي ويل ومنه كراهة تسمية الولد والغالم ابالسم القبيح فمن مث ورد يف الصحيح أنه عليه السالم { حول أَساء مكروهة من أقوام‬
‫كانوا يف اجلاهلية أبَساء حسنة } ‪ -‬إىل أن قال ‪ -‬فإن وجد عليه افعل أقدم على حاجته اليت يقصدها أو ال تفعل أعرض عنها واعتقد أهنا‬
‫ذميمة أو خرج املكتوب عليها غفل أعاد الضرب فهو يطلب قسمه من الغيب بتلك األعواد فهو استقسام أي طلب القسم اجليد يتبعه‬
‫والرديء يرتكه وكذلك من أخذ الفأل من املصحف أو غريه إمنا يعتقد هذا املقصد إن خرج جيدا اتبعه أو رديئا اجتنبه فهو عني االستقسام‬
‫ابألزالم الذي ورد القرآن بتحرميه فيحرم ا ه قال األصل وما رأيته يعين الطرطوشي حكى يف ذلك خالفا والفرق بينه وبني ما هو متعني‬
‫للخري أو للشر هو أن حترميه ملا فيه من سوء الظن ابهلل ‪ -‬تعاىل ‪ -‬بغري سبب تقتضيه عادة رابنية فاحلق ابلطرية وإابحة املتعني للخري ألنه‬
‫وسيلة للخري من حيث إنه يبعث على حسن الظن ابهلل ‪ -‬تعاىل ‪ -‬وإابحة املتعني للشر ألنه وإن كان وسيلة للشر وسوء ظن ابهلل ‪ -‬تعاىل‬
‫‪ -‬إال أنه بسبب تقتضيه عادة هللا ‪ -‬تعاىل ‪ -‬وقد تقدم أن عوائد هللا إذا دلت على شيء وجب اعتقاده فهذا هو تلخيص الفرق بني التطري‬
‫والفأل املباح والفأل احلرام هذا توضيح وتنقيح ما يف األصل وصححه ابن الشاط وهللا ‪ -‬سبحانه وتعاىل ‪ -‬أعلم ‪.‬‬
‫‪ .3‬الفتاوي الحديثية ج الجزء األول صحـ ‪469‬‬
‫وسئلت‪ :‬عمن وجد مصحف غلطاً هل له أن يصلحه بغري إذن مالكه؟ وكذلك يف الكتب‪ .‬وهل للقارىء ابملصحف الكرمي إذا انتهى إىل‬
‫ض ع مصحف على مصحف آخر؟ وهل جيوز أن يكتب يف املصحف‬ ‫آخر ِح ْزبه أن يضع فيه ورقة أو حنوها ليعرف حزبه فيها؟ وهل جيوز َو ْ‬
‫الوقف أنه وقف على كذا وأن فالانً وقف؟ وهل جيوز أن يكتب يف املصحف الوقف أنه وقف على كذا وأن فالانً وقف؟ وهل جيوز أن‬
‫شي املصحف الكرمي من التفسري كما ُحي ِشي الكتب من الشروح؟ وما حكم كتابة األحاديث يف فضل السور قبل البسملة؟ وهل جيوز‬ ‫ُحي ِ‬
‫وضع املصحف يف كوة ظاهرة من غري فرش؟ وهل حيرم َم ُّد ال ِر ْجل إليه وإن بعد عنه؟ وهل جيوز وضعه على ثوب فيه كثري ونيم حنو ذابب؟‬
‫علمي الصبيان أن يعلموهم من احرتام املصحف؟ وهل يف التكبري عند آخر كل سورة من الضحى إىل آخر القرآن أثر؟ وما‬ ‫وما الذي يلزم ُم ِ‬
‫حكم قراءة القرآن العظيم يف الطرق املتيقن جناستها ويف احلمام‪ ،‬وقول «العباب»‪ :‬وحيرم جعل دراهم مثالً يف ورقة كتب فيها قرآن‪ ،‬هل‬
‫الورقة اليت فيها ِعلْم‪ ،‬وورق املكاتبات هلا هذا احلكم؟ وهل ثبت أن مؤمين اجلن يقرءون القرآن ويعلمون ويتعلمون أحكام الشرع‪ ،‬ويكتبون‬
‫كما نكتب‪ ،‬ويصلون الصلوات اخلمس ويتطهَّرون هلا‪ ،‬وما جيب على اآلدمي املتزوج منهم لزوجته من املؤن عند من يصحح نكاحهم؟‪.‬‬
‫فأجبت بقويل‪ :‬نقل الزركشي وغريه عن العبادي أن من استعار كتاابً فوجد فيه غلطاً مل جيز إصالحه وإن كان مصحفاً وجب‪ ،‬وقيَّده البدر‬
‫بن َجاعة والسراج البلقيين ابململوك قاال‪ :‬أما املوقوف فيجوز إصالحه وظاهر أن حملَّه إذا كان خطُّه ُمستصلحاً أي حبيث ال يتعيب به‬
‫املصحف‪ ،‬والكتاب املصَّلح‪.‬‬
‫‪ .4‬فتح الباري البن حجر الجزء األول صحـ ‪80‬‬
‫قال وأما ظن الغيب فقد جيوز من املنجم وغريه إذا كان عن أمر عادي وليس ذلك بعلم ‪ .‬وقد نقل ابن عبد الرب اإلَجاع على حترمي أخذ‬
‫األجرة واجلعل وإعطائها يف ذلك وجاء عن ابن مسعود قال أوت نبيكم صلى هللا عليه وسلم علم كل شيء سوى هذه اخلمس ‪ .‬وعن ابن‬
‫عمر مرفوعا حنوه أخرجهما أمحد وأخرج محيد بن زجنويه عن بعض الصحابة أنه ذكر العلم بوقت الكسوف قبل ظهوره فأنكر عليه فقال‬
‫إمنا الغيب مخس ‪ -‬وتال هذه اآلية ‪ -‬وما عدا ذلك غيب يعلمه قوم وجيهله قوم ‪.‬‬
‫‪ .5‬فيض القدير الجزء السادس صحـ ‪30‬‬
‫(من أتى عرافا أو كاهنا) وهو من خيرب عما حيدث أو عن شئ غائب أو عن طالع أحد بسعد أو حنس أو دولة أو حمنة أو منحة (فصدقه ِبا‬
‫يقول فقد كفر ِبا أنزل هللا على حممد) من الكتاب والسنة وصرح ابلعلم جتريدا وأفاد بقوله فصدقه أن الغرض إن سأله معتقدا صدقه فلو‬
‫فعله استهزاء معتقدا كذبه فال يلحقه الوعيد مث إنه ال تعارض بني ذا اخلرب وما قبله ألن املراد إن مصدق الكاهن إن اعتقد أنه يعلم الغيب‬
‫كفر وإن اعتقد أن اجلن تلقي إليه ما َسعته من املالئكة وأنه إبهلام فصدقه من هذه اجلهة ال يكفر قال الراغب العرافة خمتصة ابألمور املاضية‬
‫والكهانة ابحلادثة وكان ذلك يف العرب كثريا وآخر من روى عنه األخبار العجيبة سطيح وسواد بن قارب‪.‬‬
‫‪ .6‬فتح العلي المالك الجزء األول صحـ ‪ 209‬مالكية‬
‫( ما قولكم) يف امرأة تدعى عندان ابلفقرية تدعي أن الشيخ الفالين امليت ينزل عليها ويرتدد إليها الرجال والنساء ابلزايرة واإلهداء يف يوم‬
‫معلوم كاجلمعة وعند حضور الزائرين حتضر هلم الشيخ ويكلمهم ِبا يف أسرارهم وغريه فهل هذا حقيقة أو كهانة كما كان يف الزمن األول أو‬
‫سحر فعلى احلاكم الشرعي منعها وأخذها الدراهم على ذلك ال جيوز وهو من أكل أموال الناس ابلباطل ؟ أفيدوا اجلواب ‪ .‬فأجبت ِبا نصه‬
‫‪ -‬إىل أن قال ‪ -‬فال جيوز أن خيرب أحد ابملغيبات إخبارا متواليا من غري ختلل غلط وكذب إال من أخرب عن هللا تعاىل من نيب أو رسول فاحذر‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪6‬‬
‫الشك يف هذا وأن خيلط عليك بعض من يدعي علم ذلك التفصيل وال يعرفه وال ميكنه تعاطيه وهي صنعة احلزر والتخمني ويشاركهم فيه‬
‫َجيع الناس ‪ .‬ومنه ما وقع البن صياد وكان يتكهن يف سورة الدخان { فارتقب يوم أتت السماء بدخان مبني } فقال هو الدخ فقال عليه‬
‫الصالة والسالم اخسأ فلن تعدو قدرك ‪ .‬يريد ال ميكنك اإلخبار ابألشياء على تفاصيلها كخرب األنبياء عليهم الصالة والسالم ‪ .‬ومنها ما‬
‫روي أن هرقل نظر يف النجوم فرأى أن ملك اخلتان قد ظهر فإمنا أخرب جبملة قد أمهته وأحزنته وكدرت حىت خلع مملكته ومل يظهر له بنظره‬
‫يف النجوم شيء من أحواله عليه الصالة والسالم وما انطوت عليه بعثته على التفصيل إذ هو من علم الغيب وقد استأثر هللا بعلمه وال‬
‫يطلع عليه أحد كما يعتقده من أضله هللا أعاذان هللا من الشيطان الرجيم وال نكب بنا عن املنهج املستقيم ‪ .‬ا ه ففعل هذه املرأة حرام‬
‫والذهاب إليها حرام ودفع املال هلا على ذلك وقبوهلا له حرام وهو من حلوان الكاهن الذي حرمه النيب صلى هللا عليه وسلم فيجب على‬
‫من بسط هللا تعاىل يده ابحلكم منعها من ذلك وأجره على هللا وقال أبو العباس أمحد القباب أما املشتغل ابلكهانة بضرب اخلط وغريه فذلك‬
‫من أكرب املناكر وقد جاء يف الكهانة كلها أحاديث كثرية ابلنهي عنها وعن سؤاله وتصديقه وقال أيضا أما الذي يضرب اخلط وغريه وخيرب‬
‫ابألمور املغيبات فال جيوز تصديقه وال حيل وهو فاسق ويؤدب ا ه ‪ .‬وهللا سبحانه وتعاىل أعلم وصلى هللا على سيدان حممد وآله وسلم ‪.‬‬
‫‪b. Haram, karena menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya dan berpotensi menimbulkan‬‬
‫‪keresahan masyarakat.‬‬

‫‪REFER ENSI‬‬
‫‪1. Buraiqah Mahmudiyyah juz 3 hal. 124‬‬ ‫‪3. Az Zawajir “aniqtirafil Kaba-ir juz 2 hal. 169-‬‬
‫‪2. Faidl al Qadir juz 5 hal. 2‬‬ ‫‪176‬‬
‫‪4. Al Fiqh Al Islami juz 4 hal. 388‬‬

‫‪ .1‬بريقة محمودية ألجزء الثالث صحـ ‪124‬‬


‫( الثامن واألربعون الفتنة وهي إيقاع الناس يف االضطراب أو االختالل واالختالف واحملنة والبالء بال فائدة دينية ) وهو حرام ألنه فساد‬
‫يف األرض وإضرار ابملسلمني وزيغ وإحلاد يف الدين كما قال هللا تعاىل { إن الذين فتنوا املؤمنني واملؤمنات } اآلية وقال صلى هللا تعاىل عليه‬
‫وسلم { الفتنة انئمة لعن هللا من أيقظها } قال املناوي الفتنة كل ما يشق على اإلنسان وكل ما يبتلي هللا به عباده وعن ابن القيم الفتنة‬
‫قسمان فتنة الشبهات وفتنة الشهوات وقد جيتمعان يف العبد وقد ينفردان ( كأن يغري ) من اإلغراء ( الناس على البغي ) من الباغي فقوله‬
‫( واخلروج على السلطان ) عطف تفسري ألن اخلروج عليه ال جيوز وكذا اعزلوه ولو ظاملا لكونه فتنة أشد من القتل‬
‫‪ .2‬فيض القدير الجزء الخامس صحـ ‪2‬‬
‫(كفى ابملرء كذاب أن حيدث بكل ما َسع) أي إذا مل يتثبت ألنه يسمع عادة الصدق والكذب ‪ ،‬فإذا حدث بكل ما َسع ال حمالة يكذب ‪،‬‬
‫والكذب اإلخبار عن الشئ على غري ما هو عليه وإن مل يتعمد ‪ ،‬لكن التعمد شرط اإلمث ‪ ....‬إىل أن قال ‪ ...‬كفى ابملرء من الكذب) كذا‬
‫هو يف خط املؤل ف ويف رواية العسكري ‪ :‬كفى ابملرء من الكذب كذاب (أن حيدث بكل ما َسع) أي لو مل يكن للرجل كذب إال حتدثه بكل‬
‫ما َسع من غري مباالة أنه صادق أو كاذب لكفاه من جهة الكذب ألن َجيع ما َسعه ال يكون صدقا وفيه زجر عن احلديث بشئ ال يعلم‬
‫صدقه ‪.‬‬
‫‪ .3‬الزواجر عن اقتراف الكبائرألجزء الثاني صحـ ‪176 - 169‬‬
‫الكبرية العاشرة بعد املائتني ) ‪ :‬إيذاء اجلار ولو ذميا كأن يشرف على حرمه أو يبين ما يؤذيه مما ال يسوغ له شرعا ‪ -‬اىل أن قال ‪-‬‬
‫تنبيه ‪ :‬عد هذا كبرية هو صريح ما يف األحاديث الكثرية الصحيحة وبه صرح بعضهم ‪.‬فإن قلت ‪ :‬إيذاء املسلم كبرية مطلقا فما وجه‬
‫ختصيص اجلار ؟ قلت ‪ :‬كأن وجه التخصيص أن إيذاء غري اجلار ال بد فيه أن يكون له وقع حبيث ال حيتمل عادة خبالف إيذاء اجلار فإنه‬
‫ال يشرتط يف كونه كبرية أن يصدق عليه عرفا أنه إيذاء ‪.‬ووجه الفرق بينهما ظاهر ملا علم من هذه األحاديث الصحيحة من أتكد حرمة‬
‫ا جلار واملبالغة يف رعاية حقوقه ‪.‬واعلم أن اجلريان ثالثة ‪ :‬قريب مسلم فله ثالثة حقوق ‪ :‬حق اجلوار وحق اإلسالم وحق القرابة ‪.‬ومسلم‬
‫فقط فله احلقان األوالن ‪ ،‬وذمي فله احلق األول فيتعني صونه عن إيذائه ‪ ،‬وينبغي اإلحسان إليه فإن ذلك ينتج خريا كثريا كما فعل سهل‬
‫التسرتي جباره اجملوسي فإنه انفتح من خالئه حمل لدار سهل يتساقط منه القذر ‪ ،‬فأقام سهل مدة ينحي ليال مما جيتمع منه يف بيته هنارا فلما‬
‫مرض أحضر اجملوسي وأخربه واعتذر أبنه خشي من ورثته أهنم ال حيتملون ذلك فيخاصمونه ‪ ،‬فعجب اجملوسي من صربه على هذا اإليذاء‬
‫العظيم قال له تعاملين بذلك منذ هذا الزمان الطويل وأان مقيم على كفري مد يدك ألسلم فمد يده فأسلم ‪ ،‬مث مات سهل رمحه هللا ‪ .‬فتأمل‬
‫نتيجة الصرب وعاقبته وفقنا هللا لذلك وغريه آمني ‪.‬‬
‫‪ .4‬الفقه اإلسالمي وأدلته ألجزء الرابع صحـ ‪388‬‬
‫استعمال احلق بوجه مشروع‪ :‬على اإلنسان أن يستعمل حقه وفقاً ملا أمر به الشرع وأذن به‪ .‬فليس له ممارسة حقه على حنو يرتتب علىه‬
‫اإلضرار ابلغري‪ ،‬فرداً أو َجاعةً‪ ،‬سواء أقصد اإلضرار أم ال‪ .‬وليس له إتالف شيء من أمواله أو تبذيره ألن ذلك غري مشروع‪ .‬فحق امللكية‬
‫يبيح لإل نسان أن يبين يف ملكه ما يشاء وكيف يشاء‪ ،‬لكن ليس له أن يبين بناء مينع عن جاره الضوء واهلواء‪ ،‬وال أن يفتح يف بنائه انفذة‬
‫تطل على نساء جاره‪ ،‬إلضراره ابجلار‪ .‬واستعمال اإلنسان حقه على وجه يضر به أو بغريه هو ما يعرف ابلتعسف يف استعمال احلق عند‬
‫فقهاء القانون الوضعي‪ .‬فإن مارس اإلنسان ما ليس حقاً له فال يسمى تعسفاً وإمنا هو اعتداء على حق الغري‪،‬‬

‫‪3. MEMPELAI WANITA TURUT HADIR DALAM AKAD NIKAH‬‬


‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪7‬‬
‫‪Dalam formulasi fiqh munakahah, dapat dijumpai aturan pihak yang wajib hadir saat prosesi ijab-qabul akad nikah‬‬
‫‪berlangsung. Yaitu pihak wali calon istri, pihak calon suami dan saksi. Namun seperti fenomena akad nikah yang‬‬
‫‪lazim kita saksikan, prosesi ijab-qabul juga diwarnai dengan kehadiran banyak orang yang umumnya laki-laki untuk‬‬
‫‪berpartisipasi menyaksikan berlangsungnya akad yang sakral ini. Di samping itu, tidak jarang mempelai wanita juga‬‬
‫‪turut dihadirkan di majlis akad nikah di tengah-tengah hadirin dan duduk berdampingan dengan mempelai pria,‬‬
‫‪bahkan ada juga yang ditutupi dengan satu kerudung berdua (ikhtilath).‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪a. Bagaimana hukum mempelai wanita turut hadir di majlis akad nikah seperti dalam deskripsi‬‬
‫‪b. Jika tidak diperbolehkan, apakah kemungkaran di majlis seperti itu dapat menghilangkan sifat adil wali dan‬‬
‫?‪saksi nikah yang hadir‬‬
‫‪Sa’il: Panitia‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Haram, kecuali tidak menimbulkan fitnah‬‬

‫‪REFER ENSI‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Hasyiyyah Al Jamal juz 4 hal. 124‬‬ ‫‪5. Ihya’ Ulumiddin juz 2 hal. 160‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪I’anatuththolibin juz 1 hal. 313‬‬ ‫‪6. Hasyiyyah Al Jamal juz 4 hal. 138‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Al Majmu’ juz 4 hal. 434‬‬ ‫‪7. Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah juz 2 hal. 291‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪I’anatuththolibin juz 3 hal. 305‬‬

‫‪ .1‬حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ ‪124‬‬


‫وضابط اخللوة اجتماع ال تؤمن معه الريبة عادة خبالف ما لو قطع ابنتفائها عادة فال يعد خلوة ا ه ‪.‬‬
‫‪ .2‬إعانة الطالبين الجزء األول صحـ ‪313‬‬
‫ومنه الوقوف ليلة عرفة أو املش عر احلرام‪ ،‬واالجتماع ليايل اخلتوم آخر رمض ان‪ ،‬ونص ب املنابر واخلطب عليها‪ ،‬فيكره ما مل يكن فيه اختالط الرجال ابلنس اء أبن‬
‫تتضام أجسامهم‪ .‬فإنه حرام وفسق‪.‬‬
‫‪ .3‬المجموع شرح المهذب الجزء الرابع صحـ ‪484‬‬
‫(الشرح) حديث جابر رواه أبو داود والبيهقي وىف إسناده ضعف ولكن له شواهد ذكرها البيهقى وغريه ويغىن عنه حديث طارق بن شهاب السابق واالَجاع فقد‬
‫نق ل ابن املن ذر وغريه االَجاع أن املرأة ال َجع ة عليه ا وقوله والهنا ختتلط ابلرجال وذلك ال جيوز لبس كم ا قال فاهنا ال يلزم من حض ورها اجلمع ة االختالط بل‬
‫تكون وراءهم وقد نقل ابن املنذر وغريه االَجاع علي اهنا لو حضرت وصلت اجلمعة جاز وقد ثبتت االحاديث الصحيحة املستفيضة أن النساء كن يصلني خلف‬
‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم يف مسجده خلف الرجال والن اختالط النساء ابلرجال إذا مل يكن خلوة ليس حبرام‬
‫‪ .4‬إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ‪305‬‬
‫قال ابن الصالح‪ :‬وليس املعىن خبوف الفتنة غلبة الظن بوقوعها‪ ،‬بل يكفي أن ال يكون ذلك اندرا‪.‬‬
‫‪ .5‬إحياء علوم الدين الجزء الثاني صحـ ‪160‬‬
‫وحتصيل مظنة املعصية معصية ونعين ابملظنة ما يتعرض اإلنسان لوقوع املعصية غالباً حبيث ال يقدر على اإلنكفاف عنها‬
‫‪ .6‬حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ ‪138‬‬
‫( قوله ‪ :‬ويف الزوج حل واختيار ) ويشرتط فيه أيضا معرفته للزوجة إما بعينها أو ابَسها ونسبها فزوجتك هذه وهي منتقبة أو وراء سرتة‬
‫والزوج ال يعرف وجهها وال اَسها ونسبها ابطل لتعذر حتمل الشهادة عليها ا ه ‪ .‬قال األذرعي وهذا منه تقييد لقول األصحاب أي وجرى‬
‫عليه الرافعي وغريه لو أشار حلاضرة وقال زوجتك هذه صح قال الرافعي وكذا اليت يف الدار وليس فيها غريها وقال الزركشي كالم الرافعي‬
‫يف الشهادات عن القفال يوافق ما قاله املتويل قاال أعين الزركشي واألذرعي وكالم كثريين قال الزركشي منهم الرافعي يشعر بفرض املسألة‬
‫أي يف كالم األصحاب فيما إذا كان الزوج ممن يعلم نسبها أي أو عينها فلم خيالف كالم األصحاب املطلقني يف زوجتك هذه كالم املتويل‬
‫وتردد األذرعي يف أن الشهود هل يشرتط معرفتهم هلا كالزوج والذي أفهمه قول املتويل لتعذر حتمل الشهادة عليها أهنم مثله لكن رجح ابن‬
‫العماد أنه ال يشرتط معرفتهم هلا ؛ ألن الواجب حضورهم وضبط صيغة العقد ال غري حىت لو دعوا لألداء مل يشهدوا إال بصورة العقد اليت‬
‫َسعوها كما قاله القاضي يف فتاويه ويفرق بينهم وبينه أبن جهله املطلق ّبا يصري العقد لغوا ال فائدة فيه بوجه خبالف جهلهم لبقاء فائدته‬
‫ِبعرفته هلا وال نظر لتعذر التحمل هنا كما ال نظر لتعذر األداء يف حنو ابنيهما على أن لك أن حتمل كالم األصحاب فيه على إطالقه إذ ال‬
‫خفاء كما علم مما مر آنفا أن املدار على ما يف نفس األمر‬
‫‪ .7‬الموسوعة الفقهية الجزء الثاني صحـ ‪291‬‬
‫اختالط الرجال ابلنساء ‪ - 4 :‬خيتلف حكم اختالط الرجال ابلنساء حبسب موافقته لقواعد الشريعة أو عدم موافقته فيحرم ‪ .‬االختالط‬
‫إذا كان فيه ‪ :‬أ ‪ -‬اخللوة ابألجنبية ‪ ,‬والنظر بشهوة إليها ‪ .‬ب ‪ -‬تبذل املرأة وعدم احتشامها ‪ .‬ج ‪ -‬عبث وهلو ومالمسة لألبدان‬
‫كاالختالط يف األفراح واملوالد واألعياد فاالختالط الذي يكون فيه مثل هذه األمور حرام ملخالفته لقواعد الشريعة ‪ .‬قال تعاىل ‪ { :‬قل‬
‫للمؤمنني يغضوا من أبصارهم } ‪ { . . .‬وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن } ‪ .‬وقال تعاىل عن النساء ‪ { :‬وال يبدين زينتهن } وقال ‪:‬‬
‫{ إذا سألتموهن متاعا فاسألوهن من وراء حجاب } ‪ .‬ويقول النيب صلى هللا عليه وسلم ‪ { :‬ال خيلون رجل ابمرأة فإن اثلثهما الشيطان }‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪8‬‬


‫{ وقال صلى هللا عليه وسلم ألَساء بنت أيب بكر اي أَساء إن املرأة إذا بلغت احمليض مل يصلح أن يرى منها إال هذا وهذا وأشار إىل وجهه‬
‫وكفيه } ‪ .‬كذلك اتفق الفقهاء على حرمة ملس األجنبية إال إذا كانت عجوزا ال تشتهى فال أبس ابملصافحة ‪ .‬ويقول ابن فرحون ‪ :‬يف‬
‫األعراس اليت ميتزج فيها الرجال والنساء ال تقبل شهادة بعضهم لبعض إذا كان فيه ما حرمه الشارع ; ألن حبضورهن هذه املواضع تسقط‬
‫عدالتهن ‪ .‬ويستثىن من االختالط احملرم ما يقوم به الطبيب من نظر وملس ; ألن ذلك موضع ضرورة والضرورات تبيح احملظورات ‪- 5 .‬‬
‫وجيوز االختالط إذا كانت هناك حاجة مشروعة مع مراعاة قواعد الشريعة ولذلك جاز خروج املرأة لصالة اجلماع وصالة العيد وأجاز‬
‫البعض خروجها لفريضة احلج مع رفقة مأمونة من الرجال ‪ .‬كذ لك جيوز للمرأة معاملة الرجال ببيع أو شراء أو إجارة أو غري ذلك ‪ .‬ولقد‬
‫سئل اإلمام مالك عن املرأة العزبة الكبرية تلجأ إىل الرجل فيقوم هلا حبوائجها ويناوهلا احلاجة هل ترى ذلك له حسنا ؟ قال ‪ :‬ال أبس به‬
‫وليدخل معه غريه أحب إيل ولو تركها الناس لضاعت قال ابن رشد ‪ :‬هذا على ما قال إذا غض بصره عما ال حيل له النظر إليه ‪.‬‬
‫‪b. Tidak sampai menggugurkan, kecuali disertai perbuatan yang dapat menyebabkan dosa besar, seperti‬‬
‫‪meremehkan adanya ikhtilath dan an nadzrul muharrom pada prosesi akad nikah atau perbuatan tersebut‬‬
‫‪dilakukan oleh orang yang menjadi panutan .‬‬

‫‪REFER ENSI‬‬
‫‪1. Ihya’ Ulumiddin juz 3 hal. 136‬‬ ‫‪4. Asnal Mathalib juz 4 hal. 343‬‬
‫‪2. I’anatuththolibin juz 4 hal. 323‬‬ ‫‪5. Az Zawajir juz 1 hal. 337‬‬
‫‪3. Al Hawi al Kabir juz 7 hal. 87‬‬

‫‪ .1‬إحياء علوم الدين الجزء الثالث صحـ ‪136‬‬


‫اعلم ان الصغرية تكرب أبسباب‪ :‬منها اإلصرار واملواظبة‪ ،‬ولذلك قيل‪ :‬ال صغرية مع إصرار وال كبرية مع استغفار‪ ،‬فكبرية واحدة تنصرم وال‬
‫يتبعها مثلها لو تصور ذلك كان العفو عنها أرجى من صغرية يواظب العبد عليها ومثال ذلك قطرات من املاء تقع على احلجر على توال‬
‫فتؤثر فيه‪ ،‬وذلك القدر من املاء لو صب عليه دفعة واحدة مل ؤثر‪ ،‬ولذلك قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‪ " :‬خري األعمال أدومها‬
‫وغن قل " واألشياء تستبان أبضدادها وإن كان النافع من العمل هو الدائم وإن قل فالكثري املنصرم قليل النفع يف تنوير القلب وتطهريه‪،‬‬
‫فكذلك القليل من السيئات إذا دام عظم أتثريه يف إظالم القلب‪ ،‬إال أن الكبرية قلما يتصور اهلجوم عليها بغتة من غري سوابق ولواحق من‬
‫َجلة الصغائر‪ ،‬فقلما يزين الزاين بغتة من غري مراودة ومقدمات‪ ،‬وقلما يقتل بغتة من غري مشاحنة سابقة ومعاداة‪ ،‬فكل كبرية تكتنفها صغائر‬
‫سابقة وال حقة‪ ،‬ولو تصورت كبرية وحدها بغتة ومل يتفق إليها عود رِبا كان العفو فيها أرجى من صغرية واظب اإلنسان عليها عمره‪ ،‬ومنها‬
‫أن يستصغر الذنب فإن الذنب كلما اسنعظمه العبد من نفسه صغر عند هللا تعاىل‪ ،‬ألن استعظامه يصدر عن نفور القلب عنه وكراهيته له‪،‬‬
‫وذلك النفور مينع من شد ة أتثره به‪ ،‬واستصغاره يصدر عن األلف به وذلك يوجب سشدة األثر يف القلب‪ ،‬والقلب هو املطلوب تنويره‬
‫ابلطاعات‪ ،‬واحملذور تسويده ابلسيئات‪ ،‬ولذلك ال يؤاخذ ِبا جيري عليه يف الغفلة فإن القلب ال يتأثر ِبا جيري يف الغفلة‪ ،‬وقد جاء يف اخلرب‪:‬‬
‫" املؤمن يرى ذنبه كاجلبل فوقه خياف أن يقع عليه‪ ،‬واملنافق يرى ذنبه كذابب مر على أنفه فأطاره " وقال بعضهم الذنب الذي ال يغفر قول‬
‫العبد‪ :‬ليت كل ذنب عملته مثل هذا‪ ،‬وإمنا يعظمالذنب يف قلب املؤمن لعلمه جبالل هللا‪ ،‬فإذا نظر إىل عظم من عصى به رأى الصغرية‬
‫كبرية‪ ،‬وقد أوحى هللا تعاىل إىل بعض أنب يائه‪ :‬ال تنظر إىل قلة اهلدية وانظر إىل عظم مهديها‪ ،‬وال تنظر إىل صغر اخلطيئة وانظر إىل كربايء من‬
‫واجهته ّبا‪ ،‬وّبذا االعتبار قال بعض العارفني‪ :‬ال صغرية‪ ،‬بل كل خمالفة فهي كبرية‪ ،‬وكذلك قال بعض الصحابة رضي هللا عنهم للتابعني‪:‬‬
‫وإنكم لتعملون أعماالً هي يف أعينكم أدق من الشعر كنا نعدها على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من املوبقات‪ ،‬إذ كانت معرفة‬
‫الصحابة جبالل هللا أمت‪ ،‬فكانت الصغائر عندهم ابفضافة إىل جالل هللا تعاىل من الكبائر‪ ،‬وّبذا السبب يعظم من العامل ما ال يعظم من‬
‫اجلاهل‪ ،‬ويتجاوز عن العامي يف أمور ال يتجاوز يف أمثاهلا عن العارف‪ ،‬ألن الذنب واملخالفة يكرب بقدر معرفة املخالف‪ .‬ومنها السرور‬
‫ابلصغرية والفرح والتبجح ّبا واعتداد التمكن من ذلك نعمة والغفلة عن كونه سبب الشقاوة‪ ،‬فكلما غلبت حالوة الصغرية عند العبد‬
‫كربت الصغرية وعظم أثرها يف تسويد قلبه‪ ،‬حىت إن من املذنبني من يتمدح بذنبه ويتبجح به لشدة فرحه ِبقارفته إايه‪ ،‬كما يقول‪ :‬أما رأيتين‬
‫كيف مزقت عرضه‪ ،‬ويقول املناظر يف مناظرته‪ :‬أما رأيتين كيف فضحته وكيف ذكرت مساويه حىت أخجلته وكيف استخففت به وكيف‬
‫لبست عليه؟ ويقول املعامل يف التجارة‪ :‬أما رأيت كيف روجت عليه الزائف وكيف خ دعته وكيف خدعته وكيف غبنته يف ماله وكيف‬
‫استحمقته؟ فهذا وأمثاله تكرب به الصغائر فإن الذنوب مهلكات‪ ،‬وإذا دفع العبد إليها وظفر الشيطان به يف احلمل عليها فينبغي أن يكون‬
‫يف مصيبة وأتسف بسبب غلبة العدو عليه وبسبب بعده من هللا تعاىل‪ ،‬فاملريض الذي يفرح أبن ينكسر إانؤه الذي فيه دواؤه حىت يتخلص‬
‫من أمل شربه ال يرجى شفاؤه‪ ،‬ومنها أن يتهاون بسرت هللا عليه وحلمه عنه وإمهاله إايه وال يدري أنه إمنا ميهل مقتاً ليزداد ابإلمهال إمثاً‪ ،‬فيظن‬
‫أن متكنه من املعاصي عناية من هللا تعاىل به‪ ،‬فيكون ذلك ألمنه من مطكر هللا وجهله ِبكامن الغرور ابهلل‪ ،‬كما قال تعاىل‪ " :‬ويقولون يف‬
‫أنفسهم لوال يعذبنا هللا ِبا تقول حسبهم جهنم يصلوهنا فبئس املصري " ‪ ،‬ومنها ان ايت الذنب وظهره ابن يذكره بعد إتيانه أو أيتيه يف مشهد‬
‫غريه فإن ذلك جناية منه على سرت هللا الذي سدله عليه وحتريك لرغبة الشر فيمن أَسعه ذنبه او أشهده فعله‪ ،‬فهما جنايتان انضمتا إىل‬
‫جنايته فغلظت به‪ ،‬فإن انضاف إىل ذلك الرتغيب للغري فيه واحلمل عليه وهتيئة األسباب له صارت جناية رابغة وتفاحش األمر‪ ،‬ويف اخلرب‬
‫كل الناس‬
‫معاىف إال اجملاهرين يبيت أحدهم على ذنب قد سرته هللا عليه فيصبح فيكشف سرت هللا ويتحدث بذنبه " ‪ ،‬وهذا ألن من صفات هللا ونعمه‬
‫أنه يظهر اجلميل وال يهتك السرت؟ فاإلظهار كفران هلذه النعمة‪ ،‬وقال بعضهم‪ :‬ال تذنب فإن وال بد فال ترغب غريك فيه فتذنب ذنبني‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪9‬‬
‫ولذلك قال تعاىل‪ " :‬املنافقون واملنافقات بعضهم من بعض ايمرون ابملنكر وينهون عن املعروف " وقال بعض السلف‪ :‬ما انتهك املرء من‬
‫أخيه حرمة أعظم من أن يساعده على معصية مث يهوهنا عليه‪ ،‬ومنها أن يكون املذنب عاملاً يقتدى به فإذا فعله حبيث يرى ذلك منه كرب‬
‫ذنبه كلبس العامل اإلبريسم وركوبه مراكب الذهب‬
‫‪ .2‬إعانة الطالبين الجزء الرابع صحـ ‪323‬‬
‫والصغرية كنظر االجنبية وملسها ووطئ رجعية وهجر املسلم فوق ثالث وبيع مخر ولبس رجل ثوب حرير وكذب ال حد فيه‬
‫(قوله‪ :‬كنظر االجنبية) أي لغري حاجة‪ ،‬أما إذا كان حلاجة كتحمل الشهادة‪ ،‬أو إستشفاء‪ ،‬فال حيرم‪.‬‬
‫‪ .3‬الحاوى الكبير ـ الماوردى الجزء السابع عشر صحـ ‪87‬‬
‫قال املاوردي ‪ :‬وهذا صحي ح إذا أراد أن يشهد بنسب امرأة كانت الشهادة أغلظ منها يف نسب الرجل ‪ ،‬لربوز الرجل وخفر املرأة ‪ ،‬وإابحة‬
‫النظر إىل الرجل ‪ ،‬وحترميه يف املرأة ‪ ،‬فصارت ّبذين األمرين أغلظ فاحتاج يف العلم بنسبها إىل أمرين ‪ :‬أحدمها ‪ :‬معرفة عينها ابملشاهدة‬
‫على وجه مباح ‪ ،‬وقد يكون ذل ك من أحد وجوه ‪ :‬منها أن يراها يف صغرها ‪ ،‬وقبل بلوغها يف حالة ال حيرم النظر إليها ‪ ،‬فيثبت معرفة عينها‬
‫يف الصغر حىت مل ختف عليه يف الكرب ‪ .‬ومنها أن تكون من ذوي حمارم يستبيح النظر إليهن فيعرفها ابملشاهدة والنظر‬
‫ومنها أن يكثر دخوهلا على نساء أهله فيقلن له هذ ه فالنة ‪ ،‬فيعرف شخصها ِبا يتفق له من نظرة بعد نظرة مل يقصدها ‪ ،‬فيصري عارفا ّبا‬
‫‪ .‬فأما معرفة كالمها ‪ ،‬فال يصري به عارفا هلا الشتباه األصوات ‪ ،‬ومنها أن يتعمد النظر إليها حىت يعرفها ‪ ،‬فهذا موجب ملعرفتها ‪ ،‬لكن إن‬
‫نظر إىل ما جياوز وجهها وكفيها كان فسقا ترد به شهادته إال أن يتوب ‪ ،‬قال املاوردي ‪ :‬وهذا صحيح إذا أراد أن يشهد بنسب امرأة كانت‬
‫الشهادة أغلظ منها يف نسب الرجل ‪ ،‬لربوز الرجل وخفر املرأة ‪ ،‬وإابحة النظر إىل الرجل ‪ ،‬وحترميه يف املرأة ‪ ،‬فصارت ّبذين األمرين أغلظ‬
‫فاحتاج يف العلم بنسبها إىل أمرين ‪ :‬أحدمها ‪ :‬معرفة عينها ابملشاهدة على وجه مباح ‪ ،‬وقد يكون ذلك من أحد وجوه ‪ :‬منها أن يراها يف‬
‫صغرها ‪ ،‬وقبل بلوغها يف حالة ال حيرم النظر إليها ‪ ،‬فيثبت معرفة عينها يف الصغر حىت مل ختف عليه يف الكرب ‪ .‬ومنها أن تكون من ذوي‬
‫حمارم يستبيح النظر إليهن فيعرفها ابملشاهدة والنظر ‪ .‬ومنها أن يكثر دخوهلا على نساء أهله فيقلن له هذه فالنة ‪ ،‬فيعرف شخصها ِبا‬
‫يتفق له من نظرة بعد نظرة مل يقصدها ‪ ،‬فيصري عارفا ّبا ‪ .‬فأما معرفة كالمها ‪ ،‬فال يصري به عارفا هلا الشتباه األصوات ‪ ،‬ومنها أن يتعمد‬
‫النظر إليها حىت يعرفها ‪ ،‬فهذا موجب ملعرفتها ‪ ،‬لكن إن نظر إىل ما جياوز وجهها وكفيها كان فسقا ترد به شهادته إال أن يتوب ‪ ،‬فصل ‪:‬‬
‫وإذا جاز له النظر إىل وجهها ‪ ،‬ليعرفها يف الشهادة النظر إىل املرأة األجنبية هلا وعليها ‪ ،‬فقد اختلف الناس فيما جيوز أن ينظر من وجهها‬
‫‪ ،‬فالذي عليه َجهور الفقهاء أنه جيوز أن ينظر إىل َجيع وجهها ‪ :‬ألن َجيعه ليس بعورة ‪ ،‬واختلف القائلون ّبذا يف جواز النظر إىل كفيها ‪،‬‬
‫فجوزه بعضهم تعليال أبنه ليس بعورة ‪ ،‬ومنع منه أكثرهم الختصاص املعرفة ابلوجه دون الكفني ‪ ،‬وقال آخرون ‪ :‬ال جيوز أن ينظر إىل َجيع‬
‫وجهها ‪ ،‬وينظر منه إىل ما يعرفها به ‪ .‬وقال آخرون ‪ :‬إن كانت شابة نظر إىل بعض وجهها ‪ ،‬وإن كانت عجوزا نظر إىل َجيعه ‪ .‬وقال آخرون‬
‫‪ :‬إن كانت ذات َجال نظر إىل بعضه ‪ ،‬وإن كانت غري ذات َجال نظر إىل َجيعه حترزا من االفتتان بذات اجلمال ‪ .‬والصحيح من اختالف‬
‫هذه األقاويل أن له أن ينظر إىل ما يعرفها به ‪ ،‬فإن كان ال يعرفها إال ابلنظر إىل َجيع وجهها جاز له النظر إىل َجيعه ‪ ،‬وإن كان يعرفها‬
‫ابلنظر إىل بعض وجهها مل يكن له أن يتجاوزه إىل غريه ‪ ،‬وال يزيد على النظرة الواحدة إال أن ال يتحقق إثباهتا إال بنظرة اثنية ‪ ،‬فيجوز له‬
‫النظرة الثانية ‪ ،‬ومىت خاف إاثرة الشهوة ابلنظر كف ‪ ،‬ومل يشهد إال يف متعني عليه بعد ضبط نفسه ‪ ،‬وإن كانت يف نقاب عرفها فيه مل‬
‫تكشفه ‪ ،‬وإن مل يعرفها فيه كشفت منه ما يعرفها به ‪ ،‬وال يعول على معرفة الكالم ألنه قد يشتبه ‪.‬‬
‫‪ .4‬أسنى المطالب الجزء الرابع صحـ ‪343‬‬
‫( قوله ومباشرة األجنبية ) أي والشرب من إانء ذهب أو فضة والتختم ابلذهب ولبس احلرير واجللوس للرجال وَساع األواتر واملعازف‬
‫واملزمار العراقي قوله ومثله ما إذا استواي ) كما يؤخذ من قول األصل فعلى هذا ال تضر املداومة على نوع من الصغائر إذ غلبت الطاعات‬
‫‪ .‬ا ه ‪ .‬وال يضر أيضا املداومة على أنواع إذا غلبت طاعاته معاصيه واملراد الرجوع يف الغلبة للعرف فإنه ال ميكن أن يراد مدة العمر‬
‫فاملستقبل ال يدخل يف ذلك وكذلك ما ذهب ابلتوبة وغريها‬
‫‪ .5‬الزواجر عن اقتراف الكبائر الجزء األول صحـ ‪337‬‬
‫واحلاصل ؛ أن املعتمد يف املذهب أنه صغرية مطلقا ‪ ،‬لكنه حبضرة الناس يوجب خرم املروءة ‪ ،‬وقلة املباالة ‪ ،‬فتبطل به الشهادة ويكون‬
‫كالفسق يف منعه هلا ؛ وعليه حيمل ما مر عن أدب القضاء للحداد‪ ،‬وما بعده وأن الذي دل عليه كالمهم يف حد الكبرية وصرح به من مر‬
‫من أصحابنا أنه حبضرة الناس لغري ضرورة كبرية‪ .‬تنبيه آخر ‪ :‬قضية احلديث األخري الذي فيه لعن الناظر واملنظور أن النظر إىل العورة كبرية‬
‫وأن كشفها كبرية ملا مر من أن اللعن من عالمات الكبرية ؛ ويؤيده أن تعمد نظر أجنبية أو أمرد بغري حاجة فسق وسيأت ما فيه ‪.‬‬

‫‪Jalsah‬‬ ‫‪Tsalisah‬‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪10‬‬


MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Azizi Hasbulloh 1. Agus Abdurrozzaq Sholeh Bpk. Syafiq Mukarrom.
2. Agus M. Yasin EMKA 2. Agus Hanif A. Ghofur NOTULEN
3. K. Ali Mushthofa Sa’id 3. Bpk. Munir Akromin 1. Bpk. Sifuddin
4. K. Suhaeri Badrus 4. Bpk. H. Rohmatulloh 2. Bpk. Mudzakkier
5. Bpk. Ghufron Makshum 3. Bpk. AR. Kafi
6. Bpk. A. Walid Fauzi
7. Bpk. Dinul Qoyyim
8. Bpk. Ma'rifatus S.

4. CINCIN NIKAH BERDARAH


Deskripsi Masalah
Janji cinta sehidup semati diikrarkan oleh putra pengusaha dan politisi, Aburizal bakrie, Anindra
Ardiansyah Bakrie alis Ardie Bakrie dengan pemain sinetron Priantri Nur Ramadhani alias Nia
Ramadhani dalam akad nikah yang dilangsungkan di Hotel Mulia Jakarta, Kamis 1 April 2010.
Pernikahan ini bisa di bilang pernikahan termewah tahun ini. Pasalnya, pesta yang
dilangsungkan mulai siraman, akad nikah, hingga dua kali resepsi ini, konon menelan biaya
milyaran rupiah.
Namun yang menjadi special dari pernikahan ini adalah cincin nikah yang di pesan dari
Bangkok, Thailand. “yang paling special itu adalah cincin nikah, di pesan dari Thailand”, kata
Ardie. “ini adalah ide kita berdua. Warna merah yang ada di cincin ini adalah darah kita berdua.
Jadi ibaratnya di dunia, kita ini sudah jadi satu. Dari pada hanya berlian, mending seperti ini
karna ada maknanya”, lanjutnya.
Pertanyaan
a. Bagaimana menyatukan darah dalam cincin nikah sebagai symbol pernyataan
bersatunya dua jiwa dalam cinta sebagai mana dalam diskripsi?
Sa’il: PP. HM. Antara
Jawaban
a. Haram karena termasuk tadlommukh dengan najis yang tidak dima’fu dan tidak ada
ghorod shohih sehingga menyebabkan tadlyi’ulmal.

REFERENSI
1. I’anatuththolibin juz I hal. 102-102 3. Nihayah az-Zain juz I hal.45
2. Hasyiyah Qulyuby wa ‘amira juz I hal.
204

102-101 ‫ إعانة الطالبني اجلزء األول صح‬.1

‫ حاصل مسائل الدم والقيح ابلنظر للعفو وعدمه‬:‫ قال البجريمي‬.‫ ويعفى إخل) شروع فيما يعفى عنه من النجاسات‬:‫(قوله‬

‫ وما اختلط أبجنيب‬،‫ وما تعدى بتضمخه‬.‫ وهو املغلظ‬،‫ أي قليال أو كثريا‬،‫ ما ال يعفى عنه مطلقا‬:‫ االول‬.‫أهنا ثالثة أقسام‬

‫ وهو الدم االجنيب والقيح االجنيب إذا مل يكن من مغلظ ومل يتعد‬،‫ ما يعفى عن قليله دون كثريه‬:‫ والثاين‬.‫ليس من جنسه‬
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 11
‫ بعد سده‬،‫ ومواضع الفصد واحلجامة‬،‫ كدم الدماميل والقروح والبثرات‬،‫ الدم والقيح غري االجنبيني‬:‫ والثالث‬.‫بتضمخه‬

.‫ وإال عفي عن قليله‬،‫ ما مل يكن بفعله ومل جياوز حمله‬،‫ وإن انتشر للحجامة‬،‫بنحو قطنة فيعفى عن كثريه كما يعفى عن قليله‬

‫ فيعفى عن قليله‬،‫ ما يقع من وضع لصوق على الدمل ليكون سببا يف فتحه وإخراج ما فيه‬.‫ ما مل يكن بفعله منه‬:‫وقوله‬

‫ كمن‬،‫ وما انتشر إىل ما يغلب فيه التقاذف‬،‫ املراد ِبحله حمل خروجه‬:‫ قال سم العبادي‬.‫ أو جياوز حمله‬:‫ وقوله‬.‫دون كثريه‬

.‫الركبة إىل قصبة الرجل فيعفى عنه حينئذ إذا القى ثوبه مثال يف هذه احلالة‬

204 ‫ وعمرية اجلزء األول صح‬- ‫ حاشيتا قليويب‬.2

‫( تنبيه ) جيوز تنجيس البدن لغرض كعجن سرجني ووطء مستحاضة وإصالح فتيلة يف زيت جنس بنحو أصبع وإن وجد‬

‫غريه والتداوي به وحيل تنجيس ملكه كوضع زيت جنس يف إانء طاهر ما مل يضيع به ماال وتنجيس ملك غريه وموقوف ِبا‬

. ‫ وتربية حنو الدجاج فيها وتسميد األرض ودبغ اجللد بغري مغلظ كما مر‬، ‫جرت به العادة كالوقود ابلسرجني يف البيوت‬

45 ‫ هناية الزين اجلزء األول صح‬.3

‫واملقصد الرابع من مقاصد الطهارة إزالة النجاسة وإزالتها واجبة إال يف النجاسة املعفو عنها وهي على الفور إن عصى ّبا‬

‫كأن تضمخ ّبا لغري حاجة ومن ذلك التضمخ بدم األضحية وما يفعله العوام من تزويق األبواب به حرام وجتب إزالته فورا‬

‫فإن مل يعص ّبا فهي على الرتاخي إال عند إرادة القيام إىل الصالة أو حنوها مما تشرتط له إزالة النجاسة أو عند خوف‬

‫االنتشار ويندب أن يعجل إبزالتها فيما عدا ذلك سواء فيما ذكر املغلظة وغريها على املعتمد وخرج بغري حاجة ما إذا‬

‫كان التضمخ ّبا حلاجة كأن ابل ومل جيد شيئا ينشف به فله تنشيف ذكره بيده حىت جيد املاء وكذا نزح بيوت األخلية‬

‫وحنوها مما حيتاج إليه‬

5. PLURALISME AGAMA
Deskripsi Masalah
Tidak semua umat beragama sepakat menyatakan ada kebenaran lain di luar agamanya. Ajaran kitab suci
masing-masing agama selalu mengarahkan umatnya meyakini bahwa agamanya yang paling benar. Doktrin dan
keyakinan seperti ini tidak jarang kemudian menumbuhkan sikap intoleransi antar akidah atau antar kelompok
yang berbeda dan memicu konflik serta tindakan anarkisme public. Kesadaran terhadap dampak-dampak negative
dari sikap intoleransi ini, kemudian dimengerti betapa dibutuhkan sebuah interaksi tanpa konflik dan sikap toleran
yang bisa menerima, menghargai dan menghormati perbedaan, mengakui eksistensi orang lain dan mendukung
keragaman ciptaan Tuhan. Dari gagasan dan ide-ide inilah kemudian mengobsesi paham pluralisme agama menjadi
isu yang dikampanyekan.
Dalam memaknai istilah pluralisme agama, sejauh ini terdapat dua pengertian. Pertama, pluralisme dalam dalam
arti non asimilasi, yakni paham yang menekankan adanya sikap penerimaan, pengakuan dan penghargaan terhadap
perbedaan identitas agama tanpa meyakini kebenaran akidah lain, demi menciptakan kerukunan antar umat
beragama. Kedua, pluralisme dalam arti asimilasi, yaitu suatu pandangan bahwa agama seseorang bukanlah satu-
satunya sumber yang eksklusif bagi kebenaran, sehingga dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan nilai-nilai
kebenaran. Dari pengertian kedua inilah kemudian muncul ungkapan-ungkapan, “semua agama adalah sama”,
“kebeneran yang bersifat relative” dan ”tidak boleh mengklaim agamanya yang benar dan yang lain salah”.
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 12
‫‪Dari dua pengertian pluralisme agama tersebut, menuntut sikap yang bukan hanya sekedar mengakui dan‬‬
‫‪mengakui keberagaman akidah, namun juga mengharuskan adanya KESETARAAN hak dan kewajiban sosial serta‬‬
‫‪ruang gerak aktivitas keagamaan bagi setiap pemeluk agama, melarang peraktek deskriminasi, monopoli, dominasi‬‬
‫‪dan menomerduakan kelompok atau penganut agama apa pun.‬‬
‫‪Pertimbangan‬‬
‫االسالم يعلو واليعلى عليه ‪➢ Sebuah hadist menyatakan :‬‬
‫‪➢ Seperti dimaklumi, rumusan fiqh siyasi hasanah klasik cenderunng menempatkan non-muslim (kafir dzimmi,‬‬
‫”‪mu’ahad dan musta’man)sebagai masyarakat “kelas dua‬‬
‫‪➢ Dalam konteks keindonesian, Islam tidak benar-benar absolute berkuasa secara politik.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫‪a. Dalam konteks islam keindonesian, dapatkah dibenarkan ide pluralisme yang mengharuskan adanya‬‬
‫?‪kesetaraan hak dan kewajiban sosial serta ruang gerak aktivitas keagamaan bagi setiap pemeluk agama‬‬
‫‪Sa’il Matakhorrijin MHM 2007‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Pada dasarnya ide kesetaraan sebagaimana tuntutan dari paham pluralisme tersebut tidak dapat dibenarkan‬‬
‫‪kecuali dalam keadaan darurat dengan menggunakan prinsip dar’ul mafâsid muqaddamun alâ jalbil mashâlih.‬‬

‫‪REFER ENSI‬‬
‫‪1. Qurrotul ‘ain bifatawi Isma’il Zein hal. 199-212‬‬ ‫‪6. Hasyiah Al Jamal juz 4 hal. 280‬‬
‫‪2. Qurrotul ‘ain bifatawi al-Kurdy hal. 211-212‬‬

‫‪ .1‬قرة العين صحـ ‪212-211‬‬


‫(سئل رمحه هللا تعاىل) اعتاد بعض السالطني اجلاوى أن يقر الكفار غري الكاتبني واجملوسني ىف بلده بكذا وكذا من الدراهم واحلبوب ىف كل‬
‫سنة وهم حتت طاعته ميتثلون أوامره ونواهيه ويتوجهون حيث ما وجههم وانتفع املسلمون ّبم ىف األعمال اخلسيسة ولكنه مل أيمرهم ابإلسالم‬
‫ف هم جيوز ذلك لتلك املنفعة واملصلحة أو ال وهل هؤالء الكفار يقال فيهم أهنم حربيون لكوهنم ليسوا من اهل الذمة وما حكم األموال الىت‬
‫يؤدوهنا كل سنة هل هى غنيمة أم ال وهل جيوز ملن اعطى من الفقراء شيئا من ذلك أخذه أو ال أفتوان (اجلواب) إىل أن قال وقول السائل‬
‫وهل هؤالء الكفار يقال أهنم حربييون إخل إن أراد أنه جيوز قتلهم واغنياهلم لكوهنم ليسوا ابهل ذمة فليس كذلك بل ذمة التأمني من اإلمام‬
‫‪ .2‬قرة العين بفتاوى إسماعيل الزين صحـ ‪200-199‬‬
‫سؤال‪ :‬ما قولكم ىف كافر دخل بالدان إندونيسيا بغري أمان مسلم واستوطن فيها هل هو حريب فيباح لنا أخذ أمواله أوال فال ؟ وما حكم‬
‫املسلم املساعد له أبجرة ؟ اجلواب‪ :‬اعلم أن الكافر املذكور الذى دخل بالد املسلمني بغري أمان واستوطن فيها فهو حريب مهدر الدم وجيوز‬
‫اإلست الء على أمواله أبي وسيلة كانت وتعترب غنيمة وأما استئجاره للمسلم ومساعدة املسلم له أبجرة فذلك جائز مع الكراهة دخول‬
‫الكفار املوجودين ىف بالد املسلمني السؤال األول حاصله أن بالدكم استقلت واحلمد هلل ولكن ال يزال فيها الكثري من الكفار واكثر اهلها‬
‫مسلمون ولكن احل كومة اعتربت َجيع اهلها مسلمهم وكافرهم على السواء وقلتم أن شروط الذمة املعتربة اكثرها مفقودة من الكافرين فهل‬
‫يعتربون ذمني أو حربيني وهل لنا أن نتعرض اليذائهم أذى ظاهرا إىل آخر السؤال أما جواب السؤال األول فاعلم أن الكفار املوجودين‬
‫اآلن ىف بالدكم وىف بالد غ ريكم من أقطار املسلمني كالباكستان واهلند والشام والعراق ومصر والسودان واملغرب وغريها ليسوا ذميني وال‬
‫معاهدين وال مستأمنني بل هم حربيون حرابة حمضة كيف وهم يعتربون أنفسهم ىف بالدهم وفوق أرضهم يبنون ويعلون ويرفعون ويتملكون‬
‫فيتوسعون ويتاجارون فيصدرون ويوردون ويزارعون فيبذرون وحيصدون بل وهلم اشرتاك ىف الربملاانت الدولية واألصوات االنتخابية وهلم ليس‬
‫شأن الذميني وال املعاهدين وال املستأمنني لكن التصدى إليذائهم أذى ظاهرا كما ذكرمت ىف السؤال ينظر فيه اىل قاعدة جلب املصاحل ودرء‬
‫املفاسد ويرجح درء املفاسد على جلب املصاحل وال سيما وآحاد الناس وافرادهم ليس ىف مستطاعهم ذلك كما هو الواقع واملشاهد اه‬
‫‪ .3‬حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ ‪280‬‬
‫( و) لزمنا (منعهم إظهار منكر بيننا) كإَساعهم إايان قوهلم هللا اثلث ثالثة واعتقادهم يف عزير واملسيح عليهما الصالة والسالم وإظهار مخر‬
‫وخنزير وانقوس وعيد ملا فيه من إظهار شعائر الكفر خبالف ما إذا أظهروها فيما بينهم كأن انفردوا يف قرية والناقوس ما يضرب به النصارى‬
‫ألوقات الصلوات (فإن خالفوا) أبن أظهروا شيئا مما ذكر (عزروا) وإن مل يشرط يف العقد وهذا من زايدت (ومل ينتقض عهدهم) وإن شرط‬
‫انتقاضه به ألهنم يتدينون به ‪( .‬قوله وعيد) جمرور عطفا على مخر أي من إظهاره وكذا حنو لطم ونوح وقراءة حنو توراة وإجنيل ولو بكنائسهم‬
‫وال مينعون مما يتدينون به من غري ما ذكر كفطر رمضان وإن حرم عليهم من حيث تكليفهم ابلشرع ولذلك حرم بيع املفطرات هلم يف رمضان‬
‫ملن علم ولو ابلظن أهن م يتعاطوهنا هنارا ألنه إعانة على معصية قوية على الداللة ابلتهاون ابلدين وبذلك فارقت دخوهلم املساجد ا ه ق ل‬
‫على احمللي‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI B‬‬ ‫‪13‬‬


‫وهللا أعلم بالصواب‬

 Ilal liqô’ fi furshoh ukhrô


....

Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI B 14


Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il XXI

FORUM MUSYAWARAH PONDOK PESANTREN


S E J A W A - M A D U R A
Di Pon. Pes. Lirboyo PO BOX 162 Kota Kediri

Jalsah Ula

MUSHAHHIH PERUMUS MODERATOR


1. K. M. Masruhan 1. K. Moh Sa’dulloh
2. K. Ahmad Asyhar 2. Ust. Asnawi Ridlwan Fahurrozi Rozak
3. K. M. Muhlis Dimyati 3. Ust. H. Ach Adibuddin
4. KH. Syafrijalla Subadar 4. Ust. Anang Muhsin NOTULEN
5. Agus H. Djazuli M. Ma’mun 5. Ust. M. Mahsus IZ
6. Agus H. Abdurrohman Al Kautsar 6. Ust. M. Nur Mufid M. Ardik Nurrohman
7. Agus H. Abdus Salam 7. Ust. Abdulloh Mahrus Anas Zamrozi
8. Agus Bahrul Huda 8. Ust. Fauzi Hamzah

MEMUTUSKAN

1. ETIKA DEMONSTRASI
Deskripsi Masalah
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk mengkritik kebijakan
pemerintah yang dinilai tidak populer atau guna menyuarakan aspirasi rakyat. Kendati demikian,
sebagai negara yang beradab, demonstrasi tentunya harus dilakukan dengan aksi-aksi yang
memiliki nilai etik kepatutan bangsa Indonesia. Seperti demonstrasi yang bertepatan dengan 100
hari kinerja kabinet SBY jilid II yang diwarnai dengan aksi kerbau bertuliskan "Si BuYa" / "Si leBaY"
serta menginjak-injak gambar SBY-Budiono di Bundaran HI tanggal 28 Januari 2010 lalu.
Menurut pihak demonstran, pesan yang hendak didemonstrasikan melalui "Si BuYa" ini adalah
kritik terhadap kenerja kabinet SBY yang dinilai berbadan besar, gemuk, namun lamban dan
pemalas mirip kerbau, khususnya dalam penanganan kasus Bank Century, dan tidak menyinggung
pihak manapun secara individu. Namun SBY sangat menyayangkan aksi itu karena dianggap tidak
mengindahkan norma-norma kepantasan, bahkan ia merespon aksi itu lebih sebagai kritik
terhadap anatomi pribadinya, sehingga ia merasa tidak nyaman sampai-sampai harus bersikap
"lebay" dengan curhat dan berkeluh-kesah di hadapan anggota sidang. Di samping itu, para
pendukung SBY menilai aksi massa seperti itu sudah di luar kepatutan demonstrasi, karena
disamping tidak menghormati kepala negara sebagai simbol negara, aksi itu juga dikhawatirkan
dapat merusak citra Indonesia di mata Internasional.
Sementara penilaian pihak lain, respon SBY itu mencerminkan sikap pemimpin paranoid yang
alergi dengan kritik. Sebagai pemimpin, tidak seharusnya sempit dada dan hanya sibuk dengan
bentuk fisik kerbau yang diajak demo mengkritik kepemimpinannya itu, melainkan lebih terfokus
pada pesan yang disampaikan para demonstran. Bahkan ada yang menyatakan, seharusnya SBY
bangga jika dianalogikan dengan kerbau, karena dalam mitologi China, kerbau dipersepsikan
sebagai hewan yang paling tangguh dan pekerja keras.
Sa'il: Panitia
Pertanyaan :
a. Dalam aktifitas demonstrasi, sejauh manakah Islam mengatur etika kepatutannya?

1 Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri


‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Demontrasi sebagai sarana atau media ber-amar ma’ruf nahi mungkar atau menyampaikan‬‬
‫‪tuntutan dan aspirasi dan pada umumnya berpotensi menimbulkan penghinaan dan lai-lain yang‬‬
‫‪dapat menjatuhkan kewibawaan pemerintah. Maka seharusnya hal itu tidak perlu dilakukan.‬‬
‫‪Namun bila cara-cara yang lebih santun telah memenuhi ketentuan, maka demonstrasi boleh‬‬
‫‪dilakukan dengan harus memenuhi kepatutan dalam dua hal yaitu :‬‬
‫‪1. Kepatutan substansi :‬‬

‫‪a. Terjadi penyimpangan dari aturan syari’at atau peraturan yang berlaku atau disepakati‬‬

‫‪b. Hal yang di tuntut dan diaspirasikan sudah menjadi keniscayaan untuk di laksanakan‬‬

‫‪2. Kepatutan cara :‬‬

‫‪a. Diyakini (dhon qowy) sebagai alternative effective / terakhir‬‬

‫‪b. Dilakukan oleh pendemo yang berkompeten (bukan pendemo asal-asalan) dalam‬‬
‫‪permasalahan yang sedang didemokan‬‬

‫‪c. Harus menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum‬‬

‫‪d. Tidak berpotensi menimbulkan tindakan anarkis‬‬

‫‪e. Tidak dilakukan dengan cara baik perkataan, perbuatan dan simbol-simbol lain yang‬‬
‫‪mengarah pada pelecehan atau penghinaan‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Ittikhafussadati al muttaqien juz 7 hal. 25‬‬ ‫‪4. al fiqh al islami juz 6 hal. 704-705‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Ihya’ ulumuddin juz 3 hal. 370‬‬ ‫‪5. Khasyiyah al jamal juz 8 hal. 328‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪At tsyri’ al jinani fil islam juz 2 hal. 41‬‬ ‫‪6. Al fiqh al islami wa adillatuhu juz 8 hal.313‬‬

‫‪l‬‬
‫• احتاف السادة املتقني اجلزء السابع ص ‪25 :‬‬
‫فا ا مر فيا ا أشا ا ما ا الوالا ا ف ا ااي معا ا إال التعريا ا والنصا ا ) ال يا ا (فأما ا الرتبا ا الث لثا ا ففيا ا نظا اار ما ا حيا ا‬ ‫(وأما ا الرعيا ا ما ا السا ا‬
‫أ اهلجا ااو ع ا ا أخا ا ا م ا اوا ) املغصا ااو م ا ا خزائن ا ا وردها ا إىل امل ا ا وع ا ا حت ي ا ا اخليا ااو م ا ا ثي ا ا احلريا اار وكس ا اار اخلما ااور ىف يت ا ا يك ا ا د‬
‫يفضا ا اىل خا اار ) حجا ا (هيبتا ا وإسا ا حشا اامت ) ما ا أعا اان الرعيا ا (وذلا ا حما ا ور ورد النها ا عنا ا ) وىف ذلا ا قولا ا ‪ ‬ما ا ك نا ا عنا ا‬
‫ف ا ا يك م ا ا هب ا ا ع ني ا ا وليأخ ا ا ي ا ا ف يخا ا ا ا ا ف ا ا قب ه ا ا قب ه ا ا وإال ق ا ا ك ا ا أد ال ا ا ع ي ا ا وال ا ا لا ا ا روا‬ ‫نص ا ااي ل ا ا س ا ا‬
‫احل ا ا ا ك ىف املس ا ا اات ر م ا ا ا ح ا ا ا ي عي ا ا ا ا ا ا غ ا ا اان ا ش ا ا ااعر وق ا ا ا ص ا ا ا ي اإلس ا ا اان د وتع ا ا ا وق ا ا ا روا أيض ا ا ا ال ا ا ا اى ىف الكب ا ا اار وروا‬
‫هللا ىف ا ر أه ن ا ا هللا روا الرتما ا ع ا ا أىب‬ ‫البيه ا ا ع ا ا عيا ا ا ا غا اان وهش ا ا ا ا حك ا ااي معا ا وم ا ا ذلا ا قول ا ا ‪ ‬ما ا أه ا ا سا ا‬
‫هللا ىف ا ر أكرم ا ا ا هللا ع ا ا ااز وج ا ا ا وعن ا ا ا أمح ا ا ا والبخ ا ا ا ر وال ا ا اارو ى‬ ‫ك ا ا اار وحس ا ا اان وروا ال ا ا ا اى ىف الكب ا ا اار ا ا ااز د وم ا ا ا أك ا ا اار س ا ا ا‬
‫هللا ىف ال ا ا ني أه ن ا ا هللا ي ا ااو ال ي م ا ا (كم ا ا ورد النه ا ا‬ ‫هللا ىف ال ا ا ني أكرم ا ا هللا ي ا ااو ال ي م ا ا وم ا ا أه ا ا س ا ا‬ ‫والبيه ا ا م ا ا أك ا اار س ا ا‬
‫عا ا ا السا ا ااكو عا ا ا املنكا ا اار) ىف أخبا ا ا ر ت ا ا ا ذكرها ا ا (ف ا ا ا تعا ا ا ر فيا ا ا أيضا ا ا خما ا ا ورا وا ما ا اار فيا ا ا موكا ا ااو اىل اجتها ا ا د منشا ا ا النظا ا اار ىف‬
‫تف ا ا ح املنكا ا اار) وع ما ا ا (وم ا ا ار ما ا ا يسا ا ا ما ا ا حش ا اامت سا ا ااب اهلجا ا ااو ع ي ا ا وذلا ا ا مما ا ا ال ميكا ا ا ض ا ااب ) الخت فا ا ا حبسا ا ا املواقا ا ا‬
‫وا حوا وا شخ ص وا زم إها‬
‫• إحياء علوم الدين ومعه ختريج احلافظ العراقي (ج ‪ / 3‬ص ‪)370‬‬
‫الب الرا يف أمر ا مراء والس طن وهنيه ع املنكر ق ذكران درج ا مر ابملعروف وأ أول التعري واثني والوعظ واثلث التخشن يف ال و‬
‫ورا ع املن ابل هر يف احلم ع احلق ابلضر والع و واجل ئز م مج ذل م الس طن الرتبت ا ولي ومه التعري والوعظ وأم املن ابل هر‬
‫ك ول ظ مل‬ ‫فإ ذل حير الفتن ويهيج الشر ويكو م يتول من م احمل ور أكثر وأم التخشن يف ال و‬ ‫ف ي ذل آلح د الرعي م الس‬
‫من و إلي‬ ‫م ال خي ف هللا وم جيري جمرا ف ل إ ك حير فتن يتع شره إىل غر مل جيز وإ ك ال خي ف إال ع نفس فهو ج ئز‬
‫شه د ق‬ ‫ف ك م ع د الس التعر لألخ ر والتصري ابإلنك ر م غر مب ال هب املهج والتعر نواع الع ا لع مه أب ذل‬
‫ح ي خر‬ ‫ث رج ق إىل إم فأمر وهن يف ذا هللا تع ىل ف ت ع ذل‬ ‫رسو هللا ص هللا ع ي وس خر الشه اء محز عب امل‬
‫ث رج ق إىل رج فأمر وهن يف ذا هللا ف ت ع ذل أخرج احل ك م ح ي ج ر وق ص ي اإلسن د‬ ‫عب امل‬ ‫الشه اء محز‬
‫‪2‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫ج ئر ت‬ ‫ج ئر ح ي أفض اجله د ك م حق عن س‬ ‫وت يف الب قب وق ص هللا ع ي وس أفض اجله د ك م حق عن س‬
‫رضي هللا عن ف قر م ح ي ال أتخ يف هللا لوم الئ وترك قول احلق م ل م ص يق‬ ‫ووص النيب ص هللا ع ي وس عمر اخل‬
‫أبن قر م ح ي ال أتخ يف هللا لوم الئ ترك قول احلق م ل م ص يق أخرج الرتم ي‬ ‫ح ي وصف ص هللا ع ي وس عمر اخل‬
‫سن ضعي م تصرا ع ىآخر احل ي م ح ي ع ي رح هللا عمر ي و احلق وإ ك مرا ترك احلق م ل م ص يق وأم أو احل ي فروا‬
‫ال اين إ عمر ق لكع ا حب ر كي جت نعيت ق أج نعت قران م ح ي ق وم قر م ح ي ق أمر ش ي ال أتخ يف هللا لوم‬
‫ا خب ر ق موا‬ ‫ج ئر وأ ص ح ذل إذا قت فهو شهي كم ورد‬ ‫الئ ومل ع املتص بو يف ال ي أ أفض الك ك م حق عن س‬
‫ع ذل موطنن أنفسه ع اهل وحمتم ن أنواع الع ا وص ري ع ي يف ذا هللا تع ىل وحمتسبن مل يب لون م م مهجه عن هللا وطريق‬
‫وعظ الس طن وأمره ابملعروف وهنيه ع املنكر م ن ع م ء الس ‪.‬‬
‫• التشريع اجلنائي يف اإلسالم (ج ‪ / 2‬ص ‪)41‬‬
‫م هي ا مر ابملعروف والنهي ع املنكر‪ :‬املعروف هو ك قو أو فع ينبغي قول أو فع طب لنصوص الشريع اإلس مي ومب دئه الع م وروحه ‪،‬‬
‫ك لتخ ق اب خ الف ض ‪ ،‬والعفو عن امل ر ‪ ،‬واإلص ح ن املتخ صمن‪ ،‬وإيث ر اآلخر ع ال ني ‪ ،‬واإلحس إىل الف راء واملس كن‪ ،‬وإق م‬
‫املع ه وامل جئ واملستشفي ‪ ،‬ونصر املظ و ‪ ،‬والتسوي ن اخلصو يف احلك ‪ ،‬وال عو إىل الشور ‪ ،‬واخلضوع لرأي اجلم ع وتنفي مشئته ‪ ،‬وصرف‬
‫ا موا الع م يف مص رفه ‪ ،‬إىل غر ذل ‪ .‬واملنكر هو ك معصي حرمته الشريع سواء وقع م مك أو غر مك ‪ ،‬فم رأ صبي أو جمنوان‬
‫يشر مخرا فع ي أ مينع ويريق مخر ‪ ،‬وم رأ جمنوان يزين مبجنون أو أييت هبيم فع ي أ مين ذل ‪ ،‬واملن واج سواء ارتك املعصي يف سر أو‬
‫يف ع ني ‪ .‬يعرف املنكر عن عض الف ه ء أبن ك حم ور الوقوع يف الشرع ويفض ه الء الف ه ء التعبر مب ور الوقوع ع التعبر مبعصي ؛‬
‫املنكر عن ه أع م املعصي ‪ ،‬و هن ال يعت و فع الصيب واجملنو معصي ؛ الفع يف رأيه ال يكو معصي إال إذا ك ف ع ع صي ‪ ،‬و‬
‫املعصي ع ص حم ‪.‬وا مر ابملعروف ق يكو قوال حمض ك ل عو إىل الت ع ل منكو ن أو االخنرا يف س اجمل ه ي ‪ ،‬وق يكو ا مر ابملعروف‬
‫عم حمض ك لت ع مبب غ م امل أو االنضم إىل اجمل ه ي ‪ ،‬وق جيتم ال و والعم ك ل عو إىل اجله د واالخنرا يف س اجمل ه ي ‪ ،‬أو ك ل عو‬
‫إىل إخراج الزك وإخراج ال اعي هل فع ‪.‬والنهي ع املنكر ق يكو قوال حمض ك لنهي ع شر اخلمر‪ ،‬وق يكو عم حمض كإراق اخلمر أو‬
‫من ش رهب ابل و م شرهب ‪ .‬وإذا ك النهي ع املنكر قوال فهو النهي ع املنكر‪ ،‬وإذا ك عم فهو تغير املنكر‪.‬ف مر ابملعروف إذ هو الرتغي‬
‫فيم ينبغي عم أو قول طب ل شريع ‪ ،‬والنهي ع املنكر هو الرتغي يف تر م ينبغي ترك طب ل شريع ‪.‬‬
‫• الفقه االسالمى اجلزء السادس ص ‪705 – 704 :‬‬
‫وال جيوز اخلروج ع ال ع سب أخ ء غر أس سي ال تص د نص ق عي سواء أك ن ابجته د أ غر اجته د حف ظ ع وح ا م وع‬
‫متزيق كي هن أو تفريق ك م هت ق ع ي الص والس "ستكو هن وهن " أي غرائ وفنت وأمور حم اث فم أراد أ يفر أمر ه ا م‬
‫وهي مجي ف ضر و ابلسي ك ئن م ك " وق ع ي الص والس أيض ‪" :‬م أاتك وأمرك مجي ع رج واح يري أ يشق عص ك أو‬
‫يفر مج عتك ف قت و " أمي رج خرج يفر ن أميت ف ضر وا عن " روامه مس ع عرفج ‪-‬إىل أ ق ‪ -‬وإذا أخ أ احل ك خ أ غر أس سي ال‬
‫مي أصو الشريع وج ع الرعي ت مي النص ل ابل ن واحلكم واملوعظ احلسن ق ع ي الص والس "ال ي النصي ق ن مل رسو‬
‫هللا ؟ ق ‪ :‬لل ولرسول ولكت و ئم املس من وع مته " وق حض رسو هللا ‪ ‬ع إس اء النص واجمل هر و احلق ف ‪" :‬أفض اجله د‪ :‬ك م‬
‫ج ئر" م رأ منك منكرا ف يغر ي فإ مل يست فب س ن فإ مل يست فب ب وذل أضع اإلمي " فإ مل ينتص وج‬ ‫حق عن س‬
‫الص ل ول ع ي الص والس ‪" :‬م رأ م أمر شيأ فكر ف يص فإن لي أح يف ر اجلم ع ش ا فيمو إال م ميت ج ه ي ‪.‬‬
‫• فيض القدير للعالمة حممد عبد الرؤوف املناوي ضبطه وصححه امحد عبد السالم (ج ‪ / 2‬ص ‪)415‬‬
‫(و ئم املس من) اخل ف ء ونواهب مبع ونته ع احلق وإط عته في وأمره وت كره رفق وإع مه مب غف وا عن م حق املس من وتر اخلروج‬
‫ع يه وال ع ء ص حه (وع مته ) إبرش ده مل يص أخراه ودني ه وك ا ذ عنه وتع يمه م جه و وسرت عورهت وس خ ته وأمره‬
‫ابملعروف هنيه ع املنكر رفق وشف وحنو ذل فب أ أوال ابلل ال ال ي ل ح ي وثىن كت الص دع بي أحك م املعجز ب ي نظ م وث‬
‫مب يت و ك م يف الرتب وهو رسول اهل دي ل ين املوق ع أحك م املفص جلم شريعت ور أبويل االمر ال ي ه خ ف ء االنبي ء ال ئمو سنته‬
‫ث مخ ابلتعمي ‪(.‬تنبي ) ق ا عريب ‪ :‬إذا عرف م شخص املخ لف وال ج ج وأن إذا دل ع أمر في نصي ت عم خب ف ف لنص ع النص‬
‫يشر ع ي خب ف ذل فيخ لف فيفع م ينبغي ق وه نصي ت ال يشعر هب ك أح وهي تسم ع السي س فإن يسوس النفوس‬
‫اجلموح الش رد ع طريق مص حله ‪ ،‬ق فم ث ق ن إ الن ص يف دي هللا حيت ج إىل ع وع وفكر ص ي وروي حسن واعت ا مزاج وت د‬
‫فإ مل يك في ه اخلص ف خل أ أسرع إلي م االص وم يف املك ر االخ أد وال أخف وال أعظ م النصي (‪ )1‬و ئم املس من أي‬
‫تألي ق و الن س ل عته وأداء الص ق هل كم ذكر املن وي وه ا ع أ املراد اب ئم الوال وقي ه الع م ء فنصي ته قبو م روو‬
‫وت ي ه يف ا حك وحس الظ هب ‪ ،‬وع مه كم يف الشرح إىل أ ق وتوقر كبره ورمح صغره وال ع أمواهل وأعراضه وأ حي‬
‫يف ه ا احل ي أ النصي تسم‬ ‫هل م حي لنفس ويكر هل م يكر لنفس وحثه ع التخ ق جبمي م ذكر م أنواع النصي ق ا‬
‫دين وإس م وأ ال ي ي ع العم كم ي ع الفع ق النووي والنصي فر كف ي وهي الزم ع ق ر ال ق إذا ع الن ص أن ي ب‬
‫نص وي ع أمر وأم ع نفس املكرو فإ خشي أذ فهو يف سع هللا (‪ )1‬وإذا رأ م يفس ص ت ووضوء أو غر ذل ومل يع م ف‬

‫‪3‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫غش وع ي اإلث ق الشرخبييت يف شرح ا ر عن سواء ك هن غر ي و ل أ ال وق ذكر اخل يب ذل ف اخت إذا ك هن م‬
‫يش ر يف النصي فه جي ع ي النصي سواء ط ب من أ ال كم رأيت يفس ص ت ف الغزايل جي ع ي النص وق ا العريب ال‬
‫جي وا و هو املرج عن ا كثر وتس أ تكو النصي ابل ن والرفق ق الش فعي رضي هللا تع ىل عن م وعظ أخ سرا ف نص وم‬
‫وعظ ع ني ف فض وشأن وق الفضي امل م يسرت وينص والف جر يهت ويعر وق حك أ احلس واحلسن رضي هللا عنهم وع وال يهم‬
‫وع ج مه أفض الص وأمت التس ي مرا شخص يفس وضوء ف أح مه خي تع نرش ه ا الشيخ ف ال شيخ إان نري أ نتوضأ ن‬
‫ي ي حىت تنظر إلين وتع م حيس من الوضوء وم ال حيسن ففع ذل ف م فرغ م وضوئهم ق أان وهللا ال ي ال أحس الوضوء وأم أنتم‬
‫فك واح منكم حيس وضوء ‪ ،‬ف نتف ل منهم م غر تعن وال تو يخ‪.‬‬
‫• حاشيه اجلمال (ج‪/8‬ص‪)328‬‬
‫قول وأبمر مبعروف وال يشرت يف ا مر ابملعروف الع ال ق اإلم وع متع طي الكأس أ ينكر ع اجل س وق الغزايل جي ع م‬
‫غص امرأ ع الزان أ أيمره سرت وجهه عن ا ه ز ي ا ه ع ش قول وهني ع منكر واإلنك ر يكو ابلي فإ عجز فب ل س فع ي أ يغر‬
‫ك وج أمكن وال يكفي الوعظ مل أمكن إزالت ابلي وال كراه ال مل ق ر ع النهي ابل س ويستعن ع ي غر إذا مل خي فتن م إظه ر‬
‫فإ عجز عن رف ذل إىل الوايل فإ عجز عن أنكر ب ا ه م الرو وشرح قول إذا مل خي ع نفس‬ ‫س ح وحر ومل ميكن االست‬
‫وم ل إخل عب ر شرح ر وشر وجو ا مر ابملعروف أ أيم ع نفس وعضو وم ل وإ ق كم مش ك مه وعرض كم هو ظ هر وع‬
‫غر أب خي ف ع ي مفس أكثر م مفس املنكر الواق وحير م اخلوف ع الغر ويس م اخلوف ع النف والنهي ع اإلل ء ابلي إىل‬
‫الته ك خمصوص غر اجله د وحنو كمكر ع فع حرا غر زان وقت وأ أيم أيض أ املنكر ع ي ال ي نف ت وهو حمت ج إليه وال يزي عن دا‬
‫وسواء يف لزو اإلنك ر أظ أ املأمور ميتث أ ال انته ‪.‬‬ ‫وال ينت إىل م هو أف‬
‫الفقه اإلسالمي وأدلته جـ ‪ : 8‬صـ ‪313‬‬ ‫•‬
‫وإذا أخ أ احل ك خ أ غر أس سي ال مي أصو الشريع وج ع الرعي ت مي النص ل ابل ن واحلكم واملوعظ احلسن ‪ ،‬ق ع ي الص والس ‪:‬‬
‫«ال ي النصي ق ن ‪ :‬مل رسو هللا ؟ ق ‪ :‬لل ولرسول ولكت و ئم املس من وع مته » وق حض رسو هللا صّ هللا ع ي وس ع إس اء النص‬
‫ج ئر» «م رأ منك منكرا ف يغر ي ‪ ،‬فإ مل يست فب س ن ‪ ،‬فإ مل يست فب ب ‪،‬‬ ‫واجمل هر و احلق‪ ،‬ف ‪« :‬أفض اجله د‪ :‬ك م حق عن س‬
‫وذل أضع اإلمي » ‪ .‬فإ مل ينتص وج الص ل ول ع ي الس ‪« :‬م رأ م أمر شيئ ‪ ،‬فكر ف يص ‪ ،‬فإن لي أح يف ر اجلم ع ش ا‪ ،‬فيمو‬
‫إال م ميت ج ه ي ‪ .‬ولك ال جت ال ع عن ظهور معصي تتن ىف م تع لي اإلس ال عي الث ت ‪ ،‬ل ول ع ي الص والس ‪« :‬ال ط ع ح يف معصي‬
‫هللا ‪ ،‬إمن ال ع يف املعروف» «ال ط ع مل مل ي هللا »‪.‬‬

‫‪b. Bolehkah aksi demonstrasi menggunakan kerbau atau menginjak-injak photo presiden seperti‬‬
‫?‪dalam deskripsi‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Tidak diperbolehkan. Karena demo dengan cara – cara tersebut ( menginjak – injak foto Presiden‬‬
‫‪atau membawa gambar kerbau ), secara 'urf adalah bentuk – bentuk penghinaan ( ihanah ) pada‬‬
‫‪presiden.‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Ittikhafussadati al muttaqien juz 9 hal. 233‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Isadurrofiq juz 2 hal. 83‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Faidul qodir juz 6 hal. 398‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Isadurrofiq juz 2 hal. 84‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Faidul qodir juz 6 hal. 399‬‬

‫احتاف السادة املتقني مع إحياء علوم الدين ‪( -‬ج ‪ / 9‬ص ‪)233‬‬ ‫•‬
‫اآلف احل دي عشر السخري واالستهزاء وه ا حمر مهم ك م ذ كم ق تع ىل أيه ال ي آمنوا ال يسخر قو م قو عس أ يكونوا خرا‬
‫منه وال نس ء م نس ء عس أ يك خرا منه ومعىن السخري االسته ن والت ر والتنبي ع العيو والن ئص ع وج يض من وق‬
‫يكو ذل ابحمل ك يف الفع وال و وق يكو ابإلش ر واإلمي ء وإذا ك حبضر املستهزأ مل يس ذل غيب وفي معىن الغيب وه ا إمن حير يف‬
‫فأم م جع نفس مسخر ورمب فرح م أ يسخر ك ن السخري يف ح م مج املزاح وق سبق م ي من وم مي ح‬ ‫حق م يتأذ‬
‫املستهزأ مل في م الت ر والته و وذل اتر أب يض ع ك م إذا ختب في ومل ينتظ أو ع أفع ل إذا‬ ‫وإمن احملر استصغ ر يتأذ‬
‫كن مشوش ك لض ع خ وع صنعت أو ع صورت وخ ت إذا ك قصرا أو انقص لعي م العيو ف لض م مجي ذل داخ‬
‫يف السخري املنه عنه ‪.‬‬

‫‪4‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫( قول ع وج يض من ) ع امل ( قول وق يكو ذل ابحمل ك يف الفع وال و اخل ) وهو جبمي انواع حرا الن اي اء ( قول مل يس‬
‫ذل غيب ) الهن كم سي يت ذكر العي ع الغي‬
‫• فيض القدير ‪( -‬ج ‪ / 6‬ص ‪)398‬‬
‫‪ ( - 9784‬ال تسبوا ا ئم ) اإلم ا عظ ونوا وإ ج روا ( وادعوا هللا هل ابلص ح فإ ص حه لك ص ح ) إذ هب حراس ال ي [ ص‬
‫عي ‪ :‬لو ك يل دعو مستج م صرهت إال يف‬ ‫‪ ] 399‬وسي س ال ني وحفظ منه ج املس من ومتكينه م الع والعم وق الفضي‬
‫ين لو جع ته النفسي مل جت وزين ولو جع ته ل ك ص ح اإلم ص ح العب د والب د‬ ‫اإلم‬
‫• فيض القدير ‪( -‬ج ‪ / 6‬ص ‪)399‬‬
‫قب ابإلفراد ( يفء هللا يف أرض ) أيوي‬ ‫لي ذكر الس‬ ‫فإن ) ويف خ املصن فإهن والظ هر أن سبق ف‬ ‫‪ ( - 9788‬ال تسبوا الس‬
‫جع هللا معون خل فيص منصب ع الس واالمته‬ ‫إلي املظ و الفيء هو الظ أيوي إلي م آذا حر الشم مسي فيئ لرتاجع وك ا الس‬
‫م ال ع ء ع ي فإن يزداد شرا ويزداد الب ء ع املس من‬ ‫وق ح ر الس‬ ‫ليكو احرتام سبب المت اد يفء هللا ودوا معون خ‬
‫• اسعاد الرافق ج‪ 2‬ص ‪83‬‬
‫ومنه الشت ملس م املس من اي االست ل يف عرض اذ الشت معن الس يف الوج ومتزيق العر ‪.‬‬
‫اسعاد الرافق ج‪ 2‬ص ‪84‬‬ ‫•‬
‫او فع او اش ر او امي ء م ذ ل اي املس م ال ب ئ العظيم اليت فش يف ه‬ ‫ومنه االستهزاء ابملس اي االسته ن والت ر ل فهو ك ك‬
‫االزم ‪ ,‬اخل‪......‬‬

‫‪c. Antara pihak demonstran yang mengaku memproyeksikan substansi "SileBaY"nya sebagai‬‬
‫‪pesan kritik sebuah kinerja pemerintah dan bukan untuk menyerang individu, dan pihak SBY‬‬
‫‪yang merasa pribadinya dengan kapasitas sebagai kepala negara telah dihina, secara hukum‬‬
‫?‪Islam manakah yang dimenangkan‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Asumsi yang dibenarkan adalah dari pihak Presiden, karena rangkaian aksi demontrasi tersebut‬‬
‫‪secara ‘urf secara jelas menunjukkan pelecehan terhadap SBY.‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Azzawajir aniqtirof al kabir juz 2 hal. 402‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Isadurrofiq juz 2 hal. 119‬‬

‫الزواجر عن اقرتاف الكبائر ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)402‬‬ ‫•‬


‫‪ ،‬وهو أ الع و كبر فإ ك مع حنو س فف حش ‪ ،‬وإ ك ع وق هو‬ ‫ول يمي هن تفصي مبين ع رأي ل ضعي مر أو الكت‬
‫ال ع ولزو الصم فصغر ‪ ،‬وإ ك م أيتي م ذل ي جئهم إىل أ‬ ‫استث ل مرمه وهنيهم والعبوس يف وجوههم والت هبم م‬
‫م ذل ضرر فكبر ‪.‬انته وفي نظر ‪.‬والوج ال ي د ع ي ك مه أ ذل كبر كم يع م ض الع و‬ ‫ين بض فيرتك أمر وهني وي هم‬
‫من هلم أو ح مه إي اء لي ابهلن أي عرف ‪ ،‬وحيتم أ الع ابملتأذي ‪ ،‬ولك لو ك يف غ ي احلمق أو‬ ‫ال ي هو كبر ‪ ،‬وهو أ حيص‬
‫ال يع خم لفت في يف العرف ع وق ال يفسق ول مبخ لفت حينئ لع ر ‪ ،‬وع ي ف و ك متزوج مب حيبه فأمر‬ ‫سف ه الع فأمرأو هن ول مب‬
‫أمر ال إث ع ي كم سيأيت التصري ع أيب ذر رضي هللا عن ‪ ،‬لكن أش ر إىل أ ا فض ط قه امتث ال مر‬ ‫قه ولو لع عفته ف ميتث‬
‫زوجت فأىب ف كر ذل لرسو هللا ص هللا ع ي وس فأمر قه } ‪.‬وك ا‬ ‫وال ‪ ،‬وع ي حيم احل ي ال ي ع ‪ { :‬أ عمر أمر ا ن‬
‫س ئر أوامر اليت ال ح م ع يه إال ضع ع وسف ه رأي ‪ ،‬ولو عرض ع أراب الع و لع وه أمورا متس ه فيه ‪ ،‬ولرأوا أن ال إي اء‬
‫ملخ لفته ‪ ،‬ه ا هو ال ي يتج إلي يف ت رير ذل احل ‪ .‬ث رأي شيخ اإلس السراج الب يين أط يف ه ا احمل م فت وي مب ق خي ل عض‬
‫م ذكرت وعب رت ‪ :‬مسأل ق ا ت ي الن س هب واحتيج إىل س الك ع يه وإىل تف ريعه لي ص امل صود يف ضم ذل وهي الس ا ع ض‬
‫احل ال ي يعرف ع و الوال ي ‪.‬إذ اإلح ل ع العرف م غر مث ال حيص امل صود ‪ ،‬إذ الن س أغراضه حتم ه ع أ جيع وا م لي‬
‫م مث ينسج ع منوال ‪ ،‬وهو أن مث لو ك ل ع أ ي حق شرعي‬ ‫عرف عرف ‪.‬ال سيم إ ك قص ه تن يص شخص أو أذا ‪ ،‬ف‬
‫ف خت ر أ يرفع إىل احل ك ليأخ ح من ف و حبس فه يكو ذل ع وق أ ال ؟ أج ‪ :‬ه ا املوض ق في عض الع م ء ا ك ر إن يعسر‬
‫ضب ‪.‬وق فت هللا ‪ -‬سب ن وتع ىل ‪ -‬ض أرجو م فض الفت ح الع ي أ يكو حسن ‪.‬فأقو ‪ :‬الع و ح الوال ي هو أ ي ذي الول‬
‫أح وال ي مب لو فع م غر وال ي ك حمرم م مج الصغ ئر ‪ ،‬فينت ابلنسب إىل أح الوال ي إىل الكب ئر أو خي ل أمر أو هني فيم ي خ‬
‫فر ع الول أو‬ ‫في اخلوف ع الول فوا نفس أو عضو م أعض ئ م مل يته الول يف ذل أو أ خي لف يف سفر يشق ع الوال ولي‬
‫‪5‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫أ قولن أ ي ذي الول أح وال ي مب لو فع م‬ ‫ع انف وال كس أو في وقيع يف العر هل وق ‪.‬و ي ه ا الض‬ ‫يف غيب طوي فيم لي‬
‫غر وال ي ك حمرم ‪.‬‬
‫• سعادا الرفيق ج ‪ 2‬ص ‪119‬‬
‫(و) منه (إي اء اجل ر) ج ر (ولو) ك (ك فرا) لك إذا ك (ل أم إن اء ظ هر) كأ شرف ع حرم أو يبىن م ي ذي مم ال يسوغ شرع –اىل‬
‫أ ق ‪( -‬تنبي ) املراد اب ذ الظ هر م يع ىف العرف إي اء فف الزواجر ا إي اء املس م كبر ووج التخصيص ابجل ر ا إي اء غر ال‬
‫ع ي عرف أن اي اء‬ ‫يكو كبر اال إ ك ل وق حبي ال حيتم ع د خب ف اجل ر فإن ال يشرت ىف كون كبر اال ا يص‬

‫‪6‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
Jalsah Tsaniyyah

MUSHAHHIH PERUMUS MODERATOR


1. K. M. Masruhan 1. K. Moh Sa’dulloh
2. K. Ahmad Asyhar 2. Agus H. Ali Saudi Adibuddin
3. K. M. Muhlis Dimyati 3. Ust. Asnawi Ridlwan
4. Agus H. Djazuli M. Ma’mun 4. Ust. H. Ach Adibuddin NOTULEN
5. Agus Bahrul Huda 5. Ust. Abdul Manan
6. Ust. Anang Muhsin
7. Ust. Muhlisin Labib Abdurrohman Janky
8. Ust. M. Halimi Anas Zamrozi
9. Ust. Fauzi Hamzah

MEMUTUSKAN

2. DILEMA PRAHARA NIKAH


Deskripsi Masalah
Entah karena alasan tidak memenuhi kriteria syarat formal calon pengantin yang
diatur UU, atau tidak mau ribet dengan urusan administratif yang ditetapkan pemerintah,
atau sekedar karena alasan "ekpres" (ekonomi ngepres), nikah sirri (nikah di bawah
tangan) kerap menjadi pilihan sebagian pasangan anak Adam untuk melangsungkan
proses ijab-qabul demi memasuki gerbang halal hubungan asmaranya. Pilihan ini
memang cukup praktis sekedar untuk prosesi menghalalkan sesuatu yang sebelumnya
haram. Namun, karena sebuah pernikahan juga menuntut tanggung jawab, hak dan
kewajiban pasutri, dan bahkan juga perlu pengakuan hukum formal, tidak jarang pilihan
ini justru menjadi problema cukup sulit ketika komitmen pernikahan diterjang prahara.
Sebut saja Putri, seorang wanita yang cukup shaleha, setelah sekian waktu
mengarungi bahtera rumah tangga bersama arjunanya, ia mulai merasakan
ketidakharmonisan. Lelakinya yang dulu ia anggap seperti Malaikat Pelindung, yang
senantiasa menjaga dengan penuh kasih-sayang dan tanggung jawab lahir-batin,
belakangan nyaris berubah total. Ia tak lagi memperhatikan kewajibannya sebagai suami,
mirip Tejo yang gaul namun tak bertanggung jawab dan doyan ngucapin, Fuck You!.
Menyadari kenyataan ini, Putri merasa tidak lagi betah menjadi istrinya dan terbersit
untuk berganti suami. Namun tiap kali minta cerai, suaminya tak pernah mengabulkan,
dan belakangan malah pergi entah kemana. Hendak menggugat cerai lewat jalur hukum
(khulu'), ia sadar jika pernikahannya tidak tercatat di KUA, dan bukan tidak mungkin
justru menjadi bumerang karena dianggap sebagai pelanggaran UU Pernikahan yang bisa
dipidanakan. Akhirnya, wanita shaleha ini pun hanya terpekur diam sambil sesekali hati
kecilnya berdoa, Ya Rabbi, semoga Engkau berikan jalan keluar dilema praharaku lewat
forum bahtsul masa'il ini. Amien…
Sa'il: PP. HY
Pertanyaan :
a. Ketika suami tak mengabulkan permintaan cerai atau pergi tak diketahui rimbanya,
bagaimana solusi Putri agar secara hukum bisa lepas (furqah) dari ikatan nikah?
Jawaban :

7 Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri


• Jika suami berada dirumah atau pergi (statusnya melarat), maka bagi istri boleh minta
cerai.
Cara melakukan cerai, dengan hakim atau muhakkam. Jika ini tidak mungkin maka
menurut sebagian pendapat dengan cara menceraikan dirinya sendiri, dengan syarat
dihadapan saksi.
• Jika suami (kaya) pergi maka terjadi khilaf :
✓ Menurut pendapat yang kuat istri tidak boleh minta cerai
✓ Menurut pendapat kedua jika ia terhalang mendapatkan haknya (nafkah) maka
istri boleh minta cerai dengan cara–cara seperti di atas (melalui hakim /
muhakkam atau dengan cara menceraikan dirinya sendiri).
• Jika suami kaya tapi tidak mau memberi nafaqoh (imtina’) maka istri tidak boleh minta
cerai, namun boleh melapor kehakim agar hakim memaksa suami untuk memberikan
haknya istri. Akan tetapi jika suami tetap tidak mau memberi nafaqoh setelah dipaksa
hakim, maka istri boleh minta cerai.

• Jika suami kaya, memberi nafaqoh namun jelek akhlaqnya kepada istri, maka
menurut madzhab syafi’I istri tidak boleh minta cerai
Namun menurut ulama’ malikiyah pihak istri boleh untuk minta cerai pada hakim, jika
tidak memungkinkan lewat hakim, maka boleh mengangkat dua orang yang
setatusnya sebagai hakam dari pihak suami dan istri, yang kapasitas keduanya sama
dengan hakim dan telah ada syarat untuk tidak menyakiti diwaktu aqad nikah.

Referensi.
1. Hasyiyatul jamal juz 19 hal. 421 7. Attaj wal iqlil lil mukhtasori kholil juz 5 hal.
2. Fathul Mu’in juz 4 hal. 103 499
3. Bugyatul Musytarsyidin juz. 1 hal. 8. Syarah mukhtashor kholil lil khorosyi juz 12
515 hal.23
4. Tuhfatul Muhtaj juz 36 hal. 41 9. Al fawaqih addawami ala risalati ibn zaid al
5. I’anatu at tholibin juz 3 hal. 378 qoirowani juz 5 hal. 368
6. Al Mausu’ah fiqhiyyah juz 2 hal. 10.Fiqhul islamy wa adillatuh juz 9 hal. 495
343 11.Al Mausu’ah fiqhiyyah juz 29 hal. 57

)421 ‫ ص‬/ 19 ‫ (ج‬- ‫حاشية اجلمل‬ •

‫صا ا اي ِ َح ِّ َه‬
ِ ‫وِيف الْ َسا ا ا َ ِِين ع َ الْبخ ِر ِي م نَصا ا ا إذَا غَ الزوج الْمو ِسا ا ار ع َزوجتِ ِ فَا َي َهل فَسا ا اخ النِّ َك ِح لِتَمكنِه ِم َْحت‬
ْ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َْ ُ ُ ُ ْ َ ُ َ ّ َُ َ ّ ْ َ
‫اختَ َر الْ َ ِض اي ال َِي َوا ْ ُ الص اب ِغ َج َو َاز‬ ِ ِِ ِ
ْ ‫ َو‬، ُ ‫ِاب ْحلَ كِ ِ فَايَاْبا َع ُ قَ ِض اي اََ َه َإىل قَ ِض اي اََ فَايُا ْ ِزُم ُ ِ َ فْ ِ ناَ َف َ تِ َه إ ْ َع َ َم ْو ِض ا َع‬
ِ ‫ إ الْ َفْتا َو‬: ِ ُ‫صا ا ا ِح ُ الْع‬ ِ ِِ ِ
َ‫َع َْي َولَْو انْا َ َ َ َخبَا ُرُ ثاَبَ َ َهل‬ َ ‫ َو‬، ‫ َوقَ َ الروَ ِين‬، ِ‫ور‬
َ ‫الْ َف ْسا ا ا ِخ َهلَ إذَا تاَ َع َر َْحتصا ا اي ُ َه ِيف غَْيابَت ل ضا ا ا ُر‬
ِ ‫ِ والْ َك ِيف وغَ ِرِمه وأَقَار َال ِغَياب‬ ‫ص ا ا ِح َْيب الْ ُم ْ َه‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ ‫الْ َف ْس ا ا ُخ ؛ َ تاَ َع َر النا َف َ ِابنْ َ ِع َخ َِ َكتَا َع ِرَه ِاب ِْإلفْ َ ِس ناَ َ َ ُ الزْرَكش ا اي َع‬
‫ض ناَ َع ْ لَْو أَقَ َم ْ اَيِّنَ عِنْ َ َح كِ ِ اََ ِ َه إبِِ ْع َس ِرِ ثاَبَ َ َهلَ الْ َف ْس ُخ ا ها‬ ِ
َ َ‫َم ْ ُج ِه َ َح لُ ُ يَ َس را َوإِ ْع َس را ل َع َ ِ َحتَ ِق الْ ُم ْ ت‬
8 Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri
‫فتح املعني ‪( -‬ج ‪ / 4‬ص ‪)103‬‬ ‫•‬

‫و (ال) فسا ا ا ااخ إبعسا ا ا ا ر نف وحنوه أو مبهر (قب ثبو إعسا ا ا ا ر ) أي الزوج إبقرار أو ين ت كر إعسا ا ا ا ر اآل ‪ ،‬وال تكفي ين‬

‫ع يه م إعسا ر أو يسا ر‪ ،‬وال تسائ‬ ‫ح لت اليت غ‬ ‫معسارا‪ .‬وجيوز ل بين اعتم د يف الشاه د ع اساتصا‬ ‫ذكر أن غ‬

‫م الرف إلي ف ينف ظ هرا وال‬ ‫) أو حمك ف‬ ‫الش ا ااه د (عن ق‬ ‫م أي ل أن معس ا اار اآل ‪ ،‬ف و ص ا اارح مبس ا ااتن‬

‫ابطن قب ذل وال حيس ع هت إال م الفسخ‪.‬‬

‫بغية املسرتشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)515‬‬ ‫•‬

‫يف‬ ‫الزوج وجه يسا ا ا ر وإعسا ا ا ر الن ع خ ‪ ،‬ومل يك ل م مبرح تن ف ه الفسا ا ااخ أيضا ا ا شا ا اارط ‪ ،‬كم جز‬ ‫ولو غ‬

‫اخت ر‬ ‫‪،‬‬ ‫النه ي وزكر واملزج والسا ا ا ا ا اانب طي وا ز د و (سا ا ا ا ا ا ) الكردي وكثرو ‪ ،‬وق ا حجر وهو متج م رك ال ن‬

‫كثرو وأفىت ا عجي وا كنب وا الص ا ا ااب غ والرو ين أن لو تع ر حتص ا ا ااي النف م الزوج يف ث ث أ ج ز هل الفس ا ا ااخ‬

‫والك يف وغره ‪ ،‬فيم إذا‬ ‫ا ز د وال نب اوي واملزج وص ا ا ح امله‬ ‫‪ ،‬وقوا ا الص ا ا ح ‪ ،‬ورج‬ ‫حض ا اار الزوج أو غ‬

‫اجملوز ل فسا ااخ ‪ ،‬أم الفسا ااخ تضا اارره‬


‫ّ‬ ‫وتع ر النف من ولو ن و شا ااك ي ‪ ،‬ق (سا ا ) ‪ :‬وه ا أوىل م غيب م ل وح‬ ‫غ‬

‫احل ك أو احملك أو عجز ع الرف إلي كأ ق ‪ :‬ال‬ ‫و الغيب وش ااهو الوق ع ف جيوز اتف ق وإ خ ف الزان ‪ ،‬فإ ف‬

‫يف الت ف‬ ‫ابلفساخ ل ضارور ‪ ،‬كم ق ل الغزايل وإم م ‪ ،‬ورج‬ ‫ل نف اسات‬ ‫أفساخ إال مب وق ع م إعسا ر وأهن مسات‬

‫والنه ي وغرمه ‪ ،‬كم لو عجز ع ين اإلعسا ا ر وع م إعسا ا ر ولو خب م وق يف ق به صا ا ق ف ه الفس ااخ أيضا ا ‪ ،‬ن‬

‫امل يب ري ع ا ز د شر إشه ده ع الفسخ اها‪.‬‬

‫حتفة احملتاج يف شرح املنهاج ‪( -‬ج ‪ / 36‬ص ‪)41‬‬ ‫•‬

‫) ‪ ،‬أو‬ ‫( وال فسخ ) إبعس ر مهر ‪ ،‬أو حنو نف ( حىت ) ترف ل ضي ‪ ،‬أو احملك و ( يثب ) إبقرار ‪ ،‬أو بين ( عن ق‬

‫حمك ( إعس ر فيفسخ ) نفس ‪ ،‬أو انئب ( أو أيذ هل في ) ؛ ن جمته في ك لعن ف ينف منه قب ذل ظ هرا وال ابطن‬

‫وحمك مب ه ‪ ،‬أو عجز ع الرف إلي كأ ق ‪ :‬ال أفسخ حىت تع يين م ال‬ ‫‪ ،‬وال حتس ع هت إال م الفسخ فإ ف ق‬

‫الفسخ مبين ع‬ ‫ابلفسخ ل ضرور ‪ ،‬وينف ظ هرا وك ا ابطن كم هو ظ هر خ ف مل قي اب و ؛‬ ‫كم هو ظ هر است‬

‫اإل ْع َس ِر ( ِيف قَا ْو ياُنْ ِج ُز ) ِابلْبِنَ ِء‬


‫أص ص ي ‪ ،‬وهو مست ز ل نفوذ ابطن ‪ .‬ث رأي غر واح جزموا ل ( ُث ) اَ ْع َ َحتَ ِق ِْ‬

‫لِْ َف عِ ِ ‪ ،‬أ َْو الْ َم ْفعُوِ ( الْ َف ْس َخ ) لِتَ َ ِق َسبَبِ ِ ( َوا ْ َظْ َهُر ْإم َه لُ ُ ثََ ثَ َ أَ ) ‪َ ،‬وإِ ْ َملْ يُ ْستَ ْم َه ْ ؛ ِ َنا َه ُم قَ ِريبَ ياُتَا َوق ُ فِ َيه الْ ُ ْ َرُ‬
‫استَا َ ْ ِابلْ َف ْس ِخ إ َخلْ ) ِ َشْر ِ ِْ‬
‫اإل ْم َه ِ ر ( قَا ْولُ ُ ‪َ :‬وياَْنا ُف ُ إ َخلْ ) َك َ ا ر ش ( قَا ْولُ ُ ‪ُ :‬ث‬ ‫ِ‬
‫َِ ْر أ َْو غَ ِْر ا اىل ا ق ا ( قَا ْولُ ُ ‪ْ :‬‬
‫ح الرْو ِ ‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َرأَيْ غَْيا َر َواح ) َومْنا ُه ْ َش ْر ُ‬
‫‪9‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫إعانة الطالبني ‪( -‬ج ‪ / 3‬ص ‪(378‬‬ ‫•‬
‫) لو من الزوج زوجت ح ه ك س ا ونف ألزم ال ضااي توفيت إذا ط بت لعجزه عن فإ أس ا ء خ وآذاه ضاار أو غر سااب هن‬ ‫)تتم‬
‫وال يعزر فاإ عا د إليا وط با تعزير م ال ا ضا ا ا ا ا ا ااي عزر مبا ي يق ا لتعا يا ع يها وإمنا مل يعزر يف املر ا وىل وإ كا ال يا س جواز إذا‬ ‫ع ذلا‬
‫إس ء اخل ق تكثر ن الزوجن والتعزير ع يه يورث وحش ينهم في تصر أوال ع النهي لع احل ي تئ ينهم فإ ع د عزر وه ق‬ ‫ط بت‬
‫الزوجن إ ص ا حب متع ع ي تعرف ال ض ااي احل الواق ينهم ث خب مه ويكو الث ج را هلم فإ ع أس ااكنهم جبن ث يتعرف‬ ‫ك م‬
‫ح هلم ث ينه إلي م يعرف فإذا تبن ل ضااي ح هلم من الظ مل منهم م عود لظ م فإ اشاات الش ا ينهم ع ال ضااي حكم م أه‬
‫أو خ‬ ‫وحكم م أه ه لينظرا يف أمرمه والبع واج وم أه هم سا اان ومه وكي هلم ال حكم م جه احل ك فيوك هو حكم‬
‫ويفرق ينهم إ رأ صا ا ا اوااب ويشا ا ا اارت فيهم إسا ا ا ا وحري وع ال واهت اء إىل امل صا ا ا ااود م‬ ‫وتوك هي حكمه ب عو وقبو ط‬
‫عثهم ل وإمن اشرت فيهم ذل م أهنم وكي لتع ق وك لتهم نظر احل ك كم يف أمين‬
‫بع احلكمن ومل يتف‬ ‫ويس كوهنم ذكري فإ اخت رأيهم ع ال ضي اثنن غرمه حىت جيتمع ع شيء فإ مل ير الزوج‬
‫ع شيء أد ال ضي الظ مل منهم واستوىف ل مظ و ح‬
‫املوسوعة الفقهية الكويتية ‪( -‬ج ‪ / 29‬ص ‪(56‬‬ ‫•‬
‫ن ُهنَ َح كِ َم ِ ‪َ ،‬والَ َجيُ ُوز‬ ‫َْظْ َه ِر ‪َ ،‬وا ْحلَنَ َِ ُ ِيف الْ َ ْو الث ِين ال ُك َورَ ؛ ِ ََ ا ْحلَ َك َم ْ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫َوا ْشتَار َ ال َْم لِ ِكي ُ ِيف ا ْحلَ َك َم ْ ِ‬
‫ن ‪َ ،‬وَم َع ُه ُ الش فعي ُ ِيف ُم َ ِ ا َ‬ ‫َ‬
‫ن ؛ ِ َناهم ح كِم ِ هنَ و َانئِب ِ َع ِ الْ َ ِضي ‪ ،‬إِال أَ ْ يس ِ َ الزوج ِ‬ ‫ِ‬ ‫ج‬‫و‬ ‫الز‬ ‫ِ‬ ‫ع‬ ‫ا‬
‫ر‬ ‫ا‬‫ب‬‫ج‬ ‫ِ‬
‫يق‬‫ِ‬
‫ر‬ ‫ف‬ ‫ا‬‫ت‬‫ل‬ ‫ِ‬
‫اب‬ ‫ِ‬ ‫م‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ َُ َ َ ُ َ َ‬ ‫ْ َْ َ ْ َ ْ‬ ‫َج ْع َ ْ ْ َ ُ ْ َ َ َْ َ َ َْ ُ َ‬
‫ك‬ ‫حي‬ ‫م‬‫ك‬ ‫حل‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫أ‬
‫ر‬ ‫ْم‬‫ل‬‫ا‬
‫ن ‪ ،‬فَِإ ْ فَا َع َ َس َ َ الت ْ كِي ُ َوَملْ َجيُْز َهلَُم ا ْحلُ ْك ُ ِابلتا ْف ِر ِيق ِِ ؛ ِ ََ َش ْر َ الت ْ كِي ِ ُهنَ ال ْع َو ‪َ ،‬وَه َ ا إِذَا‬ ‫ن َد ْعو التا ْف ِر ِيق قَاْب ُح ْك ِ ا ْحلَ َك َم ْ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ُمتف َ ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ن ِم قِب الزوج ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َك َان ُحمَكم ِ ِ‬
‫ن َوإِ ْ َملْ يَا ْ بَ َ ِ ‪َ ،‬م َد َام َملْ‬ ‫ْم ُه َم َعَ ا لزْو َج ْ ِ‬
‫ن م ْ غَ ِْر قَ ‪ ،‬فَ َك َ ل َ يَاْنا ُف ُ ُحك ُ‬ ‫ن م َ الْ َ ضي ‪ ،‬فَِإ ْ َك َان ُحمَك َم ْ ِ ْ َ ْ َ ْ‬ ‫َْ‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يَا ْع ِزالَ ُمهَ قَاْب ا ْحلُ ْك ِ ‪ ،‬فَإ ْ َعَزالَ ُمهَ قَاْب ا ْحلُ ْك ِ انْا َع ِزالَ ‪َ ،‬م َملْ يَ ُك ْ َذل َ َا ْع َ ظُ ُهوِر َرأْيه َم ‪ ،‬فَإ ْ َك َ َا ْع َ ظُ ُهوِر َرأْيه َم َملْ يَاْنا َع ِزالَ (‪َ )1‬ك َم أ َْو َج َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ن ‪ ،‬وَمل ُِجييزا َْحتكِي َغ ِرِمه ‪ ،‬إِال أَ ْ الَ ي ِ ِ‬ ‫الْم لِكِي ُ َكو َ ا ْحل َكم ِ ِ‬
‫وج ْ َج َز َْحتكي ُ‬ ‫ص ُ ُ ل ت ْ كي ِ ‪ ،‬فَِإ ْ َملْ يُ َ‬ ‫وج َ م ْ أ َْه ِه َم َم ْ يَ ْ‬‫ُ َ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫ن م ْ أ َْه الزْو َج ْ ِ َ ْ َ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬‫ِ‬
‫َج َريْه َم ‪ ،‬أ َْو غَ ْرمهَ ‪َ ،‬ونُ َ أَ ْ يَ ُكو َان َج َريْ ل ْع ْ حبَ هل َم غَ لب ‪.‬‬ ‫ِ‬
‫• التاج واالكليل ملختصر خليل (ج ‪ /5‬ص ‪)499‬‬
‫( وهل الت يق ابلضرر ولو مل تشه البين تكرر ) ا س مو إذا ثب ل مرأ أ زوجه يضرهب وهي يف عصمت ف ي هل أ ت ق نفسه كم‬
‫تفع إذا ك ذل شرط وقي لي هل أ ت ق نفسه حىت يشه تكرر الضرر‬
‫شرح خمتصر خليل للخرشي ( ج ‪ 12/‬ص ‪)23‬‬ ‫•‬
‫الزوج يض رر زوجت وهي يف عصمت ولو ك‬ ‫( ص ) وهل الت يق ابلضرر ولو مل تشه البين تكرر ( ش ) يعين أن إذا ثب ابلبين عن ال ضي أ‬
‫واح ابئن خل { ال ضرر‬ ‫نفسه‬ ‫الضرر مر واح ف ملشهور أن يثب ل زوج اخلي ر فإ ش ء أق م ع ه احل ل وإ ش ء ط‬
‫م عنه ‪ ,‬وحتوي وجه عنه ‪ ,‬وضرهب ضراب‬ ‫وال ضرار } ف و أوقع أكثر م واح فإ الزائ ع الواح ال ي ز الزوج ‪ ,‬وم الضرر ق ك‬
‫ذل‬ ‫ف ين يف قول و تع ي زجر احل ك‬ ‫م مل ال منعه احلم أو أتديبه ع الص والتسري ‪ ,‬والتزوج ع يه وك امل ل إذا أراد الفرا‬
‫قوال‬ ‫ث حيك‬ ‫إذا أراد الب ء وظ هر قول وهل إخل أن جيري يف غر الب لغن ث إن جيري هن ه ي ق احل ك أو أيمره‬
‫الفواكه الدواين على رساله ابن زيد القريواين ( خ ‪ /5‬ص ‪)368‬‬ ‫•‬
‫هب حي جتم يف زم يسر ‪ ،‬ولك ال ت ق ع ي ابلعجز عنه كم ال ت ق‬ ‫وأم لو جتم هل ع ي نف فيم مض م الزم ف ه ال‬
‫ع ي ابلعجز ع ص اقه ع ال خو هب ‪ ،‬خب ف عجز ع احل من قب ال خو هب ف ه الت يق‪ ،‬وإمن يكو ذل الت يق م احل ك أو‬
‫مج ع املس من إذا مل يك ح ك أو تع ر الوصو إلي ‪ ،‬وإمن أط ن يف ذل ل اعي احل ج إلي ‪.‬‬
‫الفقه اإلسالمي وأدلته ‪( -‬ج ‪ / 9‬ص ‪)495‬‬ ‫•‬
‫املب الث ل ا التفريق ل ش أو ل ضرر وسوء العشر ‪ :‬امل صود ابلش والضرر‪ :‬الش هو النزاع الش ي سب ال ع يف الكرام ‪ .‬والضرر‪:‬‬
‫هو إي اء الزوج لزوجت ابل و أو ابلفع ‪ ،‬ك لشات امل ع والت بي املخ ابلكرام ‪ ،‬والضار امل ِّح‪ ،‬واحلم ع فع م حر هللا ‪ ،‬واإلعرا واهلجر‬
‫م غر ساب يبي ‪ ،‬وحنو ‪ .‬رأي الف ه ء يف التفريق ل شا ‪ :‬مل جيز احلنفي والشا فعي واحلن (‪ )1‬التفريق ل شا أو ل ضارر مهم ك شا ي ا؛‬
‫‪ ،‬ع طريق رف ا مر إىل ال ض ااي‪ ،‬واحلك ع الرج ابلتأدي حىت يرج ع اإلض ارار هب ‪ .‬وأج ز‬ ‫دف الض اارر ع الزوج ميك غر ال‬
‫امل لكي (‪ )2‬التفريق ل ش ا ا أو ل ض ا اارر‪ ،‬منع ل نزاع‪ ،‬وحىت ال تص ا ااب احلي الزوجي ج يم و ء‪ ،‬ول ول ع ي الص ا ا والس ا ا ‪« :‬ال ض ا اارر وال‬
‫ضارار» ‪ .‬و ن ء ع ي ترف املرأ أمره ل ضاي‪ ،‬فإ أثبت الضارر أو صا دعواه ‪ ،‬ط ه من ‪ ،‬وإ عجز ع إثب الضارر رفضا دعواه ‪ ،‬فإ‬
‫كرر االدع ء ع ال ضا ا ااي حكمن‪ :‬حكم م أه ه وحكم م أه الزوج‪ ،‬لفع ا صا ا ا م مج وصا ا ا أو تفريق عو أو دون ‪ ،‬ل ول‬

‫‪10‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫تع ىل‪{ :‬وإ خفت شا ينهم ‪ ،‬ف عثوا حكم م أه وحكم م أه ه } [النسا ء‪.]4/35:‬واتفق الف ه ء ع أ احلكمن إذا اخت ف مل ينف‬
‫قوهلم ‪ ،‬واتف وا ع أ قوهلم يف اجلم ن الزوجن انف غر توكي م الزوجن‬
‫• املوسوعة الفقهية جـ ‪ 29‬صـ ‪57‬‬
‫من ل ل ‪ ,‬سواء تكرر من الضرر أ ال ‪,‬‬ ‫التفريق لسوء املع شر ‪ - 78 :‬نص امل لكي ع أ الزوج إذا أضر هب زوجه ك هل ط ال‬
‫كشتمه وضرهب ضراب م ح ‪ . .‬وه ت ق نفسه هن أبمر ال ضي أو ي ق ال ضي عنه ؟ قوال ل م لكي ومل أر م الف ه ء اآلخري م نص‬
‫ع ي وضوح ‪ ,‬وكأهن ال ي ولو م مل يص الضرر إىل ح إاثر الش ‪ ,‬فإ وص إىل ذل ‪ ,‬ك احلك كم ت‬

‫‪11‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
Jalsah Tsalisah

MUSHAHHIH PERUMUS MODERATOR


1. K. M. Masruhan 1. K. Moh Sa’dulloh
2. K. Ahmad Asyhar 2. Ust. Asnawi Ridlwan Ust. Muhlisin Labib
3. K. M. Muhlis Dimyati 3. Ust. H. Ach Adibuddin
4. Agus H. Djazuli M. Ma’mun 4. Ust. Abdul Manan NOTULEN
5. Agus Bahrul Huda 5. Ust. Anang Muhsin
6. Agus Ali Saudi 6. Ust. M. Halimi
7. Agus Iffatullathoif 7. Ust. Fauzi Hamzah
8. Ust. M. Fahrijal M. Ardik Nurrohman
8. Agus Abdul Salam Anas Zamrozi
9. Ust. M. Nur mufid
10. Agus Imam Fauzi

MEMUTUSKAN

3. MENGERIK ALIS DAN TERAPI BOTOX


Deskripsi Masalah
Seiring perkembangan teknologi modern yang pesat, banyak cara ditemukan untuk
mengupayakan penampilan modis dan senantiasa up to date sekalipun kadang harus merubah
secara radikal kodrat anatomi yang telah dikaruniakan Tuhan, seperti operasi kulit, payudara,
rebonding, mengerik alis, bahkan merubah kelamin dll. Dan yang paling mutakhir, ditemukan
terapi kecantikan yang dikenal dengan Terapi Botox.
Botox adalah singkatan dari Botulinum Toxin Tipe A, yaitu suatu zat kimia racun yang dihasilkan
oleh bakteri Clostridium Botulinum. Clostridium Botulinum banyak ditemukan pada makanan
daging-dagingan, sayuran dan pada makanan kaleng terutama yang sudah kadaluarsa. Bila racun
ini tidak sengaja terkonsumsi manusia dapat merusak sistem syaraf, timbul kelumpuhan otot-otot
dan bahkan kematian. Namun dalam dosis kecil, Botox mampu merelaksasikan otot, dalam hal ini
otot-otot wajah yang telah mengalami pengenduran dan pengerutan kulit akibat ekspresi-ekspresi
wajah, seperti tersenyum, menangis atau cemberut sehingga menghasilkan permukaan kulit yang
lebih halus dan tidak berkerut. Secara umum, keuntungan terapi Botox dapat digunakan untuk:
 Menghilangkan garis krenyit antara alis mata;
 Menghilangkan kerutan di dahi;
 Menghilangkan garis senyum di sekitar ujung mata;
 Menghilangkan kerutan pada wajah dan leher; dan
 Mengatasi keringat yang berlebihan pada ketiak, telapak tangan dan kaki.
Penyuntikan untuk terapi ini hanya butuh waktu 10–20 menit pada daerah yang ingin
dihilangkan kerutannya. Botox bekerja efektif dan efisien sehingga dapat langsung terserap dan
bisa dilihat hasilnya setelah 2 jam, meskipun hasil maksimal baru akan dicapai 2–5 hari kemudian
dan dapat bertahan kurang lebih selama 3–6 bulan.
Efek samping yang biasa terjadi adalah brow ptosis, yaitu kelopak mata atas bisa menggantung
seperti orang tidur terus. Tetapi dibiarkan saja hanya 1–6 minggu akan normal. Sejauh ini terapi
Botox terbukti cukup aman. Botox telah diakui oleh Asosiasi Obat dan Makanan Amerika Serikat
(FDA) dan lebih dari 60 negara telah mengizinkan penggunaan Botox sebagai kesehatan dan
kecantikan.
Sa'il: Mutakharrijin MHM 2000
Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum melakukan terapi Botox seperti dalam deskripsi?
Jawaban :
Diperbolehkan jika ada tujuan yang dibenarkan syara’ seperti: ingin membahagiakan suami. Jika
tidak demikian maka hukumnya haram.

Referensi.
1. Al Jami’ Al Ahkam Liahkami Al Qur’an lil qurthuby juz 3. Al Mausu’ah al Fiqhiyah juz 11 hal. 273
5 hal. 392 4. Nihayatul Muhtaj juz 2 hal. 25

12 Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri


‫‪2.‬‬ ‫‪Tafsirul munir hal. 274‬‬

‫• اجلامع ألحكام القرآن للقرطيب ‪( -‬ج ‪ / 5‬ص ‪)392‬‬


‫الس ع ‪ :‬والوس ج ئز يف ك ا عض ء غر الوج ‪ ،‬مل روا ج ر ق ‪ :‬هن رسو هللا ص هللا ع ي وس ع الضر يف الوج وع الوس يف‬
‫قوا احليوا ‪ ،‬وق مر النيب ص هللا ع ي وس‬ ‫الوج ‪ ،‬أخرج مس ‪ .‬وإمن ك ذل لشرف ع ا عض ء ‪ ،‬إذ هو م ر احلس واجلم ‪ ،‬و‬
‫رج يضر عب ف ‪" :‬اتق الوج فإ هللا خ ق آد ع صورت " ‪ .‬أي ع صور املضرو ؛ أي وج ه ا املضرو يشب وج آد ‪ ،‬فينبغي‬
‫أ حيرت لشبه ‪ .‬وه ا أحس م قي يف أتوي وهللا أع ‪ .‬وق ل ط ئف ‪ :‬اإلش ر ابلتغير إىل الوش وم جر جمرا م التصن ل س ؛ ق ا‬
‫مسعود واحلس ‪ .‬وم ذل احل ي الص ي ع عب هللا ق ‪ :‬ق رسو هللا ص هللا ع ي وس ‪" :‬لع هللا الوامش واملستومش والن مص‬
‫واملتنمص واملتف ج ل س ‪ ،‬املغرا خ ق هللا " احل ي أخرج مس ‪ ،‬وسيأيت كم ل يف احلشر إ ش ء هللا تع ىل‪ .‬والوش يكو يف الي ي‬
‫‪ ،‬وهو أ يغرز ظهر ك املرأ ومعصمه إب ر ث حيش ابلك أو ابلنئور فيخضر‪ .‬وق ومش تش ومش فهي وامش ‪ .‬واملستومش اليت يفع ذل‬
‫هب ؛ ق اهلروي‪ .‬وق ا العريب ‪ :‬ورج ص ي وإفري ي يفع ون ؛ لي ك واح منه ع رج ت يف ح اثت ‪ .‬ق ال ضي عي ‪ :‬ووق يف‬
‫رواي اهلروي ‪ -‬أح روا مس ‪ -‬مك "الوامش واملستومش ""الواشي واملستوشي ""ابلي ء مك املي " وهو م الوشي وهو التزي ؛ وأص الوشي‬
‫نسج الثو ع لونن ‪ ،‬وثور موش يف وجه وقوائم سواد ؛ أي تشي املرأ نفسه مب تفع فيه م التنميص والتف يج وا شر‪ .‬واملتنمص مج‬
‫متنمص وهي اليت ت الشعر م وجهه ابملنم ص ‪ ،‬وهو ال ي ي و الشعر ؛ وي هل الن مص ‪ .‬ا العريب ‪ :‬وأه مصر ينتفو شعر الع ن وهو‬
‫من ؛ فإ السن ح ق الع ن ونت اإل ‪ ،‬فأم نت الفرج فإن يرخي وي ذي ‪ ،‬ويب كثرا م املنفع في ‪ .‬واملتف ج مج متف ج ‪ ،‬وهي اليت‬
‫تفع الف ج يف أسن هن ؛ أي تع ني حىت ترج املصمت ا سن خ ف ج ء صنع ‪ .‬ويف غر كت مس ‪" :‬الواشرا " ‪ ،‬وهي مج واشر ‪ ،‬وهي‬
‫اليت تشر أسن هن ؛ أي تصن فيه أشرا ‪ ،‬وهي الت زيزا اليت تكو يف أسن الشب ؛ تفع ذل املرأ الكبر تشبه ابلش ‪ .‬وه ا مور ك ه‬
‫ق شه ا ح دي ع ف ع ه وأهن م الكب ئر‪ .‬واخت يف املعىن ال ي هني ج ه ؛ ف ي ‪ :‬هن م اب الت لي ‪ .‬وقي ‪ :‬م اب تغير‬
‫خ ق هللا تع ىل ؛ كم ق ا مسعود ‪ ،‬وهو أص ‪ ،‬وهو يتضم املعىن ا و ‪ .‬ث قي ‪ :‬ه ا املنهي عن إمن هو فيم يكو ابقي ؛ ن م اب‬
‫تغير خ ق هللا تع ىل ‪ ،‬فأم م ال يكو ابقي ك لك والتزي ل نس ء ف أج ز الع م ء ذل م ل وغر ‪ .‬وكره م ل ل رج ‪ .‬وأج ز م ل‬
‫أيض أ تشي املرأ ي يه ابحلن ء‪ .‬وروي ع عمر إنك ر ذل وق ‪ :‬إم أ ختض ي يه ك ه وإم أ ت ع ‪ ،‬وأنكر م ل ه الرواي ع عمر ‪،‬‬
‫وال ت ع اخلض ابحلن ء ؛ فإ النيب ص هللا ع ي وس رأ امرأ ال ختتض ق ‪" :‬ال ت ع إح اك ي ه كأهن ي رج " فم زال ختتض وق‬
‫ج وز التسعن حىت م ت ‪ .‬ق ال ضي عي ‪ :‬وج ء ح ي ابلنهي ع تسوي احلن ء ‪ ،‬ذكر ص ح املص ي وال تتع ‪ ،‬ويكو يف عن ه‬
‫ق د م سر يف خرز ‪ ،‬فإن يرو ع النيب ص هللا ع ي وس أن ق لع ئش رضي هللا عنه ‪" :‬إن ال ينبغي أ تكوين غر ق د إم خبي وإم‬
‫سر" ‪ .‬وق أن ‪ :‬يست ل مرأ أ تع ق يف عن ه يف الص ولو سرا‪ .‬ق أ و جعفر ال ي ‪ :‬يف ح ي ا مسعود دلي ع أن ال جيوز‬
‫تغير شيء م خ ه ال ي خ ه هللا ع ي ز د أو ن ص ‪ ،‬التم س احلس لزوج أو غر ‪ ،‬سواء ف ج أسن هن أو وشرهت ‪ ،‬أو ك هل س‬
‫زائ فأزالته أو أسن طوا ف ع أطرافه ‪ .‬وك ا ال جيوز هل ح ق حلي أو ش ر أو عنف إ نبت هل ؛ ك ذل تغير خ ق هللا‪ .‬ق‬
‫عي ‪ :‬وأييت ع م ذكر أ م خ ق أبصب زائ أو عضو زائ ال جيوز ل ق ع وال نزع ؛ ن م تغير خ ق هللا تع ىل ‪ :‬إال أ تكو ه‬
‫الزوائ ت مل ف أبس نزعه عن أيب جعفر وغر ‪.‬‬
‫• تفسري املنري ‪274‬‬
‫[وق خت م عب د نصيب مفروض و منينه ف يبتك اذا ا نع و مرهن ف يعر خ ق هللا] صور أو صف ك خص ء العبي وق ء العيو‬
‫وق ا ذا والوش والوشر ووص الشعر فإ املرأ تتوص هب االفع اىل زان وك ن العر اذا غ إ أح ه الف عوروا عن فع ه وي خ‬
‫الت ن عب ر ع ذكر يشب ا نث والس ق عب ر ع أنث تشب ال كر وعمو ال فظ مين اخلص ء م‬ ‫ىف ه اآلي التخن والس ق‬
‫لك الف ه ء وخصوا ىف البه ئ ل ج فيجوز ىف املأكو الصغر وحير ىف غر ‪.‬‬
‫• املوسوعة الفقهية جـ ‪ 11‬صـ ‪275 - 273‬‬
‫اجلراح ج التزي ‪ :‬أوال ‪ -‬تث ي ا ذ ‪ - 18 :‬مجهور الف ه ء ع أ تث ي أذ الصغر لتع يق ال ر ج ئز ‪ ,‬ف ك الن س يفع ون يف‬
‫زم النيب ص هللا ع ي وس م غر إنك ر ‪ ,‬فع ا عب س رضي هللا عنهم { أ النيب ص هللا ع ي وس ص يو العي ركعتن ‪ ,‬مل يص‬
‫‪ -‬فأمره ابلص ق ‪ ,‬فجع املرأ ت ي قرطه } ‪ .‬ون عمر ع الغزايل احلرم ; ن جرح مل‬ ‫قب هم وال ع مه ‪ ,‬ث أت النس ء ‪ -‬ومع‬
‫ت ع إلي ضرور إال أ يثب في شيء م جه الشرع ‪ ,‬ومل يب غن ذل ‪ .‬ق عمر ‪ :‬واعرت حب ي أ زرع ال ي في ‪ { :‬وأانس م ح ي أذين‬
‫} ل ول ص هللا ع ي وس ‪ { :‬كن ل كأيب زرع زرع } ‪ .‬واتف وا ع كراه ذل يف الصيب ‪ .‬اثني ‪ -‬الوش والوشر ‪ - 19 :‬وم أنواع‬
‫اجلراح أيض م أج التزي ‪ :‬م اعت د عض الن س م الوش والوشر الواردي يف ح ي ا مسعود رضي هللا عن ق ‪ :‬ق رسو هللا ص هللا‬
‫ع ي وس ‪ { :‬لع هللا الوامش ‪ ,‬واملستومش والن مص واملتنمص ‪ ,‬واملتف ج ل س املغرا خ ق هللا } ‪ ,‬ويف رواي ‪ { :‬هن ع‬
‫الواشر } ‪ .‬ق ال رطيب ‪ :‬ه ا مور حمرم ‪ ,‬نص ا ح دي ع لع ف ع ه ; و هن م اب الت لي ‪ ,‬وقي ‪ :‬م اب تغير خ ق هللا تع ىل‬
‫‪ .‬ففي اآلي ‪ { :‬وآلمرهن ف يغر خ ق هللا } ‪ .‬ق ا ع ي ‪ :‬النهي ع النمص أي نت الشعر حممو ع م إذا فع ت لتتزي لألج ن ‪,‬‬

‫‪13‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫وإال ف و ك يف وجهه شعر ينفر زوجه سبب ‪ ,‬ففي حترمي إزالت ع ; الزين ل نس ء م و ‪ ,‬ث ق ‪ :‬إذا نب ل مرأ حلي أو شوار ف‬
‫حتر إزالت ‪ ,‬تست ‪ .‬وال أبس أبخ احل جبن وشعر وجه م مل يشب املخن ‪ .‬وصرح امل لكي أبن ال أبس إبزال شعر اجلس يف حق الرج‬
‫‪ ,‬أم النس ء فيج ع يه إزال م يف إزالت مج هل ‪ -‬ولو شعر ال ي إ هل حلي ‪ -‬وإ ء م يف ئ مج ‪ .‬والوجو قو الش فعي أيض إذا‬
‫أبس ل نس ء ‪ ,‬وأكره ل رج ‪.‬‬ ‫أمره الزوج ‪ .‬ق ا ق ام ‪ :‬وأم ح الوج ف مهن ‪ :‬سأل أاب عب هللا ع احل ؟ ف ‪ :‬لي‬
‫ول تفصي ‪ ( :‬ر ‪ :‬حتسن ) ‪ .‬اثلث ‪ -‬ق ا عض ء الزائ ‪ - 20 :‬جيوز ق أصب زائ ‪ ,‬أو شيء آخر كس زائ إ مل يك الغ ل من‬
‫اهل عن احلنفي ‪ .‬ون ال رطيب ع عي ‪ :‬أ م خ ق إبصب زائ أو عضو زائ ال جيوز ل ق ع وال نزع ; ن م تغير خ ق هللا ‪ .‬وق‬
‫ا حجر يف الفت ن ع ال ي ‪ :‬ال جيوز ل مرأ تغير شيء م خ ته اليت خ ه هللا ع يه ز د أو ن ص التم س ل س ‪ ,‬ال ل زوج وال‬
‫لغر ‪ ,‬كم تكو م رون احل جبن ‪ ,‬فتزي م ينهم توه الب ج أو عكس ‪ ,‬وم تكو هل س زائ فت عه ‪ ,‬أو طوي فت منه ‪ ,‬أو حلي‬
‫أو ش ر أو عنف فتزي ه ابلنت ‪ ,‬وم يكو شعره قصرا أو ح را فت ول أو تغزر شعر غره ‪ ,‬فك ذل داخ يف النهي وهو م تغير خ ق‬
‫هللا تع ىل ‪ .‬ويستثىن م ذل م حيص الضرر وا ذي ‪ ,‬كم يكو هل س زائ أو طوي تعي ه ع ا ك ‪ ,‬أو أصب زائ ت ذيه أو ت مله‬
‫‪ ,‬فيجوز ذل ‪ ,‬والرج يف ه ا ا خر ك ملرأ ‪ .‬تزين البيو وا فني‬
‫• هناية احملتاج ‪25/2‬‬
‫وحير ع املرأ وص شعره شعر ط هر م غر آدمي ومل أيذهن زوج أو سي وجيوز ر الشعر خبيو احلرير امل ون وحنوه امم ال يشب الشعر وحير‬
‫أيض جتعي شعره ووشر أسن هن وهو حت ي ه وترقي ه واخلض ابلسواد وحتمر الوجن ابحلن ء وحنو وت ري ا ص م السواد والتنميص وهو‬
‫ا خ م شعر الوج واحل ج احملس فإ أذ هل زوجه أو سي ا ىف ذل ج ز ل غرض ىف تزيينه ل كم ىف الروض وأص ه هو ا وج‬
‫من إزال شعر ويس خضب ابحلن ء وحنو ويس ل مرأ املزوج أو املم وك خض كفه‬ ‫وإ جر ىف الت يق الشي م احل ال ال ي‬
‫وق مه ل نعميم ن زين وهي م و منه حل ي ته وابملرأ الرج واخلنث في ر اخلض ع يهم اال لع ر [قول ويس ل مرأ املزوج ] أ‬
‫حير و اإلذ إ ك سواد كم مر [قول فيكر ل ] أ خض‬ ‫ولو غر إذ الزوج والسي [قول وأم الن والت ري ف ] أ ف يس‬
‫كفه وق مه ل و م ت م الوصو والتجعي وغرمه ه يكر ىف غر املزوج أو حير ؟ في نظر وقضي قو الش رح فإ أذ هل زوجه‬
‫أو سي ه ىف ذل ج ز الث ين لتخصيص اجلواز حب ل اإلذ وهو منت هن و هن جتر الريب اىل نفسه [قول وابملرأ الرج ] أ الب لغ أم الصيب‬
‫وال متكين من كم ال حير ع ي إلب س احلرير نع إ خي م ذل ري ىف حق الصيب ف تبع احلرم‬ ‫ولو مراه ف حير ع ولي فع ذل‬
‫ع الويل‪.‬‬

‫?‪b. Bagaimana hukum mengerik rambut alis untuk kepentingan penampilan‬‬

‫‪Jawaban :‬‬

‫‪Khilaf :‬‬
‫•‬ ‫‪Menurut jumhurul ulama' : wanita yang bersuami diperbolehkan mengerik alisnya apabila ada izin‬‬
‫‪dari suami atau qorinah yang menunjukan adanya izin dari suami.‬‬
‫‪Sedangkan wanita yang tidak bersuami hokum mengerik alis tidak diperbolehkan, namun sebagian‬‬
‫‪ulama' memperbolehkannya apabila diperlukan untuk pengobatan atau hal tersebut merupakan aib,‬‬
‫‪dengan syarat tidak tadlis pada orang lain.‬‬
‫•‬ ‫‪Hukumnya makruh apabila alisnya panjang. Namun menurut sebagian ashab imam Ahmad‬‬
‫‪hukumnya boleh secara mutlak bahkan imam Ahmad pernah melakukannya.‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Mausu’ah Fiqhiyah quwaitiyah juz 15 hal. 69‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Al Majmu’ ala Syarhil muhadzab juz 1 hal. 290‬‬

‫• املوسوعة الفقهية الكويتية ‪( -‬ج ‪ / 15‬ص ‪)69‬‬


‫املتنمص ا » ‪.‬‬
‫الل النّ مص ا ‪ ،‬و ّ‬ ‫املنهي عن ول ص ا هللا ع ي وس ا ‪ « :‬لع ّ‬ ‫ّ‬ ‫اتّفق الف ه ء ع أ ّ نت ش ااعر احل جبن داخ يف منص الوج‬
‫املنهي عن هو‬
‫واخت فوا يف احل ّ واحل ق ‪ ،‬ف ه امل لكيّ وال ّشا ا ا ا ا ا فعيّ إىل أ ّ احل ّ يف معىن النّت ‪ .‬وذه احلن إىل جواز احل ّ واحل ق ‪ ،‬وأ ّ ّ‬
‫النّت ف ‪ .‬وذه مجهور الف ه ء إىل أ ّ نت م ع ا احل جبن م شا ا ا ااعر الوج داخ أيضا ا ا ا يف النّمص ‪ ،‬وذه امل لكيّ يف املعتم وأ و داود‬
‫نمص يف احل ي حممو ع احلرم‬ ‫ال ّس اجس اات ينّ ‪ ،‬و عض ع م ء امل اه الثّ ث ا خر إىل أنّ غر داخ ‪ .‬واتّفق الف ه ء ع أ ّ النّهي ع التّ ّ‬
‫‪ ،‬ون ا ع أمحا وغر أ ّ النّهي حممو ع الكراها ‪ .‬ومجهور الع ما ء ع أ ّ النّهي يف احلا يا لي عا ّما ‪ ،‬وذها ا مسا ا ا ا ا ا ااعود وا جرير‬
‫املتزوج‬
‫املتزوج ‪ ،‬وأج ز عض ا ا ا ا ااه لغر ّ‬
‫نمص لغر ّ‬‫نمص حرا ع ك ّ ح ‪ .‬وذه اجلمهور إىل أنّ ال جيوز التّ ّ‬
‫ي إىل عمو النّهي ‪ ،‬وأ ّ التّ ّ‬
‫ال ّ ّ‬
‫‪14‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫وي ‪ :‬والنّهي حممو ع املرأ املنهيّا ع‬ ‫فعا ذلا إذا احتيج إليا لع ج أو عيا ‪ ،‬شا ا ا ا ا ا اار أ ال يكو فيا تا لي ع اآلخري ‪ .‬قا العا ّ‬
‫الزوج ‪ ،‬أو‬ ‫نمص ‪ ،‬إذا كا إبذ ّ‬
‫املتزوجا فر مجهور الف ها ء أناّ جيوز هلا التّ ّ‬
‫ملتوىف عنها واملف ود زوجها ‪ .‬أ ّما املرأ ّ‬
‫اسا ا ا ا ا ا ااتعما ما هو زينا هلا ‪ ،‬كا ّ‬
‫الزين م و ل تّ ص ا ا اان ‪ ،‬واملرأ مأمور هب ش ا ا اارع لزوجه ‪ .‬ودلي ه م روت كر ن ع ب أ ّهن س ا ا ااأل‬
‫الزين ‪ ،‬و ّ‬
‫دلّ قرين ع ذل ‪ ،‬نّ م ّ‬
‫ع ئش ا رضااي هللا عنه ع احلف ف ‪ ،‬ف ل ‪ :‬إ ك ل زوج ف ساات ع أ تنتزعي م تي فتصاانعيهم أحس ا ممّ مه ف فع ي ‪ .‬وذه احلن‬
‫اجلوزي فأابح ‪ ،‬ومح النّهي ع التّ لي‬
‫ّ‬ ‫الزوج ‪ ،‬وإىل جواز احل ّ واحل ق ‪ .‬وخ لفه ا‬
‫نمص ‪ -‬وهو النّت ‪ -‬ولو ك إبذ ّ‬ ‫إىل ع جواز التّ ّ‬
‫‪،‬أو ع أنّ ك شع ر الف جرا ‪.‬‬
‫• اجملموع شرح املهذب ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)290‬‬
‫امح‬ ‫وأم االخ م احل جبن إذا ط ال ف أر في شايئ الصا ن وينبغ أ يكر الن تغير خل ق هللا مل يثب في شائ فكر ‪ :‬وذكر عض أصا‬
‫ان ال أبس ‪ :‬ق وك امح يفع‬

‫‪4. FORMASI DAN DILEMA SHAF AWAL DALAM JAMAAH‬‬


‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Shalat jamaah akan mendapat fadlilah yang sempurna ketika memenuhi berbagai aspek,‬‬
‫‪diantaranya formasi tatanan shaf yang benar. Seperti di masjid Lirboyo yang selalu ramai dipenuhi‬‬
‫‪santri-santrinya yang berjamaah, entah karena alasan apa mereka lebih memilih bahkan berebut‬‬
‫‪untuk memenuhi masjid terlebih dahulu, baru kemudian melebarkan shafnya menyamping ke‬‬
‫‪arah serambi yang berada di kanan kiri masjid.‬‬
‫‪Fenomena lain, ketika musim penghujan, banyak tempat di serambi yang basah oleh air hujan.‬‬
‫‪Faotomatis, para jamaah memilih tempat yang kering, sehingga shaf jadi tak beraturan. Bahkan,‬‬
‫‪formasi shaf tak beraturan juga sering terjadi karena memang sengaja dikosongi guna‬‬
‫‪menyediakan jalan untuk lewat para santri lain yang ingin melaksanakan jamaah.‬‬
‫‪Sa'il: Kelas I Tsanawiyah MHM 2010‬‬
‫‪Pertanyaan :‬‬
‫‪a. Manakah yang lebih diprioritaskan antara memenuhi masjid terlebih dahulu atau mengisi shaf‬‬
‫?‪terdepan meski harus melebar menyamping ke serambi‬‬

‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Lebih diprioritaskan mengisi shaf awal walaupun harus melebar menyamping ke serambi.‬‬
‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪‘Umdatul mufti wal mustafti juz 1 hal. 132‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 225‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 181‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Tuhfatul habib ‘ala syarhil khotib juz 2 hal.‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 199‬‬ ‫‪343‬‬

‫عمدة املفيت واملستفيت ج ‪ 1‬ص ‪132‬‬ ‫•‬


‫مسا ا ااأل ‪ :‬ق يف الت ف الصا ا ا االو املم وح هو ال ي ي ي االم سا ا اواء خت م صا ا ااور وحنوه ك لسا ا ا ري وحنوه ا ال‪ ,‬ق النووي وه ا هو‬
‫الصا ي ال ي ت تضاي ظواهر االح دث و صارح اجلمهور‪ .‬وال تكر الصا ن الساواري كم صارح ا حجر يف االيع ‪ .‬ق ضايخن وصارح‬
‫اص ن اب الص االو هو ال ي ي ي االم وا ط وخرج ع املسج فهو افض م الص الث ين وا قر م االم ‪.‬‬
‫• الفتاوى الفقهية الكربى ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)181‬‬
‫وع والسا ا ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صا ا َ ِري َك ِري أو ُرْؤيَ ُ م يَكَْرُه ُ أو نَظَُر م ياُْ ِهي‬ ‫جود أو َح َ‬ ‫َو ُسا ائ َ رضا ااي اللُ عن َعم ْ صا ا يف الصا ا ِّ ا ْ َو ومل ميُْكْن ُ الت َج ِيف يف الرُك ِ َ ُ‬
‫ض ايَ ِ ال ُْمتَا َعِّ َ ِ ِ َ ا ِ الْعِبَ َد ِ أ َْوَىل‬‫ض ا قَاوهلِِ الْم فَظَ ُ ع الْ َف ِ‬
‫َج َ َِ ْول ُم ْ تَ َ ْ ْ ُ َ‬
‫ِِ‬
‫ض ا ُ أو َال فَأ َ‬‫فَا َه ْ يَ ُكو ُ الص ا الث ِين أو غَْيا ُرُ إذَا َخ َ ع ذل أَفْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ضا ا َ م الصا ا ِّ ا ْ َوِ وهو‬ ‫ضا ايَ ِ ال ُْمتَا َعّ َ ِ ِمبَ َك هنَ أَ الصا ا الث ِينَ أو غَْياَرُ إذَا َخ َ َعم ذُكَِر يف السا ا َا ِ أو َْحن ِوِ يَ ُكو ُ أَفْ َ‬ ‫م الْم فَظَِ ع الْ َف ِ‬
‫َُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ُ َوإِال فَفي َك ْو الص ّ الث ِين ال ُْم ْشتَم ِ ع ِْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ضَ‬ ‫اإلتْايَ ِابلت َج ِيف أَفْ َ‬ ‫ص َ ل م َْحن ِو الز ْمحَ َوُرْؤيَ م ذَ َك َر م يَ ْس ُ ُ ُخ ُش َ‬
‫وع ُ أو ياُْن ُ‬ ‫ظَ هر َحْي ُ َح َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫م ا ْ َوِ وقْا َف ِ َ قَ ِ‬
‫ض ا ا ُه ْ َإىل َا ْعض أَن ُ َال فَا ْر َ ن أَ ْ‬ ‫ض ا ا َا ْع ُ‬ ‫ض ا اي َ قَا ْوهل ْ يُ َس ا ا ال ُخو ُ ل ص ا ا ِّ ا ْ َوِ َوإِ ْ مل يَ ُك ْ في فُا ْر َج َ ْ م يَ َس ا ا ُع ُ لو تَ َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ن نَظَر ما ياُْهيا َوَْحنو أَ نَظََر ذلا َمك ُْرو خب َ ف تاَ ْر الت َجا يف ع ما َح َ ْ تا يف غَ ْر ها ا‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يَاتَا َرتا َ ع ذلا فَا َوا ُ الت َجا يف أو َال َوياُ َفر ُ َاْيانَا ُ َوَا ْ َ‬
‫وع يكْر تاَرُ َش ايء م س انَ ِ الص ا َ ِ ع الس انَ ِ الْمتَأَك َ ِ َك ْ َ اع ِ أو اليت قِي ِوج ِوهب أو ع أَ الْمر َاد ِابلْ َكراه ِ‬ ‫ِ‬
‫ََ‬ ‫َُ‬ ‫َ ُُ َ‬ ‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ال َْم َ ِّ م محَْ ِ قَا ْو ال َْم ْج ُم ِ ُ َ ُ ْ‬
‫ِخ َ ُ‬
‫ف ا ْ َْوَىل‬
‫• الفتاوى الفقهية الكربى ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)199‬‬
‫‪15‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫اإلم سا اواء أَ َك َ ِِ خَ م َْحن ِو سا ا ِري وسا اواء ك مت ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صا ا‬ ‫ُ‬ ‫َ َ َََ‬ ‫َ‬ ‫صا ا َ ا ْجلَ َم َع َو ُسا ائ َ رضا ااي اللُ عن ع الصا ا ّ ا ْ َو ه هو ال ي يَ ي ِْ َ َ َ َ‬ ‫كتَ ُ َ‬
‫َخ َر َوَال الْتِ َف َ َإىل‬ ‫صا ولَو ك الصا ا ْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫وف أَ ْ َال فإ َا ْع َ ِ‬ ‫ِابلصا ُف ِ‬
‫ض َم َشا ي ِخ الْيَ َم ِ ي و ال ُْم َر ُاد ِابلصا ّ ا ْ َو هو السا ملُ م ا ْخلََ ِ َوأَ ْ يَ ُكو َ ُمت َ ْ‬
‫صا ا َور أو‬ ‫ِ‬
‫اإل َم َ َوإِ ْ َختَ َ ُ منْابَار أو َم ْ ُ‬ ‫َج َ َِ ْولِِ ال َْمْنا ُو ُ ال ُْم ْعتَ َم ُ أَ الصا ا ا ْ َو هو ال ي يَِي ِْ‬ ‫الصا ا ِّ ا ْ َوِ إذَا ك ِاب ْ َو ِ‬
‫صا ا ف ال َْم ْ ُك َورِ فَأ َ‬ ‫َْ‬
‫َخر‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫أ ِْ‬
‫صا ا ّ ُمتَأ ّ‬ ‫َخرا َوقي َ ا ْ َو ُ م مل يَاتَ َخ ْ ُ َشا ا ْيء َوإ ْ َأتَخ َر َوقي َ هو م ج ء أَوال َوإ ْ صا ا يف َ‬ ‫صا ا حبُ ُ ُمتَا َ ّ م أَ ْ ُمتَأ ّ‬
‫َعم َ أو غَْيا ُرَه َسا ا َواء ج ء َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ق يف َش ارِح مس اِ وه َ ا ِ َغَ ص ا ِري وِِ ياعَ أَ م يف الس ا َا ِ ع اع ِ ِ‬
‫َعَ ُ‬‫َح أَ ْ يَا ْغتَار ِِ َواَللُ ُس اْب َ نَ ُ َوتَا َع َىل أ ْ‬‫ن َغَ فَ َ يَاْنابَغي َ‬ ‫ض الْيَ َمنيِّ َ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ ُْ ُ‬ ‫ْ ُ ْ ََ‬
‫ِابلصوا ِ‬
‫َ‬
‫• الفتاوى الفقهية الكربى ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)225‬‬
‫اإل ْحيَ ِء إ ال ِْمْنابَا َر يَا ْ َ ُ الصا ا‬
‫َج َ َِ ْولِِ ق يف ِْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ضا ا ِ ُ الصا ا ِّ ا ْ َو َوَه ْ يَا ْ َ ُع ُ َختَ ُ َْحن ِو مْنا َ أو َال فَأ َ‬ ‫صا ا َورت م َ‬ ‫ِ‬
‫َو ُسا ائ َ رضا ااي اللُ عن مبَ ُ‬
‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وح هو ال ي يَِي ِْ‬ ‫ِ‬
‫ص َور‬ ‫َخرا َو َس َواء َختَ َ ُ َم ْ ُ‬ ‫ص حبُ ُ ُمتَا َ ّ م أو ُمتَأ ّ‬ ‫اإل َم َ َس َواء ك َ‬ ‫ن أَ الص ا ْ َو َ ال َْم ْم ُ َ‬ ‫ا ْ َو َ َو َغ َ ُ النا َوِوي يف َش ْرِح ُم ْس َوَا َ‬
‫اإل َم َ م َغ ِْر أَ ْ يَاتَ َخ َ ُ‬ ‫ور ُث نَا َ في قَا ْوال أَن ُ ال ي يَِي ِْ‬ ‫ِِ‬
‫ص ار َح ا ْجلُ ْم ُه ُ‬
‫ض اي ظَو ِاهر ا ْ ِ ِ‬
‫َح دي َو َ‬ ‫َ ُ َ‬
‫وَْحنوه أَ َال ُث ق وه َ ا هو الص ا ِ ي ال ي تَا ْ تَ ِ‬
‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫َ َُ ْ‬
‫َ‬
‫َخرا أَن لو ِ ي يف الصا ا ِّ ا ْ َوِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َخر َوغَ َ ُه َم وق ياُ ْ َخ ُ م قَا ْول أو ُمتَأ ّ ُ َ َ‬ ‫آخ َر أَن ُ ال ي َسا ابَ َق َإىل ال َْم ْسا اج َوإِ ْ صا ا يف َ‬
‫صا ا ّ ُمتَأ ّ‬ ‫صا ا َور َو َ‬‫َْحن ُو َم ْ ُ‬
‫ص ًّف أَو َ ِابلنِّ ْسبَ ِ لِ َم ْ َا ْع َ ُ وهو قَ ِري إ ْ تَا َع َر ع ي ال َه ُ إلَْيا َه‬ ‫ِِ‬
‫فاُ ْر َج ك ال ُْم َ ِ هل م الص ِّ الث ِين أو الث ل َمثَ َ‬
‫ص ّ قب إ ْك َم ِ ال ي يَِي‬ ‫وف يف َ‬ ‫َوإِال فَا ُوقُوفُ ُ ُدونَا َه َمك ُْرو إ ْذ يُكَْرُ ال ُْوقُ ُ‬
‫• حتفة احلبيب على شرح اخلطيب ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)343‬‬
‫كراه االرتف ع‬ ‫ولو تع ر إكم الصا ا ا و لك م ارتف ع والوقوف يف الصا ا الث ين ال م ارتف ع وق يف الث ين ‪ ،‬وتر تكمي ا و‬
‫تفو فضي اجلم ع اتف ق خب ف ت ي الصفوف فإن ال يفوهت ع م يف فت و ر ا أ ج‬ ‫أش فإهن ّ‬

‫‪b. Sejauh manakah batasan afdlaliyyah shaf awal ke arah samping (hanya sebatas lokasi masjid,‬‬
‫?‪serambi atau bahkan sampai luar‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Batasan afdlaliyah shaf awal adalah ke arah samping walaupun sampai keluar Masjid‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪‘Umdaul mufti wal mustafti juz 1 hal. 132‬‬

‫عمدة املفيت واملستفيت ج ‪ 1‬ص ‪132‬‬ ‫•‬


‫مسا ا ااأل ‪ :‬ق يف الت ف الصا ا ا االو املم وح هو ال ي ي ي االم سا ا اواء خت م صا ا ااور وحنوه ك لسا ا ا ري وحنوه ا ال‪ ,‬ق النووي وه ا هو‬
‫الصا ي ال ي ت تضاي ظواهر االح دث و صارح اجلمهور‪ .‬وال تكر الصا ن الساواري كم صارح ا حجر يف االيع ‪ .‬ق ضايخن وصارح‬
‫اص ن اب الص االو هو ال ي ي ي االم وا ط وخرج ع املسج فهو افض م الص الث ين وا قر م االم ‪.‬‬

‫‪c. Fenomena seperti dalam deskripsi (basah dan untuk lewat) yang menjadikan shaf tak‬‬
‫?‪beraturan, dapatkah menggugurkan fadlilah jamaah atau shaf‬‬

‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Tidak sampai menggugurkan fadlilahnya jama'ah, sebab hal tersebut termasuk udzur.‬‬

‫‪Referensi.‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Bugyatul musytarsyidin juz 1 hal. 132‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Tuhfatul Muhtaj juz 8 hal. 157‬‬

‫بغية املسرتشدين للسيد ابعلوي احلضرمي ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)132‬‬ ‫•‬


‫(مس ااأل ‪ :‬ي)‪ :‬لو ك يف الص ا م ال تص ا ص ا ت لن و جن س ا أو حل ‪ ،‬أو ك أه الص ا املت ك ل ‪ ،‬مل تف فض ااي اجلم ع ع م‬
‫صا م ذكر‪ ،‬وأهن ال‬ ‫وراءه ‪ ،‬وإ زاد البع عم تصا صا ت ع م يسا واقف يف ا وىل وث ث أذرع يف الث ني ‪ ،‬إال إ ع املتأخرو‬

‫‪16‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
‫أو عر ‪ ،‬فض ااي اجلم ع حتص ا م إم جه ح ث ‪،‬‬ ‫تص ا عن إم يص ا ت ي ‪ ،‬وق روا ع أتخره م غر خوف ع نف أو م‬
‫فك ا هن ‪ ،‬و ن اساات ق ذل املك سااب م ت ي ال ئ‬ ‫يفوهت‬
‫ص ا م ال را ين و ين ‪ ،‬و التأخر ع ر ك ر ال ّ‬ ‫فأوىل جه ب‬
‫صا ا ا ت إمج ع أو‬ ‫يف صا ا ا ال جتوز تن يت إال إ ع‬ ‫ابلصا ا ا ‪ ،‬وك ا ع الت ي ‪ ،‬ن ء ع أ الع مي ال م ه ل ‪ ،‬فع أ م وق‬
‫اعت د فس ده ح فع ه ‪.‬‬
‫• حتفة احملتاج يف شرح املنهاج ‪( -‬ج ‪ / 8‬ص ‪)157‬‬
‫وف الْمأْموِ فَاردا ) ع صا ا ّ ِم ِجنْ ِسا ا ِ لِ ناه ِي الصا ا ِ ي ِ عنْ ود عَ ع َ ِ الْب ْ َ ِ ع َ أَم ِرِ صا ا الل عَي ِ وسا ا لَِف عِِ ِ ِاب ِْإلع د ِ‬
‫ََ‬ ‫ُ َْ ََ َ‬ ‫َ ُ ْ َ‬ ‫َ ُ ََ َ َ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫( َويُكَْرُ ُوقُ ُ َ ُ ْ َ ْ َ‬
‫ض اعِي َوِهلََ ا‬ ‫ِ‬
‫ض ا َ ِر َوالْبَاْيا َه ي أَن ُ َ‬ ‫ص ا ِ ي َ ا ْ ِ ِحب َ لَ ُ ُم ْعتَاَر َِ ْوِ ا ْ ِ َعْب ِ الْبَا ِّر أَن ُ ُم ْ‬ ‫الرتِم ِ ِ ِ‬
‫ي هلََ ا َوتَ ْ‬ ‫ن ّْ ّ‬
‫فَأَمر ِهب ِيف ِرواي لِ ن ْ ِ َعَ أَ َْحت ِس ا َ ِ‬
‫ْ ُُ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َي غَْيا ُر َش ا ذّ ِيف ص ا ت َه‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫قَ َ الش ا فِعِي َرض ا َي اللُ َعْن ُ لَ ْو ثاَبَ َ قُا ْ‬
‫ِ‬
‫ص ا َ َوقَ َ خ َ ف أ ْ‬ ‫َوياُ ْ َخ ُ م ْ قَا ْوهل ْ ُهنَ ‪ :‬إ ا ْ َْم َر اب ِْإل َع َد ل ن ْ أَ ُك َ‬
‫ن فِي ِ ِأبَ ْ َك َ لَو دخ فِي ِ و ِس اع أَي ِم َغ ِر إ ْحل ِ م َش ا لِغَ ِرِ‬ ‫إع َدتُا َه َولَ ْو َو ْح َ ُ َك َم َمر ( َ يَ ْ ُخ الص ا إ ْ َو َج َ َس ا َع ) َِفْت ِ ال ِس ا ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ َ َ َ َ َُ ْ ْ ْ َ َ‬ ‫ّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫تُ َس ا َ‬
‫ضا ا ا ا ءُ ظَ ِه ِر الت ْ ِ ِيق ِخ َ فَ ُ َغْيا ُر ُم َراد ‪َ ،‬وإِ ْ‬ ‫وع َواقْتِ َ‬ ‫ن َم فِي ِ فُا ْر َج أ َْو َسا ا ا ا َع َك َم ِيف ال َْم ْج ُم ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫َك َم ُه َو ظَ هر ‪َ ،‬وإِ ْ َملْ تَ ُك ْ في فُا ْر َج َولَ ْو َك َ َاْيانَ ُ َوَا ْ َ‬
‫وف ِأبَ ْ َال يَ ُكو َ ِيف ُك ّ ِمْنا َه فاُ ْر َج َوَال َسا َع ُمتَأَ ّكِ َ ُ الن ْ ِ ُهنَ فَايُكَْرُ تاَ ْرُك َه‬ ‫ف الْ ُفرج ِ ؛ ِ َ تَسا ِوي َ الصا ُف ِ‬ ‫صار ِمْناه ِيف الساع ِ ِِخب َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ُو ّج َ ِأبَن ُ َال تاَ ْ َ ُ ْ‬
‫ص ا ِّف َه َوِهبَ َ ا َك َل ِي‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ص ا ُفوف َكث َر َخ َرقَا َه ُك َه ليَ ْ ُخ َ ت ْ َ الْ ُف ْر َج َ أ َْو الس ا َع َ لتَا ْ ص ا ِره ْ ِتَا ْرك َه ل َك َر َاه الص ا َ ل ُك ِّ َم ْ َأتَخ َر َع ْ َ‬ ‫َك َم ُع َ مم َمر ُ‬
‫َخ ِري َ نَا َع ْ إ ْ َك َ َأتَخ ُرُه ْ لِ ُع ْ ر َك َوقْ ِ ا ْحلَِّر ِابل َْم ْسا ا ِج ِ ا ْحلََراِ فَ َ َك َر َاه َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫ضا ا ْع ُ َم قي َ م ْ َع َ ِ فَا ْو الْ َفضا ايَ ُهنَ َعَ ال ُْمتَأ ّ‬
‫ِ ِ‬ ‫َمر َع ْ الْ َ ِضا اي ياُ ْعَ ُ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ص ا ا َر َك َم ُه َو ظَ ِهر َوتَا ْ يِي ُ ِْ‬
‫ض ا او ِح الْ َف ْر ؛ َنا ُه ْ َإىل ْاآل َ َملْ‬ ‫ن َونَا َ َ ُ َع ْ َكثِ ِري َ َردوُ ِأبَن ُ الْتَابَ َ َعَْي ِ ِمبَ ْس ا اأَلَ ِ الت َخ ِّي َم َ ُو ُ‬ ‫ص ا اف ْ ِ‬‫يَِ‬ ‫اإل ْس ا انَ ِو ِّ‬
‫وَال تَا ْ ِ‬
‫َ‬
‫صره ويا ْخ ُ مِ‬ ‫ي ْ خ ُوا ِيف الص َ ِ فَاَ ياتَ ق تاَ ْ ِ‬
‫ُُ ْ َ ُ َ ْ‬ ‫َْ َ ْ‬ ‫َ ُ‬
‫(لع ر إخل) يرتدد النظر يف ه الص ا ااور يف أن ه يتعن ع يه أقر حم إىل االم ال امليس ا ااور ال يس ا ا ابملعس ا ااور أو ال يتعن ال االتص ا ا‬
‫امل و مل ف ف فر ن ي االم ك حم أتم ولع االقر االو صا ااري أي كم هو قضا ااي نظ ئر في ل ك مم حضا اار أو حيضا اار ع‬
‫الوقوف يف أقر حم م االم خ ع حنو احلر ويتعن ع ي ذل ظ هر وإ أد إىل االنفراد ع الصفوف حلضور وح أو لع مواف غر‬
‫ل يف الت إىل االقر ومل ميكن جر شخص مم أم م وهللا أع قول ‪( :‬كوق احلر) أي وحنو امل ر قول ‪( :‬ف كراه إخل) أي ف تفوهت الفضي‬
‫ع ش عب ر الرشي ي أي ف ي لغره خر صفوفه الج ه ا ه‬

‫‪17‬‬ ‫‪Keputusan Bahtsul Masa'il XXI FMPP Di PP. Lirboyo Kota Kediri‬‬
HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL II
LAJNAH BAHTSU MASA’IL PONDOK PESANTREN LIRBOYO KOTA KEDIRI JATIM,

Selasa 19 Dzulhijjah 1437 H. / 20 September 2016 M.

MUSHOHIH PERUMUS Moderator & Notulen


Agus HM Ibrahim A Bpk Abdul Kafi Ridlo Agus M. Syarif Hakim
Hafidz Bpk M. Zainal Mushtofa An'im
Agus HM. Sa’id Ridlwan Bpk M. Musta'in Zamroni Bpk Iwan Rifa’i
Bpk M Najib Yasin Bpk M. Zainul Millah
Agus Arif Ridlwan Akbar Agus Abdurrohman
Agus M Hamim HR Kafabihi
Agus Zainal Abidin
Bpk M. Mubasysyarum Bih
Bpk Hilmi Mubarok Mas'adi
Bpk Ihsanuddin
Bpk Ibnu Mundzir Mu'thi
Bpk M. Alfain Fahmi
Bpk M. Khotibul Umam
Shobirin
Bpk Abu Syamsuddin
Sarwan
Bpk M. Nadzir Munir
Bpk Abdullah Anas Isman
Bpk Taufiq Ismail Burhan
Bpk Abdul lathif Wildan
Bpk Ali Zainal Abidin Asror

1. TAX AMNESTY
Deskripsi Masalah
UNGKAP, TEBUS, LEGA. Tampaknya slogan itu akan sangat dekat dengan kata
TAX AMNESTY. Tax Amnesty adalah program pengampunan yang diberikan oleh
pemerintah kepada wajib pajak, meliputi:
 penghapusan pajak yang seharusnya terutang;
 penghapusan sanksi administrasi perpajakan; serta
 penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh
pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT;
dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang
tebusan.

HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M |1


Latar belakang:
1. Indonesia segera memasuki keterbukaan informasi, termasuk automatic
exchange of information, sehingga tidak mungkin lagi menghindar dari
kewajiban pajak.
2. Kebutuhan dana untuk pembangunan sangat besar, sementara harta WNI
banyak parkir di luar negeri.
3. Kepatuhan perpajakan secara keseluruhan masih rendah, sehingga partisipasi
masyarakat dalam pembangunan belum optimal.
Tujuan:
Dengan adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan
bertambah dalam APBN di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya. Sehingga membuat
APBN lebih sustainable dan kemampuan pemerintah untuk belanja juga semakin besar.
Otomatis, akan banyak membantu program-program pembangunan. Tidak hanya
infrastruktur tapi juga perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya tax amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat membantu
upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan
mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan.
Tetapi disisi lain, dengan kebijakan amnesty ini yang diharapkan dengan diikuti
repatriasi sebagian atau keseluruhan aset orang Indonesia di luar negeri, maka akan
sangat membantu stabilitas ekonomi makro kita.
Manfaat:
1. Peningkatan investasi dan likuiditas domestik (pelunasan hutang dalam
negeri), perbaikan nilai tukar rupiah dan penurunan suku bunga.
2. Perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif dan
terintregasi.
3. Peningkatan tax ratio (rasio pajak) melalui pencapaian target penerimaan
pajak.
(www.pajak.co.id)
Dampak negatif:
Walaupun kebijakan tersebut tampak baik dan relevan, namun menurut
sebagian kalangan dampak negatifnya pun sangat perlu dipertimbangkan. Secara garis
besar, kebijakan tersebut akan sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan sosial
dalam negeri. Berikut rangkuman yang kami peroleh dari berbagai sumber:
1. Amnesty dapat melemahkan administrasi perpajakan dan mengurangi
penerimaan negara dari pajak, yang berdampak kurangnya minat investor
dalam membeli Surat Utang Negara (SUN).
2. Amnesty dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan rasial, yang disebabkan
adanya persepsi bahwa yang akan lebih banyak menikmati pengampunan pajak
adalah kelompok non-pribumi.
3. Amnesty menambah kerawanan kesulitan ekonomi, yang disebabkan tidak
adanya perbaikan sistem fiskal dan peningkatan penerimaan negara. Dan hal ini
juga akan memicu kerawanan sosial.
Pertanyaan:
a. Dapatkah dibenarkan kebijakan tax amnesty secara syari'at?

HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M |2


‫‪Rumusan Jawaban :‬‬
‫; ‪Mengingat bahwa‬‬
‫‪Tax Amnesty merupakan upaya yang paling efektif untuk bisa menarik dana warga‬‬
‫‪Indonesia dari luar negeri dan dapat lebih menertibkan kewajiban membayar pajak‬‬
‫‪bagi yang mampu untuk menopang kebutuhan negara‬‬
‫; ‪Mempertimbangkan bahwa‬‬
‫‪Aturan islam dalam konsep pembangunan perekonomian negara menempatkan pajak‬‬
‫‪sebagai penopang kebutuhan negara hanya merupakan alternatif terakhir ketika‬‬
‫‪sumber pemasukan negara dari sektor lain belum mencukupi‬‬
‫‪Maka Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur‬‬
‫; ‪memutuskan bahwa‬‬
‫‪1. Kebijakan pemerintah terkait Tax Amnesty merupakan langkah yang dapat‬‬
‫‪dibenarkan menurut pandangan syari’at‬‬
‫‪2. Pemerintah wajib mengoptimalkan badan usaha milik negara dan pengelolaan‬‬
‫‪kekayaan alam serta berupaya tidak menjadikan pajak sebagai sumber utama‬‬
‫‪pemasukan negara‬‬
‫‪3. Pemerintah wajib mengalokasikan kas negara dengan sebaik mungkin dengan‬‬
‫‪mendahulukan yang lebih penting dan maslahat serta senantiasa menegakkan‬‬
‫‪keadilan hukum dan kesejahteraan dalam segala bidang.‬‬

‫‪Referensi :‬‬
‫‪ ‬المعيار المعزب الجزء الحادى عشرة ص ‪ 129-127 :‬دار الغرب اإلسالم‬

‫(حكم فرض الخراج على الرعية) وسئل القاضي أبو عمر ابن منظور بما نصه‪ :‬الحمد هلل والصالة السالم على رسول‬
‫هللا ( سيدنا رضي هللا عنكم تفضلوا بجوابكم الشافي عن مسألة وهي أن الوظائف الموظفة على األرضين بجزيرة‬
‫األندلس المسماة بالمعونة كانت موضوعة في القديم على نسبة الدراهيم السبعينية بل على الستينية وظفت عليها‬
‫لتقوم بها مصالح الوطن ووظف أيضا على الكسب في ذلك العهد بنسبة درهم ونصف إلى رأس من الغنم ثم إن السكة‬
‫تبدلت ونقصت على ما في عملكم ثم ظهر اآلن المعيار الحق وهي السكة الجديدة فهل يوخذون بها إذا ظهر ما قد كان‬
‫لزمهم في قديم األزمان بعد أن تحط عنهم األجعال وما لزمهم من المالزم الثقال وما أحدث بعد تلك األعصار أو يتركون‬
‫على ما هم عليه من أخذ الدرهم باسمه دون معناه وحقيقته ؟ بينوا لنا ما الحكم في ذلك مأجورين مثابين بفضل هللا‬
‫تعالى ؟ والسالم على سيادتكم ورحمة هللا تعالى وبركاته (فأجاب) الجواب وباهلل التوفيق إن األصل أن ال يطالب‬
‫المسلمون بمغارم غير واجبة بالشرع وإنما يطالبون بالزكاة وما أوجبه القرآن والسنة كالفيئ والركاز وإرث من يرثه‬
‫بيت المال وهذا ما أمكن به حمل الوطن وما يحتاج له من جند ومصالح المسلمين وسد ثلم اإلسالم فإذا عجز بيت‬
‫المال عن أرزاق الجند وما يحتاج إليه من آلة حرب وعدة فيوزع على الناس ما يحتاج إليه من ذلك وعند ذلك يقال‬
‫يخرج هذا الحكم ويستنبط من قوله تعالى (قالوا يا ذالقرنين إن يأجوج ومأجوج مفسدون في األرض فهل نجعل لك‬
‫خرجا) اآلية لكن ال يجوز هذا إال بشروط ( األول) أن تتعين الحاجة فلو كان في بيت المال ما يقوم به لم يجز أن يفرض‬
‫عليهم شيء لقوله ( (ليس على المسلمين جزية) وقال ( (ال يدخل الجنة صاحب مكر) وهذا يرجع إلى إغرام المال‬
‫ظلما ( الثاني) أن يتصرف فيه بالعدل وال يجوز أن يستأثر به دون المسلمين وال أن ينفقه في سرف وال أن يعطي من‬

‫‪HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M‬‬ ‫‪|3‬‬
‫ال يستحق وال يعطي أحدا أكثر مما يستحق ( الثالث) أن يصرف مصرفه بحسب المصلحة والحاجة ال بحسب الغرض‬
‫( الرابع) أن يكون الغرم على من كان قادرا من غير ضرر وال إجحاف ومن ال شيء له أو له شيء قليل فال يغرم شيئا‬
‫( الخامس) أن يتفقد هذا في كل وقت فربما جاء وقت ال يفتقر فيه لزيادة على ما في بيت المال فال يوزع وكما يتعين‬
‫المال في التوزيع فكذلك إذا تعينت الضرورة للمعونة بألبدان ولم يكف المال فإن الناس يجبرون على التعاون على‬
‫األمر الداعي للمعونة بشرط القدرة وتعين المصلحة واالفتقار إلى ذلك فإذا تقرر هذا فتقول في المسألة المسؤولة‬
‫عنها‪ :‬إذا جزم أمير المسلمين نصره هللا وعزم على رفع الظلمات وأخذ على أيدي األخذين لألجعال ورفع ما احدث‬
‫في هذا األزمان الفارطة القريبة مما ال خفاء بظلمه وال ريب في جوره وسلك بالمأخوذ الشروط التي ذكرناها حتى‬
‫يعلم الناس أنهم ال يطالبون إال ما جرت به العوائد وسلك بهم مسلك العدل في الحكم وال يزال أيده هللا يتفقد رعيته‬
‫ووالته حتى يسيروا على نهج قومهم فله أن يوزع من المال على النسبة المفسرة وما يراه صوابا وال إجحاف فيه‬
‫حسبما ذكرناه أصلح هللا أموره وكان له وجعله من األئمة الراشدين‬

‫‪ ‬بغية المسترشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)539‬‬

‫(مسألة ‪ :‬ك) ‪ :‬من الحقوق الواجبة شرعا على كل غني وحده من ملك زيادة على كفاية سنة له ولممونه ستر عورة‬
‫العاري وما يقي بدنه من مبيح تيمم ‪ ،‬وإطعام الجائع ‪ ،‬وفك أسير مسلم ‪ ،‬وكذا ذمي بتفصيله ‪ ،‬وعمارة سور بلد ‪،‬‬
‫وكفاية القائمين بحفظها ‪ ،‬والقيام بشأن نازلة نزلت بالمسلمين وغير ذلك ‪ ،‬إن لم تندفع بنحو زكاة ونذر وكفارة ووقف‬
‫ووصية وسهم المصالح من بيت المال لعدم شيء فيه أو منع متوليه ولو ظلما ‪ ،‬فإذا قصر األغنياء عن تلك الحقوق‬
‫بهذه القيود جازه للسلطان األخذ منهم عند وجود المقتضى وصرفه في مصارفه‪.‬‬

‫‪ ‬األشباه والنظائر للسيوطي ص‪269 :‬‬

‫القاعدة الخامسة تصرف اإلمام على الرعية منوط بالمصلحة هذه القاعدة نص عليها الشافعي وقال منزلة اإلمام من‬
‫الرعية منزلة الولي من اليتيم قلت وأصل ذلك ما أخرجه سعيد بن منصور في سننه قال حدثنا أبو األحوص عن أبي‬
‫إسحاق عن البراء بن عازب قال قال عمر رضي هللا عنه إني أنزلت نفسي من مال هللا بمنزلة والي اليتيم إن احتجت‬
‫أخذت منه فإذا أيسرت رددته فإن استغنيت استعففت‬

‫‪ ‬القواعد األ حكام في مصالح األ نام الجزء الثاني ص‪89 :‬‬

‫فصل في تصرف الوالة ونوابهم ‪ .‬يتصرف الوالة ونوابهم بما ذكرنا من التصرفات بما هو األصلح للمولى عليه درءا‬
‫للضرر والفساد وجلبا للنفع والرشاد وال يقتصر أحدهم على الصالح مع القدرة على األصلح إال أن يؤدي إلى مشقة‬
‫شديدة وال يتخيرون في التصرف حسب تخيرهم في حقوق أنفسهم مثل أن يبيعوا درهما بدرهم أو مكيلة زبيب بمثلها‬
‫لقول هللا تعالى ‪" :‬وال تقربوا مال اليتيم إال بالتي هي أحسن" وإن كان هذا في حقوق اليتامى فأولى أن يثبت في‬
‫حقوق عامة المسلمين فيما يتصرف فيه األئمة من األموال العامة ; ألن اعتناء الشرع بالمصالح العامة أوفر وأكثر‬
‫من اعتنائه بالمصالح الخاصة‬

‫‪ ‬الفقه االسالمى الجزء الخامس ص ‪ 519 - 517 :‬دار الفكر‬

‫وكذلك يحق للدولة التدخل فى الملكيات الخاصة المشروعة لتحقيق العدل والمصلحة العامة سواء فى أصل حق الملكية‬
‫أو فى منع المباح وتملك المباحات قبل االسالم وبعده إذا أدى استعماله إلى ضرر عام كما يتضح من مساوئ الملكية‬
‫اإلقطاعية ومن هنا يحق لولي االمر العادل ان يفرض قيودا على الملكية فى بداية إنشائها فى حال إحياء الموات‬
‫فيحددها بمقدار معين أو ينتزعها من أصحابها مع دفع تعويض عادل عنها اذا كان ذلك فى سبيل المصلحة العامة‬
‫للمسلمين ومن المقرر عند الفقهاء ان لولي األمر أن ينهى إباحة الملكية بخطر يصدر منه لمصلحة تقتضيه فيصح‬

‫‪HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M‬‬ ‫‪|4‬‬
‫ما تجاوزه أمرا محظورا فان طاعة ولي االمر واجبة بقوله تعالى يا أيها الذين آمنوا أطيعوا هللا وأطيعوا الرسول‬
‫وأولى األمر منكم وأولو األمر األمراء والوالة كما روى ابن عباس وأبو هريرة وقال الطبرى انه أولى األقوال‬
‫بالصواب إهـ‬

‫‪ ‬الدفاع عن الوطن لألستاذ محمد سعيد رضوان الكديري صـــــ ‪15‬‬

‫وليس معنى وحدة األمة مقتصرا على األخوة والبشرية واألخوة الوطنية بل تشتمل على وحدة الميادين السياسية‬
‫واالجتماعية واالقتصادية والعسكرية منها تتوصل الدولة الى نهضة حيوية شاملة في جميع مرافق الحياة اإلنسانية‬
‫وتقويتها وكفايتها واستغنائها عن مساعدة البالد الخارجية فتكون هذه الدولة عزيزة وسيادة في آفاق العالم مرهوبة‬
‫في سلطان بين سائر البالد‬

‫‪ ‬االحكام السلطانية للماوردى ص ‪ 236 :‬دار الفكر‬

‫والتعزير تأديب على ذنوب لم تشرع فيها الحدود ويختلف حكمه باختالف حاله وحال فاعله فيوافق الحدود من وجه‬
‫وهو انه تأديب استصالح وزجر يختلف باختالف الذنب ويخالف الحدود من ثالثة أوجه أحدها أن تأديب ذى الهيبة‬
‫من أهل الصيانة أخف من تأديب أهل البذاء والسفاهة لقول النبى ( " أقيلوا ذوى الهيئآت عثراتهم" فتندرج فى الناس‬
‫على منازلهم فان تساووا فى الحدود المقدرة فيكون تعزير من جل قدره باإلعراض عنه وتعزير من دونه بالتعنيف‬
‫له وتعزير من دونه بزواجر الكالم وغية االستخفاف الذى ال قذف فيه وال سب ‪ -‬إلى أن قال‪ -‬والوجه الثانى ان الحد‬
‫وان لم يجز العفو عنه وال الشفاعة فيه فيجوز فى التعزير العفو عنه وتسوغ الشفاعة فيه فان تفرد التعزير بحق‬
‫السلطنة وحكم التقويم ولم يتعلق به حق لعدمى جاز لولى االمر أن يراعى األصلح فى العفو أو التعزير وجاز أن يشفع‬
‫فيه من سأل العفو عن الذنب‬

‫‪ ‬اإلمامة العظمى ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)330‬‬

‫الواجب على اإلمام عند صرف األموال أن يبتدئ في القسمة باألهم فاألهم من مصالح المسلمين ‪،‬كعطاء من يحصل‬
‫للمسلمين منهم منفعة عامة أو المحتاجين‬

‫‪ ‬التشريع الجنائي في اإلسالم ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)280‬‬

‫أما جرائم التعزير التي نص عليها القانون مخالفا حكم الشريعة‪ ،‬فحكمها أن ما اتفق فيه القانون مع الشريعة طبقت‬
‫عليه نصوص القانون‪ ،‬وما اختلف فيه القانون مع الشريعة اعتبر غير منصوص عليه في القانون‪ ،‬وأخذ حكم الجرائم‬
‫التعزيرية التي نصت عليها الشريعة ولم ينص عليها القانون‪ ،‬فصور الربا التي لم ينص عليها القانون يعاقب عليها‬
‫بالعقوبات الشريعة‪ ،‬والصور التي نص عليها وال يتفق نصه فيها مع نصوص الشريعة تأخذ نفس الحكم‪ ،‬أما الصور‬
‫التي يتفق فيها القانون مع الشريعة فيعاقب عليها بالعقوبات القانونية‪ - 203 .‬الحق الثالث‪ :‬حق العفو((‪ :))1‬من‬
‫المسلم به في الشريعة أن لولي األمر حق العفو في جرائم التعازير دون غيرها من الجرائم‪ ،‬فله أن يعفو عن الجريمة‪،‬‬
‫وله أن يعفو عن العقوبة كلها أو بعضها‪ ،‬وله حق العفو سواء في الجرائم التعزير التي نصت عليها الشريعة‪ ،‬أو في‬
‫الجرائم التي نص عليها هو‪.‬‬

‫وحق ولي األمر في العفو مقيد بأن ال يكون مخالفا لنصوص الشريعة‪ ،‬أو مبادئها العامة وروحها التشريعية‪ ،‬كما أنه‬
‫مقيد بأن يقصد به تحقيق مصلحة عامة أو دفع مفسدة‪.‬‬

‫‪ ‬تحفة المحتاج في شرح المنهاج ‪( -‬ج ‪ / 10‬ص ‪)260‬‬

‫‪HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M‬‬ ‫‪|5‬‬
‫وبحث اإلسنوي أن كل ما أمرهم به من نحو صدقة وعتق يجب كالصوم ويظهر أن الوجوب إن سلم في األموال وإال‬
‫فالفرق بينها وبين نحو الصوم واضح لمشقتها غالبا على النفوس ومن ثم خالفه األذرعي وغيره إنما يخاطب به‬
‫الموسرون بما يوجب العتق في الكفارة وبما يفضل عن يوم وليلة في الصدقة نعم يؤيد ما بحثه قولهم تجب طاعة‬
‫اإلمام في أمره ونهيه ما لم يخالف الشرع أي بأن لم يأمر بمحرم وهو هنا لم يخالفه ؛ ألنه إنما أمر بما ندب إليه‬
‫الشرع وقولهم يجب امتثال أمره في التسعير إن جوزناه أي كما هو رأي ضعيف نعم الذي يظهر أن ما أمر به مما‬
‫ليس فيه مصلحة عامة ال يجب امتثاله إال ظاهرا فقط بخالف ما فيه ذلك يجب باطنا أيضا ‪ ،‬والفرق ظاهر وأن الوجوب‬
‫في ذلك على كل صالح له عينا ال كفاية إال إن خصص أمره بطائفة فيختص بهم فعلم أن قولهم إن جوزناه قيد لوجوب‬
‫امتثاله ظاهرا وإال فال إال إن خاف فتنة كما هو ظاهر فيجب ظاهرا فقط وكذا يقال في كل أمر محرم عليه بأن كان‬
‫بمباح فيه ضرر على المأمور به ‪ ،‬وإنما لم ينظر اإلسنوي للضرر فيما مر عنه ؛ ألنه مندوب وهو ال ضرر فيه يوجب‬
‫تحريم أمر اإلمام به للمصلحة العامة بخالف المباح وبهذا يعلم أن الكالم فيما مر في المسافر وفي مخالفة األذرعي‬
‫وغيره لإلسنوي إنما هو من حيث الوجوب باطنا أما ظاهرا فال شك فيه بل هو أولى مما هنا فتأمله ثم هل العبرة في‬
‫المباح والمندوب المأمور به باعتقاد اآلمر ‪ ،‬فإذا أمر بمباح عنده سنة عند المأمور يجب امتثاله ظاهرا فقط أو المأمور‬
‫فيجب باطنا أيضا أو بالعكس فينعكس ذلك كل محتمل وظاهر إطالقهم هنا الثاني ؛ ألنهم لم يفصلوا بين كون نحو‬
‫الصوم المأمور به هنا مندوبا عند اآلمر أو ال ويؤيده ما مر أن العبرة باعتقاد المأموم ال اإلمام ولو عين على كل غني‬
‫قدرا فالذي يظهر أن هذا من قسم المباح ؛ ألن التعيين ليس بسنة وقد تقرر في األمر بالمباح أنه إنما يجب امتثاله‬
‫ظاهرا فقط‬

‫‪ ‬مطالع التمام ونصائح األنام للقاضي الشماع الهنتاني ‪ )13 / 1( -‬المؤلف ‪ :‬القاضي أبي العباس أحمد‬
‫الشماع الهنتاتي (ت ‪ 833‬هـ )‬

‫وقد قسم فقهاء المذهب المالكي‪ ،‬خاصة المتأخرين منهم‪ ،‬العقوبة المالية إلى قسمين‪ ،‬العقوبة في المال‪ ،‬والعقوبة‬
‫بالمال‪ .‬ومعنى العقوبة في المال عندهم أن يعاقب الحاكم الجاني بأخذ المال الذي ارتكب به المعصية أو كان سببا فيها‪،‬‬
‫ويصرفه في وجوه المصلحة التي يراها باجتهاده‪ ،‬وقد اتفقت جميع التعارف على هذا المعنى‪ – .‬إلى أن قال‪ -‬أما‬
‫العقوبة بالمال فمعناها عندهم‪ :‬أن يأخذ الحاكم من الجاني قدرا من المال على وجه التغريم تعزيزا وأدبا له على‬
‫معصيته‪ .‬وتختلف عن األولى في كون المال المأخوذ ال صلة له بالمعصية التي ارتكبها‪ ،‬فاألولى قصد بها إتالف ما‬
‫وقعت به المعصية‪ ،‬والثانية قصد بها تأديب فاعل المعصية ‪ .‬ولذلك قيل في تعريفها‪ :‬هي إغرام أهل الجنايات المال‬
‫لزجرهم وردعهم عما هم عليه ‪.‬ولم يحدد الفقهاء الجهات التي يصرف فيها هذا المال‪ ،‬إال ما أفتى به أبو القاسم‬
‫البرزلي بأن هذا المال يصرف في جهات أربع حددها حيث قال‪ :‬أن يوقف من ماله ما يحسم به مادته‪ ،‬إما بإعطائه‬
‫المجني عليه‪ ،‬أو يرد عليه إن حسنت حاله‪ ،‬أو يوضع في بيت المال‪ ،‬أو يتصدق به ولم أجد واحدا من فقهاء المذاهب‬
‫من حدد هذه الجهات غيره‪ ،‬ومن ثم يمكن اعتبار فتواه رأيا جديدا في المذهب المالكي ال يمكن إغفال أهميته في مجال‬
‫الفتوى والتشريع‪ ،‬وقد اعتبرت هذه الفتوى غريبة في عصره‪ ،‬مما جعل فقهاء الوقت يقومون عليه ويتهمونه بخرق‬
‫اإلجماع ومخالفة مشهور المذهب‪ ،‬ومنهم صاحب الرسالة موضوع التحقيق‪ .‬وكان يؤيد فتواه بما نقله عن شيخه‬
‫ابن عرفة أنه كان يستسهل غرم أهل قرى تونس إذا أرسلوا البهائم في الكروم فأفسدتها‪ ،‬ويأمر حاكم الفحص أن‬
‫يغرمهم على ذلك لحسم المادة ‪ ....‬وقد أيد كثير من علماء المغرب فتوى البرزلي‪ ،‬وقيدوا الجواز بما تعذر إجراء‬
‫األحكام الشرعية في الحدود على أصلها‪ ،‬وأمكن إيقاع الزواجر دونها‪ ،‬فإنه يؤتى بما تبلغه االستطاعة في ذلك‪ ،‬وتنزل‬
‫أسباب الحدود منزلة أسباب التعزيرات قياسا على الرخص المباحة للضرورة‪ ،‬ودفعا للمفسدة‪ ،‬وتوخيا تغيير المنكر‬
‫على قدر االستطاعة‪ ،‬وعمال بأخف الضررين‪ ،‬ورعيا للمصلحة العامة‪ ،‬وحملوا فتوى البرزلي الضرورة(‪.)1‬‬

‫‪HASIL KEPUTUSAN BM II P2L malam selasa 19 Dzulhijjah 1437 H / 20 september 2016 M‬‬ ‫‪|6‬‬
HASIL KEPUTUSAN
BAHTSUL MASAIL PERDANA
LAJNAH BAHTSUL MASAIL PONDOK PESANTREN
LIRBOYO KOTAKEDIR JATIM
senin malam selasa 13 Dzul Qo’dah 1437 H./15 agustus 2016 M.

MUSHOHIH PERUMUS Moderator & Notulen


Agus HM. Ibrahim A Hafidz Bpk M. Hamim HR Bpk Ali Zainal Abidin Asror
Agus HM. Sa’id Ridlwan Bpk M. Zainal Mushtofa Agus Abdurrohman Kafabihi
Bpk. M. Najib Yasin Bpk M. Musta'in Zamroni
Bpk. Abdul Kafi Ridlo Bpk M. Zainul Millah
Agus M. Syarif Hakim An'im
Agus M. Ali Arinal Haq Yasin
Bpk M. Mubasysyarum Bih
Bpk Hilmi Mubarok Mas'adi
Bpk Amin Taqiyuddin Luqman
Bpk Ibnu Mundzir Mu'thi
Bpk M. Alfain Fahmi
Bpk Khotibul Umam Shobirin
Bpk Abu Syamsuddin Sarwan
Bpk M. Nadzir Munir
Bpk Abdullah Anas Isman
Bpk Taufiq Ismail Burhan
Bpk Abdul lathif Wildan
Bpk M. Maimun
Bpk Taufiq Ariyanto
Bpk hafidz alwi

DEMAM POKEMON GO
Deskripsi Masalah
Siapa yang tidak tahu game Pokémon go yang sedang menggemparkan dunia ini, Utamanya di Indonesia
sendiri?. Game yang dikembangkan oleh Niantic Labs yang bekerjasama dengan Pokemon Company ini akan
langsung mengajak pemain untuk menangkap monster pertama mereka lewat sebuah mini game lempar bola
Pokéball, dengan mengaktifkan fitur GPS sekaligus kamera untuk berburu sebanyak-banyaknya sambil terus
berjalan dan mengamati hendphone-nya, pengguna harus menangkapnya dengan melemparkan PokeBall; (bola
virtual) ke arah monster tersebut, Setelah tertangkap dan masuk ke dalam bola, maka Pokemon jadi milik Anda,
Jika lemparanmu meleset, kamu bisa mencoba untuk memungut kembali Pokéball yang terjatuh dengan
melakukan tap di bagian Pokéball tersebut sebelum akhirnya hilang.
Dalam game ini lingkungan sekitarmu disulap menjadi arena perburuan monster yang sangat luas dan juga
dilengkapi arena bertarung Pokémon Gym serta lokasi checkpoint pemain bernama PokéStop. PokéStop terletak di
tempat-tempat penting seperti museum, monumen, atau tempat ibadah di sekitar kotamu sehingga kamu harus
pergi ke luar rumah untuk menemukannya .
Game yang terlaris tersebut, baru dirilis pada 6 Juli lalu di wilayah Australia dan Selandia Baru, disusul di AS
keesokan harinya pada dua platform mobile terpopuler saat ini secara gratis, yakni iOS dan Android, Menariknya,
meski baru dirilis di beberapa Negara tersebut, para gamers dari Negara lain(termasuk Indonesia) yang sudah tidak
sabar langsung mengunduh APK Pokemon Go dari berbagai sumber. Hasilnya, server Pokemon Go tidak kuat
menampung antusiasme para pemain dari seluruh dunia. Server seringkali mati, membuat banyak pemain tidak bisa
mengakses game tersebut. Hal itu pun sudah diketahui oleh pihak Niantic, Perusahaan spin off dari Google ini
menyatakan sudah berusaha keras untuk memperbaikinya. Perkembangan dari perbaikan server itu sendiri
dikatakan cukup baik. Kemudian, sambil melakukan perbaikan, Niantic memutuskan untuk menahan perilisan
resmi game tersebut. "(Peluncuran) ditahan sampai kami merasa nyaman," ujar CEO Niantic John Hanke kepada
media Business Insider, yang dirangkum KompasTekno, Minggu (10/7/2016). ( KOMPAS.com )
Berbeda dengan game secara umumnya yang membuat pemainnya kurang gerak dan bisa meningkatkan risiko
obesitas dan berbagai penyakit kronis. Pokemon Go yang sedang populer justru membuat pemainnya harus
beranjak dari kursi untuk mengejar Pikachu atau berjalan lebih jauh hanya untuk menangkap Magnemite (salah satu
jenis pokemon). Hal ini pun membuat para gamer bisa lebih mengenal lingkungan dan menjadi motivasi untuk
mengeksplorasi lingkungan. Seperti dikutip dari Livescience.com, sejumlah ahli kesehatan pun memuji adanya
permainan Pokemon Go yang menggunakan smartphone ini. Menurut para ahli, Pokemon Go memaksa pemainnya
untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik. Para ahli kesehatan melihat sisi positif hadirnya teknologi untuk
meningkatkan aktivitas fisik, Banyak pemain Pokemon Go yang harus berjalan beberapa kilometer di suatu wilayah
untuk menangkap karakter Pokemon seperti di dunia nyata. (KOMPAS.com).
Disamping menyehatkan, memang seru dan menjadi obat mujarab melepas kepenatan jika sudah memainkan
game ini. Apalagi jika sudah semakin tinggi levelnya sehingga bisa membuat tim untuk saling beradu dari tim-tim
lainya, tak ayal Kemunculan game Pokemon Go membuat sebagian masyarakat di seluruh dunia memiliki sebuah
kebiasaan baru, yakni ngumpul bareng dan bersama-sama mencari monster lucu, selain itu Banyak orang yang
menganggap bahwa teknologi komunikasi saat ini mampu mendekatkan yang jauh. Salah satu contoh dari
anggapan itu adalah interaksi yang bisa didapatkan dari bermain Pokemon GO. Mereka yang main game ini adalah
salah satu contoh dimana orang yang tak kenal sekalipun bisa berinteraksi. Beberapa pengguna mengungkapkan
keuntungan ini. Mereka yang tadinya tak saling kenal, gara-gara Pokemon GO, jadi saling kenal. Belum kalau udah
masuk level 5. Pemain bisa memilih tim yang akan menjadi timnya. Pemain Pokemon GO bisa ketemu orang-
orang baru yang satu tim dengannya (BINTANG.com JAKARTA).
Dan sewajarnya sebagai hal yang baru, Pastinya juga tidak lepas dari sorotan negatif beberapa kalangan, tak
ayal juga ada yang berpendapat bahwa Pokemon Go adalah permainan yang berbahaya dan hanya membuang-
buang waktu saja, seperti dikutip dari TRIBUNJOGJA.com Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso
menganggap permainan "Pokemon Go" dapat mengancam keamanan negara.."Sangat mungkin (mengancam
keamanan negara)," ujar Sutiyoso di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/7/2016). "Permainan itu
kan membutuhkan kamera. Kalau dimainkan di instalasi penting seperti objek vital asrama Kepolisian, TNI atau
intelijen tentu bisa dibaca oleh intelijen gambar-gambar itu," sambung dia.
Sementara Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi sekaligus Direktur Direktorat Sistem dan
Sumber Daya Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Widyawan mengatakan bahwa tidak perlu ada
kekhawatiran berlebihan terhadap permainan Pokémon Go. Widyawan mengatakan, timbul banyak
kesalahpahaman akan permainan tersebut, terutama menyangkut ancaman keamanan di lokasi perburuan monster
Pokemon. Ia mengatakan, seharusnya kekhawatiran terhadap penggunaan informasi lokasi di Pokémon Go tidak
lebih besar dibandingkan aplikasi-aplikasi berbasis lokasi tersebut karena teknologi yang digunakan sama.
Perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjaga kepercayaan pelanggannya, tentunya memiliki kebijakan
kerahasiaan data yang ketat. Di media sosial beredar kabar bahwa gambar kamera yang digunakan dalam permainan
akan dikirimkan ke server Niantic tanpa izin. Untuk menguji hal tersebut, sebuah perusahaan bernama Applidium
melakukan reverse engineering untuk mendapatkan kode pemrogramannya (source code). Pada source code
tersebut, ternyata tidak ditemukan perintah untuk mengirimkan data gambar atau video ke server Pokémon Go.
Dari ulasan di atas, Widyawan mengatakan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan dan tidak berdasar
atas permainan tersebut (KOMPAS.COM).
Dalam Surat Telegram keluaran Kapolri nomor STR/533/VII/2016 tertanggal 19 Juli 2016 menyebutkan
adanya dampak negatif terkait maraknya game Pokemon Go diantaranya berkurangnya kewaspadaan saat bermain
Pokemon Go karena pemain harus berkonsentrasi menatap layar ponsel sehingga sulit berkonsentrasi ketika
sedang bekerja atau saat di perjalanan sehingga dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu para pengguna
jalan saat asyik memainkannya. Selain itu, permainan berbasis GPS ini mengharuskan pemain mengaktifkan
geolokasi sehingga dikhawatirkan berbahaya bila lokasi permainan berada di lingkungan Polri. "Karena akan terekam
dan bila informasi itu jatuh ke orang yang tidak bertanggung jawab, bisa disalahgunakan," ujar Kapolri Tito
Karnavian.
Dalam surat resmi menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Republik Indonesia nomer:
B/2555/M.PANRB/07/2016 disebutkan ; “Sebagai bentuk kewaspadaan nasional dan mengantisipasi timbulnya
potensi kerawanan di bidang keamanan dan kerahasiaan instalasi pemerintah, serta menjaga produktifitas dan
disiplin aparatur sipil negara, bersama ini kami sampaikan kepada para pimpinan di satuan kerja masing-masing
untuk melarang aparatur sipil negara bermain game virtual berbasis global positioning system (GPS) di lingkungan
instansi pemerintah”.
Pertimbangan:
1. Dampak Positif:
 Bisa menghilangkan kepenatan
 Bisa memotivasi untuk berolahraga
 Bisa memicu untuk mengeksplorasi alam raya
 Mempererat dan menambah hubungan persaudaraan
2. Dampak Negatif :
 Mengganggu lalu lintas
 Mengancam keamanan negara
 Mengancam harga diri, nyawa dan harta
Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum memainkan pokemon go baik di tempat instansi pemerintahan atau yang lainnya ?
Jawaban:
Tidak diperbolehkan (haram) dengan pertimbangan:
 Tidak ada manfaat bagi agama dan bangsa.
‫‪‬‬ ‫‪Sangat berpotensi menurunkan Sumber Daya Manusia (SDM) di segala bidang, meliputi intelektual, sosio‬‬
‫‪kultural, politik, tekhnologi dan etos kerja.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Sangat berpotensi menambah angka penggangguran, kemalasan dan kemiskinan, di mana Indonesia‬‬
‫‪menjadi salah satu negara dengan jumlah orang miskin terbesar di dunia, Sehingga bila masyarakat dijejali‬‬
‫‪game pokemon go, Indonesia akan semakin terpuruk.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Sangat berpotensi menimbulkan kecanduan pada permainan tersebut, sehingga berdampak negatif.‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Berpotensi mengancam keamanan negara.‬‬

‫‪Dari beberapa pertimbangan di atas, pemerintah hendaknya melarang game pokemon go dan menutup link download‬‬
‫‪serta jalur aksesnya di Indonesia.‬‬
‫‪Referensi :‬‬
‫إحياء علوم الدين ومعه تخريج الحافظ العراقي ‪( -‬ج ‪ / 3‬ص ‪)363‬‬
‫العارض اخلامس‪ :‬أن يكون الشخص من عوام اخللق ولم يغلب عليه حب اهلل تعاىل فيكون السماع هل حمبوبا ولو غلبت عليه شهوة فيكون يف حقه حمظورا‪.‬‬
‫ولكنه أبيح يف حقه كسائر أنواع الذلات املباحة إال أنه إذا اختذه ديدنه وهجرياه وقرص عليه أكرث أوقاته فهذا هو السفيه اذلي ترد شهادته فإن املواظبة ىلع اللهو‬
‫جناية‪ .‬وكأن الصغرية باإلرصار واملداومة تصري كبرية فكذلك بعض املباحات باملدوامة تصري صغرية وهو اكملواظبة ىلع متابعة الزنوج واحلبشة وانلظر إىل لعبهم ىلع‬
‫ادلوام فإنه ممنوع وإن لم يكن أصله ممنوع إذ فعله رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم‪ .‬ومن هذا القبيل اللعب بالشطرنج فإنه مباح ولكن املواظبة عليه مكروهة‬
‫كراهة شديدة‪ .‬ومهما اكن الغرض اللعب واتلذلذ باللهو فذلك إنما يباح ملا فيه من ترويح القلب إذ راحة القلب معاجلة هل يف بعض األوقات تلنبعث دواعيه‬
‫فيشتغل يف سائر األوقات باجلد يف ادلنيا اكلكسب واتلجارة أو يف ادلين اكلصالة والقراءة ‪....‬إىل أن قال‪ ......‬وحيث قال‪ :‬إنه هلو مكروه يشبه ابلاطل فقوهل هلو صحيح‪.‬‬
‫ولكن اللهو من حيث إنه هلو ليس حبرام فلعب احلبشة ورقصهم هلو وقد اكن صىل اهلل عليه وسلم ينظر إيله وال يكرهه‪ .‬بل اللهو واللغو ال يؤاخذ اهلل تعاىل به‬
‫إن عىن به أنه فعل ما ال فائدة فيه‪ .‬فإن اإلنسان لو وظف ىلع نفسه أن يضع يده ىلع رأسه يف ايلوم مائة مرة فهذا عبث ال فائدة هل وال حيم‪ .‬قال اهلل تعاىل‪ " :‬ال‬
‫يؤاخذكم اهلل باللغو يف أيمانكم " فإذا اكن ذكر اسم اهلل تعاىل ىلع اليشء ىلع طريق القسم من غري عقد عليه وال تصميم واملخالفة فيه مع أنه ال فائدة فيه ال‬
‫يؤاخذ فيكيف يؤاخذ به بالشعر والرقص؟ وأما قوهل يشبه ابلاطل فهذا ال يدل ىلع اعتقاد حتريمه بل لو قال‪ :‬هو باطل رصحيا‪ .‬ملا دل ىلع اتلحريم وإنما يدل ىلع خلوه‬
‫عن الفائدة فابلاطل ما ال فائدة فيه‪.‬‬
‫ترشيح املستفيدين صـ‪ 914 :‬احلرمني‬
‫(قوهل من األحادث واألثار) قال يف اتلحفة لكن قال احلفاظ لم يثبت منها حذيث من طريق صحيح وال حسن وقد لعبه مجاعة من أكابر الصحابة ومن ال حيىص‬
‫من اتلابعني ومن بعدهم وممن اكن يلعبه غبا سعيد بن جبري ريض اهلل عنه ونزع ابللقين يف كراهته بأن قول الشافيع ال أحبه ال يقتضيها وقيدها الغزايل بما لم‬
‫يواظب عليه وإال حرم واملعتمد أنه ال فرق انتىه‪.‬‬
‫حاشية الجمل ‪)362 / 33( -‬‬
‫والصغرية ( لكعب برند ) خلرب أيب داود { من لعب بالرند فقد عىص اهلل ورسوهل } ‪ (.‬و ) لعب ( بشطرنج ) بكرس أوهل وفتحه معجما ومهمال ( إن رشط ) فيه (‬
‫مال ) من اجلانبني أو من أحدهما ؛ ألنه يف األول قمار ويف اثلاين مسابقة ىلع غري آلة القتال ففاعلها متعاط لعقد فاسد ولك منهما حرام ‪ ،‬وإن أوهم الكم األصل‬
‫أنه مكروه يف اثلاين ( وإال ) بأن لم يشرتط فيه مال ( كره ) ؛ ألن فيه رصف العمر إىل ما ال جيدي نعم إن لعبه مع معتقد اتلحريم حرم ( كغناء ) بكرس الغني واملد‬
‫( بال آلة واستماعه ) فإنهما مكروهان ملا فيهما من اللهو أما مع اآللة فمحرمان وتعبريي باالستماع هنا وفيما يأيت أوىل من تعبريه ‪.‬بالسماع ( قوهل لكعب برند )‬
‫الرند هو املسىم بالطاولة اليت يلعب بها يف القهاوي ا ه شيخنا ومثله ع ش ىلع م ر ويف ق ل ىلع املحيل ‪ ،‬وهو املعروف اآلن بالطولة أو الطاولة بفتح أوهل املهمل‬
‫فيهما ا ه وفارق الرند الشطرنج حيث يكره إن خال عن املال بأن معتمده احلساب ادلقيق والفكر الصحيح ففيه تصحيح الفكر ونوع من اتلدبري ومعتمد الرند‬
‫احلزر واتلخمني املؤدي إىل اغية من السفاهة واحلمق قال الرافيع ما حاصله ويقاس بهما ما يف معناهما من أنواع اللهو ولك ما اعتمد الفكر واحلساب اكملنقلة‬
‫والسيجة ويه حفر أو خطوط ينقل منها وإيلها حىص باحلساب ال حيرم وحملها يف املنقلة إن لم يكن حسابها تبعا ملا خيرجه الطاب اآليت وإال حرمت ولك ما‬
‫معتمده اتلخمني حيرم ومن القسم اثلاين كما أفاده السبيك والزركيش وغريهما الطاب ‪ ،‬وهو عيص صغار ترىم وينظر للونها ويرتب عليه مقتضاه اذلي اصطلحوا‬
‫عليه ومن ذلك أيضا الكنجفة ‪ ،‬ويه أوراق مزوقة بأنواع من انلقوش وجيوز اللعب باحلمام واخلاتم حيث خليا عن عوض لكن مىت كرث األول ردت به الشهادة‬
‫ملا عرف من أهله من خلعهم جلباب احلياء واملروءة واتلعصب ويقاس بأهل احلمام يف رد الشهادة ما كرث واشتهر من أنواع حدثت اكجلري ومحل األمحال اثلقيلة‬
‫وانلطاح بنحو الكباش وغري ذلك من أنواع اللهو والسفه ا ه رشح م ر وقوهل ومن القسم اثلاين إلخ ظاهره ‪ ،‬ولو بال مال فيحرم ويؤيده اتلقييد يف احلمام وما بعده‬
‫باخللو عن العوض ا ه ع ش عليه –اىل ان قالوعبارة رشح م ر ويكره اللعب بشطرنج ؛ ألنه يليه عن اذلكر والصالة يف أوقاتها الفاضلة بل كثريا ما يستغرق فيه‬
‫العبه حىت خيرجها عن وقتها وهو حينئذ فاسق غري معذور بنسيانه كما ذكره األصحاب واحلاصل أن الغفلة نشأت من تعاطيه الفعل اذلي من شأنه أن يليه عن‬
‫ذلك فاكن اكملتعمد تلفويته وجيري ذلك يف لك هلو ولعب مكروه مشغل للنفس ومؤثر فيها تأثريا يستويل عليها حىت تشتغل به من مصاحلها األخروية انتهت‬
‫الفقه المنهجي ‪( -‬ج ‪ / 8‬ص ‪)411‬‬
‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ّ‬ ‫ْ َ‬
‫اجلائ ِزة واملحرمة أصناف اللهو اجلائزة واملحرمةمعين اللهو ‪:‬اللهو ‪ :‬هو لك ما يشغل اإلنسان عن املزعجات ‪ ،‬واألفاكر ‪ ،‬واملؤرقات املختلفة‬ ‫ابلاب الرابع أصناف اللهو‬
‫‪ ،‬دون أن تكون هل حقيقة ثابتة ‪ ،‬اكللعب ‪ ،‬وأحاديث الفاكهة واألسمار ‪ ،‬والغناء وحنو ذلك ‪.‬أصناف اللهو ‪:‬ثم أن اللهو ‪ ،‬إما أن ينقيض دون أن يرتك وراءه أثرا من‬
‫نفع أو رضر ‪ ،‬إال أنه يشغل الفكر عن اجلد يف األمور ‪ ،‬واملهمات من الشؤون ‪ ،‬وإما أن يرتك ـ عالوة ىلع ذلك ـ أثرا ضارا يف انلفس ‪ :‬كأن يتعود ىلع ادلعة‬
‫واالنرصاف عن القيام بواجبات احلياة ‪ ،‬وعزائم األمور ‪ ،‬وإما أن يرتك أثرا مفيدا فيها ‪ :‬كأن يعودها ىلع بعض أعمال اخلري ‪ ،‬ويسهل عليها اقتحام بعض الشدائد‬
‫‪.‬فاللهو إذا يتفرع حسب ما ذكرنا إيل ثالثة أصناف ‪.‬حكم لك صنف من هذه األصناف ‪:‬ـ أما الصنف األول ‪ :‬وهو ما ال يرتك أثرا يف احلياة نافعا أو ضارا ‪ ،‬فهو‬
‫مكروه ‪ :‬اكالسرتسال يف املجالس اليت يشيع فيها املزاح والفاكهات اليت ال فائدة منها ‪ ،‬حبيث ينقيض الوقت فيها دون فائدة ‪.‬ـ وأما الصنف اثلاين ‪ :‬وهو ما يعقب أثارا‬
‫ضارة يف انلفس واملجتمع ‪ ،‬فهو حمرم ‪ ،‬وال جيوز تعاطيه مقاهل ‪ :‬الصنف األول ذاته ‪ ،‬إذا زاد اسرتسال اإلنسان فيه ‪ ،‬حبيث أصبح يفوت عليه واجباته ‪ ،‬من عبادات‬
‫مفروضة ‪ ،‬أو سيع من أجل املعيشة ‪ ،‬أو يوجد يف طبيعة سيئة ‪ :‬اكلكذب ‪ ،‬واتلهاون يف عالقاته األخالقية مع انلاس ‪.‬ومثاهل أيضا ‪ :‬جمالس الغناء املقرونة باملعازف‬
‫واآلالت املحرمة ‪ ،‬أو املقرونة بنساء ‪ ،‬أو غلمان ‪ -.‬وأما الصنف اثلالث ‪ :‬وهو ما أعقب فائدة للنفس واملجتمع ‪ ،‬فهو مباح وقد يسمو إيل درجة االستحباب ‪ ،‬حسب‬
‫مدي أهمية الفائدة انلامجة عنه ‪.‬مثاهل ‪ :‬ما ذكرناه من السباق والريم ‪ ،‬واأللعاب املفيدة للحرب ولغريها مما يعتد به يف مزيان احلكم اإلنساين ‪.‬تطبيق هذه األحاكم‬
‫ىلع مزيد من األمثلة ‪:‬أوال ‪ :‬األلعاب اهلادئة الشائعة بني انلاس ‪ ،‬اكلشطرنج ‪ ،‬والرند ‪ ،‬وما يسىم بالشدة ‪ ،‬أي الورق ‪ ،‬وحنوها وهذه األلعاب تقوم أحاكمها ىلع أساس‬
‫القاعدة اتلايلة ‪:‬لك ما اكن من هذه األلعاب قائما ىلع اتلفكري واتلدبري وانلظر يف العواقب ‪ ،‬فهو جائز ‪ ،‬ثم هو يدور بني اإلباحة والكراهة حسب مدى انرصاف‬
‫الالعب إيلها ‪ ،‬وانشغاهل بها ‪ .‬من هذه األلعاب الشطرنج ‪ ،‬فهو قائم ىلع تشغيل اذلهن ‪ ،‬وحتريك العقل والفكر ‪ .‬وال ريب أنه ال خيلو عن فائدة لذلهن والعقل ‪ ،‬فإن‬
‫عكف عليه زيادة عما تقتضيه هذه الفائدة ‪ ،‬فهو مكروه ‪ ،‬فإن زاد عكوفه حىت فوت بسببه بعض الواجبات عد حمرما ‪.‬ولك ما اكن قائما ىلع املصادفة ‪ ،‬وإغماض‬
‫الفكر والعقل ‪ ،‬اكلرند ‪ ،‬والورق ‪ ،‬وحنوهما فهو حمرم ‪ ،‬وذلك ألن مثل هذه األلعاب يعود انلفس ىلع الركون إيل معين املصادفة يف تقلبات األحوال واألمور ‪ ،‬وجيعل‬
‫العقل يتخيل املصادفة يه العامل األول يف الكون وحركته ‪ ،‬فهو من اللهو اذلي يرتك أثرا ضارا يف انلفس ‪.‬ثانيا ‪ :‬اللهو باحليوانات ‪ :‬كتحريش ادليكة ىلع بعضها ‪،‬‬
‫ودفع املوايش إيل اتلناطح واكذلي يسيم ايلوم بمصارعة اثلريان‪ ،‬فهو حمرم ‪ ،‬قوال واحدا ‪ ،‬ملا يرتك من اآلثار الضارة ىلع حياة ابلهائم أو اإلنسان ‪.‬ثاثلا ‪ :‬املصارعة ‪ ،‬ويه‬
‫َ‬
‫ضارا يف اجلسم ‪ ،‬واكن من شأنه أن يعود اإلنسان ىلع القوة ‪ ،‬وفنون القتال ‪ ،‬وادلفاع عن انلفس ‪ ،‬فهو مباح ‪ ،‬وربما‬ ‫ً‬ ‫كما تعلم أصناف كثرية ‪:‬فلك ما لم يعقب أثرا‬
‫مستحبا ود صارع رسول اهلل ‪ -‬صىل اهلل عليه وسلم ‪ -‬راكنة وغلبه ‪.‬ولك ما اكن من شأنه أن يعقب أثرا ضارا يف اجلسم ‪ ،‬كجرح أو تهشيم عظم أو تشويه طرف ‪،‬‬
‫فهو حمرم ‪ :‬اكملصارعة احلرة ‪ ،‬واملالئكة ‪ ،‬وحنوهما ‪ ،‬إال أن تكون املصارعة ىلع حنو وبوسائل تضمن عدم اإلرضار بأحد الطرفني ‪ ،‬فيصبح حكمها حكم انلوع‬
‫اذلي قبلها ‪ :‬مباحا أو مستحبا ‪ ،‬حسب ما بينا ‪.‬ال جيوز يشء من اللهو ىلع مال مرشوط ‪:‬‬
‫أصول الفقه لـمحمد أبو زهرة صحـ ‪ 092-092‬دار الفكر العربي‬
‫واألعمال بانسبة ملآهلا أربعة أقسم ‪:‬القسم األول ‪ :‬ما يكون أداؤه إىل أفساد قطعيا ‪ ,‬كحفر ابلرئ خلف باب ادلار يف طريق مظلم حبيث يقع فيه ادلاخل بال‬
‫شك‪ ,‬وإن هذا القسم ينظر فيه إن اكن الفعل غري مأذون به ‪,‬كمن حفر برئا يف الطريق العام ‪ ,‬فإن ذلك يكون ممنوع بإمجاع فقهاء املسلمني ‪ ,‬وأن اكن‬
‫أصل الفعل مأذونا فيه كمن حيفر بالوغة يف بيته يرتتب عليها هدم جدار جاره وهذا هل نظران ‪ :‬أحدهما ‪ :‬أصل اإلذن وقد لوخظ فيه نفع ذايت للمأذون‬
‫‪.‬وثانيهما‪ :‬الرضار املذكور اذل ي يلحق انلاس معه ‪ ,‬وهنا يرجح جانب الرضار ىلع جانب انلفع ‪ ,‬ألن دفع املضار مقدم ىلع جلب املنافع ‪,‬ولو أن الفاعل أقدم‬
‫ىلع ذ الك ‪ ,‬فوقعت منه األرضار يكون ضامنا ملا يرتتب عليه من رضر‪ ,‬وهذا ما قاهل بعض الفقهاء ‪ ,‬وبعضهم نظر إىل أصل اإلذن والضمان ‪ .‬القسم اثلاين ‪:‬‬
‫ما يكون أداؤه إىل املفسدة نادرا ‪ ,‬كبيع األغذية اليت الترض اغبلا ‪ ,‬وكزرعة العنب ‪ ,‬ولو اختذ العنب بعد ذلك للخمر ألن ما يرتتب ىلع الفعل من منافع‬
‫أكرث مما يرتتب عليه من مضار ‪ ,‬إذ أن املضار نادرة بالنسبة للمنافع ‪ ,‬وهذا انلوع من األفعال حالل ال شك فيه ‪ ,‬فهو باق ىلع أصل اإلذن العام ‪ ,‬ويقول‬
‫الشاطيب يف ذلك ‪ :‬اليعد قصد القاصد إىل جلب املصلحة أو دفع املفسدة مع معرفته بندرة املرضة عن ذلك – تقصريا يف انلظر ‪ ,‬وال قصدا إىل وقوع الرضر‪,‬‬
‫فالعمل إذن باق ىلع أصل املرشوعة ‪ ,‬وادليلل ىلع ذلك أن ضوابط املرشوعت هكذ ا وجدناه ‪ ,‬اكلقضاء بالشهادة يف ادلماء واألموال والفروج مع إماكن‬
‫الكذب والوهم والغلط ‪ ,‬ولكن ذلك لكه نادر ‪ ,‬فلم يتعترب واعتربت املصلحة ‪ .‬القسم اثلالث ‪ :‬وهو ما يكون ترتب املفسدة ىلع الفعل من باب غلبة الظن‬
‫‪ ,‬ال من باب العلم القطيع ‪ ,‬وال يعد نادرا ‪ ,‬ويف هذا احلال يلحق الغالب بالعلم القطيع ‪ ,‬ألن سد اذلرائع يوجب اإلحتياط للفساد ما أمكن اإلحتياط ‪,‬‬
‫وال شك أن اإلحتياط يوجب األخذ بغلبة الظن وألن الظن يف األحاكم العلمية جيرى جمرى العلم ‪ .‬ومثال ذلك بيع السالح وقت الفنت ‪ ,‬وبيع العنب‬
‫للخمار ‪ ,‬فإن ابليع يف هذا احلال حرام ‪.‬‬
‫إحياء علوم ادلين ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)161‬‬
‫وحتصيل مظنة املعصية معصية ونعين باملظنة ما يتعرض اإلنسان لوقوع املعصية اغبلا حبيث ال يقدر ىلع اإلنكفاف عنها‪ ،‬فإذا هو ىلع اتلحقيق حسبة ىلع معصية‬
‫راهنة ال ىلع معصية منتظرة‪.‬‬
‫إعنة الطابلني ‪( -‬ج ‪ / 3‬ص ‪)313‬‬
‫قال ابن الصالح‪ :‬وليس املعىن خبوف الفتنة غلبة الظن بوقوعها‪ ،‬بل يكيف أن ال يكون ذلك نادرا‪.‬‬
‫املزيان الكربى اجلزء األول ص ‪- 321:‬‬
‫ويوضح لك ذلك أن تعلم ياأيخ أن الرشيعة جاءت من حيث األمر وانليه ىلع مرتبيت ختفيف وتشديد ال إىل مرتبة واحدة كما سيأىت إيضاحه يف املزيان فإن مجيع‬
‫امللكفني ال خيرجون عن قسمني قوي وضعيف من حيث إيمانه أو جسمه يف لك عرص وزمان فمن قوي منهم خوطب بالتشديد واألخذ بالعزائم ومن ضعف خطب‬
‫باتلخفيف واألخذ بالرخص ولك منهما حينئذ ىلع رشيعة من ربه وتبيان فال يؤمر القوي بالزنول إىل الرخصة وال يكلف الضعيف بالصعود للعزيمة وقد رفع‬
‫اخلالف يف مجيع أدلة الرشيعة وأقوال علمائها عند لك من عمل بهذه املزيان وقول بعضهم إن اخلالف احلقيي بني طائفتني مثال ال يرتفع احلمل حممول علىمن لم‬
‫يعرف قواعد هذا الكتاب ألن اخلالف اذلي ال يرتفع من بني أقوال أئمة الرشيعة مستحيل عند صاحب هذه املزيان فامتحن ياأيخ ما قلته لك يف لك حديث‬
‫ومقابله أو لك قول ومقابله جتد لك واحد منهما ال بد أن يكون خمففا واآلخر مشددا وللك منهما رجال يف حال مبارشتهم األعمال ومن املحال أن ال يوجد نلا‬
‫قوالن معا يف حكم واحد خمففان أو مشددان وقد يكون يف املسئلة الواحدة ثالثة أقوال أو أكرث أو قول مفصل فاحلاذق يرد لك قول إىل ما يناسبه ويقاربه يف‬
‫اإلماكن وقد قال اإلمامالشافيع وغريه إن إعمال احلديثني أو القولني أوىل من إلغاء أحدهما وأن ذلك من كمال مقام اإليمان‪.‬‬
‫اتلخفيف والتشديد حسب ِ‬
‫ُ‬
‫يف اإلسالم وأوضاعنا القانونية لألستاذ عبد القادر عودة ص ‪( 63‬ط‪/‬دار الكتاب العريب)‬
‫اإلسالم يوجب اإلعداد واإلستعداد ‪ :‬واإلسالم يوجب ىلع املسلمني أن يكونوا دائما ىلع حذر من مهامجة العدو هلم وىلع استعداد دائم للقائه وأن يعدوا هل من‬
‫اجلنود والعتاد ما يرهبه ويلىق يف قلبه الرعب ويمنعه من اتلفكري يف اإلعتداء ىلع املسلمني‪ .‬ويلكون املسلمون أهال لفريضة اجلهاد وإلعزاز ادلين فرض عليهم‬
‫اإلسالم أن يتعلموا لك ما يؤدي إىل اتلفوق يف القوة واملهارة مما ينفع اجلماعة وقت السلم أو وقت احلرب اكملسابقة ىلع األقدام وسباق اخليل وسباق السفن‬
‫والسيارات والطائرات وما أشبه واكللعب بالشيش واملزاريق والسيوف والعىص واكلرماية بالنبال واملنجنيق واألسلحة انلارية واكملصارعة واملالكمة ورفع األثقال‬
‫والسباحة وغريها‪.‬‬
‫بغية املسرتشدين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)184‬‬
‫(مسألة ‪ :‬ك) ‪ :‬جيب امتثال أمر اإلمام يف لك ما هل فيه والية كدفع زاكة املال الظاهر ‪ ،‬فإن لم تكن هل فيه والية وهو من احلقوق الواجبة أو املندوبة جاز ادلفع إيله‬
‫واالستقالل برصفه يف مصارفه ‪ ،‬وإن اكن املأمور به مباحا أو مكروها أو حراما لم جيب امتثال أمره فيه كما قاهل (م ر) وتردد فيه يف اتلحفة ‪ ،‬ثم مال إىل الوجوب يف‬
‫لك ما أمر به اإلمام ولو حمرما لكن ظاهرا فقط ‪ ،‬وما عداه إن اكن فيه مصلحة عمة وجب ظاهرا وباطنا وإال فظاهرا فقط أيضا ‪ ،‬والعربة يف املندوب واملباح‬
‫بعقيدة املأمور ‪ ،‬ومعىن قوهلم ظاهرا أنه ال يأثم بعدم االمتثال ‪ ،‬ومعىن باطنا أنه يأثم اه‪ .‬قلت ‪ :‬وقال ش ق ‪ :‬واحلاصل أنه جتب طاعة اإلمام فيما أمر به ظاهرا‬
‫وباطنا مما ليس حبرام أو مكروه ‪ ،‬فالواجب يتأكد ‪ ،‬واملندوب جيب ‪ ،‬وكذا املباح إن اكن فيه مصلحة كرتك رشب اتلنباك إذا قلنا بكراهته ألن فيه خسة بذوي‬
‫اهليئات ‪ ،‬وقد وقع أن السلطان أمر نائبه بأن ينادي بعدم رشب انلاس هل يف األسواق والقهاوي ‪ ،‬فخالفوه ورشبوا فهم العصاة ‪ ،‬وحيرم رشبه اآلن امتثاال ألمره ‪ ،‬ولو‬
‫أمر اإلمام بيشء ثم رجع ولو قبل اتللبس به لم يسقط الوجوب اه‪.‬‬
‫الفقه اإلسالمي وأدلته ‪( -‬ج ‪ / 8‬ص ‪)104‬‬
‫الوظيفة األوىل ـ وظيفتها يف ادلاخل ‪:‬أوال ـ وظيفة تقوم ىلع اعتبار رضورات املجتمع‪ -1 .‬املحافظة ىلع األمن وانلظام‪ - 2.‬تنظيم القضاء وإقامة العدل‪.‬‬
‫‪ - 3‬إدارة املرافق العامة‪ - 9.‬اإلعداد حلماية ادلولة وادلعوة تلدريب الشعب وتصنيع األسلحة‪.‬ثانيا ـ وظيفة تقوم ىلع اعتبار خصائص ادلولة اإلسالمية وأهدافها‪1:‬‬
‫‪ -‬تقوية وحدة األمة وتعاونها وأخوة أبنائها‪ - 2.‬حتقيق املصالح األساسية اليت تدور عليها الرشيعة (ويه حفظ ادلين وانلفس والعقل والنسل واملال)‪ - 3.‬عمارة‬
‫األرض‪ - 9.‬صيانة اآلداب اإلسالمية‪ - 3.‬إقامة العدالة االجتماعية‪ - 6.‬حتقيق احلياة الطيبة لألفراد بانلظر اإلساليم‪ - 7.‬حتقيق املجتمع ّ‬
‫اخلري‪ -8.‬العمل باستمرار‬
‫ىلع حتقيق األفضل واألصلح واألمثل يف مجيع نوايح احلياة اإلنسانية‪ - 4.‬إعداد ادلعة لنرش ادلعوة يف ادلاخل واخلارج‪.‬الوظيفة اثلانية ـ وظيفتها يف اخلارج ‪:‬أوال ـ‬
‫وظيفة تقوم ىلع اعتبار رضورات احلياة ادلويلة‪ - 1:‬ادلفاع عن أرايض اإلسالم وحترير شعوبه‪ ،‬ومحاية أقلياته‪ - 2.‬دعم اتلعاون بني أقايلم ادلولة اإلسالمية‪ ،‬وحتقيق‬
‫ّ‬
‫أقىص روابط الوحدة واتلنسيق بينها يف املجاالت السياسية والعسكرية واالقتصادية واثلقافية‪ ،‬وحل خالفاتها بصورة منظمة‪ - 3.‬دعم السالم العاليم‪ - 9.‬دعم‬
‫مبادئ كرامة اإلنسان والعدالة واحلرية واملساواة يف العالم أمجع‪.‬ثانيا ـ وظيفة تقوم ىلع اعتبار خصائص ادلولة اإلسالمية وأهدافها‪ - 1:‬اتلعاون مع املخلصني من‬
‫غري املسلمني؛ سواء أكانوا من أهل الكتاب أم من غري أهل الكتاب‪ - 2.‬ادلعوة إىل اإلسالم‪ - 3.‬دفع شبهات الكنيسة واملسترشقني واملالحدة عموما‪ ،‬والشيوعيني‬
‫خاصة‪.‬‬
HASIL KEPUTUSAN
BAHTSUL MASA’IL KUBRO
LAJNAH BAHTSUL MASA’IL PP. LIRBOYO KOTA KEDIRI
Rabu ‐ Kamis, 22‐23 Maret 2017 M/ 23‐24 Jumadil Akhiroh 1437 H
 

 Jalsah Ula  
MUSHOHIH  PERUMUS  MODERATOR 
1. KH. A. Yasin Asymuni  1. Bpk. HM. Munawar Zuhri 
2. KH. M. Masruhan  2. Bpk. Rofiq Ajhuri  Bpk.  M. Mubasyarum Bih 
3. KH. Munir Akromin  3. Bpk. Makrifatus Solihin 
NOTULEN 
4. KH. Syafrijalla Subadar  4. Bpk. H. Adibuddin 
5. KH. Syamsul Muin   5. Bpk. M. Masruhan 
6. KH. Muhibbul Aman Ali  6. Bpk. A. Rohmatullah  1. Bpk. M. Ihsanudin Ishaq 
7. K. M. Ridhwan Qoyyum   7. Bpk. A. Zaimul Abror  2. Bpk. Agus Ali Arinal Haq 
8. K. Zahro Wardi  8. Bpk. M. Ahid Yasin  3. Bpk. M. Ibnu Mundzir 
  9. Bpk. Mustain    
10. Bpk. M. Zainul Millah 
 

1. Men-share Berita Hoax Yang Belum Ditabayyun| Sa'il: Mutakhorrijin 2010


Deskripsi Masalah:
Penyebaran berita palsu atau yang akrab kita kenal dengan sebutan Hoax, kian tak terkendali. Berita 
hoax ramai bertebaran di media sosial. Di Indonesia terutama, penyebaran disebabkan situasi politik yang 
terus  memanas.  Berita  Hoax  memang  sangat  meresahkan,  persoalannya    banyak  orang  percaya  pada 
berita  palsu  karena  lebih  mudah  dicerna  dan  masuk  ke  dalam  memori  otak  dibanding  harus  bersikap 
kritis, menganalisis, dan tabayyun pada setiap informasi yang didapatkan. 
Allah SWT berfirman: 
[6:‫ﻖ ِﺑﻨَﺒَ ٍﺈ ﻓَﺘَﺒَﻴﱠﻨُﻮﺍ{ ]ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ‬ ِ ‫}ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ِﺇ ْﻥ َﺟﺎ َء ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎ‬ 
ٌ ‫ﺳ‬
Hai orang‐orang yang beriman apabila datang kepadamu orang fasiq dengan membawa suatu informasi 
maka periksalah dengan teliti (Qs. Al‐Hujurat:6) 
Parahnya  lagi,  standar  mengenai  apakah  sebuah  berita  atau  gambar  (meme)  adalah  Hoax  atau 
bukan  tidak  bergantung  pada  materinya  sendiri,  melainkan    keyakinan  pada  materi  itu.  Jika  melibatkan 
orang  yang  kita  cintai  dan  orang  yang  kita  hormati,  maka  standar  Hoax  dinaikkan  secara  maksimal. 
Namun kalau menyasar pada orang yang dibenci, maka standar itu diturunkan bahkan dihilangkan. 
Ada  lagi  yang  berupa    surat  edaran,  posting,  status  atau  sms  bertujuan  mengingatkan  sebuah 
ancaman.  Seperti  ancaman  Komunis,  Antek  asing,  Zionis,  Dll.  Yang  bisa    berdampak  ketakutan  bagi 
masyarakat. 
Padahal Rasulullah SAW telah bersabda : 
‫ﻻ ﺗﺮﻭﻋﻮﺍ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻓﺈﻥ ﺭﻭﻋﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻅﻠﻢ ﻋﻈﻴﻢ‬ 
Artinya; "(janganlah kamu sekalian menakut‐nakuti orang islam, karena sesungguhnya membuat ketakutan 
orang islam adalah perbuatan kedzaliman yang besar) " 
Berkaca  dari  hal  tersebut,  para  pembuat  aplikasi  yang  tergabung  dalam  masyarakat  anti  fitnah 
Indonesia mengembangkan aplikasi bernama Turn Back Hoax. Pembuatan aplikasi ini merupakan imbauan 
Polri  yang  meminta  masyarakat  untuk  tidak  mudah  menyebarkan  informasi  yang  belum  terbukti 
kevalidannya alias Hoax. 
Aplikasi berbasis Crowdsource ini akan mengumpulkan berbagai informasi fitnah dan Hoax, baik itu 
hanya sebatas laman situs, pesan berantai, maupun gambar jadi satu dan digunakan sebagai Basis Data 
berita  fitnah  dan  Hoax.  Nantinya  basis  data  tersebut  bisa  digunakan  untuk  melakukan  analisis.  Seperti 
menganalisis  pola  berita  fitnah  dan  Hoax  perorangan  atau  kelompok  yang  diserang,  media  yang 

1 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP Lirboyo, Rabu- Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H
‫‪digunakan  dan  lainnya.  Karena  berbasis  crowdsource,  Turn  Back  Hoax  sangat  mengandalkan  peran  aktif ‬‬
‫‪masyarakat untuk melaporkan setiap fitnah dan Hoax yang tersebar luas melalui aplikasi tersebut. ‬‬
‫‪Meski demikian hal ini tetaplah sulit, karena memerangi Hoax bukan sekedar memerangi kepalsuan ‬‬
‫‪dengan kebenaran, fitnah dengan  fakta. Namun lebih cenderung perang terhadap keyakinan buta yang ‬‬
‫‪menyebabkan orang tidak mampu  lagi membedakan mana fakta dan mana fiksi. Keyakinan itu umumnya ‬‬
‫‪berakar pada primordial, seperti agama atau asal usul rasial. Sedemikian rupa keyakinan itu merusak nalar ‬‬
‫‪seperti api memakan kayu bakar. ‬‬
‫‪Pertanyaan:‬‬
‫‪a. Bagaimana  hukum  menshare  berita  Hoax  tanpa  menganalisis  kebenaran  dan  tabayyun  terlebih  ‬‬
‫‪dahulu? ‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Hukumnya haram kecuali terpenuhi beberapa syarat: ‬‬
‫‪ Punya dugaan berita yang dishare adalah benar misalkan didapatkan dari sumber terpercaya.  ‬‬
‫‪ Tidak mengandung konten yang diharamkan seperti ghibah, namimah, ifsaussirri dan lain‐lain. ‬‬
‫‪ Tidak berdampak keharaman seperti menimbulkan keresahan masyarakat. ‬‬
‫‪Catatan:  ‬‬
‫‪Jika  terdapat  keraguan  atas  kebenaran  berita  yang  dishare  maka  boleh  membagikan  berita  dengan  ‬‬
‫‪menyertakan sumber asal berita tersebut sepanjang tidak terdapat konten yang diharamkan serta tidak ‬‬
‫‪berdampak keharaman sebagaimana perincian di atas. ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Referensi ‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Faidhul Qodir 4/551 ‬‬ ‫‪6. Al‐Wasith Syaikh Thonthowi 1/1015 ‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Adzkar an‐Nawawi 4/162‐163 ‬‬ ‫‪7. Tafsir Munir Zuhaili 26/224 ‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Ihya Ulmuddin 3/137 ‬‬ ‫‪8. At‐Tahdzir 100 ‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Bariqoh Mahmudiyyah 4/392 ‬‬ ‫‪9. Al‐Mustashfa 1/227 ‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪ Al‐Hadiqoh an‐Nadiyyah 2/95 ‬‬
‫‪ .1‬ﻓﻴﺾ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ )‪  (551 /4‬‬
‫‪ ) - 6236‬ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﺇﺛﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻊ ( ﻳﻌﻨﻲ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻠﺮﺟﻞ ﺇﺛﻤﺎ ﺇﻻ ﺗﺤﺪﺛﻪ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺑﻴﻨﺔ ﺃﻧﻪ ﺻﺪﻕ ﺃﻡ ﻛﺬﺏ ﻳﻜﻔﻴﻪ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻹﺛﻢ ﻷﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﺗﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﻟﻢ ﻳﺨﻠﺺ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﺫ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻊ ﻟﻴﺲ ﺑﺼﺪﻕ ﺑﻞ ﺑﻌﻀﻪ ﻛﺬﺏ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﺒﺤﺚ ﻭﻻ ﻳﺘﺤﺪﺙ ﺇﻻ ﺑﻤﺎ‬
‫ﻅﻦ ﺻﺪﻗﻪ ﻓﺈﻥ ﻅﻦ ﻛﺬﺑﻪ ﺣﺮﻡ ﻭﺇﻥ ﺷﻚ ﻭﻗﺪ ﺃﺳﻨﺪﻩ ﻟﻘﺎﺋﻠﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺣﺎﻟﻪ ﺑﺮﺉ ﻣﻦ ﻋﻬﺪﺗﻪ ﻭﺇﻻ ﺍﻣﺘﻨﻊ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﻣﺤﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﺤﻮﻕ‬
‫ﺿﺮﺭ ﻭﺇﻻ ﺣﺮﻡ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺻﺪﻗﺎ ﺑﻞ ﺇﻥ ﺗﻌﻴﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻁﺮﻳﻘﺎ ﻟﺪﻓﻊ ﺫﻟﻚ ﻭﺟﺐ ) ﺩ ﻙ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ( ‪ ‬‬
‫‪ .2‬ﺍﻷﺫﻛﺎﺭ ﺍﻟﻨﻮﻭﻳﺔ ﻣﻊ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻔﺘﻮﺣﺎﺕ ﺍﻟﺮﺑﺎﻧﻴﺔ ﺟـ ‪ 4‬ﺻـ ‪163-162‬‬
‫ﻒ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻚ ﺑﻪ ِﻋ ْﻠ ٌﻢ‬
‫ﻭﻻ ﺗ َ ْﻘ ُ‬
‫)ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺤﺚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺤﻜﻴﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺤﺪﻳﺚ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻈﻦ ﺻﺤﺘﻪ( ﻗﺎﻝ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪َ ) :‬‬
‫ﺼ َﺮ ﻭﺍﻟﻔﺆﺍﺩ ﻛﻞ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﻪ ﻣﺴﺆﻭﻻ( ] ﺍﻹﺳﺮﺍء ‪ [ 36 :‬ﻭﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪) :‬ﻣﺎ ﻳﻠﻔﻆ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺇﻻ ﻟﺪﻳﻪ ﺭﻗﻴﺐ ﻋﺘﻴﺪ( ] ﻕ ‪[ 18 :‬‬ ‫ﺴ ْﻤ َﻊ ﻭﺍﻟﺒَ َ‬
‫ﺇﻥ ﺍﻟ َ‬
‫ﻭﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪) :‬ﺇﻥ ﺭﺑﻚ ﻟﺒﺎﻟﻤﺮﺻﺎﺩ( ] ﺍﻟﻔﺠﺮ ‪ - 1145  [ 14 :‬ﻭﺭﻭﻳﻨﺎ ﻓﻲ " ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ " ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻲ ﺍﻟﺠﻠﻴﻞ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
‫ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ )ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ( ﻗﺎﻝ ‪ " :‬ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﻛﺬﺑﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ " ﻭﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﻁﺮﻳﻘﻴﻦ ‪ :‬ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻫﻜﺬﺍ ‪،‬‬
‫ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ )ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ( ﻣﺮﺳﻼ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ‪ ،‬ﻓﺘﻘﺪﻡ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﻦ ﺃﺛﺒﺖ ﺃﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮﺓ ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻣﻦ‬
‫ﺍﻟﺜﻘﺔ ﻣﻘﺒﻮﻟﺔ ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻭﺍﻷﺻﻮﻝ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻤﺤﻘﻘﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ‪ ،‬ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺇﺫﺍ ﺭﻭﻱ ﻣﻦ‬
‫ﻁﺮﻳﻘﻴﻦ ‪ ،‬ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻣﺮﺳﻞ ‪ ،‬ﻭﺍﻵﺧﺮ ﻣﺘﺼﻞ ‪ ،‬ﻗﺪﻡ ﺍﻟﻤﺘﺼﻞ ‪ ،‬ﻭﺣﻜﻢ ﺑﺼﺤﺔ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ‪ ،‬ﻭﺟﺎﺯ ﺍﻻﺣﺘﺠﺎﺝ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺷﺊ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ‪ ،‬ﻭﷲ‬
‫ﺃﻋﻠﻢ‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﻛﺬﺑﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ( ﺍﻟﺒﺎء ﺯﺍﺋﺪﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻝ ﻭﻛﺬﺑﺎ ﻣﻨﺼﻮﺏ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺰ ﻭﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﻣﺆﻭﻝ ﺑﺎﻟﺘﺤﺪﻳﺚ ﻓﺎﻋﻞ ﻛﻔﻰ ﺃﻯ‬
‫ﻛﻔﻰ ﺍﻟﻤﺮء ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺗﺤﺪﻳﺜﻪ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻌﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻧﻪ ﻳﺴﻤﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﺈﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻓﻘﺪ ﻛﺬﺏ ﻹﺧﺒﺎﺭﻩ ﺑﻤﺎ ﻟﻢ‬
‫ﻳﻜﻦ ﻭﻗﺪ ﻗﺪﻣﻨﺎ ﺃﻥ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺤﻖ ﺃﻥ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺍﻹﺧﺒﺎﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻲء ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻭﻻ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﺍﻟﺘﻌﻤﺪ ﻓﻴﻪ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺘﻌﻤﺪ ﺷﺮﻁ ﻓﻲ ﻛﻮﻧﻪ ﺇﺛﻤﺎ ﻓﻴﻜﺮﻩ‬
‫ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﺈﻥ ﻗﻠﺖ ﺟﺎﺅ ﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺃﺧﺮﻯ ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﺇﺛﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻭﻫﻮ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺣﺮﻣﺔ ﺫﻟﻚ ﻓﻜﻴﻒ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺑﻜﺮﺍﻫﺘﻴﻪ‬
‫ﻗﻠﺖ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﺃﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺣﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻭﻗﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻭﻫﻮ ﻻﻳﺸﻌﺮ ﻓﻌﺒﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺑﺎﻹﺛﻢ ﺗﺠﻮﺯﺍ ﻟﻜﻮﻧﻪ ﻣﻼﺯﻣﺎ ﻟﻪ ﻏﺎﻟﺒﺎ ﻭﻗﺮﻳﻨﺔ ﺍﻟﺘﺠﻮﺯ ﻣﺎ‬
‫ﻋﺮﻑ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻮﺍﻋﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﺛﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺇﻻ ﻣﻊ ﺍﻟﺘﻌﻤﺪ‪.‬‬
‫‪ .3‬ﺇﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ )‪  (137 /3‬‬
‫ﺐ ﺃ َ ْﻭ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﺈﻥ ﺃﻗﻞ ﺩﺭﺟﺎﺗﻪ ﺃﻥ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﺍﻟﻤﺨﺒﺮ ﺍﻟﺸﻲء ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻑ ﻣﺎ‬ ‫ﻋﻠَﻰ ﺍ ْﻟ ُﻤ َﺨﺎ َﻁ ِ‬
‫ﺍ ْﻋﻠَ ْﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻟﻴﺲ ﺣﺮﺍﻣﺎ ً ﻟﻌﻴﻨﻪ ﺑﻞ ِﻟ َﻤﺎ ﻓِﻴ ِﻪ ِﻣﻦَ ﺍﻟﻀ َﱠﺮ ِﺭ َ‬
‫ﻫﻮ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺟﺎﻫﻼً ﻭﻗﺪ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻪ ﺿﺮﺭ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﺭﺏ ﺟﻬﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﻨﻔﻌﺔ ﻭﻣﺼﻠﺤﺔ ﻓﺎﻟﻜﺬﺏ ﻣﺤﺼﻞ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻣﺄﺫﻭﻧﺎ ً ﻓﻴﻪ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻛﺎﻥ‬
‫ﻭﺍﺟﺒﺎ ً ‪-‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ‪ -‬ﻓﻨﻘﻮﻝ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻭﺳﻴﻠﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻘﺎﺻﺪ ﻓﻜﻞ ﻣﻘﺼﻮﺩ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻳﻤﻜﻦ ﺍﻟﺘﻮﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺎﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﺟﻤﻴﻌﺎ ً ﻓﺎﻟﻜﺬﺏ ﻓﻴﻪ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺇﻥ‬
‫ﺃﻣﻜﻦ ﺍﻟﺘﻮﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺎﻟﻜﺬﺏ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻓﺎﻟﻜﺬﺏ ﻓﻴﻪ ﻣﺒﺎﺡ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺗﺤﺼﻴﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻘﺼﺪ ﻣﺒﺎﺣﺎ ً ﻭﻭﺍﺟﺐ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻭﺍﺟﺒﺎ ً ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﻋﺼﻤﺔ ﺩﻡ‬
‫ﺏ ﺃ َ ْﻭ ﺇِﺻ َْﻼ ُ‬
‫ﺡ‬ ‫ﺼﻮ ُﺩ ﺍ ْﻟ َﺤ ْﺮ ِ‬
‫ﺐ ﻭﻣﻬﻤﺎ ﻛَﺎﻥَ َﻻ ﻳَﺘِ ﱡﻢ َﻣ ْﻘ ُ‬
‫ﺍﺟ ٌ‬ ‫ﺍﺧﺘَﻔَﻰ ِﻣ ْﻦ َﻅﺎ ِﻟ ٍﻢ ﻓَﺎ ْﻟ َﻜﺬ ُ‬
‫ِﺏ ﻓِﻴ ِﻪ َﻭ ِ‬ ‫ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻭﺍﺟﺒﺔ ﻓﻤﻬﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﺳﻔﻚ ﺩﻡ ﺃﻣﺮﻯء ﻣﺴﻠﻢ ﻗَ ِﺪ ْ‬
‫ﺫﺍﺕ ﺍﻟﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﺳﺘﻤﺎﻟﺔ ﻗﻠﺐ ﺍﻟﻤﺠﻨﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﻻ ﺑﻜﺬﺏ ﻓﺎﻟﻜﺬﺏ ﻣﺒﺎﺡ ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺤﺘﺮﺯ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺃﻣﻜﻦ ﻷﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻓﺘﺢ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﺨﺸﻰ‬
‫ﺃﻥ ﻳﺘﺪﺍﻋﻰ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﺴﺘﻐﻨﻰ ﻋﻨﻪ ﻭﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻘﺘﺼﺮ ﻋﻠﻰ ﺣﺪ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺣﺮﺍﻣﺎ ً ﻓﻲ ﺍﻷﺻﻞ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ‬
‫‪ .4‬ﺑﺮﻳﻘﺔ ﻣﺤﻤﻮﺩﻳﺔ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻁﺮﻳﻘﺔ ﻣﺤﻤﺪﻳﺔ ﻭﺷﺮﻳﻌﺔ ﻧﺒﻮﻳﺔ )‪  (392 /4‬‬
‫) ﻭﻣﻨﻪ ( ﺃﻱ ﺍﻟﻜﺬﺏ ) ﺗﺤﺪﻳﺚ ﻛﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ( ﻗﻴﻞ ﺃﻱ ﺑﻼ ﻧﺴﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﻗﺎﺋﻠﻪ ﻟﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻗﺒﻴﻞ ﺭﻓﻊ ﺍﻹﻳﺠﺎﺏ ﺍﻟﻜﻠﻲ ﻻ ﺍﻟﺴﻠﺐ ﺍﻟﻜﻠﻲ ) ﻡ ‪ .‬ﻋﻦ ﺃﺑﻲ‬
‫ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ } ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮﺃ ﺇﺛﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ { ( ﻳﻌﻨﻲ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ‬
‫‪2 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP Lirboyo, Rabu- Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﻛﺬﺏ ﺳﻮﻯ ﺃﻥ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻟﻜﻔﺎﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﻓﻴﺠﺐ ﺍﻻﺣﺘﻴﺎﻁ ﻋﻦ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺮﺍﻭﻱ ﺃﻧﻪ ﻋﺪﻝ ﺃﻡ ﻻ ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻤﻈﻬﺮ ﻫﺬﺍ ﺯﺟﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺤﺪﻳﺚ ﺑﻤﺎ ﻟﻴﺲ‬
‫ﺑﻤﻘﻄﻮﻉ ﺃﻭ ﻣﻈﻨﻮﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﻭﺗﺤﺮﻳﺾ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺣﺘﻴﺎﻁ ﺑﻤﺎ ﻳﺤﺪﺙ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻨﺎﻭﻱ ﻷﻧﻪ ﻳﺴﻤﻊ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﻓﺈﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﻻ ﻣﺤﺎﻟﺔ‬
‫ﻳﻜﺬﺏ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺘﻌﻤﺪ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺘﻌﻤﺪ ﺷﺮﻁ ﺍﻹﺛﻢ ﻭﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﺃﻳﻀﺎ } ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ { ﻗﺎﻝ ﺷﺎﺭﺣﻪ ﻭﻓﻴﻪ ﺯﺟﺮ‬
‫ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺸﻲء ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺻﺪﻗﻪ‬
‫‪ .5‬ﺍﻟﺤﺪﻳﻘﺔ ﺍﻟﻨﺪﻳﺔ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﺍﻟﻤﺤﻤﺪﻳﺔ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻐﻨﻲ ﺍﻟﻨﺎ ﺑﻠﺴﻲ ﺍﻟﺠﺰء ‪ 2‬ﺻﺤـ ‪95 :‬‬
‫) ﺍﻟﺜﺎﻣﻦ ﻭﺍﻷﺭﺑﻌﻮﻥ ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻣﺔ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﻫﻲ ﺇﻳﻘﺎﻉ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺍﻻﺿﻄﺮﺍﺏ ﺃﻭ ﺍﻻﺧﺘﻼﻝ ﻭﺍﻻﺧﺘﻼﻑ ﻭﺍﻟﻤﺤﻨﺔ ﻭﺍﻟﺒﻼء ﺑﻼ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺩﻳﻨﻴﺔ‬
‫( ‪ -‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ‪ ) -‬ﻭﻛﺄﻥ ﺍﻱ ﻣﺜﻞ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻬﻢ ﺍﻱ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻣﺎ ﺍﻱ ﻛﻼﻣﺎ ﻻ ﻳﻔﻬﻤﻮﻥ ﻣﺮﺍﺩﻩ ﻣﻨﻪ ﻭﻳﺤﻤﻠﻮﻧﻪ ﺍﻱ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻩ ( ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ‬
‫ﻣﺮﺍﺩﻩ ﻟﺠﻬﻠﻬﻢ ﺍﻭ ﻏﺒﺎﻭﻧﻬﻢ ﺍﻭ ﻋﺪﻡ ﻣﻌﺮﻓﺘﻬﻢ ﺑﺎﻻﺻﻄﻼﺡ ﺍﻟﺨﺎﺹ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﻥ ﻳﺸﺮﺣﻪ ﻟﻬﻢ ﻭﻳﺒﻴﻨﻪ ﺑﻴﺎﻧﺎ ﺷﺎﻓﻴﺎ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺒﻘﻰ ﻟﻬﻢ ﻓﻴﻪ ﺷﺒﻬﺔ ﺍﺻﻼ‬
‫)ﻓﻠﻬﺬﺍ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﺨﺒﺮ } ﻛﻠﻤﻮﺍ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻋﻘﻮﻟﻬﻢ { ﺍﻱ ﺍﺷﺮﺡ ﻟﻬﻢ ﻣﺎ ﺗﻜﻠﻤﻬﻢ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺭﺍﺕ ﻭﻻ ﺗﻠﻖ ﺍﻟﻴﻬﻢ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺍﻟﻤﺠﻤﻞ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ‬
‫ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻓﺎﻧﻬﻢ ﻳﻔﻬﻤﻮﻥ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻻ ﺗﺮﻳﺪ ﻓﻴﻘﻠﺪﻭﻧﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻓﻬﻤﻮﺍ ﻣﻦ ﻛﻼﻣﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻭﻳﻨﺒﺬﻭﺍ ﻣﺎ ﺍﻧﺖ ﻣﻔﻴﺪﻩ ﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﻬﻤﺎﺗﻬﻢ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﻓﻬﻤﻚ‬
‫‪ .6‬ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ ﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﻁﻨﻄﺎﻭﻱ ﻣﻔﺘﻲ ﻣﺼﺮ ‪) -‬ﺝ ‪ / 1‬ﺹ ‪  (1015‬‬
‫ﻄﻮﻧَﻪُ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻭﻟَ ْﻮ َﻻ ﻓَ ْ‬
‫ﻀ ُﻞ ﱠ ِ‬ ‫ﺳﻮ ِﻝ َﻭﺇِﻟَﻰ ﺃُﻭ ِﻟﻲ ْﺍﻷ َ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻌَ ِﻠ َﻤﻪُ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻳَ ْ‬
‫ﺴﺘَ ْﻨﺒِ ُ‬ ‫ﻑ ﺃَﺫَﺍﻋُﻮﺍ ﺑِ ِﻪ َﻭﻟَ ْﻮ َﺭﺩﱡﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮ ُ‬ ‫َﻭﺇِﺫَﺍ َﺟﺎ َء ُﻫ ْﻢ ﺃ َ ْﻣ ٌﺮ ِﻣﻦَ ْﺍﻷ َ ْﻣ ِﻦ ﺃ َ ِﻭ ﺍ ْﻟ َﺨ ْﻮ ِ‬
‫ﻴﻼ )‪  (83‬‬ ‫ﺸ ْﻴ َﻄﺎﻥَ ِﺇ ﱠﻻ ﻗَ ِﻠ ً‬‫ﻋﻠَ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻭ َﺭﺣْ َﻤﺘُﻪُ َﻻﺗﱠﺒَ ْﻌﺘ ُ ُﻢ ﺍﻟ ﱠ‬ ‫َ‬
‫ﻭﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ‪ :‬ﻟﻮ ﺃﻥ ﻫﺆﻻء ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ ﺍﻟﻤﺬﻳﻌﻴﻦ ﻟﻸﺧﺒﺎﺭ ﺭﺩﻭﺍ ﺃﻣﺮ ﺍﻷﻣﻦ ﻭﺍﻟﺨﻮﻑ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻭﺇﻟﻰ ﺃﻭﻟﻰ ﺍﻷﻣﺮ ‪ ،‬ﻭﻁﻠﺒﻮﺍ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ‬
‫ﺟﻬﺘﻬﻢ ‪ ،‬ﻟﻌﻠﻤﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺴﺘﻨﻄﺒﻮﻧﻪ ﻭﻫﻢ ﻫﺆﻻء ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ ﺍﻟﻤﺬﻳﻌﻮﻥ } ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ { ﺃﻯ ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻭﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺃﻭﻟﻰ ﺍﻷﻣﺮ ‪-.‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ‪ -‬ﻭﻣﻦ‬
‫ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﻭﺍﻵﺩﺍﺏ ﺍﻟﺘﻰ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﻭﺟﻮﺏ ﻋﺪﻡ ﺇﺫﺍﻋﺔ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ‪ -‬ﺧﺼﻮﺻﻬﺎ ﻓﻰ ﺣﺎﻻﺕ ﺍﻟﺤﺮﺏ ‪ -‬ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺘﺄﻛﺪ ﻣﻦ‬
‫ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ ‪ :‬ﻗﻮﻟﻪ ‪ -‬ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪َ } -‬ﻭ ِﺇﺫَﺍ َﺟﺂ َء ُﻫ ْﻢ ﺃ َ ْﻣ ٌﺮ ِ ّﻣﻦَ ﺍﻷﻣﻦ ﺃ َ ِﻭ ﺍﻟﺨﻮﻑ‬ ‫ﺻﺤﺘﻬﺎ ﻭﻣﻦ ﻋﺪﻡ ﺇﺿﺮﺍﺭﻫﺎ ﺑﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ‪.‬ﻭﻓﻰ ﺫﻟﻚ ﻳﻘﻮﻝ ِ‬
‫ﺃَﺫَﺍﻋُﻮﺍْ ﺑِ ِﻪ { ﺇﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻳﺒﺎﺩﺭ ﺇﻟﻰ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻗﺒﻞ ﺗﺤﻘﻘﻬﺎ ﻓﻴﺨﺒﺮ ﺑﻬﺎ ﻭﻳﻔﺸﻴﻬﺎ ﻭﻳﻨﺸﺮﻫﺎ ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻬﺎ ﺻﺤﺔ ‪ .‬ﻭﻓﻰ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻦ ﺃﺑﻰ‬
‫ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ‪ " :‬ﻛﻔﻰ ﺑﺎﻟﻤﺮء ﻛﺬﺑﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ " ‪.‬ﻭﻓﻰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻐﻴﺮﺓ ﺑﻦ ﺷﻌﺒﺔ ﺃﻥ‬
‫ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﻗﻴﻞ ﻭﻗﺎﻝ ‪ .‬ﺃﻯ ‪ :‬ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻜﺜﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﺜﺒﺖ ﻭﻻ ﺗﺪﺑﺮ ﻭﻻ ﺗﺒﻴﻦ ‪.‬ﻭﻓﻰ‬
‫ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ " ﻣﻦ ﺣﺪﺙ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﻭﻫﻮ ﻳﺮﻯ ﺃﻧﻪ ﻛﺬﺏ ﻓﻬﻮ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﻜﺎﺫﺑﻴﻦ " ‪.‬ﻭﻓﻰ ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻰ ﺩﺍﻭﺩ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ‪ " :‬ﺑﺌﺲ‬
‫ﻣﻄﻴﺔ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺯﻋﻤﻮﺍ " ﻭﻗﺪ ﻋﺪﺩ ﺍﻟﻔﺨﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻯ ﺍﻟﻤﻀﺎﺭ ﺍﻟﺘﻰ ﺗﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻣﺔ ﺑﺴﺒﺐ ﺇﺫﺍﻋﺔ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺑﺪﻭﻥ ﺗﺜﺒﺖ ﻓﻘﺎﻝ ‪ :‬ﻭﻛﺎﻥ ﺳﺒﺐ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻣﻦ‬
‫ﺇﺫﺍﻋﺔ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﻣﻦ ﻭﺟﻮﻩ ‪  :‬‬
‫ﺍﻹﺭﺟﺎﻓﺎﺕ ﻻ ﺗﻨﻔﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ‪ .‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ‪ :‬ﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻓﻰ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻷﻣﻦ ﺯﺍﺩﻭﺍ ﻓﻴﻪ ﺯﻳﺎﺩﺍﺕ ﻛﺜﻴﺮﺓ ‪ .‬ﻓﺈﺫﺍ ﻟﻢ‬ ‫ﺍﻷﻭﻝ ‪ :‬ﺃﻥ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﻩ ِ‬
‫ﺍﻹﺭﺟﺎﻓﺎﺕ ﻋﻦ‬ ‫ِ‬ ‫ﻫﺬﻩ‬ ‫ﻳﺮﻭﻭﻥ‬ ‫ﻛﺎﻧﻮﺍ‬ ‫ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ‬ ‫ﻷﻥ‬ ‫ﻭﺳﻠﻢ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ‬ ‫ﷲ‬ ‫ﺻﻠﻰ‬ ‫ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ‬ ‫ﺻﺪﻕ‬ ‫ﻓﻰ‬ ‫ﻟﻠﻀﻌﻔﺎء‬ ‫ﺷﺒﻬﺔ‬ ‫ﺫﻟﻚ‬ ‫ﺃﻭﺭﺙ‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺍﺕ‬ ‫ﺗﻮﺟﺪ ﻓﻴﻪ ﺗﻠﻚ‬
‫ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪.‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻓﻰ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﺗﺸﻮﺵ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺴﺒﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺿﻌﻔﺎء ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ‪ ،‬ﻭﻭﻗﻌﻮﺍ ﻋﻨﺪﻩ ﻓﻰ ﺍﻟﺤﻴﺮﺓ‬
‫ﺍﻹﺭﺟﺎﻑ ﺳﺒﺐ ﻟﺘﻮﻓﻴﺮ ﺍﻟﺪﻭﺍﻋﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﺼﺎء‬ ‫ﺍﻹﺭﺟﺎﻓﺎﺕ ﺳﺒﺒﺎ ﻟﻠﺘﻔﻨﺔ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﺟﻪ ‪ .‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ‪ :‬ﺃﻥ ِ‬ ‫ﻭﺍﻻﺿﻄﺮﺍﺏ ‪ ،‬ﻓﻜﺎﻧﺖ ﺗﻠﻚ ِ‬
‫ﺍﻟﺘﺎﻡ ‪ .‬ﻭﺫﻟﻚ ﺳﺒﺐ ﻟﻈﻬﻮﺭﺍ ﻷﺳﺮﺍﺭ ‪ .‬ﻭﺫﻟﻚ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻮﺍﻓﻖ ﺍﻟﻤﺼﺤﻠﺔ ‪ .‬ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ‪ :‬ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺪﺍﻭﺓ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﻗﺎﺋﻤﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ‪ .‬ﻓﻜﻞ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ‬
‫ﺃﻣﻨﺎ ﻷﺣﺪ ﺍﻟﻔﺮﻳﻘﻴﻦ ﻛﺎﻥ ﺧﻮﻓﺎ ﻟﻠﻔﺮﻳﻖ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ‪ .‬ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻉ ﺧﺒﺮ ﺍﻷﻣﻦ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺣﺼﻮﻝ ﺍﻟﻌﺴﻜﺮ ﻭﺁﻻﺕ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻟﻬﻢ ‪ .‬ﺃﺭﺟﻒ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻮﻥ ﺑﺬﻟﻚ ‪،‬‬
‫ﻓﻮﺻﻞ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻓﺄﺧﺬﻭﺍ ﻓﻰ ﺍﻟﺘﺤﺼﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ‪ .‬ﻭﺇﻥ ﻭﻗﻊ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺑﺎﻟﻐﻮﺍ ﻓﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺯﺍﺩﻭﺍ ﻓﻴﻪ ‪ .‬ﻓﻈﻬﺮ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺫﻟﻚ‬
‫ﺍﻹﺫﺍﻋﺔ ﻭﺫﻟﻚ ﺍﻟﺘﺸﻬﻴﺮ ﻭﻣﻨﻌﻬﻢ ﻣﻨﻪ ‪.‬ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ‬ ‫ﺍﻹﺭﺟﺎﻑ ﻛﺎﻥ ﻣﻨﺸﺄ ﻟﻠﻔﺘﻦ ﻭﺍﻵﻓﺎﺕ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ ‪ .‬ﻭﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﻛﺬﻟﻚ ﺫﻡ ﷲ ‪ -‬ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ -‬ﺗﻠﻚ ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻤﻨﻴﺮ ‪ -‬ﺍﻟﺬﻯ ﻋﺎﺻﺮ ﺍﻟﺤﺮﻭﺏ ﺍﻟﺼﻠﻴﺒﻴﺔ ‪ -‬ﻣﻌﻠﻘﺎ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ‪ ) :‬ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺗﺄﺩﻳﺐ ﻟﻤﻦ ﻳﺤﺪﺙ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻊ ﻭﻛﻔﻰ ﺑﻪ ﻛﺬﺑﺎ؛‬
‫ﻭﺧﺼﻮﺻﺎ ﻋﻦ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺴﺮﺍﻳﺎ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﺻﺒﻴﻦ ﺍﻷﻋﺪﺍء ﺍﻟﻌﺪﺍﻭﺓ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻤﻘﻴﻤﻦ ﻓﻰ ﻧﺤﺮ ﺍﻟﻌﺪﻭ ‪ .‬ﻭﻣﺎ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻟﻤﻔﺴﺪﺓ ﻓﻰ ﻟﻬﺞ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﻤﻌﻮﻥ ﻣﻦ‬
‫ﺃﺧﺒﺎﺭﻫﻢ ﺧﻴﺮﺍ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ‪ .‬ﻭﻟﻘﺪ ﺟﺮﺑﻨﺎ ﺫﻟﻚ ﻓﻰ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﻨﺬ ﻁﺮﻕ ﺍﻟﻌﺪﻭ ﺍﻟﻤﺨﺬﻭﻝ ﺍﻟﺒﻼﺩ ‪ -‬ﻁﻬﺮﻫﺎ ﷲ ﻣﻨﻪ ﻭﺻﺎﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺭﺟﺴﻪ ﻭﻧﺠﺴﻪ ‪ ،‬ﻭﻋﺠﻞ‬
‫ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺃﻧﺰﻝ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻜﻴﻨﺔ ﻭﺍﻟﻨﺼﺮ ( ‪.‬ﻭﺍﻟﺨﻼﺻﺔ ‪ ،‬ﺃﻥ ﺇﺫﺍﻋﺔ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺑﺪﻭﻥ ﺗﺜﺒﺖ ‪ -‬ﺧﺼﻮﺻﺎ ﻓﻰ ﺃﻭﻗﺎﺕ ﺍﻟﺤﺮﻭﺏ ﺗﺆﺩﻯ ﺇﻟﻰ ﺃﻋﻈﻢ‬
‫ﺍﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻭﺍﻟﺸﺮﻭﺭ ‪ ،‬ﻷﻧﻬﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻷﻣﻦ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻗﺪ ﺗﺤﺪﺙ ﻟﻮﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﺍﺧﻰ ﻭﻋﺪﻡ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﺤﺬﺭ ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﺨﻮﻑ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻗﺪ ﺗﺤﺪﺙ‬
‫ﺑﻠﺒﻠﺔ ﻭﺍﺿﻄﺮﺍﺑﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺼﻔﻮﻑ ‪ ‬‬
‫‪ .7‬ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻴﺮ ﻟﻠﺰﺣﻴﻠﻲ )‪  (224 /26‬‬
‫ﻖ ﺑِﻨَﺒَ ٍﺈ ﻓَﺘَﺒَﻴﱠﻨُﻮﺍ ﺃَ ْﻥ‬ ‫ﺍﻵﺩﺍﺏ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ‪ -1 - ‬ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻣﻦ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ‪] ‬ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺤﺠﺮﺍﺕ )‪ : (49‬ﺍﻵﻳﺎﺕ ‪ 6‬ﺍﻟﻰ ‪  [8‬ﻳﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ِﺇ ْﻥ ﺟﺎ َء ُﻛ ْﻢ ﻓﺎ ِ‬
‫ﺳ ٌ‬
‫ﻴﺮ ِﻣﻦَ ْﺍﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻟَﻌَ ِﻨﺘ ﱡ ْﻢ َﻭﻟ ِﻜﻦﱠ ﱠ َ َﺣﺒﱠ َ‬
‫ﺐ ِﺇﻟَ ْﻴ ُﻜ ُﻢ‬ ‫ﺼ ِﺒ ُﺤﻮﺍ ﻋَﻠﻰ ﻣﺎ ﻓَﻌَ ْﻠﺘ ُ ْﻢ ﻧﺎﺩ ِِﻣﻴﻦَ )‪َ (6‬ﻭﺍ ْﻋﻠَ ُﻤﻮﺍ ﺃَﻥﱠ ِﻓﻴ ُﻜ ْﻢ َﺭ ُ‬
‫ﺳﻮ َﻝ ﱠ ِ ﻟَ ْﻮ ﻳُ ِﻄﻴﻌُ ُﻜ ْﻢ ِﻓﻲ َﻛ ِﺜ ٍ‬ ‫ﺗ ُِﺼﻴﺒُﻮﺍ ﻗَ ْﻮﻣﺎ ً ِﺑ َﺠﻬﺎﻟَ ٍﺔ ﻓَﺘ ُ ْ‬
‫ﻋ ِﻠﻴ ٌﻢ َﺣ ِﻜﻴ ٌﻢ )‪-(8‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ‪ -‬‬ ‫ً‬
‫ﻀﻼً ِﻣﻦَ ﱠ ِ َﻭﻧِ ْﻌ َﻤﺔ َﻭ ﱠ ُ َ‬ ‫َ‬
‫ﺷ ُﺪﻭﻥَ )‪ (7‬ﻓ ْ‬ ‫ﺼﻴﺎﻥَ ﺃﻭﻟﺌِﻚَ ُﻫ ُﻢ ﱠ‬
‫ﺍﻟﺮﺍ ِ‬ ‫ُ‬ ‫ﺴﻮﻕَ َﻭﺍ ْﻟ ِﻌ ْ‬ ‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻥَ َﻭ َﺯﻳﱠﻨَﻪُ ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮ ِﺑ ُﻜ ْﻢ َﻭﻛ ﱠَﺮ َﻩ ﺇِﻟَ ْﻴ ُﻜ ُﻢ ﺍ ْﻟ ُﻜ ْﻔ َﺮ َﻭﺍ ْﻟﻔُ ُ‬
‫ِْ‬
‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫ﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ‪:‬ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺃﻣﺮ ﱠ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺑﺄﻣﺮﻳﻦ‪ :‬ﻭﻫﻤﺎ ﻁﺎﻋﺔ ﱠ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ ،‬ﻭﺧﻔﺾ ﺍﻟﺼﻮﺕ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ‬
‫ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ‪ ،‬ﻟﺒﻴﺎﻥ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﺣﺘﺮﺍﻣﻪ‪ ،‬ﺃﺭﺩﻓﻪ ﺑﺄﻣﺮ ﺛﺎﻟﺚ ﻭﻫﻮ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻣﻦ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺍﻻﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﺠﺮﺩ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ‪ ،‬ﻣﻨﻌﺎ ﻣﻦ‬
‫ﺇﻟﻘﺎء ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﺑﻴﻦ ﺃﻓﺮﺍﺩ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﺟﻤﺎﻋﺘﻬﻢ‪ .‬ﻭﻫﺬﺍ ﺃﺩﺏ ﺍﺟﺘﻤﺎﻋﻲ ﻋﺎﻡ ﺿﺮﻭﺭﻱ ﻟﻠﺤﻔﺎﻅ ﻋﻠﻰ ﻭﺣﺪﺓ ﺍﻷﻣﺔ‪ ،‬ﻭﺍﺳﺘﺌﺼﺎﻝ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﻤﻨﺎﺯﻋﺎﺕ ﻓﻴﻤﺎ‬
‫ﺼﺒِ ُﺤﻮﺍ ﻋَﻠﻰ ﻣﺎ ﻓَﻌَ ْﻠﺘ ُ ْﻢ ﻧﺎﺩ ِِﻣﻴﻦَ ﺃﻱ ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ‬ ‫ﻖ ﺑِﻨَﺒَ ٍﺈ ﻓَﺘَﺒَﻴﱠﻨُﻮﺍ ﺃ َ ْﻥ ﺗ ُِﺼﻴﺒُﻮﺍ ﻗَ ْﻮﻣﺎ ً ﺑِ َﺠﻬﺎﻟَﺔٍ‪ ،‬ﻓَﺘ ُ ْ‬
‫ﺳ ٌ‬ ‫ﺑﻴﻨﻬﺎ‪  .‬ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﻭﺍﻟﺒﻴﺎﻥ‪ :‬ﻳﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺇِ ْﻥ ﺟﺎ َء ُﻛ ْﻢ ﻓﺎ ِ‬
‫ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺻﺪﻗﻮﺍ ﺑﺎ ﱠ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠّﻰ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ‪ ،‬ﺇﻥ ﺃﺗﺎﻛﻢ ﻓﺎﺟﺮ ﻻ ﻳﺒﺎﻟﻲ ﺑﺎﻟﻜﺬﺏ ﺑﺨﺒﺮ ﻓﻴﻪ ﺇﺿﺮﺍﺭ ﺑﺄﺣﺪ‪ ،‬ﻓﺘﺒﻴﻨﻮﺍ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ‪ ،‬ﻭﺗﺜﺒﺘﻮﺍ ﻣﻦ‬
‫ﺍﻷﻣﺮ‪ ،‬ﻭﻻ ﺗﺘﻌﺠﻠﻮﺍ ﺑﺎﻟﺤﻜﻢ ﺣﺘﻰ ﺗﺘﺒﺼﺮﻭﺍ ﻓﻲ ﺍﻷﻣﺮ ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ ﻟﺘﺘﻀﺢ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻭﺗﻈﻬﺮ‪ ،‬ﺧﺸﻴﺔ ﺃﻥ ﺗﺼﻴﺒﻮﺍ ﻗﻮﻣﺎ ﺑﺎﻷﺫﻯ‪ ،‬ﻭﺗﻠﺤﻘﻮﺍ ﺑﻬﻢ ﺿﺮﺭﺍ ﻻ‬
‫ﻖ‬ ‫ﺳ ٌ‬ ‫ﻳﺴﺘﺤﻘﻮﻧﻪ‪ ،‬ﻭﺃﻧﺘﻢ ﺟﺎﻫﻠﻮﻥ ﺣﺎﻟﻬﻢ‪ ،‬ﻓﺘﺼﻴﺮﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺣﻜﻤﺘﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺑﺎﻟﺨﻄﺈ ﻧﺎﺩﻣﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ‪ ،‬ﻣﻐﺘﻤﻴﻦ ﻟﻪ‪ ،‬ﻣﺘﻤﻨﻴﻦ ﻋﺪﻡ ﻭﻗﻮﻋﻪ‪ .‬ﻭﻓﻲ ﺗﻨﻜﻴﺮ ﻓﺎ ِ‬
‫ﺃﻱ ﻓﺎﺳﻖ ﺟﺎءﻛﻢ ﺑﺄﻱ ﻧﺒﺄ‪ ،‬ﻓﺘﻮﻗﻔﻮﺍ ﻭﺗﻄﻠﺒﻮﺍ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﻭﺍﻧﻜﺸﺎﻑ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ‪ ،‬ﻭﻻ ﺗﻌﺘﻤﺪﻭﺍ‬ ‫ﻭﺑِﻨَﺒَ ٍﺈ ﺩﻻﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺴﺎﻕ ﻭﺍﻷﻧﺒﺎء‪ ،‬ﻛﺄﻧﻪ ﻗﺎﻝ‪ّ :‬‬
‫ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ‪ ،‬ﻷﻥ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺘﺤﺎﻣﻰ ﺟﻨﺲ ﺍﻟﻔﺴﻮﻕ ﻻ ﻳﺘﺤﺎﻣﻰ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻧﻮﻉ ﻣﻨﻪ »‪ . «1‬ﻭﺍﻵﻳﺔ ﺩﺍﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺍﻟﻌﺪﻝ ﺣﺠﺔ‪،‬‬
‫ﻭﺷﻬﺎﺩﺓ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻻ ﺗﻘﺒﻞ‪-.‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ‪ -‬ﻓﻘﻪ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺃﻭ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ‪ :‬ﻳﺴﺘﻨﺒﻂ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺘﺎﻟﻴﺔ‪ -1  :‬ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻣﻦ ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺍﻟﻤﻨﻘﻮﻟﺔ‬
‫ﻭﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺎﺕ ﺍﻟﻤﺮﻭﻳﺔ‪ ،‬ﺃﺧﺬﺍ ﺑﺎﻟﺤﻴﻄﺔ ﻭﺍﻟﺤﺬﺭ‪ ،‬ﻭﻣﻨﻌﺎ ﻣﻦ ﺇﻳﺬﺍء ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ ﺑﺨﻄﺈ ﻓﺎﺩﺡ‪ ،‬ﻓﻴﺼﺒﺢ ﺍﻟﻤﺘﺴﺮﻉ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻭﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻧﺎﺩﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺠﻠﺔ‬
‫ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﺘﺄﻣﻞ ﻭﺍﻟﺘﺄﻧﻲ‪ .‬ﻟﺬﺍ ﻛﺎﻥ ﻧﺒﻲ ﱠ ﺻﻠّﻰ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ ﻳﻘﻮﻝ‪» :‬ﺍﻟﺘﺄﻧﻲ ﻣﻦ ﱠ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻌﺠﻠﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ« »‪ -2 . «1‬ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ‪ :‬ﺇِ ْﻥ ﺟﺎ َء ُﻛ ْﻢ‬
‫ﻖ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﻮﻝ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﺪﻻ‪ ،‬ﻷﻧﻪ ﺇﻧﻤﺎ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﺑﺎﻟﺘﺜﺒﺖ ﻋﻨﺪ ﻧﻘﻞ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺛﺒﺖ ﻓﺴﻘﻪ‪ ،‬ﺑﻄﻞ ﻗﻮﻟﻪ ﻓﻲ‬ ‫ﺳ ٌ‬
‫ﻓﺎ ِ‬
‫ﺍﻷﺧﺒﺎﺭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ‪ ،‬ﻷﻥ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﺃﻣﺎﻧﺔ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻔﺴﻖ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﻳﺒﻄﻠﻬﺎ‪ ،‬ﻓﺎﻟﻔﺴﻖ ﻋﻠﺔ ﺍﻟﺘﺒﻴﻦ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻠﺔ‪ .‬ﻭﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﻭﻱ ﻭﺍﻹﻧﻜﺎﺭ‬
‫ﻭﺍﻹﻗﺮﺍﺭ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﺤﻖ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﺇﺛﺒﺎﺕ ﺣﻖ ﻣﻘﺼﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻐﻴﺮ ﺃﻱ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﻤﻌﺎﻣﻼﺕ‪ ،‬ﻛﺄﻥ ﻳﻘﺎﻝ‪ :‬ﺃﺭﺳﻞ ﻓﻼﻥ ﺇﻟﻴﻚ ﻛﺬﺍ ﺃﻭ ﻫﺬﺍ ﻣﺎﻟﻲ‪ ،‬ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ‬
‫ﺍﻟﻤﺨﺒﺮ ﻛﺎﻓﺮﺍ‪ .‬ﺃﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﻧﺸﺎء ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ‪ :‬ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻭﻟﻴﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﻣﺎﻟﻚ‪ :‬ﻳﻜﻮﻥ ﻭﻟﻴﺎ‪ ،‬ﻷﻧﻪ ﻳﻠﻲ‬
‫ﻣﺎﻟﻬﺎ‪ ،‬ﻓﻴﻠﻲ ﺗﺰﻭﻳﺠﻬﺎ‪ ،‬ﻭﺇﺫﺍ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻓﺎﻟﻨﻜﺎﺡ ﺃﻭﻟﻰ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﺎﺳﻘﺎ ﻓﻲ ﺩﻳﻨﻪ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻏﻴﺮﺗﻪ ﻣﻮﻓّﺮﺓ‪ ،‬ﻭﺑﻬﺎ ﻳﺤﻤﻲ ﺍﻟﺤﺮﻳﻢ‪ .‬ﻭﻳﺮﻯ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ‬
‫ﻗﺒﻮﻝ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ‪ .‬ﻭﺍﻟﺨﻼﺻﺔ‪ :‬ﺃﻥ ﻣﺮﺍﺩ ﺍﻵﻳﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻬﺎﺩﺍﺕ ﻭﺇﻟﺰﺍﻡ ﺍﻟﺤﻘﻮﻕ ﻭﺇﺛﺒﺎﺕ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ‪-3  .‬‬
‫‪3 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP Lirboyo, Rabu- Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺎﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺃﻫﻞ ﻟﻠﺸﻬﺎﺩﺓ‪ ،‬ﻭﺇﻻ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻸﻣﺮ ﺑﺎﻟﺘﺒﻴﻦ ﻓﺎﺋﺪﺓ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻷﻟﻮﺳﻲ‪ .‬ﻭﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ‪ :‬ﺃﻥ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻻ ﺗﻘﺒﻞ‬
‫ﺷﻬﺎﺩﺗﻪ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺃﻫﻼ ﻟﻬﺎ‪ ،‬ﻭﻟﻮ ﻗﻀﻰ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻛﺎﻥ ﻋﺎﺻﻴﺎ‪ ،‬ﻭﻳﻨﻔﺬ ﻗﻀﺎﺅﻩ »‪ -4 . «1‬ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﺑﺎﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﻮﻝ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﻝ‬
‫ﺍﻟﺤﺎﻝ‪ ،‬ﻷﻥ ﺍﻵﻳﺔ ﺩﻟﺖ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﺴﻖ ﺷﺮﻁ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻭﺍﻟﺘﺒﻴﻦ‪ ،‬ﻓﻴﻘﺘﺼﺮ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻞ ﻭﺭﻭﺩﻩ‪ ،‬ﻭﻳﺒﻘﻰ ﻣﺎ ﻭﺭﺍءﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺻﻞ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻘﺒﻮﻝ‪ .‬‬
‫‪ -5‬ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﺃﻳﻀﺎ ﺩﻻﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ ﻻ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ )ﺃﻱ ﺍﻟﻴﻘﻴﻦ( ﺑﺪﻟﻴﻞ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ ﻓﻴﻪ‪ ،‬ﺇﺫ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺤﺎﻝ‪ ،‬ﻟﻤﺎ ﺍﺣﺘﻴﺞ ﻓﻴﻪ‬
‫ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻧﻈﺮﺍﺅﻩ ﺇﻣﺎﻣﺔ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ‪ .‬ﻭﻣﻦ ﻻ ﻳﺆﺗﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺣﺒّﺔ ﻣﺎﻝ‪ ،‬ﻛﻴﻒ ﻳﺼﺢ ﺃﻥ‬ ‫ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﺜﺒﺖ »‪ -6  . «2‬ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻌﺮﺑﻲ‪ :‬ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺠﺐ ﺃﻥ ّ‬
‫ﻳﺆﺗﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﻗﻨﻄﺎﺭ ﺩﻳﻦ؟! ﻭﻣﻦ ﺻﻠّﻰ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺗﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻹﻋﺎﺩﺓ ﺳﺮﺍ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ‪ ،‬ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﺮﻙ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺧﻠﻒ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺮﺿﻰ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻷﺋﻤﺔ »‪ -7 . «1‬ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻭﺍﻟﻴﺎ ﻳﻨﻔﺬ ﻣﻦ ﺃﺣﻜﺎﻣﻪ ﻣﺎ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﺤﻖ‪ ،‬ﻭﻳﺮ ّﺩ ﻣﺎ ﺧﺎﻟﻔﻪ‪ ،‬ﻭﻻ ﻳﻨﻘﺾ ﺣﻜﻤﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻣﻀﺎﻩ ﺑﺤﺎﻝ‪ -8 .‬ﻻ ﺧﻼﻑ ﻓﻲ‬
‫ﻗﺒﻮﻝ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻻ ﻋﻦ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﻲ ﻗﻮﻝ ﻳﺒﻠﻐﻪ ﺃﻭ ﺷﻲء ﻳﻮﺻﻠﻪ ﺃﻭ ﺇﺫﻥ ﻳﻌﻠﻤﻪ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﺟﺎﺋﺰ ﻟﻠﻀﺮﻭﺭﺓ ﺍﻟﺪﺍﻋﻴﺔ ﺇﻟﻴﻪ‪ .‬ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﻗﻮﻟﻪ‬
‫ﻓﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﺗﻌﻠﻖ ﺑﻘﻮﻝ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺣﻖ ﻟﻠﻐﻴﺮ‪ -9  .‬ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺎﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﺑﻌﺪﻝ‪ ،‬ﻷﻥ ﱠ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻁﻠﻖ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﻟﻴﺪ‬
‫ﺑﻦ ﻋﻘﺒﺔ‪ ،‬ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻧﺰﻟﺖ ﻓﻴﻪ‪ ،‬ﻭﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺳﺒﺐ ﺍﻟﻨﺰﻭﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﺍﻟﻌﺎﻡ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺻﺤﺎﺑﻲ ﺑﺎﻻﺗﻔﺎﻕ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء‪ :‬ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻛﻠﻬﻢ ﻋﺪﻭﻝ‪-10 .‬‬
‫ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻧﻮﻋﺎﻥ‪ :‬ﻓﺎﺳﻖ ﻏﻴﺮ ﻣﺘﺄﻭﻝ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﻻ ﺧﻼﻑ ﻓﻲ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ ﺧﺒﺮﻩ‪ .‬ﻭﻓﺎﺳﻖ ﻣﺘﺄﻭﻝ ﻛﺎﻟﺠﺒﺮﻳﺔ ﻭﺍﻟﻘﺪﺭﻳﺔ‪ ،‬ﻭﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ‪ :‬ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻉ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﺍﺿﺤﺔ‪،‬‬
‫ﻭﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺧﻼﻑ‪ ،‬ﻓﻤﻦ ﺍﻷﺻﻮﻟﻴﻴﻦ ﻛﺎﻟﺸﺎﻓﻌﻲ‪ :‬ﻣﻦ ﺭ ّﺩ ﺷﻬﺎﺩﺗﻪ ﻭﺭﻭﺍﻳﺘﻪ ﻣﻌﺎ‪ ،‬ﻭﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻬﻤﺎ ﻭﻫﻢ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎء ﻭﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ‪ ،‬ﻷﻥ ﺭﺩ ﺷﻬﺎﺩﺗﻪ‬
‫ﻟﺘﻬﻤﺔ ﺍﻟﻜﺬﺏ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻔﺴﻖ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩ ﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﺍﻟﺼﺪﻕ‪ ،‬ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﻓﻤﻦ ﺍﺣﺘﺮﺯ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠّﻰ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ‪ ،‬ﻓﻬﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ‬
‫ﺻﻠّﻰ ﱠ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ ﺃﺷﺪ ﺗﺤﺮﺯﺍ‪ -11  .‬ﺇﻥ ﻗﻀﻰ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺑﻤﺎ ﻳﻐﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﻦ‪ ،‬ﻛﺎﻟﻘﻀﺎء ﺑﺎﻟﺸﺎﻫﺪﻳﻦ ﺍﻟﻌﺪﻟﻴﻦ‪ ،‬ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺫﻟﻚ ﻋﻤﻼ ﺑﺠﻬﺎﻟﺔ‪ ،‬ﻭﺇﻧﻤﺎ‬
‫ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﺠﻬﺎﻟﺔ‪ :‬ﻗﺒﻮﻝ ﻗﻮﻝ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﻏﻠﺒﺔ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﻘﻮﻟﻪ‪.‬‬
‫‪ .8‬ﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺠﺎﺯﻓﺔ ﺑﺎﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻟﻠﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻱ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ ﺻﺤــ ‪100‬‬
‫ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﻬﻢ ﺍﻥ ﻻ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﻻ ﺗﻘﺒﻞ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﻨﻘﻞ ﺍﻟﻴﻚ ﻣﻦ ﺃﻓﻌﺎﻟﻬﻢ ﻭﺃﻗﻮﺍﻟﻬﻢ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺓ ﺣﺘﻰ ﺗﺸﺎﻫﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺍﻭ ﻳﻨﻘﻞ ﺍﻟﻴﻚ ﻣﺆﻣﻦ ﺗﻘﻲ ﻻ ﻳﺠﺎﺯﻑ ‪،‬‬
‫ﻭﻻ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻻ ﺍﻟﺤﻖ ‪ ،‬ﻭﺫﻟﻚ ﻻﻥ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﻈﻦ ﺑﺎﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻣﺮ ﻻﺯﻡ ‪ .‬ﻭﻗﺪ ﻛﺜﺮﺕ ﺑﻼﻏﺎﺕ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ‪ ،‬ﻭﻋﻢ ﺍﻟﺘﺴﺎﻫﻞ ﻫﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ‬
‫ﻭﻗﻠﺖ ﺍﻟﻤﺒﺎﻻﺓ ‪ ،‬ﻭﺍﺭﺗﻔﻌﺖ ﺍﻻﻣﺎﻧﺔ ‪ ،‬ﻭﺻﺎﺭ ﺍﻟﻤﺸﻜﻮﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﻭﺍﻓﻘﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﻫﻮﻯ ﺍﻧﻔﺴﻬﻢ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻡ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻣﻦ‬
‫ﺧﺎﻟﻔﻬﻢ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﺒﺪﺍ ﺻﺎﻟﺤﺎ‪ ،‬ﻓﺘﺮﺍﻫﻢ ﻳﻤﺪﺣﻮﻥ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﺍﻟﻤﺪﺡ ﻟﻤﻮﺍﻓﻘﺘﻪ ﺍﻳﺎﻫﻢ ﻭﺳﻜﻮﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﻁﻠﻬﻢ‪ ،‬ﻭﻳﺬﻣﻮﻥ ﻣﻦ ﺧﺎﻟﻔﻬﻢ ﻭﻳﻨﺼﺤﻬﻢ ﻓﻲ‬
‫ﺩﻳﻨﻬﻢ ‪ .‬ﻫﺬﺍ ﺣﺎﻝ ﺍﻻﻛﺜﺮ ﺍﻻ ﻣﻦ ﻋﺼﻤﻪ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻮﺟﺐ ﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺯ ﻭﺍﻟﺘﺤﻔﻆ ﻭﺍﻻﺣﺘﻴﺎﻁ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻻﻣﻮﺭ ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﻣﻔﺘﻮﻥ ‪ ،‬ﻭﺍﻫﻠﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﻖ‬
‫ﻧﺎﻛﺒﻮﻥ ‪ ،‬ﺍﻻ ﻣﻦ ﺷﺎء ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻨﻬﻢ ﻭﻫﻢ ﺍﻻﻗﻠﻮﻥ‪  .‬‬
‫‪ .9‬ﺍﻟﻤﺴﺘﺼﻔﻰ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ ﺍﻷﺻﻮﻝ‪ ‬ﻟﻤﺤﻤﺪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ )‪  (227-228 /1‬‬
‫ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪ :‬ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺻﺪﻗﻪ ﻭﻻ ﻛﺬﺑﻪ‪ :‬ﻓﻴﺠﺐ ﺍﻟﺘﻮﻗﻒ ﻓﻴﻪ‪،‬ﻭﻫﻮ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻻﺧﺒﺎﺭ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻲ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻣﻤﺎ ﻋﺪﺍ ﺍﻟﻘﺴﻤﻴﻦ‬
‫ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭﻳﻦ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﻛﻞ ﺧﺒﺮ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﺻﺪﻗﻪ ﻭﻻ ﻛﺬﺑﻪ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻗﻴﻞ‪ :‬ﻋﺪﻡ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻗﻪ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻛﺬﺑﻪ‪ ،‬ﺇﺫ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺻﺪﻗﺎ ﻟﻤﺎ ﺃﺧﻼﻧﺎ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻗﻪ‪ ،‬ﻗﻠﻨﺎ‪ :‬ﻭﻟﻢ ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﺃﻥ ﻳﺨﻠﻴﻨﺎ ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻞ ﻗﺎﻁﻊ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻗﻪ‪ ،‬ﻭﻟﻮ ﻗﻠﺐ ﻫﺬﺍ ﻭﻗﻴﻞ ﻳﻌﻠﻢ ﺻﺪﻗﻪ ﻻﻧﻪ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻛﺬﺑﺎ ﻟﻤﺎ ﺃﺧﻼﻧﺎ ﷲ‬
‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻦ ﺩﻟﻴﻞ ﻗﺎﻁﻊ ﻋﻠﻰ ﻛﺬﺑﻪ‪ ،‬ﻟﻜﺎﻥ ﻣﻘﺎﻭﻣﺎ ﻟﻬﺬﺍ ﺍﻟﻜﻼﻡ‪ ،‬ﻭﻛﻴﻒ ﻳﺠﻮﺯ ﺫﻟﻚ‪ ،‬ﻭﻳﻠﺰﻡ ﻣﻨﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﻄﻊ ﺑﻜﺬﺏ ﻛﻞ ﺷﺎﻫﺪ ﻻ ﻳﻘﻄﻊ ﺑﺼﺪﻗﻪ ﻭﻛﻔﺮ ﻛﻞ‬
‫ﻗﺎﺽ ﻭﻣﻔﺖ ﻭﻓﺠﻮﺭﻩ‪ ،‬ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺇﺳﻼﻣﻪ ﻭﻭﺭﻋﻪ ﺑﻘﺎﻁﻊ‪ ،‬ﻭﻛﺬﺍ ﻛﻞ ﻗﻴﺎﺱ ﻭﺩﻟﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻻ ﻳﻘﻄﻊ ﺑﺼﺤﺘﻪ ﻓﻠﻴﻘﻄﻊ ﺑﺒﻄﻼﻧﻪ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﺑﺨﻼﻑ‬
‫ﺍﻟﺘﺤﺪﻱ ﺑﺎﻟﻨﺒﻮﺓ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﺗﻈﻬﺮ ﻣﻌﺠﺰﺓ‪ ،‬ﻓﺈﻧﺎ ﻧﻘﻄﻊ ﺑﻜﺬﺑﻪ‪ ،‬ﻻﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ )ﺹ( ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﻠﻔﻨﺎ ﺗﺼﺪﻳﻘﻪ ﻭﺗﺼﺪﻳﻘﻪ ﺑﻐﻴﺮ ﺩﻟﻴﻞ ﻣﺤﺎﻝ ﻭﺗﻜﻠﻴﻒ ﺍﻟﻤﺤﺎﻝ ﻣﺤﺎﻝ‬
‫ﻓﺒﻪ ﻋﻠﻤﻨﺎ‪ ،‬ﺃﻧﺎ ﻟﻢ ﻧﻜﻠﻒ ﺗﺼﺪﻳﻘﻪ‪ ،‬ﻓﻠﻢ ﻳﻜﻦ ﺭﺳﻮﻻ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻗﻄﻌﺎ‪ ،‬ﺃﻣﺎ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ‪ ،‬ﻭﺷﻬﺎﺩﺓ ﺍﻻﺛﻨﻴﻦ ﻓﻠﻢ ﻧﺘﻌﺒﺪ ﻓﻴﻪ ﺑﺎﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﺑﻞ ﺑﺎﻟﻌﻤﻞ ﻋﻨﺪ ﻅﻦ‬
‫ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﻈﻦ ﺣﺎﺻﻞ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ ﻣﻤﻜﻦ ﻭﻧﺤﻦ ﻣﺼﻴﺒﻮﻥ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻫﻮ ﻛﺎﺫﺑﺎ ﻭﻟﻮ ﻋﻤﻠﻨﺎ ﺑﻘﻮﻝ ﺷﺎﻫﺪ ﻭﺍﺣﺪ‪ ،‬ﻓﻨﺤﻦ ﻣﺨﻄﺌﻮﻥ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻫﻮ ﺻﺎﺩﻗﺎ‪،‬‬

‫‪b. Bagaimana  hukum  menyebarkan  selebaran,  memposting  gambar,  update  status  (meme),  atau  sms ‬‬
‫‪dengan  tujuan  mengingatkan  sebuah  ancaman  seperti  ancaman  Komunis,  Antek  asing,  Zionis  Dll. ‬‬
‫‪Yang berdampak ketakutan bagi sebagian masyarakat? ‬‬
‫‪Jawaban:  ‬‬
‫‪Idem ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪ ‬‬

‫‪4 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP Lirboyo, Rabu- Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
HASIL KEPUTUSAN
BAHTSUL MASA’IL KUBRO
LAJNAH BAHTSUL MASA’IL PP. LIRBOYO KOTA KEDIRI
Rabu - Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1437 H
 

 
 

 Jalsah Ula  
MUSHOHIH  PERUMUS  MODERATOR 
1. KH. Mukhlis Dimyati   1. Bpk. Saiful Anwar 
2. KH. Bahrul Huda  2. Bpk. M. Thohari Muslim  Agus Arif Ridlwan Akbar 
3. Agus H. Abdul Muid Shohib  3. Bpk. Nawawi Ashari 
NOTULEN 
4. Agus H. Shobih Al Muayyad  4. Bpk. Hizbulloh al Haq 
5. Agus HM. Ibrohim Hafidz  5. Bpk. Darul Azka 
6. Agus HM. Dahlan Ridlwan  6. Bpk. M. Syahrul Munir  1. Bpk. Abu Syamsuddin Sarwan 
  7. Bpk. Sibromulisi  2. Bpk. M. Maemun 
  8. Bpk. Adhim Fadlan   
9. Bpk. Saifuddin 
10. Bpk. Imam Rosichin 
 

1. Keras Atau Tegas ???!!! |Sa'il: Mutakhorrijin 2006


Deskripsi Masalah
Agama  Islam  adalah  agama  universal,  pranata  hukumnya  masuk  dalam  semua  aspek  kehidupan 
manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial atau politik. Semuanya itu tidak terlepas dari hukum‐hukum 
Islam  yang  mengaturnya,  yang  akan  membawa  kedamaian  manusia  di  dunia  dan  akhirat.  Kelengkapan 
agama  Islam  memantapkan  Islam  sebagai  satu‐satunya  sistem  hidup  yang  berasal  dari  Allah  SWT, 
Pencipta seluruh makhluk, Yang Maha Adil dan Maha Mengetahui. 
Hanya  saja  yang  menjadi  persoalan  adalah,  bagaimana  kita  dapat  memahami  maksud  sebenarnya 
dari  firman  Allah  dan  sabda  Rasulullah  sebagai  tuntunan  yang  harus  diikuti  dan  diamalkan  dalam 
kehidupan  nyata.  Perbedaan  tafsir  teks‐teks  keagamaan  dalam  beberapa  persoalan  hingga  kini  tak 
terhindarkan, termasuk di antarnya dalam hal intereksi dan dakwah kepada nonmuslim. 
Kelompok islam garis keras memahami bahwa non muslim adalah musuh yang harus diperlakukan 
secara kasar/keras dan terus diwaspadai, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:: 
ِ ‫ﻋﻠَﻰ ٱﻟ ُﻜﻔﱠ‬
(29: ‫ﺎﺭ ُﺭ َﺣ َﻤﺎ ٓ ُء ﺑَﻴﻨَ ُﻬﻢ )ﺍﻟﻔﺘﺢ‬ ِ‫ﺳﻮ ُﻝ ٱ ﱠ‬
َ ‫ﻪﻠﻟ َﻭٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ َﻣﻌَﻪُ ﺃَ ِﺷﺪﱠﺍٓ ُء‬ ُ ‫ﱡﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ ﱠﺭ‬
"Muhammad adalah utusan allah dan orang‐orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang 
orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka."
 Terkait ayat ini, Syaikh Ibnu Ajibah dalam tafsirnya, al‐Bahr al‐Madid menjelaskan ; 
: ‫ ﺃﻱ‬، ‫ ﺧﺒﺮ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ‬: « ‫ ﻭ » ﺃﺷﺪﺍء‬، « ‫ ﻋﻄﻒ ﻋﻠﻰ » ﻣﺤﻤﺪ‬: « ‫ » ﺍﻟﺬﻳﻦ‬: ‫ } ﺃﺷﺪﺍ ُء ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ُﺭﺣﻤﺎ ُء ﺑﻴﻨﻬﻢ { ﺃﻭ‬: ‫ ﺧﺒﺮﻩ‬، ‫)ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻌﻪ { ﻣﺒﺘﺪﺃ‬
‫ ﻭﻟ َﻤﻦ ﻭﺍﻓﻖَ ﺩﻳﻨﻬﻢ‬، ‫ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳُﻈﻬﺮﻭﻥ ﻟ َﻤﻦ ﺧﺎﻟﻒ ﺩﻳﻨﻬﻢ ﺍﻟﺸﺪﺓ ﻭﺍﻟﺼﻼﺑﺔ‬: ‫ ﻳﻌﻨﻲ‬، ‫ ُﺭﺣﻤﺎء ﻣﺘﻌﺎﻁﻔﻮﻥ ﺑﻴﻨﻬﻢ‬، ‫ِﻏﻼﻅ ِﺷﺪﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻓﻲ َﺣ ْﺮﺑﻬﻢ‬
‫ ﻭﺑﻠﻎ ﻣﻦ ﺗﺸﺪﻳﺪﻫﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ‬، [ 54 : ‫ﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻜَﺎﻓِ ِﺮﻳﻦَ { ] ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ‬ َ ٍ‫ } ﺃَﺫِﻟﱠ ٍﺔ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨِﻴﻦَ ﺃَ ِﻋ ﱠﺰﺓ‬: ‫ ﻭﻫﺬﺍ ﻛﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬، َ‫ﺍﻟﺮﺃﻓﺔَ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ‬
ً ٌ
‫ ﺃﻧﻬﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻻ ﻳﺮﻯ ﻣﺆﻣﻦ ﻣﺆﻣﻨﺎ ﺇﻻ‬: ‫ ﻭﺑﻠﻎ ﻣﻦ ﺗﺮﺍﺣﻤﻬﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻬﻢ‬، ‫ﺗﻤﺲ ﺃﺑﺪﺍﻧﻬﻢ‬ ّ ‫ ﻭﻣﻦ ﺃﺑﺪﺍﻧﻬﻢ ﺃﻥ‬، ‫َﺤﺮﺯﻭﻥ ﻣﻦ ﺛﻴﺎﺑﻬﻢ ﺃﻥ ﺗﻠﺰﻕ ﺑﺜﻴﺎﺏ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ‬ ّ ‫ﻳﺘ‬
‫ﺻﺎﻓﺤﻪ ﻭﻋﺎﻧﻘﻪ‬
Dalam ayat lain Allah mengatakan: 
(120 ‫ﺎﺭﻯ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَﺘﱠﺒِ َﻊ ِﻣﻠﱠﺘَ ُﻬﻢ ) ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬
َ ‫ﺼ‬َ ‫ﻋ ْﻨﻚَ ْﺍﻟﻴَ ُﻬﻮﺩُ َﻭ َﻻ ﺍﻟﻨﱠ‬
َ ‫ﺿﻰ‬ َ ‫َﻭﻟَ ْﻦ ﺗ َْﺮ‬
"Orang  Yahudi  dan  Nasroni  tidak  akan  rela  kepadamu  Muhammad  sebelum  engkau  mengikuti  agama 
mereka." 

1 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H
Pemahaman  mereka  tentang  ayat  ini  adalah,  bahwa  sebaik‐baiknya  orang  kafir  tetaplah  musuh. 
Mereka tidak akan rela islam berkembang dan berjaya. 
Sementara  sebagian  lebih  memilih  jalan  damai  dan  bersikap  santun.  Sikap  toleran  dan  lembut 
terhadap  non  muslim merupakan  pilihan  yang  tepat  untuk  masa  sekarang  terlebih  di  negara  demokrasi 
seperti Indonesia. Beberapa dalil yang dijadikan pijakan di antaranya:  
[159:‫ﻣﺮ ]ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ‬ِ َ ‫ﻋ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻭﺍ ْﺳﺘَ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﻭﺷَﺎ ِﻭ ْﺭ ُﻫ ْﻢ ﻓِﻲ ﺍﻷ‬ ُ ‫ﺐ ﻻَ ْﻧﻔَﻀﱡﻮﺍْ ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟِﻚَ ﻓَﺎﻋ‬
َ ‫ْﻒ‬ ِ ‫ﻆ ْﺍﻟﻘَ ْﻠ‬ ّ َ‫ﻓَ ِﺒ َﻤﺎ َﺭﺣْ َﻤ ٍﺔ ِ ّﻣﻦَ ﱠ ِ ﻟِﻨﺖَ ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﻭﻟَ ْﻮ ُﻛ ْﻨﺖَ ﻓ‬
َ ً ‫ﻈﺎ‬
َ ‫ﻏ ِﻠﻴ‬
"Maka  disebabkan  rahmat  dari  Allah‐lah  kamu  berlaku  lemah  lembut  terhadap  mereka.  Sekiranya  kamu 
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah 
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu." 
(107/‫ﺳ ْﻠﻨَﺎﻙَ ِﺇ ﱠﻻ َﺭﺣْ َﻤﺔً ِﻟ ْﻠﻌَﺎﻟَ ِﻤﻴﻦَ )ﺍﻷﻧﺒﻴﺎء‬ َ ‫ َﻭ َﻣﺎ ﺃَ ْﺭ‬
"Dan kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat seluruh alam." 
Begitu juga yang tertera dalam hadist dan pendapat ulama’ : 
(42 / 6) - ‫ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻷﺣﻮﺫﻱ‬
‫ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺮﺣﻢ ﻣﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻻ ﻳﺮﺣﻤﻪ ﻣﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎء ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺑﻄﺎﻝ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺤﺾ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ‬
‫ﻭﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻭﺍﻟﺒﻬﺎﺋﻢ ﻭﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻙ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻙ ﻭﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻟﺘﻌﺎﻫﺪ ﺑﺎﻹﻁﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺴﻘﻲ ﻭﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﺘﻌﺪﻱ ﺑﺎﻟﻀﺮﺏ ﺍﻧﺘﻬﻰ‬

Salah satu tokoh muslim dunia menyatkan, bahwa maksud "asyidda' ala al kuffar" adalah tegas dan 
menampakkan identitasnya sebagai muslih di hadapan nonmuslim, bukan keras atau kasar. 
Beberapa sisi yang dikaji : 
 Penjelasan dan ragam tafsir ulama’ teks keagamaan yang terkesan “keras” dan “lembut” kepada non 
muslim, serta titik temu / tarjih dari dua dalil tersebut 
 Penerapan yang lebih ashlah dan ideal untuk non muslim di Indonesia, baik dalam hal interaksi sosial 
atau bidang dakwah. 
Pertanyaan:
a. Bagaiamana  penerapan  dua  ayat  di  atas  (Qs.  Al‐Baqoroh  :120  dan  Qs.  Ali  'Imron  :159)  di  Indonesia 
memepertimbangkan ajaran islam yang rahmatan lil A'lamin? 
Jawaban:  
Hubungan antara muslim dan non‐muslim terbagi dalam dua keadaan: 
1. Posisi saling berhadapan/ bermusuhan sampai keduanya dapat mencapai kata sepakat untuk 
hidup damai berdampingan. 
2. Hidup  damai  berdampingan  hingga  terjadi  hal‐hal  yang  dapat  merusak  hubungan  keduanya  
menjadi saling berhadapan/ bermusuhan.  
Dari berbagai literatur tafsir maupun fiqih ditemukan bahwa kedaaan antara muslim dan non‐muslim pada 
nomor satu, terjadi pada non–muslim yang tidak mempunyai I’tikad untuk mau hidup berdamai dengan 
orang islam. Sementara pola hubungan nomor dua adalah sebalikanya. Konsekwensi dari kedua bentuk 
hubungan ini sudah sangat jelas berbeda. Dimana pada pola hubungan nomor satu  menuntut orang Islam 
untuk melakukan perlawanan (asyidda’). Sedangkan pada nomor dua harus melindungi. 
 
Mencermati potret kehidupan non muslim di Indonesia yang siap dan mau rukun dan damai dengan orang 
islam,  maka  pola  hubungan  di  antara  keduanya  dapat  dipastikan  bersesuaian  dengan  pola  hubungan 
nomor dua. Dengan demikian, dalam berhubungan  dengan non–muslim di negeri ini, kita tidak saja harus 
melindungi, namun  juga harus menghormati dengan catatan kita tetap ingkar hati atas kekufuran yang 
ada pada diri mereka, sehingga tidak timbul rasa  keagungan dalam diri kita terhadap mereka. 
 
Ayat 120 dalam surat Al‐Baqoroh tidaklah menafikan sikap sebagaimana di atas, sepanjang mereka tidak 
melakukan tindakan‐tindakan nyata yang dapat dinilai merusak kehormatan Allah dan menentang secara 
terang‐terangan terhadap ajaran islam. 
 
 
 
 

Referensi 

2 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H
‫‪1.‬‬ ‫‪Takmilatul Majmu’, Juz 24, hal. 159 ‬‬ ‫‪9. Al Mawahibul Ladunniyyah, Juz 2 hal. 543 ‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Al Mausu’ah al Fiqhiyyah, Juz, 14 hal. 223 ‬‬ ‫‪10. Ihya Ulumiddin, Juz 3 hal. 55 ‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Bughyatul Mustarsyidin, hal. 543 ‬‬ ‫‪11. Adwaul Bayan, Juz 6 hal. 155 ‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Anwarul Buruq Fi Anwaril Furuq, Juz 3 hal. 14 ‬‬ ‫‪12. At Tahrir wa Tanwir, Juz 26 hal. 171 ‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪TafsirAyatil Ahkam, Juz 1 hal. 178 ‬‬ ‫‪13. Al Bahrul Muhit, Juz 1 hal. 590 ‬‬
‫‪6.‬‬ ‫‪Tafsir Ar‐Rozi, Juz 4 hal. 443 ‬‬ ‫‪14. Tafsir Bahrul Madid hal. 227 ‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Fathul Bari li Ibni Hajar, Juz 6 hal. 302 ‬‬ ‫‪15. Tafsir Ar‐Rozi, Juz 16 hal. 172 ‬‬
‫‪8.‬‬ ‫‪Rouhul Ma’ani, Juz 2 hal. 116 ‬‬ ‫‪16. Mafatihul Ghoib, Juz 9 hal. 407 ‬‬
‫‪ ‬‬

‫‪ .1‬ﺗﻜﻤﻠﺔ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﻭﺍﻟﻌﺸﺮﻭﻥ ﺻﺤـ ‪159 :‬‬


‫ﺃﺳﺎﺱ ﺍﻟﻌﻼﻗﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﻣﺨﺎﻟﻔﻴﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻄﺮﺃ ﻣﺎ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﺴﻠﻢ ﻣﻦ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺃﻭ ﺃﻣﺎﻥ ﺩﺍﺭ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻫﻲ ﺍﻟﺪﺍﺭ ﺍﻟﺘ ﻲ ﺗﺠ ﺮﻱ ﻋﻠﻴﻬ ﺎ ﺃﺣﻜ ﺎﻡ‬
‫ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻳﺄﻣﻦ ﻣﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺄﻣﺎﻥ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺳﻮﺍء ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻭﺫﻣﻴﻴﻦ ‪-‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ‪ -‬ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻻﺧﺮﻭﻥ ﻭﻫﻢ ﺍﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﺇﻥ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻣﺸﺮﻭﻉ ﻟﺤﻤﺎﻳ ﺔ ﺍﻟ ﺪﻋﻮﺓ‬
‫ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻭﺩﻓﻊ ﺍﻟﻌﺪﻭﺍﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻤﻦ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﻘﺎﻭﻣﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﺪﺃ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺑﺎﻋﺘﺪﺍء ﻻ ﻳﺤﻞ ﻗﺘﺎﻟﻪ ﻭﻻ ﺗﺒﺪﻳﻞ ﺃﻣﻨﻪ ﺧﻮﻓﺎ ﻭﺑﻨ ﺎ ًء ﻋﻠ ﻰ ﻫ ﺬﺍ‬
‫ﻓﻬﻢ ﻳﻘﻴﻤﻮﻥ ﺍﻟﺴﻴﺎﺳ ﺔ ﺍﻟﺨﺎﺭﺟﻴ ﺔ ﻟﻠﺪﻭﻟ ﺔ ﺍﻹﺳ ﻼﻣﻴﺔ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻷﺳ ﺲ ﻭﺍﻟﻘﻮﺍﻋ ﺪ ﺍﻟﺘﺎﻟﻴ ﺔ ‪ .1 :‬ﺩﻋ ﻮﺓ ﻏﻴ ﺮ ﺍﻟﻤﺴ ﻠﻤﻴﻦ ﺇﻟ ﻰ ﺍﻹﺳ ﻼﻡ ﻓ ﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳ ﺔ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻷﻣ ﺔ‬
‫ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺇﺫﺍ ﻗﺎﻡ ﺑﻪ ﻓﺮﻳﻖ ﻣﻨﻬﺎ ﺳﻘﻂ ﻋﻦ ﺍﻟﺒﺎﻗﻴﻦ ﻭﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻘﻢ ﺑﻪ ﻓﺮﻳﻖ ﻣﻨﻬﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻛﻠﻬﺎ ﺍﺛﻤﺔ ‪-‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ـ ‪ .2‬ﺍﻟﺴ ﻠﻢ ﻫ ﻮ ﺃﺳ ﺎﺱ ﺍﻟﻌﻼﻗ ﺔ ﺑ ﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴ ﻠﻤﻴﻦ‬
‫ﻭﻣﺨﺎﻟﻔﻴﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻠﻢ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻄ ﺮﺃ ﻣ ﺎ ﻳﻮﺟ ﺐ ﺍﻟﺤ ﺮﺍﺏ ﻣ ﻦ ﺍﻋﺘ ﺪﺍء ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﻤﺴ ﻠﻤﻴﻦ ﺃﻭ ﻣﻘﺎﻭﻣ ﺔ ﻟ ﺪﻋﻮﺗﻬﻢ ﺑﻤﻨ ﻊ ﺍﻟ ﺪﻋﺎﺓ ﻣ ﻦ ﺑﺜﻬ ﺎ ﻭﻭﺿ ﻊ ﺍﻟﻌﻘﺒ ﺎﺕ ﻓ ﻲ‬
‫ﺳﺒﻴﻠﻬﺎ ﻭﻓﻨﺘﺔ ﻣﻦ ﺍﻫﺘﺪﻯ ﺇﻟﻰ ﺇﺟﺎﺑﺘﻬﺎ‬
‫‪ .2‬ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﻮﻳﺘﻴﺔ ‪(223 / 14) -‬‬
‫ﻣﻦ ﺷﺮﻉ ﻟﻪ ﺍﻟﺘﻴﺴﻴﺮ ‪:‬‬
‫‪ - 27‬ﺍﻟﺘﻴﺴﻴﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺍﻟﻤﺘﻘﻴﻦ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮ ﻓﻠ ﻪ ﺍﻟﺘﺸ ﺪﻳﺪ ﻭﺍﻟﺘﻀ ﻴﻴﻖ ﻭﺍﻟﺘﻐﻠ ﻴﻆ ﺑﺴ ﺒﺐ ﻛﻔ ﺮﻩ ﺑ ﺎ ﻭﺟﺤ ﺪﻩ ﻟﻨﻌﻤﺘ ﻪ ﻭﺣﻘ ﻪ ؛‬
‫ﻭﻟﺮﻓﻀﻪ ﺍﻟﺪﺧﻮﻝ ﺗﺤﺖ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﷲ ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻌﻪ ﺃﺷ ﺪﺍء ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﻜﻔ ﺎﺭ ﺭﺣﻤ ﺎء ﺑﻴ ﻨﻬﻢ { )‪ (2‬ﻭﻗ ﺎﻝ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ‪ } :‬ﻳ ﺎ ﺃﻳﻬ ﺎ ﺍﻟﻨﺒ ﻲ‬
‫ﺟﺎﻫﺪ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ ﻭﺍﻏﻠﻆ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﻣﺄﻭﺍﻫﻢ ﺟﻬﻨﻢ ﻭﺑﺌﺲ ﺍﻟﻤﺼﻴﺮ { ‪ ‬‬
‫ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺷﺮﻉ ﻗﺘﺎﻝ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺇﺩﺧﺎﻟﻬﻢ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺠﺰﻳﺔ ﻭﺍﻟﺼﻐﺎﺭ ‪ .‬ﻓﺈﻥ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﻤﺤﺎﺭﺑﺔ ‪ ،‬ﺃﻭ ﺩﺧﻞ ﻣﺴﺘﺄﻣﻨﺎ ‪ ،‬ﺣﺼﻞ ﻟ ﻪ ﻓ ﻲ ﺍﻟﺸ ﺮﻳﻌﺔ ﺃﻧ ﻮﺍﻉ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻴﺴﻴﺮ ‪ ،‬ﻛﺎﻟﻤﺤﺎﻓﻈﺔ ﻋﻠﻴﻪ ‪ ،‬ﻭﻣﻨﻊ ﻅﻠﻤﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺎﻝ ‪ ،‬ﻭﺇﻗﺮﺍﺭﻩ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﻓ ﻲ ﺩﻳﻨ ﻪ ‪ .‬ﻭﺍﻧﻈ ﺮ ﻣﺼ ﻄﻠﺢ ) ﺃﻫ ﻞ ﺍﻟﺬﻣ ﺔ ( ) ﻭﺟﻬ ﺎﺩ ( ‪ .‬ﻭﺃﻣ ﺎ‬
‫ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﻭﺍﻟﻤﻌﺘﺪﻱ ﻭﺍﻟﻈﺎﻟﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺸﺪﻳﺪ ﺑﺤﺴﺐ ﻓﺴ ﻘﻪ ﻭﻋﺪﻭﺍﻧ ﻪ ﻭﻅﻠﻤ ﻪ ﺑﻘ ﺪﺭ ﺍﻟ ﺬﻧﺐ ﺍﻟ ﺬﻱ ﺟﻨ ﺎﻩ ‪ ،‬ﻭﻟ ﻪ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺘﻴﺴ ﻴﺮ ﺑﺤﺴ ﺐ ﺇﺳ ﻼﻣﻪ‬
‫ﻭﺇﻳﻤﺎﻧﻪ ‪ .‬ﻓﻤﻦ ﺍﻟﺘﺸﺪﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﺎﺳﻖ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﺍﻧﻲ ﺑﺮﺟﻤﻪ ﺣﺘﻰ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺼﻨﺎ ‪ ،‬ﻭﻫﻲ ﻣﻦ ﺃﻋﺴ ﺮ ﺃﻧ ﻮﺍﻉ ﺍﻟﻘﺘ ﻞ ﻭﺃﺷ ﺪﻫﺎ ‪ ،‬ﻭﺑﺠﻠ ﺪﻩ ﻣﺎﺋ ﺔ‬
‫ﺟﻠﺪﺓ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﺤﺼﻨﺎ ‪ .‬ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻗﻄﻊ ﻳﺪ ﺍﻟﺴﺎﺭﻕ ‪ ،‬ﻭﻗﺘﻞ ﻗﺎﻁﻊ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ‪ ،‬ﺃﻭ ﺻﻠﺒﻪ ‪ ،‬ﺃﻭ ﺗﻘﻄﻴﻊ ﻳﺪﻩ ﻭﺭﺟﻠﻪ ﻣ ﻦ ﺧ ﻼﻑ ‪ ،‬ﺃﻭ ﻧﻔﻴ ﻪ ﻣ ﻦ ﺍﻷﺭﺽ ‪ .‬ﻭﺍﻟﺘﻔﺼ ﻴﻞ‬
‫ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻭﺩ )‪. (2‬‬
‫‪ .3‬ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ‪(543 / 1) -‬‬
‫)ﻣﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ﻙ( ‪ :‬ﺃﻁﻠﻖ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻘﺪ ﺍﻷﻣﺎﻥ ﺣﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺷﻬﺮ ‪ ،‬ﻓﻠﻮ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻊ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻭﺧﻨﺜﻰ ﺻﺢ ﻣﻄﻠﻘﺎ ً ‪ ،‬ﺃﻭ ﻣ ﻊ ﺫﻛ ﺮ ﺻ ﺢ ﻓﻴﻬ ﺎ ﻭﺑﻄ ﻞ‬
‫ﻓﻲ ﺍﻟﺰﺍﺋﺪ ‪ ،‬ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﻨﺎ ﺿﻌﻒ ﺟﺎﺯﺕ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﺑﻨﻈﺮ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺇﻟﻰ ﻋﺸﺮ ﺳﻨﻴﻦ ﻻ ﻓﻮﻗﻬﺎ ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﺩﻋﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﺣﺎﺟﺔ ﻭﺣﻴﺚ ﺍﻧﺘﻔﻰ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﺑﻠﻎ ﺍﻟﻤ ﺄﻣﻦ ‪ ،‬ﻭﻟ ﻢ ﻳﺠ ﺰ‬
‫ﺍﻏﺘﻴﺎﻟﻬﻢ ﻭﺇﺭﻗﺎﻗﻬﻢ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ‪ ،‬ﺇﺫ ﺣﻜﻢ ﻓﺎﺳﺪ ﺍﻟﻌﻘﻮﺩ ﻛﺼﺤﻴﺤﻬﺎ ‪ ،‬ﻭﻟﻮ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﺑﻼﺩﻧﺎ ﻟﺘﺠﺎﺭﺓ ﻭﺃﻗﺎﻣﻮﺍ ﺳﻨﻴﻦ ﻭﻋﻠﻢ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻭﺳﻜﺖ ﻓﻠﻢ ﻳﻨﻬﻬﻢ ﻭﻻ ﺃﻣﺮﻫﻢ‬
‫ﻟﻜﻨﻪ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﻅﻠﻤﻬﻢ ﻭﻗﺘﻠﻬﻢ ‪ ،‬ﻓﺎﻟﺬﻱ ﻳﻈﻬﺮ ﺃﻧﻪ ﺣﻴﺚ ﺩﺧﻠﻮﺍ ﻣﻌﺘﻤﺪﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺍﻟﻤﻄﺮﺩﺓ ﻣﻦ ﻣﻨﻊ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻣ ﻦ ﺃﺧ ﺬ ﺃﻣ ﻮﺍﻟﻬﻢ ﻭﻗﺘ ﻞ ﻧﻔﻮﺳ ﻬﻢ ﻭﻅﻨ ﻮﺍ ﺃﻥ‬
‫ﺫﻟﻚ ﻋﻘﺪ ﻣﺄﻣﻦ ﺻﺤﻴﺢ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺍﻏﺘﻴﺎﻟﻬﻢ ﻭﻟﻮ ﺑﺴﺒﺐ ﺩﻳﻦ ﻋﻠﻴﻬﻢ ‪ ،‬ﺑﻞ ﻳﺠﺐ ﺗﺒﻠﻴﻐﻬﻢ ﺍﻟﻤﺄﻣﻦ ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﺍﻧﺘﻔﻰ ﺷﺮﻁ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺟﺎﺯ ﺍﻻﻏﺘﻴﺎﻝ ﻭﺍﻹﺭﻗﺎﻕ ﻣﻄﻠﻘﺎ ً‪.‬‬
‫‪ .4‬ﺃﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﺒﺮﻭﻕ ﻓﻲ ﺃﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻔﺮﻭﻕ )‪(14 /3‬‬
‫ﻭﺇﻥ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﻣﻄﻠﻮﺏ ﻭﺃﻥ ﺍﻟﺘﻮﺩﺩ ﻭﺍﻟﻤﻮﺍﻻﺓ ﻣﻨﻬﻲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﺍﻟﺒﺎﺑﺎﻥ ﻣﻠﺘﺒﺴﺎﻥ ﻓﻴﺤﺘﺎﺟﺎﻥ ﺇﻟ ﻰ ﺍﻟﻔ ﺮﻕ ﻭﺳ ﺮ ﺍﻟﻔ ﺮﻕ ﺃﻥ ﻋﻘ ﺪ ﺍﻟﺬﻣ ﺔ ﻳﻮﺟ ﺐ ﺣﻘﻮﻗ ﺎ‬
‫ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻟﻬﻢ ﻷﻧﻬﻢ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺭﻧﺎ ﻭﻓﻲ ﺧﻔﺎﺭﺗﻨﺎ ﻭﺫﻣﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺫﻣﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻭﺩﻳﻦ ﺍﻹﺳ ﻼﻡ ﻓﻤ ﻦ ﺍﻋﺘ ﺪﻯ ﻋﻠ ﻴﻬﻢ ﻭﻟ ﻮ ﺑﻜﻠﻤ ﺔ ﺳ ﻮء ﺃﻭ‬
‫ﻏﻴﺒﺔ ﻓﻲ ﻋﺮﺽ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﺃﻭ ﻧﻮﻉ ﻣﻦ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻷﺫﻳﺔ ﺃﻭ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﺿﻴﻊ ﺫﻣﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺫﻣﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ ﻭﺳ ﻠﻢ ‪ -‬ﻭﺫﻣ ﺔ ﺩﻳ ﻦ ﺍﻹﺳ ﻼﻡ‪.‬‬
‫ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺣﻜ ﻰ ﺍﺑ ﻦ ﺣ ﺰﻡ ﻓ ﻲ ﻣﺮﺍﺗ ﺐ ﺍﻹﺟﻤ ﺎﻉ ﻟ ﻪ ﺃﻥ ﻣ ﻦ ﻛ ﺎﻥ ﻓ ﻲ ﺍﻟﺬﻣ ﺔ ﻭﺟ ﺎء ﺃﻫ ﻞ ﺍﻟﺤ ﺮﺏ ﺇﻟ ﻰ ﺑﻼﺩﻧ ﺎ ﻳﻘﺼ ﺪﻭﻧﻪ ﻭﺟ ﺐ ﻋﻠﻴﻨ ﺎ ﺃﻥ ﻧﺨ ﺮﺝ ﻟﻘﺘ ﺎﻟﻬﻢ ﺑ ﺎﻟﻜﺮﺍﻉ‬
‫ﻭﺍﻟﺴﻼﺡ ﻭﻧﻤﻮﺕ ﺩﻭﻥ ﺫﻟﻚ ﺻﻮﻧﺎ ﻟﻤﻦ ﻫﻮ ﻓﻲ ﺫﻣﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺫﻣﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻓﺈﻥ ﺗﺴﻠﻴﻤﻪ ﺩﻭﻥ ﺫﻟﻚ ﺇﻫﻤ ﺎﻝ ﻟﻌﻘ ﺪ ﺍﻟﺬﻣ ﺔ ﻭﺣﻜ ﻰ ﻓ ﻲ‬
‫ﺫﻟﻚ ﺇﺟﻤﺎﻉ ﺍﻷﻣﺔ ﻓﻘﺪ ﻳﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ ﺇﺗﻼﻑ ﺍﻟﻨﻔﻮﺱ ﻭﺍﻷﻣﻮﺍﻝ ﺻﻮﻧﺎ ﻟﻤﻘﺘﻀﺎﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﻀﻴﺎﻉ ﺇﻧﻪ ﻟﻌﻈﻴﻢ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﻘﺪ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﻤﺜﺎﺑﺔ ﻭﺗﻌﻴﻦ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻥ ﻧﺒ ﺮﻫﻢ‬
‫ﺑﻜﻞ ﺃﻣﺮ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻅﺎﻫﺮﻩ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺩﺍﺕ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﻭﻻ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﺷﻌﺎﺋﺮ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻤﺘﻰ ﺃﺩﻯ ﺇﻟﻰ ﺃﺣﺪ ﻫﺬﻳﻦ ﺍﻣﺘﻨﻊ ﻭﺻﺎﺭ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﻣﺎ ﻧﻬ ﻲ ﻋﻨ ﻪ ﻓ ﻲ ﺍﻵﻳ ﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫ ﺎ‬
‫ﻭﻳﺘﻀﺢ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻤﺜﻞ ﻓﺈﺧﻼء ﺍﻟﻤﺠﺎﻟﺲ ﻟﻬﻢ ﻋﻨﺪ ﻗﺪﻭﻣﻬﻢ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻬ ﻢ ﺣﻴﻨﺌ ﺬ ﻭﻧ ﺪﺍﺅﻫﻢ ﺑﺎﻷﺳ ﻤﺎء ﺍﻟﻌﻈﻴﻤ ﺔ ﺍﻟﻤﻮﺟﺒ ﺔ ﻟﺮﻓ ﻊ ﺷ ﺄﻥ ﺍﻟﻤﻨ ﺎﺩﻯ ﺑﻬ ﺎ ﻫ ﺬﺍ ﻛﻠ ﻪ‬
‫ﺣﺮﺍﻡ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺇﺫﺍ ﺗﻼﻗﻴﻨﺎ ﻣﻌﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﺃﺧﻠﻴﻨﺎ ﻟﻬﻢ ﻭﺍﺳﻌﻬﺎ ﻭﺭﺣﺒﻬﺎ ﻭﺍﻟﺴﻬﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺗﺮﻛﻨﺎ ﺃﻧﻔﺴﻨﺎ ﻓﻲ ﺧﺴﻴﺴﻬﺎ ﻭﺣﺰﻧﻬ ﺎ ﻭﺿ ﻴﻘﻬﺎ ﻛﻤ ﺎ ﺟ ﺮﺕ ﺍﻟﻌ ﺎﺩﺓ ﺃﻥ‬
‫ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺮء ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ﻭﺍﻟﻮﻟﺪ ﻣﻊ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﻭﺍﻟﺤﻘﻴﺮ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻓﺈﻥ ﻫﺬﺍ ﻣﻤﻨﻮﻉ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣ ﻦ ﺗﻌﻈ ﻴﻢ ﺷ ﻌﺎﺋﺮ ﺍﻟﻜﻔ ﺮ ﻭﺗﺤﻘﻴ ﺮ ﺷ ﻌﺎﺋﺮ ﷲ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﻭﺷ ﻌﺎﺋﺮ‬
‫ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺍﺣﺘﻘﺎﺭ ﺃﻫﻠﻪ‪ – .‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ‪ --‬ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﺃﻣﺮ ﺑﻪ ﻣ ﻦ ﺑ ﺮﻫﻢ ﻭﻣ ﻦ ﻏﻴ ﺮ ﻣ ﻮﺩﺓ ﺑﺎﻁﻨﻴ ﺔ ﻓ ﺎﻟﺮﻓﻖ ﺑﻀ ﻌﻴﻔﻬﻢ ﻭﺳ ﺪ ﺧﻠ ﺔ ﻓﻘﻴ ﺮﻫﻢ ﻭﺇﻁﻌ ﺎﻡ ﺟ ﺎﺋﻌﻬﻢ ﻭﺇﻛﺴ ﺎء‬
‫ﻋﺎﺭﻳﻬﻢ ﻭﻟﻴﻦ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻟﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻄﻒ ﻟﻬﻢ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻻ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﻭﺍﻟﺬﻟﺔ ﻭﺍﺣﺘﻤﺎﻝ ﺇﺫﺍﻳﺘﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻮﺍﺭ ﻣﻊ ﺍﻟﻘﺪﺭﺓ ﻋﻠﻰ ﺇﺯﺍﻟﺘﻪ ﻟﻄﻔﺎ ﻣﻨﺎ ﺑﻬﻢ ﻻ‬
‫ﺧﻮﻓﺎ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎء ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻬﺪﺍﻳ ﺔ ﻭﺃﻥ ﻳﺠﻌﻠ ﻮﺍ ﻣ ﻦ ﺃﻫ ﻞ ﺍﻟﺴ ﻌﺎﺩﺓ ﻭﻧﺼ ﻴﺤﺘﻬﻢ ﻓ ﻲ ﺟﻤﻴ ﻊ ﺃﻣ ﻮﺭﻫﻢ ﻓ ﻲ ﺩﻳ ﻨﻬﻢ ﻭﺩﻧﻴ ﺎﻫﻢ ﻭﺣﻔ ﻆ ﻏﻴﺒ ﺘﻬﻢ ﺇﺫﺍ ﺗﻌ ﺮﺽ ﺃﺣ ﺪ‬
‫ﻷﺫﻳﺘﻬﻢ ﻭﺻﻮﻥ ﺃﻣﻮﺍﻟﻬﻢ ﻭﻋﻴﺎﻟﻬﻢ ﻭﺃﻋﺮﺍﺿﻬﻢ ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺣﻘﻮﻗﻬﻢ ﻭﻣﺼﺎﻟﺤﻬﻢ ﻭﺃﻥ ﻳﻌﺎﻧﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﻈﻠﻢ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﺇﻳﺼﺎﻟﻬﻢ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺣﻘﻮﻗﻬﻢ ﻭﻛ ﻞ ﺧﻴ ﺮ ﻳﺤﺴ ﻦ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻣﻊ ﺍﻷﺳﻔﻞ ﺃﻥ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺪﻭ ﺃﻥ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻣﻊ ﻋﺪﻭﻩ ﻓ ﺈﻥ ﺫﻟ ﻚ ﻣ ﻦ ﻣﻜ ﺎﺭﻡ ﺍﻷﺧ ﻼﻕ ﻓﺠﻤﻴ ﻊ ﻣ ﺎ ﻧﻔﻌﻠ ﻪ ﻣﻌﻬ ﻢ ﻣ ﻦ ﺫﻟ ﻚ ﻳﻨﺒﻐ ﻲ ﺃﻥ ﻳﻜ ﻮﻥ ﻣ ﻦ ﻫ ﺬﺍ‬
‫ﺍﻟﻘﺒﻴﻞ ﻻ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻌﺰﺓ ﻭﺍﻟﺠﻼﻟﺔ ﻣﻨﺎ ﻭﻻ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻟﻬﻢ ﻭﺗﺤﻘﻴﺮ ﺃﻧﻔﺴﻨﺎ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺼﻨﻴﻊ ﻟﻬﻢ ﻭﻳﻨﺒﻐ ﻲ ﻟﻨ ﺎ ﺃﻥ ﻧﺴﺘﺤﻀ ﺮ ﻓ ﻲ ﻗﻠﻮﺑﻨ ﺎ ﻣ ﺎ ﺟﺒﻠ ﻮﺍ ﻋﻠﻴ ﻪ‬
‫ﻣﻦ ﺑﻐﻀﻨﺎ ﻭﺗﻜﺬﻳﺐ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻟﻮ ﻗﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻻﺳﺘﺄﺻﻠﻮﺍ ﺷﺄﻓﺘﻨﺎ ﻭﺍﺳﺘﻮﻟﻮﺍ ﻋﻠ ﻰ ﺩﻣﺎﺋﻨ ﺎ ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻨ ﺎ ﻭﺃﻧﻬ ﻢ ﻣ ﻦ ﺃﺷ ﺪ ﺍﻟﻌﺼ ﺎﺓ ﻟﺮﺑﻨ ﺎ‬
‫ﻭﻣﺎﻟﻜﻨﺎ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺛﻢ ﻧﻌﺎﻣﻠﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻣﺘﺜﺎﻻ ﻷﻣﺮ ﺭﺑﻨﺎ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻭﺃﻣﺮ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻ ﻣﺤﺒﺔ ﻓﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻬ ﻢ ﻭﻻ ﻧﻈﻬ ﺮ‬
‫ﺁﺛﺎﺭ ﺗﻠﻚ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﺘﻲ ﻧﺴﺘﺤﻀﺮﻫﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺗﻬﻢ ﺍﻟﺬﻣﻴﻤﺔ ﻷﻥ ﻋﻘﺪ ﺍﻟﻌﻬﺪ ﻳﻤﻨﻌﻨﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻨﺴﺘﺤﻀﺮﻫﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﻨﻌﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﺩ ﺍﻟﺒ ﺎﻁﻦ ﻟﻬ ﻢ ﻭﺍﻟﻤﺤ ﺮﻡ‬
‫ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺧﺎﺻﺔ‬
‫‪ .5‬ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ‪(178 / 1) -‬‬
‫ﺷ ْﻲءٍ ﺇِ ﱠﻻ ﺃَ ْﻥ ﺗَﺘﱠﻘُ ﻮﺍ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﺗُﻘَ ﺎﺓً َﻭﻳُ َﺤ ﺬّ ُِﺭ ُﻛ ُﻢ ﱠ ُ ﻧَ ْﻔ َ‬
‫ﺴ ﻪُ َﻭﺇِﻟَ ﻰ ﱠ ِ‬ ‫ْﺲ ِﻣ ﻦَ ﱠ ِ ﻓِ ﻲ َ‬ ‫َﻻ ﻳَﺘ ﱠ ِﺨ ِﺬ ﺍ ْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨُ ﻮﻥَ ﺍ ْﻟ َﻜ ﺎﻓِ ِﺮﻳﻦَ ﺃَ ْﻭ ِﻟﻴَ ﺎ َء ِﻣ ْﻦ ﺩ ِ‬
‫ُﻭﻥ ﺍ ْﻟ ُﻤ ﺆْ ِﻣﻨِﻴﻦَ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻔﻌَ ْﻞ ﺫَ ِﻟ ﻚَ ﻓَﻠَ ﻴ َ‬
‫ِﻳﺮ )‪(29‬‬ ‫ﻋﻠَﻰ ُﻛ ِ ّﻞ ﺷ َْﻲءٍ ﻗَﺪ ٌ‬ ‫ﺽ َﻭ ﱠ ُ َ‬ ‫ﺕ َﻭ َﻣﺎ ﻓِﻲ ْﺍﻷَ ْﺭ ِ‬
‫ﺎﻭﺍ ِ‬ ‫ُﻭﺭ ُﻛ ْﻢ ﺃَ ْﻭ ﺗ ُ ْﺒﺪُﻭﻩُ ﻳَ ْﻌﻠَ ْﻤﻪُ ﱠ ُ َﻭﻳَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﱠ‬
‫ﺴ َﻤ َ‬ ‫ﺻﺪ ِ‬‫ﻴﺮ )‪ (28‬ﻗُ ْﻞ ﺇِ ْﻥ ﺗ ُْﺨﻔُﻮﺍ َﻣﺎ ﻓِﻲ ُ‬ ‫ﺍ ْﻟ َﻤ ِﺼ ُ‬

‫‪3 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻤﺴﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﻮﺍﻟﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻴﺘﺨﺬ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻔّﺎﺭ ﺍﻟ ﺬﻳﻦ ﻳﺘﺮﺑﺼ ﻮﻥ ﺑ ﺎﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺍﻟﺴ ﻮء ﺃﻭﻟﻴ ﺎء ﻳﺼ ﺎﺩﻗﻬﻢ ﻭﻳﺘ ﻮﺩّﺩ ﺇﻟ ﻴﻬﻢ ﺃﻭ ﻳﺴ ﺘﻌﻴﻦ ﺑﻬ ﻢ ﻭﻳﺘ ﺮﻙ‬
‫ﺇﺧﻮﺍﻧﻪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻠ ﻴﺲ ﺑ ﻴﻦ ﺍﻹﻳﻤ ﺎﻥ ﻭﺍﻟﻜﻔ ﺮ ﻧﺴ ﺐ ﻭﺻ ﻠﺔ ‪ ،‬ﻓﺎﻵﻳ ﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤ ﺔ ﺗﺤ ﺬّﺭ ﻣ ﻦ ﻣ ﻮﺍﻻﺓ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮﻳﻦ ﺇﻻ ﻓ ﻲ ﺣ ﺎﻝ ﺍﻟﻀ ﺮﻭﺭﺓ ﻭﻫ ﻮ ﺣ ﺎﻝ ﺍﺗﻘ ﺎء ﺷ ﺮﻫﻢ‬
‫ﻭﺗﺠﻨﺐ ﺿﺮﺭﻫﻢ ﺃﻭ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﺘﺠﻮﺯ ﻣﻮﺍﻻﺗﻬﻢ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﻘﺘﺼﺮ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣ ﻊ ﺇﺿ ﻤﺎﺭ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﻴ ﺔ ﻭﺍﻟ ﺒﻐﺾ ﻟﻬ ﻢ ﻓ ﻲ ﺍﻟﺒ ﺎﻁﻦ ‪ ،‬ﺛ ﻢ ﺧﺘﻤ ﺖ ﺍﻵﻳ ﺔ‬
‫ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﺑﺎﻟﻮﻋﻴﺪ ﺍﻟﺸﺪﻳﺪ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻋﻈﻢ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺗﻜﺒﻪ ﻣﻦ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺃﻭﺍﻣﺮ ﷲ ﻭﻳﻮﺍﻟﻲ ﺃﻋﺪﺍءﻩ‬
‫‪ .6‬ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ ‪(443 / 4) -‬‬
‫ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ‪ :‬ﺍﻟﻠﻴﻦ ﻭﺍﻟﺮﻓﻖ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻔﺾ ﺍﻟﻰ ﺇﻫﻤﺎﻝ ﺣﻖ ﻣﻦ ﺣﻘﻮﻕ ﷲ ‪ ،‬ﻓﺄﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺃﺩﻯ ﺍﻟﻰ ﺫﻟﻚ ﻟﻢ ﻳﺠ ﺰ ‪ ،‬ﻗ ﺎﻝ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ‪ } :‬ﻳﺎﺃﻳﻬ ﺎ ﺍﻟﻨﺒ ﻰ ﺟﺎﻫ ﺪ‬
‫ِﻳﻦ ﷲ { ] ﺍﻟﻨﻮﺭ ‪  . [ 2 :‬‬ ‫ﻋﻠَﻴ ِْﻬ ْﻢ { ] ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ‪ [ 73 :‬ﻭﻗﺎﻝ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻲ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺣﺪ ﺍﻟﺰﻧﺎ ‪َ } :‬ﻭﻻَ ﺗَﺄ ْ ُﺧ ْﺬ ُﻛ ْﻢ ِﺑ ِﻬ َﻤﺎ َﺭﺃْﻓَﺔٌ ﻓِﻰ ﺩ ِ‬ ‫ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ ﻭﺍﻏﻠﻆ َ‬
‫ﻋﻠ ﻴ ِْﻬ ْﻢ { ﻓﻬﻬﻨ ﺎ ﻧﻬ ﺎﻩ ﻋ ﻦ ﺍﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﻋﻠ ﻰ‬ ‫َ‬ ‫ﻭﻫﻬﻨﺎ ﺩﻗﻴﻘ ﺔ ﺃﺧ ﺮﻯ ‪ :‬ﻭﻫ ﻲ ﺃﻧ ﻪ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﻣﻨﻌ ﻪ ﻣ ﻦ ﺍﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﻓ ﻲ ﻫ ﺬﻩ ﺍﻵﻳ ﺔ ‪ ،‬ﻭﺃﻣ ﺮﻩ ﺑﺎﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﻓ ﻲ ﻗﻮﻟ ﻪ ‪ } :‬ﻭﺍﻏﻠ ﻆ َ‬
‫ﻋﻠ َ ﻰ‬ ‫ﺷ ﺪﱠﺍء َ‬ ‫ﻋﻠَ ﻰ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮﻳﻦ { ] ﺍﻟﻤﺎﺋ ﺪﺓ ‪ [ 54 :‬ﻭﻗﻮﻟ ﻪ ‪ } :‬ﺃَ ِ‬ ‫ﻋﻠَ ﻰ ﺍﻟﻤ ﺆﻣﻨﻴﻦ ﺃَ ِﻋ ﱠﺰ ٍﺓ َ‬ ‫ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ‪ ،‬ﻭﻫﻨﺎﻙ ﺃﻣﺮﻩ ﺑﺎﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﻣ ﻊ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮﻳﻦ ‪ ،‬ﻓﻬ ﻮ ﻛﻘﻮﻟ ﻪ ‪ } :‬ﺃَ ِﺫﻟﱠ ٍﺔ َ‬
‫ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ُﺭ َﺣ َﻤﺎء ﺑَ ْﻴﻨَ ُﻬ ْﻢ { ] ﺍﻟﻔﺘﺢ ‪ [ 29 :‬ﻭﺗﺤﻘﻴﻖ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﻁﺮﻓﻲ ﺍﻹﻓﺮﺍﻁ ﻭﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻂ ﻣﺬﻣﻮﻣﺎﻥ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻓ ﻲ ﺍﻟﻮﺳ ﻂ ‪ ،‬ﻓ ﻮﺭﻭﺩ ﺍﻷﻣ ﺮ ﺑ ﺎﻟﺘﻐﻠﻴﻆ ﺗ ﺎﺭﺓ ‪،‬‬
‫ﻭﺃﺧﺮﻯ ﺑﺎﻟﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ ‪ ،‬ﺇﻧﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻷﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﺘﺒﺎﻋﺪ ﻋﻦ ﺍﻻﻓﺮﺍﻁ ﻭﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻂ ‪ ،‬ﻓﻴﺒﻘﻰ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﻮﺳ ﻂ ﺍﻟ ﺬﻱ ﻫ ﻮ ﺍﻟﺼ ﺮﺍﻁ ﺍﻟﻤﺴ ﺘﻘﻴﻢ ‪ ،‬ﻓﻠﻬ ﺬﺍ ﺍﻟﺴ ﺮ ﻣ ﺪﺡ ﷲ ﺍﻟﻮﺳ ﻂ‬
‫ﻄﺎ { ] ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ‪[ 143 :‬‬ ‫ﻓﻘﺎﻝ ‪ } :‬ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺟﻌﻠﻨﺎﻛﻢ ﺃ ُ ﱠﻣﺔً َﻭ َ‬
‫ﺳ ً‬
‫‪ .7‬ﻓﺘﺢ‪ ‬ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ‪ ‬ﻻﺑﻦ‪ ‬ﺣﺠﺮ‪   (302   6) ‬‬
‫ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﺸﻔﻘﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﻹﻳﻤﺎﻧﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻓﻠﺮﺟﺎء ﺇﺳﻼﻣﻪ ﻭﻫﻮ ﺑﻌﺚ ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﻴﻦ‪.‬‬
‫‪ .8‬ﺭﻭﺡ‪ ‬ﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻲ‪   (116   2) ‬‬
‫ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﺎﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺟﻌﻠﻬﻢ ﻋﻤﺎﻻ ﻭﻻ ﺍﺳﺘﺨﺪﺍﻣﻬﻢ ﻓﻲ ﺃﻣﻮﺭ ﺍﻟﺪﻳﻮﺍﻥ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻛﺬﺍ ﺃﺩﺧﻠﻮﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺍﻻﺓ ﺍﻟﻤﻨﻬﻲ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻟﺴﻼﻡ‬
‫ﻭﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺎﻟﻜﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺘﻮﻗﻴﺮ ﺑﺎﻟﻤﺠﺎﻟﺲ‪ ،‬ﻭﻓﻲ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﻠﺲ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﻭﻋﺪ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺒﺮ ﻭﺍﻹﺣﺴﺎﻥ‬
‫ﺍﻟﻤﺄﺫﻭﻥ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪ :‬ﻻ ﻳﻨﻬﺎﻛﻢ ﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﺎﺗﻠﻮﻛﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﺨﺮﺟﻮﻛﻢ ﻣﻦ ﺩﻳﺎﺭﻛﻢ ﺃﻥ ﺗﺒﺮﻭﻫﻢ ﻭﺗﻘﺴﻄﻮﺍ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺇﻥ ﷲ ﻳﺤﺐ‬
‫ﺍﻟﻤﻘﺴﻄﻴﻦ ]ﺍﻟﻤﻤﺘﺤﻨﺔ‪ [8 :‬ﻭﻟﻌﻞ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺃﻥ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻋﺪﻩ ﺍﻟﻌﺮﻑ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻭﺣﺴﺒﻪ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻣﻮﺍﻻﺓ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ ﻭﻟﻮ ﻣﻊ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﺃﻭﻗﻊ‬
‫ﺷﻴﺌﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺏ ﺿﻌﻔﺎء ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﻻ ﺃﺭﻯ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻷﻫﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﻠﺲ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﻤﺤﻈﻮﺭﺓ ﻷﻥ ﺩﻻﻟﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻗﻮﻳﺔ ﻭﺟﻌﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ‬
‫ﻻ ﺃﺭﺍﻩ ﻣﻦ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺣﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ ﺃﻱ ﻣﺘﺠﺎﻭﺯﻳﻦ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﺍﺳﺘﻘﻼﻻ ﺃﻭ ﺍﺷﺘﺮﺍﻛﺎ ﻭﻻ ﻣﻔﻬﻮﻡ ﻟﻬﺬﺍ‬
‫ﺍﻟﻈﺮﻑ ﺇﻣﺎ ﻷﻧﻪ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﻗﻮﻡ ﺑﺄﻋﻴﺎﻧﻬﻢ ﻭﺍﻟﻮﺍ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ‪.‬‬
‫‪ .9‬ﺍﻟﻤﻮﺍﻫﺐ ﺍﻟﻠﺪﻧﻴﺔ ﺑﺎﻟﻤﻨﺢ ﺍﻟﻤﺤﻤﺪﻳﺔ )‪(543 /2‬‬
‫ﺳ ْﻠﻨﺎﻙَ ﺇِ ﱠﻻ َﺭﺣْ َﻤﺔً ِﻟ ْﻠﻌﺎﻟَ ِﻤﻴﻦَ »‪ . «1‬ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ »ﺭﺣﻤﺔ« ﻣﻔﻌﻮﻻ ﻟﻪ‪ ،‬ﺃﻯ ﻷﺟﻞ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﻳﺠ ﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻨﺘﺼ ﺐ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﺤ ﺎﻝ ﻣﺒﺎﻟﻐ ﺔ ﻓ ﻰ‬ ‫ﻭﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪َ :‬ﻭﻣﺎ ﺃَ ْﺭ َ‬
‫ﺃﻥ ﺟﻌﻠﻪ ﻧﻔﺲ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﺇﻣ ﺎ ﻋﻠ ﻰ ﺣ ﺬﻑ ﻣﻀ ﺎﻑ ﺃﻯ‪ :‬ﺫﺍ ﺭﺣﻤ ﺔ‪ ،‬ﺃﻭ ﺑﻤﻌﻨ ﻰ‪ :‬ﺭﺍﺣ ﻢ‪ .‬ﻗﺎﻟ ﻪ ﺍﻟﺴ ﻤﻴﻦ »‪ . «2‬ﻭﻗ ﺎﻝ ﺃﺑ ﻮ ﺑﻜ ﺮ ﺑ ﻦ ﻁ ﺎﻫﺮ‪ -‬ﻓﻴﻤ ﺎ ﺫﻛ ﺮﻩ ﺍﻟﻘﺎﺿ ﻰ‬
‫ﻋﻴﺎﺽ‪ :-‬ﺯﻳﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺤﻤﺪﺍ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﺑﺰﻳﻨﺔ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻓﻜﺎﻥ ﻛﻮﻧﻪ ﺭﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﺟﻤﻴﻊ ﺷﻤﺎﺋﻠﻪ ﻭﺻﻔﺎﺗﻪ ﺭﺣﻤﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻠﻖ‪ ،‬ﻓﻤﻦ ﺃﺻﺎﺑﻪ ﺷﻰء‬
‫ﻣﻦ ﺭﺣﻤﺘﻪ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻨﺎﺟﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﺍﺭﻳﻦ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻣﻜﺮﻭﻩ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻮﺍﺻﻞ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﺇﻟﻰ ﻛﻞ ﻣﺤﺒﻮﺏ‪ ،‬ﺍﻧﺘﻬﻰ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ‪ :‬ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﺒﺮ ﻭﺍﻟﻔﺎﺟﺮ‪ ،‬ﻷﻥ ﻛﻞ ﻧﺒﻰ ﺇﺫﺍ ﻛ ﺬﺏ‬
‫ﺃﻫﻠﻚ ﷲ ﻣﻦ ﻛﺬﺑﻪ‪ .‬ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺃ ّﺧﺮ ﻣﻦ ﻛﺬﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺃﻭ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‪ .‬ﻭﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻪ ﻓﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻵﺧ ﺮﺓ‪ .‬ﻭﻗ ﺎﻝ ﺍﻟﺴ ﻤﺮﻗﻨﺪﻯ‪ :‬ﺭﺣﻤ ﺔ ﻟﻠﻌ ﺎﻟﻤﻴﻦ‬
‫ﻳﻌﻨﻰ‪ :‬ﺍﻟﺠﻦ ﻭﺍﻹﻧﺲ‪ .‬ﻭﻗﻴﻞ‪ :‬ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻟﻠﻤﺆﻣﻦ ﺭﺣﻤﺔ ﺑﺎﻟﻬﺪﺍﻳﺔ‪ ،‬ﻭﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﻤﻨﺎﻓﻖ ﺑﺎﻷﻣﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺘ ﻞ‪ ،‬ﻭﺭﺣﻤ ﺔ ﻟﻠﻜ ﺎﻓﺮ ﺑﺘ ﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﻌ ﺬﺍﺏ‪ .‬ﻓﺬﺍﺗ ﻪ‪ -‬ﺻ ﻠﻰ ﷲ‬
‫ﻴﻬ ْﻢ »‪ ، «3‬ﻭﻗﺎﻝ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪» :-‬ﺇﻧﻤﺎ ﺃﻧﺎ ﺭﺣﻤ ﺔ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﻛﻤﺎ ﻗﻴﻞ‪ -‬ﺭﺣﻤﺔ ﺗﻌﻢ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻭﺍﻟﻜﺎﻓﺮ‪ ،‬ﻗﺎﻝ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪َ :‬ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥَ ﱠ ُ ِﻟﻴُﻌَ ِﺬّﺑَ ُﻬ ْﻢ َﻭﺃَ ْﻧﺖَ ﻓِ ِ‬
‫ﻣﻬﺪﺍﺓ« »‪ «4‬ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﻓﻰ »ﺍﻟﺸﻌﺐ« ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻰ ﻫﺮﻳﺮﺓ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌ ﺾ ﺍﻟﻌ ﺎﺭﻓﻴﻦ‪ :‬ﺍﻷﻧﺒﻴ ﺎء ﺧﻠﻘ ﻮﺍ ﻛﻠﻬ ﻢ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺮﺣﻤ ﺔ‪ ،‬ﻭﻧﺒﻴﻨ ﺎ‪ -‬ﺻ ﻠﻰ ﷲ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﻋﻴﻦ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﻟﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ‪ :‬ﻏﻨﻴﻤﺔ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﻜﻮﻥ ﺑﻬﺠﺔ ﻋﻴﺸﻪ ‪ ...‬ﺳﺮﻭﺭ ﺣﻴﺎﺓ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻫﻮ ﺍﻟﻨﻌﻤ ﺔ ﺍﻟﻌﻈﻤ ﻰ ﻫ ﻮ ﺍﻟﺮﺣﻤ ﺔ ﺍﻟﺘ ﻰ‬
‫‪ ...‬ﺗﺠﻠﻰ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﺮ ﻭﺍﻟﺠﻬﺮ ﻓﺒﻴﺎﻧﻪ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ -‬ﻭﻧﺼﺤﻪ ﺭﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﺩﻋﺎﺅﻩ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻩ ﺭﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻓﺮﺯﻕ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻪ‪ ،‬ﻭﺣﺮﻣﻪ ﻣﻦ ﺭﺩﻩ‪.‬‬
‫ﻓﺈﻥ ﻗﻠﺖ‪ :‬ﻛﻴﻒ ﻛﺎﻥ ﺭﺣﻤﺔ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﺟﺎء ﺑﺎﻟﺴﻴﻒ ﻭﺍﺳﺘﺒﺎﺣﺔ ﺍﻷﻣﻮﺍﻝ؟ ﻓﺎﻟﺠﻮﺍﺏ‪ :‬ﻣﻦ ﻭﺟﻬﻴﻦ‪ :‬ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ‪ :‬ﺃﻧﻪ ﺇﻧﻤﺎ ﺟﺎء ﺑﺎﻟﺴﻴﻒ‪ ،‬ﻟﻤﻦ ﺍﺳﺘﻜﺒﺮ ﻭﻋﺎﻧﺪ‪ ،‬ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻔﻜﺮ‬
‫ﺒﺎﺭﻛ ﺎ ً »‪ «1‬ﺛ ﻢ ﻗ ﺪ ﻳﻜ ﻮﻥ ﺳ ﺒﺒﺎ‬ ‫ﻤﺎء ﻣ ﺎ ًء ُﻣ َ‬
‫ﺴ ِ‬‫ﻭﻟﻢ ﻳﺘﺪﺑﺮ‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺃﻭﺻﺎﻑ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪ :‬ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‪ ،‬ﺛﻢ ﻫﻮ ﻣﻨﺘﻘﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺼﺎﺓ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪َ :‬ﻭﻧَ ﱠﺰ ْﻟﻨﺎ ِﻣ ﻦَ ﺍﻟ ﱠ‬
‫ﻟﻠﻔﺴﺎﺩ‪ .‬ﻭﺛﺎﻧﻴﻬﻤﺎ‪ :‬ﺃﻥ ﻛﻞ ﻧﺒﻰ ﻣﻦ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎء ﻗﺒﻞ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺬﺑﻪ ﻗﻮﻣﻪ ﺃﻫﻠﻚ ﷲ ﺍﻟﻤﻜﺬﺑﻴﻦ ﺑﺎﻟﺨﺴﻒ ﻭﺍﻟﻤﺴﺦ ﻭﺍﻟﻐﺮﻕ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﺃﺧﺮ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﺬﺍﺏ ﻣﻦ ﻛﺬﺏ ﻧﺒﻴﻨﺎ‬
‫ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻮﺕ‪ ،‬ﺃﻭ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ‬
‫‪ .10‬ﺇﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ‪(55 / 3) -‬‬
‫ﻭﺍﻟﻤﺠﺎﻫﺪﺓ ﺑﺎﻟﻨﻔﺲ ﻫﻲ ﺍﻟﺸﺠﺎﻋﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻗﻮﺓ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻁ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭﺣﺪ ﺍﻻﻋﺘﺪﺍﻝ ﻓﻘﺪ ﻭﺻﻒ ﷲ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﺍﻟﺼ ﺤﺎﺑﺔ ﻓﻘ ﺎﻝ ﺃﺷ ﺪﺍء ﻋﻠ ﻰ‬
‫ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﺭﺣﻤﺎء ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻟﻠﺸﺪﺓ ﻣﻮﺿﻌﺎ ﻭﻟﻠﺮﺣﻤﺔ ﻣﻮﺿﻌﺎ ﻓﻠﻴﺲ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺪﺓ ﺑﻜ ﻞ ﺣ ﺎﻝ ﻭﻻ ﻓ ﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤ ﺔ ﺑﻜ ﻞ ﺣ ﺎﻝ ﻓﻬ ﺬﺍ ﺑﻴ ﺎﻥ ﻣﻌﻨ ﻰ ﺍﻟﺨﻠ ﻖ‬
‫ﻭﺣﺴﻨﻪ ﻭﻗﺒﺤﻪ ﻭﺑﻴﺎﻥ ﺃﺭﻛﺎﻧﻪ ﻭﺛﻤﺮﺍﺗﻪ ﻭﻓﺮﻭﻋﻪ‬
‫‪ .11‬ﺃﺿﻮﺍء ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻓﻲ ﺇﻳﻀﺎﺡ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ‪) -‬ﺝ ‪ / 6‬ﺹ ‪(155‬‬
‫ﺐ ﻻﻧﻔﻀﱡﻮﺍ ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮ ِﻟ ﻚَ { ﺍﻵﻳ ﺔ ]‪ ،[159/3‬ﻭﺻ ﺮﺡ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﻭﺃﺛﻨﻰ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻪ ﺑﺎﻟﻠﻴﻦ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ‪} :‬ﻓَﺒِ َﻤﺎ َﺭﺣْ َﻤ ٍﺔ ِﻣﻦَ ﱠ ِ ِﻟﻨﺖَ ﻟ ُﻬ ْﻢ َﻭﻟ ْﻮ ُﻛﻨﺖَ ﻓﻈﺎ ً ﻏ ِﻠﻴﻆ ﺍﻟﻘﻠ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ﺑﺄﻥ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻴﻦ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺸﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮﻳﻦ‪ ،‬ﻣ ﻦ ﺻ ﻔﺎﺕ ﺍﻟﺮﺳ ﻮﻝ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ ﻭﺳ ﻠﻢ‪ ،‬ﻭﺃﺻ ﺤﺎﺑﻪ ﺭﺿ ﻲ ﷲ ﻋ ﻨﻬﻢ‪ ،‬ﺑﻘﻮﻟ ﻪ‪ُ } :‬ﻣ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ‬
‫ﻋﻠَﻰ ﺍ ْﻟ ُﻜﻔﱠ ِﺎﺭ ُﺭ َﺣ َﻤﺎ ُء ﺑَ ْﻴﻨَ ُﻬ ْﻢ{ ]‪.......29/48‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ‪ ........‬ﻭﻣﺎ ﺣﻤﻠﺖ ﻣﻦ ﻧﺎﻗﺔ ﻓﻮﻕ ﺭﺣﻠﻬ ﺎ ﺃﺷ ﺪ ﻋﻠ ﻰ ﺃﻋﺪﺍﺋ ﻪ ﻣ ﻦ ﻣﺤﻤ ﺪ ‪ ‬‬ ‫ﺷﺪﱠﺍ ُء َ‬ ‫ﺳﻮ ُﻝ ﱠ ِ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ‪َ  ‬ﻣﻌَﻪُ ﺃَ ِ‬
‫َﺭ ُ‬
‫ﻭﻳﻔﻬﻢ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻠﻴﻦ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺐ ﻟﻠﻴﻦ‪ ،‬ﻭﺃﻻ ﻳﺸﺘﺪ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺐ ﻟﻠﺸﺪﺓ‪ ،‬ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻴﻦ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﺍﻟﺸ ﺪﺓ‬
‫ﺿﻌﻒ‪ ،‬ﻭﺧﻮﺭ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺸﺪﺓ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﺍﻟﻠﻴﻦ ﺣﻤﻖ‪ ،‬ﻭﺧﺮﻕ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﺍﻟﻤﺘﻨﺒﻲ‪]:‬ﺍﻟﻄﻮﻳﻞ ‪] ‬ﺇﺫﺍ ﻗﻴﻞ ﺣﻠﻢ ﻗﻞ ﻓﻠﻠﺤﻠﻢ ﻣﻮﺿﻊ ﻭﺣﻠﻢ ﺍﻟﻔﺘﻰ ﻓﻲ ﻏﻴ ﺮ ﻣﻮﺿ ﻌﻪ‬
‫ﺟﻬﻞ‬
‫‪ .12‬ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﺮ ﻭﺍﻟﺘﻨﻮﻳﺮ )‪ (171 /26‬ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ ‪ :‬ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮ ﺑﻦ ﻋﺎﺷﻮﺭ‬
‫ﺷ ﺪَﺍ ٌﺩ{‬ ‫ﻋﻠَ ْﻴ َﻬ ﺎ َﻣﻼ ِﺋ َﻜ ﺔٌ ِﻏ ﻼ ٌ‬
‫ﻅ ِ‬ ‫ﻭ }ﺃﺷﺪﺍء{ ‪ :‬ﺟﻤﻊ ﺷﺪﻳﺪ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻮﺻﻮﻑ ﺑﺎﻟﺸﺪﺓ ﺍﻟﻤﻌﻨﻮﻳﺔ ﻭﻫﻲ ﺻﻼﺑﺔ ﺍﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ ﻭﻗﺴﺎﻭﺗﻬﺎ‪ ،‬ﻗﺎﻝ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﻓ ﻲ ﻭﺻ ﻒ ﺍﻟﻨ ﺎﺭ } َ‬
‫]ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ‪ :‬ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺔ‪  .[6‬ﻭﺍﻟﺸﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ‪ :‬ﻫﻲ ﺍﻟﺸﺪﺓ ﻓﻲ ﻗﺘﺎﻟﻬﻢ ﻭﺇﻅﻬﺎﺭ ﺍﻟﻌﺪﺍﻭﺓ ﻟﻬﻢ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﻭﺻﻒ ﻣﺪﺡ ﻷﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻊ ﺍﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻫﻢ ﻓﺌﺔ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻧﺸﺮ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻼ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻬﻢ ﺇﻻ ﺇﻅﻬﺎﺭ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻭﺍﻟﺤﺐ ﻓﻲ ﷲ ﻭﺍﻟﺒﻐﺾ ﻓﻲ ﷲ ﻣﻦ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ‪ ،‬ﻭﺃﺻ ﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ‬
‫ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻗﻮﻯ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺇﺷﺮﺍﻕ ﺃﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻨﺒﻮﺓ ﻋﻠﻰ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻓﻼ ﺟﺮﻡ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﻮﺍ ﺃﺷﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻓﺈﻥ ﺑﻴﻦ ﻧﻔ ﻮﺱ ﺍﻟﻔ ﺮﻳﻘﻴﻦ ﺗﻤ ﺎﻡ ﺍﻟﻤﻀ ﺎﺩﺓ ﻭﻣ ﺎ‬
‫ﻛﺎﻧﺖ ﻛﺮﺍﻫﻴﺘﻬﻢ ﻟﻠﺼﻠﺢ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺤﺪﻳﺒﻴﺔ ﻭﺭﻏﺒﺘﻬﻢ ﻓﻲ ﻗﺘﻞ ﺃﺳﺮﺍﻫﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺛﻘﻔﻮﻫﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺤﺪﻳﺒﻴﺔ ﻭﻋﻔﺎ ﻋﻨﻬﻢ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺁﺛﺎﺭ‬
‫ﺷﺪﺗﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻻﺣﺖ ﻟﻬﻢ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﺮﺍﺟﺤﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺘﺎﻝ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺍﻟﺘﻲ ﺁﺛﺮﻫﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ ﻭﺳ ﻠﻢ‪ .‬ﻭﻟ ﺬﻟﻚ ﻛ ﺎﻥ ﺃﻛﺜ ﺮﻫﻢ ﻣﺤ ﺎﻭﺭﺓ‬
‫ﻓﻲ ﺇﺑﺎء ﺍﻟﺼﻠﺢ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺃﺷﺪ ﺃﺷﺪﺍﺋﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﻫﻮ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﻓﻬﻤﻬﻢ ﻟﻠﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻮﺧﺎﻫﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺇﺑﺮﺍﻡ ﺍﻟﺼ ﻠﺢ‬
‫ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ‪ .‬ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﻬﻞ ﺑﻦ ﺣﻨﻴﻒ ﻳﻮﻡ ﺻﻔﻴﻦ‪ :‬ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﺗﻬﻤﻮﺍ ﺍﻟﺮﺃﻱ ﻓﻠﻘﺪ ﺭﺃﻳﺘﻨﺎ ﻳﻮﻡ ﺃﺑ ﻲ ﺟﻨ ﺪﻝ‪ ،‬ﻭﻟ ﻮ ﻧﺴ ﺘﻄﻴﻊ ﺃﻥ ﻧ ﺮﺩ ﻋﻠ ﻰ ﺭﺳ ﻮﻝ ﷲ ﻓﻌﻠ ﻪ ﻟﺮﺩﺩﻧ ﺎﻩ‪.‬‬
‫ﻭﷲ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺃﻋﻠﻢ‪  .‬ﺛﻢ ﺗﻜﻮﻥ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸ ﺪﺓ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﻜﻔ ﺎﺭ ﻣ ﻦ ﻭﺟ ﻮﺏ ﻭﻧ ﺪﺏ ﻭﺇﺑﺎﺣ ﺔ ﻭﺃﺣﻜ ﺎﻡ ﺻ ﺤﺒﺘﻬﻢ ﻭﻣﻌ ﺎﻣﻠﺘﻬﻢ ﺟﺎﺭﻳ ﺔ ﻋﻠ ﻰ ﻣﺨﺘﻠ ﻒ ﺍﻷﺣ ﻮﺍﻝ ﻭﻟﻌﻠﻤ ﺎء‬
‫ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻘﺎﻝ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﺗﻘﺪﻡ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ‪  ‬ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﻭﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺑﺮﺍءﺓ‪  .‬ﻭﺍﻟﺸﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﺍﻗﺘﺒﺴﻮﻫﺎ ﻣﻦ ﺷﺪﺓ ﺍﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ ﻭﺳ ﻠﻢ‬

‫‪4 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ُﻭﻑ َﺭ ِﺣ ﻴ ٌﻢ{ ]ﺍﻟﺘﻮﺑ ﺔ‪ :‬ﻣ ﻦ ﺍﻵﻳ ﺔ‪  .[128‬ﻭﺃﻣ ﺎ ﻛ ﻮﻧﻬﻢ ﺭﺣﻤ ﺎء ﺑﻴ ﻨﻬﻢ ﻓ ﺬﻟﻚ ﻣ ﻦ ﺭﺳ ﻮﺥ ﺃﺧ ﻮﺓ ﺍﻹﻳﻤ ﺎﻥ ﺑﻴ ﻨﻬﻢ ﻓ ﻲ‬ ‫ﻓﻲ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻗﺎﻝ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ } ِﺑ ﺎ ْﻟ ُﻤﺆْ ِﻣ ِﻨﻴﻦَ َﺭﺅ ٌ‬
‫ﻧﻔﻮﺳﻬﻢ‪ .‬ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩﺕ ﺃﺧﺒﺎﺭ ﺃﺧﻮﺗﻬﻢ ﻭﺗﺮﺍﺣﻤﻬﻢ ﻓﻲ ﻣﻮﺍﺿﻊ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻ ﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ ﻭﺳ ﻠﻢ ‪ ‬ﻭﻓ ﻲ ﺍﻟﺠﻤ ﻊ ﻟﻬ ﻢ ﺑ ﻴﻦ ﻫ ﺎﺗﻴﻦ ﺍﻟﺨﻠﺘ ﻴﻦ‬
‫ﺍﻟﻤﺘﻀﺎﺩﺗﻴﻦ ﺍﻟﺸﺪﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺇﻳﻤﺎء ﺇﻟﻰ ﺃﺻﺎﻟﺔ ﺁﺭﺍﺋﻬﻢ ﻭﺣﻜﻤﺔ ﻋﻘﻮﻟﻬﻢ‪ ،‬ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﺘﺼﺮﻓﻮﻥ ﻓﻲ ﺃﺧﻼﻗﻬﻢ ﻭﺃﻋﻤ ﺎﻟﻬﻢ ﺗﺼ ﺮﻑ ﺍﻟﺤﻜﻤ ﺔ ﻭﺍﻟﺮﺷ ﺪ ﻓ ﻼ ﺗﻐﻠ ﺐ ﻋﻠ ﻰ‬
‫ﻧﻔﻮﺳﻬﻢ ﻣﺤﻤﺪﺓ ﺩﻭﻥ ﺃﺧﺮﻯ ﻭﻻ ﻳﻨﺪﻓﻌﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﺠﺒﻠﺔ ﻭﻋﺪﻡ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ‪ .‬‬
‫‪ .13‬ﺍﻟﺒﺤﺮ ﺍﻟﻤﺤﻴﻂ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ )‪(590 /1‬‬
‫ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪:‬ﻭﻟﻦ ﺗﺮﺿﻰ ﺧﻄﺎﺏ ﻟﻠﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ ،‬ﻋﻠﻖ ﺭﺿﺎﻫﻢ ﻋﻨﻪ ﺑﺄﻣﺮ ﻣﺴﺘﺤﻴﻞ ﺍﻟﻮﻗﻮﻉ ﻣﻨﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﺗﺒ ﺎﻉ‬
‫ﻣﻠﺘﻬﻢ‪ .‬ﻭﺍﻟﻤﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﻤﺴﺘﺤﻴﻞ ﻣﺴﺘﺤﻴﻞ‪ ،‬ﺳﻮﺍء ﻓﺴﺮﻧﺎ ﺍﻟﻤﻠﺔ ﺑﺎﻟﺸﺮﻳﻌﺔ‪ ،‬ﺃﻭ ﻓﺴﺮﻧﺎﻫﺎ ﺑﺎﻟﻘﺒﻠﺔ‪ ،‬ﺃﻭ ﻓﺴﺮﻧﺎﻫﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ‪ .‬ﻭﻗﻴﻞ‪ :‬ﻫﻮ ﺧﻄﺎﺏ ﻟﻪ‪ ،‬ﻭﻫ ﻮ ﺗﺄﺩﻳ ﺐ ﻷﻣﺘ ﻪ‪،‬‬
‫ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻗﺪﺭﻩ ﻋﻨﺪ ﺭﺑﻪ‪ ،‬ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺫﻟﻚ ﻟﻴﺘﺄﺩﺏ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﻮﺍﻟﻮﻥ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ‪ ،‬ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﺮﺿﻴﻬﻢ ﻣﻨﻬﻢ ﺇﻻ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺩﻳﻨﻬﻢ‪.‬‬
‫‪ .14‬ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﺍﻟﻤﺪﻳﺪ )ﺹ‪(227 :‬‬
‫ﻋ ْﻨﻚَ ﺍ ْﻟﻴَ ُﻬﻮ ُﺩ َﻭ ﻻ ﺍﻟﻨﱠﺼﺎﺭﻯ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَﺘﱠﺒِ َﻊ ِﻣﻠﱠﺘَ ُﻬ ْﻢ ﻗُ ْﻞ ﺇِﻥﱠ ُﻫﺪَﻯ ﱠ ِ ﻫ َُﻮ ﺍ ْﻟ ُﻬﺪﻯ َﻭ ﻟَﺌِ ِﻦ ﺍﺗﱠﺒَ ْﻌﺖَ ﺃَ ْﻫﻮﺍ َء ُﻫ ْﻢ ﺑَ ْﻌ َﺪ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺟﺎ َءﻙَ ِﻣ ﻦَ ﺍ ْﻟ ِﻌ ْﻠ ِﻢ ﻣ ﺎ ﻟَ ﻚَ ِﻣ ﻦَ ﱠ ِ ِﻣ ﻦْ‬ ‫َﻭ ﻟَ ْﻦ ﺗَ ْﺮﺿﻰ َ‬
‫ﻴﺮ )‪  (120‬ﻗﻠﺖ‪ :‬ﺍﻟﻤﻠﺔ ﻫﻰ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ‪ ،‬ﻭ ﻫﻰ ﻣﺎ ﺷﺮﻉ ﷲ ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎﻥ ﺃﻧﺒﻴﺎﺋﻪ ﻭ ﺭﺳﻠﻪ‪ ،‬ﻣﻦ ﺃﻣﻠﻠﺖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭ ﺃﻣﻠﻴﺘﻪ‪ ،‬ﺇﺫﺍ ﻗﺮﺃﺗ ﻪ‪  .‬ﻭ ﺍﻟﻬ ﻮﻯ‪ :‬ﺭﺃﻯ‬ ‫َﻭ ِﻟ ّﻲ ٍ َﻭ ﻻ ﻧَ ِﺼ ٍ‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﻋﻨﻚَ ﺍﻟﻴَ ُﻬﻮ ُﺩ ﻭ ﺗﺘﺒ ﻊ ﺩﻳﻨ ﻚ ﺃﺑ ﺪﺍ‪َ ،‬ﻭ َﻻ ﺍﻟﻨﺼ ﺎﺭﻯ ﻛ ﺬﻟﻚ َﺣﺘ ﱠ ﻰ ﺗَﺘﱠﺒِ َﻊ ِﻣﻠ ﺘَ ُﻬ ْﻢ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫ﻳﺘﺒﻊ ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ‪  .‬ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺤﻖ ﺟﻞ ﺟﻼﻟﻪ ﻟﺮﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ّ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ‪َ :‬ﻭ ﻟ ْﻦ ﺗَ ْﺮﺿﻰ َ‬
‫ﻋﻠﻰ ﻓﺮﺽ ﺍﻟﻤﺤﺎﻝ‪ ،‬ﻭ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻗﻄﻊ ﺭﺟﺎﺋﻪ ﻣﻦ ﺇﺳﻼﻣﻬﻢ ﺑﺎﺧﺘﻴﺎﺭﻫﻢ ﻷﻥ ﺍﺗﺒﺎﻋﻪ ﻣﻠﺘﻬﻢ ﻣﺤﺎﻝ‪ ،‬ﻭ ﻛﺬﻟﻚ ﺇﺳﻼﻣﻬﻢ ﻭ ﻟﻌﻠﻪ ﻓﻰ ﻗﻮﻡ ﻣﺨﺼﻮﺻﻴﻦ‪.‬‬
‫‪ .15‬ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺮﺍﺯﻱ = ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ ﺍﻟﻐﻴﺐ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ )‪(172 /16‬‬
‫ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮﺍ ﻗﺎﺗﻠﻮﺍ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻠﻮﻧﻜﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﻟﻴﺠﺪﻭﺍ ﻓﻴﻜﻢ ﻏﻠﻈﺔ ﻭﺍﻋﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﷲ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺘﻘﻴﻦ )‪(123‬ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ‪  . . .‬‬
‫ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪ :‬ﻭﻟﻴﺠﺪﻭﺍ ﻓﻴﻜﻢ ﻏﻠﻈ ﺔ ﻗ ﺎﻝ ﺍﻟﺰﺟ ﺎﺝ‪ :‬ﻓﻴﻬ ﺎ ﺛ ﻼﺙ ﻟﻐ ﺎﺕ‪ ،‬ﻓ ﺘﺢ ﺍﻟﻐ ﻴﻦ ﻭﺿ ﻤﻬﺎ ﻭﻛﺴ ﺮﻫﺎ‪  .‬ﻗ ﺎﻝ ﺻ ﺎﺣﺐ »ﺍﻟﻜﺸ ﺎﻑ« ‪ :‬ﺍﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﺑﺎﻟﻜﺴ ﺮ ﺍﻟﺸ ﺪﺓ‬
‫ﺍﻟﻌﻈﻴﻤﺔ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻐﻠﻈﺔ ﻛﺎﻟﻀﻐﻄﺔ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻐﻠﻈﺔ ﻛﺎﻟﺴﺨﻄﺔ‪ ،‬ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﺘﻐﻠﻴﻆ ﻋﻠﻴﻬﻢ‪ ،‬ﻭﻧﻈﻴﺮﻩ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪ :‬ﻭﺍﻏﻠﻆ ﻋﻠﻴﻬﻢ ]ﺍﻟﺘﻮﺑ ﺔ‪ [73 :‬ﻭﻗﻮﻟ ﻪ‪:‬‬
‫ﻭﻻ ﺗﻬﻨﻮﺍ ]ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ‪] ، [139 :‬ﺍﻟﻨﺴﺎء‪ [104 :‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻓ ﻲ ﺻ ﻔﺔ ﺍﻟﺼ ﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿ ﻲ ﷲ ﻋ ﻨﻬﻢ‪ :‬ﺃﻋ ﺰﺓ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﻜ ﺎﻓﺮﻳﻦ ]ﺍﻟﻤﺎﺋ ﺪﺓ‪ [54 :‬ﻭﻗﻮﻟ ﻪ‪ :‬ﺃﺷ ﺪﺍء ﻋﻠ ﻰ‬
‫ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ]ﺍﻟﻔﺘﺢ‪ [29 :‬ﻭﻟﻠﻤﻔﺴﺮﻳﻦ ﻋﺒﺎﺭﺍﺕ ﻓﻲ ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻐﻠﻈﺔ‪ ،‬ﻗﻴﻞ ﺷﺠﺎﻋﺔ ﻭﻗﻴ ﻞ ﺷ ﺪﺓ ﻭﻗﻴ ﻞ ﻏﻴﻈ ﺎ‪  .‬ﻭﺍﻋﻠ ﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻐﻠﻈ ﺔ ﺿ ﺪ ﺍﻟﺮﻗ ﺔ‪ ،‬ﻭﻫ ﻲ ﺍﻟﺸ ﺪﺓ ﻓ ﻲ ﺇﺣ ﻼﻝ‬
‫ﺍﻟﻨﻘﻤﺔ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻔﺎﺋﺪﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻧﻬﺎ ﺃﻗﻮﻯ ﺗﺄﺛﻴﺮﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﺟﺮ ﻭﺍﻟﻤﻨﻊ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺒﻴﺢ‪ ،‬ﺛﻢ ﺇﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻄﺮﺩﺍ‪ ،‬ﺑﻞ ﻗ ﺪ ﻳﺤﺘ ﺎﺝ ﺗ ﺎﺭﺓ ﺇﻟ ﻰ ﺍﻟﺮﻓ ﻖ ﻭﺍﻟﻠﻄ ﻒ‬
‫ﻭﺃﺧﺮﻯ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻨﻒ‪ ،‬ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﻗﺎﻝ‪ :‬ﻭﻟﻴﺠﺪﻭﺍ ﻓﻴﻜﻢ ﻏﻠﻈﺔ ﺗﻨﺒﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻐﻠﻈﺔ ﺍﻟﺒﺘﺔ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻨﻔﺮ ﻭﻳﻮﺟ ﺐ ﺗﻔ ﺮﻕ ﺍﻟﻘ ﻮﻡ‪ ،‬ﻓﻘﻮﻟ ﻪ‪:‬‬
‫ﻭﻟﻴﺠﺪﻭﺍ ﻓﻴﻜﻢ ﻏﻠﻈﺔ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﻠﻴﻞ ﺍﻟﻐﻠﻈﺔ‪ ،‬ﻛﺄﻧﻪ ﻗﻴﻞ ﻻ ﺑﺪ ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﻮﺍ ﺑﺤﻴﺚ ‪ ‬ﻟﻮ ﻓﺘﺸ ﻮﺍ ﻋﻠ ﻰ ﺃﺧﻼﻗﻜ ﻢ ﻭﻁﺒ ﺎﺋﻌﻜﻢ ﻟﻮﺟ ﺪﻭﺍ ﻓ ﻴﻜﻢ ﻏﻠﻈ ﺔ‪ ،‬ﻭﻫ ﺬﺍ ﺍﻟﻜ ﻼﻡ ﺇﻧﻤ ﺎ‬
‫ﻳﺼﺢ ﻓﻴﻤﻦ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﺣﻮﺍﻟﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺮﺃﻓﺔ‪ ،‬ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﺨﻠﻮ ﻋﻦ ﻧﻮﻉ ﻏﻠﻈﺔ‪  .‬ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻐﻠﻈﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﻌﺘﺒﺮ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺘﺼﻞ ﺑﺎﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟ ﻰ ﺍﻟ ﺪﻳﻦ‪ .‬ﻭﺫﻟ ﻚ ﺇﻣ ﺎ‬
‫ﺑﺈﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﻨﺔ‪ ،‬ﻭﺇﻣﺎ ﺑﺎﻟﻘﺘﺎﻝ ﻭﺍﻟﺠﻬﺎﺩ‪ ،‬ﻓﺄﻣﺎ ﺃﻥ ﻳﺤﺼﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻐﻠﻴﻆ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺘﺼﻞ ﺑﺎﻟﺒﻴﻊ ﻭﺍﻟﺸﺮﺍء ﻭﺍﻟﻤﺠﺎﻟﺴﺔ ﻭﺍﻟﻤﺆﺍﻛﻠﺔ ﻓﻼ‪  .‬ﺛ ﻢ ﻗ ﺎﻝ‪ :‬ﻭﺍﻋﻠﻤ ﻮﺍ ﺃﻥ ﷲ‬
‫ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺘﻘﻴﻦ ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺇﻗﺪﺍﻣﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻭﺍﻟﻘﺘﺎﻝ ﺑﺴﺒﺐ ﺗﻘﻮﻯ ﷲ ﻻ ﺑﺴﺒﺐ ﻁﻠﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺠﺎﻩ‪ ،‬ﻓ ﺈﺫﺍ ﺭﺁﻩ ﻗﺒ ﻞ ﺍﻹﺳ ﻼﻡ ﺃﺣﺠ ﻢ ﻋ ﻦ ﻗﺘﺎﻟ ﻪ‪ ،‬ﻭﺇﺫﺍ ﺭﺁﻩ‬
‫ﻣﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﻗﺒﻮﻟﻪ ﺍﻟﺠﺰﻳﺔ ﺗﺮﻛﻪ‪ ،‬ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺜﺮ ﺍﻟﻌﺪﻭ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻐﻨﺎﺋﻢ ﻋﻠﻰ ﻭﻓﻖ ﺣﻜﻢ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‪.‬‬
‫‪ .16‬ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ ﺍﻟﻐﻴﺐ ـ ﻧﺴﺨﺔ ﻣﺤﻘﻘﺔ )‪(407 /9‬‬
‫ﻓﺈﻥ ﻗﻴﻞ ‪ :‬ﻣﺎ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻔﻆ ﻭﺑﻴﻦ ﻏﻠﻴﻆ ﺍﻟﻘﻠﺐ؟ ﻗﻠﻨﺎ ‪ :‬ﺍﻟﻔﻆ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻜﻮﻥ ﺳﻲء ﺍﻟﺨﻠ ﻖ ‪ ،‬ﻭﻏﻠ ﻴﻆ ﺍﻟﻘﻠ ﺐ ﻫ ﻮ ﺍﻟ ﺬﻱ ﻻ ﻳﺘ ﺄﺛﺮ ﻗﻠﺒ ﻪ ﻋ ﻦ ﺷ ﻲء ‪ ،‬ﻓﻘ ﺪ ﻻ ﻳﻜ ﻮﻥ‬
‫ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺳﻲء ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻭﻻ ﻳﺆﺫﻱ ﺃﺣﺪﺍ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻻ ﻳﺮﻕ ﻟﻬ ﻢ ﻭﻻ ﻳ ﺮﺣﻤﻬﻢ ‪ ،‬ﻓﻈﻬ ﺮ ﺍﻟﻔ ﺮﻕ ﻣ ﻦ ﻫ ﺬﺍ ﺍﻟﻮﺟﻪ‪.‬ﺍﻟﻤﺴ ﺄﻟﺔ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴ ﺔ ‪ :‬ﺇﻥ ﺍﻟﻤﻘﺼ ﻮﺩ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺒﻌﺜ ﺔ ﺃﻥ ﻳﺒﻠ ﻎ‬
‫ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺗﻜﺎﻟﻴﻒ ّ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺨﻠﻖ ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻣﺎﻟﺖ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﺍﻟﻴﻪ ﻭﺳﻜﻨﺖ ﻧﻔﻮﺳﻬﻢ ﻟﺪﻳﻪ ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻻ ﻳﺘﻢ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻛ ﺎﻥ ﺭﺣﻴﻤ ﺎ ﻛﺮﻳﻤ ﺎ ‪،‬‬
‫ﻳﺘﺠﺎﻭﺯ ﻋﻦ ﺫﻧﺒﻬﻢ ‪ ،‬ﻭﻳﻌﻔﻮ ﻋﻦ ﺇﺳﺎءﺗﻬﻢ ‪ ،‬ﻭﻳﺨﺼﻬﻢ ﺑﻮﺟﻮﻩ ﺍﻟﺒﺮ ﻭﺍﻟﻤﻜﺮﻣﺔ ﻭﺍﻟﺸﻔﻘﺔ ‪ ،‬ﻓﻠﻬﺬﻩ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﻭﺟﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺮﺳ ﻮﻝ ﻣﺒ ﺮﺃ ﻋ ﻦ ﺳ ﻮء ﺍﻟﺨﻠ ﻖ ‪،‬‬
‫ﻭﻛﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺬﻟﻚ ﻭﺟﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮ ﻏﻠﻴﻆ ﺍﻟﻘﻠﺐ ‪ ،‬ﺑﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﻤﻴﻞ ﺇﻟﻰ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎء ‪ ،‬ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﺈﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻔﻘﺮﺍء ‪ ،‬ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﺘﺠﺎﻭﺯ ﻋ ﻦ ﺳ ﻴﺌﺎﺗﻬﻢ ‪،‬‬
‫ﺐ َﻻ ْﻧﻔَﻀﱡﻮﺍ ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮ ِﻟﻚَ ﻭﻟﻮ ﺍﻧﻔﻀﻮﺍ ﻣﻦ ﺣﻮﻟﻚ ﻓﺎﺕ ﺍﻟﻤﻘﺼ ﻮﺩ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺒﻌﺜ ﺔ ﻭﺍﻟﺮﺳ ﺎﻟﺔ‪.‬‬ ‫ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﺼﻔﺢ ﻋﻦ ﺯﻻﺗﻬﻢ ‪ ،‬ﻓﻠﻬﺬﺍ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻗﺎﻝ ‪َ :‬ﻭﻟَ ْﻮ ُﻛ ْﻨﺖَ ﻓَﻈﺎ َ‬
‫ﻏ ِﻠﻴ َﻆ ﺍ ْﻟﻘَ ْﻠ ِ‬
‫ﻭﺣﻤﻞ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﺭﺣﻤﻪ ّ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﻗﻌﺔ ﺃﺣﺪ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻓَﺒِﻤﺎ َﺭﺣْ َﻤ ٍﺔ ِﻣﻦَ ﱠ ِ ِﻟﻨﺖَ ﻟ ُﻬ ْﻢ ﻳﻮﻡ ﺃﺣﺪ ﺣ ﻴﻦ ﻋ ﺎﺩﻭﺍ ﺇﻟﻴ ﻚ ﺑﻌ ﺪ ﺍﻻﻧﻬ ﺰﺍﻡ َﻭﻟ ْﻮ ُﻛﻨ ﺖَ ﻓﻈ ﺎ ﻏ ِﻠ ﻴﻆ ﺍﻟﻘﻠ ِ‬
‫ﺐ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ﻭﺷﺎﻓﻬﺘﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻼﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻻﻧﻬﺰﺍﻡ ﻻ ﻧﻔﻀﻮﺍ ﻣﻦ ﺣﻮﻟﻚ ‪ ،‬ﻫﻴﺒﺔ ﻣﻨ ﻚ ﻭﺣﻴ ﺎء ﺑﺴ ﺒﺐ ﻣ ﺎ ﻛ ﺎﻥ ﻣ ﻨﻬﻢ ﻣ ﻦ ﺍﻻﻧﻬ ﺰﺍﻡ ‪ ،‬ﻓﻜ ﺎﻥ ﺫﻟ ﻚ ﻣﻤ ﺎ ﻻ ﻳﻄﻤ ﻊ ﺍﻟﻌ ﺪﻭ ﻓﻴ ﻚ‬
‫ﻭﻓﻴﻬﻢ‪.‬‬

‫‪2. “Dilema Dalam Tradisi Penghormatan” | Sa’il: 2 Tsanawiyah MHM‬‬


‫‪Deskripsi Masalah:‬‬
‫‪"Jadikanlah  Ilmu  sebagai  Garam,  dan  Adab  sebagai  Gandum".  Adalah  salah  satu  maqolah  yang ‬‬
‫‪diajarkan  kepada  kami.  Maqolah  ini  menerangkan  bahwa  adab  harus  lebih  banyak  mendapat  perhatian ‬‬
‫‪dan lebih sering dipakai daripada ilmu. Tak hanya maqolah itu saja, tapi masih banyak maqolah‐maqolah ‬‬
‫‪lain  yang  juga  menerangkan  kemuliaan  adab  yang  mengungguli  kemuliaan  ilmu  telah  ditanamkan  sejak ‬‬
‫‪dini kepada kami, para santri pesantren salaf. Dan kami rasa ini adalah salah satu alasan yang membuat ‬‬
‫‪kami selalu betah menghabiskan masa muda kami di pesantren dibandingkan mengikuti perkembangan ‬‬
‫‪''gatget'' yang sedang marak saat ini. I love Pesantren, ayo mondok ! ‬‬
‫‪Di  pesantren,  kami  dididik  untuk  memberikan  rasa  hormat  kepada  yang  lebih  tua,  guru,  sesama, ‬‬
‫‪bahkan  kepada  yang  lebih  muda.  Tak  hanya  itu,  kami  juga  diajarkan  bagaimana  cara  memberikan ‬‬
‫‪penghormatan. Seperti, tidak menegakkan badan (membungkukan badan) saat bersalaman kepada yang ‬‬
‫‪lebih mulia, mencium tangan, berjalan di depannya, tidak menatap wajah, dsb. ‬‬
‫‪Akan  tetapi,  kami  sering  menjumpai  kebanyakan  dari  kalangan  kami  (Santri)  yang  melakukan ‬‬
‫‪penghormatan tersebut dengan membungkukkan badan hingga mencapai batas minimal ruku’. Padahal, ‬‬
‫‪Penghormatan‐penghormatan  yang  membungkukkan  badan  hingga  mencapai  batas  minimal  ruku’  bisa ‬‬
‫‪dihukumi  haram,  bahkan  dapat  menyebabkan  kufur.  Seperti  keterangan  yang  kami  kutip  dalam  kitab ‬‬
‫‪Nihayatuz Zain hal:345, cetakan Al‐Haramain : ‬‬
‫)ﻭﺳﺠﻮﺩ ﻟﻤﺨﻠﻮﻕ(ﺍﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻛﺄﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺑﻼﺩ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺃﻣﻮﺭﻩ ﺑﻪ ﻭﺧﺎﻑ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ‪ ,‬ﻭ ﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﺴﺠﻮﺩ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻓﻼ ﻳﻜﻔﺮ ﺑﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ‬
‫ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻛﺘﻌﻈﻴﻢ ﷲ ﻭﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﻛﻔﺮﺍ ﺃﻳﻀﺎ‪ ,‬ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﺟﺮﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻔﺾ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻭﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ‬
‫ﻓﻼ ﻳﻜﻔﺮ ﺑﻪ ﻭﻻ ﺣﺮﻣﺔ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻜﻦ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﺸﺒﺮﺍﻣﻠﺴﻲ‪.‬‬
‫‪Demikian itu membuat kami bimbang dengan keadaan ini, apakah benar adab yang sudah menjadi ‬‬
‫‪adat  bagi  kami  malah  mendatangkan  dosa?  Padahal,  semua  ini  sudah  menjadi  kelaziman  yang  akan ‬‬
‫‪berdampak buruk (menurut kami).‬‬
‫‪5 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫‪Pertimbangan : ‬‬
‫‪a) Hal itu sudah menjadi kebiasaan para santri ketika menghormati orang ’alim atau guru, dsb. ‬‬
‫‪b) Umumnya mereka memahami hal tersebut merupakan dari adab kepada orang alim, guru, dsb. ‬‬
‫‪c) Rata‐rata kebanyakan dari mereka tidak mengetahui hukumnya. ‬‬
‫‪d) Seandainya  keharoman  tersebut  dikarenakan  adanya  tasyabbuh,  Dapat  dimungkingkan  alasan ‬‬
‫‪tersebut sudah tidak Relevan lagi pada zaman sekarang. ‬‬
‫‪Pertanyaan :‬‬
‫‪a. Bagaimanakah  sebenarnya  hukum  penghormatan  seperti  pada  deskripsi  di  atas  dengan ‬‬
‫‪pertimbangan‐pertimbangan tersebut ? ‬‬
‫‪b. Kalau tidak dibenarkan, bagaimanakah solusinya ? ‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪a. Pada  dasarnya  menghormati  orang  alim  dan  guru  yang  dianjurkan  di  antaranya  dengan  cara ‬‬
‫‪berdiri,  mencium  tangan,  mencium  kepala  bahkan  dengan  mencium  kakinya.  Sedangkan ‬‬
‫‪penghormatan dengan cara membungkukkan badan sampai batas minimal posisi ruku’ hukumnya ‬‬
‫‪makruh menurut sebagian ulama. ‬‬
‫‪b. Gugur ‬‬

‫‪Referensi ‬‬
‫‪1. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah, Juz, 23 hal. 135 ‬‬ ‫‪4. Tuhfatul Muhtaj, Juz 38 hal 261 ‬‬
‫‪2. Hawasyi As Syarwani, Juz 9 hal. 229 ‬‬ ‫‪5. Futuhat ar Robbaniyyah, Juz 3 hal. 363 ‬‬
‫‪3. Nihayatul Muhtaj, Juz 25 hal 439 ‬‬ ‫‪6. Anwarul Buruq, Juz 4 hal. 251‐252 ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪ ‬‬

‫‪ .1‬ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﻮﻳﺘﻴﺔ )‪(135 /23‬‬


‫ﺛﺎﻧﻴﺎ ‪ -‬ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻐﻴﺮ ﷲ ‪ :  ‬ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ‪ :‬ﻣﺎ ﺟﺮﺕ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺧﻔﺾ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻭﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ‪ -‬ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻘﺎء ‪ -‬ﻻ ﻛﻔ ﺮ ﺑ ﻪ ﻭﻻ‬
‫ﺣﺮﻣﺔ ﻛﺬﻟﻚ ‪ ،‬ﻟﻜﻦ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ :‬ﻟﻤﻦ ﻗﺎﻝ ﻟﻪ ‪ :‬ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ‪ ،‬ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﻨﺎ ﻳﻠﻘﻰ ﺃﺧﺎﻩ ﺃﻭ ﺻﺪﻳﻘﻪ ﺃﻳﻨﺤﻨ ﻲ ﻟ ﻪ ؟ ﻗ ﺎﻝ ‪ :‬ﻻ ‪ ،‬ﻗ ﺎﻝ‬
‫‪ :‬ﺃﻓﻴﻠﺘﺰﻣﻪ ﻭﻳﻘﺒﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻻ ‪ ،‬ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺃﻓﻴﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻩ ﻭﻳﺼﺎﻓﺤﻪ ؟ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻧﻌﻢ‪ .‬ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ‪  .‬ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺤﻨﻰ ﻭﻭﺻﻞ ﺍﻧﺤﻨﺎﺅﻩ ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻓﻘ ﺪ ﺫﻫ ﺐ ﺑﻌ ﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤ ﺎء‬
‫ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻐﻴﺮ ﻛﺘﻌﻈﻴﻢ ﷲ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻛﻔﺮﺍ ﻭﻻ ﺣﺮﺍﻣﺎ ‪ ،‬ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﺷﺪ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫ ﺔ ﻷﻥ‪ ‬ﺻ ﻮﺭﺗﻪ ﺗﻘ ﻊ ﻓ ﻲ ﺍﻟﻌ ﺎﺩﺓ ﻟﻠﻤﺨﻠ ﻮﻕ ﻛﺜﻴ ﺮﺍ‪ .‬ﻭﺫﻫ ﺐ‬
‫ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺣﺮﻣﺔ ﺫﻟﻚ ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ‪ ،‬ﻷﻥ ﺻﻮﺭﺓ ﻫﻴﺌﺔ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻢ ﺗﻌﻬﺪ ﺇﻻ ﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﻼﻥ ﺍﻟﺼﺪﻳﻘﻲ ‪ :‬ﻣﻦ ﺍﻟﺒ ﺪﻉ‬
‫ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺔ ﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻘﺎء ﺑﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﺮﻛ ﻮﻉ ‪ ،‬ﺃﻣ ﺎ ﺇﺫﺍ ﻭﺻ ﻞ ﺍﻧﺤﻨ ﺎﺅﻩ ﻟﻠﻤﺨﻠ ﻮﻕ ﺇﻟ ﻰ ﺣ ﺪ ﺍﻟﺮﻛ ﻮﻉ ﻗﺎﺻ ﺪﺍ ﺑ ﻪ ﺗﻌﻈ ﻴﻢ ﺫﻟ ﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠ ﻮﻕ ﻛﻤ ﺎ ﻳﻌﻈ ﻢ ﷲ ﺳ ﺒﺤﺎﻧﻪ‬
‫ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ ،‬ﻓﻼ ﺷﻚ ﺃﻥ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻳﺮﺗﺪ ﻋﻦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻛﺎﻓﺮﺍ ﺑﺬﻟﻚ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺳﺠﺪ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ‪   .‬‬
‫‪ .2‬ﺣﻮﺍﺷﻲ ﺍﻟﺸﺮﻭﺍﻧﻲ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ ﺻـ ‪229‬‬
‫ﻭﺃﻓﺘﻰ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺑﻜﺮﺍﻫﺔ ﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﺑﺎﻟﺮﺃﺱ ﻭﺗﻘﺒﻴﻞ ﻧﺤﻮ ﺭﺃﺱ ﺃﻭ ﻳﺪ ﺃﻭ ﺭﺟﻞ ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﻟﻨﺤﻮ ﻏﻨﻲ؛ ﻟﺤﺪﻳﺚ }‪ :‬ﻣﻦ ﺗﻮﺍﺿﻊ ﻟﻐﻨﻲ ﺫﻫﺐ ﺛﻠﺜﺎ ﺩﻳﻨ ﻪ‪ {.‬ﻭﻳﻨ ﺪﺏ ﺫﻟ ﻚ‬
‫ﻟﻨﺤﻮ ﺻﻼﺡ ﺃﻭ ﻋﻠﻢ ﺃﻭ ﺷﺮﻑ؛ ﻷﻥ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﻴﺪﺓ ﻗﺒﻞ ﻳﺪ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻬﻤ ﺎ‪ ،‬ﻭﻳﺴ ﻦ ﺍﻟﻘﻴ ﺎﻡ ﻟﻤ ﻦ ﻓﻴ ﻪ ﻓﻀ ﻴﻠﺔ ﻅ ﺎﻫﺮﺓ ﻣ ﻦ ﻧﺤ ﻮ ﺻ ﻼﺡ ﺃﻭ ﻋﻠ ﻢ ﺃﻭ ﻭﻻﺩﺓ ﺃﻭ‬
‫ﻧﺴﺐ ﺃﻭ ﻭﻻﻳﺔ ﻣﺼﺤﻮﺑﺔ ﺑﺼﻴﺎﻧﺔ)ﻭﻳﻨﺪﺏ ﺫﻟﻚ( ﺩﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻭﻫﻮ ﻛﺬﻟﻚ ﺍﻩ ﺳ ﻢ ﻗﻮﻟ ﻪ )ﻟﻨﺤ ﻮ ﺻ ﻼﺡ( ﺃﻱ ﻣ ﻦ ﺍﻷﻣ ﻮﺭ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴ ﺔ ﻛﻜﺒ ﺮ ﺳ ﻦ ﻭﺯﻫ ﺪ ﺍﻩ‬
‫ﻣﻐﻨﻲ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻉ ﺵ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺤﻮ ﺍﻟﻤﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﺍﻩ ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﻭﻻﻳﺔ ﺃﻱ ﻭﻻﻳﺔ ﺣﻜﻢ ﻛﺎﻟﻘﺎﺿﻲ ﺭﺷﻴﺪﻱ ﻭﻉ ﺵ‬
‫‪ .3‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ )‪(439 /25‬‬
‫)‪ ‬ﻭﺳﺠﻮﺩ ﻟﺼﻨﻢ ﺃﻭ ﺷﻤﺲ ( ﺃﻭ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺁﺧﺮ ؛ ﻷﻧﻪ ﺃﺛﺒﺖ ﺷﺮﻳﻜﺎ ‪ ،‬ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﺩﻟﺖ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﻗﻮﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﺪﻡ ﺩﻻﻟ ﺔ ﺍﻟﻔﻌ ﻞ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻻﺳ ﺘﺨﻔﺎﻑ ﻛﺴ ﺠﻮﺩ ﺃﺳ ﻴﺮ ﻓ ﻲ‬
‫ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺤﺮﺏ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﻛﺎﻓﺮ ﺧﺸﻴﺔ ﻣﻨﻪ ﻓﻼ ﻛﻔﺮ ‪ ،‬ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﺴﺠﻮﺩ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻮﻗﻮﻉ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻋﺎﺩﺓ ‪ ،‬ﻭﻻ ﻛﺬﻟﻚ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ‪ ،‬ﻧﻌﻢ ﻳﺘﺠﻪ ﺃﻥ ﻣﺤﻞ ﺫﻟﻚ ﻋﻨ ﺪ‬
‫ﺍﻹﻁﻼﻕ ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻗﺼﺪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺑﺎﻟﺮﻛﻮﻉ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻈﻢ ﷲ ﺑﻪ ﻓﻼ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺣﻴﻨﺌﺬ ) ‪ ‬ﻗﻮﻟﻪ ‪ :‬ﻓﺈﻥ ﻗﺼﺪ ﺗﻌﻈ ﻴﻢ ﻣﺨﻠ ﻮﻕ ( ﺃﻱ ﻓﻠ ﻮ ﻟ ﻢ ﻳﻘﺼ ﺪ ﺫﻟ ﻚ‬
‫ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻛﻔﺮﺍ ‪ ،‬ﺑﻞ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣﺎ ﺃﻳﻀﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﺸﻌﺮ ﺑﻪ ﻗﻮﻟﻪ ﻟﻮﻗ ﻮﻉ ﺻ ﻮﺭﺗﻪ ﻟﻠﻤﺨﻠ ﻮﻕ ﻋ ﺎﺩﺓ ‪ ،‬ﻟﻜ ﻦ ﻋﺒ ﺎﺭﺓ ﺣ ﺞ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻟﺸ ﻤﺎﺋﻞ ﻓ ﻲ ﺑ ﺎﺏ ﺗﻮﺍﺿ ﻌﻪ ﺻ ﻠﻰ ﷲ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻨﺪ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ‪ :‬ﻭﻛﺎﻧﻮﺍ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻭﻩ ﻟﻢ ﻳﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻪ ﻟﻤﺎ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ ﻟﺬﻟﻚ ﻧﺼﻬﺎ ‪ :‬ﻭﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻨﻪ ‪ :‬ﺃﻱ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻺﻛﺮﺍﻡ ﻻ ﻟﻠﺮﻳ ﺎء ﻭﺍﻹﻋﻈ ﺎﻡ‬
‫ﺣﻴﺚ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ‪ ،‬ﻭﺑﻴﻦ ﺣﺮﻣﺔ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺇﻋﻈﺎﻣﺎ ﺑﺄﻥ ﺻﻮﺭﺓ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻢ ﺗﻌﻬﺪ ﺇﻻ ﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﷲ ﺑﺨﻼﻑ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺍ ﻫـ‪  .‬ﻭﻫ ﻲ ﺻ ﺮﻳﺤﺔ ﻓ ﻲ‬
‫ﺃﻥ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﺣﺮﺍﻡ ﻭﺑﺄﻧﻬﺎ ﻟﻢ ﺗﻌﻬﺪ ﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ‪ ،‬ﻭﻫﻲ ﻣﻨﺎﻓﻴ ﺔ ﻟﻘ ﻮﻝ ﺍﻟﺸ ﺎﺭﺡ ﻟﻮﻗ ﻮﻉ ﺻ ﻮﺭﺗﻪ ﻟﻠﻤﺨﻠ ﻮﻕ ﺟ ﺮﺕ ﺑ ﻪ ﺍﻟﻌ ﺎﺩﺓ ﻣ ﻦ ﺧﻔ ﺾ‬
‫ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻭﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﻻ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺃﻗﻞ‬
‫ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻓﻼ ﻛﻔﺮ ﺑﻪ ﻭﻻ ﺣﺮﻣﺔ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻜﻦ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻛﺮﺍﻫﺘﻪ‬
‫‪ .4‬ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ )‪(261 /38‬‬
‫)ﺃﻭ ﺳﺠﻮﺩ ﻟﺼﻨﻢ ﺃﻭ ﺷﻤﺲ( ﺃﻭ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺁﺧﺮ ﻭﺳﺤﺮ ﻓﻴﻪ ﻧﺤﻮ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﻛﻮﻛﺐ؛ ﻷﻧﻪ ﺃﺛﺒﺖ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﺷ ﺮﻳﻜﺎ ﻭﺯﻋ ﻢ ﺍﻟﺠ ﻮﻳﻨﻲ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﻌ ﻞ ﺑﻤﺠ ﺮﺩﻩ ﻻ ﻳﻜ ﻮﻥ ﻛﻔ ﺮﺍ‬
‫ﺭﺩﻩ ﻭﻟ ﺪﻩ ﻧﻌ ﻢ ﺇﻥ ﺩﻟ ﺖ ﻗﺮﻳﻨ ﺔ ﻗﻮﻳ ﺔ ﻋﻠ ﻰ ﻋ ﺪﻡ ﺩﻻﻟ ﺔ ﺍﻟﻔﻌ ﻞ ﻋﻠ ﻰ ﺍﻻﺳ ﺘﺨﻔﺎﻑ ﻛ ﺄﻥ ﻛ ﺎﻥ ﺍﻹﻟﻘ ﺎء ﻟﺨﺸ ﻴﺔ ﺃﺧ ﺬ ﻛ ﺎﻓﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﺴ ﺠﻮﺩ ﻣ ﻦ ﺃﺳ ﻴﺮ ﻓ ﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺤ ﺮﺏ‬
‫ﺑﺤﻀﺮﺗﻬﻢ ﻓﻼ ﻛﻔﺮ ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﺴﺠﻮﺩ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻷﻥ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﺗﻘﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﻟﻠﻤﺨﻠﻮﻕ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻧﻌ ﻢ ﻳﻈﻬ ﺮ ﺃﻥ ﻣﺤ ﻞ ﺍﻟﻔ ﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻤ ﺎ ﻋﻨ ﺪ ﺍﻹﻁ ﻼﻕ‬
‫ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻗﺼﺪ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺑﺎﻟﺮﻛﻮﻉ ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻈﻢ ﷲ ﺑﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﺷﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺣﻴﻨﺌﺬ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺃﻭ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺁﺧﺮ( ﺇﻟ ﻰ ﻗﻮﻟ ﻪ ﻭﺧ ﺮﺝ ﺑﺎﻟﺴ ﺠﻮﺩ ﻓ ﻲ ﺍﻟﻤﻐﻨ ﻲ‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺃﻭ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺁﺧﺮ( ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ ﻣﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻛﺜﻴﺮﻭﻥ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺠﻬﻠ ﺔ ﺍﻟﻀ ﺎﻟﻴﻦ ﻣ ﻦ ﺍﻟﺴ ﺠﻮﺩ ﺑ ﻴﻦ ﻳ ﺪﻱ ﺍﻟﻤﺸ ﺎﻳﺦ ﺣ ﺮﺍﻡ ﻗﻄﻌ ﺎ ﺑﻜ ﻞ ﺣ ﺎﻝ ﺳ ﻮﺍء ﻛ ﺎﻥ ﺇﻟ ﻰ‬
‫ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﺳﻮﺍء ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻭ ﻏﻔﻞ ﻋﻨﻪ ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺻﻮﺭﻩ ﻣﺎ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﺭﺡ ﻓﻲ ﺍﻹﻋﻼﻡ ﺑﻌ ﺪ ﻧﻘﻠ ﻪ ﻣ ﺎ ﻓ ﻲ ﺍﻟﺮﻭﺿ ﺔ ﻫ ﺬﺍ‬
‫ﻳﻔﻬﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﻔﺮﺍ ﺑﺄﻥ ﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻗﺪ ﻳﻜ ﻮﻥ ﺣﺮﺍﻣ ﺎ ﺑ ﺄﻥ ﻗﺼ ﺪ ﺑ ﻪ ﺗﻌﻈﻴﻤ ﻪ ﺃﻱ ﺍﻟﺘ ﺬﻟﻞ ﻟ ﻪ ﺃﻭ ﺃﻁﻠ ﻖ ﻭﻛ ﺬﺍ ﻳﻘ ﺎﻝ ﻓ ﻲ ﺍﻟﻮﺍﻟ ﺪ‬
‫ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺍ ﻫـ ﻛﺮﺩﻱ‬
‫‪ .5‬ﻓﺘﻮﺣﺎﺕ ﺍﻟﺮﺑﺎﻧﻴﺔ )‪(363/3‬‬
‫)ﻭﻳﻜﺮﻩ ﺣﻨﻲ ﺍﻟﻈﻬﺮ ( ﻅﺎﻫﺮﻩ ﻭﺍﻥ ﻭﺻﻞ ﺍﻟﻰ ﺣﺪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻓﺎﻧ ﻪ ﻳﺒﻘ ﻰ ﻣﻜﺮﻭﻫ ﺎ ﻭﻛ ﺄﻥ ﺍﻟﻔ ﺮﻕ ﺑﻴﻨ ﻪ ﻭﺑ ﻴﻦ ﺗﺤ ﺮﻳﻢ ﺍﻟﺴ ﺠﻮﺩ ﺑ ﻴﻦ ﻳ ﺪﻱ ﺍﻟﻤﺸ ﺎﻳﺦ ﺑ ﻞ ﻓ ﻲ ﺑﻌ ﺾ‬
‫ﺻﻮﺭﺓ ﻣﺎ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺍﻥ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﺃﺑﻠﻎ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻮﺍﺿﻊ ﻓﺤﺮﻡ ﻓﻌﻠﻪ ﻟﻐﻴﺮ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻅﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﻣﺤﻞ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﺍﻻﻧﺤﻨﺎء ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻪ ﺍﻟﺮﻛﻮﻉ ﻭﺍﻻ ﻓﻴﺤ ﺮﻡ‬

‫‪6 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﻷﻧﻪ ﺗﻌﺎﻁﻰ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﻓﺎﺳﺪﺓ ﺑﻞ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺻﻮﺭﻩ ﻣﺎ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﻻ ﻳﺸﻜﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺗﻘﺮﺭ ﻣﻦ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ ﻓﻲ ﺫﻛﺮﻗﻮﻟ ﻪ ﺗﻌ ﺎﻟﻰ ﺣﻜﺎﻳ ﺔ ﻋ ﻦ ﺍﺧ ﻮﺓ ﻳﻮﺳ ﻒ‬
‫"ﺧﺮﻭﺍ ﺳﺠﺪﺍ ﻟﻪ" ﻷﻥ ﺫﻟﻚ ﺷﺮﻉ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻨﺎ ﻭﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﺑﺸﺮﻉ ﻟﻨﺎ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻓﻲ ﺷﺮﻋﻨﺎ ﺗﻘﺮﻳﺮﻩ ﻭﷲ ﺃﻋﻠﻢ‬
‫‪ ‬‬
‫‪ .6‬ﺍﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﺒﺮﻭﻕ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﺻﺤـ ‪252 ‐ 251‬‬
‫)ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺍﻟﺘﺎﺳﻊ ﻭﺍﻟﺴﺘﻮﻥ ﻭﺍﻟﻤﺎﺋﺘﺎﻥ ﺑﻴﻦ ﻗﺎﻋﺪﺓ ﻣﺎ ﻳﺒﺎﺡ ﻓﻲ ﻋﺸﺮﺓ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻣﺔ ﻭﻗﺎﻋﺪﺓ ﻣﺎ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ( ﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺒﺎﺡ ﻣﻦ ﺇﻛﺮﺍﻡ‬
‫ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻗﺴﻤﺎﻥ )ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻷﻭﻝ( ﻣﺎ ﻭﺭﺩﺕ ﺑﻪ ﻧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻣﻦ ﺇﻓﺸﺎء ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺇﻁﻌﺎﻡ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺗﺸﻤﻴﺖ ﺍﻟﻌﺎﻁﺲ ﻭﺍﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻘﺎء ﻭﺍﻻﺳﺘﺌﺬﺍﻥ ﻋﻨﺪ‬
‫ﺍﻟﺪﺧﻮﻝ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ ﺗﻜﺮﻣﺔ ﺃﺣﺪ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻓﺮﺍﺷﻪ ﻭﻻ ﻳﺆﻡ ﻓﻲ ﻣﻨﺰﻟﻪ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﻟﻘﻮﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ )"ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺃﺣﺪ ﺃﺣﺪﺍ ﻓﻲ ﺳﻠﻄﺎﻧﻪ ﻭﻻ ﻳﺠﻠﺲ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺗﻜﺮﻣﺘﻪ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ" ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺒﺴﻮﻁ ﻓﻲ ﻛﺘﺐ ﺍﻟﻔﻘﻪ )ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ( ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ ﻭﻻ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ‬
‫ﺍﻋﺘﺒﺎﺭﻩ ﻣﻮﺟﻮﺩﺓ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻭﺗﺠﺪﺩﺕ ﻓﻲ ﻋﺼﺮﻧﺎ ﻓﺘﻌﻴﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﻟﺘﺠﺪﺩ ﺃﺳﺒﺎﺑﻪ ﻷﻧﻪ ﺷﺮﻉ ﻣﺴﺘﺄﻧﻒ ﺑﻞ ﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﻟﻮ ﻭﺟﺪﺕ ﻓﻲ‬
‫ﺯﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻟﻜﺎﻧﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺒﺒﺎﺕ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻬﻢ ﻭﺻﻨﻌﻬﻢ ‪-‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ‪ -‬ﻭﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻧﻌﻠﻢ ﺫﻟﻚ ﺑﻨﺺ ﺃﻭ ﺑﻘﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺴﻢ ﻫﻮ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻟﻠﺪﺍﺧﻞ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻴﺎﻥ ﻭﺇﺣﻨﺎء ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻟﻪ ﺇﻥ ﻋﻈﻢ ﻗﺪﺭﻩ ﺟﺪﺍ ﻭﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺒﺔ ﺑﺠﻤﺎﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻧﻮﺭ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻋﺰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻌﻮﺕ ﻭﺍﻹﻋﺮﺍﺽ‬
‫ﻋﻦ ﺍﻷﺳﻤﺎء ﻭﺍﻟﻜﻨﻰ ﻭﺍﻟﻤﻜﺎﺗﺒﺎﺕ ﺑﺎﻟﻨﻌﻮﺕ ﺃﻳﻀﺎ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭﻩ ﻭﺗﺴﻄﻴﺮ ﺍﺳﻢ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﺎﻟﻤﻤﻠﻮﻙ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﻟﻔﺎﻅ ﻭﺍﻟﺘﻌﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺏ ﺇﻟﻴﻪ‬
‫ﺑﺎﻟﻤﺠﻠﺲ ﺍﻟﻌﺎﻟﻲ ﻭﺍﻟﺴﺎﻣﻲ ﻭﺍﻟﺠﻨﺎﺏ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﺻﺎﻑ ﺍﻟﻌﺮﻓﻴﺔ ﻭﺍﻟﻤﻜﺎﺗﺒﺎﺕ ﺍﻟﻌﺎﺩﻳﺔ ﻭﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺗﺮﺗﻴﺐ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﺎﻟﺲ ﻭﺍﻟﻤﺒﺎﻟﻐﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ‪،‬‬
‫ﻭﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺒﺎﺕ ﻟﻠﻤﻠﻮﻙ ﻭﺍﻷﻣﺮﺍء ﻭﺍﻟﻮﺯﺭﺍء ﻭﺃﻭﻟﻲ ﺍﻟﺮﻓﻌﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻻﺓ ﻭﺍﻟﻌﻈﻤﺎء ﻓﻬﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﻌﺎﺩﻳﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﻧﺤﻦ ﺍﻟﻴﻮﻡ‬
‫ﻧﻔﻌﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻜﺎﺭﻣﺎﺕ ﻭﺍﻟﻤﻮﻻﺓ ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺟﺎﺋﺰ ﻣﺄﻣﻮﺭ ﺑﻪ ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻟﻘﺪ ﺣﻀﺮﺕ ﻳﻮﻣﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻋﻴﺎﻥ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء‬
‫ﻭﺃﻭﻟﻲ ﺍﻟﺠﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﻤﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺧﺎﺻﺔ ﻭﻋﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺜﺒﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻏﻴﺮ ﻣﻜﺘﺮﺙ ﺑﺎﻟﻤﻠﻮﻙ ﻓﻀﻼ ﻋﻦ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻻ ﺗﺄﺧﺬﻩ ﻓﻲ ﷲ‬
‫ﻟﻮﻣﺔ ﻻﺋﻢ ﻓﻘﺪﻣﺖ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﺘﻴﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﺎ ﺗﻘﻮﻝ ﺃﺋﻤﺔ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻓﻘﻬﻢ ﷲ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺣﺪﺛﻪ ﺃﻫﻞ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻣﻊ ﺃﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻫﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻡ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻭﻳﺤﺮﻡ‬
‫ﻓﻜﺘﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺘﻴﺎ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ )"ﻻ ﺗﺒﺎﻏﻀﻮﺍ ﻭﻻ ﺗﺤﺎﺳﺪﻭﺍ ﻭﻻ ﺗﺪﺍﺑﺮﻭﺍ ﻭﻻ ﺗﻘﺎﻁﻌﻮﺍ ﻭﻛﻮﻧﻮﺍ ﻋﺒﺎﺩ ﷲ ﺇﺧﻮﺍﻧﺎ" ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﻳﻔﻀﻲ‬
‫ﻟﻠﻤﻘﺎﻁﻌﺔ ﻭﺍﻟﻤﺪﺍﺑﺮﺓ ﻓﻠﻮ ﻗﻴﻞ ﺑﻮﺟﻮﺑﻪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺑﻌﻴﺪﺍ ﻫﺬﺍ ﻧﺺ ﻣﺎ ﻛﺘﺐ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻭﻻ ﻧﻘﺼﺎﻥ ﻓﻘﺮﺃﺗﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﻛﺘﺎﺑﺘﻬﺎ ﻓﻮﺟﺪﺗﻬﺎ ﻫﻜﺬﺍ ﻭﻫﻮ ﻣﻌﻨﻰ ﻗﻮﻝ‬
‫ﻋﻤﺮﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺗﺤﺪﺙ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﺃﻗﻀﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺛﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺠﻮﺭ ﺃﻱ ﻳﺤﺪﺛﻮﺍ ﺃﺳﺒﺎﺑﺎ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻣﻮﺭﺍ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﻷﺟﻞ ﻋﺪﻡ ﺳﺒﺒﻬﺎ‬
‫ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻷﻧﻬﺎ ﺷﺮﻉ ﻣﺘﺠﺪﺩ ﻛﺬﻟﻚ ﻫﺎ ﻫﻨﺎ ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺎﻧﻮﻥ ﻳﺠﺮﻱ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻻ ﻳﺒﻴﺢ ﻣﺤﺮﻣﺎ ﻭﻻ ﻳﺘﺮﻙ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﻓﻠﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻻ ﻳﺮﺿﻰ ﻣﻨﻪ ﺇﻻ‬
‫ﺑﺸﺮﺏ ﺍﻟﺨﻤﺮ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻟﻢ ﻳﺤﻞ ﻟﻨﺎ ﺃﻥ ﻧﻮﺍﺩﻩ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻻ ﻁﺎﻋﺔ ﻟﻤﺨﻠﻮﻕ ﻓﻲ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ‬
‫ﺍﻟﻤﺘﺠﺪﺩﺓ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻜﺮﻭﻫﺔ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻓﻠﻤﺎ ﺗﺠﺪﺩﺕ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﺻﺎﺭ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﻤﻘﺎﻁﻌﺔ ﺍﻟﻤﺤﺮﻣﺔ ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻌﺎﺭﺽ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﻭﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻗﺪﻡ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ‬
‫ﻭﺍﻟﺘﺰﻡ ﺩﻓﻌﻪ ﻭﺣﺴﻢ ﻣﺎﺩﺗﻪ ﻭﺇﻥ ﻭﻗﻊ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﻗﺎﻋﺪﺓ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻓﻲ ﺯﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﻌﺎﺭﺽ ﻣﺎ ﻭﻗﻊ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻓﺎﺧﺘﺺ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﻪ‬
‫ﻭﻣﺎ ﺧﺮﺝ ﻋﻦ ﻫﺬﻳﻦ ﺍﻟﻘﺴﻤﻴﻦ ﺇﻣﺎ ﻣﺤﺮﻡ ﻓﻼ ﺗﺠﻮﺯ ﺍﻟﻤﻮﺍﺩﺓ ﺑﻪ ﺃﻭ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻓﻠﻢ ﻳﺤﺼﻞ ﻓﻴﻪ ﺗﻌﺎﺭﺽ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﻣﺤﺮﻡ ﻣﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ ﻧﻬﻲ ﺗﻨﺰﻳﻪ ﻗﻠﺖ ‪ :‬ﻓﻴﻨﻘﺴﻢ‬
‫ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ ﻣﺤﺮﻡ ﺇﻥ ﻓﻌﻞ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻤﻦ ﻳﺤﺒﻪ ﺗﺠﺒﺮﺍ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﻭﻣﻜﺮﻭﻩ ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻞ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻤﻦ ﻻ ﻳﺤﺒﻪ ؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺸﺒﻪ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﺠﺒﺎﺑﺮﺓ ﻭﻳﻮﻗﻊ‬
‫ﻓﺴﺎﺩ ﻗﻠﺐ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻘﺎﻡ ﻟﻪ ‪ ،‬ﻭﻣﺒﺎﺡ ﺇﺫﺍ ﻓﻌﻞ ﺇﺟﻼﻻ ﻟﻤﻦ ﻻ ﻳﺮﻳﺪﻩ ‪ ،‬ﻭﻣﻨﺪﻭﺏ ﻟﻠﻘﺎﺩﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻔﺮ ﻓﺮﺣﺎ ﺑﻘﺪﻭﻣﻪ ﻟﻴﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻭ ﻳﺸﻜﺮ ﺇﺣﺴﺎﻧﻪ ﺃﻭ ﺍﻟﻘﺎﺩﻡ ﺍﻟﻤﺼﺎﺏ‬
‫ﻟﻴﻌﺰﻳﻪ ﺑﻤﺼﻴﺒﺘﻪ ؛ ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ } ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﻳﺘﻤﺜﻞ ﻟﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻭ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻗﻴﺎﻣﺎ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ { ﻭﺑﻴﻦ ﻗﻴﺎﻣﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ‬
‫ﻟﻌﻜﺮﻣﺔ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺟﻬﻞ ﻟﻤﺎ ﻗﺪﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﻤﻦ ﻓﺮﺣﺎ ﺑﻘﺪﻭﻣﻪ ‪ ،‬ﻭﻗﻴﺎﻡ ﻁﻠﺤﺔ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ﻟﻜﻌﺐ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻟﻴﻬﻨﺌﻪ ﺑﺘﻮﺑﺔ ﷲ ‪ -‬ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ -‬ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺤﻀﻮﺭﻩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ‬
‫ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻜﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺫﻟﻚ ﻓﻜﺎﻥ ﻛﻌﺐ ﻳﻘﻮﻝ ‪ :‬ﻻ ﺃﻧﺴﺎﻫﺎ ﻟﻄﻠﺤﺔ } ﻭﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻡ ﻟﻪ { ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻭﻩ ﻟﻢ ﻳﻘﻮﻣﻮﺍ ﻟﻪ ﺇﺟﻼﻻ‬
‫ﻟﻜﺮﺍﻫﺘﻪ ﻟﺬﻟﻚ ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺎﻡ ﺇﻟﻰ ﺑﻴﺘﻪ ﻟﻢ ﻳﺰﺍﻟﻮﺍ ﻗﻴﺎﻣﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﺪﺧﻞ ﺑﻴﺘﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻤﺎ ﻳﻠﺰﻣﻬﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻗﺒﻞ ﻋﻠﻤﻬﻢ ﺑﻜﺮﺍﻫﺔ ﺫﻟﻚ ‪ ،‬ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ‬
‫ﻟﻸﻧﺼﺎﺭ } ﻗﻮﻣﻮﺍ ﻟﺴﻴﺪﻛﻢ { ﻗﻴﻞ ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻟﻪ ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﻻ ﻳﺤﺐ ﺫﻟﻚ ﻭﻗﻴﻞ ‪ :‬ﻟﻴﻌﻴﻨﻮﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺰﻭﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﻗﻠﺖ ‪ :‬ﻭﺍﻟﻨﻬﻲ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩ ﻋﻦ ﻣﺤﺒﺔ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ‬
‫ﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪ ﺫﻟﻚ ﺗﺠﺒﺮﺍ ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﺭﺍﺩﻩ ﻟﺪﻓﻊ ﺍﻟﻀﺮﺭ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﺍﻟﻨﻘﻴﺼﺔ ﺑﻪ ﻓﻼ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻨﻪ ؛ ﻷﻥ ﻣﺤﺒﺔ ﺩﻓﻊ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﻤﺆﻟﻤﺔ ﻣﺄﺫﻭﻥ‬
‫ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﺘﻜﺒﺮ ‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﺫﻟﻚ ﺗﺠﺒﺮﺍ ﺃﻳﻀﺎ ﻻ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺤﺒﺔ ﻭﺍﻟﻤﻴﻞ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻄﺒﻴﻌﻲ ﺑﻞ ﻟﻤﺎ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺃﺫﻳﺔ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻘﻮﻣﻮﺍ ﻭﻣﺆﺍﺧﺬﺗﻬﻢ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﺠﺒﻠﻴﺔ ﻻ ﻳﻨﻬﻰ ﻋﻨﻬﺎ ﻓﺘﺄﻣﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﻅﻬﺮ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻉ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺍﺩﺓ ﻭﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻉ ﺍﻟﻲ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻗﻠﺖ ‪ :‬ﻭﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻋﻨﺪ‬
‫ﺫﻛﺮ ﻣﻮﻟﺪﻩ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺗﻼﻭﺓ ﺍﻟﻘﺼﺔ ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻮﻟﻰ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺴﻌﻮﺩ ﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﺍﺷﺘﻬﺮ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻓﻲ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻋﺘﻴﺪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻌﺪﻡ‬
‫ﻓﻌﻠﻪ ﻳﻮﺟﺐ ﻋﺪﻡ ﺍﻻﻛﺘﺮﺍﺙ ﺑﺎﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻣﺘﻬﺎﻧﻪ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻛﻔﺮﺍ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻮﺟﻮﺩ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻱ ﺇﻥ ﻻﺣﻆ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ‬
‫ﺗﺤﻘﻴﺮﻩ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺬﻟﻚ ‪،‬‬

‫‪7 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
 Jalsah Tsaniah  
MUSHOHIH  PERUMUS  MODERATOR 
1. KH. Mukhlis Dimyati   1. Bpk. Saiful Anwar  Bpk. Adhim Fadlan 
2. KH. Bahrul Huda  2. Bpk. M. Thohari Muslim   
3. Agus H. Shobih Al Muayyad  3. Bpk. Nawawi Ashari 
NOTULEN 
4. Agus HM. Dahlan Ridlwan  4. Bpk. Hizbulloh al Haq 
5. Agus H. Najmuddin Maya'ba  5. Bpk. Darul Azka 
6. Agus M. Muhtadi  6. Bpk. M. Syahrul Munir  1. Bpk. Abu Syamsuddin Sarwan 
7. K. Ridlwan Qoyyum  7. Agus Arif Ridlwan Akbar   2. Bpk. M. Maemun 
  8. Bpk. Ma'rifatus Sholihin   
  9. Bpk. Sibromulisi 
  10. Bpk. Saifuddin 
3. Kejelasan Menanam Tanaman Di Atas Kuburan Dan Mencabutnya| Sa’il: PPHMC
Deskripsi masalah
Perhatikan ibarot berikut: 
(202 :‫ ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ )ﺹ‬
‫ ﻭﺃﻣﺎ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻭﺳﻘﻴﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﺃﺩﻯ ﻭﺻﻮﻝ‬، ‫ ﻁﺮﺡ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻷﺧﻀﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺍﺳﺘﺤﺴﻨﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭﺃﻧﻜﺮﻩ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ‬: ‫ﻓﺎﺋﺪﺓ‬
. ‫ ﻭﻗﺪ ﻳﻘﺎﻝ ﻳﺤﺮﻡ‬، ‫ ﻭﺇﻻ ﻛﺮﻩ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺷﺪﻳﺪﺓ‬، ‫ﺍﻟﻨﺪﺍﻭﺓ ﺃﻭ ﻋﺮﻭﻕ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺣﺮﻡ‬
(394 / 11) - ‫ ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ‬
‫) ﻓﺮﻉ ( ﻳﺴﻦ ﻭﺿﻊ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺧﻀﺮﺍء ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ ﻭﺳﻨﺪﻩ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻷﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﺇﺫ ﻫﻮ ﺃﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ‬
‫ﺗﻠﻚ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺣﻴﺎﺓ ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ ﺫﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﺑﺤﺚ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻅﺎﻫﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻻ ﺣﺮﻣﺔ‬
‫ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﻳﺎﺑﺲ ﺃﻋﺮﺽ ﻋﻨﻪ ﻟﻔﻮﺍﺕ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﻴﺒﺴﻪ ﻭﻟﺬﺍ ﻗﻴﺪ ﻭﺃﻧﺪﺏ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﺑﺎﻟﺨﻀﺮﺓ ﻭﺃﻋﺮﺿﻮﺍ ﻋﻦ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ ﻧﻈﺮﺍ ﻟﺘﻘﻴﻴﺪﻩ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬
  .‫ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﺑﺎﻷﺧﻀﺮ ﺑﻤﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺲ‬
‫ﻗﻮﻟﻪ ) ﻭﻷﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﺍﻟﺦ ( ﻣﻦ ﻋﻄﻒ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻗﻮﻟﻪ ) ﻭﻧﺤﻮﻩ ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻭﻗﻮﻟﻪ ) ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ ﺫﻟﻚ ( ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ‬
.‫ﻧﻬﺎﻳﺔ ﻭﻣﻐﻨﻲ ﻗﺎﻝ ﻉ ﺵ ﻗﻮﻟﻪ ﻡ ﺭ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺒﺮﺳﻴﻢ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺒﺎﺗﺎﺕ ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ‬
Sebagian  masyarakat  di  Indonesia  banyak  yang  memahami  kesunahan  menabur  bunga  ini,  juga 
memasukan  penanaman  tanaman  seperti  bunga,  bahkan  pohon.  “biar  tidak  kering‐kering  dan  selalu 
mendoakan  si  mayit,  sekalian  saja  ditanam.”  Mungkin  begitulah  anggapan  mereka.  Maka  tak  heran, 
mayoritas kuburan di jawa selalu terdapat tanaman di atasnya. 
Salah  satu  tanaman  yang  sering  ditemukan  di  area  pemakaman  adalah  bunga  Kamboja.  Selain 
bentuk  pohonnya  yang  indah  dan  rindang,  bunga  Kamboja  ternyata  juga  memiliki  banyak  khasiat.  Di 
antaranya: mengobati demam, batuk, sembelit hepatitis, radang saluran pernafasan dll. Karena segudang 
manfaat  inilah,  bunga  Kamboja  yang  dulu  banyak  terabakan  kini  menjadi  bernilai  ekonomis  dan  banyak 
masyarakat yang memungut bunga Kamboja meskipun sering kali bunga Kamboja yang mereka pungut 
berada di atas sebuah kuburan.  
Pertimbangan:  
1. Dalam  ibarot  bughyah  di  atas  disebutkan  hukum  haramnya  menanam  tanaman  jika  sekiranya  akar 
tanaman itu berpotensi sampai menyentuh mayit dan makruh syadidah jika tidak.  
2. Sedangkan  ibarot  tuhfah  menerangkan  keharaman  mengambil  sesuatu  yang  masih  basah  di  atas 
kuburan  termasuk semua jenis tanaman, rumput yang masih basah. 
Pertanyaan:
a. Sebenarnya,  bagaimana  kejelasan kesunahan  ‫ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ‬  (meletakakan  sesuatu  yang  basah)  di  atas 
kuburan. Apakah cukup dengan menanam tanaman berupa pohon di atas kuburan sebagaimana yang 
sering dilakukan masyarakat Jawa? 
Jawaban: 
Kesunnahan  ‫ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ‬  (meletakakan  sesuatu  yang  basah)  dan  beberapa  hal  yang  sejenis,  seperti 
tumbuhan  basah  dan  rumput  di  atas  kuburan  dapat  dilakukan  dengan  meletakkan,  menaburkan  atau 
menancapkannya.  Sedangkan  apabila  ditanam,  maka  disunnahkan  selama  akar  tanaman  diyakini  tidak 
akan sampai mengenai mayit.  

Referensi 
1. ‘Umdatul Mufti wal mustafti, Juz 1 hal. 258  6. I’anatuttholibin Juz 2 hal. 119 
2. Bughyatul Mustarsyidin hal. 202  7. Tuhfatul Muhtaj Juz 11 hal. 394 
3. Kasyfu Sutur Amma Usykila Min Ahkamil Qubur  8. Alfatawi al Islamiyah Juz 2 hal. 23 
hal. 210  9. Syarh Shohih Bukhori Juz 3 hal. 346 
8 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H
‫‪4. ‘Umdatul qori’ Juz 3 hal. 121 ‬‬ ‫‪10. Tuhfatul Muhtaj Juz 3 hal. 198 ‬‬
‫‪5. Syarh ‘Umadtul Ahkam Juz 1 Hal. 68 ‬‬ ‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬

‫‪ .1‬ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻤﻔﺘﻲ ﻭﺍﻟﻤﺴﺘﻔﺘﻲ ﺝ‪ 1‬ﺹ‪258‬‬


‫ﻳﺴﻦ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻟﺨﺒﺮ “ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ” )ﻟﻌﻠﻪ ﺍﻥ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ( ﻻﻳﻘﺎﻝ ‪ :‬ﺍﻧﻪ ﺧﺎﺹ ﺑﻬﻤﺎ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻﻧﺎ‬
‫ﻧﻘﻮﻝ ‪ :‬ﺍﻻﺻﻞ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﺨﺼﻮﺻﻴﺔ ﻭﺍﺳﺘﻮﺍء ﺍﻻﻣﺔ ﻓﻰ ﺍﻻﺣﻜﺎﻡ ﻭﺍﻟﻤﻮﺍﻫﺐ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻭﺗﻌﻮﺩ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﺳﻮﺍء ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻐﺮﻭﺳﺔ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ ﺍﻭﺭﺟﻠﻪ‬
‫ﺍﻭﻭﺳﻄﻪ ﻗﺎﻝ ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﻋﻦ ﺍﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ‪ :‬ﺍﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺮﺑﻤﻘﺒﺮﺓ ﻓﻮﻗﻒ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻘﺎﻝ )ﺍﺋﺘﻮﻧﻲ ﺑﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ( ﻓﺠﻌﻼ‬
‫ﺣﺪﻫﻤﺎ ﻋﻨﺪﺭﺃﺳﻪ ﻭﺍﻻﺧﺮﻯ ﻋﻨﺪ ﺭﺟﻠﻴﻪ‪ .‬ﻓﻴﺤﺘﻤﻞ ﺍﻧﻬﺎ ﻭﺍﻗﻌﺔ ﺍﺧﺮﻯ ﻻﻥ ﻓﻲ ﻗﺼﺔ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﻴﻦ ﺍﻧﻬﻤﺎ ﺍﺛﻨﺎﻥ ﻭﺍﻧﻪ ﻭﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﺟﺮﻳﺪﺓ ‪ ‬‬
‫‪ .2‬ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ )ﺹ‪(202 :‬‬
‫ﻓﺎﺋﺪﺓ ‪ :‬ﻁﺮﺡ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻷﺧﻀﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺍﺳﺘﺤﺴﻨﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻭﺃﻧﻜﺮﻩ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ‪ ،‬ﻭﺃﻣﺎ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻭﺳﻘﻴﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﺃﺩﻯ ﻭﺻﻮﻝ ﺍﻟﻨﺪﺍﻭﺓ ﺃﻭ‬
‫ﻋﺮﻭﻕ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺣﺮﻡ ‪ ،‬ﻭﺇﻻ ﻛﺮﻩ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺷﺪﻳﺪﺓ ‪ ،‬ﻭﻗﺪ ﻳﻘﺎﻝ ﻳﺤﺮﻡ‬
‫‪ .3‬ﻛﺸﻒ ﺍﻟﺴﺘﻮﺭ ﻋﻤﺎ ﺍﺷﻜﻞ ﻣﻦ ﺍﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺳﻌﻴﺪ ﻣﻤﺪﻭﺡ ﺻـ‪211-210 :‬‬
‫ﻓﺼﺮﺡ ﺍﻟﺴﺎﺩﺓ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﺑﻨﺪﺏ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻛﺎﻏﺼﺎﻥ ﺍﻻﺱ ﻻﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻭﺗﻌﻠﻴﻞ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ‬
‫ﻳﻴﺒﺴﺎ ﺍﻱ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﻤﺎ ﻻﻥ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻻﺧﻀﺮ ﺍﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺭﺍﺟﻊ ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﺑﻦ ﻋﺎﺑﺪﻳﻦ ﺻـ‪606 :‬‬
‫ﻭﻧﻘﻞ ﺍﺑﻦ ﻣﻔﻠﺢ ﺍﻟﺤﻨﺒﻠﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻭﻉ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻛﺮﺍﻫﻴﺔ ﻗﻠﻊ ﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻣﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻻﻧﻪ ﻳﺴﺒﺢ ﻓﺮﺑﻤﺎ ﻳﺄﻧﺲ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺘﺴﺒﻴﺤﻪ‬
‫ﻭﻗﺎﻟﻮﺍ ﺍﻟﻘﺮﻁﺒﻲ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺬﻛﺮﺓ ﺻـ‪ 101 :‬ﻭﻗﺪ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﻌﺾ ﻋﻠﻤﺎﺋﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺍءﺓ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻌﺴﻴﺐ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﺍﻟﺬﻱ ﺷﻘﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ‬
‫ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺎﺛﻨﻴﻦ ﺛﻢ ﻏﺮﺱ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﻭﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﻟﻌﻠﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ ﺍﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ‬
‫‪ .4‬ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻘﺎﺭﻱ )‪(121 /3‬‬
‫ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻪ ﻗﻴﻞ ﻫﻞ ﻟﻠﺠﺮﻳﺪ ﻣﻌﻨﻰ ﻳﺨﺼﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﺮﺯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻟﻤﻌﻨﻰ ﻳﺨﺼﻪ ﺑﻞ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﺭﻁﻮﺑﺔ ﻣﻦ ﺃﻱ‬
‫ﺷﺠﺮ ﻛﺎﻥ ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺃﻧﻜﺮ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻭﻣﻦ ﺗﺒﻌﻪ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻣﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﺭﻁﻮﺑﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻭﺍﻟﺒﻘﻮﻝ ﻭﻧﺤﻮﻫﻤﺎ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻟﻴﺲ ﺑﺸﻲء ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﻐﺮﺯ ﻓﺈﻥ ﻗﻠﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻓﻮﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻛﺴﺮﺓ ﻗﻠﺖ ﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺍﻷﻋﻤﺶ ﻓﻐﺮﺯ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ‬
‫ﻳﻐﺮﺯ ﻷﻥ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﺮﺯ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﻓﺎﻓﻬﻢ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻞ ﻏﺮﺯﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺑﺄﻣﺮ ﻣﻌﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﻭﻧﺤﻦ ﻻ ﻧﻌﻠﻢ ﺫﻟﻚ ﻣﻄﻠﻘﺎ ‪ ‬‬
‫ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﻛﻮﻧﻨﺎ ﻻ ﻧﻌﻠﻢ ﺃﻳﻌﺬﺏ ﺍﻡ ﻻ ﺃﻥ ﻧﺘﺮﻙ ﺫﻟﻚ ﺃﻻ ﺗﺮﻯ ﺃﻧﺎ ﻧﺪﻋﻮ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺑﺎﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﻻ ﻧﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﺣﻢ ﺃﻡ ﻻ ‪ ‬ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻪ ﻫﻞ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺄﻣﺮ‬
‫ﺑﺬﻟﻚ ﻷﺣﺪ ﺃﻡ ﺍﻟﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﺒﺎﺷﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺫﻟﻚ ﻭﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺼﻴﺐ ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ﺃﻭﺻﻰ ﺃﻥ ﻳﻮﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﺟﺮﻳﺪﺗﺎﻥ‬
‫ﻛﻤﺎ ﻳﺄﺗﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻴﺎﻕ ﻣﺎ ﻳﻘﻄﻊ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺑﺎﺷﺮ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﺑﻴﺪﻩ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﺑﻞ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻣﺮ ﺑﻪ ﻗﻠﺖ ﻫﺬﺍ ﻛﻼﻡ ﻭﺍﻩ ﺟﺪﺍ‬
‫ﻭﻛﻴﻒ ﻳﻘﻮﻝ ﺫﻟﻚ ﻭﻗﺪ ﺻﺮﺡ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺛﻢ ﺩﻋﺎ ﺑﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻓﻜﺴﺮﻫﻤﺎ ﻓﻮﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻛﺴﺮﺓ ﻭﻫﺬﺍ ﺻﺮﻳﺢ ﻓﻲ ﺃﻧﻪ ﻭﺿﻌﻪ ﺑﻴﺪﻳﻪ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﻭﺩﻋﻮﻯ‬
‫ﺍﺣﺘﻤﺎﻝ ﺍﻷﻣﺮ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺑﻪ ﺑﻌﻴﺪﺓ ﻭﻫﺬﻩ ﻛﺪﻋﻮﻯ ﺍﺣﺘﻤﺎﻝ ﻣﺠﻲء ﻏﻼﻡ ﺯﻳﺪ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻚ ﺟﺎء ﺯﻳﺪ ﻭﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﻻ ﻳﻌﺘﺪ ﺑﻪ ‪ ‬‬
‫‪ .5‬ﺷﺮﺡ ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻷﻭﻝ ـ ﺍﻟﺼﻘﻌﺒﻲ )ﺹ‪(68 :‬‬
‫ﺏ ْﺍﻷَ ْﻛﺒَﺮ { )‪  .(2‬‬ ‫ﺏ ْﺍﻷَ ْﺩﻧَﻰ ُﺩﻭﻥَ ﺍ ْﻟﻌَﺬَﺍ ِ‬
‫ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪ -‬ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ‪َ } -‬ﻭﻟَﻨُﺬِﻳﻘَﻨﱠ ُﻬ ْﻢ ِﻣﻦَ ﺍ ْﻟﻌَﺬَﺍ ِ‬
‫ﺏ { )‪  .(3‬‬ ‫َ‬
‫ﺷ ﱠﺪ ﺍ ْﻟﻌَﺬﺍ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ﺴﺎﻋَﺔ ﺃﺩ ِْﺧﻠُﻮﺍ ﺁ َﻝ ﻓِ ْﺮﻋ َْﻮﻥَ ﺃ َ‬‫ﺸﻴّﺎ ً َﻭﻳَ ْﻮ َﻡ ﺗَﻘُﻮ ُﻡ ﺍﻟ ﱠ‬
‫ﻋ ِ‬ ‫ﻋﻠَ ْﻴ َﻬﺎ ُ‬
‫ﻏﺪ ُّﻭﺍ ً َﻭ َ‬ ‫ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﺍﻷﺩﻧﻰ ﻫﻮ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ ,‬ﻭﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻗﺎﻝ } ﺍﻟﻨﱠ ُ‬
‫ﺎﺭ ﻳُ ْﻌ َﺮﺿُﻮﻥَ َ‬
‫ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﻌﺮﺿﻮﻥ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﻓﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﻋﺬﺍﺏ ﻗﺒﻞ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﻋﺬﺍﺏ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ .‬ﺃﻣﺎ ﺍﻷﺩﻟﺔ ﻣﻦ‬
‫ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻛﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﺃﻳﻀﺎ ً ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺣﻴﺚ ﻗﺎﻝ } ﺛﻢ ﻟﻴﺴﺘﻌﻴﺬ ﺑﺎ ﻣﻦ ﺃﺭﺑﻊ ﻭﺫﻛﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺃﻋﻮﺫ ﺑﻚ ﻣﻦ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ { ﻭﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻣﻨﻌﻘﺪ ﻋﻠﻰ‬
‫ﺇﺛﺒﺎﺕ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺃﻱ ﺃﺟﻤﻊ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺇﻥ ﺧﺎﻟﻒ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﻓﺨﻼﻓﻬﻢ ﻣﺮﺩﻭﺩ ﻋﻠﻴﻪ‪ (.‬ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﻟﻨﻤﻴﻤﺔ " ﻭﻫﻲ ﻧﻘﻞ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ‬
‫ﺍﻹﻓﺴﺎﺩ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ " ﻭﺍﻥ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻧﺴﺄﻝ ﷲ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ‪ ,‬ﻓﻠﻨﺘﻘﻲ ﷲ ‪ -‬ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ‪ -‬ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻔﻌﻞ ﻫﺬﺍ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺃﻱ‬
‫ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﻌﺬﺏ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺑﻬﺎ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ‪ (.‬ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻹﺳﺘﺘﺎﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﺘﻨﺰﻩ ﻣﻨﻪ‪ ( 4 .‬ﺃﺧﺬ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﺃﻧﻪ ﻳﺸﺮﻉ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﺠﺮﻳﺪﺓ‬
‫ﻭﻳﻐﺮﺯﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻟﻜﻲ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻦ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﻭﻣﻤﻦ ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ‪ ,‬ﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﺑﺎﻁﻞ ﻻ ﻳﺼﺢ ﻷﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻫﻞ‬
‫ﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻳﻌﺬﺏ ﺃﻭﻻ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻓﺈﻧﻪ ﻗﺪ ﻛﺸﻒ ﻟﻪ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻳﻌﻨﻲ ﻋﻠﻢ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﻮﺣﻲ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ)ﻷﻧﻪ‬
‫ﻋﻠﻞ ﻏﺮﺯﻫﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺑﺄﻣﺮ ﻣﻐﻴﺐ }ﻟﻴﻌﺬﺑﺎﻥ{ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺳﻠﻤﺎﻥ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ )ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺍﻟﺘﺒﺮﻙ ﺑﺄﺛﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪-‬‬
‫ﻭﺩﻋﺎﺋﻪ ﺑﺎﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻓﻜﺄﻧﻪ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﺟﻌﻞ ﻣﺪﺓ ﺑﻘﺎء ﺍﻟﻨﺪﺍﻭﺓ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﺣﺪﺍ ﻛﻤﺎ ﻭﻗﻌﺖ ﻟﻪ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻣﻦ ﺗﺨﻔﻴﻒ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ‬
‫ﺃﺻﻞ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﻴﺲ ﺑﺎﻟﻴﺎﺑﺲ ‪  .‬ﻳﻘﻮﻝ ﺍﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻖ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﺘﺢ ) ﻭﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ "ﺧﻼﻓﺎ ً‬
‫ﻟﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ" ﻣﻨﻪ ﺍﺳﺘﻨﻜﺎﺭ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺇﻻ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭ ﻣﺨﺼﻮﺻﺔ ﺃﻁﻠﻊ ﻋﻠﻰ‬
‫ﺗﻌﺬﻳﺐ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺸﺮﻭﻋﺎ ﻟﻔﻌﻠﻪ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻛﺎﻟﺨﻠﻔﺎء ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻮﻩ ﻭﻫﻢ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺴﻨﺔ ﻣﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ( ﺃ‪.‬ﻫـ‪ *.‬ﻟﻤﺎﺫﺍ‬
‫ﻗﺎﻝ)ﻭﻫﻢ ﺃﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ( ؟‪ ‬ﻷﻥ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻧﻘﻞ ﻋﻦ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺼﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﺃﻭﺻﻰ ﺃﻥ ﻳﻮﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﺟﺮﻳﺪﺓ‪  .‬‬
‫‪ .6‬ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺝ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺻـ‪119 :‬‬
‫)ﻣﻬﻤﺔ( ﻳﺴﻦ ﻭﺿﻊ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺧﻀﺮﺍء ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ ﻭﻷﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ‪ -‬ﺇﻟﻰ ﺃﻥ‬
‫ﻗﺎﻝ ‪ --‬ﻭﻓﻲ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ ﺍﺳﺘﻨﺒﻂ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺷﺠﺎﺭ ﻭﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻴﻨﻮﺍ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﻟﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ‬
‫ﺃﻧﻪ ﻏﺮﺱ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﺸﻤﻞ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻛﻠﻪ ﻓﻴﺤﺼﻞ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺄﻱ ﻣﺤﻞ ﻣﻨﻪ ﻧﻌﻢ ﺃﺧﺮﺝ ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪﻩ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺿﻊ‬
‫ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻩ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺇﺑﺪﺍﻝ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻛﻠﻤﺎ ﻳﺒﺲ ﻟﺘﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺑﺮﻛﺔ ﻣﺰﻳﺪ ﺗﺴﺒﻴﺤﻪ ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻛﻤﺎ‬
‫ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ( ﺃﻱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ ﻟﻬﺎ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺃﻳﻀﺎ‪ ،‬ﺑﻨﺺ‪) :‬ﻭﺇﻥ ﻣﻦ ﺷﺊ ﺇﻻ ﻳﺴﺒﺢ ﺑﺤﻤﺪﻩ( ﻓﻼ ﻣﻌﻨﻰ‬
‫ﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﺃﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ‪ ،‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺗﻠﻚ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺣﻴﺎﺓ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ( ﺃﻱ ﺑﺎﻟﺠﺮﻳﺪﺓ‬
‫ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ( ﺍﻧﺪﺭﺝ ﺗﺤﺖ ﻧﺤﻮ ﻛﻞ ﺷﺊ ﺭﻁﺐ ﻛﻌﺮﻭﻕ ﺍﻟﺠﺰﺭ ﻭﻭﺭﻕ ﺍﻟﺨﺲ ﻭﺍﻟﻠﻔﺖ ﻭﻓﻲ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ‬
‫ﻣﺎ ﻧﺼﻪ‪ :‬ﺍﺳﺘﻨﺒﻂ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ :‬ﻏﺮﺱ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻭﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻴﻨﻮﺍ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﻟﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺃﻧﻪ ﻏﺮﺱ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ‪،‬‬
‫ﻓﺸﻤﻞ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻛﻠﻪ‪ ،‬ﻓﻴﺤﺼﻞ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺄﻱ ﻣﺤﻞ ﻣﻨﻪ ﻧﻌﻢ ﺃﺧﺮﺝ ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪﻩ ﺃﻧﻪ )ﺹ( ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻫـ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ‬
‫ﺇﺑﺪﺍﻝ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻛﻠﻤﺎ ﻳﺒﺲ‪ :‬ﻟﺘﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺑﺮﻛﺔ ﻣﺰﻳﺪ ﺗﺴﺒﻴﺤﻪ‪ ،‬ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻤﺎ(‬
‫ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻅﺎﻫﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﺤﺮﻡ ﺫﻟﻚ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ‪ :‬ﻭﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ‬
‫ﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ‪ ،‬ﻓﻘﻴﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻓﺼﻞ ﺍﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﻠﻴﻼ ﻛﺨﻮﺻﺔ ﺃﻭ ﺧﻮﺻﺘﻴﻦ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻤﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ‪ ،‬ﻟﺘﻌﻠﻖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﻪ‪،‬‬
‫ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺃﺧﺬﻩ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻭﻟﻰ( ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻆ ﺍﻟﻤﻴﺖ( ﺃﻱ ﻣﻨﻔﻌﺘﻪ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻪ‬
‫ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ( ﺃﻱ ﻭﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻭﺍﻻﻭﻟﻰ ﺣﺬﻑ ﻟﻔﻆ ﻓﻲ‪ ،‬ﺃﻭ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻟﻔﻆ ﺃﺧﺬ‪ ،‬ﺑﻌﺪﻫﺎ‪ ،‬ﻭﻣﺮﺍﺩﻩ ﺑﺎﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‪ :‬ﺧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ‪ ،‬ﻻﻥ‬
‫ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﺮﺗﺎﺡ ﺑﻪ ﻓﻘﻂ ﻻ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﻭﻧﺤﻮﻩ‪ :‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻅﺎﻫﺮ ﺻﻨﻴﻌﻪ ﻟﻤﺎ ﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﺻﺎﺩﻕ ﺑﻜﻞ ﺷﺊ ﺭﻁﺐ‪.‬‬
‫‪9 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫‪ .7‬ﺗﺤﻔﺔ‪ ‬ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ‪ ‬ﻓﻲ‪ ‬ﺷﺮﺡ‪ ‬ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ‪) ‐ ‬ﺝ‪   11 ‬ﺹ‪   (394 ‬‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ ﻳﺴﻦ ﻭﺿﻊ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺇﻟﺦ( ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻧﻪ ﻟﻮ ﻧﺒﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺸﻴﺶ ﺍﻛﺘﻔﻰ ﺑﻪ ﻋﻦ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﺍﻵﺗﻲ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺧﻼﻓﻪ ﻭﻳﻔﺮﻕ ﺑﺄﻥ‬
‫ﺯﻳﺎﺩﺓ ﺍﻟﻤﺎء ﺑﻌﺪ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﺍﻟﻜﺎﻓﻲ ﻻ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﻬﺎ ﻟﺤﺼﻮﻝ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻣﻦ ﺗﻤﻬﻴﺪ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﺑﺨﻼﻑ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﻪ ﺯﻳﺎﺩﺓ‬
‫ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺑﺘﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻉ ﺵ )ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻷﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﺇﻟﺦ( ﻣﻦ ﻋﻄﻒ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ )ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻧﺤﻮﻩ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻭ )ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ‬
‫ﺫﻟﻚ( ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻧﻬﺎﻳﺔ ﻭﻣﻐﻨﻲ ﻗﺎﻝ ﻉ ﺵ ﻗﻮﻟﻪ ﻡ ﺭ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺒﺮﺳﻴﻢ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺒﺎﺗﺎﺕ ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻡ ﺭ‬
‫ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﻱ ﺃﻣﺎ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻉ ﻣﻤﺎ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﺣﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺧﺬﻩ ﻷﻧﻪ ﺻﺎﺭ ﺣﻘﺎ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻻ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻦ ﻣﺜﻠﻪ ﻋﺎﺩﺓ‬
‫ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻡ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻭﻳﻈﻬﺮ ﺃﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺸﻤﻊ ﻓﻲ ﻟﻴﺎﻟﻲ ﺍﻷﻋﻴﺎﺩ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬﻩ ﻟﻌﺪﻡ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻋﻨﻪ‬
‫ﻭﻋﺪﻡ ﺭﺿﺎﻩ ﺑﺄﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻣﻮﺿﻌﻪ ﻉ ﺵ ﻭﻟﻌﻞ ﻣﺤﻞ ﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﺗﻄﺮﺩ ﻋﺎﺩﺓ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﺑﻮﺿﻊ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺸﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﻋﻦ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻟﻤﻦ‬
‫ﻳﺄﺧﺬﻩ ﻭﺇﻋﺮﺍﺽ ﻭﺍﺿﻌﻪ ﻋﻨﻪ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬﻩ ﻓﻠﻴﺮﺍﺟﻊ‪.‬‬
‫‪ .8‬ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻱ ﺍﻻﺳﻼﻣﻴﺔ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﺻـ‪ 23 :‬ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ﻋﺰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﺍﻟﺘﻤﻴﻤﻲ )ﺣﻨﻔﻴﺔ(‬
‫ﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﺯﺭﺍﻋﺔ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ؟ ﻳﺠﻮﺯ ﺷﺮﻋﺎ ﺯﺭﺍﻋﺔ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻭﻣﻤﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺍﻥ ﺯﺭﺍﻋﺔ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﺩﺍﺧﻠﺔ ﻓﻲ ﻋﻤﻮﻡ ﺍﻟﻘﺎﻋﺪﺓ‬
‫ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻥ ﺍﻻﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻻﺷﻴﺎء ﺍﻻﺑﺎﺣﺔ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺯﺭﺍﻋﺔ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻫﺬﺍ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺍﻥ ﻻ ﺗﺰﺭﻉ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻣﺒﺎﺷﺮﺓ ﻭﺍﻧﻤﺎ ﺗﺰﺭﻉ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻤﺮﺍﺕ ﻭﺍﻻﻣﺎﻛﻦ ﺍﻟﺘﻲ ﻻﻳﻮﺟﺪ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﺒﻮﺭ ﻭﺫﻟﻚ ﺧﺸﻴﺔ ﺍﻥ ﺗﻨﺴﺐ ﺟﺬﻭﺭﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻳﺬﺍء ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﺫ ﺍﺫﺍء ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺣﺮﺍﻡ‬
‫‪ .9‬ﺷﺮﺡ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ـ ﻻﺑﻦ ﺑﻄﺎﻝ ‪(346 / 3) -‬‬
‫ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ‪ ‬‬
‫ﻭﺃﻭﺻﻰ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺍﻷﺳﻠﻤﻲ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﺟﺮﻳﺪﺍﻥ ‪ .‬ﻭﺭﺃﻯ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻓﺴﻄﺎﻁﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ‪ ،‬ﻓﻘﺎﻝ ‪ :‬ﺍﻧﺰﻋﻪ ﻳﺎ ﻏﻼﻡ ‪ ،‬ﻓﺈﻧﻤﺎ ﻳﻈﻠﻪ ﻋﻤﻠﻪ ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ‬
‫ﺧﺎﺭﺟﺔ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ‪ :‬ﺭﺃﻳﺘﻨﻰ ﻭﻧﺤﻦ ﺷﺒﺎﻥ ﻓﻰ ﺯﻣﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﺃﺷﺪﻧﺎ ﻭﺛﺒﺔ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﺜﺐ ﻗﺒﺮ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻣﻈﻌﻮﻥ ‪ ،‬ﺣﺘﻰ ﻳﺠﺎﻭﺯﻩ ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺣﻜﻴﻢ ‪ :‬ﺃﺧﺬ‬
‫ﺑﻴﺪﻯ ﺧﺎﺭﺟﺔ ‪ ،‬ﻓﺄﺟﻠﺴﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮ ‪ ،‬ﻭﺃﺧﺒﺮﻧﻰ ﻋﻦ ﻋﻤﻪ ﻳﺰﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ‪ ،‬ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﺇﻧﻤﺎ ﻛﺮﻩ ﺫﻟﻚ ﻟﻤﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻋﻠﻴﻪ ‪ .‬ﻭﻗﺎﻝ ﻧﺎﻓﻊ ‪ :‬ﻛﺎﻥ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻳﺠﻠﺲ ﻋﻠﻰ‬
‫ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ‪ - 87 / .‬ﻓﻴﻪ ‪ :‬ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ‪ ،‬ﻣﺮ ﺍﻟﻨﺒﻰ ‪ ) ،‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ( ‪ ،‬ﺑﻘﺒﺮﻳﻦ ﻳﻌﺬﺑﺎﻥ ‪ ،‬ﻓﻘﺎﻝ ‪ ) :‬ﺇﻧﻬﻤﺎ ﻳﻌﺬﺑﺎﻥ ‪ ،‬ﻭﻣﺎ ﻳﻌﺬﺑﺎﻥ ﻓﻰ ﻛﺒﻴﺮ ‪ ،‬ﺃﻣﺎ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ‬
‫ﻓﻜﺎﻥ ﻻ ﻳﺴﺘﺘﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻮﻝ ‪ ،‬ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻜﺎﻥ ﻳﻤﺸﻰ ﺑﺎﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ( ‪ ،‬ﺛﻢ ﺃﺧﺬ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺭﻁﺒﺔ ‪ ،‬ﻓﺸﻘﻬﺎ ﻧﺼﻔﻴﻦ ‪ ،‬ﺛﻢ ﻏﺮﺯ ﻓﻰ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ ‪ ،‬ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ‪ :‬ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ‬
‫ﷲ ‪ ،‬ﻟﻢ ﺻﻨﻌﺖ ﻫﺬﺍ ؟ ﻓﻘﺎﻝ ‪ ) :‬ﻟﻌﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ ( ‪ .‬ﻭﺗﺮﺟﻢ ﻟﻪ ﺑﺎﺏ ‪ ) :‬ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ ﻭﺍﻟﺒﻮﻝ ( ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ ‪ :‬ﺇﻧﻤﺎ ﺧﺺ‬
‫ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻟﻠﻐﺮﺯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻟﻨﺒﺎﺕ ﻭﺍﻟﺜﻤﺎﺭ ‪ ،‬ﻭﷲ ﺃﻋﻠﻢ ‪ ،‬ﻷﻧﻬﺎ ﺃﻁﻮﻝ ﺍﻟﺜﻤﺎﺭ ﺑﻘﺎء ‪ ،‬ﻓﺘﻄﻮﻝ ﻣﺪﺓ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ‪ ،‬ﻭﻫﻰ ﺷﺠﺮﺓ ﺷﺒﻬﻬﺎ )‬
‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ( ﺑﺎﻟﻤﺆﻣﻦ ‪ ،‬ﻭﻗﻴﻞ ‪ :‬ﺇﻧﻬﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﺔ ﻁﻴﻨﺔ ﺁﺩﻡ ‪ ،‬ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺃﻭﺻﻰ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﺎﻥ ﺗﺄﺳﻴﺎ ﺑﺎﻟﻨﺒﻰ ‪ ) ،‬ﺻﻠﻰ ﷲ‬
‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ( ‪ ،‬ﻭﺗﺒﺮﻛﺎ ﺑﻔﻌﻠﻪ ‪ ،‬ﻭﺭﺟﺎء ﺃﻥ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ‪ ،‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ‪ ) :‬ﻟﻌﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ( ﻑ ) ﻟﻌﻞ ( ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻌﺮﺏ ‪ :‬ﺍﻟﺘﺮﺟﻰ ﻭﺍﻟﻄﻤﻊ ‪ .‬ﻭﻣﻌﻨﻰ‬
‫ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ‪ :‬ﺍﻟﺤﺾ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺘﺤﺮﺯ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﻮﻝ ‪ ،‬ﻭﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻌﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﺒﺮ ‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻳﺮﺣﻢ ﷲ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ‬

‫‪ .10‬ﺗﺤﻔﺔ‪ ‬ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ‪ ‬ﺍﻟﺠﺰء‪ ‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪ ‬ﺻـ‪   198  :‬‬
‫ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺯﺭﻉ ﺷﻴﺊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺒﻠﺔ ﻭﺍﻥ ﺗﻴﻘﻦ ﺑﻠﻰ ﻣﻦ ﺑﻬﺎ ﻻﻧﻪ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺑﻬﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﺪﻓﻦ ﻓﻴﻘﻠﻊ ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﻲ ﻳﺠﻮﺯ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺒﻠﻰ ﻣﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ‬
‫ﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ‪ .‬ﺍﻫـ‬

‫‪b. Bagaimana hukum mencabut, memangkas, mengobat, membersihkan tanaman atau rumput yang ‬‬
‫‪berada di atas kuburan dengan maksud merawat kuburan? ‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Hukum  mencabut,  memangkas,  mengobat,  membersihkan  tanaman  atau  rumput  yang  berada  di  atas ‬‬
‫‪kuburan diperinci sebagai berikut: ‬‬
‫‪ Apabila  tanaman  atau  rerumputan  tersebut  sengaja  ditanam  (hak  milik)  maka  boleh  bagi ‬‬
‫‪pemiliknya asal tidak melenyapkan atau menghilangkannya secara total dan haram secara mutlak ‬‬
‫‪bagi selainnya pemilik. ‬‬
‫‪ Haram mutlak apabila tanaman atau rumput tersebut tumbuh dengan sendirinya. ‬‬
‫‪Catatan:  Pembersihan  dengan  cara  dipotong  boleh  dilakukan  manakala  tanaman  atau  rumput ‬‬
‫‪mengganggu jalan peziaroh yang lewat. ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Referensi ‬‬
‫‪1. I’anatuttholibin Juz 2 hal. 135 ‬‬ ‫‪5. Bulghotutthullab hal. 189 ‬‬
‫‪2. Hasyiyatul Jamal Juz 2 hal. 208 ‬‬ ‫‪6. Roddul Mukhtar Juz 2 hal. 245 ‬‬
‫‪3. ‘Umdatul Mufti Juz 1 hal. 258 ‬‬ ‫‪7. Bariqoh Juz 5 hal. 411 ‬‬
‫‪4. Fathul Mu’in Juz 3 hal. 216 ‬‬ ‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪ .1‬ﺇﻋﺎﻧﺔ‪ ‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ‪ ‬ﺍﻟﺠﺰء‪ ‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ‪ ‬ﺹ‪135 :‬‬
‫)ﻣﻬﻤﺔ( ﻳﺴﻦ ﻭﺿﻊ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺧﻀﺮﺍء ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ ،‬ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ‪ ،‬ﻭﻻﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻳﺤﺮﻡ‬
‫ﺃﺧﺬ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻆ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻟﻤﺄﺛﻮﺭ ﻋﻨﻪ )ﺹ(‪ ،‬ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﺭﺗﻴﺎﺡ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺍﻟﻨﺎﺯﻟﻴﻦ‬
‫ﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎﻟﻪ ﺷﻴﺨﺎﻧﺎ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭﺯﻳﺎﺩ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ( ﺃﻱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ ﻟﻬﺎ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺃﻳﻀﺎ‪ ،‬ﺑﻨﺺ‪) :‬ﻭﺇﻥ ﻣﻦ ﺷﺊ ﺇﻻ ﻳﺴﺒﺢ‬
‫ﺑﺤﻤﺪﻩ( ﻓﻼ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﺃﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ‪ ،‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺗﻠﻚ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺣﻴﺎﺓ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ(‬
‫ﺃﻱ ﺑﺎﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ( ﺍﻧﺪﺭﺝ ﺗﺤﺖ ﻧﺤﻮ ﻛﻞ ﺷﺊ ﺭﻁﺐ ﻛﻌﺮﻭﻕ ﺍﻟﺠﺰﺭ ﻭﻭﺭﻕ ﺍﻟﺨﺲ ﻭﺍﻟﻠﻔﺖ ﻭﻓﻲ‬
‫ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ‪ :‬ﺍﺳﺘﻨﺒﻂ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ :‬ﻏﺮﺱ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻭﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻴﻨﻮﺍ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﻟﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺃﻧﻪ ﻏﺮﺱ‬
‫ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ‪ ،‬ﻓﺸﻤﻞ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻛﻠﻪ‪ ،‬ﻓﻴﺤﺼﻞ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺄﻱ ﻣﺤﻞ ﻣﻨﻪ ﻧﻌﻢ ﺃﺧﺮﺝ ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪﻩ ﺃﻧﻪ )ﺹ( ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺱ‬
‫ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻫـ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺇﺑﺪﺍﻝ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻛﻠﻤﺎ ﻳﺒﺲ‪ :‬ﻟﺘﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺑﺮﻛﺔ ﻣﺰﻳﺪ ﺗﺴﺒﻴﺤﻪ‪ ،‬ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻳﺤﺮﻡ‬
‫ﺃﺧﺬ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻤﺎ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻅﺎﻫﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﺤﺮﻡ ﺫﻟﻚ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ‪ :‬ﻭﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻠﻰ‬
‫ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ‪ ،‬ﻓﻘﻴﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻓﺼﻞ ﺍﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﻠﻴﻼ ﻛﺨﻮﺻﺔ ﺃﻭ ﺧﻮﺻﺘﻴﻦ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻤﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ‪،‬‬
‫ﻟﺘﻌﻠﻖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﻪ‪ ،‬ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺃﺧﺬﻩ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻭﻟﻰ( ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻆ ﺍﻟﻤﻴﺖ( ﺃﻱ ﻣﻨﻔﻌﺘﻪ‪،‬‬
‫‪10 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ( ﺃﻱ ﻭﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻭﺍﻻﻭﻟﻰ ﺣﺬﻑ ﻟﻔﻆ ﻓﻲ‪ ،‬ﺃﻭ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻟﻔﻆ ﺃﺧﺬ‪ ،‬ﺑﻌﺪﻫﺎ‪ ،‬ﻭﻣﺮﺍﺩﻩ ﺑﺎﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‪:‬‬
‫ﺧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ‪ ،‬ﻻﻥ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﺮﺗﺎﺡ ﺑﻪ ﻓﻘﻂ ﻻ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﻭﻧﺤﻮﻩ‪ :‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻅﺎﻫﺮ ﺻﻨﻴﻌﻪ ﻟﻤﺎ ﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﺻﺎﺩﻕ ﺑﻜﻞ ﺷﺊ‬
‫ﺭﻁﺐ‬
‫‪ .2‬ﺣﺎﺷﻴﺔ‪ ‬ﺍﻟﺠﻤﻞ‪ ‬ﻋﻠﻰ‪ ‬ﺷﺮﺡ‪ ‬ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ‪   (208   2) ‬‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻧﺤﻮﻫﻤﺎ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺒﺮﺳﻴﻢ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺒﺎﺗﺎﺕ ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﺍﻫـ‪ .‬ﻉ ﺵ ﻋﻠﻰ ﻡ ﺭ ﻭﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﻦ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻳﺒﺲ ﺟﺎﺯ ﻟﺰﻭﺍﻝ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻣﻨﻪ ﺣﺎﻝ ﺭﻁﻮﺑﺘﻪ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻺﻋﺮﺍﺽ ﻋﻨﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﻫـ‪ .‬ﺷﺮﺡ ﻡ ﺭ ﺃﻣﺎ ﻣﺎﻟﻜﻪ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ‬
‫ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻉ ﻣﻤﺎ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﺣﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺧﺬﻩ؛ ﻷﻧﻪ ﺻﺎﺭ ﺣﻘﺎ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻻ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻦ ﻣﺜﻠﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻫـ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻭﻳﻈﻬﺮ‬
‫ﺃﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺸﻤﻊ ﻓﻲ ﻟﻴﺎﻟﻲ ﺍﻷﻋﻴﺎﺩ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬﻩ ﻟﻌﺪﻡ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻋﺪﻡ ﺭﺿﺎﻩ ﺑﺄﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻣﻮﺿﻌﻪ‪.‬‬
‫ﺍﻫـ‪ .‬ﻉ ﺵ ﻋﻠﻴﻪ )ﻗﻮﻟﻪ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ( ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﻪ ﻋﻨﺪ ﺭﺟﻠﻴﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻫـ‪ .‬ﺷﺮﺡ ﻡ ﺭ‪.‬‬
‫‪ .3‬ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻤﻔﺘﻲ ﻭﺍﻟﻤﺴﺘﻔﺘﻲ ﺝ ‪ 1‬ﺻـ ‪   258‬‬
‫ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ‪ :‬ﻭﺇﺫﺍ ﻧﺒﺘﺖ ﺷﺠﺮﺓ ﺑﺠﻨﺐ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺑﻨﻔﺴﻬﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﻧﻔﻊ ﻛﺎﺳﺘﻈﻼﻝ ﺍﻟﺰﺍﺋﺮ ﺃﻭ ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﺑﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺟﺎﺯ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ‪ .‬ﻭﺃﻣﺎ‬
‫ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﺍﻟﻨﺎﺑﺘﺔ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬﻫﺎ ﻣﺎ ﺩﺍﻣﺖ ﺧﻀﺮﺍء ﻻﻧﺘﻔﺎﻉ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺘﻰ ﺑﻪ ﺇﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺍﻟﻮﺿﺎﺣﻲ‪ .‬ﻭﻣﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻓﻲ‬
‫ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﺣﺮﻣﺔ ﺃﺧﺬﻫﺎ‪ ,‬ﻓﺎﻟﺸﺠﺮﺓ ﺃﻭﻟﻰ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻭﻛﻤﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻜﻞ ﻳﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻳﺘﺄﺫﻯ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﺎﺭ ﺟﺎﺯ‬
‫ﻗﻄﻌﻬﺎ ﺗﻘﺪﻳﻤﺎ ﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻋﻠﻰ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺃﻗﻮﻝ ﻭﻟﻠﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﺨﺎﺻﺔ‬

‫‪ ‬‬

‫‪ .4‬ﻓﺘﺢ‪ ‬ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ‪ ‬ﺝ‪ 3 ‬ﺹ‪   216 ‬‬
‫)ﻭﺳﺌﻞ( ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﻟﻄﻨﺒﺪﺍﻭﻱ ﻓﻲ ﺷﺠﺮﺓ ﻧﺒﺘﺖ ﺑﻤﻘﺒﺮﺓ ﻣﺴﺒﻠﺔ ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻬﺎ ﺛﻤﺮ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ ﺇﻻ ﺃﻥ ﺑﻬﺎ ﺃﺧﺸﺎﺑﺎ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﺗﺼﻠﺢ ﻟﻠﺒﻨﺎء‪ ،‬ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻬﺎ ﻧﺎﻅﺮ ﺧﺎﺹ‪ ،‬ﻓﻬﻞ ﻟﻠﻨﺎﻅﺮ‬
‫ﺍﻟﻌﺎﻡ ‪ -‬ﺃﻱ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ‪ -‬ﺑﻴﻌﻬﺎ ﻭﻗﻄﻌﻬﺎ ﻭﺻﺮﻑ ﻗﻴﻤﺘﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ؟‪( .‬ﻓﺄﺟﺎﺏ( ﻧﻌﻢ‪ :‬ﻟﻠﻘﺎﺿﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﺍﻟﻤﺴﺒﻠﺔ ﺑﻴﻌﻬﺎ ﻭﺻﺮﻑ ﺛﻤﻨﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ‬
‫ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ‪ ،‬ﻛﺜﻤﺮ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻬﺎ ﺛﻤﺮ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﺻﺮﻓﻬﺎ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺃﻭﻟﻰ‪ .‬ﻫﺬﺍ ﻋﻨﺪ ﺳﻘﻮﻁﻬﺎ ﺑﻨﺤﻮ ﺭﻳﺢ‪ .‬ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻄﻌﻬﺎ ﻣﻊ ﺳﻼﻣﺘﻬﺎ ﻓﻴﻈﻬﺮ ﺇﺑﻘﺎﻭﻫﺎ ﻟﻠﺮﻓﻖ ﺑﺎﻟﺰﺍﺋﺮ‬
‫ﻭﺍﻟﻤﺸﻴﻊ(‪.‬ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻬﺎ ﺛﻤﺮ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ( ﺧﺮﺝ ﺑﻪ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻟﻬﺎ ﺫﻟﻚ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﻄﻌﻬﺎ ﻭﺑﻴﻌﻬﺎ‬
‫‪ .5‬ﺑﻠﻐﺔ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﻁﻴﻔﻮﺭ ﻋﻠﻲ ﻭﻓﺎ‪ .‬ﺻـ ‪   189‬‬
‫)ﻣﺴﺎﻟﺔ ﺙ( ﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﺍﺯﺍﻟﺔ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻷﻧﻪ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﻛﻮﻧﻪ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻣﺎ ﺩﻡ ﺭﻁﺒﺎ)ﻗﻠﺖ( ﻭﻫﺬﺍ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ‬
‫ﻭﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﺟﻮﺍﺯ ﺫﻟﻚ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻛﻤﺎ ﻧﻘﻠﻪ ﺍﺑﻦ ﻋﺎﺩﻳﻦ ﻓﻲ ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺭﺩ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎ ﺭ ﻋﻦ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻭﺍﻟﺪﺭﺭ ﻭﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻴﺔ‪.‬‬
‫‪ .6‬ﺍﻟﺪﺭ‪ ‬ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ‪ ‬ﻭﺣﺎﺷﻴﺔ‪ ‬ﺍﺑﻦ‪ ‬ﻋﺎﺑﺪﻳﻦ‪) ‬ﺭﺩ‪ ‬ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺭ(‪(245   2) ‬‬
‫ﻣﻄﻠﺐ ﻓﻲ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻭﻧﺤﻮ ﺍﻵﺱ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ]ﺗﺘﻤﺔ[ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﻳﻀﺎ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﻨﺒﺎﺕ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻭﺍﻟﺪﺭﺭ‬
‫ﻭﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻴﺔ ﻭﻋﻠﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻹﻣﺪﺍﺩ ﺑﺄﻧﻪ ﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﺭﻁﺒﺎ ﻳﺴﺒﺢ ﷲ ‪ -‬ﺗﻌﺎﻟﻰ ‪ -‬ﻓﻴﺆﻧﺲ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺗﻨﺰﻝ ﺑﺬﻛﺮﻩ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻫـ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﺨﺎﻧﻴﺔ‪ .‬ﺃﻗﻮﻝ‪ :‬ﻭﺩﻟﻴﻠﻪ ﻣﺎ‬
‫ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ »ﻣﻦ ﻭﺿﻌﻪ ‪ -‬ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ‪ -‬ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﺑﻌﺪ ﺷﻘﻬﺎ ﻧﺼﻔﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮﻳﻦ ﺍﻟﻠﺬﻳﻦ ﻳﻌﺬﺑﺎﻥ« ‪ .‬ﻭﺗﻌﻠﻴﻠﻪ ﺑﺎﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ‬
‫ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ‪ :‬ﺃﻱ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﻤﺎ؛ ﺇﺫ ﻫﻮ ﺃﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺧﻀﺮ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺣﻴﺎﺓ؛ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﻓﻜﺮﺍﻫﺔ ﻗﻄﻊ ﺫﻟﻚ‪ ،‬ﻭﺇﻥ ﻧﺒﺖ‬
‫ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﻤﻠﻚ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ‪ .‬ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻧﺪﺏ ﻭﺿﻊ ﺫﻟﻚ ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ ﻭﻳﻘﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻧﻨﺎ ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﺃﻏﺼﺎﻥ‬
‫ﺍﻵﺱ ﻭﻧﺤﻮﻩ‪ ،‬ﻭﺻﺮﺡ ﺑﺬﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ‪ ،‬ﻭﻫﺬﺍ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻣﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺒﺮﻳﻦ ﺇﻧﻤﺎ ﺣﺼﻞ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﻳﺪﻩ‬
‫ﺍﻟﺸﺮﻳﻔﺔ ‪ -‬ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ‪ -‬ﺃﻭ ﺩﻋﺎﺋﻪ ﻟﻬﻤﺎ ﻓﻼ ﻳﻘﺎﺱ ﻋﻠﻴﻪ ﻏﻴﺮﻩ‪ .‬ﻭﻗﺪ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﺃﻥ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺼﻴﺐ ‪ -‬ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ ‪-‬‬
‫ﺃﻭﺻﻰ ﺑﺄﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ ﺟﺮﻳﺪﺗﺎﻥ‪ ،‬ﻭﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ ‪ ‬‬
‫‪ .7‬ﺑﺮﻳﻘﺔ‪ ‬ﻣﺤﻤﻮﺩﻳﺔ‪ ‬ﻓﻲ‪ ‬ﺷﺮﺡ‪ ‬ﻁﺮﻳﻘﺔ‪ ‬ﻣﺤﻤﺪﻳﺔ‪ ‬ﻭﺷﺮﻳﻌﺔ‪ ‬ﻧﺒﻮﻳﺔ‪ ‬ﺝ‪ 5 : ‬ﺹ‪411 : ‬‬
‫) ﻭ ( ﻣﻨﻬﺎ ) ﻗﻠﻊ ﺍﻟﺸﻮﻙ ﻭﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﺍﻟﺮﻁﺒﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻜﺮﻭﻩ ( ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻨﺒﺎﺗﺎﺕ ﻣﺎ ﺩﺍﻣﺖ ﺭﻁﺒﺔ ﺗﺴﺒﺢ ﷲ ﻓﺤﻴﻨﺌﺬ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻳﺴﺘﺄﻧﺲ ﺑﺘﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﺨﺎﻧﻴﺔ‬
‫ﻭﻳﻜﺮﻩ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺤﻄﺐ ﻭﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﺎﺑﺴﺎ ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺑﻪ ﻷﻧﻪ ﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﺭﻁﺒﺎ ﻳﺴﺒﺢ ﻓﻴﺆﻧﺲ ﺍﻟﻤﻴﺖ ) ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﻴﺎﺑﺲ ( ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬
‫ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻥ } ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺮ ﺑﻘﺒﺮﻳﻦ ﺟﺪﻳﺪﻳﻦ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﻧﻬﻤﺎ ﻟﻴﻌﺬﺑﺎﻥ ﻭﻣﺎ ﻳﻌﺬﺑﺎﻥ ﻓﻲ ﻛﺒﻴﺮ ﺃﻣﺎ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﻜﺎﻥ ﻻ ﻳﺘﻨﺰﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻜﺎﻥ‬
‫ﻳﻤﺸﻲ ﺑﺎﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ﺛﻢ ﺃﺧﺬ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺭﻁﺒﺔ ﻓﺸﻘﻬﺎ ﻧﺼﻔﻴﻦ ﺛﻢ ﻏﺮﺱ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﷲ ﻟﻢ ﺻﻨﻌﺖ ﻫﺬﺍ ؟ ﻗﺎﻝ ﻟﻌﻠﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ { ﻋﻠﻰ ﺍﺗﻔﺎﻕ‬
‫ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺮﻁﺒﻲ ﺍﺳﺘﺪﻝ ﺑﻌﺾ ﻋﻠﻤﺎﺋﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻓﺈﺫﺍ ﺧﻔﻒ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺑﺘﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻓﻜﻴﻒ ﺑﻘﺮﺍءﺓ‬
‫ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻗﺎﻝ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺻﻞ ﻓﻠﻴﺲ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺷﺠﺎﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺼﺪﻭﺭ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺳﻴﻠﺔ ﻭﻓﻲ ﺭﺳﺎﻟﺔ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﺃﻭﺻﻰ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ‬
‫ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻲ ﺭﺿﻲ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﺑﻮﺿﻊ ﺷﺠﺮﺗﻴﻦ ﺭﻁﺒﺘﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻣﻌﻪ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺒﺰﺍﺯﻳﺔ ﺑﻜﺮﺍﻫﺔ ﻗﻄﻊ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻭﺍﻟﺤﺸﻴﺶ ﺍﻟﺮﻁﺒﻴﻦ ﻷﻥ ﺑﺘﺴﺒﻴﺤﻬﻤﺎ ﻳﺴﺘﺄﻧﺲ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻳﺮﻓﻊ‬
‫ﻋﺬﺍﺑﻪ‬

‫‪11 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫‪ Jalsah Tsalitsah  ‬‬
‫‪MUSHOHIH ‬‬ ‫‪PERUMUS ‬‬ ‫‪MODERATOR ‬‬
‫‪1. KH. Athoillah Sholahuddin ‬‬ ‫‪1. Bpk. Saeful Anwar  ‬‬ ‫‪Bpk. Ma'rifatus Sholihin ‬‬
‫‪2. KH. Mukhlis Dimyati ‬‬ ‫‪2. Bpk. M. Thohari Muslim ‬‬ ‫‪ ‬‬
‫‪3. KH. Badrul Huda  ‬‬ ‫‪3. Bpk. Nawawi Ashari ‬‬
‫‪NOTULEN ‬‬
‫‪4. Agus HM. Ibrohim A. Hafidz ‬‬ ‫‪4. Bpk. Hizbulloh al Haq ‬‬
‫‪5. Agus H. Abdul Mu'id Shohib ‬‬ ‫‪5. Bpk. Darul Azka ‬‬
‫‪6. Agus HM. Dahlan Ridlwan ‬‬ ‫‪6. Bpk. M. Syahrul Munir ‬‬ ‫‪1. Bpk. Abu Syamsuddin Sarwan ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪7. Bpk. Sibromulisi  ‬‬ ‫‪2. Bpk. M. Maemun ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪8. Bpk. Adhim Fadlan ‬‬ ‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪9. Bpk. Saifuddin ‬‬
‫‪Pertanyaan:  ‬‬
‫‪c. Bagaimana hukum memungut bunga Kamboja yang jatuh di atas kuburan, baik lokasi kuburan itu ‬‬
‫‪berada  di  pemakaman  wakaf,  musabbal  (tanah  yang  disediakan  untuk  pemakaman  tanpa ‬‬
‫‪pewakafan), ataupun tanah milik pribadi ? ‬‬
‫‪Jawaban:  ‬‬
‫‪c. Tafsil, apabila berada di kuburan mamlukah atau pohon yang ditanam milik seseorang maka haram ‬‬
‫‪dipungut  oleh  selain  pemiliknya.  Dan  apabila  bunga  berada  di  atas  pusara  bagi  pemilik  boleh ‬‬
‫‪mengambil asal tidak secara keseluruhan (masih menyisakan hak bagi mayit). ‬‬
‫‪Untuk bunga yang berada di kuburan mubah, musabbal dan mauqufah belum terbahas. ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Referensi ‬‬
‫‪1. Hasyiyatul Jamal Juz 2 hal. 208 ‬‬ ‫‪3. Fathul Mu’in Juz 3 hal. 216 ‬‬
‫‪2. I’anatuttholibin Juz 2 hal. 135  ‬‬ ‫‪4. ‘Umdatul Mufti Juz 1 hal. 258 ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪ .1‬ﺣﺎﺷﻴﺔ‪ ‬ﺍﻟﺠﻤﻞ‪ ‬ﻋﻠﻰ‪ ‬ﺷﺮﺡ‪ ‬ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ‪   (208   2) ‬‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻧﺤﻮﻫﻤﺎ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺒﺮﺳﻴﻢ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺒﺎﺗﺎﺕ ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﺍﻫـ‪ .‬ﻉ ﺵ ﻋﻠﻰ ﻡ ﺭ ﻭﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﻦ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻳﺒﺲ ﺟﺎﺯ ﻟﺰﻭﺍﻝ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻣﻨﻪ ﺣﺎﻝ ﺭﻁﻮﺑﺘﻪ‪ ،‬ﻭﻫﻮ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻺﻋﺮﺍﺽ ﻋﻨﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﻫـ‪ .‬ﺷﺮﺡ ﻡ ﺭ ﺃﻣﺎ ﻣﺎﻟﻜﻪ‪ ،‬ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ‬
‫ﺍﻟﻤﻮﺿﻮﻉ ﻣﻤﺎ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻨﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﺣﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺧﺬﻩ؛ ﻷﻧﻪ ﺻﺎﺭ ﺣﻘﺎ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻻ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻦ ﻣﺜﻠﻪ ﻋﺎﺩﺓ ﻟﻢ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻫـ ﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻭﻳﻈﻬﺮ‬
‫ﺃﻥ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺸﻤﻊ ﻓﻲ ﻟﻴﺎﻟﻲ ﺍﻷﻋﻴﺎﺩ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺃﺧﺬﻩ ﻟﻌﺪﻡ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻋﺪﻡ ﺭﺿﺎﻩ ﺑﺄﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻣﻮﺿﻌﻪ‪.‬‬
‫ﺍﻫـ‪ .‬ﻉ ﺵ ﻋﻠﻴﻪ )ﻗﻮﻟﻪ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ( ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﻪ ﻋﻨﺪ ﺭﺟﻠﻴﻪ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻫـ‪ .‬ﺷﺮﺡ ﻡ ﺭ‪.‬‬
‫‪ .2‬ﺇﻋﺎﻧﺔ‪ ‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ‪ ‬ﺍﻟﺠﺰء‪ ‬ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ‪ ‬ﺹ‪135 :‬‬
‫)ﻣﻬﻤﺔ( ﻳﺴﻦ ﻭﺿﻊ ﺟﺮﻳﺪﺓ ﺧﻀﺮﺍء ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ ،‬ﻟﻼﺗﺒﺎﻉ‪ ،‬ﻭﻻﻧﻪ ﻳﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻳﺤﺮﻡ‬
‫ﺃﺧﺬ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻴﺒﺴﺎ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻆ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻟﻤﺄﺛﻮﺭ ﻋﻨﻪ )ﺹ(‪ ،‬ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﺭﺗﻴﺎﺡ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺍﻟﻨﺎﺯﻟﻴﻦ‬
‫ﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎﻟﻪ ﺷﻴﺨﺎﻧﺎ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭﺯﻳﺎﺩ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ( ﺃﻱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ ﻟﻬﺎ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺃﻳﻀﺎ‪ ،‬ﺑﻨﺺ‪) :‬ﻭﺇﻥ ﻣﻦ ﺷﺊ ﺇﻻ ﻳﺴﺒﺢ‬
‫ﺑﺤﻤﺪﻩ( ﻓﻼ ﻣﻌﻨﻰ ﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء ﺃﻛﻤﻞ ﻣﻦ ﺗﺴﺒﻴﺢ ﺍﻟﻴﺎﺑﺴﺔ‪ ،‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺗﻠﻚ ﻣﻦ ﻧﻮﻉ ﺣﻴﺎﺓ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻗﻴﺲ ﺑﻬﺎ(‬
‫ﺃﻱ ﺑﺎﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﺎ ﺍﻋﺘﻴﺪ ﻣﻦ ﻁﺮﺡ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ( ﺍﻧﺪﺭﺝ ﺗﺤﺖ ﻧﺤﻮ ﻛﻞ ﺷﺊ ﺭﻁﺐ ﻛﻌﺮﻭﻕ ﺍﻟﺠﺰﺭ ﻭﻭﺭﻕ ﺍﻟﺨﺲ ﻭﺍﻟﻠﻔﺖ ﻭﻓﻲ‬
‫ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ‪ :‬ﺍﺳﺘﻨﺒﻂ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎء ﻣﻦ ﻏﺮﺱ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺗﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ‪ :‬ﻏﺮﺱ ﺍﻻﺷﺠﺎﺭ ﻭﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻴﻨﻮﺍ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﻟﻜﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﺃﻧﻪ ﻏﺮﺱ‬
‫ﻓﻲ ﻛﻞ ﻗﺒﺮ ﻭﺍﺣﺪﺓ‪ ،‬ﻓﺸﻤﻞ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻛﻠﻪ‪ ،‬ﻓﻴﺤﺼﻞ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﺄﻱ ﻣﺤﻞ ﻣﻨﻪ ﻧﻌﻢ ﺃﺧﺮﺝ ﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪﻩ ﺃﻧﻪ )ﺹ( ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺱ‬
‫ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺍﻫـ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺇﺑﺪﺍﻝ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ ﻛﻠﻤﺎ ﻳﺒﺲ‪ :‬ﻟﺘﺤﺼﻞ ﻟﻪ ﺑﺮﻛﺔ ﻣﺰﻳﺪ ﺗﺴﺒﻴﺤﻪ‪ ،‬ﻭﺫﻛﺮﻩ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻳﺤﺮﻡ‬
‫ﺃﺧﺬ ﺷﺊ ﻣﻨﻬﻤﺎ( ﺃﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء‪ ،‬ﻭﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻅﺎﻫﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﻳﺤﺮﻡ ﺫﻟﻚ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ‪ :‬ﻭﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻠﻰ‬
‫ﻏﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ‪ ،‬ﻓﻘﻴﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﻭﻓﺼﻞ ﺍﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﻠﻴﻼ ﻛﺨﻮﺻﺔ ﺃﻭ ﺧﻮﺻﺘﻴﻦ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻤﺎﻟﻜﻪ ﺃﺧﺬﻩ‪،‬‬
‫ﻟﺘﻌﻠﻖ ﺣﻖ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﻪ‪ ،‬ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺃﺧﺬﻩ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻭﻟﻰ( ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺠﺮﻳﺪﺓ ﺍﻟﺨﻀﺮﺍء )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻣﻦ ﺗﻔﻮﻳﺖ ﺣﻆ ﺍﻟﻤﻴﺖ( ﺃﻱ ﻣﻨﻔﻌﺘﻪ‪،‬‬
‫ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻋﻨﻪ ﺑﺒﺮﻛﺔ ﺗﺴﺒﻴﺤﻬﺎ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ( ﺃﻱ ﻭﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻭﺍﻻﻭﻟﻰ ﺣﺬﻑ ﻟﻔﻆ ﻓﻲ‪ ،‬ﺃﻭ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻟﻔﻆ ﺃﺧﺬ‪ ،‬ﺑﻌﺪﻫﺎ‪ ،‬ﻭﻣﺮﺍﺩﻩ ﺑﺎﻟﺜﺎﻧﻴﺔ‪:‬‬
‫ﺧﺼﻮﺹ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ‪ ،‬ﻻﻥ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﺮﺗﺎﺡ ﺑﻪ ﻓﻘﻂ ﻻ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﻭﻧﺤﻮﻩ‪ :‬ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻅﺎﻫﺮ ﺻﻨﻴﻌﻪ ﻟﻤﺎ ﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﺍﻟﺮﻁﺐ ﺻﺎﺩﻕ ﺑﻜﻞ ﺷﺊ‬
‫ﺭﻁﺐ‬

‫‪ .3‬ﻓﺘﺢ‪ ‬ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ‪ ‬ﺍﻟﺠﺰء‪ ‬ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ‪ ‬ﺹ‪216 :‬‬
‫)ﻓﺮﻉ( ﺛﻤﺮ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻟﻨﺎﺑﺖ ﺑﺎﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺔ ﻣﺒﺎﺡ ﻭﺻﺮﻓﻪ ﻟﻤﺼﺎﻟﺤﻬﺎ ﺃﻭﻟﻰ ﻭﺛﻤﺮ ﺍﻟﻤﻐﺮﻭﺱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻣﻠﻜﻪ ﺇﻥ ﻏﺮﺱ ﻟﻪ ﻓﻴﺼﺮﻑ ﻟﻤﺼﺎﻟﺤﻪ‪ .‬ﻭﺇﻥ ﻏﺮﺱ‬
‫ﻟﻴﻮءﻛﻞ ﺃﻭ ﺟﻬﻞ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻓﻤﺒﺎﺡ‪ .‬ﻭﻓﻲ ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ‪ :‬ﻟﻴﺲ ﻟﻼﻣﺎﻡ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺪﺭﺳﺖ ﻣﻘﺒﺮﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻖ ﺑﻬﺎ ﺃﺛﺮ‪ :‬ﺇﺟﺎﺭﺗﻬﺎ ﻟﻠﺰﺭﺍﻋﺔ ‪ -‬ﺃﻱ ﻣﺜﻼ ‪ -‬ﻭﺻﺮﻑ ﻏﻠﺘﻬﺎ ﻟﻠﻤﺼﺎﻟﺢ ﻭﺣﻤﻞ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻮﻗﻮﻓﺔ‪ :‬ﻓﺎﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ ﻟﻤﺎﻟﻜﻬﺎ ﺇﻥ ﻋﺮﻑ ﻭﺇﻻ ﻓﻤﺎﻝ ﺿﺎﺋﻊ‪ :‬ﺃﻱ ﺇﻥ ﺃﻳﺲ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ ﻳﻌﻤﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﻟﺔ‪.‬‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺛﻤﺮ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻟﻨﺎﺑﺖ ﺑﺎﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺔ( ﺃﻱ ﻟﺪﻓﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺄﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻮﻗﻮﻓﺔ ﺃﻭ ﻣﺴﺒﻠﺔ ﻟﺬﻟﻚ‪ .‬ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻬﺎ‪ :‬ﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ ﻓﺈﻥ ﺛﻤﺮ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻟﻨﺎﺑﺖ ﻓﻴﻬﺎ‬
‫ﻣﻤﻠﻮﻙ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻣﺒﺎﺡ ﺧﺒﺮ ﺛﻤﺮ ﺃﻱ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻜﻞ ﺃﺣﺪ ﺍﻻﻛﻞ ﻣﻨﻪ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﺻﺮﻓﻪ( ﺃﻱ ﺍﻟﺜﻤﺮ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻤﺼﺎﻟﺤﻬﺎ( ﺃﻱ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻛﺘﻌﻤﻴﺮﻫﺎ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺃﻭﻟﻰ( ﺃﻱ‬
‫ﻣﻦ ﺗﺒﻘﻴﺘﻪ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺮﻭﺽ ﻭﺷﺮﺣﻪ ﻭﻟﻮ ﻧﺒﺘﺖ ﺷﺠﺮﺓ ﺑﻤﻘﺒﺮﺓ ﻓﺜﻤﺮﺗﻬﺎ ﻣﺒﺎﺣﺔ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﺗﺒﻌﺎ ﻟﻠﻤﻘﺒﺮﺓ ﻭﺻﺮﻓﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﺗﺒﻘﻴﺘﻬﺎ ﻟﻠﻨﺎﺱ‬
‫ﻻ ﺛﻤﺮﺓ ﺷﺠﺮﺓ ﻏﺮﺳﺖ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﻓﻴﻪ ﻓﻠﻴﺴﺖ ﻣﺒﺎﺣﺔ ﺑﻼ ﻋﻮﺽ ﺑﻞ ﻳﺼﺮﻑ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﻋﻮﺿﻬﺎ ﻟﻤﺼﺎﻟﺤﻪ ﺃﻱ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﻭﺗﻘﻴﻴﺪﻩ ﺑﺎﻻﻣﺎﻡ ﻣﻦ ﺯﻳﺎﺩﺗﻪ ﻭﻅﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﻣﺤﻠﻪ ﺇﺫﺍ‬

‫‪12 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻧﺎﻅﺮ ﺧﺎﺹ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺧﺮﺟﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﻋﻦ ﻣﻠﻚ ﻏﺎﺭﺳﻬﺎ ﻫﻨﺎ ﺑﻼ ﻟﻔﻆ ﻛﻤﺎ ﺍﻗﺘﻀﺎﻩ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﻟﻠﻘﺮﻳﻨﺔ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮﺓ‪ .‬ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻐﺮﺳﻬﺎ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﻏﺮﺳﻬﺎ ﻣﺴﺒﻠﺔ ﻟﻼﻛﻞ‬
‫ﻓﻴﺠﻮﺯ ﺃﻛﻠﻬﺎ ﺑﻼ ﻋﻮﺽ ﻭﻛﺬﺍ ﺇﻥ ﺟﻬﻠﺖ ﻧﻴﺘﻪ ﺣﻴﺚ ﺟﺮﺕ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺑﻪ‪ .‬ﺍﻫـ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﺛﻤﺮ ﺍﻟﻤﻐﺮﻭﺱ( ﺃﻱ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻟﻤﻐﺮﻭﺱ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ‪ .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻣﻠﻜﻪ ﺃﻱ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ‬
‫ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺼﺮﻑ ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺤﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﺍﻟﺘﻔﺮﻳﻊ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﺒﺎﺣﺎ ﻟﻠﻨﺎﺱ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺇﻥ ﻏﺮﺱ ﻟﻪ( ﺃﻱ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﺑﻘﺼﺪﻩ ﻻ ﻟﻠﻨﺎﺱ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻓﻴﺼﺮﻑ( ﺃﻱ ﺍﻟﺜﻤﺮ‬
‫ﻭﻫﻮ ﺗﻔﺮﻳﻊ ﻋﻠﻰ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻠﻜﻪ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﺇﻥ ﻏﺮﺱ( ﺃﻱ ﺍﻟﺸﺠﺮ‪ .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻟﻴﺆﻛﻞ ﺃﻱ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﻭﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﺣﺬﻑ ﻣﻀﺎﻑ ﺃﻱ ﺛﻤﺮﻩ‪ .‬ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻏﺮﺱ ﺑﻘﺼﺪ ﺇﺑﺎﺣﺘﻪ ﻟﻠﻨﺎﺱ‬
‫)ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺃﻭ ﺟﻬﻞ ﺍﻟﺤﺎﻝ( ﺃﻱ ﻟﻢ ﻳﺪﺭ ﻫﻞ ﻫﻮ ﻏﺮﺱ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﺃﻭ ﻟﻴﺆﻛﻞ؟ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻓﻤﺒﺎﺡ( ﺃﻱ ﻓﺜﻤﺮﻩ ﻣﺒﺎﺡ ﻻﻧﻪ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻮﺭﺓ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﺃﻧﻪ ﺇﻧﻤﺎ ﻏﺮﺱ ﻟﻌﻤﻮﻡ‬
‫ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻴﺲ ﻟﻼﻣﺎﻡ ﺍﻟﺦ( ﺃﻱ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺫﻟﻚ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺪﺭﺳﺖ ﻣﻘﺒﺮﺓ( ﺃﻱ ﺑﻠﻴﺖ ﻭﺧﻔﻴﺖ ﺁﺛﺎﺭﻫﺎ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺒﺎﺡ‪ :‬ﺩﺭﺱ ﺍﻟﻤﻨﺰﻝ ﺩﺭﻭﺳﺎ ﻋﻔﺎ‬
‫ﻭﺧﻔﻴﺖ ﺁﺛﺎﺭﻩ ﺍﻩ‪ .‬ﻭﺣﻨﻴﺌﺬ ﻓﻘﻮﻟﻪ ﺑﻌﺪ ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻖ ﺑﻬﺎ ﺃﺛﺮ ﺗﻔﺴﻴﺮ ﻟﻪ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺇﺟﺎﺭﺗﻬﺎ( ﺍﺳﻢ ﻟﻴﺲ ﻣﺆﺧﺮ‪ .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺃﻱ ﻣﺜﻼ ﺭﺍﺟﻊ ﻟﻠﺰﺭﺍﻋﺔ ﺃﻱ ﺃﻭ ﻟﻠﺒﻨﺎء ﻓﻴﻬﺎ )ﻗﻮﻟﻪ‪:‬‬
‫ﻭﺻﺮﻑ ﻏﻠﺘﻬﺎ( ﻋﻄﻒ ﻋﻠﻰ ﺇﺟﺎﺭﺗﻬﺎ ﺃﻱ ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺻﺮﻑ ﻏﻠﺘﻬﺎ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻟﻠﻤﺼﺎﻟﺢ(‪ :‬ﺃﻱ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﺣﻤﻞ( ﺃﻱ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ )ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻋﻠﻰ‬
‫ﺍﻟﻤﻮﻗﻮﻓﺔ( ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﻮﻗﻮﻓﺔ ﻟﺪﻓﻦ ﺍﻻﻣﻮﺍﺕ ﻓﻴﻬﺎ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻓﺎﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ ﻟﻤﺎﻟﻜﻬﺎ( ﺃﻱ ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ ﻓﺄﻣﺮﻫﺎ ﻣﻔﻮﺽ ﻟﻤﺎﻟﻜﻬﺎ ﺇﻥ ﻋﺮﻑ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺃﻥ‬
‫ﻳﺘﺼﺮﻑ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺈﺟﺎﺭﺓ ﻭﺑﺈﻋﺎﺭﺓ ﻭﺑﻐﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻻﻧﻬﺎ ﻣﻠﻜﻪ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﺇﻻ( ﺃﻱ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻓﻤﺎﻝ ﺿﺎﺋﻊ( ﺃﻱ ﻓﻬﻲ ﻛﺎﻟﻤﺎﻝ ﺍﻟﻀﺎﺋﻊ‪) .‬ﻭﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﺃﻱ ﺇﻥ ﺃﻳﺲ ﻣﻦ‬
‫ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ( ﺍﻻﻭﻟﻰ ﺣﺬﻑ ﺃﻱ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮﻳﺔ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ ﻓﻲ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻳﻌﻤﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ( ﺑﻴﺎﻥ ﻟﺤﻜﻢ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺍﻟﻀﺎﺋﻊ ﺃﻱ ﺃﻥ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺍﻟﻀﺎﺋﻊ ﺃﻥ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﻳﻌﻤﻞ‬
‫ﻓﻴﻪ ﺑﺎﻟﻤﺼﻠﺤﺔ )ﻗﻮﻟﻪ‪ :‬ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﻟﺔ( ﺃﻱ ﻣﺜﻞ ﺍﻟﻤﻤﻠﻮﻛﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻳﺲ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻣﺎﻟﻜﻬﺎ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺍﻟﻤﺠﻬﻮﻟﺔ ﺃﻱ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻬﺎ ﻣﻤﻠﻮﻛﺔ ﺃﻭ ﻣﻮﻗﻮﻓﺔ ﻓﺈﻧﻬﺎ‬
‫ﻛﺎﻟﻤﺎﻝ ﺍﻟﻀﺎﺋﻊ ‪ ‬‬
‫‪ .4‬ﻏﺎﻳﺔ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻣﻦ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺻـ‪   121 :‬‬
‫)ﻣﺴﺄﻟﺔ(‪ :‬ﻟﻸﺷﺠﺎﺭ ﺍﻟﻨﺎﺑﺘﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺣﻜﻤﻬﺎ ﻓﺘﻜﻮﻥ ﺃﺛﻤﺎﺭﻫﺎ ﻣﺒﺎﺣﺔ ﻟﻠﻨﺎﺱ‪ ،‬ﻟﻜﻦ ﺻﺮﻓﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﺃﻭﻟﻰ‪ ،‬ﻭﻣﺜﻠﻬﺎ ﺃﺷﺠﺎﺭﻫﺎ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﺳﻘﻄﺘﻬﺎ ﺍﻟﺮﻳﺎﺡ ﺗﺼﺮﻑ‬
‫ﻓﻲ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ‪ ،‬ﻛﺒﻴﺖ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺼﺎﺭﻑ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻧﺎﻅﺮ ﺧﺎﺹ‪.‬‬
‫‪ .5‬ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻤﻔﺘﻲ ﻭﺍﻟﻤﺴﺘﻔﺘﻲ ﺝ ‪ 1‬ﺹ ‪  258‬‬
‫ﻭﺍﻣﺎ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺍﻟﻨﺎﺑﺘﺔ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺍﺧﺬﻫﺎ ﻣﺎﺩﺍﻣﺖ ﺣﻀﺮﺍء‪ ,‬ﻻﻧﺘﻔﺎء ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﺳﺘﻐﻔﺎﺭﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺍﻓﺘﻰ ﺑﻪ ﺍﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺍﻟﻮﺿﺎﺣﻲ‪ ,‬ﻭﻣﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻓﻲ‬
‫ﺍﻷﺷﻴﺎء ﺍﻟﺮﻁﺒﺔ ﺧﺮﻣﺔ ﺍﺧﺬﻫﺎ‪ ,‬ﻓﺎﻟﺸﺠﺮﺓ ﺍﻭﻟﻰ ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻭﻛﻤﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﺧﺬ ﺍﻟﻜﻞ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﺧﺬ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻭﺍﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻘﺒﺔ ﻳﺘﺄﺫﻯ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﺎﺭ ﺟﺎﺯ‬
‫ﻗﻄﻌﻬﺎ ﺗﻘﺪﻳﻤﺎ ﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻋﻠﻰ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻤﻴﺖ‪ ) .‬ﻭﻳﻮﺿﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺼﻰ ( ﻟﻤﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻣﺮﺳﻼ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺿﻌﻪ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮ ﺍﺑﻨﻪ‬
‫ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﺭﻭﻱ ﺃﻧﻪ ﺭﺃﻯ ﻋﻠﻰ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﺮﺟﺔ ﻓﺄﻣﺮ ﺑﻬﺎ ﻓﺴﺪﺕ ﻭﻗﺎﻝ ﺇﻧﻬﺎ ﻻ ﺗﻀﺮ ﻭﻻ ﺗﻨﻔﻊ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺇﺫﺍ ﻋﻤﻞ ﺷﻴﺌﺎ ﺃﺣﺐ ﷲ ﻣﻨﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﻨﻪ ﻭﻳﺴﻦ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﺿﻊ‬
‫ﺍﻟﺠﺮﻳﺪ ﺍﻷﺧﻀﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﺮﻳﺤﺎﻥ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻲء ﺍﻟﺮﻁﺐ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺃﺧﺬﻩ ﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻗﺒﻞ ﻳﺒﺴﻪ ﻷﻥ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﺽ ﻋﻨﻪ ﺇﻻ ﻋﻨﺪ‬
‫ﻳﺒﺴﻪ ﻟﺰﻭﺍﻝ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻭﻗﺖ ﺭﻁﻮﺑﺘﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ) ﻭ ( ﺃﻥ ﻳﻮﺿﻊ ) ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻪ ﺣﺠﺮ ﺃﻭ ﺧﺸﺒﺔ ( ﺃﻭ ﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻷﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﻭﺿﻊ ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺱ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻣﻈﻌﻮﻥ ﺻﺨﺮﺓ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺗﻌﻠﻢ ﺑﻬﺎ ﻗﺒﺮ ﺃﺧﻲ ﻷﺩﻓﻦ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻣﻦ ﺃﻫﻠﻲ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﺫﻟﻚ ﻋﻨﺪ‬
‫ﺭﺟﻠﻴﻪ ﺃﻳﻀﺎ ‪ ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪4. Tawasul Ilegal | Sa’il: PP. Al-Falah Ploso‬‬
‫‪Deskripsi masalah:‬‬
‫‪Tahlilan  merupakan  adat  yang  sudah  melekat  erat  di  masyarakat  terutama  kalangan  pesantren. ‬‬
‫‪Biasanya  dilakukan  rutin  setiap  malam  jum’at,  namun  pada  hari‐hari  tertentu  tak  jarang  pula  tahlilan ‬‬
‫‪diadakan  untuk  mengirim  do’a  dengan  diawali  tawasul  kepada  keluarga  sohibul  hajah  yang  telah ‬‬
‫‪meninggal.  Nama  keluarganya  ditulis  dan  disetorkan  pada  pak  Kyai.  Biasanya  pada  acara  tahlilan  ada ‬‬
‫‪hidangan  makanan,  minuman  dan  juga    berkat  untuk  dibawa  pulang.  Panggil  saja  pak  tono.  Dia  adalah ‬‬
‫‪seorang  kyai  kampung  yang  biasa  memimpin  tahlilan  di  sekitar  desa  karangasem.  Namun,  tanpa ‬‬
‫‪sepengetahuan  orang  lain,  saat  tawasul  ia  menambahkan  nama‐nama  keluarganya  sendiri  yang  telah ‬‬
‫‪meninggal  dengan  suara  lirih.  “Mumpung  ono  ambeng  karo  jamaah  akeh,  tak  elokne  pisan”  gumamnya ‬‬
‫‪dihati. ‬‬
‫‪Pertanyaan :‬‬
‫‪a. Apakah  dapat  dibenarkan  tindakan  Pak  Tono  yang  diam‐diam  menambahkan  nama  keluarganya ‬‬
‫‪seperti dalam deskripsi, dan berdoa untuk hajatnya sendiri? ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪a. Tidak  diperbolehkan  karena  Pak  Tono  dianggap  telah  menyalahi  amanah  yang  dibebankan ‬‬
‫‪kepadanya. ‬‬

‫‪Referensi ‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Is’adurrofiq Juz 2 hal. 105 ‬‬ ‫‪5. Mausu’ah Yusufiyah hal. 310 ‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Hasyiyatul Jamal Juz 3 hal. 594‐595 ‬‬ ‫‪6. Bughyatul Mustarsyidin hal. 100 ‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪‘Umdatul Mufti Juz 1 hal. 533‐534 ‬‬ ‫‪7. Roddul Mukhtar juz 2 hal. 243 ‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Fatawi Kubro Juz 2 hal. 38 ‬‬ ‫‪8. I’anatuttholibin Juz 3 hal. 220‐222 ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪9. Fatawi Kubro Juz 2 hal. 28 ‬‬

‫‪ .1‬ﺇﺳﻌﺎﺩ ﺍﻟﺮﻓﻴﻖ ﺍﻟﺟﺯء ﺍﻟﺛﺎﻧﻲ ﺹ‪105 :‬‬


‫ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﺨﻴﺎﻧﺔ ﻓﻰ ﻛﻞ ﻣﺎ ﺍﺋﺘﻤﻦ ﻓﻴﻪ ﻛﻮﺩﻳﻌﺔ ﻭﻣﺮﻫﻮﻥ ﻭﻣﺴﺘﺄﺟﺮ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﻫﻰ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺒﺎﺋﺮ ﻭﻫﻰ ﺿﺪ ﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﻓﺘﺸﻤﻞ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﻭﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ‬
‫‪ .2‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﺍﻟﺠﺰء ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﺻـ ‪595 – 594‬‬
‫ﻭﻟﻮ ﺃﻫﺪﻯ ﺇﻟﻴﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﻘﻀﻰ ﻟﻪ ﺣﺎﺟﺔ ﻓﻠﻢ ﻳﻔﻌﻞ ﻟﺰﻣﻪ ﺭﺩﻩ ﺇﻥ ﺑﻘﻰ ﻭﺇﻻ ﻓﺒﺪﻟﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻷﺳﻄﺨﺮﻯ ﻓﺈﻥ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﺣﻞ ﺃﻯ ﻭﺇﻥ ﺗﻌﻴﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﺗﺨﻠﻴﺼﻪ ﺃﻯ‬
‫ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻌﻮﺽ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺍﻟﻌﻴﻨﻰ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻛﻠﻔﺔ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻤﺎ ﻳﻮﻫﻤﻪ ﻛﻼﻡ ﺍﻷﺫﺭﻋﻰ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻫﻨﺎ ﺍﻫـ ﺷﺮﺡ ﻡ ﺭ ﻗﺎﻝ ﻉ ﺵ ﻗﻮﻟﻪ‬
‫ﻟﺰﻣﻪ ﺭﺩﻩ ﺃﻯ ﻓﻠﻮ ﺑﺬﻟﻬﺎ ﻟﺸﺨﺺ ﻟﻴﺨﻠﺺ ﻟﻪ ﻣﺤﺒﻮﺳﺎ ﻣﺜﻼ ﻓﺴﻌﻰ ﻓﻰ ﺧﻼﺻﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻔﻖ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺩ ﺍﻟﻬﺪﻳﺔ ﻟﺼﺎﺣﺒﻬﺎ ﻷﻥ ﻣﻘﺼﻮﺩﻩ ﻟﻢ ﻳﺤﺼﻞ‬
‫ﻧﻌﻢ ﻟﻮ ﺃﻋﻄﺎﻩ ﻟﻴﺸﻔﻊ ﻟﻪ ﻓﻘﻂ ﺳﻮﺍء ﻗﺒﻠﺖ ﺷﻔﺎﻋﺘﻪ ﺃﻭ ﻻ ﻓﻔﻌﻞ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﺍﻟﺮﺩ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﻷﻧﻪ ﻓﻌﻞ ﻣﺎ ﺃﻋﻄﺎﻩ ﻷﺟﻠﻪ ﺍﻫـ‬
‫‪13 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
‫‪ .3‬ﻋﻤﺪة‪ ‬ﺍﻟﻤﻔﺘﻲ‪ ‬واﻟﻤﺴﺘﻔ ‪ ‬اﻟﺠﺰء‪ ‬اﻷول‪ ‬ﺻـ‪" 534‐533 : ‬دار‪ ‬اﻟﻤﻨﻬﺎج"‪   ‬‬
‫ﺇﺫﺍ ﺗﺪﺍﺭﺱ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺛﻢ ﻗﺎﻟﻮ ﻷﺣﺪﻫﻢ ﺃﺫﻧّﺎ ﻟﻚ ﻓﻲ ﺇﻫﺪﺍء ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﻌﺮﻭﻑ ﺍﻵﻥ ﺟﺎﺯ ﺫﻟﻚ ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﺍﻟﻮﺿّﺎﺣﻲ ‪ :‬ﺇﺫﺍ ﻁﻠﺒﻮﺍ ﻣﻨﻪ‬
‫ﺑﺴﺒﺐ ﺗﻤﻴﺰﻩ ﺑﺴﺒﺐ ﻣﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ ﻓﺤﺴﻦ ﻭﺇﻻ ﻓﺎﻷﻭﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺒﺮﻉ ﻭﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺑﺄﺟﺮﺓ ﺃﻭ ﻭﻅﻴﻔﺔ ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﻣﻦ‬
‫ﻛﻞ ﺃﺣﺪ ﻭﻓﻲ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﻋﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﺎﻣﺨﺮﻣﺔ ﺇﺫﺍ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻟﻠﺘﻬﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻓﻼ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺩﻋﺎء ﻛﻞ ﺃﺣﺪ ﻭﻟﻮ ﺻﺒﻴﺎ ﻭﻻ ﻳﻜﻔﻲ ﺇﺫﻧﻬﻢ ﻟﻮﺍﺣﺪ‬
‫ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻭﺇﺫﺍ ﺩﺭﺱ ﺭﺟﻞ ﻣﻊ ﺁﺧﺮ ﻓﺜﻮﺍﺏ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻟﻪ ﻳﺨﺘﺺ ﺑﻪ ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺸﺘﺮﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻹﺟﺘﻤﺎﻉ ﻟﺘﻼﻭﺓ ﻛﺘﺎﺏ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻠﻤﻌﻠﻢ ﻗﺒﻮﻝ‬
‫ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺍﻟﺼﺒﻲ ﻋﻠﻰ ﺁﺧﺮ ﻭﻟﻮ ﻣﻤﻴﺰﺍ ﻓﻼ ﻳﻌﺰﺭ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺻﺪﻕ ﺍﻟﻤﻤﻴﺰ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﻛﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻓﻲ ﺗﺤﺮﻳﺮ ﺍﻟﻤﻘﺎﻝ‬
‫‪ .4‬ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻱ‪ ‬اﻟ ى‪ ‬اﻟﺠﺰء‪ ‬اﻟﺜﺎ ‪ ‬ص‪   38 :‬‬
‫) ﻭﺳﺌﻞ ( ﻧﻔﻊ ﷲ ﺑﻪ ﻋﻦ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﺑﺜﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻫﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻛﺄﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﺎ ﺗﻠﻮﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ‬
‫ﻓﻼﻥ ﺛﻢ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﻓﻼﻥ ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻭﻗﻒ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻭﻳﻘﺪﻡ ﺍﻷﻗﺮﺏ ﻓﺎﻷﻗﺮﺏ ﻭﺑﻌﺪﻫﻢ ﻣﻦ ﺷﺎء ﺃﻭ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻚ ﻛﺄﻭﺻﻞ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﻓﻼﻥ‬
‫ﻭﻓﻼﻥ ﺃﻭ ﻫﻤﺎ ﺳﻴﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﻴﻨﻮﺍ ﻟﻨﺎ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻧﺺ ﺃﻭ ﻗﻴﺎﺱ ؟ ) ﻓﺄﺟﺎﺏ ( ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺇﻳﺼﺎﻝ ﻋﻴﻦ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﻩ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﺮﺍﺩ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ‬
‫ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺄﻥ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺘﻔﻀﻞ ﻭﻳﻮﺻﻞ ﻣﺜﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﻋﻮ ﻟﻪ ﻓﻠﻔﻈﺔ ﺍﻟﻤﺜﻞ ﺇﻥ ﺻﺮﺡ ﺑﻬﺎ ﻓﻮﺍﺿﺢ ﻭﺇﻻ ﻓﻬﻲ ﻣﺮﺍﺩﺓ ﻭﺣﺬﻑ ﻟﻔﻈﻬﺎ ﻭﺇﺭﺍﺩﺓ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﺷﺎﺋﻊ ﻓﻲ‬
‫ﻛﻼﻣﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺻﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﻊ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ‪ .‬ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻘﺮﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺈﻳﺼﺎﻝ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺍﺗﻀﺢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﺎﻟﻤﺪﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﻣﺮﺗﺒﻴﻦ ﺃﻭ‬
‫ﻣﺠﻤﻮﻋﻴﻦ ﺑﺎﻟﻌﻄﻒ ﺑﺎﻟﻮﺍﻭ ﺃﻭ ﺑﺪﻭﻧﻪ ﻛﺄﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻭ ﺍﻷﺷﺮﺍﻑ ﺃﻭ ﺃﻫﻞ ﺑﻠﺪ ﻛﺬﺍ ﺃﻻ ﺗﺮﻯ ﺃﻧﻚ ﻟﻮ ﻗﻠﺖ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻔﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﺃﻭ ﻟﻔﻼﻥ‬
‫ﺛﻢ ﻓﻼﻥ ﺃﻭ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻛﻨﺖ ﺩﺍﻋﻴﺎ ﻭﻣﺆﺩﻳﺎ ﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺍﻟﺨﺎﺹ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﺎﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻞ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻧﻌﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺗﻮﻗﻒ ﻣﻦ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ‬
‫ﻧﻮﻉ ﺗﺤﻜﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻧﻪ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﺩﺏ ﺇﺫ ﺍﻟﻼﺋﻖ ﻓﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﺃﻥ ﻳﻔﻮﺽ ﻭﻗﺖ ﺇﻋﻄﺎء ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺸﻴﺌﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﻨﺼﻴﺺ ﻋﻠﻰ‬
‫ﻁﻠﺐ ﺃﻥ ﺇﻋﻄﺎء ﻓﻼﻥ ﻗﺒﻞ ﻓﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﻗﺒﻞ ﻓﻼﻥ ﻓﻔﻴﻪ ﻧﻮﻉ ﻗﻠﺔ ﺃﺩﺏ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﻓﻖ ‪.‬‬
‫‪ .5‬ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ‪ ‬اﻟﻴﻮﺳﻔ ﺔ‪ ‬ص‪   310 ‬‬
‫ﻭﻓﻰ ﺑﺎﺏ ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻯ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺯﻛﺮﻳﺎ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻱ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ ‪ :‬ﻭﺳﺌﻞ ﻋﻦ ﺇﺟﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﻳﻘﺮﺃ ﻟﺤﻲ ﺃﻭ ﻣﻴﺖ ﺑﻮﺻﻴﺔ ﺃﻭ ﻧﺬﺭ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﺣﺘﻤﺔ ﻫﻞ ﻳﺼﺢ‬
‫ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺯﻣﺎﻥ ﺃﻭ ﻣﻜﺎﻥ ﺃﻭ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻌﻴﻴﻦ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﺫﻟﻚ ﻓﻰ ﻣﻦ ﺃﻭﺻﻰ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺛﻢ ﻣﺎﺕ ﻏﺮﻳﻘﺎ ﺃﻭ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻟﻪ ﻗﺒﺮ ؟ ﻭﺇﺫﺍ ﻗﻠﺘﻢ ﺑﺎﻷﻭﻝ ﻓﻬﻞ‬
‫ﺗﺼﺢ ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ ﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻗﺮﺁﻥ ﺑﺎﻟﺘﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺍﻭ ﻻ ؟ ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺮﻍ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻓﻰ ﻣﺎ ﺻﻮﺭﺓ ﻣﺎ ﻳﺪﻋﻮ ﺑﻪ ؟ ﻫﻞ ﻳﻘﻮﻝ ‪ :‬ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ‬
‫ﻟﻔﻼﻥ ﺃﻭ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺑﻪ ؟ ﻭﻫﻞ ﻳﻬﺪﻳﻪ ﺃﻭ ﻻ ﻟﻸﻧﺒﻴﺎء ﻭﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺛﻢ ﻟﻠﻤﺴﺘﺄﺟﺮ ﻟﻪ ﺃﻭ ﻳﻬﺪﻳﻪ ﺃﻭ ﻻ ﻟﻪ ﺛﻢ ﻟﻬﻢ ؟ﻓﺄﺟﺎﺏ ‪ :‬ﺑﺄﻥ ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ ﺗﺼﺢ ﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺧﺘﻤﺔ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ‬
‫ﺗﻘﺪﻳﺮ ﺑﺎﻟﺰﻣﺎﻥ ﻭﺗﺼﺢ ﻗﺮﺍء ﻗﺮﺁﻥ ﺑﺘﻘﺪﻳﺮ ﺫﻟﻚ ﺳﻮﺍء ﻋﻴﻦ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﺍﻡ ﻻ ﻭﻗﺪ ﺃﻓﺘﻰ ﺍﻟﻘﺎﺿﻰ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﺼﺤﺘﻬﺎ ﺑﻘﺮﺍءﺓ ﺍﻟﻘﺮﺍءﻥ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻣﺪﺓ ﻛﺎﻹﺟﺎﺭﺓ‬
‫ﻟﻸﺫﺍﻥ ﻭﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‪ .‬ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﻭﺍﻟﻮﺍﺟﻪ ﺗﻨﺰﻳﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﺴﺘﺄﺟﺮ ﻟﻪ ﺍﻣﺎ ﺑﺎﻟﺪﻋﺎء ﻋﻘﺐ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻭﻫﻮ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﺃﻗﺮﺏ ﺇﺟﺎﺑﺔ ﻭﺃﻛﺜﺮ ﺑﺮﻛﺔ ﻭﺍﻣﺎ ﺑﺠﻌﻞ‬
‫ﻣﺎ ﺣﺼﻞ ﻣﻦ ﺍﻷﺟﺮ ﻟﻪ ﻭﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺻﺤﺔ ﺍﻹﺟﺎﺭﺓ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻅﺎﻫﺮ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻘﺎﺿﻰ ﻷﻥ ﻣﺤﻞ ﺍﻟﻘﺮﺍء ﻣﺤﻞ ﺑﺮﻛﺔ ﻭﺗﻨﺰﻳﻞ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﻫﺬﺍ‬
‫ﻣﻘﺼﻮﺩ ﺑﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﺴﺘﺄﺟﺮ ﻟﻪ‪ ،‬ﻭﺑﺬﻟﻚ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻭﺻﻮﺭﺓ ﻣﺎ ﻳﺪﻋﻮ ﺑﻪ " ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻞ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ ‪ ....‬ﺍﻟﺦ" ﺇﺫ‬
‫ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻭﺻﻰ ﻟﺰﻳﺪ ﺑﻨﺼﻴﺐ ﺍﺑﻨﻪ ﻓﺎﻧﻪ ﻳﺼﺢ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻣﺜﻞ ﻧﺼﻴﺐ ﺍﺑﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﻠﻪ ﺍﻥ ﻳﻬﺪﻱ ﺛﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ‬
‫ﻟﻸﻧﺒﻴﺎء ﻭﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺛﻢ ﻟﻠﻤﺴﺘﺄﺟﺮ ﻟﻪ ﺑﻞ ﻫﻮ ﺃﻭﻟﻰ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺒﺮﻙ ﺑﺘﻘﺪﻳﻢ ﻣﻦ ﻳﻄﻠﺐ ﺑﺮﻛﺘﻪ ﻭﻫﻮ ﺃﺣﺐ ﻟﻠﻤﺴﺘﺄﺟﺮ ﻏﺎﻟﺒﺎ‪.‬‬
‫‪ .6‬ﻐ ﺔ‪ ‬ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ‪) ‐ ‬ج‪   1 ‬ص‪(100 ‬‬
‫)ﻣﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ﻙ( ‪ :‬ﺍﻟﻤﻔﻬﻮﻡ ﻣﻦ ﻛﻼﻡ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﺃﻥ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻳﻄﻴﻞ ﺍﻷﺫﻛﺎﺭ ﺣﻴﺚ ﺃﺭﺍﺩ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﺤﻖ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻷﺳﻨﻮﻱ ﻭﺃﻗﺮﻩ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺯﻛﺮﻳﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺨﺘﺺ‬
‫ﺍﻟﺬﻛﺮ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻤﺄﻣﻮﻣﻴﻦ ‪ ،‬ﻭﻟﻢ ﺃﺭ ﻣﻦ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻗﻞ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ‪ ،‬ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻧﻪ ﻣﻮﻛﻮﻝ ﺇﻟﻰ ﻧﻈﺮ ﺍﻹﻣﺎﻡ ‪ ،‬ﻭﻳﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ ﺍﻷﺯﻣﺎﻥ ﻭﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ‪ ،‬ﻭﻻ‬
‫ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ‬
‫‪ .7‬رد‪ ‬ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ‪ ‬اﻟﺠﺰء‪ ‬اﻟﺜﺎ ‪ ‬ص ‪243 ‬‬
‫‪:‬‬
‫ﻭﻳﻘﺮﺃ ﻳﺲ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ "ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺍﻹﺧﻼﺹ ﺃﺣﺪ ﻋﺸﺮ ﻣﺮﺓ ﺛﻢ ﻭﻫﺐ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻟﻸﻣﻮﺍﺕ ﺃﻋﻄﻲ ﻣﻦ ﺍﻷﺟﺮ ﺑﻌﺪﺩ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ"‬
‫)ﺗﻨﺒﻴﻪ( ﺻﺮﺡ ﻋﻠﻤﺎﺅﻧﺎ ﻓﻲ ﺑﺎﺏ ﺍﻟﺤﺞ ﻋﻦ ﺍﻟﻐﻴﺮ ﺑﺄﻥ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻋﻤﻠﻪ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺻﻼﺓ ﺃﻭ ﺻﻮﻣﺎ ﺃﻭ ﺻﺪﻗﺔ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻛﺬﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﻬﺪﺍﻳﺔ ﺑﻞ ﻓﻲ‬
‫ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﺘﺘﺎﺭﺧﺎﻧﻴﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺤﻴﻂ ‪ :‬ﺍﻷﻓﻀﻞ ﻟﻤﻦ ﻳﺘﺼﺪﻕ ﻧﻔﻼ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﺍﻟﻤﺆﻣﻨﺎﺕ ﻷﻧﻬﺎ ﺗﺼﻞ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻩ ﺷﻲء ﺍﻫـ ﻫﻮ‬
‫ﻣﺬﻫﺐ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻟﻜﻦ ﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﺒﺪﻧﻴﺔ ﺍﻟﻤﺤﻀﺔ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﻓﻼ ﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻋﻨﺪﻫﻤﺎ ﺑﺨﻼﻑ ﻏﻴﺮﻫﺎ‬
‫ﻛﺎﻟﺼﺪﻗﺔ ﻭﺍﻟﺤﺞ ﻭﺧﺎﻟﻒ ﺍﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻞ ﻭﺗﻤﺎﻣﻪ ﻓﻲ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺪﻳﺮ ﺃﻗﻮﻝ ‪ :‬ﻣﺎ ﻣﺮ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻋﻨﻪ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺣﺮﺭﻩ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ‬
‫ﻭﺻﻮﻝ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﺑﺤﻀﺮﺗﻪ ﺃﻭ ﺩﻋﺎ ﻟﻪ ﻋﻘﺒﻬﺎ ﻭﻟﻮ ﻏﺎﺋﺒﺎ ﻷﻥ ﻣﺤﻞ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺗﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﻛﺔ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎء ﻋﻘﺒﻬﺎ ﺃﺭﺟﻰ ﻟﻠﻘﺒﻮﻝ ‪ ,‬ﻭﻣﻘﺘﻀﺎﻩ‬
‫ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺍﻧﺘﻔﺎﻉ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻻ ﺣﺼﻮﻝ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﻟﻪ ﻭﻟﻬﺬﺍ ﺍﺧﺘﺎﺭﻭﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﺎء ‪ :‬ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﻓﻼﻥ ﻭﺃﻣﺎ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻓﺎﻟﻮﺍﺻﻞ ﺇﻟﻴﻪ‬
‫ﻧﻔﺲ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ‪ :‬ﻣﻦ ﺻﺎﻡ ﺃﻭ ﺻﻠﻰ ﺃﻭ ﺗﺼﺪﻕ ﻭﺟﻌﻞ ﺛﻮﺍﺑﻪ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺣﻴﺎء ﺟﺎﺯ ﻭﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻋﻨﺪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻛﺬﺍ‬
‫ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺪﺍﺋﻊ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ‪ :‬ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﺠﻌﻮﻝ ﻟﻪ ﻣﻴﺘﺎ ﺃﻭ ﺣﻴﺎ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﺑﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻟﻨﻔﺴﻪ‬
‫ﺛﻢ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻳﺠﻌﻞ ﺛﻮﺍﺑﻪ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻹﻁﻼﻕ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﻭﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻔﺮﺽ ﻭﺍﻟﻨﻔﻞ ﺍﻫـ ﻭﻓﻲ ﺟﺎﻣﻊ ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ ‪ :‬ﻭﻗﻴﻞ ‪ :‬ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ﺍﻫـ‬
‫‪ .8‬ﻓﺘﺢ‪ ‬ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ‪ ‬ﺑﻬﺎﻣﺶ‪ ‬إﻋﺎﻧﺔ‪ ‬اﻟﻄﺎﻟﺒ ‪  ‬اﻟﺠﺰء‪ ‬اﻟﺜﺎﻟﺚ‪ ‬ص‪222‐220 : ‬‬
‫ﻭﻣﻌﻨﻰ ﻧﻔﻌﻪ ﺑﺎﻟﺪﻋﺎء ﺣﺼﻮﻝ ﺍﻟﻤﺪﻋﻮ ﺑﻪ ﻟﻪ ﺇﺫﺍ ﺍﺳﺘﺠﻴﺐ ﻭﺍﺳﺘﺠﺎﺑﺘﻪ ﻣﺤﺾ ﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻣﺎ ﻧﻔﺲ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﻓﻬﻮ ﻟﻠﺪﺍﻋﻲ ﻷﻧﻪ ﺷﻔﺎﻋﺔ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻟﻠﺸﺎﻓﻊ‬
‫ﻭﻣﻘﺼﻮﺩﻫﺎ ﻟﻠﻤﺸﻔﻮﻉ ﻟﻪ ﻧﻌﻢ ﺩﻋﺎء ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻳﺤﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻪ ﻟﻠﻮﺍﻟﺪ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻷﻥ ﻋﻤﻞ ﻭﻟﺪﻩ ﻟﺘﺴﺒﺒﻪ ﻓﻲ ﻭﺟﻮﺩﻩ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﻋﻤﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﺧﺒﺮ‪ :‬ﻳﻨﻘﻄﻊ ﻋﻤﻞ‬
‫ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺛﻼﺙ ﺛﻢ ﻗﺎﻝ ﺃﻭ ﻭﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ ﺟﻌﻞ ﺩﻋﺎءﻩ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻣﺴﻠﻢ ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺐ‬
‫ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺑﻤﺠﺮﺩ ﻗﺼﺪﻩ ﺑﻬﺎ ﻭﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﻭﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﻛﺜﻴﺮﻭﻥ ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺘﻨﺎ ﻭﺍﻋﺘﻤﺪﻩ‬
‫ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻓﻘﺎﻝ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺩﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﺑﺎﻻﺳﺘﻨﺒﺎﻁ ﺃﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺇﺫﺍ ﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﻧﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻧﻔﻌﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺣﻤﻞ ﺟﻤﻊ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﻮﺻﻮﻝ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻟﻪ‬
‫ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻗﺮﺃ ﻻ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍءﺗﻪ ﻟﻪ ﺃﻭ ﻧﻮﺍﻩ ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﻭﻗﺪ ﻧﺺ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﻧﺪﺏ ﻗﺮﺍءﺓ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮ ﻋﻨﺪ‬
‫ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎء ﻋﻘﺒﻬﺎ ﺃﻱ ﻷﻧﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺃﺭﺟﻰ ﻟﻺﺟﺎﺑﺔ ﻭﻷﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺗﻨﺎﻟﻪ ﺑﺮﻛﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻛﺎﻟﺤﻲ ﺍﻟﺤﺎﺿﺮ ﻗﺎﻝ ﺍﻳﻦ ﺍﻟﺼﻼﺡ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺍﻟﺠﺰﻡ ﺑﻨﻔﻊ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ‬
‫ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﺃﻱ ﻣﺜﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺼﺮﺡ ﺑﻪ ﻟﻔﻼﻥ ﻷﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻧﻔﻌﻪ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﻤﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻠﺪﺍﻋﻲ ﻓﻤﺎ ﻟﻪ ﺃﻭﻟﻰ ﻭﻳﺠﺮﻱ ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ‬
‫ﻭﺻﻮﻡ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﺍﻫـ‬
‫‪ .9‬إﻋﺎﻧﺔ‪ ‬ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ‪ ‬اﻟﺠﺰء‪ ‬اﻟﺜﺎ ‪  ‬ص‪221 : ‬‬
‫ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞ ﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍءﺓ ﻟﻪ ﺃﻭ ﺩﻋﺎ ﻋﻘﺒﻬﺎ ﺑﺤﺼﻮﻝ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺃﻭ ﻗﺮﺃ ﻋﻨﺪ ﻗﺒﺮﻩ ﺣﺼﻞ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍءﺗﻪ ﻭﺣﺼﻞ ﻟﻠﻘﺎﺭﺉ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ‬
‫‪ .10‬اﻟﻔﺘﺎوى‪ ‬ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ‪ ‬اﻟ ى‪   (28   2) ‬‬
‫ﻭﺳﺌﻞ ﻧﻔﻊ ﷲ ﺑﻪ ﻋﻦ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﺑﺜﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﻫﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻛﺄﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﺎ ﺗﻠﻮﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﻓﻼﻥ‬
‫ﺛﻢ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﻓﻼﻥ ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻭﻗﻒ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻭﻳﻘﺪﻡ ﺍﻷﻗﺮﺏ ﻓﺎﻷﻗﺮﺏ ﻭﺑﻌﺪﻫﻢ ﻣﻦ ﺷﺎء ﺃﻭ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻚ ﻛﺄﻭﺻﻞ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺇﻟﻰ ﺭﻭﺡ ﻓﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﺃﻭ‬
‫ﻫﻤﺎ ﺳﻴﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﻴﻨﻮﺍ ﻟﻨﺎ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻧﺺ ﺃﻭ ﻗﻴﺎﺱ ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺇﻳﺼﺎﻝ ﻋﻴﻦ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﻩ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﺮﺍﺩ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺄﻥ ﷲ‬
‫ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺘﻔﻀﻞ ﻭﻳﻮﺻﻞ ﻣﺜﻠﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﻋﻮ ﻟﻪ ﻓﻠﻔﻈﺔ ﺍﻟﻤﺜﻞ ﺇﻥ ﺻﺮﺡ ﺑﻬﺎ ﻓﻮﺍﺿﺢ ﻭﺇﻻ ﻓﻬﻲ ﻣﺮﺍﺩﺓ ﻭﺣﺬﻑ ﻟﻔﻈﻬﺎ ﻭﺇﺭﺍﺩﺓ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﺷﺎﺋﻊ ﻓﻲ ﻛﻼﻣﻬﻢ ﻓﻲ‬
‫ﺍﻟﻮﺻﻴﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﻊ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻘﺮﺭ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺑﺈﻳﺼﺎﻝ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍءﺓ ﺍﺗﻀﺢ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺃﻥ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﺎﻟﻤﺪﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﻣﺮﺗﺒﻴﻦ ﺃﻭ ﻣﺠﻤﻮﻋﻴﻦ‬
‫ﺑﺎﻟﻌﻄﻒ ﺑﺎﻟﻮﺍﻭ ﺃﻭ ﺑﺪﻭﻧﻪ ﻛﺄﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺫﻟﻚ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻭ ﺍﻷﺷﺮﺍﻑ ﺃﻭ ﺃﻫﻞ ﺑﻠﺪ ﻛﺬﺍ ﺃﻻ ﺗﺮﻯ ﺃﻧﻚ ﻟﻮ ﻗﻠﺖ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻔﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﺃﻭ ﻟﻔﻼﻥ ﺛﻢ ﻓﻼﻥ ﺃﻭ‬
‫ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻛﻨﺖ ﺩﺍﻋﻴﺎ ﻭﻣﺆﺩﻳﺎ ﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﺍﻟﺨﺎﺹ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﺎﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﻞ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻧﻌﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺗﻮﻗﻒ ﻣﻦ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ ﻧﻮﻉ ﺗﺤﻜﻢ‬
‫ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﺎء ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻧﻪ ﺧﻼﻑ ﺍﻷﺩﺏ ﺇﺫ ﺍﻟﻼﺋﻖ ﻓﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﺃﻥ ﻳﻔﻮﺽ ﻭﻗﺖ ﺇﻋﻄﺎء ﺍﻟﻤﻄﻠﻮﺏ ﻟﻠﻐﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﻣﺸﻴﺌﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﻨﺼﻴﺺ ﻋﻠﻰ ﻁﻠﺐ ﺃﻥ‬
‫ﺇﻋﻄﺎء ﻓﻼﻥ ﻗﺒﻞ ﻓﻼﻥ ﻭﻓﻼﻥ ﻗﺒﻞ ﻓﻼﻥ ﻓﻔﻴﻪ ﻧﻮﻉ ﻗﻠﺔ ﺃﺩﺏ ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﺨﻔﻰ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﻓﻖ‬

‫‪ ‬‬
‫‪ ‬‬ ‫‪ ‬‬

‫‪14 | Bahtsul Masa’il Kubro LBM PP. Lirboyo, Rabu-Kamis, 22-23 Maret 2017 M/ 23-24 Jumadil Akhiroh 1438 H‬‬
HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PERDANA
PONDOK PESANTREN LIRBOYO KOTA KEDIRI
Senin malam selasa 08 Dzulqo’dah 1438 H / 31 Juli 2017 M

PayTren ; Benarkah Bisnis Berbasis Syari’ah?


Deskripsi Masalah
Paytren merupakan produk bisnis dari PT. Veritra Sentosa Internasional milik Ustadz Yusuf Manshur
yang sebetulnya telah didirikan sejak tahun 2013. Paytren, yang kini ramai diperbincangkan
kehalalannya, adalah sebuah aplikasi perangkat lunak atau software yang diperuntukkan bagi
pengguna HP dengan sistem operasi Android (minimal Ice Cream Sandwich). Teknologi Paytren ini
biasa digunakan untuk melakukan berbagai transaksi layaknya menggunakan ATM, internet banking,
ataupun PPOB (Payment Point Online Bank) dalam proses pembayaran tagihan, pembelian tiket,
pengisian pulsa, dan lainnya.
Secara sederhana, konsep kerja Paytren ini dapat diliustrasikan sebagi berikut:

Pertanyaan:
Bagaimana menyikapi bisnis paytren yang berkembang di masyarakat?
Rumusan Jawaban:
Mubahitsin menyikapi fenomena bisnis paytren dengan beberapa sudut pandang sebagai
berikut:
1. Permasalahan ini adalah bersifat ijtihadi yang berpotensi terjadi perbedaan pendapat.
Keputusan yang kami buat ini murni kajian ilmiyah berbasis kitab turats dan berdasarkan
realita yang terjadi dalam fenomena bisnis paytren, tanpa tercampuri kepentingan apapun.
Kami sangat menghormati pendapat yang berbeda dengan kami dalam masalah ini. Maka
kami berharap jika terjadi perbedaan pendapat maupun hukum yang berkaitan dengan
paytren tidak dijadikan sebagai polemik, namun hendaknya disikapi lebih bijaksana dengan
saling menghargai untuk selanjutnya mari kita bersama-sama membangun agama dan bangsa
ini.
2. Secara visi misi paytren yang di antaranya adalah membantu pemerintah dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi sangat sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini sangat perlu diapresiasi dan
didukung serta dijadikan contoh bagi pengusaha-pengusaha muslim untuk bersama-sama
1
‫‪membangun perkembangan ekonomi yang lebih memihak kepada kemaslahatan umat, bukan‬‬
‫‪kepentingan golongan tertentu (kapitalis).‬‬
‫‪3. Sejauh ini terdapat sistem di dalam paytren yang berpotensi merugikan sebagian pihak,‬‬
‫‪karena harga lisensi yang terlampau tinggi dibandingkan dengan jasa pemanfaatan aplikasi‬‬
‫‪yang diperoleh serta bonus yang menjadi motivasi utama pelaku bisnis. Sistem yang cacat‬‬
‫‪syarat dalam sudut pandang fikih Islam ini diharapkan ke depannya dapat diperbaiki, misalkan‬‬
‫‪dengan mematok harga yang wajar sesuai penggunaan utama Paytren, yaitu sebagai aplikasi‬‬
‫‪yang memberi kemudahan dalam bertransaksi.‬‬
‫‪4. Pihak paytren diharapkan untuk senantiasa menjaga kejujuran, keterbukaan dan‬‬
‫‪menghindari hal-hal yang bersifat spekulatif.‬‬
‫‪5. Pihak paytren diharapkan menjaga komitmen dan berjanji mengalokasikan keuntungannya‬‬
‫‪untuk kemaslahatan umat. Hal ini merupakan langkah besar yang apabila betul-betul‬‬
‫‪dilakukan akan sangat membantu krisis ekonomi yang melanda masyarakat kita sehingga‬‬
‫‪diharapkan dapat membantu kesejahteraan bersama dan tidak dimonopoli oleh orang kaya.‬‬
‫‪Namun ababila hanya sebagai strategi promosi untuk meraup keuntungan sebagian pihak,‬‬
‫‪maka pihak paytren perlu kembali meluruskan niat dan tujuannya agar tidak menjebak umat‬‬
‫‪dengan dalih bisnis berbasis syari'at.‬‬

‫‪Referensi:‬‬
‫‪ .1‬الزواجز عي اقتزاف الكبائز ‪)132 / 2( -‬‬
‫وحنَ ال حنرم اتلجارة وال ابليع والرشاء ‪ ،‬فلد اكن أغداب اجليب غىل اهلل غييّ وشيً يتتايػٔن ويخجرون يف اىزب وغريه ٌَ املخاجر ‪،‬‬
‫وكذلم اىػيٍاء والػيداء ةػدًْ ٌا زالٔا يخجرون وىكَ ىلع اىلأُن الرشيع واحلال املريض اذلي أطار اهلل حػاىل إحلّ ةلٔهل غز كائال‬
‫‪ { /‬يا أيٓا اذليَ آٌِٔا ال حأكئا أمٔاىكً ةحِكً ةابلاـو إال أن حكٔن جتارة غَ حراض ٌِكً } فتني اهلل أن اتلجارة ال حتٍد وال‬
‫حتو إال إن غدرت غَ اىرتايض ٌَ اجلاُبني واىرتايض إٍُا حيػو خيد لً يكَ ِْاك غض وال حدىحس‪ .‬وأٌا خيد اكن ِْاك غض‬
‫وحدىحس حبيد أخذ أكرث ٌال الظخع ؤْ ال يظػر ةفػو حيم احلييث ابلاـيث ٌػّ املتجيث ىلع اىغض وخمادغث اهلل ورشٔهل ‪ ،‬فذلم‬
‫خرام طديد اتلدريً مٔجب مللج اهلل وٌلج رشٔهل ‪ ،‬وفاغيّ داخو حتج األخاديد الصاةلث واآلحيث‪ .‬فػىل ٌَ أراد رؽا اهلل ورشٔهل‬
‫وشالٌث ديِّ ودُياه ومروءحّ وغرؽّ وأخراه أن يخدرى دليِّ ‪ ،‬وأن ال يبيع طحئا ٌَ حيم ابلئع املتجيث ىلع اىغض واخلديػث ‪ ،‬وأن يبني‬
‫وزن ذلم اىظرف ليٍظرتي ىلع اتلدرير والػدق‬
‫‪ .2‬إحٍاء علىم الذٌي ‪66 / 2‬‬
‫ر‬
‫يصخض ةّ املػامو فٓٔ ظيً واٍُا اىػدل ان ال يضوا ألخيّ املصيً والؾاةؿ اليلك فيّ أن ال حيتٔا اال ٌا حيتٔا جلفصّ اىل أن كال‬ ‫فلك ٌا‬
‫فأٌا حفصريه فيف أربػث امٔر أن ال يثين ىلع الصيػث ةٍا ىحس فيٓا وان اليكخً غئبٓا وخفايا غفاحٓا طحئا اغال وان اليكخً يف‬
‫وزُٓا وٌلدارْا طحئا وان اليكخً ٌَ شػرْا ٌالٔ غرفّ املػامو الٌخِع غِّ أٌا األول فٓٔ حرك اثلِاء وان وغفّ ليصيػث إن اكن ةٍا‬
‫ىحس فيٓا فٓٔ اكذب فان كتو املظرتي ذلم فٓٔ حدىحس وظيً ٌع نُّٔ اكذةا اْ‬
‫‪ .3‬الوٍسٍز والقوار ص‪161 :‬‬
‫املتيع فيّ غرر وجٓاىث ذلم الن اهلديث هلا كيٍث (ذٍَ) أي حؤذر يف ذٍَ الصيػث فئ غيً الزبٔن ةٔجٔد اهلديث يف الصيػث املظرتة ‪01‬‬
‫رياالت ٌرال أٌا إذا غيً ةػدٌٓا فال يدفع إال ‪ 8‬رياالت فإذن ْذه الػٔرة فيٓا حغرير ةاملظرتي أن ابلاغث اذليَ ييجؤون إىل ْذه‬
‫الػٔرة يرفػٔن أذٍان شيػخًٓ حبيد حأىت زيادة اثلٍَ ىلع األكو كيٍث اهلدايا املٔزغث وبٓذا فإن كيٍث اهلدايا ئٍهلا ابلائع ٌَ دلٍٔع‬
‫الزبائَ فيهٔن راحبا أٌا الزبائَ فتػؾًٓ راةح وبػؾًٓ خارس حؤدى ْذه الػٔرة إىل اإلرساف يف اشخٓالك الصيع بظد اْخٍام ربات‬
‫ابلئت واألـفال وأغرائًٓ ةاجلٔائز حؤدى ْذه الػٔرة إىل زرع الؾغائَ واألخلاد فيلئن اخلارسيَ وًْ اجلٍٓٔر يف لك مرة وًْ‬
‫اجلٍيع ىلع مصخٔى املرات لكٓا فالزبائَ ةػؾًٓ (وًْ اىليث) اغٍُٔن وبػؾًٓ (وًْ الهرثة) اغرمٔن واىغاًُ دلٓٔل واىغارم دلٓٔل اْ‬
‫‪ .4‬الفقه اإلسالهً الجزء الزابع ص‪436 :‬‬
‫كال الرسخيس احلِيف اىغرر ٌا يكٔن مصخٔر اىػاكتث وكال اىلرايف املاليك أغو اىغرر اذلي ال يدري ْو حيػو أم ال اكىفري يف اهلٔاء‬
‫والصٍم يف املاء وكال الظريزي الظافيع ٌا اُفٔى غِّ أمره وخىف غييّ اعكتخّ وفال اإلشِٔي الظافيع اىغرر ٌا حردد ةني طحئني‬

‫‪2‬‬
‫أغيتٍٓا أخٔفٍٓا ‪ -‬إىل أن فال ‪ -‬واخلالغث أن ةيع اىغرر ْٔ ابليع اذلي يخؾٍَ خفرا ييدق أخد املخػاكديَ فيؤدي إىل ؽياع ٌاهل‬
‫وغرفّ األشخاذ الزركاء فلال ْٔ ةيع األطياء االخخٍاحلث غري املدللث الٔجٔد أو احلدود ملا فيّ ٌَ ٌغامرة وحغرير جيػيّ أطتّ ةاىلٍار‬
‫واىغرر اذلي يتفو ابليع ‪ -‬إىل أن كال ‪ -‬إذا اىغرر ْٔ اخلفر ةٍػىن أن وجٔده غري ٌخدلق فلد ئجد وكد ال ئجد وبيع اىغرر ةيع ٌا ال‬
‫يػيً وجٔده وغدٌّ أو ال حػيً كيخّ وكرثحّ أو ال يلدر ىلع تصييٍّ‪.‬‬
‫‪ .5‬التهذٌب ج ‪ 3‬صـــ ‪555‬‬
‫وكذلم لٔ وْب طيأ ىلع ان يٓتّ الٔاْب طيأ آخر ال حفصد اهلتث خبالف ٌا لٔ ةاغّ غتدا ىلع أن يٓب هل ابلائع ذٔبا لً يػح ابليع ألن‬
‫األغو ابليع ىلع اىػٔض فإذا اىزتم ٌع املتيع ْتث أو كرؽا فيً يظرته املظرتي اال ىلع رشط غلد يفصد‬
‫‪ .6‬تفسٍز الىسٍظ للقزآى الكزٌن ‪ -‬هحوذ سٍذ طنطاوي (‪)11 /15‬‬
‫لل‬
‫واملراد ةلٔهل‪َ /‬وُكٔا ٌَ رزكّ االُخفاع ةٍا فيٓا ٌَ وجٔه اجلػً‪ ،‬وغرب غِّ ةاألكو ألُّ أًْ وجٔه االُخفاع‪ .‬فاآليث الهريٍث دغٔة خارة‬
‫ليٍصيٍني ليك يجخفػٔا ةٍا يف األرض ٌَ نِٔز‪ ،‬خىت يصخغِٔا غَ غريًْ يف ٌفػًٍٓ ومرشبًٓ وميبصًٓ وشائر أمٔر ٌػاطًٓ ‪ ..‬فإُّ‬
‫ةلدر حلػريًْ يف اشخخراج نِٔزْا‪ ،‬حكٔن خاجخًٓ ىغريًْ‪ .‬كال ةػؼ اىػيٍاء‪ /‬كال اإلٌام اجلٔوي يف ٌلدٌث املجٍٔع‪ /‬إن ىلع األٌث‬
‫اإلشالٌيث أن حػٍو ىلع اشترٍار وإُخاج لك خاجاحٓا خىت اإلةرة‪ ،‬ىتصخغىن غَ غريْا‪ ،‬وإال اخخاجج إىل اىغري ةلدر ٌا كرصت يف‬
‫اإلُخاج ‪ ..‬وكد أغفٕ اهلل ر ‪ -‬حػاىل ‪ -‬اىػالً اإلشالىم األولٔيث يف ْذا لكّ‪ .‬فػييًٓ أن حيخئا ماكًُٓ‪ ،‬وحيافظٔا ىلع ماكُخًٓ‪ ،‬ويظيدوا‬
‫نيآًُ ةادليَ وادلُيا ٌػا ‪.‬‬
‫‪ .1‬أضىاء البٍاى فً إٌضاح القزآى بالقزآى للشٍخ هحوذ األهٍي بي هحوذ الوختار بي عبذ القادر الجكنً الشنقٍطً (الوتىفى‪:‬‬
‫‪1313‬هـ) ج ‪ 1‬ص ‪231‬‬
‫فلد وؽع اىلرآن األٌث اإلشالٌيث يف أغز مٔاؽع اىغىن واالشخغِاء واالشترٍار واإلُخاج فٍا ُلع غييٓا ٌَ أمٔر دُياْا إال ةلدر ٌا‬
‫كرصت يه يف اىليام ةٓذا اىػٍو وأؽاغج ٌَ خلٓا يف ْذا الٔجٔد‪ .‬وكد كال اجلٔوي يف ٌلدٌث املجٍٔع إن ىلع األٌث اإلشالٌيث أن‬
‫حػٍو ىلع اشترٍار وإُخاج لك خاجياحٓا خىت اإلةرة ىتصخغين غَ غريْا وإال اخخاجج إىل اىغري ةلدر ٌا كرصت يف اإلُخاج وْذا ْٔ‬
‫واكع اىػالً احلٔم إذ اىلدرة اإلُخاجيث يه املخدهٍث وذات الصيادة ادلوحلث‪ .‬وكد أغفٕ اهلل اىػالً اإلشاليم األولٔيث يف ْذا لكّ فػييًٓ‬
‫أن حيخئا ماكًُٓ وحيافظٔا ىلع ماكُخًٓ ويظيدوا نيآًُ ةادليَ وادلُيا ٌػا وباهلل اتلٔفيق‪.‬‬

‫‪3‬‬
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Bahauddin Jumadi 1. Bpk. M. Hizbullah al-Haq
2. KH. Athoillah Sholahuddin 2. Bpk. Ma'rifatussolihin
Anwar 3. Agus HM. Aris Alwan Bpk. Ahmad Muntaha
3. KH. Munir Akromin 4. Agus Arif Ridwan Akbar
4. KH. Ahmad Bahrul Huda 5. Bpk. Ahmad Rahmatullah
5. KH. Muhibbul Aman Ali 6. Bpk. A. Kafi Ridlo
NOTULEN
6. K. Zahro Wardi 7. Bpk. Adzim Fadlan
Bpk. Moch. Ihsanuddin
8. Bpk. Mubasyarum Bih
Bpk. Abu Syamsuddin
Bpk. M. Faurok Tsabat

Memutuskan

1. MEME SEORANG TOKOH | Panitia


Deskripsi Masalah
Fenomena meme (gambar yang disertai tulisan humor, parodi, menyindir, kritik, atau
kecaman) semakin berkembang secara masif dan tidak terhentikan mengikuti peristiwa-
peristiwa baru yang memang menarik untuk di“meme”kan. Mulai dari tokoh politik, tokoh
agama, artis dll. Bahkan sebagian besar meme yang dibuat ini tidak atas izin dan sepengetahuan
tokoh terkait. Tak jarang, sebagian tokoh nasional pun ikut menjadi korban dengan
mencantumkan kata-kata yang sebenarnya tidak pernah diucapkan. Sekalipun dalam meme tidak
disebutkan identitas asli, namun apakah tidak dianggap perlu mempertimbangkan perasaan
tokoh yang dimemekan andai dirinya tahu kalau ternyata dirinya dimemekan.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum membuat meme dengan menggunakan tokoh nyata dan tanpa
sepengetahuannya?

1
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Tidak diperbolehkan kecuali memenuhi ketentuan sebagai berikut:‬‬
‫;‪1) Ada kerelaan dari Tokoh yang disebarkan memenya tersebut‬‬
‫‪2) Kontennnya tidak mengandung hal-hal yang diharamkan seperti menggunjing, adu‬‬
‫‪domba, kebohongan, menghina orang lain, mengungkap keburukan orang lain dan‬‬
‫;‪sebagainya‬‬
‫;)‪3) Tidak menimbulkan keresahan di masyarakat (fitnah‬‬
‫‪4) Tidak terdapat tujuan yang diharamkan seperti digunakan untuk pembenaran kepada‬‬
‫‪kelompok yang batil.‬‬
‫‪Catatan: Meme adalah ide, prilaku atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain‬‬
‫‪dalam sebuah budaya, atau cuplikan gambar dari acara televisi, film, gambar-gambar buatan‬‬
‫‪sendiri yang dimodifikasi dengan menambahkan kata-kata atau tulisan-tulisan untuk tujuan‬‬
‫)‪melucu, menghibur dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonsia‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. ‘Umdatul mufti , vol. 2 , h. 152. 3. Is’adurrofiq, vol. 2, h. 105.‬‬
‫‪2. Ahkamaul Fuqoha’, h. 94. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬عًذج انًفتٍ اندشء انثاٍَ ص‪152 :‬‬


‫مكأ‪٣‬ح‪ /‬ال جيٮز أػؾ ‪٠‬ذةب ا‪٘٣‬ري حلجذ‪ ٫٪٦ ٢ٞ‬مكأ‪٣‬ح إال ثإذف ‪٦ ٨٦‬ةل‪ٚ ٫١‬إف أػؾق ث٘ري إذ‪ ٫٪٧ً ٫٩‬إف د‪ٚ ٙ٤‬أ‪٦‬ة إذا ل‪ ٥‬يأػؾق ك‪٫٪٦ ٢ٞ٩‬‬
‫املكأ‪٣‬ح ‪ٗ ٨٦‬ري االقتيالء ‪ٚ‬٭ٮ صةاـ كإف ل‪ ٥‬يؿض وةظج٭ة اك‪ٝ‬ذجةس اجلةر كاحلؽير الٮارد يف اجلٔل ٔ‪ ٨‬اجلْؿ ٔ‪٠ ٨‬ذةب ا‪٘٣‬ري ث٘ري إذ‪٫٩‬‬
‫حم‪٧‬ٮؿ ىلع ‪٠‬ذةب منذ‪ ٢٧‬ىلع ‪٦‬ة ال يؿىض وةظج٭ة ثةالَالع ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬اكلؿقةا‪ ٢‬املذٌ‪٪٧‬ح خلرب ال يؿىض وةظج‪ ٫‬ثة‪ ٥٤ٕ٣‬ث‪٧‬ة ‪ٚ‬ي‪٠ ٫‬ذت ا‪٥٤ٕ٣‬‬
‫ثال ػالؼ‬
‫‪ .2‬أزكاو انفمهاء ص ‪94‬‬
‫‪٦‬ةظك‪ ٥‬دىٮيؿ االنكةف ثةل‪١‬ذةثح اكبة‪٣‬ح ‪ٚ‬ٮد٘ؿا‪ٚ‬يح ث٘ري اذف املىٮر اذا ل‪ ٥‬يؿض املىٮر ‪ٚ‬عؿاـ ال‪ ٫٩‬ايؾاء اال اف يكٮف اتلىٮيؿ حمذةصة‬
‫ظ‪٧١‬ة‬
‫‪ .3‬إسعاد انزفُك اندشء انثاًَ ص‪( 105 :‬دار إزُاء انكتة انعزتُح)‬
‫(ك) ‪٪٦‬٭ة (‪٠‬ذةثح ‪٦‬ة حيؿـ اجلُ‪ ٜ‬ث‪ٝ )٫‬ةؿ ىف ابلؽايح ألف ا‪ ٥٤ٞ٣‬أظؽ ال‪٤‬كة‪٩‬ني ‪ٚ‬ةظ‪٧ٔ ٫ْٛ‬ة جيت ظ‪ ِٛ‬ال‪٤‬كةف ‪ ٫٪٦‬أل ‪ٗ ٨٦‬يجح كٗري‪٬‬ة‬
‫‪ٚ‬ال يكذت ث‪٦ ٫‬ة حيؿـ اجلُ‪ ٜ‬ث‪ ٨٦ ٫‬دميٓ ‪٦‬ة مؿ كٗريق كىف اخلُجح كٌلل‪٤‬كةف ىف ذل‪ ٟ‬لك‪ ٫‬أل ‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿ ‪ ٨٦‬آ‪ٚ‬ةت ال‪٤‬كةف ا‪ ٥٤ٞ٣‬إذ ‪٬‬ٮ أظؽ‬
‫ال‪٤‬كة‪٩‬ني ثال صؿـ أل م‪ ٟ‬ث‪ ٢‬رضرق أْٔ‪ ٥‬كأدكـ ‪٤ٚ‬يى‪ ٨‬اإلنكةف ‪٠ ٨ٔ ٫٧٤ٝ‬ذةثح احلي‪ ٢‬كاملؼةداعت ك‪١٪٦‬ؿات ظةدزةت املٕةمالت‪.‬‬
‫‪ .4‬إزُاء عهىو انذٍَ (‪)131 /3‬‬
‫اآل‪ٚ‬ح احلةديح ٔرش الكؼؿيح كاالقذ٭ـاء ك‪٬‬ؾا حمؿـ ‪٦‬٭‪٧‬ة اكف مؤذية ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ةؿ دٕةىل ية أي٭ة اذلي‪ ٨‬آ‪٪٦‬ٮا ال يكؼؿ ‪ٝ‬ٮـ ‪ٝ ٨٦‬ٮـ ٔىس أف‬
‫يكٮ‪٩‬ٮا ػريا ‪٪٦‬٭‪ ٥‬كال نكةء ‪ ٨٦‬نكةء ٔىس أف يك‪ ٨‬ػريا ‪٪٦‬٭‪ ٨‬ك‪ٕ٦‬ىن الكؼؿيح االقذ٭ة‪٩‬ح كاتلع‪ٞ‬ري كاتلججي‪ ٫‬ىلع ا‪ٕ٣‬يٮب كاجل‪ٞ‬ةاه‬
‫ىلع كص‪ ٫‬يٌع‪ ٫٪٦ ٟ‬ك‪ٝ‬ؽ يكٮف ذل‪ ٟ‬ثةملعةاكة يف ا‪ ٢ٕٛ٣‬كا‪ٞ٣‬ٮؿ ك‪ٝ‬ؽ يكٮف ثةإلمةرة كاإلي‪٧‬ةء كإذا اكف حبرضة املكذ٭ـأ ث‪ ٫‬ل‪ ٥‬يك‪ ٥‬ذل‪ٟ‬‬
‫ٗيجح ك‪ٚ‬ي‪ٕ٦ ٫‬ىن ا‪٘٣‬يجح ‪ٝ‬ة‪٣‬خ اعئنح ريض اهلل ٔ‪٪‬٭ة ظة‪٠‬يخ إنكة‪٩‬ة ‪ٞٚ‬ةؿ يل اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ك ق‪ ٥٤‬كاهلل ‪٦‬ة أظت أين ظة‪٠‬يخ إنكة‪٩‬ة‬
‫كيل ‪٠‬ؾا كًلؾا ‪ //‬ظؽير اعئنح ظ‪١‬يخ إنكة‪٩‬ة ‪ٞٚ‬ةؿ يل اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ك ق‪٦ ٥٤‬ة يرسين أين ظة‪٠‬يخ إنكة‪٩‬ة كيل ‪٠‬ؾا كًلؾا أػؿص‪ ٫‬أثٮ‬
‫داكد كا‪٣‬رت‪٦‬ؾم كوعع‪ // ٫‬ك‪ٝ‬ةؿ اث‪ٔ ٨‬جةس يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل ية كي‪٤‬ذ‪٪‬ة ‪٦‬ة هلؾا ال‪١‬ذةب ال ي٘ةدر و٘رية كال ‪٠‬جرية إال أظىة‪٬‬ة إف الى٘رية‬
‫اتلبك‪ ٥‬ثةالقذ٭ـاء ثةملؤ‪ ٨٦‬كال‪١‬جرية ا‪ٞ٣‬٭‪ٞ‬٭ح ثؾل‪ ٟ‬ك‪٬‬ؾا إمةرة إىل أف الٌع‪ ٟ‬ىلع اجلةس ‪ ٨٦‬دم‪٤‬ح اذل‪٩‬ٮب كال‪١‬جةاؿ –اىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪--‬كلك‬
‫‪٬‬ؾا يؿصٓ إىل اقذع‪ٞ‬ةر ا‪٘٣‬ري كالٌع‪٤ٔ ٟ‬ي‪ ٫‬اقذ٭ة‪٩‬ح ث‪ ٫‬كاقذى٘ةرا هل كٔ‪٤‬ي‪٩ ٫‬ج‪ٝ ٫‬ٮهل دٕةىل ٔىس أف يكٮ‪٩‬ٮا ػريا ‪٪٦‬٭‪ ٥‬أم ال‬
‫تكذع‪ٞ‬ؿق اقذى٘ةرا ‪ ٫٤ٕ٤ٚ‬ػري ‪ ٟ٪٦‬ك‪٬‬ؾا إ‪٧٩‬ة حيؿـ يف ظ‪ ٨٦ ٜ‬يذأذل ث‪ٚ ٫‬أ‪٦‬ة ‪ ٨٦‬صٕ‪ٛ٩ ٢‬ك‪ ٫‬مكؼؿة كرب‪٧‬ة ‪ٚ‬ؿح ‪ ٨٦‬أف يكؼؿ ث‪٫‬‬
‫اك‪٩‬خ الكؼؿيح يف ظ‪ ٨٦ ٫ٞ‬دم‪٤‬ح املـاح ك‪ٝ‬ؽ قج‪٦ ٜ‬ة يؾـ ‪ ٫٪٦‬ك‪٦‬ة ي‪٧‬ؽح كإ‪٧٩‬ة املعؿـ اقذى٘ةر يذأذل ث‪ ٫‬املكذ٭ـأ ث‪ ٫‬ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬اتلع‪ٞ‬ري‬
‫كاتل٭ةكف كذل‪ ٟ‬دةرة ثأف يٌع‪ ٟ‬ىلع الك‪ ٫٦‬إذا ختجٍ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كل‪ ٥‬يجذْ‪ ٥‬أك ىلع أ‪ٕٚ‬ةهل إذا ‪٪٠‬خ منٮمح اكلٌع‪ ٟ‬ىلع ػُ‪ ٫‬كىلع و‪ٕ٪‬ذ‪ ٫‬أك‬
‫ىلع وٮرد‪ ٫‬كػ‪ٞ٤‬ذ‪ ٫‬إذا اكف ‪ٝ‬ىريا أك ‪٩‬ة‪ٝ‬ىة ‪ٕ٣‬يت ‪ ٨٦‬ا‪ٕ٣‬يٮب ‪ٚ‬ةلٌع‪ ٨٦ ٟ‬دميٓ ذل‪ ٟ‬داػ‪ ٢‬يف الكؼؿيح امل‪ٓ٪‬ل ٔ‪٪‬٭ة‪.‬‬

‫‪2‬‬
‫‪ .5‬إزُاء عهىو انذٍَ (‪)143 /3‬‬
‫أٔ‪ ٥٤‬أف ظؽ ا‪٘٣‬يجح أف دؾ‪٠‬ؿ أػةؾ ث‪٧‬ة يكؿ‪ ٫٬‬لٮ ث‪ ٫٘٤‬قٮاق ذ‪٠‬ؿد‪ ٫‬ث‪ٞ٪‬ه يف ثؽ‪ ٫٩‬أك نكج‪ ٫‬أك يف ػ‪ ٫ٞ٤‬أك يف ‪ ٫٤ٕٚ‬أك يف ‪ٝ‬ٮهل أك يف دي‪٫٪‬‬
‫أك يف د‪٩‬يةق ظىت يف زٮب‪ ٫‬كدارق كداثذ‪ ٫‬أ‪٦‬ة ابلؽف ‪١ٚ‬ؾ‪٠‬ؿؾ ا‪٧ٕ٣‬ل كاحلٮؿ كا‪ٞ٣‬ؿع كا‪ٞ٣‬رص كا‪ُ٣‬ٮؿ كالكٮاد كالى‪ٛ‬ؿة كدميٓ ‪٦‬ة يذىٮر أف‬
‫يٮو‪ ٙ‬ث‪ ٫‬ممة يكؿ‪٠ ٫٬‬ي‪٧ٛ‬ة اكف كأ‪٦‬ة ا‪٣‬جكت ‪ٚ‬جأف د‪ٞ‬ٮؿ أثٮق ‪٩‬جُي أك ‪٪٬‬ؽم أك ‪ٚ‬ةق‪ ٜ‬أك ػكحف أك إقاكؼ أك زبةؿ أك يشء ممة‬
‫يكؿ‪٠ ٫٬‬ي‪٧ٛ‬ة اكف كأ‪٦‬ة اخل‪ٚ ٜ٤‬جأف د‪ٞ‬ٮؿ ‪٬‬ٮ يسء اخل‪ ٜ٤‬خبي‪٦ ٢‬ذ‪١‬رب مؿاء مؽيؽ ا‪ٌ٘٣‬ت صجةؿ اعصـ ًٕي‪ ٙ‬ا‪٤ٞ٣‬ت ‪٦‬ذ٭ٮر ك‪٦‬ة جيؿم‬
‫دلؿاق كأ‪٦‬ة يف أ‪ٕٚ‬ةهل املذٕ‪ٞ٤‬ح ثةدلي‪ٞ١ٚ ٨‬ٮل‪٬ ٟ‬ٮ قةرؽ أك ‪٠‬ؾاب أك مةرب مخؿ أك ػةا‪ ٨‬أك ّةل‪ ٥‬أك ‪٦‬ذ٭ةكف ثةلىالة أك الـٌلة أك ال حيك‪٨‬‬
‫الؿًلٮع أك الكضٮد أك ال حيرتز ‪ ٨٦‬اجلضةقةت أك ‪٣‬حف ثةرا ثٮادلي‪ ٫‬أك ال يٌٓ الـٌلة مٮًٕ٭ة أك ال حيك‪ٝ ٨‬ك‪٧‬٭ة أك ال حيؿس وٮ‪٨ٔ ٫٦‬‬
‫الؿ‪ٚ‬ر كا‪٘٣‬يجح كاتلٕؿض ألٔؿاض اجلةس‬
‫‪ .6‬إزُاء عهىو انذٍَ (‪)145 /3‬‬
‫أ‪ ٥٤‬أف اذل‪٠‬ؿ ثةل‪٤‬كةف إ‪٧٩‬ة ظؿـ ألف ‪ٚ‬ي‪ ٫‬د‪ٛ‬٭ي‪ ٥‬ا‪٘٣‬ري ‪ٞ٩‬ىةف أػي‪ ٟ‬كدٕؿي‪ ٫ٛ‬ث‪٧‬ة يكؿ‪ٚ ٫٬‬ةتلٕؿيي ث‪ ٫‬اكتلرصيط كا‪ٚ ٢ٕٛ٣‬ي‪ ٫‬اك‪ٞ٣‬ٮؿ‬
‫كاإلمةرة كاإلي‪٧‬ةء كا‪٧٘٣‬ـ كاهل‪٧‬ـ كال‪١‬ذةثح كاحلؿًلح كلك ‪٦‬ة ي‪ٛ‬٭‪ ٥‬امل‪ٞ‬ىٮد ‪ٚ‬٭ٮ داػ‪ ٢‬يف ا‪٘٣‬يجح ك‪٬‬ٮ ظؿاـ ‪ ٨٧ٚ‬ذل‪ٝ ٟ‬ٮؿ اعئنح ريض اهلل‬
‫ٔ‪٪‬٭ة دػ‪٤‬خ ٔ‪٤‬ي‪٪‬ة امؿأة ‪٧٤ٚ‬ة ك‪٣‬خ أك‪٦‬أت ثيؽم أ‪٩‬٭ة ‪ٝ‬ىرية ‪ٞٚ‬ةؿ وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ك ق‪ ٥٤‬اٗذبذي٭ة ‪ //‬ظؽير اعئنح دػ‪٤‬خ ٔ‪٤‬ي‪٪‬ة امؿأة‬
‫‪ٚ‬أك‪٦‬أت ثيؽم أم ‪ٝ‬ىرية ‪ٞٚ‬ةؿ اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ك ق‪ٝ ٥٤‬ؽ أٗذبذي٭ة أػؿص‪ ٫‬اث‪ ٨‬أيب ادل‪٩‬ية كاث‪ ٨‬مؿدكي‪ ٨٦ ٫‬ركايح ظكةف ث‪ ٨‬خمةرؽ‬
‫ٔ‪٪‬٭ة كظكةف كز‪ ٫ٞ‬اث‪ ٨‬ظجةف كبة‪ٝ‬ي٭‪ ٥‬ز‪ٞ‬ةت ‪ //‬ك‪ ٨٦‬ذل‪ ٟ‬املعةاكة ي‪٧‬ىش ‪٦‬ذٕةرصة أك ‪٧٠‬ة ي‪٧‬يش ‪ٚ‬٭ٮ ٗيجح ث‪٬ ٢‬ٮ أمؽ ‪ ٨٦‬ا‪٘٣‬يجح أل‪٫٩‬‬
‫أْٔ‪ ٥‬يف اتلىٮيؿ كاتل‪ٛ‬٭ي‪ ٥‬كملة رأل رقٮؿ اهلل وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ك ق‪ ٥٤‬اعئنح ظة‪٠‬خ امؿأة ‪ٝ‬ةؿ ‪٦‬ة يرسين أين ظة‪٠‬يخ إنكة‪٩‬ة كيل ‪٠‬ؾا كًلؾا‬
‫‪ //‬ظؽير ‪٦‬ة يرسين أين ظ‪١‬يخ كيل ‪٠‬ؾا كًلؾا د‪ٞ‬ؽـ يف اآل‪ٚ‬ح احلةديح ٔرشة ‪ //‬كًلؾل‪ ٟ‬ا‪٘٣‬يجح ثةل‪١‬ذةثح ‪ٚ‬إف ا‪ ٥٤ٞ٣‬أظؽ ال‪٤‬كة‪٩‬ني كذ‪٠‬ؿ‬
‫املى‪ ٙ٪‬مؼىة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ة كد٭ضني الك‪ ٫٦‬يف ال‪١‬ذةب ٗيجح إال أف ي‪ٞ‬رتف ث‪ ٫‬يشء ‪ ٨٦‬األٔؾار املعٮصح إىل ذ‪٠‬ؿق ‪٧٠‬ة قيأيت ثية‪.٫٩‬‬
‫‪ .7‬انشواخز عٍ التزاف انكثائز [‪]274/ 2‬‬
‫دججي٭ةت ك‪٪٦‬٭ة ‪ٔ /‬ؿ‪ٚ‬ٮا اجل‪٧‬ي‪٧‬ح ثأ‪٩‬٭ة ‪ ٢ٞ٩‬الكـ اجلةس ثٌٕ٭‪ ٥‬إىل ثٕي ىلع كص‪ ٫‬اإل‪ٚ‬كةد ثح‪٪‬٭‪ ٥‬ك‪ٝ‬ةؿ يف اإلظيةء ‪٬‬ؾا ‪٬‬ٮ األكرث كال‬
‫خيذه ثؾل‪ ٟ‬ث‪ْ ٢‬ل ‪٠‬ن‪٦ ٙ‬ة يكؿق ‪٠‬ن‪ ٫ٛ‬قٮاء أكؿ‪ ٫٬‬امل‪ٞ٪‬ٮؿ ٔ‪ ٫٪‬أك إحل‪ ٫‬أك زة‪٣‬ر ‪ ،‬كقٮاء اكف ‪٠‬ن‪ ٫ٛ‬ث‪ٞ‬ٮؿ أك ‪٠‬ذةثح أك رمـ أك إي‪٧‬ةء‬
‫‪ ،‬كقٮاء يف امل‪ٞ٪‬ٮؿ ‪٠‬ٮ‪ٕٚ ٫٩‬ال أك ‪ٝ‬ٮال ٔيجة أك ‪ٞ٩‬ىة يف امل‪ٞ‬ٮؿ ٔ‪ ٫٪‬أك ٗريق ‪ٚ ،‬ع‪ٞ‬ي‪ٞ‬ح اجل‪٧‬ي‪٧‬ح إ‪ٚ‬نةء الرس ‪ ،‬ك‪٬‬ذ‪ ٟ‬الكرت ٔ‪٧‬ة يكؿق ‪٠‬ن‪٫ٛ‬‬
‫‪ ،‬كظيجبؾ يججيغ الك‪١‬ٮت ٔ‪ ٨‬ظاكيح لك يشء مٮ‪٬‬ؽ ‪ ٨٦‬أظٮاؿ اجلةس إال ‪٦‬ة يف ظاكيذ‪ ٓٛ٩ ٫‬ملك‪ ٥٤‬أك د‪ ٓٚ‬رض ‪٧٠ ،‬ة لٮ رأل ‪ ٨٦‬يت‪٪‬ةكؿ‬
‫‪٦‬ةؿ ٗريق ‪٤ٕٚ‬ي‪ ٫‬أف ين٭ؽ ث‪ ، ٫‬خبالؼ ‪٦‬ة لٮ رأل ‪ ٨٦‬خييف ‪٦‬ةؿ ‪ٛ٩‬ك‪ٚ ٫‬ؾ‪٠‬ؿق ‪ٚ‬٭ٮ ‪٧٩‬ي‪٧‬ح كإ‪ٚ‬نةء ل‪٤‬رس ‪ٚ ،‬إف اكف ‪٦‬ة ي‪ ٥٪‬ث‪ٞ٩ ٫‬ىة أك ٔيجة يف‬
‫املعيك ٔ‪ٚ ٫٪‬٭ٮ ٗيجح ك‪٧٩‬ي‪٧‬ح ا‪٩‬ذٓل‪ .‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪ٝ ٨٦ ٥ٕ٩‬ةؿ ثأف ا‪٘٣‬يجح ‪٠‬جرية ‪ٞ٤ُ٦‬ة يججيغ أ‪ ٫٩‬ال ينرتط يف اجل‪٧‬ي‪٧‬ح إال أف يكٮف ‪ٚ‬ي٭ة‬
‫‪ٛ٦‬كؽة ‪ٛ٧٠‬كؽة ا‪٘٣‬يجح كإف ل‪ ٥‬دى‪ ٢‬إىل ‪ٛ٦‬كؽة اإل‪ٚ‬كةد ثني اجلةس ك‪٪٦‬٭ة ‪ /‬ابلةٔر ىلع اجل‪٧‬ي‪٧‬ح ‪ ٫٪٦‬إرادة الكٮء ثةملعيك ٔ‪ ٫٪‬أك احلت‬
‫ل‪٧٤‬عيك هل ‪ ،‬أك ا‪ٛ٣‬ؿح ثةخلٮض يف ا‪ٌٛ٣‬ٮؿ ‪ ،‬كٔالص٭ة ث‪٪‬عٮ ‪٦‬ة مؿ يف ا‪٘٣‬يجح ‪ ،‬ز‪ ٥‬ىلع ‪ ٨٦‬مح‪٤‬خ إحل‪ ٫‬اجل‪٧‬ي‪٧‬ح ‪ٛ٠‬الف ‪ٝ‬ةؿ ‪ٚ‬ي‪ ٟ‬أك ٔ‪ ٢٧‬يف‬
‫ظ‪٠ ٟٞ‬ؾا قذح أمٮر أف ال يىؽ‪ ٫ٝ‬؛ ألف اجل‪٧‬ةـ ‪ٚ‬ةق‪ ٜ‬إدمةاع ‪.‬‬
‫‪ .8‬فتىزاخ انزتاَُح خـ ‪ 4‬طـ‪35‬‬
‫كا‪ٛ٣‬ؿؽ ثني اجل‪٧‬ي‪٧‬ح‪ ،‬كا‪٘٣‬يجح ىلع ‪٬‬ؾا اتلٕؿي‪٬ ٙ‬ٮ ا‪٧ٕ٣‬ٮـ كاخلىٮص املُ‪ ،ٜ٤‬أم أف لك ‪٧٩‬ي‪٧‬ح ٗيجح‪ ،‬ك‪٣‬حف لك ٗيجح ‪٧٩‬ي‪٧‬ح‪ٚ ،‬إف‬
‫اإلنكةف ‪ٝ‬ؽ يؾ‪٠‬ؿ ٔ‪ٗ ٨‬ريق ‪٦‬ة يكؿ‪ ،٫٬‬كال إ‪ٚ‬كةد ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ثح‪ ٫٪‬كبني أظؽ‪ ،‬ك‪٬‬ؾا ٗيجح‪ ،‬ك‪ٝ‬ؽ يؾ‪٠‬ؿ ٔ‪ٗ ٨‬ريق ‪٦‬ة يكؿ‪ ٫٬‬ك‪ٚ‬ي‪ ٫‬إ‪ٚ‬كةد‪ ،‬ك‪٬‬ؾا‬
‫ٗيجح‪ ،‬ك‪٧٩‬ي‪٧‬ح‬
‫‪ .9‬إزُاء عهىو انذٍَ ويعه تخزَح انسافظ انعزالٍ ‪( -‬ج ‪ / 4‬ص ‪)230‬‬
‫إٔ‪ ٥٤‬أف ال‪١‬ؾب ‪٣‬حف ظؿا‪٦‬ة ‪ٕ٣‬ي‪ ٫٪‬ث‪ ٢‬ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬الرضر ىلع املؼةَت أك ىلع ٗريق ‪ٚ‬إف أ‪ ٢ٝ‬درصةد‪ ٫‬أف يٕذ‪ٞ‬ؽ املؼرب اليشء ىلع ػالؼ‬
‫‪٦‬ة ‪٬‬ٮ ٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬ي‪١‬ٮف صة‪٬‬ال ك‪ٝ‬ؽ يذٕ‪ ٜ٤‬ث‪ ٫‬رضر ٗريق كرب ص٭‪ٚ ٢‬ي‪ٕٛ٪٦ ٫‬ح كمى‪٤‬عح ‪ٚ‬ةل‪١‬ؾب حمى‪ ٢‬ذلل‪ ٟ‬اجل٭‪ٚ ٢‬ي‪١‬ٮف ‪٦‬أذك‪٩‬ة ‪ٚ‬ي‪٫‬‬
‫كرب‪٧‬ة اكف كاصجة ‪ٝ‬ةؿ ‪٦‬ي‪٧‬ٮف ث‪٦ ٨‬٭ؿاف ال‪١‬ؾب يف ثٕي املٮاَ‪ ٨‬ػري ‪ ٨٦‬الىؽؽ أرأيخ لٮ أف رصال قىع ػ‪ ٙ٤‬إنكةف ثةلكي‪ ٙ‬حل‪ٞ‬ذ‪٫٤‬‬
‫‪ٚ‬ؽػ‪ ٢‬دارا ‪ٚ‬ة‪٩‬ذٓل إحل‪ٞٚ ٟ‬ةؿ أرأيخ ‪ٚ‬ال‪٩‬ة ‪٦‬ة ‪٪٠‬خ ‪ٝ‬ةاال ألكخ د‪ٞ‬ٮؿ ل‪ ٥‬أرق ك‪٦‬ة دىؽؽ ث‪ ٫‬ك‪٬‬ؾا ال‪١‬ؾب كاصت ‪ٞ٪ٚ‬ٮؿ الالكـ كقي‪٤‬ح إىل‬
‫امل‪ٞ‬ةوؽ ‪ٚ‬لك ‪ٞ٦‬ىٮد حم‪٧‬ٮد ي‪٧‬ك‪ ٨‬اتلٮو‪ ٢‬إحل‪ ٫‬ثةلىؽؽ كال‪١‬ؾب دميٕة ‪ٚ‬ةل‪١‬ؾب ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ظؿاـ كإف أ‪٦‬ك‪ ٨‬اتلٮو‪ ٢‬إحل‪ ٫‬ثةل‪١‬ؾب دكف‬
‫الىؽؽ ‪ٚ‬ةل‪١‬ؾب ‪ٚ‬ي‪٦ ٫‬جةح إف اكف حتىي‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬ا‪ٞ٣‬ىؽ ‪٦‬جةظة ككاصت إف اكف امل‪ٞ‬ىٮد كاصجة ‪٧٠‬ة أف ٔى‪٧‬ح دـ املك‪ ٥٤‬كاصجح ‪٧ٚ‬٭‪٧‬ة اكف‬
‫يف الىؽؽ ق‪ ٟٛ‬دـ أمؿلء مك‪ٝ ٥٤‬ؽ اػذىف ‪ّ ٨٦‬ةل‪ٚ ٥‬ةل‪١‬ؾب ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كاصت ك‪٦‬٭‪٧‬ة اكف ال يذ‪ٞ٦ ٥‬ىٮد احلؿب أك إوالح ذات ابلني أف‬
‫اقذ‪٧‬ة‪٣‬ح ‪٤ٝ‬ت املضين ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬إال ثكؾب ‪ٚ‬ةل‪١‬ؾب ‪٦‬جةح إال أ‪ ٫٩‬يججيغ أف حيرتز ‪٦ ٫٪٦‬ة أ‪٦‬ك‪ ٨‬أل‪ ٫٩‬إذا ‪ٚ‬ذط ثةب ال‪١‬ؾب ىلع ‪ٛ٩‬ك‪ٚ ٫‬يؼىش‬
‫أف يذؽاىع إىل ‪٦‬ة يكذ٘ين ٔ‪ ٫٪‬كإىل ‪٦‬ة ال ي‪ٞ‬ذرص ىلع ظؽ الرضكرة ‪ٚ‬ي‪١‬ٮف ال‪١‬ؾب ظؿا‪٦‬ة يف األو‪ ٢‬إال لرضكرة ‪ -‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ ‪ٚ -‬أ‪٦‬ة إذا‬

‫‪3‬‬
‫دٕ‪ ٜ٤‬ث٘ؿض ٗريق ‪ٚ‬ال جتٮز املكةحمح حل‪ ٜ‬ا‪٘٣‬ري كاإلرضار ث‪ ٫‬كأكرث ‪٠‬ؾب اجلةس إ‪٧٩‬ة ‪٬‬ٮ حلْٮظ أ‪ٛ٩‬ك٭‪ ٥‬ز‪٬ ٥‬ٮ لـيةدات املةؿ كاجلةق‬
‫كألمٮر ‪٣‬حف ‪ٚ‬ٮاد٭ة حمؾكرا ظىت إف املؿأة تلعيك ٔ‪ ٨‬زكص٭ة ‪٦‬ة د‪ٛ‬ؼؿ ث‪ ٫‬كدكؾب ألص‪ ٢‬مؿاٗ‪٧‬ح الرضات كذل‪ ٟ‬ظؿاـ‬
‫‪ .10‬فُض انمذَز (‪)551 /4‬‬
‫( ‪٠‬ىف ثةملؿء إز‪٧‬ة أف حيؽث ثك‪٦ ٢‬ة يك‪ ) ٓ٧‬يٕين لٮ ل‪ ٥‬يك‪ ٨‬ل‪٤‬ؿص‪ ٢‬إز‪٧‬ة إال حتؽز‪ ٫‬ثك‪٦ ٢‬ة يك‪ٗ ٨٦ ٫ٕ٧‬ري ثح‪٪‬ح أ‪ ٫٩‬وؽؽ أـ ‪٠‬ؾب‬
‫يك‪ٛ‬ي‪ ٨٦ ٫‬اإلز‪ ٥‬أل‪ ٫٩‬إذا حتؽث ثك‪٦ ٢‬ة يك‪ ٫ٕ٧‬ل‪ ٥‬خي‪٤‬ه ‪ ٨٦‬ال‪١‬ؾب إذ دميٓ ‪٦‬ة يك‪٣ ٓ٧‬حف ثىؽؽ ث‪ ٢‬ثٌٕ‪٠ ٫‬ؾب ‪٤ٕٚ‬ي‪ ٫‬أف يجعر‬
‫كال يذعؽث إال ث‪٧‬ة ّ‪ ٨‬وؽ‪ٚ ٫ٝ‬إف ّ‪٠ ٨‬ؾث‪ ٫‬ظؿـ كإف م‪ ٟ‬ك‪ٝ‬ؽ أق‪٪‬ؽق ‪ٞ٣‬ةا‪ ٫٤‬كبني ظةهل ثؿئ ‪ٔ ٨٦‬٭ؽد‪ ٫‬كإال ا‪٦‬ذ‪ ٓ٪‬أيٌة كحم‪ ٢‬ذل‪٦ ٟ‬ة‬
‫إذا ل‪ ٥‬يرتدت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬حلٮؽ رضر كإال ظؿـ كإف اكف وؽ‪ٝ‬ة ث‪ ٢‬إف دٕني ال‪١‬ؾب َؿي‪ٞ‬ة دل‪ ٓٚ‬ذل‪ ٟ‬كصت ( د ؾ ٔ‪ ٨‬أيب ‪٬‬ؿيؿة )‬
‫‪ .11‬انًىسىعح انفمهُح انكىَتُح (‪)221 /11‬‬
‫‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬ظضؿ اهليذِل‪ /‬الكؼؿيح‪ /‬االقذع‪ٞ‬ةر كاالقذ٭ة‪٩‬ح كاتلججي‪ ٫‬ىلع ا‪ٕ٣‬يٮب كاجل‪ٞ‬ةاه يٮـ يٌع‪ , ٫٪٦ ٟ‬ك‪ٝ‬ؽ يكٮف ثةملعةاكة ثة‪٢ٕٛ٣‬‬
‫أك ا‪ٞ٣‬ٮؿ أك اإلمةرة أك اإلي‪٧‬ةء ‪ ,‬أك الٌع‪ ٟ‬ىلع الك‪ ٫٦‬إذا ختجٍ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬أك ٗ‪ , ٍ٤‬أك ىلع و‪ٕ٪‬ذ‪ , ٫‬أك ‪ٝ‬جيط وٮرد‪ ٨٧ٚ .٫‬اردكت محبة ‪٨٦‬‬
‫اتلع‪ٞ‬ري ممة ‪٬‬ٮ مم‪٪‬ٮع اكف ‪ٝ‬ؽ اردكت حمؿ‪٦‬ة يٕـر ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬رشاع دأديجة هل‪ .‬ك‪٬‬ؾا اتلٕـيؿ ‪ٛ٦‬ٮض إىل رأم اإل‪٦‬ةـ ‪ ,‬ك‪٦ ٜٚ‬ة يؿاق يف ظؽكد‬
‫املى‪٤‬عح كَج‪ٞ‬ة ل‪٤‬رشع ‪٧٠ ,‬ة ‪٬‬ٮ ‪٦‬جني يف مىُ‪٤‬ط (دٕـيؿ) ‪ ,‬ألف امل‪ٞ‬ىٮد ‪ ٫٪٦‬الـصؿ ‪ ,‬كأظٮاؿ اجلةس ‪ٚ‬ي‪ ٫‬خمذ‪ٛ٤‬ح ‪٤ٚ ,‬لك ‪٦‬ة ي‪٪‬ةقج‪.٫٪٦ ٫‬‬
‫ك‪٬‬ؾا إف ‪ٝ‬ىؽ ث٭ؾق األمٮر اتلع‪ٞ‬ري‪ .‬أ‪٦‬ة إف ‪ٝ‬ىؽ اتلٕ‪٤‬ي‪ ٥‬أك اتلججي‪ ٫‬ىلع اخلُأ أك حنٮ ذل‪ - ٟ‬كل‪ ٥‬ي‪ٞ‬ىؽ حت‪ٞ‬ريا ‪ٚ -‬ال ثأس ث‪ٚ , ٫‬يٕؿؼ‬
‫‪ٝ‬ىؽق ‪ٝ ٨٦‬ؿاا‪ ٨‬األظٮاؿ‪.‬‬
‫‪ .12‬تزَمح يسًىدَح فٍ شزذ طزَمح دمحمَح وشزَعح َثىَح ألتٍ سعُذ انخاديً انسُفٍ خـ ‪ | 4‬طـ ‪270‬‬
‫(اثلة‪ ٨٦‬كاألربٕٮف ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح كْل إي‪ٞ‬ةع اجلةس يف االًُؿاب أك االػذالؿ كاالػذالؼ كاملع‪٪‬ح كابلالء ثال ‪ٚ‬ةاؽة ديجيح) ك‪٬‬ٮ ظؿاـ أل‪٫٩‬‬
‫‪ٚ‬كةد يف األرض كإرضار ثةملك‪٧٤‬ني كزيٖ كإحلةد يف ادلي‪٧٠ ٨‬ة ‪ٝ‬ةؿ اهلل دٕةىل {إف اذلي‪ٚ ٨‬ذ‪٪‬ٮا املؤ‪٪٦‬ني كاملؤ‪٪٦‬ةت} اآليح ك‪ٝ‬ةؿ وًل اهلل‬
‫دٕةىل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪{ ٥٤‬ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح ‪٩‬ةا‪٧‬ح ‪ ٨ٕ٣‬اهلل ‪ ٨٦‬أي‪ْٞ‬٭ة} ‪ٝ‬ةؿ امل‪٪‬ةكم ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح لك ‪٦‬ة ين‪ ٜ‬ىلع اإلنكةف كلك ‪٦‬ة يبذٌل اهلل ث‪ٔ ٫‬جةدق‬
‫‪ .13‬فتر انثاري اندشء انثانث عشز ص‪3 :‬‬
‫ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح‪ /‬ك‪ٝ‬ةؿ ٗريق أو‪ ٢‬ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح االػذجةر ز‪ ٥‬اقذٕ‪ٚ ٢٧‬ي‪٧‬ة أػؿصذ‪ ٫‬املع‪٪‬ح كاالػذجةر إىل امل‪١‬ؿكق ز‪ ٥‬أَ‪ٞ٤‬خ ىلع لك م‪١‬ؿكق أك آي‪ ٢‬إحل‪٫‬‬
‫اك‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ كاالز‪ ٥‬كاتلعؿي‪ ٜ‬كا‪ٌٛ٣‬يعح كا‪ٛ٣‬ضٮر كٗري ذل‪ .ٟ‬ا‪٬‬‬
‫‪ .14‬انُظُسح انكافُح – نسُذٌ انشُخ أزًذ سروق (‪)6 / 1‬‬
‫ّ َّ َ‬ ‫كأ‪٦‬ة ابلةَ‪ٚ /٢‬لك يشء ‪٣‬حف ‪ ٨٦‬احل‪ ،ٜ‬كال ي٭ؽم إحل‪ٝ ،٫‬ةؿ اهلل قجعة‪٧َٚ( /٫٩‬ةذا ث َ َ‬
‫ٕؽ احل َ ِ‪ ٜ‬إِال الٌالؿ)‪.‬‬
‫ك‪ ٨٦‬ابلةَ‪ /٢‬الكعؿ‪ ،‬كا‪٤ُ٣‬ك‪٧‬ةت‪ ،‬كا‪ٕ٣‬ـاا‪ ،٥‬كاألماكؿ‪ ،‬كاملٮادل‪ ،‬كاخلٍ كا‪ٛ٣‬أؿ‪ ،‬كا‪ٞ٣‬ؿٔح‪.....‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ‪ ...‬ك‪ ٨٦‬ذل‪ٝ ٟ‬ٮؿ الؿص‪ ٢‬مل‪ ٨‬يٕؾهل‪،‬‬
‫اهلل َ ‪٦‬ة أَ َ‬
‫رشًل‪٪‬ة) يؿيؽكف االظذضةج‬ ‫مةء ُ‬‫كي‪٤‬ٮ‪ ٫٦‬ىلع د‪ٛ‬ؿيُ‪٦ /٫‬ة ك‪ٞٚ‬خ ذلل‪ ،ٟ‬ك‪٬‬ؾق لك‪٧‬ح ظ‪ ٜ‬أريؽ ث٭ة ثةَ‪ ،٢‬ك‪٬‬ٮ ‪ٞ٠‬ٮؿ ال‪ٛ١‬ةر (لَٮ َ‬

‫أل‪ٛ٩‬ك٭‪ ٥‬ثة‪ٞ ٣‬ؽر‪٤ٚ ،‬ٮ ‪ٝ‬ةلٮا ىلع ص٭ح األدب لاكف ظك‪٪‬ة‪ ،‬إذ لٮ مةء اهلل هلؽا‪ ٥٬‬أدمٕني‪ ،‬كإ‪٧٩‬ة اك‪٩‬ٮا يف ذل‪٦ ٟ‬ؾمٮ‪٦‬ني‪ٞ٣ ،‬ىؽ‪ٞ٩ ٥٬‬ي‬
‫احلك‪ ٥‬ث‪٪‬يف األقجةب‪ ،‬رصٮاع ل‪ٞ٤‬ؽر‪ .‬ك‪٣‬حف كو‪ٛ‬ح دٕةىل ثةحل‪١‬ي‪ ،٥‬ثأكىل ‪ ٨٦‬كو‪ ٫ٛ‬ثة‪ٞ٣‬ؽيؿ‪ ،‬كال ثة‪١ٕ٣‬ف‪ٚ ،‬ة‪ٞ٣‬يةـ ‪ ٓ٦‬ص٭ح دُٕي‪٢‬‬
‫لألػؿل‪.‬‬
‫‪ .15‬شزذ انُىوٌ عهً يسهى ‪)173 / 7( -‬‬
‫‪ٝ‬ٮهل ( ‪ٝ‬ةلٮا ال ظك‪ ٥‬اال هلل ‪ٝ‬ةؿ ىلع لك‪٧‬ح ظ‪ ٜ‬أريؽ ث٭ة ثةَ‪٪ٕ٦ ) ٢‬ةق أف اللك‪٧‬ح أو‪٤‬٭ة وؽؽ ‪ٝ‬ةؿ اهلل دٕةىل اف احلك‪ ٥‬اال هلل ل‪٪١‬٭‪٥‬‬
‫أرادكا ث٭ة اال‪٩‬كةر ىلع ٌٔل ريض اهلل ٔ‪ ٫٪‬يف حت‪١‬ي‪٫٧‬‬
‫‪ .16‬انًُهح انسىٌ شزذ أطىل طزَمح انسادج ال تاعهىٌ نهسثُة سٍَ تٍ إتزاهُى تٍ سًُظ طـ ‪317-316‬‬
‫دججي‪ٝ /٫‬ةؿ النيغ اإل‪٦‬ةـ أمحؽث‪ ٨‬زي‪ ٨‬احلبيش ‪ ٓٛ٩‬اهلل ث‪ /٫‬ا‪ٕ٣‬ةل‪ ٥‬إذا دك‪ ٥٤‬ث‪٧‬ة يٕ‪ ٥٤‬وعذ‪ ٫‬ثةَ‪٪‬ة يف ‪ٛ٩‬ف األمؿ كًلٮ‪ ٫٩‬يف ‪ٕ٦‬ىن ‪٦‬ة ي‪ٞ‬ٮؿ‬
‫ىلع ثىرية ‪ ٨٦‬أمؿق ‪ٚ‬٭ٮ يف ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬وةدؽ‪ ،‬كل‪ ٫٪١‬أػُأ ‪ ٨٦‬ظير د‪ ٫ْٛ٤‬ث‪٧‬ة ‪٬‬ٮ يٮ‪ ٥٬‬إماكال كإف ل‪ ٥‬يك‪٪ٔ ٨‬ؽق ‪٬‬ٮ ذل‪ ٟ‬إماكؿ‪ ،‬كل‪٫٪١‬‬
‫يٮ‪ ٓٝ‬يف النج٭ح ٔ‪٪‬ؽ ٗريق‪ٚ ،‬يٕيص ث‪ ٫ُٞ٪‬ثؾل‪ ٟ‬كي‪ ٨٦ ٓ٪٧‬اتل‪ . ِٛ٤‬كإف اكف يٕ‪ ٥٤‬وعح ‪٦‬ة ي‪ٞ‬ٮؿ‪ ،‬ك‪ ٨٦‬أ‪٩‬كؿ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬د‪ٚ ٫ْٛ٤‬ال ثأس ىلع‬
‫امل‪١٪‬ؿ‪ .‬كإف ادىع ا‪ٞ٣‬ةا‪ ٢‬أف مؿادم ‪٠‬ؾا ‪ٚ‬ي‪ٞ‬ةؿ هل‪ /‬ل‪ ٥‬ال ٔربت ٔ‪٧‬ة يىط اجلُ‪ ٜ‬ثٓ رشاع؟ كال ظك‪ ٥‬جلة إال ىلع ‪٦‬ة دك‪٧٤‬خ ال ىلع ‪٦‬ة‬
‫أً‪٧‬ؿت‪ .‬ا‪٩‬ذٓل ‪ٝ" ٨٦‬ؿة ا‪ٕ٣‬ني"‪.‬‬

‫‪4‬‬
Jalsah Tsaniyah
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Athoillah sholahuddin 1. Bpk. Sunandi
Anwar 2. Bpk. Tohari Muslim
2. KH. Ibrahim A. Hafizh 3. M. Hizbullah al-Haq Bpk. Ma’rifatussolihin
3. KH. Munir Akromin 4. Agus HM. Aris Alwan
4. KH. Ahmad Bahrul Huda 5. Bpk. Najib Yasin
5. KH. Muhibbul Aman Ali 6. Agus Arif Ridwan Akbar
NOTULEN
6. K. Zahro Wardi 7. Bpk. Ahmad Rahmatullah
7. Agus H. Syamsul Mu’in 8. Bpk. A. Kafi Ridlo Bpk. Moch. Ihsanuddin
9. Bpk. Adzim Fadlan Bpk. Abu Syamsuddin
10. Bpk. Mubasyarum Bih Bpk. M. Faurok Tsabat

Memutuskan

2. TINGGAL BERSAMA SAUDARA IPAR | Mutakhorrijin 2016


Deskripsi Masalah
Dalam kitab I'anat ath-Tholibin terdapat redaksi demikian:
.‫ذ٭ة‬٦‫جةح حلؿ‬٦ ‫كةظ٭ة ىلع اتلأثيؽ بكجت‬٩ ‫ ظؿـ‬٨٦ ‫٭ة‬٩‫ٮا املعؿـ ثأ‬ٚ‫ؽ ٔؿ‬ٝ‫ك‬
Mahram adalah orang yang selamanya haram dinikahi.
Berarti dapat kita simpulkan bahwa saudara perempuannya suami (ipar) ataupun istrinya
saudara laki-laki adalah bukan termasuk mahram, karena hukum haram menikahi tidak
selamanya. Padahal, sebagian besar dari kita banyak sekali yang tinggal satu rumah dengan
saudara ipar. Bahkan tidak hanya tinggal satu rumah, tapi juga beraktifitas bersama,
bercengkrama bersama, menonton TV bersama dll. layaknya mahram sendiri.
Sementara dalam kitab al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubro dijelaskan berikut:
(106 /4( ‫انفتاوي انفمهُح انكثزي‬
‫ األػؿل‬٨٦ ‫ؿأل‬٧‫ة ث‬٧‫٭‬٪٦ ‫ لك كاظؽ‬٨‫ك‬٣ ٜٚ‫يف املؿا‬٤‫ ىلع ثحذني خمذ‬٢٧‫خ دار تنذ‬٩‫بيح األكىل إذا اك‬٪‫ٮة ثةألص‬٤‫ يف اخل‬٢‫ مكةا‬٨ٔ ٢‫كقب‬
ٜٚ‫ٌف املؿا‬ٛ‫ذ‬٦ ‫ح ىلع ثحذني‬٤٧‫خ دار منذ‬٩‫يح إذا اك‬٩‫ أـ ال اثلة‬ٟ‫ؾل‬٠ ‫ٮ‬٬ ٢‫٭‬ٚ ‫ٮة‬٤‫حف خب‬٣ ‫ؾا‬٬ ‫٭ةء أف‬ٞٛ٣‫ؿ الكـ ا‬٬‫ْة‬ٚ ‫سال‬٦ ‫٭ؾق الىٮرة‬٠
‫ ثٌف يشء‬٨‫ك‬٣ ‫ٮة‬٤‫ؾا ػ‬٬ ‫ أف‬٥‫٭‬٦‫رصيط الك‬ٚ ‫سال‬٦ ‫ةت‬ٚ‫ُٕة‬٩‫ ثة‬٫‫ إحل‬٢‫ةق أك يٮو‬ٛٝ ‫ اآلػؿ ثأف يكٮف يف‬٨ٔ ‫ة اغات‬٧‫٭‬٪٦ ‫ لك كاظؽ‬٨‫ك‬٣
‫سرية‬٠ ‫ف كخمةزف‬٤‫خ ىلع دل‬٤٧‫ٮة أـ ال اثلةثلح دار امذ‬٤‫ؾا ػ‬٬ ‫ يكٮف‬٢‫٭‬ٚ ‫بيح يف آػؿ‬٪‫ كامؿأة أص‬٢‫خ امؿأة يف أظؽ ابلحذني كرص‬٩‫ لٮ اك‬٫٩‫أ‬
٢‫٭‬ٚ ‫ املؼةزف كالؿصٮع‬٨٦ ‫ةوؽة أػؾ ثٕي احلٮااش‬ٝ ‫ امؿأة‬٫‫ؿت ث‬٧ٚ ‫ف‬٤‫ يف املض‬٢‫ؿآق كرص‬٧‫ف أك ث‬٤‫ مؿأل املض‬٨ٔ ‫خ اغاجح‬٩‫قٮاء اك‬
‫ أك دار‬٢ٛ‫ٮ كق‬٤ٔ ‫يب يف ظضؿدني أك‬٪‫خ املؿأة كاألص‬٪١‫ إذا ق‬٥‫ٮهل‬ٝ ٨٦ ٥٤ٕ‫ؾق الىٮر اثلالث ي‬٬ ٥‫ٮهل ظك‬ٞ‫أصةب ث‬ٚ ‫ٮة أـ ال‬٤‫ؾا ػ‬٬
‫ح‬٪٠‫خ املكة‬٦‫ؿ ظؿ‬٠‫إف احتؽا يف كاظؽ ممة ذ‬ٚ ‫ُجغ أك ػالء أك ثرئ أك ممؿ أك قُط أك مىٕؽ هل‬٧٠ ٜٚ‫كظضؿة امرتط أف ال يذعؽا يف مؿ‬
‫ة ىلع اآلػؿ أك‬٧٬‫ ممؿ أظؽ‬٨‫ك‬٣ ٜ٤ٗ ‫ ثةب أك يكؽ أك‬٨٦ ‫ة‬٧‫٭‬٪‫ة ثح‬٦ ٜ٤٘‫ ي‬٥‫ة يف اللك كل‬ٛ٤‫ح كًلؾا إف اػذ‬٦‫ٮة املعؿ‬٤‫ؼ‬٤‫ح ل‬٪ْ٦ ‫٭ة ظيجبؾ‬٩‫أل‬
‫ألف ثةب‬ٚ ‫ة األكىل‬٦‫ذ٭ة يف وٮر الكؤاؿ اثلالث أ‬٧٤ٔ ‫ؾق الىٮر‬٬ ‫ح يف‬٦‫خ احلؿ‬٧٤ٔ ‫ اآلػؿ كإذا‬٨‫ة يف مكك‬٧٬‫ أظؽ‬٨‫ثةب مكك‬
‫ي٭ة أيٌة أف ثةب‬ٚ‫ح ك‬٦‫٭ة اكؼ يف احلؿ‬٪٦ ‫ةؽ كاظؽ‬ٛ‫ؿر أف اد‬ٞ‫ؽ د‬ٝ‫ ك‬ٜٚ‫ةؽ املؿا‬ٛ‫الد‬ٚ ‫يح‬٩‫ة اثلة‬٦‫ اآلػؿ كأ‬٨‫ة يف مكك‬٧٬‫ أظؽ‬٨‫مكك‬
‫ة ىلع اآلػؿ‬٧٬‫ألف ممؿ أظؽ‬ٚ ‫ة اثلةثلح‬٦‫ؿر كأ‬ٞ‫ة د‬٧٠ ‫ٮ حمؿـ أيٌة‬٬‫ اآلػؿ ك‬٨‫ة يف مكك‬٧٬‫ أظؽ‬٨‫مكك‬

Pertimbangan
 Pasutri belum mampu membeli/ mengontrak rumah sendiri, apalagi saudara ipar yang masih
ikut orang tua.
 Kejadian ini sudah sangat lumrah terjadi di masyarakat.

5
‫‪Pertanyaan‬‬
‫‪a. Bagaimana hukumnya tinggal satu rumah ataupun beraktivitas bersama saudara ipar dengan‬‬
‫?‪pertimbangan di atas‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Menurut madzhab Syafi’iyyah, tidak diperbolehkan karena berpotensi terjadi hal-hal yang‬‬
‫‪diharamkan seperti khalwat, melihat aurat, ikhtilath dan lain-lain.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Fatawa al-Kubro, vol. 4, h. 107. 3. Ghoyat at-Talkhis, h. 189.‬‬
‫‪2. Syarh al-Bahjah vo 16, h. 495. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬انفتاوي انفمهُح انكثزي ج‪ 4:‬ص‪107 :‬‬


‫‪ ٥ٕ٩‬دؿد‪ ٓٛ‬احلؿ‪٦‬ح يف لك ‪ ٨٦‬د‪ ٟ٤‬الىٮر ثأف يكٮف ‪ٕ٦‬٭ة حمؿـ هلة رص‪ ٢‬أك امؿأة أك هل امؿأة كينرتط يف املعؿـ ‪٠‬ٮ‪ ٫٩‬ممزيا ‪٦‬ذي‪ْٞ‬ة كلٮ‬
‫أُٔل ذا ‪ُٚ‬ة‪٩‬ح حبير يجذيف حبرضد‪ ٫‬اعدة ك‪ٝ‬ٮع ‪ٚ‬ةظنح كيكيف ٔ‪ ٨‬املعؿـ امؿأة ز‪ٞ‬ح حيتن‪٧‬٭ة حليةء‬
‫‪ .2‬شزذ انثهدح انىردَح ‪ -‬يع زاشُح انشُخ عثذ انززًٍ انشزتٍُُ (‪)495 / 16‬‬
‫( كصةز يف ا‪ٛ٣‬ةً‪ ) ٢‬أم كصةز ذلم ا‪ٕ٣‬ؽة ( أف يكة‪٪٠‬ة ) املٕذؽة يف ا‪ٞ٣‬ؽر ا‪ٛ٣‬ةً‪ ٨ٔ ٢‬ظةصذ٭ة ( ك ) أف ( يؽػ‪٤ٔ ) ٢‬ي٭ة ( اخل‪٤‬ٮة ) يف‬
‫املكك‪ ٨‬الٮاقٓ ( ظير ) اك‪٩‬خ ( صةري‪ ٫‬كحمؿـ ) هل أك هلة ( ممزي ك ) زكصح ( زة‪٩‬ي‪ ٫‬كامؿأة ي٭ةب ) ‪٬‬ٮ الك ‪٪٦‬٭‪ ٨‬كحيتن‪٧‬٭ة ظيةء أك ػٮ‪ٚ‬ة (‬
‫ٔ‪٪‬ؽ ا‪ُ٣‬ة‪ ) ٜ٣‬املٕذؽة ‪ ٫٪٦‬ال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء املعؾكر اآليت ‪٣‬ك‪ ٨‬يكؿق ذل‪ ٟ‬؛ أل‪ ٫٩‬ال يؤ‪ ٫ٕ٦ ٨٦‬اجلْؿ أ‪٦‬ة إذا ل‪ ٥‬يك‪٪ٔ ٨‬ؽ‪٬‬ة أظؽ مم‪ ٨‬ذ‪٠‬ؿ ‪ٚ‬ال‬
‫جيٮز ذل‪ ٟ‬ظؾرا ‪ ٨٦‬اخل‪٤‬ٮة ث٭ة‪....‬اىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ ( ....‬أك أ‪ٚ‬ؿدت ث‪ٛ٧‬ؿد املؿا‪ ) ٜٚ‬أم صةز أف يكة‪٪٠‬٭ة ظير اكف ٔ‪٪‬ؽ‪٬‬ة كاظؽ مم‪ ٨‬ذ‪٠‬ؿ ‪٧٠‬ة مؿ‬
‫أك ظير أ‪ٚ‬ؿدت ث‪٧‬ٮًٓ د‪ٛ٪‬ؿد مؿا‪ ٨ٔ ٫ٞٚ‬مؿا‪٦ ٜٚ‬ة يكك‪٬ ٨‬ٮ ‪ٚ‬ي‪ُ٦ ٨٦ ٫‬جغ كمكذع‪ ٥‬كمكرتاح كٗري‪٬‬ة كإف ل‪ ٥‬يك‪٪ٔ ٨‬ؽ‪٬‬ة أظؽ مم‪٨‬‬
‫ذ‪٠‬ؿ كيٕذرب أف ي٘‪٦ ٜ٤‬ة ثح‪٪‬٭‪٧‬ة ‪ ٨٦‬ثةب كأف ال يكٮف ممؿ أظؽ‪٧٬‬ة ىلع اآلػؿ ظؾرا ‪ ٨٦‬اخل‪٤‬ٮة ‪ٝ‬ةؿ األا‪٧‬ح ‪ /‬كلٮ اك‪٩‬خ ادلار كاقٕح كل‪٥‬‬
‫يك‪ٚ ٨‬ي٭ة إال ثيخ كابلةيق و‪ ٙٛ‬ل‪ ٥‬جيـ أف يكة‪٪٠‬٭ة كإف اكف ‪ٕ٦‬٭ة حمؿـ ‪ٚ‬إف ثىن ظةاال كٌلف اذلم يجًف هلة قك‪٦ ٨‬س‪٤‬٭ة ‪ ٫٤ٚ‬ذل‪ ، ٟ‬ز‪٥‬‬
‫إف اكف ثةث‪ ٫‬ػةرصة ‪ٚ‬ؾاؾ كإال امرتط حمؿـ أك حنٮق كّة‪٬‬ؿ الك‪ ٫٦‬صٮاز دػٮهل ٔ‪٤‬ي٭ة ثال حمؿـ أك حنٮق إذا ا‪ٛ٩‬ؿدت ث‪٧‬ؿا‪ ٜٚ‬ك‪٣‬حف مؿادا ‪.‬‬
‫( ‪ٝ‬ٮهل ‪ /‬كصةز إ‪٣‬غ ) دميٓ ‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿ ‪٪٬‬ة جيؿم يف األص‪٪‬بيني ‪ٚ‬يعؿـ تكة‪٪٠‬٭‪٧‬ة يف دار كاظؽة إال إذا ا‪ٛ٩‬ؿد لك ‪٪٦‬٭‪٧‬ة حبضؿة ‪٪٦‬٭ة ‪ ٓ٦‬دٕؽد‬
‫املؿا‪ ٜٚ‬كٗ‪ ٜ٤‬ابلةب ‪٧٠‬ة قيأيت أك كصؽ حمؿـ أك حنٮق ىلع ‪٦‬ة د‪ٞ‬ؿر ق‪ ٥‬ىلع أيب مضةع ( ‪ٝ‬ٮهل ‪ /‬كيٕذرب أف ي٘‪ ) ٜ٤‬أم جيت ؽ ؿ ( ‪ٝ‬ٮهل ‪ /‬كلٮ‬
‫اك‪٩‬خ كاقٕح إ‪٣‬غ ) ‪٬ ٨٦‬ؾا يٕ‪ ٥٤‬دجةي‪ ٨‬مكأ‪٣‬يت املكة‪٪٠‬ح كاخل‪٤‬ٮة ‪ٚ‬إ‪ ٥٤ٔ ٫٩‬صٮاز ػ‪٤‬ٮة الؿص‪ ٢‬ثةألص‪٪‬بيح ‪ ٓ٦‬املعؿـ كا‪٦‬ذ‪٪‬ةع مكة‪٪٠‬ذ‪٫‬‬
‫إية‪٬‬ة ‪ ٫ٕ٦‬إال ٔ‪٪‬ؽ دٕؽد احلضؿ أك اتكةٔ٭ة حبير ال يُ‪ ٓ٤‬أظؽ‪٧٬‬ة ىلع اآلػؿ ‪.‬ا ـه‪.‬ق‪ ٥‬ىلع ع ‪ ٓ٦‬زيةدة ‪ ٨٦‬ظضؿ ( ‪ٝ‬ٮهل كإف اكف ‪ٕ٦‬٭ة‬
‫حمؿـ ) ‪ ٫٤ ٕ٣‬إف اكف ال حيتن‪ ٥‬كال ي‪ ٓ٪٧‬كصٮدق ك‪ٝ‬ٮع ػ‪٤‬ٮة ث٭ة ثةٔذجةر ا‪ٕ٣‬ةدة ا‪٘٣‬ةبلح كإال ‪ٚ‬يف امل‪٪‬٭ةج كرشح ـ ر صٮاز املكة‪٪٠‬ح ظيجبؾ‬
‫‪ٚ‬ؿاصٕ٭‪٧‬ة ‪٣‬ك‪ٝ ٨‬يؽ ظضؿ ث‪٧‬ة إذا اكف اتكةٔ٭ة حبير ال يُ‪ ٓ٤‬أظؽ‪٧٬‬ة ىلع اآلػؿ ز‪ ٥‬ذ‪٠‬ؿ مكأ‪٣‬ح الرشح ‪٬‬ؾق كأ‪ٝ‬ؿ‪٬‬ة دأم‪٢‬‬
‫‪ .3‬غاَح تهخُض انًزاد يٍ فتاوي اتٍ سَاد (ص‪)189 :‬‬
‫(مكأ‪٣‬ح)‪ٚ /‬إذا امذ‪٤٧‬خ ادلار ىلع مك‪٪١‬ني ‪ٚ‬أكرث‪ٚ ،‬كك‪ ٨‬الـكج يف أظؽ‪٧٬‬ة كاملٕذؽة يف اآلػؿ‪ ،‬كٌلف ‪ٕ٦‬٭ة يف ادلار حمؿـ ثىري ممزي أك‬
‫ن‬
‫امؿأة ز‪ٞ‬ح صةز‪ ،‬كظيجبؾ ‪ٚ‬ذضٮز اخل‪٤‬ٮة ث٭ة ‪ ٓ٦‬كصٮد ‪ ٨٦‬ذ‪٠‬ؿ‪ٝ ،‬ةهل يف الؿكًح‪٣ ،‬ك‪ ٨‬األظٮط ػىٮوة يف ‪٬‬ؾا الـ‪٦‬ةف قؽ ‪٬‬ؾا ابلةب‪ٚ ،‬ال‬
‫جيٮز أف يكة‪٪٠‬٭ة يف ثيخ ‪ ٓ٦‬احتةد املؿا‪ ٜٚ‬ككصٮد ‪ ٨٦‬ذ‪٠‬ؿ ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ةهل األذريع أل‪ٝ ٫٩‬ؽ خيؿج حلةصذ‪ ٫‬ك‪ٝ‬ؽ ي٘‪ ،٢ٛ‬كال قي‪٧‬ة إذا اكف الـكصةف أك‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫أظؽ‪٧٬‬ة ‪٣‬حف أ‪٬‬ال ل‪٤‬ذ‪ٞ‬ٮل‪ ،‬كأ‪٦‬ة ‪ْ٩‬ؿق إىل كص‪ ٫‬كًليف املٕذؽة كاألص‪٪‬بيح ‪ٚ‬يف الؿكًح ‪ٞ٩‬ال ٔ‪ ٨‬أكرث األوعةب ال قي‪٧‬ة املذ‪ٞ‬ؽ‪٦‬ني ال حيؿـ‪،‬‬
‫كوٮب‪ ٫‬األق‪٪‬ٮم كصؿل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬يف ا‪ٕ٣‬جةب كامرتط ‪ ٓ٦‬أ‪ ٨٦‬ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح أف ال ي‪ٞ‬ىؽ اتلزلذ ثةجلْؿ ك‪٬‬ٮ ‪٠‬ؾل‪ ،ٟ‬كاذلم يف امل‪٪‬٭ةج ككص٭‪ ٫‬اإل‪٦‬ةـ‬ ‫ّ‬
‫ن‬
‫اتلعؿي‪ٞ٤ُ٦ ٥‬ة‪ ،‬ك‪٬‬ٮ املٕذ‪٧‬ؽ امل‪ٛ‬ىت ث‪ٛ٣ ٫‬كةد الـ‪٦‬ةف‪ ،‬كظير ‪٪٤ٝ‬ة ثةجلٮاز ‪ٚ‬ةملؿصٓ يف ػٮؼ ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح إىل اجلةّؿ‪.‬‬
‫‪ .4‬انُدى انىهاج ج ‪ 8‬طــ ‪177‬‬
‫كلٮ اكف يف ادلار ظضؿة يك‪٪١‬٭ة أظؽ‪٧٬‬ة كاآلػؿ األػؿل ‪ٚ‬إف احتؽت املؿا‪ُ٧٠ ٜٚ‬جغ كمكرتاح امرتط حمؿـ كإال ‪ٚ‬ال ألف احتةد املؿا‪ٜٚ‬‬
‫يؤدم اىل اخل‪٤‬ٮة ‪ٚ‬ةمرتط ‪٦‬ة ي‪٪٦ ٓ٪٧‬٭ة خبالؼ ‪٦‬ة اذا دٕؽدت ‪ٚ‬إ‪٩‬٭ة دىري اكدلاري‪ ٨‬املذضةكري‪.٨‬‬
‫‪ .5‬تسفح انًستاج فٍ شزذ انًُهاج – يع زاشُح انشزواٍَ (‪)184 / 35‬‬
‫( كلٮ اكف يف ادلار ظضؿة ‪ٚ‬ك‪٪١‬٭ة أظؽ‪٧٬‬ة كاآلػؿ األػؿل ‪ٚ‬إف احتؽت املؿا‪ُ٧٠ ٜٚ‬جغ كمكرتاح ) كبرئ كبةلٮٔح كقُط كمىٕؽ كممؿ (‬
‫امرتط حمؿـ ) أك حنٮق مم‪ ٨‬ذ‪٠‬ؿ كػة‪ ٙ٣‬يف ذل‪ ٟ‬ا‪ٞ٣‬ةيض كالؿكيةين ‪ٚ‬عؿ‪٦‬ة املكة‪٪٠‬ح ‪ ٓ٦‬احتةد‪٬‬ة كلٮ ‪ ٓ٦‬املعؿـ كأَةؿ األذريع يف اال‪٩‬ذىةر‬
‫هل إذ ال قبي‪ ٢‬إىل مالز‪٦‬ذ‪ ٫‬هلة يف لك ظؿًلح كبة‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء ذل‪ ٟ‬كصؽت ‪٪ْ٦‬ح اخل‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح كػؿج ث‪ٛ‬ؿً‪ ٫‬الالكـ يف ظضؿدني ‪٦‬ة لٮ ل‪ ٥‬يك‪٨‬‬

‫‪6‬‬
‫يف ادلار إال ثيخ كو‪ٚ ٙٛ‬إ‪ ٫٩‬ال جيٮز أف يكة‪٪٠‬٭ة كلٮ ‪ ٓ٦‬حمؿـ ؛ أل‪٩‬٭ة ال دذ‪٧‬زي ‪ ٨٦‬املكك‪ ٨‬ث‪٧‬ٮًٓ ‪ ٥ٕ٩‬إف ثين ثح‪٪‬٭‪٧‬ة ظةا‪ ٢‬كبٌف هلة ‪٦‬ة‬
‫ي‪٤‬ي‪ ٜ‬ث٭ة ق‪٪١‬ة صةز ( كإال ) يذعؽ يشء ‪٪٦‬٭ة ( ‪ٚ‬ال ) ينرتط حنٮ حمؿـ إذ ال ػ‪٤‬ٮة‬
‫( ‪ٝ‬ٮهل ‪ /‬كأال يذعؽ يشء ‪٪٦‬٭ة ) ثأف اػذه لك ‪ ٨٦‬احلضؿدني ث‪٧‬ؿا‪٩ ٜٚ‬٭ةيح ك‪٘٦‬ين ( ‪ٝ‬ٮهل ‪ٚ /‬ال ينرتط حنٮ حمؿـ ) كجيٮز هل مكة‪٪٠‬ذ٭ة‬
‫ثؽك‪ ٫٩‬؛ أل‪٩‬٭ة دىري ظيجبؾ اكدلاري‪ ٨‬املذضةكردني ‪ ٥ٕ٩‬لٮ اك‪٩‬خ املؿا‪ ٜٚ‬ػةرج احلضؿة يف ادلار ل‪ ٥‬جيـ ؛ ألف اخل‪٤‬ٮة ال د‪٧‬ذ‪ ٓ٦ ٓ٪‬ذل‪ٝ ٟ‬ةهل‬
‫الـرًليش ا ـه‪٘٦‬ين‬
‫‪ .6‬تسفح انًستاج فٍ شزذ انًُهاج – ج‪ 8 :‬ص‪178 :‬‬
‫( ك‪٣‬حف هل مكة‪٪٠‬ذ٭ة كال ‪٦‬ؽاػ‪٤‬ذ٭ة ) أم دػٮؿ حم‪ْ ٢‬ل ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف ل‪ ٥‬يك‪ ٨‬ىلع ص٭ح املكة‪٪٠‬ح ‪ ٓ٦‬ا‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء حنٮ املعؿـ اآليت ‪ٚ‬يعؿـ ٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫ذل‪ ٟ‬كلٮ أُٔل كإف اكف ا‪ُ٣‬الؽ رصٕية كرًيخ ؛ ألف ذل‪ ٟ‬جيؿ ل‪٤‬ؼ‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح ث٭ة ك‪ ٨٦‬ز‪ ٥‬ي‪٤‬ـ‪٦‬٭ة ‪ ٫ٕ٪٦‬إف ‪ٝ‬ؽرت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كالالكـ ‪٪٬‬ة ‪ٚ‬ي‪٧‬ة‬
‫إذا ل‪ ٥‬يـد مك‪٪١‬٭ة ىلع مكك‪٦ ٨‬س‪٤‬٭ة ملة قيؾ‪٠‬ؿق يف ادلار كاحلضؿة كا‪٤ٕ٣‬ٮ كالك‪ٚ( ٢ٛ‬إف اكف يف ادلار) ا‪٣‬يت ‪٣‬حف ‪ٚ‬ي٭ة إال مكك‪ ٨‬كاظؽ‬
‫ل‪٪١‬٭ة ‪٦‬تكٕح هل‪٧‬ة حبير ال يُ‪ ٓ٤‬أظؽ‪٧٬‬ة ىلع اآلػؿ أػؾا ممة يأيت (حمؿـ هلة) ثىري (ممزي) ثأف اكف مم‪ ٨‬حيتن‪ ٥‬كي‪ ٓ٪٧‬كصٮدق ك‪ٝ‬ٮع ػ‪٤‬ٮة‬
‫ث٭ة ثةٔذجةر ا‪ٕ٣‬ةدة ا‪٘٣‬ةبلح ‪ٚ‬ي‪٧‬ة يْ٭ؿ ‪ ٨٦‬الك‪٦‬٭‪ ٥‬كب‪ ٫‬جي‪ ٓ٧‬ثني ‪٦‬ة أك‪٧٬‬ذ‪ٔ ٫‬جةرة املنت كالؿكًح ‪ ٨٦‬اتل‪٪‬ة‪ٝ‬ي يف ذل‪ٟ‬؛ ألف املؽار ىلع ‪٪ْ٦‬ح‬
‫ٔؽـ اخل‪٤‬ٮة كال حتى‪ ٢‬إال ظيجبؾ (ذ‪٠‬ؿ) أك أ‪٩‬ىث كظؾ‪ ٫ٚ‬ل‪ ٥٤ٕ٤‬ث‪ ٨٦ ٫‬زكصذ‪ ٫‬كأ‪٦‬ذ‪ ٫‬ثةألكىل (أك) حمؿـ (هل) ممزي ثىري (أ‪٩‬ىث أك زكصح)‬
‫أػؿل (‪٠‬ؾل‪ ٟ‬أك أ‪٦‬ح أك امؿأة أص‪٪‬بيح) ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬كلك ‪٪٦‬٭‪ ٨‬ز‪ٞ‬ح حيتن‪٧‬٭ة حبير ي‪ ٓ٪٧‬كصٮد‪٬‬ة ك‪ٝ‬ٮع ‪ٚ‬ةظنح حبرضد٭ة كٌلألص‪٪‬بيح ممكٮح أك‬
‫ٔجؽ‪٬‬ة برشط اتل‪٧‬يزي كابلرص كا‪ٕ٣‬ؽا‪٣‬ح‪ .‬كيْ٭ؿ أ‪ ٫٩‬ي‪٤‬ع‪ ٜ‬ثةبلىري يف لك مم‪ ٨‬ذ‪٠‬ؿ أُٔل هل ‪٪ُٚ‬ح ي‪٧‬ذ‪ٕ٦ ٓ٪‬٭ة ك‪ٝ‬ٮع ريجح ث‪٬ ٢‬ٮ أ‪ٝ‬ٮل ‪٨٦‬‬
‫امل‪٧‬زي الكةث‪( ٜ‬صةز) ‪ ٓ٦‬ال‪١‬ؿا‪٬‬ح لك ‪ ٨٦‬مكة‪٪٠‬ذ٭ة إف كقٕذ٭‪٧‬ة ادلار كاال كصت ا‪٩‬ذ‪ٞ‬ةهل ٔ‪٪‬٭ة ك‪٦‬ؽاػ‪٤‬ذ٭ة إف اك‪٩‬خ ز‪ٞ‬ح لأل‪ ٨٦ ٨٦‬املعؾكر‬
‫كظيجبؾ خبالؼ ‪٦‬ة إذا ا‪٩‬ذىف رشط ممة ذ‪٠‬ؿ كإ‪٧٩‬ة ظ‪٤‬خ ػ‪٤‬ٮة رص‪ ٢‬ثةمؿأدني ز‪ٞ‬ذني حيتن‪٧‬٭‪٧‬ة خبالؼ ٔ‪١‬ك‪٫‬؛ أل‪ ٫٩‬يجٕؽ ك‪ٝ‬ٮع ‪ٚ‬ةظنح‬
‫ثةمؿأة ‪٦‬ذى‪ٛ‬ح ثؾل‪ ٓ٦ ٟ‬ظٌٮر ‪٦‬س‪٤‬٭ة كال ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬الؿص‪ ٢‬ك‪ ٫٪٦‬يؤػؾ أ‪ ٫٩‬ال حت‪ ٢‬ػ‪٤‬ٮة رص‪ ٢‬ث‪٧‬ؿد حيؿـ ‪ْ٩‬ؿ‪ٞ٤ُ٦ ٥٬‬ة ث‪ ٢‬كال أمؿد ث‪٧‬س‪٫٤‬‬
‫ك‪٬‬ٮ ‪٦‬ذض‪ ٫‬كال جتٮز ػ‪٤‬ٮة رص‪ ٢‬ث٘ري ز‪ٞ‬ةت كإف ‪٠‬رثف‪ ،‬كيف اتلٮقٍ ٔ‪ ٨‬ا‪ٛٞ٣‬ةؿ لٮ دػ‪٤‬خ امؿأة املكضؽ ىلع رص‪ ٢‬ل‪ ٥‬دك‪ ٨‬ػ‪٤‬ٮة؛ أل‪٫٩‬‬
‫يؽػ‪ ٫٤‬لك أظؽ ا‪٩‬ذٓل كإ‪٧٩‬ة يذض‪ ٫‬ذل‪ ٟ‬يف مكضؽ ‪ُ٦‬ؿكؽ كال ي‪َ ُٓٞ٪‬ةر‪ٝ‬ٮق اعدة ك‪٦‬س‪ ٫٤‬يف ذل‪ ٟ‬ا‪ُ٣‬ؿي‪ ٜ‬أك ٗريق املُؿكؽ ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬خبالؼ‬
‫‪٦‬ة ‪٣‬حف ‪ُ٦‬ؿك‪ٝ‬ة ‪٠‬ؾل‪ٚ .ٟ‬إف ‪٤ٝ‬خ ّة‪٬‬ؿ ‪٬‬ؾا أ‪ ٫٩‬ال حتؿـ ػ‪٤‬ٮة رصةؿ ثةمؿأة ‪٤ٝ‬خ مم‪٪‬ٮع كإ‪٧٩‬ة ‪ٌٝ‬يذ‪ ٫‬أف الؿصةؿ إف أظة‪٣‬خ ا‪ٕ٣‬ةدة دٮاَؤ‪٥٬‬‬
‫ىلع ك‪ٝ‬ٮع ‪ٚ‬ةظنح ث٭ة حبرضد٭‪ ٥‬اك‪٩‬خ ػ‪٤‬ٮة صةاـة كإال ‪ٚ‬ال‪ ،‬ز‪ ٥‬رأيخ يف رشح مك‪ ٥٤‬اتلرصيط ث‪ ٫‬ظير ‪ٝ‬ةؿ حت‪ ٢‬ػ‪٤‬ٮة دمةٔح يجٕؽ‬
‫دٮاَؤ‪ ٥٬‬ىلع ا‪ٛ٣‬ةظنح جلعٮ والح أك مؿكءة ثةمؿأة ل‪ ٫٪١‬ظاكق يف املض‪٧‬ٮع ظاكيح األكص‪ ٫‬الٌٕي‪ٛ‬ح كرأيخ ثٌٕ٭‪ ٥‬أذ‪٧‬ؽ األكؿ ك‪ٝ‬يؽق‬
‫ث‪٧‬ة إذا ‪ ُٓٝ‬ثة‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء الؿيجح ‪ ٨٦‬صة‪٩‬ج‪ ٫‬كصة‪٩‬ج٭ة‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ ٓ٦ /‬ال‪١‬ؿا‪٬‬ح) ‪٠‬ؾا يف امل٘ين (‪ٝ‬ٮهل‪ /‬إف كقٕذ٭‪٧‬ة ادلار) د‪ٞ‬ؽي‪٬ ٥‬ؾا الرشط ىلع ‪ٝ‬ٮهل ك‪٦‬ؽاػ‪٤‬ذ٭ة ي‪ٞ‬ذيض ٔؽـ أذجةرق ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف أَ‪ٜ٤‬‬
‫‪ٝ‬ٮهل الكةث‪ ٜ‬ل‪٪١‬٭ة ‪٦‬تكٕح إ‪٣‬غ كو‪٪‬يٓ الؿكض ‪ٝ‬ؽ ي‪ٛ‬٭‪٠ ٥‬ؾل‪ ٟ‬أف اتكةع ادلار إ‪٧٩‬ة ينرتط يف املكة‪٪٠‬ح دكف دلؿد املؽاػ‪٤‬ح كحنٮ‪٬‬ة ‪٣‬ك‪٨‬‬
‫و‪٪‬يٓ رشظ‪ٝ ٫‬ؽ ي‪ٛ‬٭‪ ٥‬أ‪ ٫٩‬رشط ‪ٚ‬ي٭‪٧‬ة ا‪ ٬‬ق‪ٝ(٥‬ٮهل‪ /‬خبالؼ ٔ‪١‬ك‪ ٫‬إ‪٣‬غ) ٔجةرة امل٘ين كحيؿـ ‪٧٠‬ة يف املض‪٧‬ٮع ػ‪٤‬ٮة رص‪٤‬ني أك رصةؿ ثةمؿأة‬
‫كلٮ ثٕؽت مٮاَأد٭‪ ٥‬ىلع ا‪ٛ٣‬ةظنح؛ ألف اقذعيةء املؿأة ‪ ٨٦‬املؿأة أكرث ‪ ٨٦‬اقذعيةء الؿص‪ ٨٦ ٢‬الؿص‪ ٢‬ا‪.٬‬‬
‫‪ .7‬يع انُاص يشىراخ اختًاعُح نهشُخ دمحم سعُذ ريضاٌ انثىطٍ طــ ‪110‬‬
‫أرصٮ دبيةف احلك‪ ٥‬ا‪ٔٞٛ٣‬ل يف االػذالط ثني األ‪ٝ‬ةرب ‪ٚ‬رلم اربٓ ث‪٪‬ةت أػٮاؿ ال أقذُيٓ راعيذ٭‪ ٨‬ثٕؽ ك‪ٚ‬ةة كادل‪ ٨٬‬إذ ال أقذُيٓ‬
‫اتلعؽث ‪ٕ٦‬٭‪ ٨‬أك ‪ ٓ٦‬كادلد٭‪ ٨‬أل‪٩‬٭‪ ٥‬يذ‪٧‬ك‪١‬ٮف ثٕؽـ االػذالط ظؿ‪ٚ‬ية ‪٧ٚ‬ة احل‪ ٢‬ك‪ ٢٬‬أظةقت إذا ل‪ ٥‬أك‪ٛ٩ ٙ٤‬يس راعيذ٭‪ ٨‬ك‪٨٦ ٨٬‬‬
‫رظِل ‪٧ٚ‬ة احل‪٢‬؟ قةٔؽكين داـ ‪٤ٌٚ‬ك‪( .٥‬اجلٮاب) املعؿـ يف االػذالط ثة‪٣‬جكةء األص‪٪‬بيةت ‪٬‬ٮ اخل‪٤‬ٮة ث٭‪ ٨‬كدلةلكذ٭‪ ٨‬ك‪٦ ٨٬‬ذربصةت أك‬
‫‪٦‬ذض‪٧‬الت ثـي‪٪‬ح كب‪٪‬ةت ػةل‪ ٨٦ ٟ‬األص‪٪‬بيةت ٗري أين أٔذ‪ٞ‬ؽ أف ‪ ٨٦‬ا‪٣‬حكري ٔ‪٤‬ي‪ ٟ‬راعيذ٭‪ ٨‬كاال‪٬‬ذ‪٧‬ةـ ث٭‪ ٨‬دكف ظةصح اىل اتلٮرط يف‬
‫االػذالط املعؿـ اذلم ذ‪٠‬ؿت ل‪ ٟ‬ظؽكدق كأ‪٩‬خ ملك‪ ٙ‬ثؿاعيذ٭‪ ٨‬يف ‪٬‬ؾق احلؽكد املرشكٔح‪.‬‬
‫‪ .8‬لزج انعٍُ تفتاوي عهًاء انسزيٍُ ص‪32 :‬‬
‫(‪٦‬ة ‪ٝ‬ٮ‪٣‬ك‪ )٥‬يف املؿأة ‪ ٢٬‬جيٮز هلة أف دأك‪ٗ ٓ٦ ٢‬ري حمؿ‪٦‬٭ة؟ (اجلٮاب) ‪ٝ‬ةؿ ‪٦‬ةل‪ /ٟ‬دأك‪ ٢‬املؿأة ‪ٗ ٓ٦‬ري ذم حمؿـ ك‪ٗ ٓ٦‬ال‪٦‬٭ة ك‪ٝ‬ؽ دأك‪ٓ٦ ٢‬‬
‫زكص٭ة كٗريق مم‪ ٨‬يؤالك‪٧٠ ،٫‬ة يف اخلؿيش‪[ .‬مكأ‪٣‬ح] الؿصٕيح ال جيٮز مل‪ٞ٤َ ٨‬٭ة أف ي‪ْ٪‬ؿ إحل٭ة ثزلة كلٮ لنٕؿ أك لٮص‪ ٫‬كًل‪ٛ‬ني‪ ،‬كال جيٮز هل‬
‫اخل‪٤‬ٮة ث٭ة كال أف يكك‪ٕ٦ ٨‬٭ة يف دار ػةحلح‪ ،‬كأ‪٦‬ة يف دار صة‪ٕ٦‬ح هل كل‪٪٤‬ةس ‪ٚ‬ضةاـ كلٮ أٔـب كال جيٮز هل األك‪ٕ٦ ٢‬٭ة كلٮ اكف ‪٨٦ ٫ٕ٦‬‬
‫حي‪ْٛ‬٭ة ‪ٚ‬لك ‪ ٨٦‬اخل‪٤‬ٮة كاألك‪ٕ٦ ٢‬٭ة كق‪٪١‬ةق ‪ٕ٦‬٭ة ‪ٛ٪٦‬ؿدي‪ ٨ٔ ٨‬اجلةس ظؿاـ كلٮ اكف ‪٩‬حذ‪ ٫‬رصٕذ٭ة كإ‪٧٩‬ة مؽد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬خلال يذؾ‪٠‬ؿا ‪٦‬ة اكف‬
‫‪ٚ‬يضة‪ٕ٦‬٭ة‪٠ .‬ؾا يف دس يف ثةب الؿصٕح‪.‬‬

‫‪7‬‬
‫‪ .9‬زاشُح انثدُزيٍ عهً شزذ يُهح انطالب ج‪ 3:‬ص‪325 :‬‬
‫‪ٝ‬ٮهل ( محبة ) أم أل‪٦‬سةهلة ‪ ٨٦‬حنٮ مؿآة ظش كرـ كٔجةرة ـ ر ػؿج ‪٦‬سةهلة ‪ٚ‬ال حيؿـ ‪ْ٩‬ؿق يف حنٮ مؿآة ‪٧٠‬ة أ‪ٚ‬ىت ث‪ ٫‬دمٓ أل‪ ٫٩‬ل‪ ٥‬يؿ‪٬‬ة ك‪٣‬حف‬
‫الىٮت ‪٪٦‬٭ة ‪ٚ‬ال حيؿـ ق‪٧‬ةٔ‪٦ ٫‬ة ل‪ ٥‬خي‪ٚ ٫٪٦ ٙ‬ذ‪٪‬ح كًلؾا لٮ اتلؾ ث‪ ٫‬ىلع ‪٦‬ة حبس‪ ٫‬الـرًليش ك‪٦‬س‪٤‬٭ة يف ذل‪ ٟ‬األمؿد ا ‪ ٬‬ك‪ٝ‬ةؿ ع ش ‪ٝ‬ٮهل كًلؾا‬
‫لٮ اتلؾ ث‪ ٫‬أم ‪ٚ‬يضٮز ألف الزلة ‪٣‬حكخ ثةػذيةر ‪ ٫٪٦‬ا ‪ ٬‬كيف رشح الؿكض ػال‪ ٫ٚ‬كٔجةرد‪ ٫‬أ‪٦‬ة اجلْؿ كاإلو٘ةء لىٮد٭ة ٔ‪٪‬ؽ ػٮؼ ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح أم‬
‫ادلايع إىل دمةع أك ػ‪٤‬ٮة أك حنٮ‪٧٬‬ة ‪ٚ‬عؿاـ كإف ل‪ ٥‬يك‪ٔ ٨‬ٮرة ثةإلدمةع ز‪ٝ ٥‬ةؿ ‪ٝ‬ةؿ الـرًليش كي‪٤‬ذع‪ ٜ‬ثةإلو٘ةء لىٮد٭ة ٔ‪٪‬ؽ ػٮؼ‬
‫ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح اتلزلذ ث‪ ٫‬كإف ل‪ ٥‬خي‪ٛ‬٭ة ا ‪ ٬‬كأذ‪٧‬ؽق ميؼ‪٪‬ة ا‪ٕ٣‬ـيـم كميؼ‪٪‬ة ح ؼ كا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ أف الكـ ع ش ق٭ٮ ‪ ٫٪٦‬أك أ‪ٚ ٫٩‬٭‪ ٥‬أف ا‪٣‬تنبي‪ ٫‬يف الكـ‬
‫ـ ر راصٓ ل‪٪٤‬يف ‪ ٓ٦‬أ‪ ٫٩‬راصٓ ل‪٪٧٤‬يف ألف الـرًليش مرصح ثةحلؿ‪٦‬ح ٔ‪٪‬ؽ اتلزلذ ‪٧٠‬ة يؤػؾ ‪ ٨٦‬قيةؽ الك‪١ٚ ٫٦‬ي‪ ٙ‬ي‪ٞ‬ٮؿ ع ش أم ‪ٚ‬ضٮز‬
‫‪ .10‬زاشُح اندًم اندشء انزاتع ص‪467 :‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬أم ذ‪٠‬ؿا اكف أك أ‪٩‬ىث) كلٮ ٗري ز‪ٞ‬ح ‪٧٠‬ة ‪٬‬ٮ ‪ٞ٦‬ذىض الكـ ميؼ‪٪‬ة ػال‪ٚ‬ة ل‪٤‬نيغ اخلُيت ث‪٪‬ةء ىلع أ‪ ٫٩‬جيٮز ػ‪٤‬ٮة رص‪ ٢‬ثةمؿأدني أم‬
‫ز‪ٞ‬ذني حيتن‪٧‬٭ة ‪ ,‬ك‪٬‬ٮ املٕذ‪٧‬ؽ كال حي‪ ٢‬ػ‪٤‬ٮة رص‪ ٢‬ث‪٧‬ؿد حيؿـ ‪ْ٩‬ؿ‪ ٥٬‬كّة‪٬‬ؿق ‪ ,‬كإف اك‪٩‬ٮا ز‪ٞ‬ةت ‪ ,‬كال أمؿد ث‪٧‬س‪ ٫٤‬كّة‪٬‬ؿق كلٮ ز‪ٞ‬ذني كال ػ‪٤‬ٮة‬
‫رص‪ ٢‬ث٘ري ز‪ٞ‬ةت ‪ ,‬كإف ‪٠‬رثت كأ‪٦‬ة ػ‪٤‬ٮة رصةؿ ثةمؿأة ‪ٚ‬إف أظة‪٣‬خ ا‪ٕ٣‬ةدة دٮاَؤ‪ ٥٬‬ىلع ك‪ٝ‬ٮع ‪ٚ‬ةظنح ث٭ة حبرضد٭‪ ٥‬اك‪٩‬خ ػ‪٤‬ٮة صةاـة كإال‬
‫‪ٚ‬ال ا ‪ ٬‬ح ؿ‬
‫‪ .11‬انًىسىعح انففمهُح اندشء انتاسع عشز ص‪267 :‬‬
‫كاخل‪٤‬ٮة ث‪ٕ٧‬ىن اال‪ٛ٩‬ؿاد ثة‪٘٣‬ري دكٮف ‪٦‬جةظح ثني الؿص‪ ٢‬كالؿص‪ , ٢‬كبني املؿأة كاملؿأة إذا ل‪ ٥‬حيؽث ‪٦‬ة ‪٬‬ٮ حمؿـ رشاع ‪ ,‬اكخل‪٤‬ٮة الردكةب‬
‫‪ٕ٦‬ىيح ‪ ,‬كًلؾل‪ْ ٟ‬ل ‪٦‬جةظح ثني الؿص‪ ٢‬كحمةر‪ ٨٦ ٫٦‬ا‪٣‬جكةء ‪ ,‬كبني الؿص‪ ٢‬كزكصذ‪ .٫‬ك‪ ٨٦‬املجةح أيٌة اخل‪٤‬ٮة ث‪ٕ٧‬ىن ا‪ٛ٩‬ؿاد رص‪ ٢‬ثةمؿأة يف‬
‫كصٮد اجلةس ‪ ,‬حبير ال حتذضت أمؼةو٭‪٧‬ة ٔ‪٪‬٭‪ , ٥‬ث‪ ٢‬حبير ال يك‪ٕ٧‬ٮف الك‪٦‬٭‪٧‬ة‪ٞٚ .‬ؽ صةء يف وعيط ابلؼةرم‪{ /‬صةءت امؿأة ‪٨٦‬‬
‫األ‪٩‬ىةر إىل اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ٚ ٥٤‬ؼال ث٭ة} كٔ‪٪‬ٮف اث‪ ٨‬ظضؿ هلؾا احلؽير ثجةب ‪٦‬ة جيٮز أف خي‪٤‬ٮ الؿص‪ ٢‬ثةملؿأة ٔ‪٪‬ؽ اجلةس ‪ ,‬كٔ‪ٞ‬ت‬
‫ث‪ٞ‬ٮهل‪ /‬ال خي‪٤‬ٮ ث٭ة حبير حتذضت أمؼةو٭‪٧‬ة ٔ‪٪‬٭‪ , ٥‬ث‪ ٢‬حبير ال يك‪ٕ٧‬ٮف الك‪٦‬٭‪٧‬ة إذا اكف ث‪٧‬ة خية‪ٚ‬خ ث‪ ٫‬اكليشء اذلم تكذيح املؿأة ‪٨٦‬‬
‫ذ‪٠‬ؿق ثني اجلةس‪ .‬كدكٮف اخل‪٤‬ٮة ظؿا‪٦‬ة اكخل‪٤‬ٮة ثةألص‪٪‬بيح ىلع ‪٦‬ة قيأيت د‪ٛ‬ىي‪ .٫٤‬ك‪ٝ‬ؽ دكٮف اخل‪٤‬ٮة ثةألص‪٪‬بيح كاصجح يف ظةؿ الرضكرة ‪,‬‬
‫‪ ٨٧٠‬كصؽ امؿأة أص‪٪‬بيح ‪ُٕٞ٪٦‬ح يف ثؿيح ‪ ,‬كخيةؼ ٔ‪٤‬ي٭ة اهلالؾ لٮ دؿًلخ‪.‬‬
‫‪ .12‬انثدُزيٍ عهً انًُهح ج‪ 3:‬ص‪228 :‬‬
‫كًةثٍ اخل‪٤‬ٮة اصذ‪٧‬ةع ال دؤ‪ ٫ٕ٦ ٨٦‬الؿيجح اعدة خبالؼ ‪٦‬ة لٮ ‪ ُٓٝ‬ثة‪٩‬ذ‪ٛ‬ةا٭ة اعدة ‪ٚ‬ال يٕؽ ػ‪٤‬ٮة ع ش ىلع ـ ر ‪٠ ٨٦‬ذةب ا‪ٕ٣‬ؽد‪.‬‬
‫‪ .13‬إزُاء عهىو انذٍَ اندشء انثانث ص‪99:‬‬
‫ك‪٬‬ؾا يؽؿ ىلع أ‪ ٫٩‬ال جيٮز ل‪٤‬جكةء دلةلكح ا‪٧ٕ٣‬يةف ‪٧٠‬ة صؿت ث‪ ٫‬ا‪ٕ٣‬ةدة يف املأد‪ ٥‬كالٮالا‪ٚ ٥‬يعؿـ ىلع األُٔل اخل‪٤‬ٮة ثة‪٣‬جكةء كحيؿـ ىلع املؿأة‬
‫دلةلكح األُٔل كحتؽي‪ ٜ‬اجلْؿ إحل‪٘٣ ٫‬ري ظةصح كإ‪٧٩‬ة صٮز ل‪٤‬جكةء حمةدزح الؿصةؿ كاجلْؿ إحل٭‪ ٥‬ألص‪٧ٔ ٢‬ٮـ احلةصح‬
‫‪ .14‬تىشُر عهً اتٍ لاسى ص‪197 :‬‬
‫ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح ْل ‪٦‬ي‪ ٢‬اجل‪ٛ‬ف كداعؤ‪٬‬ة إىل اجل‪٧‬ةع أك ‪ٞ٦‬ؽ‪٦‬ةد‪ ٫‬كالن٭ٮة ‪٬‬ٮ أف ي‪٤‬ذؾ ثةجلْؿ‬
‫‪ .15‬فتر انًعٍُ اندشء انثانث ص‪299 :‬‬
‫(‪٦‬٭‪٧‬ح) حيؿـ ىلع الؿص‪ ٢‬كلٮ ميؼة ‪٧٬‬ة دٕ‪٧‬ؽ ‪ْ٩‬ؿ مئ ‪ ٨٦‬ثؽف أص‪٪‬بيح ظؿة أك أ‪٦‬ح ث‪٘٤‬خ ظؽا تنذٓل ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كلٮ مٮ‪٬‬ةء أك ٔضٮزا كٔ‪١‬ك‪،٫‬‬
‫ػال‪ٚ‬ة ل‪٤‬عةكم اكلؿا‪ٚ‬يع كإف ‪ْ٩‬ؿ ث٘ري م٭ٮة أك ‪ ٓ٦‬أ‪ ٨٦‬ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح (‪ٝ‬ٮهل ػال‪ٚ‬ة ل‪٤‬عةكم اكلؿا‪ٚ‬يع) راصٓ لىٮرة ا‪١ٕ٣‬ف ‪ٚ ٍٞٚ‬إ‪٩‬٭‪٧‬ة ػة‪ٛ٣‬ة يف‬
‫ذل‪ ٟ‬ظير ‪ٝ‬ةال جبٮاز ‪ْ٩‬ؿ املؿأة إىل ثؽف االص‪٪‬يب كاقذؽال ث‪ْ٪‬ؿ اعئنح ريض اهلل ٔ‪٪‬٭ة إىل احلبنح ك‪ ٥٬‬ي‪ٕ٤‬جٮف يف املكضؽ كاجليب (ص)‬
‫(ص) يؿا‪٬‬ة كرد ثأ‪٣ ٫٩‬حف يف احلؽير أ‪٩‬٭ة ‪ْ٩‬ؿت إىل كصٮ‪٬‬٭‪ ٥‬كأثؽا‪٩‬٭‪ ٥‬كإ‪٧٩‬ة ‪ْ٩‬ؿت ‪ٕ٣‬ج٭‪ ٥‬كظؿاث٭‪ ٥‬كال ي‪٤‬ــ ‪ ٫٪٦‬دٕ‪٧‬ؽ ‪ْ٩‬ؿ ابلؽف كإف‬
‫ك‪ ٓٝ‬ثال ‪ٝ‬ىؽ رص‪ٚ‬ذ‪ ٫‬ظةال أك أف ذل‪ ٟ‬اكف ‪ٝ‬ج‪٩ ٢‬ـكؿ آيح احلضةب أك أ‪٩‬٭ة اك‪٩‬خ ل‪ ٥‬دج‪٦ ٖ٤‬ج‪ ٖ٤‬ا‪٣‬جكةء كٔجةرة امل‪٪‬٭ةج كاالوط صٮاز ‪ْ٩‬ؿ‬
‫املؿأة إىل ثؽف أص‪٪‬يب قٮل ‪٦‬ة ثني رسد‪ ٫‬كرًلجذ‪ ٫‬إف ل‪ ٥‬خت‪ٚ ٙ‬ذ‪٪‬ح ‪٤ٝ‬خ االوط اتلعؿي‪٠ ٥‬٭ٮ إحل٭ة كاهلل أٔ‪.٥٤‬‬
‫‪ .16‬انًدًىع شزذ انًهذب ‪)279 / 4( -‬‬
‫كيكتسىن ‪٬ ٨٦‬ؾا لك‪ ٫‬مٮآً الرضكرة ثةف جيؽ امؿأة أص‪٪‬بيح ‪ُٕٞ٪٦‬ح يف ثؿيح كحنٮ ذل‪ٚ ٟ‬يجةح هل اقذىعةث٭ة ث‪ ٢‬جيت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬إذا ػةؼ‬
‫ٔ‪٤‬ي٭ة لٮ دؿًل٭ة ك‪٬‬ؾا ال ػالؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كيؽؿ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ظؽير اعئنح رىض اهلل ٔ‪٪‬٭ة يف ‪ٝ‬ىح اال‪ٟٚ‬‬
‫‪ .17‬انًىسىعح انفمهُح انكىَتُح ‪)267 / 19( -‬‬
‫ك‪ٝ‬ؽ دكٮف اخل‪٤‬ٮة ثةألص‪٪‬بيح كاصجح يف ظةؿ الرضكرة ‪ ٨٧٠ ،‬كصؽ امؿأة أص‪٪‬بيح ‪ُٕٞ٪٦‬ح يف ثؿيح ‪ ،‬كخيةؼ ٔ‪٤‬ي٭ة اهلالؾ لٮ دؿًلخ‬
‫‪ .18‬انفمه اإلساليٍ وأدنته (‪)156 /4‬‬
‫ن‬
‫زة‪٩‬ية ػ رشكط الرضكرة أك ًٮاثُ٭ة ‪/‬‬
‫َّ‬
‫‪٣‬حف لك ‪ ٨٦‬ادىع الرضكرة يك‪ ٥٤‬هل اداعؤق‪ ،‬أك يجةح هل ‪ ٢ٕٚ‬احلؿاـ‪ ،‬كإ‪٧٩‬ة الثؽ ‪ ٨٦‬دٮا‪ٚ‬ؿ رشكط أك ًٮاثٍ ل‪٤‬رضكرة‪ ،‬كْل ‪٦‬ة يأيت (‪/ )1‬‬

‫‪8‬‬
‫‪ - 1‬أف دكٮف الرضكرة ‪ٝ‬ةا‪٧‬ح ال ‪٪٦‬ذْؿة يف املكذ‪ٞ‬ج‪ ،٢‬أم أف حيى‪ ٢‬يف الٮا‪ ٓٝ‬ػٮؼ اهلالؾ ىلع اجل‪ٛ‬ف أك املةؿ ث٘‪٤‬جح ا‪ ٨ْ٣‬حبكت‬
‫اتلضةرب‪ ،‬أك اتلع‪ ٨٦ ٜٞ‬ػُؿ اتل‪ ،ٙ٤‬لٮ ل‪ ٥‬يأك‪ ،٢‬كيكيف يف ذل‪ ٟ‬ا‪٧٠ ،٨ْ٣‬ة يف اإل‪٠‬ؿاق ىلع أك‪ ٢‬احلؿاـ‪ٚ ،‬ال ينرتط ‪ٚ‬ي‪ ٫‬اتلي‪ ٨ٞ‬كال‬
‫اإلرشاؼ ىلع املٮت‪ ،‬ث‪ ٢‬لٮ ا‪٩‬ذٓل إىل ‪٬‬ؾق احلة‪٣‬ح ل‪ ٥‬ي‪ٛ‬ؽ األك‪ ٢‬كل‪ ٥‬حي‪ ٢‬األك‪٧٠ ٢‬ة رصح النة‪ٕٚ‬يح‪.‬‬
‫‪ - 2‬أف يذٕني ىلع املٌُؿ اردكةب املعْٮر الرشيع أم أال يكٮف ‪٪٬‬ةؾ كقي‪٤‬ح أػؿل ‪ ٨٦‬املجةظةت دل‪ ٓٚ‬اخلُؿ إال د‪٪‬ةكؿ احلؿاـ؛ ألف‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫قجت اقذٕ‪٧‬ةؿ املعؿ‪٦‬ةت يف ظةؿ االًُؿار ‪٬‬ٮ رضكرة اتل٘ؾم أٔين إذا ل‪ ٥‬جيؽ محبة ظالال يذ٘ؾل ث‪ .٫‬ك‪٬‬ؾا الػالؼ ‪ٚ‬ي‪.٫‬‬
‫‪ - 3‬أف يذٮا‪ٚ‬ؿ ٔؾر يبيط اإل‪ٝ‬ؽاـ ىلع احلؿاـ‪ ،‬اكحل‪ٛ‬ةظ ىلع اجل‪ٛ‬ف أك ا‪ٌٕ٣‬ٮ ثأف ػةؼ اتل‪ ٙ٤‬إ‪٦‬ة ‪ ٨٦‬صٮع‪ ،‬أك خيةؼ إف دؿؾ األك‪ٔ ٢‬ضـ‬
‫ٔ‪ ٨‬امليش كا‪ ٨ٔ ُٓٞ٩‬الؿ‪ٞٚ‬ح ‪ٚ‬ي٭‪ ،ٟ٤‬أك يٕضـ ٔ‪ ٨‬الؿًلٮب ‪ٚ‬ي٭‪ ،ٟ٤‬كب‪ ٫‬يْ٭ؿ أف لك ‪٦‬ة يبيط اتلي‪ ٥٧‬ػ ‪٧٠‬ةرصح النة‪ٕٚ‬يح كاحل‪٪‬ةث‪٤‬ح ػ‬
‫يبيط د‪٪‬ةكؿ احلؿاـ أك اردكةب املعْٮر‪ٚ ،‬يٕذرب ػٮؼ ظىٮؿ النني ا‪ٛ٣‬ةظل يف ٌٔٮ ّة‪٬‬ؿ ‪٠‬ؼٮؼ َٮؿ املؿض‪ ،‬لك ‪٪٦‬٭‪٧‬ة يبيط األك‪٢‬‬
‫‪ ٨٦‬املعؿ‪٦‬ةت‪.‬‬
‫‪ - 4‬أال خية‪ ٙ٣‬املٌُؿ ‪٦‬جةدئ اإلقالـ‪ٚ ،‬ال حي‪ ٢‬الـ‪٩‬ة كا‪ٞ٣‬ذ‪ ٢‬كا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ كا‪٘٣‬ىت ثأم ظةؿ؛ أل‪٩‬٭ة ‪ٛ٦‬ةقؽ يف ذاد٭ة‪ ،‬كإف اكف يؿػه ظةؿ‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫اإل‪٠‬ؿاق يف ا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ ثةل‪٤‬كةف ‪ ٓ٦‬اَ‪٧‬ب‪٪‬ةف ا‪٤ٞ٣‬ت ثةإلقالـ‪٧٠ ،‬ة يؿػه ثأػؾ َٕةـ ا‪٘٣‬ري كلٮ ‪ٝ‬٭ؿا إذا ل‪ ٥‬يك‪٬ ٨‬ٮ أيٌة مٌُؿا إحل‪ .٫‬كب‪٫‬‬
‫ن‬
‫يْ٭ؿ أف اإلثةظح ختذ‪ ٨ٔ ٙ٤‬الؿػىح؛ ألف اإلثةظح د‪٤ٞ‬ت احلؿاـ ظالال‪ ،‬كدـي‪ ٫٪ٔ ٢‬و‪ٛ‬ح احلؿ‪٦‬ح‪ ،‬كأ‪٦‬ة الؿػىح ‪ٚ‬ذ‪ ٓ٪٧‬اإلز‪ ٥‬كيْ‪ ٢‬ا‪٢ٕٛ٣‬‬
‫ن‬
‫ظؿا‪٦‬ة‪.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪b. Jika tidak boleh, bagaimana solusinya‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪b. Solusinya adalah sebagai berikut:‬‬
‫‪ Dalam madzhab Syafi’iyyah bisa dengan membuat bangunan permanen atau semi‬‬
‫‪permanen yang terpisah beserta fasilitasnya, misalnya MCK, ruang ISHOMA, kamar tidur‬‬
‫‪dll. sehingga aman dari potensi khalwah.‬‬
‫‪ Mengikuti madzhab Hanafiyyah yang memperbolehkan tinggal serumah bersama‬‬
‫‪perempuan yang bukam mahrom dengan ketentuan sebagai berikut:‬‬
‫‪ Apabila kamar atau ruangan tidurnya berbeda, maka disyaratkan pintunya harus‬‬
‫‪terkunci.‬‬
‫‪ Apabila kamar atau ruangan tidurnya hanya satu ruangan, maka disyaratkan harus‬‬
‫‪ada pemisah (ha’il) dan keduanya harus merupakan orang adil.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Bahr ar-Ra’iq, vol. 4, h. 168. 3. Ar-Radd al-Mukhtar, vol. 6, h. 368.‬‬
‫‪2. Ad-Darr al-Mukhtar, vol. 3, h. 538. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬انثسز انزائك شزذ كُش انذلائك ويُسح انخانك وتكًهح انطىرٌ (‪)168 /4‬‬
‫ك‪ٝ‬ؽ اقذ‪ٛ‬يؽ ‪ ٨٦‬الك‪٦‬٭‪ ٥‬أف احلةا‪ ٢‬ي‪ ٓ٪٧‬اخل‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح ‪ٝ‬ةؿ يف ا‪ْ٣‬٭رييح‪ /‬جيٕ‪ ٢‬ثح‪٪‬٭‪٧‬ة ظضةب ظىت ال يكٮف ثح‪ ٫٪‬كبني امؿأة أص‪٪‬بيح‬
‫ػ‪٤‬ٮة كإ‪٧٩‬ة ا‪٠‬ذيف ثةحلةا‪٢‬؛ ألف الـكج ‪ٕ٦‬رتؼ ثةحلؿ‪٦‬ح ا‪.٬‬‬
‫‪ .2‬انذر انًختار وزاشُح اتٍ عاتذٍَ (رد انًستار) (‪)368 /6‬‬
‫كيف األمجةق‪ /‬اخل‪٤‬ٮة ثةألص‪٪‬بيح ظؿاـ إال ملالز‪٦‬ح ‪٦‬ؽيٮ‪٩‬ح ‪٬‬ؿبخ كدػ‪٤‬خ ػؿبح أك اك‪٩‬خ ٔضٮزا مٮ‪٬‬ةء أك حبةا‪٢‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل أك حبةا‪ٝ )٢‬ةؿ يف ا‪٪ٞ٣‬يح‪ /‬قك‪ ٨‬رص‪ ٢‬يف ثيخ ‪ ٨٦‬دار كامؿأة يف ثيخ آػؿ ‪٪٦‬٭ة كللك كاظؽ ٗ‪ ٜ٤‬ىلع ظؽة‪٣ ،‬ك‪ ٨‬ثةب ادلار كاظؽ ال‬
‫يكؿق ‪٦‬ة ل‪ ٥‬جي‪ٕ٧‬٭‪٧‬ة ثيخ ا‪ ٬‬كرمـ هل زالزح رمٮز‪ ،‬ز‪ ٥‬رمـ إىل ‪٠‬ذةب آػؿ ْل ػ‪٤‬ٮة ‪ٚ‬ال حت‪ ٢‬ز‪ ٥‬رمـ كلٮ َ‪ٞ٤‬٭ة ثةا‪٪‬ة‪ ،‬ك‪٣‬حف إال ثيخ كاظؽ‬
‫جيٕ‪ ٢‬ثح‪٪‬٭‪٧‬ة قرتة أل‪ ٫٩‬لٮال الكرتة د‪ ٓٞ‬اخل‪٤‬ٮة ثح‪ ٫٪‬كبني األص‪٪‬بيح‪ ،‬ك‪٣‬حف ‪ٕ٦‬٭‪٧‬ة حمؿـ ‪ٚ‬٭ؾا يؽؿ ىلع وعح ‪٦‬ة ‪ٝ‬ةلٮق ا‪ ٬‬ألف ابلحذني ‪ ٨٦‬دار‬
‫اكلكرتة ث‪ ٢‬أكىل ك‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿق ‪ ٨٦‬اال‪٠‬ذ‪ٛ‬ةء ثةلكرتة مرشكط ث‪٧‬ة إذا ل‪ ٥‬يك‪ ٨‬الـكج ‪ٚ‬ةق‪ٞ‬ة إذ لٮ اكف ‪ٚ‬ةق‪ٞ‬ة حيةؿ ثح‪٪‬٭‪٧‬ة ثةمؿأة ز‪ٞ‬ح د‪ٞ‬ؽر ىلع‬
‫احلي‪٤‬ٮ‪٣‬ح ثح‪٪‬٭‪٧‬ة ‪٧٠‬ة ذ‪٠‬ؿق يف ‪ٚ‬ى‪ ٢‬اإلظؽاد‪.‬ك‪ٝ‬ؽ حبر وةظت ابلعؿ ‪٪٬‬ةؾ ث‪٧‬س‪٦ ٢‬ة ‪ٝ‬ةهل يف ا‪٪ٞ٣‬يح ‪ٞٚ‬ةؿ‪ /‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬أف ي‪ٞ‬ةؿ يف األص‪٪‬بيح‬
‫‪٠‬ؾل‪ ٟ‬كإف ل‪ ٥‬دك‪ٕ٦ ٨‬ذؽد‪ ٫‬إال أف يٮصؽ ‪ ٢ٞ٩‬خبال‪ ،٫ٚ‬كذ‪٠‬ؿ يف ا‪ٛ٣‬ذط أف ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬ظك‪ ٥‬الكرتة إذا ‪٦‬ةت زكص٭ة؛ كٌلف ‪ ٨٦‬كرزذ‪٣ ٨٦ ٫‬حف‬
‫ث‪٧‬عؿـ هلة‪ .‬أ‪ٝ‬ٮؿ‪ /‬ك‪ٝ‬ٮؿ ا‪٪ٞ٣‬يح ك‪٣‬حف ‪ٕ٦‬٭‪٧‬ة حمؿـ ي‪ٛ‬يؽ أ‪ ٫٩‬لٮ اكف ‪ٚ‬ال ػ‪٤‬ٮة كاذلم حتى‪٬ ٨٦ ٢‬ؾا أف اخل‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح دجذيف ثةحلةا‪،٢‬‬

‫‪9‬‬
‫كبٮصٮد حمؿـ أك امؿأة ز‪ٞ‬ح ‪ٝ‬ةدرة ك‪ ٢٬‬دجذيف أيٌة ثٮصٮد رص‪ ٢‬آػؿ أص‪٪‬يب ل‪ ٥‬أرق ‪٣‬ك‪ ٨‬يف إ‪٦‬ة‪٦‬ح ابلعؿ ٔ‪ ٨‬اإلقبيضةيب يكؿق أف يؤـ‬
‫ا‪٣‬جكةء يف ثيخ ك‪٣‬حف ‪ٕ٦‬٭‪ ٨‬رص‪ ٢‬كال حمؿـ‪٦ ،‬س‪ ٢‬زكصذ‪ ٫‬كأ‪٦‬ذ‪ ٫‬كأػذ‪ٚ ٫‬إف اك‪٩‬خ كاظؽة ‪٪٦‬٭‪ٚ ،٨‬ال يكؿق كًلؾا إذا أ‪٦‬٭‪ ٨‬يف املكضؽ ال‬
‫يكؿق ا‪ ٬‬كإَالؽ املعؿـ ىلع ‪ ٨٦‬ذ‪٠‬ؿق د٘‪٤‬يت حبؿ‪ .‬كا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ أف ٔ‪٤‬ح ال‪١‬ؿا‪٬‬ح اخل‪٤‬ٮة‪ ،‬ك‪ٛ٦‬ةدق أ‪٩‬٭ة دجذيف ثٮصٮد رص‪ ٢‬آػؿ‪ ،‬ل‪ ٫٪١‬ي‪ٛ‬يؽ أيٌة‬
‫أ‪٩‬٭ة ال دجذيف ثٮصٮد امؿأة أػؿل ‪ٚ‬يؼة‪٦ ٙ٣‬ة مؿ ‪ ٨٦‬اال‪٠‬ذ‪ٛ‬ةء ثةمؿأة ز‪ٞ‬ح ز‪ ٥‬رأيخ يف ‪٪٦‬يح امل‪ٛ‬يت ‪٦‬ة ‪٩‬ى‪ /٫‬اخل‪٤‬ٮة ثةألص‪٪‬بيح م‪١‬ؿك‪٬‬ح كإف‬
‫اك‪٩‬خ ‪ٕ٦‬٭ة أػؿل ‪٠‬ؿا‪٬‬ح حتؿي‪ ٥‬ا‪ ٬‬كيْ٭ؿ يل أف مؿاد‪ ٥٬‬ثةملؿأة اثل‪ٞ‬ح أف دكٮف ٔضٮزا ال جية‪٦ ٓ٦‬س‪٤‬٭ة ‪٠ ٓ٦‬ٮف ‪ٝ‬ةدرة ىلع ادل‪٪ٔ ٓٚ‬٭ة‬
‫كٔ‪ ٨‬املُ‪ٞ٤‬ح ‪٤ٚ‬يذأم‪٢‬‬
‫‪ .3‬انذر انًختار وزاشُح اتٍ عاتذٍَ (رد انًستار) (‪)537 /3‬‬
‫(كال ثؽ ‪ ٨٦‬قرتة ثح‪٪‬٭‪٧‬ة يف ابلةا‪ )٨‬خلال خيذٌل ثةالص‪٪‬بيح‪ ،‬ك‪ٛ٦‬ةدق إف احلةا‪ ٢‬ي‪ ٓ٪٧‬اخل‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح (كإف ًةؽ املزنؿ ٔ‪٤‬ي٭‪٧‬ة أك اكف الـكج‬
‫‪ٚ‬ةق‪ٞ‬ة ‪ٚ‬ؼؿكص‪ ٫‬أكىل) الف م‪١‬س٭ة كاصت ال م‪١‬س‪ ،٫‬ك‪ٛ٦‬ةدق كصٮب احلك‪ ٥‬ث‪.٫‬ذ‪٠‬ؿق ال‪٧١‬ةؿ (كظك‪ ٨‬أف جيٕ‪ ٢‬ا‪ٞ٣‬ةيض ثح‪٪‬٭‪٧‬ة امؿأة) ز‪ٞ‬ح ‪.‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬ك‪ٛ٦‬ةدق أف احلةا‪ ٢‬إ‪٣‬غ) أم ‪ٛ٦‬ةد اتلٕ‪٤‬ي‪ ٢‬أف احلةا‪ ٢‬ي‪ ٓ٪٧‬اخل‪٤‬ٮة املعؿ‪٦‬ح‪ .‬كي‪٧‬ك‪ ٨‬أف ي‪ٞ‬ةؿ يف األص‪٪‬بيح ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬كإف ل‪ ٥‬دك‪٨‬‬
‫‪ٕ٦‬ذؽد‪ ٫‬إال أف يٮصؽ ‪ ٢ٞ٩‬خبال‪ ٫ٚ‬حبؿ‪ٝ( .‬ٮهل‪ /‬أك اكف الـكج ‪ٚ‬ةق‪ٞ‬ة) أل‪ ٫٩‬إ‪٧٩‬ة ا‪٠‬ذيف ثةحلةا‪ ٢‬ألف الـكج يٕذ‪ٞ‬ؽ احلؿ‪٦‬ح ‪ٚ‬ال ي‪ٞ‬ؽـ ىلع املعؿـ‬
‫إال أف يكٮف ‪ٚ‬ةق‪ٞ‬ة ‪ٚ‬ذط‪ٝ( .‬ٮهل‪ /‬ك‪ٛ٦‬ةدق) أم ‪ٛ٦‬ةد اتلٕ‪٤‬ي‪ ٢‬ثٮصٮب م‪١‬س٭ة كصٮب احلك‪ ٥‬ث‪ ٫‬أم خبؿكص‪٪ٔ ٫‬٭ة‪.‬‬

‫‪3. ZAKAT TIJAROH | Mutakhorrijin 2015‬‬


‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Salah satu restourant besar di pinggir jalan, menyajikan menu yang lezat dan nikmat. Hingga‬‬
‫‪tak heran, jika pendapatan per hari bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Pemilik‬‬
‫‪restorant itu bernama H. Ahmad. Pebisnis sukses yang tak lupa dengan kewajibannya untuk‬‬
‫‪memberikan sebagian hartanya kepada orang yang berhak. Namun beliau bingung, bagaimana‬‬
‫‪dan berapa yang harus dikeluarkan, mengingat di atas meja makannya juga terdapat barang-‬‬
‫‪barang yang remeh seperti tusuk gigi, tissue, kecap, saos dan lain-lain.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫‪a. Apakah barang-barang tersebut masuk dalam penghitungan prosentase zakat? Dan‬‬
‫?‪bagaimana penghitungannya‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Tidak termasuk dalam penghitungan prosentase zakat apabila barang-barang tersebut tidak‬‬
‫‪diniati untuk tijaroh, seperti hanya dijadikan sebagai bahan pelengkap untuk ibahah atau‬‬
‫‪suguhan (dliafah).‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Fiqh al-Manhajiy, vol. 2, h. 26. 3. Al-Minhaj al-Qowim, h. 229.‬‬
‫‪2. Hasyiyah at-Turmusiy, vol. 4, h. 27-28. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬انفمه انًُهدٍ عهً يذهة اإلياو انشافعٍ (‪)26 /2‬‬


‫ٔؿكض اتلضةرة‪ /‬كامل‪ٞ‬ىٮد ثةتلضةرة د‪٤ٞ‬يت املةؿ ثةملٕةكًح ‪٘٣‬ؿض الؿبط‪ ،‬كْل ال ختذه ث‪٪‬ٮع ‪ٕ٦‬ني ‪ ٨٦‬املةؿ‪ ،‬كا‪ٕ٣‬ؿكض ْل الك‪ ٓ٤‬ا‪٣‬يت‬
‫د‪٤ٞ‬ت األيؽم ث٘ؿض الؿبط‬
‫‪ .2‬انتزيسً اندشء انزاتع ص‪37 – 27 :‬‬
‫(‪ٚ‬ى‪ )٢‬يف زٌلة اتلضةرة كْل د‪٤ٞ‬يت املةؿ ثةملٕةكًح ‪٘٣‬ؿض الؿبط كيف ‪٦‬ةؿ اتلضةرة اذلل ال زٌلة يف ٔي‪ ٫٪‬لٮال اتلضةرة اكخلي‪ ٢‬كالؿ‪ٝ‬ي‪ٜ‬‬
‫كاملذٮدل ثني أظؽ اجلٕ‪ ٥‬كٗريق كٗري‪٬‬ة ‪ ٨٦‬قةاؿ ا‪ٕ٣‬ؿكض ك‪٦‬ة دٮدل ‪٪٦‬٭ة ‪٩ ٨٦‬ذةج كز‪٧‬ؿة كٗري‪٧٬‬ة ربٓ ا‪ٕ٣‬رش اد‪ٛ‬ة‪ٝ‬ة ‪٧٠‬ة يف اجل‪ٞ‬ؽي‪ ٨‬أل‪ ٫٩‬ي‪ٞ‬ٮـ‬
‫ث٭‪٧‬ة كرشكَ٭ة أم اتلضةرة ظىت جتت الـٌلة يف ‪٦‬ةهلة قذح األكؿ ا‪ٕ٣‬ؿكض أم ا‪٣‬يت ال جتت الـٌلة يف ٔي‪٪‬٭ة لٮال اتلضةرة دكف اجل‪ٞ‬ؽ ألف الـٌلة‬
‫جتت يف ٔي‪٧٠ ٫٪‬ة مؿ اثلةين ‪٩‬يح اتلضةرة اثلة‪٣‬ر ا‪ٝ‬رتاف اجليح املؾ‪٠‬ٮرة ثةتل‪ ٟ٤٧‬أل ثأكؿ ٔ‪ٞ‬ؽق حلٌ‪ٝ ٥‬ىؽ اتلضةرة إىل ‪٤ٕٚ‬٭ة ‪ ٥ٕ٩‬ال حيذةج‬
‫إىل جتؽيؽ‪٬‬ة يف لك درصؼ الؿاثٓ أف يكٮف اتل‪٤٧‬ي‪ ٟ‬ث‪ٕ٧‬ةكًح حمٌح كْل ا‪٣‬يت د‪ٛ‬كؽ ث‪ٛ‬كةد ا‪ٕ٣‬ٮض اكهلجح ثسٮاب كاإلصةرة جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬أك ‪٦‬ةهل‬
‫أك ‪٦‬ة اقذأصؿق ‪-‬اىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -‬اخلةمف أف ال ي‪٪‬ي ‪٦‬ةؿ اتلضةرة ظةؿ ‪٠‬ٮ‪٩ ٫٩‬ة‪ٝ‬ىة ٔ‪ ٨‬اجلىةب ‪-‬اىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -‬الكةدس أف ال ي‪ٞ‬ىؽ ا‪٪ٞ٣‬يح‬

‫‪10‬‬
‫ث‪٧‬ةؿ اتلضةرة يف أز‪٪‬ةء احلٮؿ ‪٧ٚ‬ىت ‪ٝ‬ىؽ بنيئ ‪ٕ٦‬ني ‪٦ ٨٦‬ةهلة ذل‪ ٟ‬كلٮ إلقذٕ‪٧‬ةؿ حمؿـ ا‪ ُٓٞ٩‬ظٮؿ اتلضةرة ‪ٚ‬يعذةج اىل جتؽيؽ ‪ٝ‬ىؽ‬
‫‪ٞ٦‬ةر‪٩‬ح ل‪٤‬ذرصؼ خبالؼ دلؿد اإلقذٕ‪٧‬ةؿ ثال ‪٩‬يح ‪٪ٝ‬يح ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ال يؤزؿ كا‪٧٩‬ة أزؿ دلؿد ‪٩‬يح ا‪٪ٞ٣‬يح دكف دلؿد ‪٩‬يح اتلضةرة ألف ا‪٪ٞ٣‬يح ْل اإلمكةؾ‬
‫لإل‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ك‪ٝ‬ؽ ا‪ٝ‬رت‪٩‬خ ‪٩‬حذ٭ة ث‪ٚ ٫‬أزؿت خبالؼ اتلضةرة ‪ٚ‬إ‪٩‬٭ة د‪٤ٞ‬يت املةؿ ‪٧٠‬ة مؿ كل‪ ٥‬يٮصؽ ظىت دكٮف ‪٩‬حذ٭ة ‪ٞ٦‬رت‪٩‬ح ث‪.٫‬‬
‫‪ .3‬انًُهاج انمىَى شزذ انًمذيح انسضزيُح (ص‪)229 :‬‬
‫"الؿاثٓ‪ /‬أف يكٮف اتل‪ ٟ٤٧‬ث‪ٕ٧‬ةكًح" حمٌح كْل ا‪٣‬يت د‪ٛ‬كؽ ث‪ٛ‬كةد ا‪ٕ٣‬ٮض اكبليٓ كاهلجح ثسٮاب كاإلصةرة جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬أك ‪٦‬ة اقذأصؿق أك ٗري‬
‫حمٌح اكلىؽاؽ كٔٮض اخل‪ ٓ٤‬كو‪٤‬ط ادلـ‪ ،‬خبالؼ ‪٦‬ة م‪ ٫١٤‬ث٘ري ‪ٕ٦‬ةكًح اكإلرث كاهلجح ثال زٮاب كالىيؽ‪ ,‬ك‪٦‬ة ا‪ٝ‬رتً‪ ٫‬أك م‪ ٫١٤‬ثإ‪ٝ‬ة‪٣‬ح‪,‬‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫أك رد ثٕيت ‪ٚ‬ال زٌلة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف ا‪ٝ‬رتف ث‪٩ ٫‬يح اتلضةرة؛ أل‪ ٫٩‬ال يٕؽ ‪ ٨٦‬أقجةث٭ة ال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء املٕةكًح‪ ،‬كلٮ امرتل هلة وج٘ة حلىجٖ ث‪ ٫‬أك دثةاغ حلؽثٖ‬
‫اع‪٦‬ة أك وةثٮ‪٩‬نة أك ن‬
‫م‪٤‬عة حل٘ك‪ ٢‬أك يٕض‪ ٨‬ث‪ ٫‬هل‪٥‬‬ ‫ث‪ ٫‬ل‪٪٤‬ةس وةر ‪٦‬ةؿ جتةرة ‪ٚ‬ذ‪٤‬ـ‪ ٫٦‬زٌلد‪ ٫‬ثٕؽ ميض ظٮهل‪ ،‬كإف ل‪ ٥‬يج‪ٔ ٜ‬ني حنٮ الىجٖ ٔ‪٪‬ؽق ن‬

‫ل‪ ٥‬يرص ‪٠‬ؾل‪ٟ‬؛ أل‪ ٫٩‬يكذ٭‪ٚ ٟ٤‬ال ي‪ ٓٞ‬مك‪ ٤‬ن‪٧‬ة إحل٭‪.٥‬‬


‫‪ .4‬زاشُتا لهُىتٍ وعًُزج (‪)35 /2‬‬
‫‪ٝ‬ٮهل‪( /‬د‪٤ٞ‬يت املةؿ إ‪٣‬غ) ‪ ٫٪٦‬وجةغ اثليةب كدثةغ أك د‪ ٨٬‬ل‪٤‬ض‪٤‬ٮد‪ ،‬ال وةثٮف ‪٘٣‬ك‪ ٢‬كم‪٤‬ط ‪ٕ٣‬ضني هلالؾ ٔي‪ ٫٪‬ك‪ٚ‬ةرؽ ادلثةغ ثأ‪ ٫٩‬ي‪٢ٞ٪‬‬
‫اجلرل ‪َ ٨٦‬جٓ إىل َجٓ ‪١ٚ‬أ‪ ٫٩‬ثةؽ‪.‬‬
‫‪َ .5‬هاَح انًستاج يع زاشُح انشثزايهسٍ (‪)104 /3‬‬
‫‪ ٨٧ٚ‬امرتل ثٕؿض ل‪٪ٞ٤‬يح ٔؿًة ل‪٤‬ذضةرة أك ل‪٪ٞ٤‬يح أك امرتل ثٕؿض ل‪٤‬ذضةرة ٔؿًة ل‪٪ٞ٤‬يح‪ ،‬ز‪ ٥‬رد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ثإ‪ٝ‬ة‪٣‬ح أك حنٮ‪٬‬ة ل‪ ٥‬يرص ‪٦‬ةؿ جتةرة‬
‫كإف ‪٩‬ٮا‪٬‬ة‪ ،‬خبالؼ الؿد ثٕيت أك حنٮق مم‪ ٨‬امرتل ٔؿًة ل‪٤‬ذضةرة ثٕؿض هلة ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬يجًف ظ‪٧١‬٭ة‪ ،‬كلٮ امرتل هلة وج٘ة حلىجٖ ث‪ ٫‬أك دثةاغ‬
‫حلؽثٖ ث‪ ٫‬ل‪٪٤‬ةس وةر ‪٦‬ةؿ جتةرة ‪ٚ‬ذ‪٤‬ـ‪ ٫٦‬زٌلد‪ ٫‬ثٕؽ ميض ظٮهل‪ ،‬كإف ل‪ ٥‬يج‪ٔ ٜ‬ني حنٮ الىجٖ ٔ‪٪‬ؽق اع‪٦‬ة ػال‪ٚ‬ة ملة يٮ‪ ٫٧٬‬الكـ اتلذ‪٧‬ح أك‬
‫وةثٮ‪٩‬ة أك م‪٤‬عة حل٘ك‪ ٢‬ث‪ ٫‬أك يٕض‪ ٨‬ث‪ ٫‬هل‪ ٥‬ل‪ ٥‬يرص ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬أل‪ ٫٩‬يكذ٭‪ٚ ٟ٤‬ال ي‪ ٓٞ‬مك‪٧٤‬ة هل‪ (٥‬كإف ل‪ ٥‬يج‪ٔ ٜ‬ني حنٮ الىجٖ) ‪ٌٝ‬يذ‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬ال‬
‫‪ٚ‬ؿؽ يف الىجٖ ثني ‪٠‬ٮ‪ ٫٩‬د‪٧‬ٮي٭ة كٗريق‪ ،‬ك‪ٌٝ‬يح ‪٦‬ة يأيت ‪ ٨٦‬اتلٕ‪٤‬ي‪ ٢‬ل‪٤‬ىةثٮف اػذىةو‪ ٫‬ثةثلةين‪ ،‬كا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ أ‪ٗ ٫٩‬ري مؿاد أػؾا ثإَال‪ٝ‬٭‪،٥‬‬
‫كٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬أف ي‪ٛ‬ؿؽ ثح‪ ٫٪‬كبني الىةثٮف ثأ‪ ٫٩‬حيى‪ ٨٦ ٢‬الىجٖ لٮف خمة‪ ٙ٣‬ألو‪ ٢‬اثلٮب يجًف ثج‪ٞ‬ةا‪ٚ ،٫‬زنؿ ‪٦‬زن‪٣‬ح ا‪ٕ٣‬ني‪ ،‬خبالؼ‬
‫الىةثٮف ‪ٚ‬إف امل‪ٞ‬ىؽ ‪ ٫٪٦‬دلؿد إزا‪٣‬ح كقغ اثلٮب كاألزؿ احلةو‪٠ ٫٪٦ ٢‬أ‪ ٫٩‬الى‪ٛ‬ح ا‪٣‬يت اك‪٩‬خ مٮصٮدة ‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪٘٣‬ك‪ ٥٤ٚ ٢‬حيك‪ ٨‬إحلة‪ ٫ٝ‬ثة‪ٕ٣‬ني‪.‬‬
‫‪ .6‬تسفح انًستاج يع زىاشً انشزواًَ اندشء انثانث ص‪ ... 297 - 295 :‬دار طادر‬
‫(كإ‪٧٩‬ة يىري ا‪ٕ٣‬ؿض ل‪٤‬ذضةرة إذا ا‪ٝ‬رت‪٩‬خ ‪٩‬حذ٭ة ثككج‪ ٫‬ث‪ٕ٧‬ةكًح) حمٌح كّل ‪٦‬ة د‪ٛ‬كؽ ث‪ٛ‬كةد ٔٮً‪٠( ٫‬رشاء) ثٕؿض أك ‪ٞ٩‬ؽ أك دي‪٨‬‬
‫ظةؿ أك مؤص‪ ٢‬كًلإصةرة جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬أك ‪٦‬ةهل ك‪ ٫٪٦‬اف يكذأصؿ امل‪٪‬ة‪ ٓٚ‬كيؤصؿ‪٬‬ة ث‪ٞ‬ىؽ اتلضةرة ‪ٛٚ‬ي‪٧‬ة إذا اقذأصؿ أرًة حلؤصؿ‪٬‬ة ث‪ٞ‬ىؽ اتلضةرة‬
‫‪٧ٚ‬ىض ظٮؿ كل‪ ٥‬يؤصؿ‪٬‬ة د‪٤‬ـ‪ ٫٦‬زٌلة اتلضةرة ‪ٚ‬ي‪ٞ‬ٮ‪٦‬٭ة ثأصؿة املس‪ ٢‬ظٮال كخيؿج زٌلة د‪ ٟ٤‬األصؿة كإف ل‪ ٥‬حتى‪ ٢‬هل أل‪ ٫٩‬ظةؿ احلٮؿ ىلع ‪٦‬ةؿ‬
‫اتلضةرة ٔ‪٪‬ؽق كاملةؿ ي‪ٞ٪‬ك‪ ٥‬إىل ٔني ك‪ٕٛ٪٦‬ح كإف آصؿ‪٬‬ة ‪ٚ‬إف اك‪٩‬خ األصؿة ‪ٞ٩‬ؽا ٔي‪٪‬ة أك دي‪٪‬ة ظةال أك مؤصال دأىت ‪ٚ‬ي‪٦ ٫‬ة مؿ كيأىت أك ٔؿًة‬
‫‪ٚ‬إف اقذ٭‪ ٫١٤‬أك ‪٩‬ٮل ‪٪ٝ‬حذ‪ٚ ٫‬ال زٌلة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف ‪٩‬ٮل اتلضةرة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬اقذ‪٧‬ؿت زٌلة اتلضةرة ك‪١٬‬ؾا ىف لك اعـ كٌل‪ٝ‬رتاض ‪٧٠‬ة م‪ ٫٤٧‬الك‪٦‬٭‪٣ ٥‬ك‪٨‬‬
‫‪ٝ‬ةؿ دمٓ ‪٦‬ذ‪ٞ‬ؽمٮف ال يىري ل‪٤‬ذضةرة كإف ا‪ٝ‬رت‪٩‬خ ث‪ ٫‬اجليح ألف ‪ٞ٦‬ىٮدق أل األوًل االر‪ٚ‬ةؽ ال اتلضةرة كًلرشاء حنٮ دثةغ أك وجٖ حلٕ‪ ٢٧‬ث‪٫‬‬
‫ل‪٪٤‬ةس ثة‪ٕ٣‬ٮض كإف ل‪ ٥‬ي‪١٧‬ر ٔ‪٪‬ؽق ظٮال ال ال‪٦‬ذٕح ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬كال حنٮ وةثٮف كم‪٤‬ط امرتاق حل٘ك‪ ٢‬أك يٕض‪ ٨‬ث‪ ٫‬ل‪٪٤‬ةس ‪ٚ‬ال يىري ‪٦‬ةؿ جتةرة‬
‫‪ٚ‬ال زٌلة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف ثًف ٔ‪٪‬ؽق ظٮال أل‪ ٫٩‬يكذ٭‪ٚ ٟ٤‬ال ي‪ ٓٞ‬مك‪٧٤‬ة هل‪ ٥‬أل ‪ ٨٦‬مأ‪ ٫٩‬ذل‪ ٟ‬كبٕؽ ‪٬‬ؾا اال‪ٝ‬رتاف ال حيذةج جلحذ٭ة ىف ث‪ٞ‬يح‬
‫املٕةمالت كيْ٭ؿ أف يٕذرب ىف اال‪ٝ‬رتاف ‪٪٬‬ة ثةل‪ ِٛ٤‬أك ا‪ ٢ٕٛ٣‬امل‪٦ ٟ٤٧‬ة يأىت ىف ‪٠‬ذةب ا‪ُ٣‬الؽ (كًلؾا) املٕةكًح ٗري املعٌح كّل ا‪٣‬ىت ال‬
‫د‪ٛ‬كؽ ث‪ٛ‬كةد امل‪ٞ‬ةث‪ ٢‬ك‪٪٦‬٭ة املةؿ املىة‪٣‬ط ٔ‪٤‬ي‪ ٨ٔ ٫‬دـ ك (امل٭ؿ كٔٮض اخل‪٠ )ٓ٤‬أف زكج أ‪٦‬ذ‪ ٫‬أك ػة‪ ٓ٣‬زكصذ‪ ٫‬ثٕؿض ‪٩‬ٮل ث‪ ٫‬اتلضةرة‬
‫لىؽؽ املٕةكًح ثؾل‪ ٟ‬لك‪( ٫‬ىف األوط) ‪ٝ‬ٮؿ املنت (إذا ا‪ٝ‬رت‪٩‬خ ‪٩‬حذ٭ة ا‪٣‬غ) أل ‪٩‬يح اتلضةرة ث٭ؾا ا‪ٕ٣‬ؿض ثككت ذل‪ ٟ‬ا‪ٕ٣‬ؿض كد‪٫١٤٧‬‬
‫ث‪ٕ٧‬ةكًح كد‪ٞ‬ؽـ أيٌة أف اتلضةرة د‪٤ٞ‬يت املةؿ ثةتلرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ث‪٪‬عٮ ابليٓ ‪٤ُ٣‬ت اجل‪٧‬ةء ‪ٚ‬ذبني ثؾل‪ ٟ‬أف ا‪٣‬زبر املنرتل ثجيح أف يـرع ز‪٥‬‬
‫يذضؿ ث‪٧‬ة يججخ كحيى‪٠ ٫٪٦ ٢‬زبر ابل‪ ٥ٞ‬ال يكٮف ٔؿض جتةرة ال ‪٬‬ٮ كال ‪٦‬ة ‪٩‬جخ ‪ ٫٪٦‬أ‪٦‬ة األكؿ ‪ٚ‬ألف رشاءق ل‪ ٥‬ي‪ٞ‬رتف ثجيح اتلضةرة ث‪٫‬‬
‫‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬ث‪ ٢‬ث‪٧‬ة يججخ ‪ ٫٪٦‬كأ‪٦‬ةاثلةىن ‪ٚ‬أل‪ ٫٩‬ل‪ ٥‬ي‪ ٟ٤٧‬ث‪ٕ٧‬ةكًح ث‪ ٢‬ثـرأح ثـر ا‪٪ٞ٣‬يح كال ي‪ٞ‬ةس ابلؾر املؾ‪٠‬ٮر ىلع حنٮ وجٖ امرتل حلىجٖ ث‪٫‬‬
‫ل‪٪٤‬ةس ثٕٮض ألف اتلضةرة ‪٪٬‬ةؾ ثٕني الىجٖ املرشل ال ث‪٧‬ة يجنأ ‪ ٫٪٦‬خبالؼ ابلؾر املؾ‪٠‬ٮر ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ثٕ‪١‬ف ذل‪ ٟ‬كال ىلع حنٮ ق‪٧‬ك‪ ٥‬امرتل‬
‫حلٕرص كيذضؿ ثؽ‪ ٫٪٬‬ألف ذل‪ ٟ‬ادل‪ ٨٬‬مٮصٮد ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ثة‪ ٢ٕٛ٣‬ظكة كصـء ‪ ٫٪٦‬ظ‪ٞ‬ي‪ٞ‬ح ال ‪٩‬ةىشء ‪ٚ ٫٪٦‬ةتلضةرة ‪٪٬‬ةؾ ثٕني املرشل أيٌة كال ىلع‬
‫حنٮ ٔىري ٔ‪٪‬ت امرتل حلذؼؾ ػال كيذضؿ ث‪ ٫‬ألف ا‪ٕ٣‬ىري ال خيؿج ثىريكرد‪ ٫‬ػال ٔ‪ ٨‬ظ‪ٞ‬ي‪ٞ‬ح إىل أػؿل ث‪٬ ٢‬ٮ ثةؽ ىلع ظ‪ٞ‬ي‪ٞ‬ذ‪٫‬‬
‫األو‪٤‬يح كإ‪٧٩‬ة املذ٘ري و‪ٛ‬ذ‪ٚ ٍٞٚ ٫‬ةتلضةرة ‪٪٬‬ةؾ أيٌة ثٕني املرشل ال ث‪٧‬ة ‪٬‬ٮ ‪٩‬ةىشء ‪ ٫٪٦‬خبالؼ ابلؾر املؾ‪٠‬ٮر ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ثٕ‪١‬ف ذل‪ ٟ‬ك‪٦‬ة‬
‫يذٮ‪ ٨٦ ٥٬‬أف دٕ‪٤‬ي‪٤‬٭‪ٔ ٥‬ؽـ وريكرة م‪٤‬ط امرتل حلٕض‪ ٨‬ث‪ ٫‬ل‪٪٤‬ةس ثٕٮض ‪٦‬ةؿ جتةرة ثةقذ٭الؾ ذل‪ ٟ‬امل‪٤‬ط كٔؽـ ك‪ٝ‬ٮٔ‪ ٫‬مك‪٧٤‬ة هل‪ ٥‬ي‪ٛ‬يؽ‬
‫أف ابلؾر املؾ‪٠‬ٮر يىري ‪٦‬ةؿ جتةرة أل‪ ٫٩‬ل‪ ٥‬يكذ٭‪ ٟ٤‬ثةلـرأح ث‪ ٢‬أ‪٩‬بذذخ أصـاؤق ىف ‪٩‬جةد‪٠ ٫‬رسيةف أصـاء ادلثةغ ىف اجلرل ‪ٞٚ‬ؽ د‪ٞ‬ؽـ ‪٦‬ة يؿدق‬

‫‪11‬‬
‫‪ ٨٦‬ا‪ٛ٣‬ؿؽ ثح‪٪‬٭‪٧‬ة كلٮ ق‪ٚ ٥٤‬ذٕ‪٤‬ي‪٤‬٭‪ ٥‬املؾ‪٠‬ٮر ‪ ٨٦‬االقذؽالؿ ثة‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء الرشط ىلع ا‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء مرشكَ‪ ٫‬ك‪٤ٕ٦‬ٮـ أف كصٮد الرشط ال يكذ‪٤‬ــ كصٮد‬
‫املرشكط ز‪٦ ٥‬ة ذ‪٠‬ؿ لك‪ٚ ٫‬ي‪٧‬ة إذا اك‪٩‬خ األرض ا‪٣‬ىت زرع ‪ٚ‬ي٭ة ابلؾر املؾ‪٠‬ٮر ٔؿض جتةرة كإال ‪ٚ‬كيأىت ٔ‪ ٨‬ا‪ٕ٣‬جةب كٗريق ‪٦‬ة ي‪ٛ‬يؽ أف اجلةثخ‬
‫يف أرض ا‪٪ٞ٣‬يح ال يكٮف ‪٦‬ةؿ جتةرة ‪ٞ٤ُ٦‬ة ‪ ٥ٕ٩‬لٮ اكف لك ‪ ٨٦‬ابلؾر كاألرض ا‪٣‬ىت زرع ‪٬‬ٮ ‪ٚ‬ي٭ة ٔؿض جتةرة ‪٠‬أف امرتل لك ‪٪٦‬٭‪٧‬ة ث‪٧‬ذةع‬
‫اتلضةرة أك ثجيح اتلضةرة ىف ٔي‪ ٫٪‬اكف اجلةثخ ‪٦ ٫٪٦‬ةؿ جتةرة جتت ‪ٚ‬ي‪ ٫‬الـٌلة برشَ٭ة ‪٧٠‬ة يأىت ٔ‪ ٨‬ا‪ٕ٣‬جةب كٗريق ‪٣‬ك‪ٕ٣ ٨‬ةـ إػؿاج ابل‪٥ٞ‬‬
‫‪ ٨٦‬حتخ األرض اكلك‪٪‬ح الؿاثٕح ‪ ٨٦‬الـرع ال لألٔٮاـ املةًيح إال ملة ٔ‪ ٥٤‬ث‪٤‬ٮٗ‪ٚ ٫‬ي‪٩ ٫‬ىةثة ثأف مة‪٬‬ؽق ال‪٩‬كنة‪ ٫ٚ‬ث‪٪‬عٮ قي‪ ٢‬كال يكىف‬
‫ا‪ ٨ْ٣‬كاتلؼ‪٧‬ني أػؾا ممة د‪ٞ‬ؽـ ٔ‪ ٨‬ق‪ ٥‬كابلرصل ىف زٌلة املٕؽف كأ‪٦‬ة إذا اكف أظؽ‪٧٬‬ة ل‪٪ٞ٤‬يح ‪ٚ‬ال يكٮف اجلةثخ ظيجبؾ ‪٦‬ةؿ جتةرة ‪ٞ٣‬ٮؿ‬
‫ا‪ٕ٣‬جةب ‪ ٓ٦‬رشظ‪ ٫‬كالؿكض كابل٭ضح ‪ ٓ٦‬رشكظ٭‪٧‬ة كال‪ ِٛ٤‬لألكؿ كإف اكف امل‪٤٧‬ٮؾ ث‪ٕ٧‬ةكًح ل‪٤‬ذضةرة خنال ‪٦‬س‪٧‬ؿة أك ٗري ‪٦‬س‪٧‬ؿة ‪ٚ‬أز‪٧‬ؿت أك‬
‫أرًة مـركٔح أك ٗري مـركٔح ‪ٚ‬ـرٔ٭ة ثجؾر اتلضةرة كب‪ ٖ٤‬احلةو‪٩ ٢‬ىةثة كصجخ زٌلة ا‪ٕ٣‬ني ‪ٞ٣‬ٮد٭ة ‪ٚ‬ىف اتل‪٧‬ؿ أك احلت ا‪ٕ٣‬رش أك ‪٩‬ى‪ ٫ٛ‬ز‪٥‬‬
‫ثٕؽ كصٮب ذل‪ٚ ٟ‬ي٭‪٧‬ة ‪٧٬‬ة ‪٦‬ةؿ جتةرة ‪ٚ‬ال تك‪٪ٔ ٍٞ‬٭‪٧‬ة زٌلة ا‪ٚ ٬‬ذ‪ٞ‬ييؽ‪ ٥٬‬ثكٮف لك ‪ ٨٦‬ابلؾر كاألرض ل‪٤‬ذضةرة ي‪ٛ‬يؽ أ‪٦ ٫٩‬ىت اكف‬
‫أظؽ‪٧٬‬ة ل‪٪ٞ٤‬يح ال يكٮف احلةو‪٦ ٢‬ةؿ جتةرة كإ‪٧٩‬ة أَ‪٤‬خ ىف امل‪ٞ‬ةـ ل‪١‬رثة األك‪٬‬ةـ ‪ٝ‬ٮؿ املنت (ثككج‪ )٫‬كًلؾا ىف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ ‪٧٠‬ة اقذ‪ٞ‬ؿ‬
‫ث‪ ٫‬ىف اإل‪٦‬ؽاد كال ثؽ ‪ ٨٦‬ا‪ٝ‬رتا‪٩‬٭ة ثك‪ ٢‬د‪ ٟ٤٧‬إىل أف ي‪ٛ‬ؿغ رأس ‪٦‬ةؿ اتلضةرة ثةٔن‪ ٨‬كىف ابلضريٍل ٔ‪ ٨‬احل‪٤‬ىب كاإلَ‪ٛ‬يىح ‪٦‬ة يٮا‪ ٫ٞٚ‬كيأىت‬
‫‪٦‬ة يذٕ‪ ٜ٤‬ث‪.٫‬‬

‫‪12‬‬
Jalsah Tsalitsah
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Romadlon Khotib 1. Bpk. Sunandi
2. KH. Athoillah sholahuddin 2. Bpk. Tohari Muslim
Anwar 3. M. Hizbullah al-Haq Bpk. Ahmad Rahmatullah
3. KH. Ibrahim A. Hafizh 4. Agus Arif Ridwan Akbar
4. KH. Munir Akromin 5. Bpk. Ahmad Muntaha AM
5. KH. Ahmad Bahrul Huda 6. Bpk. A. Kafi Ridlo
6. KH. Muhibbul Aman Ali NOTULEN
7. Bpk. Adzim Fadlan
7. K. Zahro Wardi Bpk. Moch. Ihsanuddin
Bpk. Abu Syamsuddin
Bpk. M. Faurok Tsabat

Memutuskan

4. PENGGUNAAN MOBIL PATWAL | Pondok Unit Haji Ya’qub


Deskripsi Masalah
Demi melancarkan dan mengamankan perjalanan, tak jarang para petinggi negara
menggunakan jasa mobil pengawal atau yang biasa disebut dengan Patwal. Tak bisa dipungkiri
dengan adanya Patwal ini, perjalanan menjadi lebih cepat dikarenakan fungsi dari Patwal sendiri
adalah untuk membukakan jalan bagi mobil yang dikawalnya.
Selain digunakan oleh petinggi negara, mobil Patwal juga sering digunakan untuk keperluan
komunitas tertentu, seperti touring moge, atau orang-orang berduit sepeti artis dll. Masalah
muncul ketika kondisi jalan sudah tidak mungkin dilewati karena macet, ada perbaikan jalan, dll.
Mobil Patwal terus berusaha membukakan jalan dengan berbagai cara, padahal kondisi sudah
sangat macet dan penuh sesak dengan pengguna jalan pada umumnya. Pada akhirnya, pengguna
jalan yang lain terpaksa minggir dan mengalah karena mendengar sirine yang terus dibunyikan
dari mobil Patwal.
Pertimbangan
 Kondisi jalan sudah penuh sesak.
 Jalan yang dilalui adalah jalan umum yang setiap orang berhak atas jalan tersebut.
 Dengan adanya mobil Patwal ini, pengguna jalan yang lain merasa kesal karena mersa lebih
dulu lewat.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukumnya menggunakan jasa mobil Patwal bagi komunitas atau orang tertentu
(bukan pejabat negara)?
Jawaban
a. Pada dasarnya Patwal adalah upaya wewenang pemerintah dalam mengatur jalan sehingga
menggunakan mobil Patwal bagi komunitas atau orang tertentu diperbolehkan dengan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Apabila dalam keadaan darurat atau maslahah ‘ammah, seperti dalam rangka
menertibkan jalan.
 Kebijakan pengawalan tersebut harus sesuai undang-undang Patwal sebagaimana yang
tertera dalam undang-undang tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

13
‫‪UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA‬‬
‫‪NOMOR 22 TAHUN 2009‬‬
‫‪TENTANG‬‬
‫‪LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN‬‬

‫‪Pasal 134‬‬
‫‪Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk‬‬
‫‪didahulukan sesuai dengan urutan berikut:‬‬

‫;‪a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas‬‬


‫;‪b. ambulans yang mengangkut orang sakit‬‬
‫;‪c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas‬‬
‫;‪d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia‬‬
‫‪e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing‬‬
‫;‪serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara‬‬
‫‪f. Iring-iringan pengantar jenazah; dan‬‬
‫‪g. Konvoi dan/ atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas‬‬
‫‪Kepolisian Negara Republik Indonesia.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Ahkam as-Sulthoniyyah, h. 236. 3. Asna al-Matholib, vol. 2, h. 449.‬‬
‫‪2. Al-Hawi li al-Fatawi, vol. 1, h. 129-130. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬األزكاو انسهطاَُح طـ ‪236‬‬


‫كأ‪٦‬ة ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬اثلة‪٣‬ر ك‪٬‬ٮ ‪٦‬ة اػذه ثأ‪٪ٚ‬يح النٮارع كا‪ُ٣‬ؿؽ ‪ٚ‬٭ٮ مٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ‪ْ٩‬ؿ الك‪ُ٤‬ةف‪ .‬كيف ‪ْ٩‬ؿق كص٭ةف‪ /‬أظؽ‪٧٬‬ة أف ‪ْ٩‬ؿق ‪ٚ‬ي‪ٞ٦ ٫‬ىٮر‬
‫ىلع ‪ٛ٠‬٭‪ ٨ٔ ٥‬اتلٕؽم ك‪ٕ٪٦‬٭‪ ٨٦ ٥‬اإلرضار كاإلوالح ثح‪٪‬٭‪٪ٔ ٥‬ؽ ا‪٣‬تنةصؿ‪ ,‬ك‪٣‬حف هل أف ي‪ٞ‬ي‪ ٥‬صةلكة كال أف ي‪ٞ‬ؽـ مؤػؿا‪ ,‬كيكٮف‬
‫الكةث‪ ٜ‬إىل املاكف أظ‪ ٜ‬ث‪ ٨٦ ٫‬املكجٮؽ‪ .‬كالٮص‪ ٫‬اثلةين أف ‪ْ٩‬ؿق ‪ٚ‬ي‪ْ٩ ٫‬ؿ دلذ٭ؽ ‪ٚ‬ي‪٧‬ة يؿاق والظة يف إصالس ‪ ٨٦‬جي‪٤‬ك‪ ٫‬ك‪ ٨٦ ٓ٪٦‬ي‪٫ٕ٪٧‬‬
‫كد‪ٞ‬ؽي‪ ٨٦ ٥‬ي‪ٞ‬ؽ‪٧٠ ٫٦‬ة جيذ٭ؽ يف أمٮاؿ ثيخ املةؿ كإ‪ُٝ‬ةع املٮات كال جيٕ‪ ٢‬الكةث‪ ٜ‬أظ‪ ٜ‬ك‪٣‬حف هل ىلع الٮص٭ني أف يأػؾ ‪٪٦‬٭‪ ٥‬ىلع‬
‫اجل‪٤‬ٮس أصؿا‪ .‬كإذا دؿًل٭‪ ٥‬ىلع ا‪٣‬رتايض اكف الكةث‪٪٦ ٜ‬٭‪٧‬ة إىل املاكف أظ‪ ٜ‬ث‪ ٨٦ ٫‬املكجٮؽ‪ٚ ,‬إذا ا‪٩‬رصؼ ٔ‪ ٫٪‬اكف ‪٬‬ٮ كٗريق ‪ ٨٦‬ا‪٘٣‬ؽ ‪ٚ‬ي‪٫‬‬
‫قٮاء يؿاىع ‪ٚ‬ي‪ ٫‬الكةث‪ ٜ‬إحل‪ ,٫‬ك‪ٝ‬ةؿ ‪٦‬ةل‪ /ٟ‬إذا ٔؿؼ أظؽ‪ ٥٬‬ث‪٧‬اكف كوةر ث‪ ٫‬من٭ٮرا اكف أظ‪ ٜ‬ث‪ٗ ٨٦ ٫‬ريق ‪ُٕٝ‬ة ل‪٤‬ذ‪٪‬ةزع كظك‪٧‬ة ل‪٤‬تنةصؿ‪,‬‬
‫كأذجةر ‪٬‬ؾا‪ ,‬كإف اكف هل يف املى‪٤‬عح كص‪ ٫‬خيؿص‪ ٨ٔ ٫‬ظك‪ ٥‬اإلثةظح إىل ظك‪ ٥‬امل‪.ٟ٤‬‬
‫‪ . .2‬انساوي نهفتاوي اندشء االول طـ‪130 – 129 :‬‬
‫ك‪ٝ‬ةؿ املةكردل ىف االظاكـ الك‪ُ٤‬ة‪٩‬يح كأ‪٦‬ة ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬اثلة‪٣‬ر ك‪٬‬ٮ ‪٦‬ة إػذه ثأ‪٪ٚ‬يح النٮارع كا‪ُ٣‬ؿ‪ٝ‬ةت ‪ٓٚ‬ل مٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع ‪ْ٩‬ؿ الك‪ُ٤‬ةف كىف‬
‫ظك‪ْ٩ ٥‬ؿق كص٭ةف أظؽ‪٧٬‬ة اف ‪ْ٩‬ؿق ‪ٚ‬ي‪ٞ٦ ٫‬ىٮر ىلع ‪ٛ٠‬٭‪ ٨ٔ ٥‬اتلٕؽل ك‪ٕ٪٦‬٭‪ ٨٦ ٥‬االرضار كاالوالح ثح‪٪‬٭‪٪ٔ ٥‬ؽ ا‪٣‬تنةصؿ ك‪٣‬حف هل‬
‫اف ي‪ٞ‬ي‪ ٥‬صةلكة كال أف ي‪ٞ‬ؽـ مؤػؿا كيكٮف الكةث‪ ٜ‬إىل املاكف أظ‪ ٜ‬ث‪ ٨٦ ٫‬املكجٮؽ كالٮص‪ ٫‬اثلةىن أف ‪ْ٩‬ؿق ‪ٚ‬ي‪ْ٩ ٫‬ؿ دلذ٭ؽ ‪ٚ‬ي‪٧‬ة يؿاق والظة‬
‫‪ ٨٦‬إصالس ‪ ٨٦‬جي‪٤‬ك‪ ٫‬ك‪ ٨٦ ٓ٪٦‬ي‪ ٫ٕ٪٧‬كد‪ٞ‬ؽي‪ ٨٦ ٥‬ي‪ٞ‬ؽ‪٧٠ ٫٦‬ة جيذ٭ؽ ىف أمٮاؿ ثيخ املةؿ كإ‪ُٝ‬ةع املٮات كال جيٕ‪ ٢‬الكةث‪ ٜ‬أظ‪ ٜ‬ىلع ‪٬‬ؾا‬
‫الٮص‪ ٫‬ك‪٣‬حف هل ىلع الٮص٭ني أف يأػؾ ‪٪٦‬٭‪ ٥‬ىلع اجل‪٤‬ٮس أصؿا كإذا دةرًل٭‪ ٥‬ىلع ا‪٣‬رتاىض اكف الكةث‪ ٜ‬اىل املاكف أظ‪ ٨٦ ٜ‬املكجٮؽ إ‪ ٬‬كالٮص‪٫‬‬
‫اثلةىن ‪٬‬ٮ اذلل ذ‪٠‬ؿ ىف الؿكًح أ‪ ٫٩‬االوط ‪ٚ‬ة‪ْ٩‬ؿ ‪٠‬ي‪ ٙ‬رصح املةكردل ثأف الكةث‪ ٜ‬ال جيٕ‪ ٢‬أظ‪ ٜ‬ىلع ‪٬‬ؾا الٮص‪ ٫‬د‪ٞ‬ؽي‪٧‬ة إل‪ُٝ‬ةع اإل‪٦‬ةـ إ‪٬‬‬
‫‪ .3‬أسًُ انًطانة خـ ‪ 2‬طـ ‪449‬‬
‫لٮ أ‪ ٫ُٕٝ‬إيةق اإل‪٦‬ةـ) ارد‪ٛ‬ة‪ٝ‬ة (صةز) أم كلإل‪٦‬ةـ أف ي‪ ُٓٞ‬ث‪ٕٞ‬ح ‪ ٨٦‬النةرع مل‪ ٨‬يؿد‪ٚ ٜٛ‬ي٭ة ثةملٕةم‪٤‬ح ألف هل ‪ْ٩‬ؿا كاصذ٭ةدا يف أف اجل‪٤‬ٮس‬
‫‪ٚ‬ي‪ ٫‬مرض أك ال كهلؾا يـٔش ‪ ٨٦‬رأل ص‪٤‬ٮق‪ ٫‬مرضا (ال) إف أ‪( ٫ُٕٝ‬ثٕٮض) ٔجةرة الؿكًح ك‪٣‬حف لإل‪٦‬ةـ كال ‪٘٣‬ريق ‪ ٨٦‬الٮالة أف يأػؾ مم‪٨‬‬
‫يؿد‪ ٜٛ‬ثةجل‪٤‬ٮس كابليٓ كحنٮق يف النٮارع ٔٮًة ثال ػالؼ (كال) إف أ‪( ٫ُٕٝ‬د‪٤٧‬ياك) كإف ‪ ٨ٔ ٢ٌٚ‬ظةصح ا‪ُ٣‬ؿكؽ ك‪٪٬ ٨٦‬ة ال جيٮز ثيٓ‬
‫يشء ‪ ٫٪٦‬ك‪٦‬ة ي‪ ٫٤ٕٛ‬كالكء ثيخ املةؿ ‪ ٨٦‬ثيٓ ‪٦‬ة يـٔ‪٧‬ٮف أ‪ٚ ٫٩‬ةً‪ ٨ٔ ٢‬ظةصح املك‪٧٤‬ني ثةَ‪ ٢‬ألف ابليٓ يكذؽيع د‪ٞ‬ؽـ امل‪ ٟ٤‬ك‪٬‬ٮ ‪٪٦‬ذ‪ٙ‬‬
‫كلٮ صةز ذل‪ ٟ‬جلةز ثيٓ املٮات كال ‪ٝ‬ةا‪ ٢‬ث‪٩ ٫‬ج‪٤ٔ ٫‬ي‪ ٫‬الكجيك (كإف قج‪ ٜ‬از‪٪‬ةف) إىل ماكف ‪( ٫٪٦‬أ‪ٝ‬ؿع ثح‪٪‬٭‪٧‬ة) ‪ٕ٣‬ؽـ املـيح ‪ٚ‬إف اكف أظؽ‪٧٬‬ة‬
‫مك‪٧٤‬ة ‪ٚ‬٭ٮ أظ‪ُٕٝ ٜ‬ة ‪ٝ‬ةهل ادلارَل‪.‬‬

‫‪14‬‬
‫‪ .4‬فتر انًعٍُ ‪( -‬ج ‪ / 4‬ص ‪)260‬‬
‫‪ٚ‬ؿع‪ /‬لٮ ازدظ‪٦ ٥‬ؽٔٮف ‪ٝ‬ؽـ االقج‪ٚ ٜ‬ةالقج‪ ٜ‬كصٮبة ‪ٛ٧٠‬خ ك‪٦‬ؽرس ‪ٚ‬ي‪ٞ‬ؽ‪٦‬ةف كصٮبة بكج‪ٚ ،ٜ‬إف اقذٮكا أك ص٭‪ ٢‬قةث‪ ٜ‬أ‪ٝ‬ؿع ك‪ٝ‬ةؿ ميؼ‪٪‬ة‪،‬‬
‫كّة‪٬‬ؿ أف َة‪٣‬ت ‪ٚ‬ؿض ا‪ٕ٣‬ني ‪ً ٓ٦‬ي‪ ٜ‬الٮ‪ٝ‬خ ي‪ٞ‬ؽـ اكملكة‪ٚ‬ؿ‪-.‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪-‬دججي‪ /٫‬جيٮز مل‪ ٨‬ال رزؽ هل يف ثيخ املةؿ كال يف ٗريق ك‪٬‬ٮ ٗري‬
‫‪٦‬ذٕني ل‪ٌٞ٤‬ةء كٌلف ٔ‪ ٫٤٧‬ممة ي‪ٞ‬ةث‪ ٢‬ثأصؿة أف ي‪ٞ‬ٮؿ ال أظك‪ ٥‬ثح‪٧١٪‬ة إال ثأصؿة أك رزؽ ىلع ‪٦‬ة ‪ٝ‬ةهل دمٓ ك‪ٝ‬ةؿ آػؿكف حيؿـ ك‪٬‬ٮ االظٮط‬
‫‪٣‬ك‪ ٨‬االكؿ أ‪ٝ‬ؿب (‪ٝ‬ٮهل‪ٚ /‬إف اقذٮكا) أم يف دليب٭‪٪ٔ ٥‬ؽ ا‪ٞ٣‬ةيض‪ ،‬أك امل‪ٛ‬يت‪ ،‬أك املؽرس‪ٚ ،‬٭ٮ مؿدجٍ ثةجل‪٧‬يٓ كلٮ د‪ ٥٧‬الالكـ ىلع ‪٦‬ة يذٕ‪ٜ٤‬‬
‫ثة‪ٞ٣‬ةيض ز‪ٝ ٥‬ةؿ ‪ٛ٧٠‬خ ك‪٦‬ؽرس لاكف أكىل‪( .‬ك‪ٝ‬ٮهل‪ /‬أك ص٭‪ ٢‬قةث‪ )ٜ‬أم ص٭‪ ٨٦ ٢‬صةء أكال إحل٭‪( .٥‬ك‪ٝ‬ٮهل‪ /‬أ‪ٝ‬ؿع) أم ثح‪٪‬٭‪ ،٥‬إذ ال مؿصط‬
‫الظؽ‪ ٥٬‬ىلع اآلػؿ‪ ،‬كظيجبؾ ي‪ٞ‬ؽـ ‪ ٨٦‬ػؿصخ ‪ٝ‬ؿٔذ‪ٝ .٫‬ةؿ يف الؿكض كرشظ‪ٚ /٫‬إف ‪٠‬رثكا كٔرس اال‪ٝ‬ؿاع‪٠ ،‬ذت الؿ‪ٝ‬ةع أك ‪٠‬ذت ‪ٚ‬ي٭ة‬
‫أق‪٧‬ةء‪ ٥٬‬كوجخ ثني يؽم ا‪ٞ٣‬ةيض‪ ،‬حلأػؾ‪٬‬ة كاظؽة كاظؽة‪ ،‬كيؽىع ‪ ٨٦‬ػؿج إق‪ ٫٧‬يف لك مؿة‪ ،‬كيكذعت أف يؿدت ز‪ٞ‬ح يكذت‬
‫أق‪٧‬ةء‪ ٥٬‬يٮـ ‪ٌٝ‬ةا‪ ٫‬حلٕؿؼ دؿدج٭‪ ،٥‬كلٮ ‪ٝ‬ؽـ االقج‪ٗ ٜ‬ريق ىلع ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬صةز‪ ،‬كال ي‪ٞ‬ؽـ قةث‪ ٜ‬ك‪ٝ‬ةرع‪ /‬أم ‪ ٨٦‬ػؿصخ ‪ٝ‬ؿٔذ‪ ٫‬إال ثؽٔٮل‬
‫كاظؽة‪ ،‬كإف احتؽ املؽىع ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬د‪ٕٚ‬ة ل‪٤‬رضر ٔ‪ ٨‬ابلة‪ٝ‬ني‪ٚ ،‬إف اكف هل دٔٮل أػؿل‪ ،‬إ‪٩‬ذْؿ ‪ٚ‬ؿاٗ٭‪ ،٥‬أك ظرض يف دل‪٤‬ف آػؿ‪.‬‬

‫‪5. MEMUTUSKAN HUKUM HANYA BERDASAR MAFSADAH | Kelas 1 ALY‬‬


‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Dalam kitab Sab’atul Kutub dijelaskan sebagai berikut:‬‬
‫سثعح انكتة انًفُذج طـ‪80 :‬‬
‫ك‪ٝ‬ةؿ أثٮ م‪١‬ي‪ ٢‬كٗريق ‪٧٠‬ة ‪ ٫٪ٔ ٫٤ٞ٩‬األمؼؿ ىف ‪ٚ‬ذةكي‪ ٫‬إف ‪ٝ‬ٮأؽ املؾ‪٬‬ت ال دـلـؿ ث‪٧‬ؿكر الـ‪٦‬ةف ك‪ٚ‬كةد أ‪ ٢٬‬أداا‪ ٫‬ك‪٦‬ةظيك ٔ‪ ٨‬الؿكيةين‬
‫أ‪ٝ ٫٩‬ةؿ لٮ اكف النة‪ٚ‬يع ىف ز‪٦‬ة‪٪٩‬ة جلٮز أػؾ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح ىف الـٌلة ‪ٝ‬ةؿ ك‪٬‬ٮ م‪١‬ؾكب ىلع الؿكيةين ‪١ٚ‬ي‪ ٙ‬ي‪ٞ‬ٮؿ ذل‪ ٟ‬كأوٮؿ املؾ‪٬‬ت مٌجٮَح‬
‫الختذ‪ ٙ٤‬ثةػذالؼ األك‪ٝ‬ةت ‪ٝ‬ةؿ كاليٕرتض ىلع ذل‪ ٟ‬ثأف النة‪ٚ‬يع كٗريق ‪ ٨٦‬ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ‪ٝ‬ؽ يؿل رأية ز‪ ٥‬يؿل ػال‪ ٫ٚ‬ألف ذل‪ ٟ‬يكٮف‬
‫ثىعح ظؽير أك حنٮق إ ـهك‪ٝ‬ؽ ػة‪ ٙ٣‬النيغ إث‪ ٨‬ظضؿ كمٮا‪ٚ‬ي‪ ٫ٞ‬النيغ اث‪ ٨‬الـيةد ‪ٚ‬ي‪٧‬ة إذا كصؽت ظةدزح كا‪ٝ‬ذٌةء ا‪ٚ ٢٧ٕ٣‬ي٭ة خية‪ٙ٣‬‬
‫امل‪ٞ٪‬ٮؿ ٔ‪٧‬ال ث‪ٞ‬ةٔؽة ص‪٤‬ت املىة‪٣‬ط كدرء امل‪ٛ‬ةقؽ ‪ٞٚ‬ةؿ إث‪ ٨‬ظضؿ اليٕ‪ٚ ٢٧‬ي٭ة ثؾل‪ ٟ‬ك‪ٝ‬ةؿ إث‪ ٨‬زيةد يٕ‪ٚ ٢٧‬ي٭ة ث‪ٞ٧‬ذىض ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ك‪ٝ‬ؽ‬
‫أَةؿ اجل‪٪ٔ ٢ٞ‬٭‪٧‬ة كٔ‪ٗ ٨‬ري‪٧٬‬ة ا‪ٕ٣‬ال‪٦‬ح ابلؽر الكيؽ ٔجؽ الؿمح‪ ٨‬ث‪ ٨‬ق‪٤‬ي‪٧‬ةف ث‪ ٨‬حيىي األ‪٬‬ؽؿ ىف صٮاب هل ىلع أٔؿاؼ ا‪ٞ٣‬جةا‪٢‬‬
‫كٔٮااؽ‪ ٥٬‬ك‪ ٫٪٦‬ىف د‪ٞ‬ؿيؿ الكـ اث‪ ٨‬الـيةد ‪ٝ‬ةؿ ‪٦‬ة‪٩‬ى‪ٝ ٫‬ةؿ احلكريم رمح‪ ٫‬اهلل الرشع ‪٦‬جين ىلع درء امل‪ٛ‬ةقؽ كص‪٤‬ت املىة‪٣‬ط ث‪ ٢‬لٮ اكف‬
‫ظك‪ ٥‬رشيع خية‪ ٙ٣‬ا‪ٕ٣‬ة دة دؿؾ ا‪ ٢٧ٕ٣‬ثة‪ٕ٣‬ةدة قؽا لزلريٕح املؤديح إىل الن‪ٞ‬ةؽ كا‪ٕ٣‬ؽاكة ا‪٣‬ىت الي‪ ُٓٞ٪‬ثةث٭ة إذا ‪ٚ‬ذط كال يجكؽ‪ .‬إ ـهالكـ‬
‫احلكريم‪.‬‬

‫‪Sekilas dari keterangan tersebut, hukum syar’i yang telah dirumuskan rapi akan runtuh‬‬
‫‪karena faktor mafsadah yang dikhawatirkan akan terjadi, seperti akan menimbulkan‬‬
‫‪permusuhan dan perpecahan.‬‬
‫‪Padahal, tak jarang pula kita dituntut untuk segera memutuskan hukum karena tuntutan‬‬
‫‪amaliyah semisal menghadiri walimah yang penuh dengan kemungkaran. Di sisi lain kita dilarang‬‬
‫‪tergesa-gesa berbicara mafsadah sebagaimana keterangan berikut:‬‬
‫كأ‪٦‬ة خمة‪ٛ٣‬ح املؾ‪٬‬ت ملى‪٤‬عح أك ‪ٛ٦‬كؽة ‪ٝ‬ة‪٦‬خ يف اذل‪ٚ ٨٬‬زلل‪ ٟ‬الجيٮز ك‪ٞٚ ٫٤ٕٚ ٨٦‬ؽ ك‪ ٓٝ‬يف كر‪ٝ‬ح اتل‪ٞ‬ٮؿ يف ادلي‪ ٨‬كق‪ ٟ٤‬قنن املةر‪ٝ‬ني‬
‫ظ‪٪ْٛ‬ة اهلل ثؾل‪ ٫٪٦ ٟ‬كًلؿ‪ ٫٦‬اق اىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪٪٧٤ٕٚ‬ة ثؾل‪ ٟ‬اىل أف ٗري املضذ٭ؽ ال جيٮز هل اجلْؿ يف امل‪ٛ‬ةقؽ كإ‪٧٩‬ة ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬اجلْؿ يف الك‪ ٫٦‬كأا‪٧‬ح‬
‫‪٦‬ؾ‪٬‬ج‪٫‬‬

‫‪Pertimbangan‬‬
‫‪ Sulit menjumpai mujtahid pada zaman ini.‬‬
‫‪ Permasalahan yang kita alami, tak jarang belum ditemukan ibarotnya atau ada ibarot sorih‬‬
‫‪namun akan menimbulkan mafsadah.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫‪a. Bolehkah kita memutuskan hukum hanya dengan pertimbangan mafsadah yang akan muncul‬‬
‫?‪tanpa meneliti qoul sorihnya dan tuntutan amaliyah mendesak‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Tidak diperbolehkan karena muqollid harus mengikuti pendapat muqollad.‬‬

‫‪15‬‬
‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Bughyat al-Mustarsyidin, h. 7. 3. Al-Ghurar al-Bahiyyah, h. 5.‬‬
‫‪2. Al-Ijtihad wa Thabqat…., h. 50-51. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬تغُح انًستزشذٍَ ص‪ 7 :‬دار انفكز‬


‫‪ٝ‬ةؿ ىف ‪ٚ‬ذةكل اث‪ ٨‬ظضؿ ‪٣‬حف مل‪ٝ ٨‬ؿأ ‪٠‬ذةثة أك ‪٠‬ذجة كل‪ ٥‬يذأ‪ ٢٬‬لإل‪ٚ‬ذةء أف ي‪ٛ‬ىت إال ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ٔ‪٦ ٨٦ ٥٤‬ؾ‪٬‬ج‪٧٤ٔ ٫‬ة صةز‪٦‬ة ‪٠‬ٮصٮب اجليح ىف الٮًٮء ك‪٫ٌٞ٩‬‬
‫ي‪٧‬ف اذل‪٠‬ؿ ‪ ٥ٕ٩‬إف ‪ ٢ٞ٩‬هل احلك‪ٛ٦ ٨ٔ ٥‬خ آػؿ أك ٔ‪٠ ٨‬ذةب مٮزٮؽ ث‪ ٫‬صةز ك‪٬‬ٮ ‪٩‬ة‪ ٢ٝ‬ال ‪ٛ٦‬خ ك‪٣‬حف هل اإل‪ٚ‬ذةء ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ل‪ ٥‬جيؽق مكُٮرا كإف كصؽ هل‬
‫‪ْ٩‬ريا كظيجبؾ املذجعؿ ىف ا‪٬ ٫ٞٛ٣‬ٮ ‪ ٨٦‬أظةط ثأوٮؿ إ‪٦‬ة‪ ٫٦‬ىف لك ثةب كّل مؿدجح أوعةب الٮصٮق ك‪ٝ‬ؽ ا‪ ٨٦ ُٓٞ٩‬حنٮ أربٕ‪٧‬ةاح ق‪٪‬ح ا‪٬‬‬
‫‪ .2‬االختهاد وطثماخ يدتهذٌ انشافعُح نهذكتىر دمحم زسٍ هُتى‪ ،‬ط\ يؤسسح انزسانح ‪ 1988‬يـ‪ ،‬ص ‪51-50‬‬
‫ظ‪ٛ‬ةظ املؾ‪٬‬ت ك‪٤ٞ٩‬ذ‪ .٫‬كْل ا‪ُ٣‬ج‪ٞ‬ح األػرية ‪َ ٨٦‬ج‪ٞ‬ةت ا‪٧٤ٕ٣‬ةء يف املؾ‪٬‬ت املضذ٭ؽي‪ٚ ٨‬ي‪ .٫‬كْل َج‪ٞ‬ح دٌل َج‪ٞ‬ح املؿصعني‪ .‬ك‪ ٥٬‬اذلي‪ ٨‬ظ‪ْٛ‬ٮا‬
‫املؾ‪٬‬ت ك‪ٚ‬٭‪٧‬ٮق ك‪٤ٞ٩‬ٮق ك‪ٝ‬ؿركق‪ ،‬ل‪٪١‬٭‪ ٥‬اك‪٩‬ٮا أ‪ٝ ٢ٝ‬ؽرة ىلع د‪ٞ‬ؿيؿ األد‪٣‬ح كحتؿيؿ األ‪ٝ‬حكح ‪َ ٨٦‬ج‪ٞ‬ح املؿصعني‪ .‬ك‪ ٨٦‬رشكط أ‪٬ ٢٬‬ؾة الؿدجح‪ -1 /‬أف‬
‫يكٮف ‪ٞٚ‬ي‪ ٫‬اجل‪ٛ‬ف‪ٕ٤ُ٦ -2 .‬ة ىلع املكةا‪ ٢‬ا‪ٞٛ٣‬٭يح ‪٦‬ذ‪٧‬ؿقة ث٭ة‪ -3 .‬يذ‪٧‬ك‪ ٨٦ ٨‬اقذعٌةر األمجةق كاجلْةاؿ كإثؽاء ا‪ٛ٣‬ؿكؽ كاملٮا‪ -4 .ٓ٩‬يذ‪٧‬ك‪٨‬‬
‫‪ ٨٦‬اقذعٌةر ‪ٚ‬ؿكع ا‪ ٫ٞٛ٣‬ىلع ذ‪.٫٪٬‬ك‪٬‬ؾا يٕذ‪٧‬ؽ ‪ ٫٤ٞ٩‬ك‪ٚ‬ذٮاق ‪ٚ‬ي‪٧‬ة حي‪١‬ي‪٦ ٨ٔ ٫‬ؾ‪٬‬ج‪٩ ٨٦ ٫‬ىٮص إ‪٦‬ة‪ ٫٦‬أك ‪٩‬ىٮص أوعةب الٮصٮق أك دؿصيط‬
‫املؿصعني‪ٚ .‬إذا ل‪ ٥‬جيؽ ‪٩‬ىة أك ‪ٚ‬ذٮل ل‪٤‬ٮا‪ٕٝ‬ح ا‪٣‬يت ثني يؽي‪ ،٫‬إال أ‪ ٫٩‬كصؽ يف املؾ‪٬‬ت مكأ‪٣‬ح مبي٭ح ث٭ة كأدرؾ ثةبلؽا‪٬‬ح ‪ٗ ٨٦‬ري ص٭ؽ ‪٠‬جري ٔؽـ ا‪ٛ٣‬ؿؽ‬
‫ثني املكأ‪٣‬ح صةز هل أف ي‪ٞ‬حف ‪٬‬ؾق احلةدزح ثذ‪ٟ٤‬؛ أك أ‪ ٫٩‬كصؽ أف ‪٬‬ؾق احلةدزح ي‪٧‬ك‪ ٨‬أف د‪٪‬ؽرج حتخ ‪ٝ‬ةٔؽة اع‪٦‬ح ‪ٝ ٨٦‬ٮأؽ إ‪٦‬ة‪ ٫٦‬كال حيذةج األمؿ‬
‫لٮًٮظ‪ ٫‬إىل ص٭ؽ كد‪ٝ‬ح ‪ْ٩‬ؿ‪ٚ ،‬إ‪ ٫٩‬جيٮز هل أف ي‪ٛ‬يت ‪ٚ‬ي٭ة‪ ،‬كإال ‪٤ٚ‬يذٮ‪ ٨ٔ ٙٝ‬ا‪ٛ٣‬ذٮل‪ٚ ،‬ال جيٮز هل أف ي‪ٞ‬ذع‪ ٥‬جلش اجلةر‪.‬‬
‫‪ .3‬غزر انثهُح طسـ ‪5‬‬
‫اثلةين ‪ ٢٬‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬أف يكت‪٪‬جٍ األظاكـ ‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ا‪ٞٛ٣‬٭يح ‪٦‬سال ‪ٝ‬ةٔؽة املن‪ٞ‬ح جت‪٤‬ت اتلحكري ‪ ٢٬‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬أف نكذىؽر ‪٪٦‬٭ة ظ‪٧١‬ة رشٔية دكف اجلْؿ‬
‫إىل ‪٩‬ه اإل‪٦‬ةـ ؟ ّة‪٬‬ؿ الكـ اث‪ ٨‬جني‪ٔ ٥‬ؽـ االقذؽالؿ ثة‪ٞ٣‬ةٔؽة ا‪ٞٛ٣‬٭يح ىلع الٮا‪ٕٝ‬ح احلةدزح ثُؿي‪ ٜ‬املجةرشة أل‪٩‬٭ة ‪٩‬ذةج جت‪ ٓ٧‬كاقذ‪ٞ‬ؿاء د‪ ٟ٤‬ا‪ٛ٣‬ؿكع‬
‫‪١ٚ‬ي‪ ٙ‬دكٮف ظة‪٧٠‬ح ٔ‪٤‬ي٭ة ز‪ْ ٥‬ل أٗ‪٤‬جيح لكيح ك‪٣‬حكخ اقذ٘ؿا‪ٝ‬يح ‪ٚ‬ال دى‪٤‬ط تلي‪ ٨ٞ‬االقذؽالؿ ز‪ٝ ٥‬ؽ زجخ هلة إقتس‪٪‬ةءات ‪٠‬سرية ‪ٚ‬يعذ‪ ٢٧‬أف‬
‫يكٮف ا‪ٛ٣‬ؿع املكذؽؿ ٔ‪٤‬ي‪ ٨٦ ٫‬املكتسجيةت ‪ٚ‬ذُؿؽ هل الن‪ ٟ‬ثىٮرة راصعح ‪ٚ‬ةحلك‪٣ ٥‬حف هلة ظ‪ٞ‬ي‪ٞ‬ح كإ‪٧٩‬ة ‪٬‬ٮ ثةألد‪٣‬ح اجلـايح ل‪ٛ٤‬ؿكع امل‪٪‬ؽرصح‬
‫حتخ ‪٬‬ؾق ا‪ٞ٣‬ةٔؽة كو‪٪‬يٓ ا‪ٞٛ٣‬٭ةء يف مى‪ٛ٪‬ةد٭‪ ٥‬كدٕ‪٤‬يالد٭‪ ٥‬يؽؿ ىلع ذل‪٧ٚ ٟ‬ة ْل إال أ‪٣‬ح ث٭ة د‪٤‬ذع‪ ٜ‬الٮ‪ٝ‬ةآ ثة‪ٛ٣‬ؿكع امل‪٪‬ؽرصح حتذ٭ة ‪ٝ‬ةؿ ا‪ٕ٣‬ال‪٦‬ح اث‪٨‬‬
‫جني‪ ٥‬يف ا‪ٛ٣‬ٮااؽ الـيجيح ال جيٮز ا‪ٛ٣‬ذٮل ث‪٧‬ة د‪ٞ‬ذٌي‪ ٫‬الٌٮاثٍ أل‪٩‬٭ة ‪٣‬حكخ لكيح ث‪ ٢‬أٗ‪٤‬جيح ػىٮوة كْل ل‪ ٥‬دثجخ ٔ‪ ٨‬إ‪٦‬ةـ ث‪ ٢‬اقذؼؿص٭ة املنةيغ ‪٨٦‬‬
‫الك‪ ٫٦‬إذا د‪ٞ‬ؿر ‪٬‬ؾا األمؿ ‪٧ٚ‬ة ا‪ٛ٣‬ةاؽة ‪٬ ٨٦‬ؾا ا‪ ٥٤ٕ٣‬املجةرؾ ؟ إذا د‪ٞ‬ؿر ‪٠‬ٮف ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ا‪ٞٛ٣‬٭يح ‪٣‬حكخ ظضح يف اقت‪٪‬جةط ا‪ٛ٣‬ؿكع ‪ٚ‬ذجًف ٔؽة ‪ٚ‬ٮااؽ‬
‫دلراقح د‪ ٟ٤‬ا‪ ٥٤ٕ٣‬كْل ‪٦‬ة دٌل ‪ -1‬دكٮي‪ ٨‬امل‪١٤‬ح ا‪ٞٛ٣‬٭يح ‪-‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -3 -‬ي‪ٞ‬ذؽر ث٭ة ىلع اإلحلةؽ ك‪ٕ٦‬ؿ‪ٚ‬ح أظاكـ املكةا‪ ٢‬ا‪٣‬يت ‪٣‬حكخ ث‪٧‬كُٮرة يف‬
‫ال‪١‬ذت املذؽاك‪٣‬ح كالٮ‪ٝ‬ةآ ا‪٣‬يت ال د‪ٞ٪‬يض ىلع ممؿ األز‪٦‬ةف كاإلحلةؽ ‪٬‬ٮ مح‪ٚ ٢‬ؿع ىلع ‪ٚ‬ؿع ل‪١‬ٮ‪٩‬٭‪٧‬ة داػ‪٤‬ني حتخ ‪ٝ‬ةٔؽة كبيةف ذل‪ ٟ‬أف ‪٩‬ه اإل‪٦‬ةـ‬
‫‪٪٠‬ه النةرع ثة‪٣‬جكجح ل‪ٞ٧٤‬رل كذل‪ ٟ‬ألف اإل‪٦‬ةـ ‪ٝ‬ؽ ظؿر ‪٦‬ؾ‪٬‬ج‪ ٨٦ ٫‬ال‪١‬ذةب كالك‪٪‬ح كيب‪٪‬ٮف األوعةب ا‪ٞ٣‬ٮأؽ كالٌٮاثٍ ا‪ٞٛ٣‬٭يح ا‪٣‬يت دذ‪١‬ٮف ‪٨٦‬‬
‫ٔ‪ ٢٤‬األ‪ٝ‬حكح ا‪٣‬يت اقذؼؿص٭ة اإل‪٦‬ةـ كيذ‪ٛ‬ؿٔٮف ‪٪٦‬٭ة ‪ٚ‬ض‪٧‬يٓ ا‪ٛ٣‬ؿكع امل‪٪‬ىٮوح يف ال‪١‬ذت لك٭ة دؿصٓ إحل٭ة ز‪ ٥‬ث٭ة د‪٤‬ع‪ ٜ‬الٮ‪ٝ‬ةآ احلةدزح ثُؿي‪ ٜ‬اإلحلةؽ‬
‫ك‪٬‬ٮ إحلةؽ املكةا‪ ٢‬ا‪٣‬يت د‪٪‬ه برشط ا‪٩‬ؽراص٭ة حتخ ًةثٍ مم٭ؽ ‪ٚ‬ةإلحلةؽ ‪ ٨٦‬كّي‪ٛ‬ح ا‪ٞٛ٣‬ي‪ ٫‬امل‪ٞ‬رل ‪٧٠‬ة أف ا‪ٞ٣‬يةس ‪ ٨٦‬كّي‪ٛ‬ح املضذ٭ؽ املكذ‪ٚ ٢ٞ‬أ‪٣‬ح‬
‫اإلحلةؽ ْل ا‪ٞ٣‬ٮأؽ كالٌٮاثٍ ا‪٣‬يت اقذؼؿص٭ة األوعةب ‪٩ ٨٦‬ىٮص اإل‪٦‬ةـ كأوٮهل‪.‬‬
‫‪ .4‬انًدًىع شزذ انًهذب – اندشء االول ص‪ 642 :‬دار انكتة‬
‫‪ٚ‬ى‪ٝ ٢‬ةؿ أثٮ ٔ‪٧‬ؿك امل‪ٛ‬ذٮف ‪ٝ‬ك‪٧‬ةف مكذ‪ ٢ٞ‬كٗريق ‪ٚ‬ةملكذ‪ ٢ٞ‬رشَ‪٦ ٓ٦ ٫‬ة ذ‪٠‬ؿ‪٩‬ة أف يكٮف ‪ٝ‬ي‪٧‬ة ث‪ٕ٧‬ؿ‪ٚ‬ح أد‪٣‬ح االظاكـ الرشٔيح ‪ ٨٦‬ال‪١‬ذةب كالك‪٪‬ح‬
‫كاالدمةع كا‪ٞ٣‬يةس ك‪٦‬ة اتلع‪ ٜ‬ث٭ة ىلع اتل‪ٛ‬ىي‪ ٢‬ك‪ٝ‬ؽ ‪ٚ‬ى‪٤‬خ يف ‪٠‬ذت ا‪ٚ ٫ٞٛ٣‬ذحرست كهلل احل‪٧‬ؽ‪ /‬كأف يكٮف اعملة ث‪٧‬ة ينرتط يف االد‪٣‬ح ككصٮق دالتل٭ة‬
‫كبكي‪ٛ‬يح ا‪ٝ‬ذجةس االظاكـ ‪٪٦‬٭ة ك‪٬‬ؾا يكذ‪ٛ‬ةد ‪ ٨٦‬أوٮؿ ا‪ /٫ٞٛ٣‬اعر‪ٚ‬ة ‪٤ٔ ٨٦‬ٮـ ا‪ٞ٣‬ؿآف كاحلؽير كاجلةقغ كاملجكٮخ كاجلعٮ كال‪٘٤‬ح كاتلرصي‪ٙ‬‬
‫كاػذالؼ ا‪٧٤ٕ٣‬ةء كاد‪ٛ‬ة‪ٝ‬٭‪ ٥‬ثة‪ٞ٣‬ؽر اذلل يذ‪٧‬ك‪ ٨٦ ٫ٕ٦ ٨‬الٮ‪ٚ‬ةء برشكط االد‪٣‬ح كاال‪ٝ‬ذجةس ‪٪٦‬٭ة‪ /‬ذا دربح كارديةض يف اقذٕ‪٧‬ةؿ ذل‪ /ٟ‬اعملة ثة‪٫ٞٛ٣‬‬
‫ًةثُة ال‪٦‬٭ةت مكةا‪ ٫٤‬كد‪ٛ‬ةريٕ‪ ٨٧ٚ ٫‬دمٓ ‪٬‬ؾق االكوةؼ ‪ٚ‬٭ٮ امل‪ٛ‬ىت املُ‪ ٜ٤‬املكذ‪ ٢ٞ‬اذلل يذأدل ث‪ٚ ٫‬ؿض ال‪ٛ١‬ةيح ك‪٬‬ٮ املضذ٭ؽ املُ‪ ٜ٤‬املكذ‪ ٢ٞ‬ال‪٫٩‬‬
‫يكذ‪ ٢ٞ‬ثةالد‪٣‬ح ث٘ري د‪٤ٞ‬يؽ‪ -‬ايل اف ‪ٝ‬ةؿ‪( -‬ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬اثلةين) امل‪ٛ‬ىت اذلل ‪٣‬حف ث‪٧‬كذ‪ ٢ٞ‬ك‪ ٨٦‬د‪٬‬ؿ َٮي‪ٔ ٢‬ؽـ امل‪ٛ‬ىت املكذ‪ ٢ٞ‬كوةرت ا‪ٛ٣‬ذٮل إىل امل‪٪‬تكبني‬
‫إىل أا‪٧‬ح املؾا‪٬‬ت املذجٮٔح * كل‪ٛ٧٤‬ىت امل‪٪‬تكت أربٕح أظٮاؿ ‪ -‬ايل اف ‪ٝ‬ةؿ‪( -‬احلة‪٣‬ح الؿاثٕح) اف ي‪ٞ‬ٮـ حب‪ ِٛ‬املؾ‪٬‬ت ك‪ ٫٤ٞ٩‬ك‪ٚ‬٭‪ ٫٧‬يف الٮاًعةت‬
‫كاملنالكت ك‪٣‬ك‪٪ٔ ٨‬ؽق ًٕ‪ ٙ‬يف د‪ٞ‬ؿيؿ أدتل‪ ٫‬كحتؿيؿ أ‪ٝ‬حكذ‪ٚ ٫‬٭ؾا يٕذ‪٧‬ؽ ‪ ٫٤ٞ٩‬ك‪ٚ‬ذٮاق ث‪ٚ ٫‬ي‪٧‬ة حي‪١‬ي‪ ٨٦ ٫‬مكُٮرات ‪٦‬ؾ‪٬‬ج‪٩ ٨٦ ٫‬ىٮص ا‪٦‬ة‪٫٦‬‬
‫كد‪ٛ‬ؿيٓ املضذ٭ؽي‪ ٨‬يف ‪٦‬ؾ‪٬‬ج‪ ٫‬ك‪٦‬ة ال جيؽق ‪ٞ٪٦‬ٮال اف كصؽ يف امل‪ٞ٪‬ٮؿ ‪٪ٕ٦‬ةق حبير يؽرؾ ث٘ري ‪٠‬جري ‪١ٚ‬ؿ ا‪ ٫٩‬ال ‪ٚ‬ؿؽ ثح‪٪‬٭‪٧‬ة صةز احلة‪ ٫ٝ‬ث‪ ٫‬كا‪ٛ٣‬ذٮل ث‪/٫‬‬
‫كًلؾا ‪٦‬ة يٕ‪ ٥٤‬ا‪٩‬ؽراص‪ ٫‬حتخ ًةثٍ مم٭ؽ يف املؾ‪٬‬ت ك‪٦‬ة ‪٣‬حف ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬جيت امكة‪ ٨ٔ ٫٠‬ا‪ٛ٣‬ذٮل ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ك‪٦‬س‪٬ ٢‬ؾا ي‪٩ ٓٞ‬ةدرا يف ظ‪ ٜ‬املؾ‪٠‬ٮر إذ يجٕؽ ‪٧٠‬ة‬
‫‪ٝ‬ةؿ ا‪٦‬ةـ احلؿ‪٦‬ني اف د‪ ٓٞ‬مكأ‪٣‬ح ل‪ ٥‬ي‪٪‬ه ٔ‪٤‬ي٭ة يف املؾ‪٬‬ت كال ْل يف ‪ٕ٦‬ىن امل‪٪‬ىٮص كال ‪٪٦‬ؽرصح حتخ ًةثٍ‪ /‬كرشَ‪٠ ٫‬ٮ‪ٞٚ ٫٩‬ي‪ ٫‬اجل‪ٛ‬ف ذا ظِ‬
‫كا‪ٚ‬ؿ ‪ ٨٦‬ا‪ٝ /٫ٞٛ٣‬ةؿ أثٮ ٔ‪٧‬ؿك كاف يكذىف يف ظ‪ ِٛ‬املؾ‪٬‬ت يف ‪٬‬ؾق احلة‪٣‬ح كا‪٣‬ىت ‪ٝ‬ج‪٤‬٭ة ثكٮف املْٕ‪ ٥‬ىلع ذ‪ ٫٪٬‬كيذ‪٧‬ك‪ ٨‬دلربذ‪ ٨٦ ٫‬الٮ‪ٝ‬ٮؼ‬
‫ىلع ابلةيق ىلع ‪ٝ‬ؿب‬

‫‪16‬‬
www.lirboyo.net

Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Mukhlis Dimyati 1. Bpk. Nawawi Azhari
2. KH. Romadlon Khotib 2. Bpk. Ihsan
3. K. Masruchan 3. Bpk. H. Adibuddin Bpk. Sibromulisi
4. KH. M. Azizi Hasbullah 4. Agus HM. Said Ridlwan
5. K. A. Fauzi Hamzah 5. Agus H. Adibussholeh
6. KH. Ridwan Qoyyum S. 6. Agus Syamsyul Mu’in
NOTULEN
7. K. Saiful Anwar 7. Agus Ali Khidlir
8. Agus Aminullah
9. Agus. Hamim HR
10. Bpk. Syahrul Munir M. Khotibul Umam
11. Bpk. Munawwar Zuhri HM. Aqil Syauqi
12. Bpk. Kholid Afandi M. Luthfi Kholili
13. Bpk Rofiq Ajhuri
14. Bpk. M. Ahid Yasin
15. Bpk. M. Zainul Millah

Memutuskan

1. PESAN OJEK ONLINE DI WAKTU OFFLINE | PP. An-Najah Mambaul Ma’arif


Deskripsi Masalah
Di era yang serba modern ini, kemajuan teknologi dapat semakin kita rasakan manfaatnya.
Baik dalam bidang pengetahuan, informasi, ekonomi, dan lain sebagainya. Kebutuhan sehari-hari
pun juga semakin mudah untuk didapatkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti
dalam bidang transportasi. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi ini dapat kita lihat
dari munculnya ojek-ojek online yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Salah satunya
adalah “GRAB”.
Untuk bisa memesan layanan ojek ini, kita harus mendownload fitur GRAB online yang sudah

1
‫‪disediakan di playstore. Pemesanan ini hanya bisa dilakukan jika si driver dalam keadaan online.‬‬
‫‪Dengan mengakses fitur GRAB Online, kita bisa mengetahui lokasi para driver GRAB terdekat‬‬
‫‪untuk memesan layanan GRAB. Namun tak jarang juga ada beberapa orang yang tanpa sengaja‬‬
‫‪bertemu dengan driver di pinggir jalan, dan dia langsung memesan layanan ojek tanpa melalui‬‬
‫‪fitur yang ada. Padahal pada saat itu juga si driver masih belum keadaan online.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪a. Apakah bagi si driver boleh menerima layanan ojek dalam keadaan offline‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫;‪a. Diperinci sebagaimana berikut‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪Diperbolehkan, jika driver menarik penumpang tanpa menggunakan atribut grab.‬‬
‫‪-‬‬ ‫‪Jika menggunakan atribut grab, maka termasuk melanggar kesepakatan bersama (tarku‬‬
‫‪wafa al-wa’d) dan hukumnya terjadi perkhilafan, menurut sebagian Ulama’ tidak‬‬
‫‪diperbolehkan.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Fiqh al-Manhaji, vol. 6, h. 148.‬‬ ‫‪3. Tuhfah al-Muhtaj, vol. 6, h. 363.‬‬
‫‪2. Hawasyi as-Syarwani, vol. 6, h. 210.‬‬ ‫‪4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬انفقه انًنهجٍ عهً يزهب اإلياو انشافعٍ (‪(141 /6‬‬


‫أ‪ٝ‬كةـ اإلصةرة كرشكَ٭ة ‪:‬اإلصةرة ‪ٝ‬ك‪٧‬ةف‪ /‬إصةرة ٔني كإصةرة ذ‪٦‬ح‪.‬‬
‫‪ٚ .1‬إصةرة ا‪ٕ٣‬ني‪ /‬يه اإلصةرة الٮاردة يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح ‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثٕني ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪٧٠ .‬ة لٮ ‪ٝ‬ةؿ‪ /‬أصؿد‪٬ ٟ‬ؾق ادلار‪ ،‬أك الكيةرة ا‪ٛ٣‬بل‪٩‬يح ػ لكيةرة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫يٕؿ‪ٚ‬٭ة املذٕة‪ٝ‬ؽاف ػ أك أف يكذأصؿ مؼىة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ة ‪٦ ٢٧ٕ٣‬ة‪ ،‬أك حلؼيٍ هل ‪٬‬ؾا اثلٮب‪.‬‬
‫‪ .2‬كإصةرة اذل‪٦‬ح‪ /‬يه اإلصةرة الٮاردة يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح ‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثةذل‪٦‬ح‪٠ ،‬أف يكذأصؿق حلٮو‪ ٫٤‬بكيةرة مٮوٮ‪ٚ‬ح يف ذ‪٦‬ذ‪ ٫‬إيل ماكف ‪ٕ٦‬ني‪ ،‬أك يؤصؿق‬
‫ن‬
‫قيةرة مٮوٮ‪ٚ‬ح يف ذ‪٦‬ذ‪٦ ٫‬ؽة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪ ،‬كًلأف ي‪٤‬ــ املكذأصؿ املؤصؿ ٔ‪٧‬بل يف ذ‪٦‬ذ‪٠ ٫‬ج‪٪‬ةء أك ػيةَح أك حنٮ ذل‪ٚ ،ٟ‬ي‪ٞ‬ج‪.٢‬‬
‫ك‪٬ ٨٦‬ؾا اجلٮع ‪٦‬ة حيى‪ ٢‬يف ‪٬‬ؾق األيةـ ‪ ٨٦‬اقتبضةر كقةا‪ ٢‬اجل‪ ٢ٞ‬املؼذ‪ٛ٤‬ح‪ٚ ،‬إف اإلصةرة دؿد يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح مٮوٮ‪ٚ‬ح يف اذل‪٦‬ح‪ ،‬ال يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح‬
‫‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثٕني ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح ‪.‬رشكط إصةرة ا‪ٕ٣‬ني‪:‬‬
‫(‪ ).1‬أف دكٮف ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪ٚ ،‬بل يىط أف يؤصؿق إظؽل ‪٬‬ةدني الكيةردني‪٧٠ ،‬ة مؿ (‪ ).2‬أف دكٮف ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ظةرضة‬
‫كمنة‪٬‬ؽة ‪ ٨٦‬املذٕة‪ٝ‬ؽي‪٪ٔ ،٨‬ؽ ٔ‪ٞ‬ؽ اإلصةرة ‪٤ٚ .‬ٮ ‪ٝ‬ةؿ‪ /‬أصؿد‪ ٟ‬دارم أك قيةريت أك زٮيب‪ ،‬ك‪٧٬‬ة اغاجةف ٔ‪ ٨‬ادلار‪ ،‬أك الكيةرة كاثلٮب ‪٣‬حكة‬
‫ن‬
‫يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ل‪ ٥‬دىط اإلصةرة‪ ،‬إال إذا اكف املذٕة‪ٝ‬ؽاف ‪ٝ‬ؽ مة‪٬‬ؽا ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪ٕٞ٣‬ؽ ث‪٧‬ؽة ال دذ٘ري ‪ٚ‬ي٭ة اغبلة ‪ٚ‬ذىط اإلصةرة‪.‬‬
‫(‪ ).3‬أف ال يؤص‪ ٢‬اقتي‪ٛ‬ةء امل‪ٕٛ٪‬ح ٔ‪ ٨‬ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪٠ ،‬أف يؤصؿق دارق الك‪٪‬ح امل‪ٞ‬ج‪٤‬ح‪ ،‬أك يؤصؿق ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬يلع أف يجؽأ ا‪ ٢٧ٕ٣‬أكؿ الن٭ؿ‪ ،‬أك يؤصؿق‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫أذجةرا ‪ ٨٦‬أكؿ الن٭ؿ ا‪ٞ٣‬ةدـ‪ ،‬ك‪١٬‬ؾا‪ ،‬إال إذا اك‪٩‬خ اإلصةرة ل‪٧٤‬كذ‪ٞ‬ج‪ ٢‬مل‪٬ ٨‬ٮ مكذأصؿ‬
‫قيةرد‪ٗ ٫‬ؽا‪ ،‬أك أف يؤصؿق دارق ق‪٪‬ح أك م٭ؿا ُ‬
‫ل‪ٕ٤‬ني ك‪ٝ‬خ ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ملؽة دجذيه ثجؽء ‪٦‬ؽة اإلصةرة اجلؽيؽة ‪ٚ‬ذىط اإلصةرة‪ ،‬الدىةؿ املؽدني ‪ ٓ٦‬احتةد املكذأصؿ‪ٚ ،‬ىةر ‪٧٠‬ة لٮ اقذأصؿ ا‪ٕ٣‬ني‬
‫يف املؽدني يف ٔ‪ٞ‬ؽ كاظؽ‪.‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬
‫رشكط إصةرة اذل‪٦‬ح‪ .1 /‬أف دكٮف األصؿة ظة‪٣‬ح‪ ،‬كأف تك‪ ٥٤‬يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ألف ‪٬‬ؾق اإلصةرة ُ‬
‫سَل‪ ٥‬يف امل‪٪‬ة‪ٚ ،ٓٚ‬حنرتط تك‪٤‬ي‪ ٥‬رأس ‪٦‬ةؿ‬
‫الك‪ ٥٤‬ػ ك‪٬‬ٮ األصؿة ػ يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬كامرتاط اتلأصي‪ٕ٠ ٢‬ؽـ ا‪٣‬تك‪٤‬ي‪٤ٚ .٥‬ٮ اد‪ٞٛ‬ة يف ا‪ٕٞ٣‬ؽ يلع دأصي‪ ٢‬األصؿة ل‪ ٥‬دىط اإلصةرة ظىت كلٮ‬
‫ق‪٧٤‬خ يف املض‪٤‬ف‪ .‬كًلؾل‪ ٟ‬إذا ل‪ ٥‬يذ‪ٞٛ‬ة يلع اتلأصي‪ ٢‬كل‪ ٥‬تك‪ ٥٤‬األصؿة ثة‪ ٢ٕٛ٣‬يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ .2 .‬ثيةف صجف ا‪ٕ٣‬ني ا‪٣‬يت تكذٮيف ‪٪٦‬٭ة‬
‫امل‪ٕٛ٪‬ح ك‪٩‬ٮٔ٭ة كو‪ٛ‬ذ٭ة‪٧٠ .‬ة إذا ٔ‪ٞ‬ؽ إصةرة ‪ ٓ٦‬م‪١‬ذت ‪ ٢ٞ٩‬حل‪ ٫٤ٞ٪‬إيل ثرل ‪ٕ٦‬ني‪ٚ ،‬يججيغ ثيةف الٮقي‪٤‬ح ا‪٣‬يت قح‪ٚ ٫٤ٞ٪‬ي٭ة‪ ٢٬ /‬يه كقي‪٤‬ح‬
‫صٮيح أك حبؿيح أك ثؿيح؟ ك‪ ٢٬‬يه قيةرة ‪٠‬جرية أك و٘رية؟ ك‪ ٢٬‬يه ظؽيسح أك ‪ٝ‬ؽي‪٧‬ح؟ ك‪٦‬ة إيل ذل‪ ٨٦ ٟ‬أمٮر دذ‪ٛ‬ةكت ‪ٚ‬ي٭ة األٗؿاض‪.‬‬
‫ن‬
‫ظك‪ ٥‬اإلصةرة‪ /‬إذا د‪ٞٔ ٥‬ؽ اإلصةرة ثذٮ‪ٚ‬ؿ أرٌل‪ ٫٩‬كرشكَ‪ ٫‬ا‪ٕٞ٩‬ؽ وعيعة‪ ،‬كدؿدت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ظ‪ ٫٧١‬ػ أم أزؿق الرشيع ػ ث‪٧‬ضؿد ا‪ٕٞ٩‬ةدق‪،‬‬
‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ك‪٬‬ٮ‪ -/‬زجٮت امل‪ ٟ٤‬ل‪٧٤‬كذأصؿ يف ‪ٕٛ٪٦‬ح املؤصؿ‪ ،‬كصٮاز درص‪ٚ ٫ٚ‬ي٭ة كاقتي‪ٛ‬ةا‪ ٫‬هلة‪ -.‬زجٮت امل‪ ٟ٤‬ل‪٧٤‬ؤصؿ يف األصؿة ا‪٣‬يت يه ‪ٝ‬ي‪٧‬ح امل‪ٕٛ٪‬ح‬
‫ا‪٣‬يت م‪١٤‬٭ة‬

‫‪2‬‬
‫‪ .2‬دىاشٍ انششوانٍ وانعبادٌ (‪)212 /6‬‬
‫‪ٚ‬ةحلةو‪ ٢‬أف هل ‪٦ ٢ٕٚ‬ة كا‪ ٜٚ‬ا‪ٕ٣‬ةدة كإف رض امل‪ ٟ٤‬كاملةل‪ ٟ‬كأف هل ‪٦ ٢ٕٚ‬ة ػة‪ٛ٣‬٭ة إف ل‪ ٥‬يرض امل‪ ٟ٤‬كإف رض املةل‪ ٟ‬كًلؾا لٮ رض االص‪٪‬يب‬
‫ثةالكىل كيكيف يف صؿيةف ا‪ٕ٣‬ةدة ‪٠‬ٮف صجك‪ ٫‬ي‪ ٢ٕٛ‬ثني االثجيح كإف ل‪ ٥‬جتؿ ث‪ٔ ٢ٕٛ‬ي‪ ٫٪‬ك‪ ٫٪٦‬ظؽاد ثني ثـازي‪ٚ ٨‬ؼؿج حنٮ ‪٢٧ٕ٦‬‬
‫ا‪٣‬جنةدر ‪ٚ‬يٌ‪ٚ ٨٧‬ةٔ‪ ٫٤‬ثني االثجيح ‪٦‬ة دٮدل ‪ ٫٪٦‬ك‪٦‬س‪ ٢٧ٕ٦ ٫٤‬ابلةركد دججي‪ /٫‬م‪٦ ٢٧‬ة ذ‪٠‬ؿ ‪ ٨٦‬صٮاز اتلرصؼ املٕذةد ‪٦‬ة لٮ أرسج يف م‪٫١٤‬‬
‫رساصة كلٮ ث‪٪‬ضف كلــ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬تكٮيؽ صؽار صةرق ‪٤ٝ‬يٮيب اق جبريَل‬
‫‪ .3‬تذفت انًذتاج فٍ ششح انًنهاج ودىاشٍ انششوانٍ وانعبادٌ (‪)363 /6‬‬
‫كًلٮ‪٩‬٭ة صةاـة كٔؽـ اقذع‪ٞ‬ةؽ ا‪ٕ٣‬ةم‪ ٢‬تك‪٤‬ي‪ ٥‬اجلٕ‪ ٢‬إال ثٕؽ تك‪٤‬ي‪ ٥‬ا‪٤ٚ ٢٧ٕ٣‬ٮ رشط دٕضي‪ٚ ٫٤‬كؽ املكُل ككصجخ أصؿة املس‪ٚ ٢‬إف ق‪٫٧٤‬‬
‫ثبل رشط ل‪ ٥‬جيـ درص‪ٚ ٫ٚ‬ي‪ ٫‬ىلع األكص‪ ٫‬كي‪ٛ‬ؿؽ ثح‪ ٫٪‬كبني اإلصةرة ثأ‪ ٫٩‬ز‪ ٥‬م‪ ٫١٤‬ثة‪ٕٞ٣‬ؽ ك‪٪٬‬ة ال ي‪ ٫١٤٧‬إال ثة‪ ٢٧ٕ٣‬كرشاع اإلذف يف ٔ‪٢٧‬‬
‫‪ٕ٦‬ني أك دل٭ٮؿ ملٕني أك دل٭ٮؿ ث‪ٞ٧‬ةث‪٢‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل ‪٤ٚ‬ٮ رشط دٕضي‪ )٫٤‬كلٮ ‪ٝ‬ةؿ ‪ ٨٦‬رد ٔجؽم ‪ ٫٤ٚ‬در‪ٝ ٥٬‬ج‪ ٫٤‬ثُ‪ٝ ٢‬ةهل ا‪٘٣‬ـايل يف ‪٠‬ذةب ادلرر ا ـه‪٩‬٭ةيح ‪ٝ‬ةؿ ع ش ‪ٝ‬ٮهل ـ ر ‪ٝ‬ج‪ ٫٤‬أم‬
‫‪ٝ‬ج‪ ٢‬الؿد ك‪ٝ‬ٮهل ـ ر ثُ‪ ٢‬أم ا‪ٕٞ٣‬ؽ لرشط دٕضي‪ ٢‬اجلٕ‪ ٢‬ا‪ٝ(.٬‬ٮهل ‪ٚ‬إف ق‪ )٫٧٤‬أم اجلٕ‪ٝ ٢‬ج‪ ٢‬ا‪ٛ٣‬ؿاغ قٮاء اكف ‪ٝ‬ج‪ ٢‬الرشكع يف ا‪ ٢٧ٕ٣‬أك‬
‫ثٕؽق ا ـهع ش (‪ٝ‬ٮهل كل‪ ٥‬جيـ درص‪ٚ ٫ٚ‬ي‪ٝ )٫‬ةؿ ثٕي املنةيغ أم ‪ ٨٦‬ظير ‪٠‬ٮ‪ ٫٩‬صٕبل أ‪٦‬ة ‪ ٨٦‬ظير رًة املةل‪ ٟ‬ادلا‪ ٓٚ‬اذلم دٌ‪٫٪٧‬‬
‫ا‪٣‬تك‪٤‬ي‪ٚ ٥‬يضٮز اتلرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬أ‪ٝ‬ٮؿ ‪٬‬ٮ مك‪ ٥٤‬يف اتلرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ثةال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ث‪ ٫‬ث‪٪‬عٮ أك‪ ٫٤‬أك ‪٣‬بك‪ ٫‬أ‪٦‬ة اتلرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ث‪ ٢ٞ٪‬امل‪٠ ٟ٤‬جيٕ‪٫‬‬
‫ك‪٬‬جذ‪ٚ ٫‬بل جيٮز ‪ٕ٣‬ؽـ امل‪ ٟ٤‬اذلم يذٮ‪٤ٔ ٙٝ‬ي‪ ٫‬ذل‪ ،ٟ‬كلٮ أد‪ ٫ٛ٤‬ث‪٪‬عٮ أك‪ٚ ٫٤‬ةلٮص‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬يٌ‪ ٫٪٧‬أل‪ ٫٩‬ل‪ ٥‬يك‪ ٫٧٤‬هل دلة‪٩‬ة ث‪ ٢‬ىلع أ‪ٔ ٫٩‬ٮض‬
‫ك‪ ٢٬‬هل ر‪ ٫٪٬‬أك ال ‪ٚ‬ي‪ْ٩ ٫‬ؿ ق‪ ٥‬ىلع ظش أ‪ٝ‬ٮؿ ‪ٝ‬يةس ‪٦‬ة ‪ٝ‬ؽ‪٦‬ذ‪ ٓ٪٦ ٨٦ ٫‬ثيٕ‪ ٓ٪٦ ٫‬ر‪ ٫٪٬‬ا ـهع ش‪.‬‬
‫‪ .4‬ششح انًذهٍ عهً انًنهاج (‪)66/3‬‬
‫(كيه) أم اإلصةرة (‪ٝ‬ك‪٧‬ةف كاردة ىلع ٔني ‪٠‬إصةرة ا‪ٕٞ٣‬ةر كداثح أك مؼه ‪ٕ٦‬يجني) كاتلث‪٪‬يح ثٕؽ ا‪ ُٕٙ٣‬أك‪٧٠ ،‬ة يف ‪ٝ‬ٮهل دٕةىل {إف‬
‫يك‪٪ٗ ٨‬ية أك ‪ٞٚ‬ريا ‪ٚ‬ةهلل أكىل ث٭‪٧‬ة} (ك) كاردة (ىلع اذل‪٦‬ح اكقتبضةر داثح مٮوٮ‪ٚ‬ح‪ ،‬كبأف ي‪٤‬ــ ذ‪٦‬ذ‪ ٫‬ػيةَح أك ث‪٪‬ةء) كا‪ٝ‬ذرص يف ا‪ٕٞ٣‬ةر‬
‫ىلع إصةرة ا‪ٕ٣‬ني ‪ 0‬أل‪ ٫٩‬ال يثجخ يف اذل‪٦‬ح‪( .‬كلٮ ‪ٝ‬ةؿ اقذأصؿد‪ ٟ‬تلٕ‪٠ ٢٧‬ؾا ‪ٚ‬إصةرة ٔني) لئلًة‪ٚ‬ح إىل املؼةَت‪( .‬ك‪ٝ‬ي‪ )٢‬إصةرة (ذ‪٦‬ح) ‪0‬‬
‫ألف امل‪ٞ‬ىٮد ظىٮؿ ا‪ ٨٦ ٢٧ٕ٣‬ص٭ح‪ ،‬املؼةَت ‪ ٫٤ٚ‬حتىي‪ ٫٤‬ث٘ريق‪( .‬كينرتط يف إصةرة اذل‪٦‬ح تك‪٤‬ي‪ ٥‬األصؿة يف املض‪٤‬ف) ‪٠‬ؿأس ‪٦‬ةؿ‬
‫الك‪ 0 ٥٤‬أل‪٩‬٭ة ق‪ ٥٤‬يف امل‪٪‬ة‪ ،ٓٚ‬كال جيٮز ‪ٚ‬ي٭ة دأصي‪ ٢‬األصؿة‪( .‬كإصةرة ا‪ٕ٣‬ني ال ينرتط ذل‪ٚ ٟ‬ي٭ة) اكثل‪ ٨٧‬يف ابليٓ‬
‫‪ .5‬تششُخ انًستفُزَن ص ‪263 :‬‬
‫دذ‪٧‬ح أدمٕٮا ىلع أف الٮ‪ٚ‬ةء ثةلٮٔؽ ىف اخلري ‪٤ُ٦‬ٮب ك‪٬ ٢٬‬ٮ مكذعت أك كاصت ذ‪٬‬ت اثلبلزح اىل األكؿ كأف ىف دؿًل‪٠ ٫‬ؿا‪٬‬ح مؽيؽة كٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫أكرث ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ك‪ٝ‬ةؿ املةل‪ ٟ‬اف امرتاط الٮٔؽ بكجت ‪ٞ٠‬ٮهل دـكج كل‪٠ ٟ‬ؾا كحنٮ ذل‪ ٟ‬كصت الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ٫‬كاف اكف الٮٔؽ ‪ٞ٤ُ٦‬ة ل‪ ٥‬جيت ا‪٬‬‬
‫رمحح كاػذةر كصٮب الٮ‪ٚ‬ةء ثةلٮٔؽ ‪ ٨٦‬النة‪ٕٚ‬يح دٌف ادلي‪ ٨‬الكجيك ‪٧٠‬ة مؿ ذل‪ ٟ‬ىف ابليٓ ىف ثيةف ثيٓ ا‪ٕ٣‬٭ؽة ا‪٬‬‬
‫‪ .6‬األركاس اننىوَت ص‪ 271 :‬داس إدُاء انكتب انعشبُت‬
‫ك‪ٝ‬ؽ أدمٓ ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ىلع أف ‪ ٨٦‬كٔؽ إنكة‪٩‬ة محبة ‪٣‬حف ث‪٪٧‬ىه ٔ‪ٚ ٫٪‬يججىغ أف يىف ثٮٔؽق ك‪ ٢٬‬ذل‪ ٟ‬كاصت أـ مكذعت ‪ٚ‬يػ‪ ٫‬ػػبلؼ ثحػ‪٪‬٭‪،٥‬‬
‫ذ‪٬‬ت النة‪ٚ‬ىع كأثٮ ظ‪٪‬ي‪ٛ‬ح كاجل‪٧‬٭ٮر إىل أ‪ ٫٩‬مكذعت ‪٤ٚ‬ٮ دؿًل‪ٚ ٫‬ةدذ‪ ٫‬ا‪ ٢ٌٛ٣‬كاردكت امل‪١‬ػؿكق ‪٠‬ؿا‪٬‬ػح دزنيػ‪ ٫‬مػؽيؽة ك‪٣‬كػ‪ ٨‬ال يػأز‪٥‬‬
‫كذ‪٬‬ت دمةٔح إىل أ‪ ٫٩‬كاصت ‪ٝ‬ةؿ اإل‪٦‬ةـ أثٮ ثكؿ ث‪ ٨‬ا‪ٕ٣‬ؿىب املةلىك أص‪ ٨٦ ٢‬ذ‪٬‬ت ‪٬‬ؾا املؾ‪٬‬ت ٔ‪٧‬ؿ ث‪ٔ ٨‬جؽ ا‪ٕ٣‬ـيـ ‪ٝ‬ةؿ كذ‪٬‬جخ املةل‪١‬يػح‬
‫‪٦‬ؾ‪٬‬جة زةثلة أ‪ ٫٩‬إف اردجٍ الٮٔؽ بكجت ‪ٞ٠‬ٮهل دـكج كل‪٠ ٟ‬ؾا أك اظ‪ ٙ٤‬أ‪ ٟ٩‬ال تنذ‪٧‬ىن كل‪٠ ٟ‬ؾا أك حنٮ ذل‪ ٟ‬كصت الٮ‪ٚ‬ةء كإف اكف كٔؽا‬
‫‪ٞ٤ُ٦‬ة ل‪ ٥‬جيت‪ ،‬كاقذؽؿ ‪ ٨٦‬ل‪ ٥‬ثٮصج‪ ٫‬ثأ‪ ٫٩‬ىف ‪ٕ٦‬ىن اهلجح كاهلجح ال د‪٤‬ــ إال ثة‪ٞ٣‬جي ٔ‪٪‬ؽ اجل‪٧‬٭ٮر كٔ‪٪‬ؽ املةل‪١‬يح د‪٤‬ــ ‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪ٞ٣‬جي‪ .‬ا‪٬‬‬
‫‪ .7‬انًىسىعت انفقهُت انكىَتُت (‪)163 /6‬‬
‫ا‪٣‬زتا‪٦‬ةت يكذعت الٮ‪ٚ‬ةء ث٭ة كال جيت ‪ /‬أ – اال‪٣‬زتا‪٦‬ةت ا‪٣‬يت دجنأ ‪ٞٔ ٨٦‬ٮد اتلرباعت اك‪ٞ٣‬ؿض كاهلجح كا‪ٕ٣‬ةريح كالٮويح ‪ .‬ب – اال‪٣‬زتاـ‬
‫اجلةمئ ثةلٮٔؽ ‪ٚ ،‬٭ؾق اال‪٣‬زتا‪٦‬ةت يكذعت الٮ‪ٚ‬ةء ث٭ة ‪ ،‬أل‪٩‬٭ة ‪ ٨٦‬املٕؿكؼ اذلم ‪٩‬ؽب إحل‪ ٫‬النةرع ‪ ،‬ي‪ٞ‬ٮؿ اهلل دٕةىل ‪ { /‬كدٕةك‪٩‬ٮا ىلع ا‪٣‬رب‬
‫كاتل‪ٞ‬ٮل } كي‪ٞ‬ٮؿ اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ٛ٩ ٨٦ / ٥٤‬ف ٔ‪ ٨‬مك‪٠ ٥٤‬ؿبح ‪٠ ٨٦‬ؿب ادل‪٩‬ية ‪ٛ٩‬ف اهلل ٔ‪٠ ٫٪‬ؿبح ‪٠ ٨٦‬ؿب يٮـ ا‪ٞ٣‬ية‪٦‬ح‬
‫كي‪ٞ‬ٮؿ ‪ /‬د٭ةدكا حتةثٮا ‪٣ .‬ك‪ ٨‬ال جيت الٮ‪ٚ‬ةء ث٭ة – اىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -‬كالٮٔؽ ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬يكذعت الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ٫‬ثةد‪ٛ‬ةؽ ‪ .‬ي‪ٞ‬ٮؿ ا‪ٞ٣‬ؿايف ‪ ٨٦ /‬أدب ا‪ٕ٣‬جؽ‬
‫‪ ٓ٦‬رب‪ ٫‬إذا كٔؽ رب‪ ٫‬بيشء ال خي‪ ٫ٛ٤‬إيةق ‪ ،‬ال قي‪٧‬ة إذا ا‪٣‬زت‪ ٫٦‬كو‪٤ٔ ٥٧‬ي‪ٚ ، ٫‬أدب ا‪ٕ٣‬جؽ ‪ ٓ٦‬اهلل قجعة‪ ٫٩‬كدٕةىل حبك‪ ٨‬الٮ‪ٚ‬ةء كد‪ٌ٤‬ف ‪٬‬ؾق‬
‫اال‪٣‬زتا‪٦‬ةت ثة‪ٞ٣‬جٮؿ ‪٣ .‬ك‪ ٨‬الٮ‪ٚ‬ةء ث‪٣ ٫‬حف ثٮاصت يف اجل‪٤٧‬ح ‪ٚ ،‬يف ابلؽاآ ‪ /‬الٮٔؽ ال يشء ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ك‪٣‬حف ثبلزـ ‪ ،‬كيف ‪٪٦‬ذىه اإلرادات ‪ /‬ال‬
‫ي‪٤‬ــ الٮ‪ٚ‬ةء ثةلٮٔؽ ‪٩‬ىة ‪ ،‬كيف ‪٩‬٭ةيح املعذةج ‪ /‬لٮ ‪ٝ‬ةؿ ‪ /‬أؤدم املةؿ أك أظرض النؼه ‪ٚ ،‬٭ٮ كٔؽ ال ي‪٤‬ــ الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ، ٫‬ألف الىي٘ح ٗري منٕؿة‬
‫ثةال‪٣‬زتاـ ‪ .‬إال أ‪ ٫٩‬إذا اك‪٩‬خ ‪٪٬‬ةؾ ظةصح تكذؽيع الٮ‪ٚ‬ةء ثةلٮٔؽ ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬جيت الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ٞٚ . ٫‬ؽ ‪ ٢ٞ٩‬اث‪ ٨‬اعثؽي‪ ٨ٔ ٨‬صة‪ ٓ٦‬ا‪ٛ٣‬ىٮ‪٣‬ني ‪ /‬لٮ ذ‪٠‬ؿ‬
‫ابليٓ ثبل رشط ‪ ،‬ز‪ ٥‬ذ‪٠‬ؿ الرشط ىلع كص‪ ٫‬ا‪ٕ٣‬ؽة ‪ ،‬صةز ابليٓ كلــ الٮ‪ٚ‬ةء ثةلٮٔؽ ‪ ،‬إذ املٮأيؽ ‪ٝ‬ؽ دكٮف الز‪٦‬ح ‪ٚ‬يضٕ‪ ٢‬الز‪٦‬ة حلةصح اجلةس‬
‫‪ .‬كاملن٭ٮر ٔ‪٪‬ؽ املةل‪١‬يح أف الٮٔؽ ي‪٤‬ــ كي‪ٞ‬ىض ث‪ ٫‬إذا دػ‪ ٢‬املٮٔٮد بكجت الٮٔؽ يف يشء ‪ٝ ،‬ةؿ قع‪٪‬ٮف ‪ /‬اذلم ي‪٤‬ــ ‪ ٨٦‬الٮٔؽ إذا ‪ٝ‬ةؿ ‪/‬‬

‫‪3‬‬
‫ا‪٬‬ؽـ دارؾ كأ‪٩‬ة أق‪٦ ٟٛ٤‬ة دبين ث‪ ، ٫‬أك اػؿج إىل احلش أك امرت ق‪ٕ٤‬ح أك دـكج كأ‪٩‬ة أق‪ ، ٟٛ٤‬أل‪ ٟ٩‬أدػ‪٤‬ذ‪ ٫‬ثٮٔؽؾ يف ذل‪ ، ٟ‬أ‪٦‬ة دلؿد‬
‫الٮٔؽ ‪ٚ‬بل ي‪٤‬ــ الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ، ٫‬ث‪ ٢‬الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ٨٦ ٫‬ماكرـ األػبلؽ ‪ .‬ك‪ٝ‬ةؿ ا‪٤ٞ٣‬يٮيب ‪ٝ /‬ٮهل‪ ٥‬الٮٔؽ ال جيت الٮ‪ٚ‬ةء ث‪ ٫‬منلك ‪ ،‬ملؼة‪ٛ٣‬ذ‪ّ ٫‬ة‪٬‬ؿ اآليةت‬
‫كالك‪٪‬ح ‪ ،‬كألف ػ‪٠ ٫ٛ٤‬ؾب ‪ ،‬ك‪٬‬ٮ ‪ ٨٦‬ػىةؿ امل‪٪‬ة‪ٞٚ‬ني ‪ .‬ا‪٣‬زتا‪٦‬ةت جيٮز الٮ‪ٚ‬ةء ث٭ة كال جيت ‪ /‬أ – اال‪٣‬زتا‪٦‬ةت ا‪٣‬يت دجنأ ‪٩‬تيضح ا‪ٕٞ٣‬ٮد‬
‫اجلةاـة ثني ا‪ُ٣‬ؿ‪ٚ‬ني ‪ ،‬اكلٮٌل‪٣‬ح كالرشًلح كا‪ٞ٣‬ؿاض ‪ٚ ،‬٭ؾق جيٮز للك ‪ ٨٦‬ا‪ُ٣‬ؿ‪ٚ‬ني ‪ٚ‬كؼ٭ة كٔؽـ اال‪٣‬زتاـ ث‪ٞ٧‬ذٌة‪٬‬ة ‪٬ ،‬ؾا ‪ ٓ٦‬مؿااعة ‪٦‬ة‬
‫ينرتَ‪ ٫‬ثٕي ا‪ٞٛ٣‬٭ةء ظني ا‪ٛ٣‬كغ ‪ٌ٩ ٨٦‬ٮض رأس املةؿ يف املٌةربح ‪ ،‬كًلذٕ‪ ٜ٤‬ظ‪ ٜ‬ا‪٘٣‬ري ثةلٮٌل‪٣‬ح ‪.‬‬
‫‪ .1‬داشُت انششوانٍ جـ ‪ 6‬طـ ‪2‬‬
‫ا‪٘٣‬ىت ‪٬‬ٮ ‪٘٣‬ح اػؾ النيئ ّ‪٧٤‬ة دلة‪٬‬ؿة كرشاع االقتيبلء ىلع ظ‪ ٜ‬ا‪٘٣‬ري ٔؽكا‪٩‬ة ا‪( ٬‬ىلع ظ‪ٞ‬ٮؽ ا‪٘٣‬ري) كلٮ مخؿا اك لكجػة حمرت‪٦‬ػني كقػةاؿ‬
‫احل‪ٞ‬ٮؽ كاالػذىةص ‪٠‬ع‪ ٜ‬كٌل‪ٝ‬ة‪٦‬ح ‪ٕٝ ٨٦‬ؽ بكٮؽ اك ث‪٧‬كضؽ‬
‫‪ .6‬يىسىعت انفقه اإلساليٍ (‪ )445 /3‬دمحم بن إبشاهُى بن عبذ هللا انتىَجشٌ‬
‫ظك‪ ٥‬ثيٓ االق‪ ٥‬اتلضةرم‪ /‬االق‪ ٥‬اتلضةرم‪ ،‬كا‪٪ٕ٣‬ٮاف اتلضةرم‪ ،‬كا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح اتلضةريح‪ ،‬كاتلأحل‪ ،ٙ‬كاالػرتاع‪ ،‬ظ‪ٞ‬ٮؽ ػةوح ألوعةث٭ة‪ ،‬كهلة‬
‫‪ٝ‬ي‪٧‬ح ‪٦‬ةحلح ‪ٕ٦‬ذربة‪ٚ ،‬بل جيٮز االٔذؽاء ٔ‪٤‬ي٭ة‪ ،‬أك اتلرصؼ ‪ٚ‬ي٭ة إال ثإذف أ‪٤٬‬٭ة‪ .‬كجيٮز ‪ ٢ٞ٩‬أم ‪٪٦‬٭ة ثٕٮض ‪٦‬ةيل يؽ‪ ٓٚ‬ألوعةث٭ة إذا ا‪٩‬ذىف‬
‫ا‪٘٣‬ؿر كاتلؽ‪٣‬حف كا‪٘٣‬ل‬
‫‪ .12‬انفقه اإلساليٍ وأدنته (‪)123 /7‬‬
‫بنأف احل‪ٞ‬ٮؽ املٕ‪٪‬ٮيح ‪ ---‬ثٕؽ اَبلٔ‪ ٫‬ىلع ابلعٮث امل‪ٞ‬ؽ‪٦‬ح ‪ ٨٦‬األٌٔةء كاخلرباء يف مٮًٮع (احل‪ٞ‬ٮؽ املٕ‪٪‬ٮيح) كاقذ‪٧‬ةٔ‪ ٫‬ل‪٪٧٤‬ة‪ٝ‬نةت‬
‫ن‬
‫ا‪٣‬يت دارت ظٮهل‪ٝ .‬ؿر ‪ /‬أكال ‪ /‬االق‪ ٥‬اتلضةرم‪ ،‬كا‪٪ٕ٣‬ٮاف اتلضةرم‪ ،‬كا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح اتلضةريح‪ ،‬كاتلأحل‪ ٙ‬كاالػرتاع أك االثذاكر يه ظ‪ٞ‬ٮؽ ػةوح‬
‫ن‬
‫ُن‪/‬‬
‫ألوعةث٭ة‪ ،‬أوجط هلة يف ا‪ٕ٣‬ؿؼ املٕةرص ‪ٝ‬ي‪٧‬ح ‪٦‬ةحلح ‪ٕ٦‬ذربة تل‪٧‬ٮؿ اجلةس هلة‪ .‬ك‪٬‬ؾق احل‪ٞ‬ٮؽ يٕذؽ ث٭ة رشاع ‪ٚ‬بل جيٮز االٔذؽاء ٔ‪٤‬ي٭ة‪ .‬زة‪٩‬ية‬
‫جيٮز اتلرصؼ يف االق‪ ٥‬اتلضةرم أك ا‪٪ٕ٣‬ٮاف اتلضةرم أك ا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح اتلضةريح ك‪ ٢ٞ٩‬أم ‪٪٦‬٭ة ثٕٮض ‪٦‬ةيل إذا ا‪٩‬ذىف ا‪٘٣‬ؿر كاتلؽ‪٣‬حف كا‪٘٣‬ل‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ثةٔذجةر أف ذل‪ ٟ‬أوجط ظ‪ٞ‬ة ‪٦‬ةحلة‪ .‬زةثلة ‪ /‬ظ‪ٞ‬ٮؽ اتلأحل‪ ٙ‬كاالػرتاع أك االثذاكر مىٮ‪٩‬ح رشاع‪ ،‬كألوعةث٭ة ظ‪ ٜ‬اتلرصؼ ‪ٚ‬ي٭ة‪ ،‬كال جيٮز‬
‫االٔذؽاء ٔ‪٤‬ي٭ة كاهلل أٔ‪.٥٤‬‬
‫‪ .11‬انًعايًالث انًانُت انًعاطشة نهشُخ وهبت انضدُهٍ طذـ ‪564 - 517‬‬
‫زةثلة ظ‪ ٜ‬االق‪ ٥‬اتلضةرم كا‪٣‬رتػيه‪ .‬دٕؿي‪٦ ٫ٛ‬جنؤق كّةا‪ ٫ٛ‬أك مـايةق تكٮي٘‪ ٫‬رشاع‪ .‬االق‪ ٥‬اتلضةرم ‪٬‬ٮ ‪٦‬ة ينذ٭ؿ ث‪ ٫‬اتلةصؿ حم‪٤‬ية أك اعملية‬
‫بكجت صٮدة ق‪ٕ٤‬ذ‪ ٫‬كإد‪ٞ‬ة‪٩‬٭ة كد‪٧‬زي‪٬‬ة ‪ ٨٦‬أ‪٦‬سةهلة ثني اجلةس كبكجت ظك‪ ٨‬املٕةم‪٤‬ح كاخلؽ‪٦‬ح ا‪٣‬يت ي‪ٞ‬ؽ‪٦‬٭ة ‪٦‬س‪ ٢‬أظؾيح ثةدة ا‪٣‬ربيُة‪٩‬يح‬
‫ا‪ٕ٣‬ةمليح كحمبلت ا‪٪٘٣‬ؽكر ال‪٤‬ج‪٪‬ة‪٩‬يح كأق‪٧‬ةء ا‪ُٕ٣‬ٮرات ا‪ٛ٣‬ؿنكيح‪ .‬كا‪٣‬رتػيه ‪٦‬ة يىؽر ‪ ٨٦‬ادلك‪٣‬ح ‪ ٨٦‬إذف ث‪ٛ‬ذط املعة اتلضةرم أك الى‪٪‬ةيع‬
‫كاتل‪١٧‬ني ‪ ٨٦‬دؿكيش الك‪ٕ٤‬ح كمحةيذ٭ة حل‪ .٫ٞ‬ك‪٦‬جنأ ‪٬‬ؾا احل‪ ٜ‬ق‪ٕ٧‬ح املع‪ ٢‬أم م٭ؿد‪ ٫‬كز‪٪‬ةء اجلةس ىلع ظك‪ٕ٦ ٨‬ةم‪٤‬ح وةظج‪ ٫‬ك‪ٝ‬ؽرد‪ ٫‬ىلع‬
‫اصذؾاب ا‪٧ٕ٣‬بلء كتك٭ي‪ ٢‬املؽ‪ٚ‬ٮاعت كيذٌ‪ ٨٧‬االق‪ ٥‬اتلضةرم زبلزح ٔ‪٪‬ةرص‪ /‬مٕةر الك‪ٕ٤‬ح أك ا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح اتلضةريح ا‪ٛ٣‬ةر‪ٝ‬ح كيه لك ‪٦‬ة ي‪٧‬زي‬
‫ابلٌةٔح أك الك‪ٕ٤‬ح ٔ‪ ٨‬أ‪٦‬سةهلة كٔ‪٪٦ ٨‬ذةصةت اتلضةر اآلػؿي‪ ,٨‬ا‪٪ٕ٣‬ٮاف اتليضةرم ك‪٬‬ٮ اذلم ي‪٧‬زي املع‪ ٢‬اتلضةرم ٔ‪ٗ ٨‬ريق ك‪٬‬ٮ االق‪٥‬‬
‫املٕ‪ ٨٤‬ىلع ية‪ُٚ‬ذ‪ ٫‬أك ال‪ٚ‬ذذ‪ ٫‬كصـايةت ‪٤ٕ٦‬جةد‪ ٫‬أك أكيةق‪٦ ٫‬س‪ ٢‬املؿايع كامل‪١٤‬ح الى٘رية كالىةلٮف األػرض كاجلٮارح‪ ,‬كو‪ ٢‬املع‪٢‬‬
‫اتلضةرم ك‪٬‬ٮ مٮ‪ ٫ٕٝ‬أك ماك‪ ٫٩‬احليٮم أك االقرتادييج اذلم خيذةرق وةظت املع‪ ٢‬كي‪٧‬ةرس ننةَذ‪ ٫‬الؿائيس أك ا‪ٛ٣‬ؿيع ‪ٚ‬ي‪ .٫‬ككّةا‪ ٙ‬االق‪٥‬‬
‫اتلضةرم زبلزح يه د‪٧‬يزي الك‪ٕ٤‬ح ‪ ٨٦‬أ‪٦‬سةهلة كاحل‪ٛ‬ةظ ىلع مكذٮل إ‪٩‬ذةص٭ة كتكٮي‪ٞ‬٭ة‪ ,‬حت‪ٞ‬ي‪ ٜ‬الن٭ؿة كالك‪ٕ٧‬ح اتلضةريح كاقذ‪ُٞ‬ةب أكرب‬
‫ٔؽد ممك‪ ٨٦ ٨‬ا‪٧ٕ٣‬بلء‪ ,‬اتل‪٧‬ك‪ً ٨٦ ٨‬جٍ املجيٕةت كإظاكـ الكيُؿة كالؿ‪ٝ‬ةثح ىلع امل‪٪‬ة‪ٚ‬كح ل‪٤‬ك‪ٕ٤‬ح‪.‬‬
‫تكٮيٖ ‪٬‬ؾا احل‪ ٜ‬رشاع إف ظ‪ ٜ‬ثيٓ االق‪ ٥‬اتلضةرم كا‪٣‬رتػيه امل‪٪٧‬ٮح ‪ ٨٦‬ادلك‪٣‬ح تلةصؿ يٕؽ احلٮـ حبكت األٔؿاؼ الكةاؽة محبة صةاـا‬
‫رشاع أل‪ ٫٩‬أوجط ‪٦‬ةال كذا ‪ٝ‬ي‪٧‬ح ‪٦‬ةحلح كهل دال‪٣‬ح جتةريح ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح حي‪ ٜٞ‬ركاج الك‪ٕ٤‬ح ذات ا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح اتلضةريح االق‪ ٥‬اتلضةرم ك‪٬‬ٮ اذلم ‪٪٦‬ط‬
‫وةظج‪ ٫‬دؿػيىة ث‪٧٧‬ةرقح ا‪ ٢٧ٕ٣‬كيٕؽ محبة مم‪٤‬ٮٌل لىةظج‪ ٫‬ملـايةق املؾ‪٠‬ٮرة كحت‪ٞ‬ي‪ ٫ٞ‬و‪ٛ‬ح الؿكاج ك‪ ٨٦‬املٕ‪٤‬ٮـ أف امل‪ ٟ٤‬ي‪ٛ‬يؽ االػذىةص‬
‫أك االقتجؽاد (االقذ‪ٞ‬بلؿ) أك اتل‪٧‬ك‪ ٨٦ ٨‬اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ثةليشء امل‪٤٧‬ٮؾ كا‪ٕ٣‬بل‪ٝ‬ح ‪٩‬ةمبح ‪ٞٔ ٨٦‬ؽ ثيٓ ال ٔ‪ٞ‬ؽ إصةرة‪ .‬كا‪ٕ٣‬بل‪ٝ‬ح ثني النؼه‬
‫(ا‪ُ٣‬جييع أك املٕ‪٪‬ٮم أك االٔذجةرم) ٔبل‪ٝ‬ح ظ‪ٔ ٜ‬يين إذ يه ٔبل‪ٝ‬ح اػذىةويح ك‪٦‬جةرشة‪ .‬كمكت‪٪‬ؽ ‪٠‬ٮف االق‪ ٥‬اتلضةرم ‪٦‬ذ‪٧‬ٮال ‪٬‬ٮ‬
‫ا‪ٕ٣‬ؿؼ املكت‪٪‬ؽ إىل مى‪٤‬عح ‪ٕ٦‬ذربة رشاع دذٌ‪ ٨٧‬ص‪٤‬ت امل‪ٕٛ٪‬ح كد‪ ٓٚ‬املرضة كال يىةدـ ذل‪٩ ٟ‬ىة رشاع ك‪٬‬ؾا ‪٬‬ٮ املٕؿكؼ ث‪٧‬ىؽر‬
‫املىة ‪٣‬ط املؿق‪٤‬ح‪ .‬ك‪٬‬ؾا يذُج‪ ٜ‬ىلع لك ا‪٩‬ذةج ‪١ٚ‬ؿم أك إثؽاع أديب أك ‪ٚ‬ين أك و‪٪‬ةيع ملة هل ‪ٝ ٨٦‬ي‪٧‬ح ‪٦‬ةحلح ثني اجلةس ٔؿ‪ٚ‬ة‪ .‬كػىةاه امل‪ٟ٤‬‬
‫رشاع دثجخ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كيه االػذىةص اذلم ‪٬‬ٮ صٮ‪٬‬ؿ ظ‪ ٜ‬امل‪١٤‬يح كامل‪ ٓ٪‬أم ‪ ٓ٪٦‬ا‪٘٣‬ري ‪ ٨٦‬االٔذؽاء ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬اال ثإذف وةظج‪ ٫‬كصؿيةف اتلٕةم‪٢‬‬
‫‪ٚ‬ي‪ ٫‬كاملٕةكًح ٔ‪ٔ ٫٪‬ؿ‪ٚ‬ة‪ .‬آراء ٔ‪٧٤‬ةء ا‪ٕ٣‬رص يف ظ‪ ٜ‬اإلثؽاع ل‪٧٤ٕ٤‬ةء املٕةرصي‪ ٨‬اجتة‪٬‬ةف يف ظ‪ ٜ‬اإلثؽاع أك االثذاكر‪ .‬االجتةق األكؿ بلٕي‬
‫ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ‪ ٨٦‬احل‪ٛ٪‬يح يؿكف دأزؿا ث‪٧‬ؾ‪٬‬ت ‪٦‬ذ‪ٞ‬ؽَل احل‪ٛ٪‬يح يف ا‪ٞ٣‬ٮؿ ثٕؽـ أذجةر ‪٦‬ةحلح امل‪٪‬ة‪ ٓٚ‬أف ظ‪ ٜ‬االثذاكر ك‪ ٫٪٦‬ظ‪ ٜ‬اتلأحل‪ ٙ‬جيت‬
‫ثؾهل دلة‪٩‬ة كال جتٮز املٕةكًح ٔ‪ ٫٪‬كال حي‪ ٢‬امل‪ٞ‬ةث‪ ٢‬املةيل هل‪-‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪-‬كظ‪ ٜ‬امل‪١٤‬يح األدثيح كا‪٪ٛ٣‬يح كالى‪٪‬ةٔيح (احل‪ٞ‬ٮؽ املٕ‪٪‬ٮيح) ك‪٪٦‬٭ة‬

‫‪4‬‬
‫ثيٓ االق‪ ٥‬اتلضةرم كا‪٣‬رتػيه ‪٬ ٨٦‬ؾا اجلٮع اثلةين ألف ‪٬‬ؾا احل‪ ٜ‬ل‪ ٥‬يثجخ لىةظج‪ ٫‬د‪ٕٚ‬ة ل‪٤‬رضر ٔ‪ ٍٞٚ ٫٪‬كإ‪٧٩‬ة زجخ هل اثذؽاء ‪ ٥٤ٚ‬دٮصؽ‬
‫الن٭ؿة اتلضةريح كركاج الك‪ٕ٤‬ح إال جب٭ؽ وةظت االق‪ ٥‬اتلضةرم كدٕج‪ ٫‬ك‪ٕ٦‬ة‪٩‬ةد‪ ٫‬كإد‪ٞ‬ة‪ ٫٩‬ا‪ٚ ٢٧ٕ٣‬ىةر ظ‪ ٫ٞ‬ظ‪ٞ‬ة أويبل مبلز‪٦‬ة هل جيٮز‬
‫االٔذيةض ٔ‪ ٫٪‬املةؿ كخبةوح أف االٔذيةض ٔ‪ ٨‬ظ‪ ٫ٞ‬ثةملةؿ أوجط ٔؿ‪ٚ‬ة اع‪٦‬ة ‪ٞ٦‬ؿرا كمم‪٪‬ٮظة ‪ٝ ٨٦‬ٮا‪٩‬ني ادلكؿ املٕةرصة ز‪ ٥‬إف االق‪٥‬‬
‫اتلضةرم كا‪٣‬رتػيه ٔ‪٪‬رص ‪٪ٔ ٨٦‬ةرص املع‪ ٢‬اتلضةرم‬
‫‪ .12‬أسنً انًطانب فٍ ششح سوع انطانب (‪)446 /2‬‬
‫‪ٚ‬ؿع لٮ اختؾ دارق املذبلو‪ٞ‬ح ثةملكةك‪ ٨‬محة‪٦‬ة أك َةظٮ‪٩‬ح أك ظة‪٩‬ٮت ظؽاد كأظك‪ ٥‬صؽرا‪ ٫٩‬حبير د‪٤‬ي‪ ٜ‬ث‪٧‬ة ي‪ٞ‬ىؽق أك اختؾ‪٬‬ة ‪٦‬ؽث٘ح صةز‬
‫كإف درضر صةرق ثةلؿاحئح كا‪٩‬ـاعج الك‪ ٓ٧‬كأ‪ٚ‬ىض ذل‪ ٟ‬إىل د‪ ٙ٤‬أل‪٦ ٫٩‬ذرصؼ يف ػةله م‪ ٫١٤‬كيف ‪ ٫ٕ٪٦‬إرضار ث‪٤ٚ ٫‬ٮ ػة‪ ٙ٣‬ا‪ٕ٣‬ػةدة ثػأف‬
‫أرضت اجلؽاكة كادلؽ احلةوبلف ث‪٧‬ؼة‪ٛ٣‬ذ‪ ٫‬جبؽار اجلةر ‪ ٓ٪٦‬كً‪٦ ٨٧‬ة د‪ ٙ٤‬ث‪ ٫‬تلٕؽي‪ ٫‬كبؾل‪ّ ٟ‬٭ؿ أ‪ ٫٩‬ي‪ ٓ٪٧‬ممة يرضػ امل‪٤‬ػ‪ ٟ‬دكف املةلػ‪ٟ‬‬
‫كاقتسىن ثٌٕ٭‪ ٥‬ممة ذ‪٠‬ؿ ‪٦‬ة لٮ اكف هل دار يف ق‪١‬ح ٗري ‪٩‬ة‪ٚ‬ؾة ‪٤ٚ‬حف هل أف جيٕ‪٤‬٭ة مكضؽا كال محة‪٦‬ة كال ػة‪٩‬ة كال قبيبل إال ثإذف الرشػٌلء‬
‫ك‪ٚ‬ي‪ْ٩ ٫‬ؿ كلٮ ظ‪ٛ‬ؿ ث‪ ٫١٤٧‬ثةلٮٔح د‪ٛ‬كؽ ثرئ صةرق صةز ملة مؿ أكؿ ا‪ٛ٣‬ؿع كًلؿق تلرضر صةرق ث‪ ٫‬أك ظ‪ٛ‬ؿ ث‪ ٫١٤٧‬ثرئا ي‪ٞ٪‬ه ‪٦‬ةء ثرئ صةرق صةز‬
‫ملة مؿ‬
‫‪ .13‬إسعاد انشفُق ج ‪ 2‬ص ‪116‬‬
‫(ك) ‪٪٦‬٭ة (إيؾاء اجلةر) صةرق (كلٮ)اكف ( اك‪ٚ‬ؿا) ‪ -‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪( -‬دججي‪ )٫‬املؿاد ثةألذل ا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ ‪٦‬ة يٕػؽ يف ا‪ٕ٣‬ػؿؼ إيػؾاء أف إيػؾاء املكػ‪٥٤‬‬
‫‪٠‬جرية ‪ٞ٤ُ٦‬ة ككص‪ ٫‬اتلؼىيه ثةجلةر أف إيؾاء ٗريق ال يكٮف ‪٠‬جرية إال إف اكف هل ك‪ ٓٝ‬حبير ال حيذ‪ ٢٧‬اعدة خببلؼ اجلةر ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ال ينرتط‬
‫يف ‪٠‬ٮ‪٠ ٫٩‬جرية إال أف يىؽؽ ٔ‪٤‬ي‪ٔ ٫‬ؿ‪ٚ‬ة أ‪ ٫٩‬إيؾاء‪ .‬ككص٭‪ّ ٫‬ة‪٬‬ؿ ملة يف األظةدير الىعيعح ‪ ٨٦‬دأكيؽق كراعيح ظ‪. ٫ٞ‬‬

‫‪5‬‬
Jalsah Tsaniyah
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Mukhlis Dimyati 1. Bpk. Nawawi Azhari
2. KH. Romadlon Khotib 2. Bpk. Ihsan
3. K. M. Masruchan 3. Bpk. H. Adibuddin Bpk. Rofiq Ajhuri
4. KH. M. Azizi Hasbullah 4. Bpk. Syahrul Munir
5. KH. Syafrijalla Subadar 5. Bpk. Munawwar Zuhri
6. K. A. Fauzi Hamzah 6. Bpk. Najib Abdul Ghani
NOTULEN
7. KH. Ridwan Qoyyum S. 7. Bpk. Kholid Afandi
M. Khotibul Umam
8. K. Saiful Anwar 8. Bpk. Syibromalisi
HM. Aqil Syauqi
9. Bpk. M. Ahid Yasin
M. Luthfi Kholili
10. Bpk. M. Zainul Millah

Memutuskan

2. GUYONAN YANG PERLU DIPERTANYAKAN | Kelas 2 Tsn


Deskripsi Masalah
Bercanda dan guyonan memang bisa membuat suasana cair. Namun tak jarang juga terlontar
ucapan dan kata-kata yang mengkhawatirkan. Terkadang mereka menggunakan kalam suci,
hadits atau kalam ulama untuk bahan guyon. Contoh yang kerap diketahui adalah beberapa di
antara para perokok mengucapkan ‫ٕني‬٠‫ٓ الؿا‬٦ ‫ كارًلٮا‬untuk guyonan “merokoklah bersama para
perokok”. Dalam contoh lain sering kita dengar “estehbiroleh” sebagai plesetan dari
astaghfirulloh, atau juga “lammaa ta’ jumpa min ta’ suun” dengan lagu-lagu yang dibuat-buat
mirip ayat al-Qur’an. Sementara dalam kitab Faidhul Qodir dan Sullam at-Taufiq dijelaskan:
)13 /3( ‫فُغ انقذَش‬
‫ةلٮا‬ٝ ‫ؿة‬ٞ‫ أف دؾحبٮا ث‬٥‫ؿة {إف اهلل يأمؿًل‬ٞ‫ىح ابل‬ٝ ٨ٔ ‫ةؿ دٕةىل خمربا‬ٝ ٢‫ ص٭‬٫٩‫إ‬ٚ ٨‫ املـاح أيٌة يف أظاكـ ادلي‬٢٧ٕ‫ كال يكذ‬/‫ ٔؿيب‬٨‫ةؿ اث‬ٝ
‫كرتكا‬ٚ ‫ة‬٬‫ اذحبٮ‬٨‫ك‬٣‫ني ك‬٤٬‫ اجلة‬٢ٕٚ ٟ‫إف ذل‬ٚ ٨‫ةق ال أمـح يف أظاكـ ادلي‬٪ٕ٦ ‫ةؿ‬ٝ }‫ني‬٤٬‫ اجلة‬٨٦ ‫ةؿ أٔٮذ ثةهلل أف أكٮف‬ٝ ‫ـكا‬٬ ‫ة‬٩‫أدذؼؾ‬
‫ي٭ة‬ٚ ‫ح‬ٞ‫ي‬ٞ‫احل‬
11 ‫سهى انتىفُق طـ‬
‫ؽ كزف‬٪ٔ ‫خ رساثة اك‬٩‫اك‬ٚ ‫ؿغ رشاثة‬ٚ‫ة اك ا‬ٝ‫ة‬٬‫ؽ مؤل كاعء كًلأقة د‬ٝ‫ةؿ ك‬ٝ ‫ اك‬-‫ةؿ‬ٝ ‫اىل اف‬-)‫كةـ الؿدة‬ٝ‫ أ‬٨٦ ‫ٮاؿ (أم‬ٝ‫ر اال‬٣‫ اثلة‬٥‫ك‬ٞ٣‫كا‬
‫ةؼ اك اإلقذ٭ـاء يف اللك‬ٛ‫ىؽ اإلقذؼ‬ٞ‫ اظؽا ث‬٥‫٭‬٪٦ ‫٘ةدر‬٩ ٥٤ٚ ٥٬‫ة‬٩‫ؽ رؤيح دمٓ كظرش‬٪ٔ ‫ خيرسكف اك‬٥٬‫ٮ‬٩‫ اك كز‬٥٬‫ كاذا اكلٮ‬٢‫اكًلي‬

Pertanyaan
a. Bagaimanakah hukum mengucapkan al-Qur’an, dzikir, dll dengan maksud bercanda?
Jawaban
a. Haram mengucapkan Al-Qur’an atau Asma Mu’adzom dengan maksud bercanda karena
termasuk pelecehan (istihza’), bahkan bisa kufur jika ada tujuan melecehkan.

Referensi
1. Is’ad ar-Rofiq, vol. 1, h. 61. 3. Hawi lilfatawa vol. 1, h. 381.
2. Sullam at-Taufiq, h. 12-13. 4. Dan lain-lain.

61: ‫ إسعاد انشفُق انجضء األول طـ‬.1


٫٩‫٭ة ثكٮ‬٪٦ ‫ٮؿ) مٮوٮؼ لك كاظؽ‬ٝ ‫ أك‬٢ٕٚ ‫ةد (أك‬ٞ‫ أم أذ‬٫‫ي‬٩‫ٮف زة‬١‫ذط أكهل كق‬ٛ‫ؽ) ث‬ٞٔ ‫ٕجةرة يؿصٓ إىل أف لك‬٣‫ ا‬ٟ٤‫ أكرث د‬٢‫(كظةو‬
٨‫ػ‬٦ ‫) املةاػح كاألربٕػح املػةرة (أك) ثأظػؽ‬٫‫ذجػ‬٠( ٨٦ ‫ كدٕةىل (أك) بيشء‬٫٩‫ةؼ ثةهلل) قجعة‬ٛ‫ (أك اقذؼ‬٫٪٦ ‫ وؽر‬٨‫ح) مم‬٩‫(يؽؿ ىلع اقذ٭ة‬

6
‫(أ‪٩‬بيةا‪ )٫‬كيف نكؼح خب ٍ املؤ‪ ٙ٣‬أك رق‪ ٫٤‬كاألكىل أٔ‪( ٥‬أك مبلاكذ‪ )٫‬املض‪٤ٔ ٓ٧‬ي٭‪٧٠ ٥‬ة مؿ (أك) بيشء ‪( ٨٦‬مٕةاؿق) دمٓ مػٕرية كيه‬
‫ا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح أم ٔبل‪٦‬ةت دي‪ ٫٪‬اكل‪ٕ١‬جح كاملكةصؽ ‪ٞٚ‬ٮهل رمح‪ ٫‬اهلل دٕةىل (أك ‪ٕ٦‬ةل‪ ٥‬دي‪ )٫٪‬ث‪ٕ٧‬ىن النٕةاؿ ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ػةهل الكػيٮ( (أك) بيشػء ‪٦‬ػ‪٨‬‬
‫(أظاك‪ )٫٦‬دٕةىل أم أظاكـ دي‪ ٫٪‬اكلىبل ة كالىٮـ كاحلش كالـٌلة (أك) بيشء ‪( ٨٦‬كٔؽق) ثةثلٮاب ل‪ُ٧٤‬يٓ (أك) ‪( ٨٦‬كٔيػؽق) ثة‪ٕٞ٣‬ػةب ملػ‪٨‬‬
‫ك‪ٛ‬ؿ ث‪ ٫‬كٔىةق (ك‪ٛ‬ؿ) ػرب أف أل إف ‪ٝ‬ىؽ ‪ٝ‬ةا‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬االقذؼ‪ٛ‬ةؼ أك االقذ٭ـاء ثؾل‪ ٟ‬أك ‪ٕ٦‬ىيح حمؿ‪٦‬ح مؽيؽة اتلعؿي‪ ٥‬إف ل‪ ٥‬ي‪ٞ‬ىػؽ‬
‫ذل‪.ٟ‬‬
‫‪ .2‬سهى انتىفُق ص‪13 - 12 :‬‬
‫أك ‪ٝ‬ةؿ ك‪ٝ‬ؽ مؤل كاعء كًلأقة د‪٬‬ة‪ٝ‬ة أك أ‪ٚ‬ؿغ رشاثة ‪ٚ‬اك‪٩‬خ رساثة أك ٔ‪٪‬ؽ كزف أك ‪٠‬ي‪ ٢‬كإذا اكلٮ‪ ٥٬‬أك كز‪٩‬ٮ‪ ٥٬‬خيرسكف أك ٔ‪٪‬ؽ رأي‪ ٫‬دمٓ‬
‫كظرش‪٩‬ة‪٘٩ ٥٤ٚ ٥٬‬ةدر ‪٪٦‬٭‪ ٥‬أظؽا ث‪ٞ‬ىؽ االقذؼ‪ٛ‬ةؼ أك االقذ٭ـاء يف اللك كًلؾا لك مٮًٓ اقذٕ‪ٚ ٢٧‬ي‪ ٫‬ثؾل‪ ٟ‬ا‪ٞ٣‬ىؽ ‪ٚ‬إف اكف ث٘ري ذل‪ٟ‬‬
‫ا‪ٞ٣‬ىؽ ‪ٚ‬بل يك‪ٛ‬ؿ ‪٣‬ك‪ٝ ٨‬ةؿ النيغ أمحؽ ث‪ ٨‬ظضؿ رمح‪ ٫‬اهلل ال دجٕؽ ظؿ‪٦‬ذ‪.٫‬‬
‫‪ .3‬إسعاد انشفُق انجضء األول ص ‪56‬‬
‫كا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬اثلة‪٣‬ر األ‪ٝ‬ٮاؿ ك‪٬‬ٮ ‪٠‬سرية صؽا ‪٪٦‬٭ة ‪-‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -‬أك ‪ٝ‬ةؿ كاحلةؿ أ‪ٝ ٫٩‬ؽ مؤل كاعء أم أ‪٩‬ةء ‪ٞ٠‬ؽح ‪٦‬ةء ‪٦‬سبل "‪٠‬أقة د‪٬‬ة‪ٝ‬ة" أم مخؿا‬
‫‪٦‬ةخلح حم‪٤‬٭ة أك ‪ٝ‬ةؿ ك‪ٝ‬ؽ ‪ٚ‬ؿغ رشاثة ‪ٚ‬اك‪٩‬خ رشاثة أك‪ٝ‬ةؿ ٔ‪٪‬ؽ كزف أك ٔ‪٪‬ؽ ‪٠‬ي‪ ٢‬ملٮزكف أك م‪١‬ي‪ ٢‬امرتاق ‪٦‬سبل "كإذا اكلٮ‪ "٥٬‬يف اثلةين "أك‬
‫كز‪٩‬ٮ‪ "٥٬‬يف األكىل أك لكي٭‪٧‬ة يف لكي٭‪٧‬ة خيرسكف أك ‪ٝ‬ةؿ ٔ‪٪‬ؽ رؤيح دمٓ دلذ‪ٕ٧‬ني "كظرش‪٩‬ة‪٘٩ ٥٤ٚ ٥٬‬ةدر" أم ل‪ ٥‬يرتؾ ‪٪٦‬٭‪ ٥‬أظؽا ‪٠‬ؾا ‪٫٤ٞ٩‬‬
‫ُإال إف ‪ٝ‬ةهل ث‪ٞ‬ىؽ االقذؼ‪ٛ‬ةؼ أك االقذ٭ـاء ثة‪ٞ٣‬ؿآف يف اللك‪-‬إىل ‪ٚ‬إف‬
‫يف األٔ‪ ٨ٔ ٥٤‬ثٕي األظ‪٪‬ةؼ ‪ٝ‬ةؿ كّة‪٬‬ؿ أ‪ ٫٩‬اليك‪ٛ‬ؿ ‪ٝ‬ةا‪ ٢‬ذل‪ٟ‬‬
‫اكف ‪ٝ‬ؽ اقذٕ‪ ٢٧‬ث٘ري ذل‪ ٟ‬ا‪ٞ٣‬ىؽ ثأف أَ‪ ٜ٤‬كل‪ ٥‬ي‪ٞ‬ىؽ محبة ‪ٚ‬بل يك‪ٛ‬ؿ مكذٕ‪ ٫٤٧‬يف د‪ ٟ٤‬املٮآً األربٓ كٗري‪٬‬ة ‪٣‬ك‪ ٢٬ ٨‬حيؿـ‬
‫اقذٕ‪٧‬ةهل يف ذل‪ ٟ‬أك ال ‪ٝ‬ةؿ النيغ ا‪ٕ٣‬بل‪٦‬ح أمحؽ اث‪ ٨‬ظضؿ اهليذِل الكٕؽم األ‪٩‬ىةر رمح‪ ٫‬اهلل دٕةىل ال دجٕؽ ظؿ‪٦‬ذ‪ ٫‬أم ظؿ‪٦‬ح اقذٕ‪٧‬ةؿ‬
‫ذل‪ٟ‬‬
‫‪ .4‬إسعاد انشفُق انجضء انثانً ص ‪( 64 -63 :‬داس إدُاء انكتب انعشبُت)‬
‫(ك) ‪٪٦‬٭ة (لك الكـ ي‪ٞ‬ؽح) أل يؤدل إىل ‪ٝ‬ؽح أل ذـ (ىف ادلي‪ ٨‬أك ىف أظؽ ‪ )٨٦‬املؿق‪٤‬ني أك ‪( ٨٦‬األ‪٩‬بيةء) ٔ‪٤‬ي٭‪ ٥‬الىبلة كالكبلـ (أك ىف)‬
‫أظؽ ‪ ٨٦‬الىعةثح كاتلةثٕني كدةثٕي٭‪ ٥‬أك ىف أظؽ ‪( ٨٦‬ا‪٧٤ٕ٣‬ةء) إذ جيت ٔ‪٤‬ي‪٪‬ة دْٕي‪٧‬٭‪ ٥‬كا‪ٞ٣‬يةـ حب‪ٞ‬ٮ‪ٝ‬٭‪ ٥‬ك‪ٝ‬ؽ د‪ٞ‬ؽـ أف ثٕي ا‪٧٤ٕ٣‬ةء‬
‫ك‪ٛ‬ؿ ‪ ٨٦‬و٘ؿ ٔ‪٧‬ة‪٦‬ح ا‪ٕ٣‬ةل‪٠ ٥‬أف ‪ٝ‬ةؿ ٔ‪٧‬ي‪٧‬ح ‪ٚ‬بلف (أك) ىف ىشء ‪( ٨٦‬ا‪ )٥٤ٕ٣‬الرشىع أك آتل‪( ٫‬أك) ىف ىشء ‪ ٨٦‬أظاكـ (الرشع) كذ‪٠‬ؿق‬
‫‪ ٓ٦‬ادلي‪ ٨‬دأكيؽ إذ ‪٬‬ٮ ث‪٪ٕ٧‬ةق ‪٧٠‬ة مؿ أكؿ ال‪١‬ذةب كاتل‪ٛ‬ؿ‪ٝ‬ح ىف ا‪٣‬تك‪٧‬يح ثةالٔذجةر (أك) ىف ىشء ‪( ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ؿآف) ا‪ْٕ٣‬ي‪ ٥‬املزنؿ ىلع قيؽ‪٩‬ة‬
‫حم‪٧‬ؽ ( (أك) ىف (ىشء) آػؿ (‪ ٨٦‬مٕةاؿ اهلل) قجعة‪ ٫٩‬كدٕةىل اكحلش كالىبلة كالـٌلة كال‪ٕ١‬جح كاملكةصؽ ك‪ٝ‬ؽ مؿ الالكـ ىلع ذل‪ ٟ‬كأف ثٌٕ‪٫‬‬
‫رب‪٧‬ة جيؿ إىل ا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ كا‪ٕ٣‬يةذ ثةهلل دٕةىل ‪ ٨٦‬ذل‪ ٟ‬لك‪٫‬‬
‫‪ .5‬إعانت انطانبُن ‪( -‬جـ ‪ / 1‬طـ ‪)126‬‬
‫كي‪٪‬يح ‪٦‬ة ٔ‪٤‬ي‪ٝ ٨٦ ٥ْٕ٦ ٫‬ؿآف كاق‪٩ ٥‬يب أك م‪ ٟ٤‬كلٮ منرتٌل ‪ٕ٠‬ـيـ كأمحؽ إف ‪ٝ‬ىؽ ث‪ٝ ( ٥ْٕ٦ ٫‬ٮهل ‪ٝ ٨٦‬ؿآف إ‪٣‬غ ) ثيةف ل‪٥ْٕ٧٤‬‬
‫(ك‪ٝ‬ٮهل كلٮ منرتٌل ) أم كلٮ اكف ال‪ ِٛ٤‬ادلاؿ ىلع املْٕ‪ ٥‬منرتٌل أم يُ‪ ٜ٤‬ىلع ٗريق ثُؿي‪ ٜ‬االمرتاؾ اك‪ٕ٣‬ـيـ ‪ٚ‬٭ٮ يُ‪ ٜ٤‬ىلع اهلل دٕةىل‬
‫كىلع ‪ ٨٦‬كيل مرص كًلأمحؽ ‪ٚ‬٭ٮ يُ‪ ٜ٤‬ىلع اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬كىلع ٗريق ( ‪ٝ‬ٮهل إف ‪ٝ‬ىؽ ث‪ ) ٫‬أم ثؾل‪ ٟ‬املنرتؾ ‪ٝ ٥ْٕ٦‬ةؿ يف‬
‫اجل٭ةيح أك ‪ٝ‬ة‪٦‬خ ‪ٝ‬ؿي‪٪‬ح ‪ٝ‬ٮيح ىلع أ‪ ٫٩‬املؿاد ث‪ ٫‬كاألكص‪ ٫‬أف ا‪ٕ٣‬ربة ث‪ٞ‬ىؽ اكدج‪ ٫‬جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬أك ‪٘٣‬ريق ‪٦‬ذرباع كإال ‪ٚ‬ةمل‪١‬ذٮب هل ا‪ ٬‬كػؿج ثؾل‪٦ ٟ‬ة‬
‫إذا ا‪ٝ‬ىؽ ث‪ٗ ٫‬ريق أك أَ‪ٚ ٜ٤‬بل ‪٠‬ؿا‪٬‬ح‪.‬‬
‫‪ .6‬انذاوٌ نهفتاوٌ نهسُىطٍ انجضء األول طـ ‪313 - 311‬‬
‫مكأ‪٣‬ح‪ :‬اقذٕ‪٧‬ةؿ أ‪ٛ٣‬ةظ ا‪ٞ٣‬ؿآف يف املعةكرات كاملؼةَجةت كاملضةكبةت كاإلننةءات كاخلُت كالؿقةا‪ ٢‬كامل‪ٞ‬ة‪٦‬ةت مؿادا ث٭ة ٗري املٕىن‬
‫اذلم أريؽت ث‪ ٫‬يف ا‪ٞ٣‬ؿآف يكُل ٔ‪٪‬ؽ الىؽر األكؿ ‪ ٨٦‬الىعةثح كاتلةثٕني ‪ ٨٧ٚ‬ثٕؽ‪ ٨٦ ٥٬‬األا‪٧‬ح كا‪٧٤ٕ٣‬ةء رضب ‪٦‬س‪ ٢‬كد‪٧‬سبل‬
‫كاقتن٭ةدا إذا اكف يف اجلرثك‪ٝ‬ؽ يكُل ا‪ٝ‬ذجةقة حبكت اػذبلؼ املٮرد ‪ٚ‬إذا اكف يف النٕؿ قُل ا‪ٝ‬ذجةقة ال ٗري ‪ٚ‬أ‪٦‬ة األكؿ ك‪٬‬ٮ اذلم يف اجلرث‬
‫قٮاء اكف د‪٧‬سبل أك ا‪ٝ‬ذجةقة ‪ٚ‬ضةاـ يف ‪٦‬ؾ‪٬‬ج‪٪‬ة ثبل ػبلؼ ٔ‪٪‬ؽ‪٩‬ة ‪٩‬ه ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬األوعةب إدمةال كد‪ٛ‬ىيبل كاقذٕ‪٤٧‬ٮق يف ػُج٭‪ ٥‬كإننةا٭‪٥‬‬
‫كرقةا‪٤‬٭‪ ٥‬ك‪ٞ٦‬ة‪٦‬ةد٭‪- ٥‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪ -‬ك‪ٝ‬ةؿ الؿا‪ٚ‬يع يف ثةب رشكط الىبلة إذا أىت املىٌل بيشء ‪ ٥ْ٩ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ؿآف ‪ٝ‬ةوؽا ث‪ ٫‬ا‪ٞ٣‬ؿاءة ل‪ ٥‬يرض‬
‫كإف ‪ٝ‬ىؽ ‪ ٓ٦‬ا‪ٞ٣‬ؿاءة محبة آػؿ ‪٠‬ذججي‪ ٫‬اإل‪٦‬ةـ أك ٗريق كا‪ٛ٣‬ذط ىلع ‪ ٨٦‬اردش ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كد‪ٛ‬٭ي‪ ٥‬األمؿ ‪ ٨٦‬األمٮر ‪٦‬س‪ ٢‬أف ي‪ٞ‬ٮؿ جل‪٧‬ةٔح‬
‫يكذأذ‪٩‬ٮف يف ادلػٮؿ ادػ‪٤‬ٮ‪٬‬ة بكبلـ آ‪٪٦‬ني أك ي‪ٞ‬ٮؿ ية حيىي ػؾ ال‪١‬ذةب ث‪ٞ‬ٮة ك‪٦‬ة أمج‪ ٫‬ذل‪ ٟ‬كال ‪ٚ‬ؿؽ ثني أف يكٮف ‪٪٦‬ذ٭ية يف ‪ٝ‬ؿاءد‪٫‬‬
‫إىل د‪ ٟ٤‬اآليح أك يجنئ ‪ٝ‬ؿاءد٭ة ظيجبؾ ك‪ٝ‬ةؿ اجلٮكم يف اتلبيةف ‪ٚ‬ى‪ ٢‬يف ‪ٝ‬ؿاءة ا‪ٞ٣‬ؿآف يؿاد ث٭ة الالكـ ذ‪٠‬ؿ اث‪ ٨‬أيب داكد يف ‪٬‬ؾا اػذبل‪ٚ‬ة‬
‫‪ٚ‬ؿكل ٔ‪ ٨‬إثؿا‪٬‬ي‪ ٥‬اجلؼيع أ‪ ٫٩‬اكف يكؿق أف يت‪٪‬ةكؿ ا‪ٞ٣‬ؿآف ليشء يٕؿض ‪ ٨٦‬أمؿ ادل‪٩‬ية كٔ‪٧ٔ ٨‬ؿ ث‪ ٨‬اخلُةب أ‪ٝ ٫٩‬ؿأ يف وبلة امل٘ؿب‬
‫ث‪١٧‬ح كاتلني كالـيذٮف كَٮر قجني ز‪ ٥‬ر‪ ٓٚ‬وٮد‪ ٫‬ك‪٬‬ؾا ابلرل األ‪٦‬ني كٔ‪ ٨‬ظ‪١‬ي‪ ٥‬ثٌ‪ ٥‬احلةء ث‪ ٨‬قٕؽ أف رصبل ‪ ٨٦‬املع‪٧١‬ح أىت ٔ‪٤‬ية ريض‬

‫‪7‬‬
‫اهلل ٔ‪ ٫٪‬ك‪٬‬ٮ يف وبلة الىجط ‪ٞٚ‬ةؿ ‪٣‬نئ أرشًلخ حلعجُ‪ ٟ٤٧ٔ ٨‬كتل‪١‬ٮ‪ ٨٦ ٨٩‬اخلةرسي‪ٚ ٨‬أصةث‪ ٫‬يلع ك‪٬‬ٮ يف الىبلة ‪ٚ‬ةورب إف كٔؽ اهلل‬
‫ظ‪ ٜ‬كال يكذؼ‪ ٟ٪ٛ‬اذلي‪ ٨‬ال يٮ‪٪ٝ‬ٮف ‪ٝ‬ةؿ أوعةث‪٪‬ة إذا اقذأذف إنكةف ىلع املىٌل ‪ٞٚ‬ةؿ املىٌل ادػ‪٤‬ٮ‪٬‬ة بكبلـ آ‪٦‬ني ‪ٚ‬إف أراد اتلبلكة أك‬
‫اتلبلكة كاإلٔبلـ ل‪ ٥‬دجُ‪ ٢‬وبلد‪ ٫‬كإف أراد اإلٔبلـ أك ل‪ ٥‬حترضق ‪٩‬يح ثُ‪٤‬خ وبلد‪ ٫‬ا‪٩‬ذىه الكـ اجلٮكم يف اتلبيةف‪ -‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ – ‪ٝ‬ةؿ‬
‫ثٌٕ٭‪٬ / ٥‬ؾا احلؽير ‪ ٨٦‬أد‪٣‬ح اال‪ٝ‬ذجةس ‪ ،‬ك‪ٝ‬ةؿ اث‪ٔ ٨‬جؽ ا‪٣‬رب يف اتل‪٧‬٭يؽ ‪ /‬يف ‪٬‬ؾا احلؽير صٮاز االقتن٭ةد ثة‪ٞ٣‬ؿآف ‪ٚ‬ي‪٧‬ة حيك‪ ٨‬كحب‪، ٢٧‬‬
‫كذ‪٠‬ؿ اث‪ ٨‬رمي‪٦ ٜ‬س‪ ٫٤‬يف رشح املٮَأ ك‪٧٬‬ة ‪٦‬ةل‪١‬يةف ك‪ٝ‬ةؿ اجلٮكم يف رشح مك‪ / ٥٤‬يف احلؽير صٮاز االقتن٭ةد يف ‪٦‬س‪٬ ٢‬ؾا الكيةؽ‬
‫ثة‪ٞ٣‬ؿآف يف األمٮر املع‪ٞٞ‬ح ‪ ،‬ك‪ٝ‬ؽ صةء هلؾا ‪ْ٩‬ةاؿ ‪٠‬سرية ‪٧٠‬ة كرد يف ‪ٚ‬ذط م‪١‬ح ‪ ( /‬أ‪ ٫٩‬وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬صٕ‪ ٢‬يُٕ‪ ٨‬يف األو‪٪‬ةـ كي‪ٞ‬ٮؿ‬
‫‪ ( /‬صةء احل‪ ٜ‬ك‪٦‬ة يجؽلء ابلةَ‪ ٢‬ك‪٦‬ة يٕيؽ صةء احل‪ ٜ‬كز‪ ٜ٬‬ابلةَ‪ٝ ، ) ٢‬ةؿ ‪ /‬كإ‪٧٩‬ة يكؿق رضب األ‪٦‬سةؿ ‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ؿآف يف املـح ك‪٘٣‬ٮ احلؽير‬
‫‪ٚ‬ي‪١‬ؿق ‪-‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪ -‬ك‪ٝ‬ةؿ اتلٌف ث‪ ٨‬ظضح ‪ /‬اال‪ٝ‬ذجةس زبلزح أ‪ٝ‬كةـ ‪ٞ٦ /‬جٮؿ ‪ ،‬ك‪٦‬جةح ‪ ،‬كمؿدكد ‪ٚ ،‬ةألكؿ ‪٦‬ة اكف يف اخلُت كاملٮأِ‬
‫كا‪ٕ٣‬٭ٮد ‪ .‬كاثلةين ‪٦‬ة اكف يف ا‪٘٣‬ـؿ كالؿقةا‪ ٢‬كا‪ٞ٣‬ىه ‪ .‬كاثلة‪٣‬ر ‪٦‬ة اكف يف اهلـؿ كاخلبلٔح ‪ .‬كذ‪٠‬ؿ النيغ ٔبلء ادلي‪ ٨‬ث‪ ٨‬ا‪ُٕ٣‬ةر د‪٧٤‬يؾ‬
‫اجلٮكم يف ‪٠‬ذةب هل أ‪ ٫ٛ٣‬يف النٕؿ أ‪ ٫٩‬قأؿ اجلٮكم ٔ‪ ٨‬اال‪ٝ‬ذجةس ‪ٚ‬أصةزق يف اجلرث كًلؿ‪ ٫٬‬يف النٕؿ ‪ ،‬ككا‪ ٫ٞٚ‬ىلع ذل‪ ٟ‬النيغ ث٭ةء ادلي‪ ٨‬ث‪٨‬‬
‫الكجيك ‪ٚ‬ضٮزق يف اجلرث كاقذٕ‪ ٫٤٧‬ك‪ٝ‬ةؿ ‪ /‬الٮرع اصذ‪٪‬ةث‪ ٫‬يف النٕؿ ‪ ،‬ذ‪٠‬ؿق يف ٔؿكس األ‪ٚ‬ؿاح ‪٤ٝ .‬خ ‪ /‬كٔ‪٤‬ح اتل‪ٛ‬ؿ‪ٝ‬ح ثني اجلرث كالنٕؿ ّة‪٬‬ؿة‬
‫ن‬
‫‪ٚ ،‬إف ا‪ٞ٣‬ؿآف ال‪١‬ؿي‪ ٥‬ملة ‪٩‬ـق ٔ‪٠ ٨‬ٮ‪ ٫٩‬مٕؿا ‪٩‬ةقت أف يزنق ٔ‪ ٨‬دٌ‪٧‬ي‪ ٫٪‬النٕؿ خببلؼ اجلرث ‪٬ .‬ؾا دل‪٧‬ٮع امل‪ٞ٪‬ٮؿ ٔ‪٪‬ؽ‪٩‬ة يف ‪٬‬ؾق املكأ‪٣‬ح ‪،‬‬
‫كظةو‪ ٫٤‬االد‪ٛ‬ةؽ ىلع صٮاز رضب األ‪٦‬سةؿ ‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ؿآف كا‪ٝ‬ذجةق‪ ٫‬يف اجلرث كاالػذبلؼ يف ا‪ٝ‬ذجةق‪ ٫‬يف النٕؿ ‪ٚ ،‬ةألكرثكف صٮزكق كاقذٕ‪٤٧‬ٮق‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫‪٪٦‬٭‪ ٥‬الؿا‪ٚ‬يع ‪ ،‬كأ‪٦‬ة اجلٮكم ‪ ،‬كابل٭ةء ث‪ ٨‬الكجيك ‪١ٚ‬ؿ‪٬‬ةق كراع ال حتؿي‪٧‬ة ‪ ،‬كل‪ ٥‬أ‪ ٙٝ‬ىلع ‪ ٢ٞ٩‬ثذعؿي‪ ٫٧‬ألظؽ ‪ ٨٦‬النة‪ٕٚ‬يح ‪ ،‬كحم‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬لك‪٫‬‬
‫يف ٗري اهلـؿ كاخلبلٔح كاملضٮف‬
‫‪ .7‬داشُت انجًم (‪)433 /5‬‬
‫كدٌ‪٧‬ني اآليةت جلعٮ اخلُت ‪٠‬ؿ‪ ٫٬‬دمةٔح كرػه ‪ٚ‬ي‪ ٫‬آػؿكف يف اخلُجح كاملٮأِ ك‪٬‬ٮ أكص‪ ٫‬ا ‪ . ٬‬رشح ـ ر ك‪ٝ‬ٮهل ك‪٬‬ٮ أكص‪ ٫‬ث‪ٝ ٢‬ةؿ‬
‫ظش احل‪ ٜ‬أف دٌ‪٧‬ني ذل‪ ٟ‬كاال‪ٝ‬ذجةس ‪ ٫٪٦‬كلٮ يف مٕؿ صةاـ كإف ٗري ‪ .٫٧ْ٩‬ك‪ ٨٦‬ز‪ ٥‬ا‪ٝ‬ذىض الكـ وةظت ابليةف كٗريق أ‪ ٫٩‬ال حمْٮر يف‬
‫أف يؿاد ثة‪ٞ٣‬ؿآف ٗريق ‪٠‬ػ { ادػ‪٤‬ٮ‪٬‬ة بكبلـ } ملكذأذف ‪ ٥ٕ٩‬إف اكف ذل‪ ٟ‬يف حنٮ دلٮف ظؿـ ث‪ ٢‬رب‪٧‬ة أ‪ٚ‬ىض إىل ك‪ٛ‬ؿ ‪.‬ا ‪ . ٬‬كيججيغ أف ي‪٤‬ع‪ٜ‬‬
‫ثة‪ٞ٣‬ؿآف ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ذ‪٠‬ؿ األظةدير كاألذاكر كاألدٔيح ا ‪. ٬‬‬
‫‪ .1‬أسنً انًطانب ششح سوع انطانب ‪ -‬انجضء انثانث طـ ‪466‬‬
‫(‪ٚ‬ةاؽة) ذ‪٠‬ؿ‪٬‬ة ا‪٧ٞ٣‬ٮيل اػذ‪ ٙ٤‬الك‪ ٙ٤‬يف صٮاز دٌ‪٧‬ني يشء ‪ ٨٦‬آم ا‪ٞ٣‬ؿآف ‪٘٣‬ريق ‪ ٨٦‬اخلُت كالؿقةا‪ ٢‬كحنٮ‪٧٬‬ة ‪١ٚ‬ؿ‪ ٫٬‬دمةٔح؛ أل‪٫٩‬‬
‫اقذٕ‪٧‬ةؿ هل يف ٗري مٮًٕ‪ٞ٠ ٫‬ٮؿ ثٕي األمؿاء ك‪ٝ‬ؽ أ‪٬‬ؽل هل ثٕي امل‪٤‬ٮؾ ‪٬‬ؽيح {ث‪ ٢‬أ‪٩‬ذ‪ ٥‬ث٭ؽيذك‪ ٥‬د‪ٛ‬ؿظٮف} ‪ٞٚ‬ةؿ هل الؿقٮؿ {ارصٓ‬
‫إحل٭‪٪٤ٚ ٥‬أدح‪٪‬٭‪ ٥‬جب‪٪‬ٮد} اآليح كرػه ثٌٕ٭‪ٚ ٥‬ي‪ ٫‬يف اخلُت كاملٮأِ ك‪ٝ‬ؽ أكرث ‪ ٨٦‬اقذٕ‪٧‬ةهل دمةٔح ‪٪٦‬٭‪ ٥‬اث‪٩ ٨‬جةدح كاث‪ ٨‬اجلٮزم‬
‫‪ .6‬انذاوٌ نهفتاوٌ نهسُىطً انجضء األول طـ‪226 :‬‬
‫ك‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬األزري يف اجل٭ةيح‪ /‬رضب األ‪٦‬سةؿ أذجةر اليشء ث٘ريق كد‪٧‬سي‪ ٫٤‬ث‪ ،٫‬كإ‪٧٩‬ة ظ‪٧١‬خ يف اإل‪ٚ‬ذةء ىلع ‪ ِٛ٣‬املكذؽؿ كٔ‪٤٤‬ذ‪ ٫‬ثرضب املس‪٢‬‬
‫ن‬
‫ألٔؿؼ أف املكذؽؿ اذلم ظ‪٧١‬خ ٔ‪٤‬ي‪٬ ٫‬ٮ املعذش ثرضب ذل‪٦ ٟ‬سبل ل‪٘٤‬ري ال املكذؽؿ يف ادلرس كاتلى‪٪‬ي‪ ٙ‬ك‪٦‬ؾا‪٠‬ؿة ا‪ ٥٤ٕ٣‬ثني أ‪٫٤٬‬‬
‫‪ٚ‬إف ذل‪ ٟ‬ال يكُل يف ٔؿؼ ا‪٧٤ٕ٣‬ةء رضب‬
‫‪.12‬تذفت انًذتاج يع دىاشٍ انششوانٍ وانعبادٌ انجضء انتاسع (ص‪)63 :‬‬
‫(‪ٝ‬ةهل اقذ٭ـاء) ‪٠‬أف ‪ٝ‬ي‪ ٢‬هل ‪ٝ‬ه أّ‪ٛ‬ةرؾ ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ق‪٪‬ح ‪ٞٚ‬ةؿ ال أ‪ ،٫٤ٕٚ‬كإف اكف ق‪٪‬ح كًلأف ‪ٝ‬ةؿ لٮ صةءين اجليب ‪٦‬ة ‪ٝ‬ج‪٤‬ذ‪٦ ٫‬ة ل‪ ٥‬يؿد املجة‪٘٣‬ح يف‬
‫دجٕيؽ ‪ٛ٩‬ك‪ ٫٤ٕٚ ٨ٔ ٫‬أك يُ‪ٚ ٜ٤‬إف املذجةدر ‪ ٫٪٦‬اتلجٕيؽ ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ةهل ثٌٕ٭‪ ٥‬حمذضة ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ثأ‪ ٫٩‬لٮ ل‪ ٥‬ي‪ٞ‬ج‪ ٢‬م‪ٛ‬ةٔذ‪ ٫‬وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬يف‬
‫ظيةد‪ ٫‬يف يشء ‪٧٠‬ة ك‪٣ ٓٝ‬ربيؿة ريض اهلل ٔ‪٪‬٭ة ل‪ ٥‬يك‪ٛ‬ؿ كل‪ ٟ‬أف د‪ٞ‬ٮؿ ال ظضح هل يف ذل‪ ٟ‬ل‪ٛ٤‬ؿؽ الٮاًط ثني ٔؽـ ‪ٝ‬جٮؿ الن‪ٛ‬ةٔح دلؿدا‬
‫ٔ‪٧‬ة ينٕؿ ثةقذؼ‪ٛ‬ةؼ ك‪ٝ‬ٮهل لٮ إ‪٣‬غ ‪ٚ‬إف يف ‪٬‬ؾا ‪ ٨٦‬اإلمٕةر ثةالقذ٭ذةر ‪٦‬ة ال خيىف ىلع أظؽ ‪ٚ‬ةذلم يذض‪ ٫‬يف ظة‪٣‬ح اإلَبلؽ ا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ ‪ٚ‬إف‬
‫‪٤ٝ‬خ يؤيؽ ‪٦‬ة ‪ٝ‬ةهل ‪ٝ‬ٮؿ الكجيك ‪٣‬حف ‪ ٨٦‬اتل‪ٞ٪‬يه ‪ٝ‬ٮؿ ‪ ٨٦‬قب‪ ٢‬يف يشء لٮ صةءين صربي‪ ٢‬أك اجليب ‪٦‬ة ‪٤ٕٚ‬ذ‪ ،٫‬ألف ‪٬‬ؾق ا‪ٕ٣‬جةرة دؽؿ ىلع‬
‫دْٕي‪٪ٔ ٫٧‬ؽق ‪٤ٝ‬خ ال يؤيؽق ملة ‪٬‬ٮ ّة‪٬‬ؿ أف ‪٦‬ة ‪٤ٕٚ‬ذ‪ ٫‬ال ينٕؿ ثةقذؼ‪ٛ‬ةؼ أوبل خببلؼ ‪٦‬ة ‪ٝ‬ج‪٤‬ذ‪ٚ ٫‬ذأم‪ ٫٤‬كأ‪ٚ‬ىت اجلبلؿ ابل‪ٞ٤‬يين ‪ٚ‬ي‪٨٧‬‬
‫‪ٝ‬ي‪ ٢‬هل اورب يلع ثؽي‪ٞٚ ٟ٪‬ةؿ لٮ صةءين ريب ‪٦‬ة وربت ‪ٚ‬إف ا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ ٔؽـ ا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ كًلأف ‪٦‬ةدة ‪٬‬ؾا ‪٧٠‬ة ذ‪٠‬ؿ ٔ‪ ٨‬الكجيك ظاكيح الؿا‪ٚ‬يع ‪ٚ‬ي‪٨٧‬‬
‫أمؿ آػؿ ثت‪ْ٪‬ي‪ ٙ‬ثحذ‪ٞٚ ٫‬ةؿ هل ‪ ْٙ٩‬ثحذ‪٪‬ة ‪٦‬س‪{ ٢‬كالك‪٧‬ةء كا‪ُ٣‬ةرؽ} <ص‪ 158 /‬أ‪ ٫٩‬ال يك‪ٛ‬ؿ‪ ،‬أل‪ ٨٦ ٫٩‬ثةب املجة‪٘٣‬ح يف ا‪٣‬تنبي‪ ٫‬امل‪ٞ‬ىٮدة‬
‫ل‪٤‬ج‪٘٤‬ةء ادلا‪٣‬ح ىلع دْٕي‪ٝ ٥‬ؽر املنج‪ ٫‬دكف اظذ‪ٞ‬ةر املنج‪ ٫‬ث‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬يك‪ٛ‬ؿ‪ ،‬ألف ‪ٚ‬ي‪ ٫‬اقذؼ‪ٛ‬ة‪ٚ‬ة أف ا‪ٕ٣‬ةل‪ ٥‬ال يك‪ٛ‬ؿ‪ ،‬أل‪ ٫٩‬يٕؿؼ ظ‪ٞ‬ةا‪ٜ‬‬
‫ا‪٣‬تنبي‪ ٫‬املة‪ٕ٩‬ح ‪ ٨٦‬االقذؼ‪ٛ‬ةؼ ‪ْ٩‬ؿا إىل أف املجة‪٘٣‬ح د‪ٝ ٓ٪٧‬ىؽ حت‪ٞ‬ي‪ ٜ‬املٕىن خببلؼ ا‪ٕ٣‬ةَل‪ ،‬ألف ‪٬‬ؾق ا‪ٕ٣‬جةرة ‪ ٫٪٦‬دؽؿ ىلع ْٔي‪ ٥‬د٭ٮر‬
‫كاقذؼ‪ٛ‬ةؼ كل‪ ٥‬يؿصط الؿا‪ٚ‬يع محبة ‪٬ ٨٦‬ؾق االظذ‪٧‬ةالت كرصط ٗريق ٔؽـ اتل‪ٛ١‬ري كب‪ ٫‬يذأيؽ ‪٦‬ة مؿ ٔ‪ ٨‬الكجيك كاجلبلؿ‬

‫‪8‬‬
‫‪ٝ‬ٮهل‪٦( /‬ة ل‪ ٥‬يؿد املجة‪٘٣‬ح إ‪٣‬غ) أم ‪ٚ‬بل ك‪ٛ‬ؿ ظيجبؾ كال ظؿ‪٦‬ح أيٌة اق ع ش ‪ٝ‬ٮهل‪ )٫٤ٕٚ ٨ٔ( /‬أم ك‪ٝ‬جٮهل ‪ٝ‬ٮهل‪٧٠( /‬ة ‪ٝ‬ةهل ثٌٕ٭‪ )٥‬كأ‪ٚ‬ىت‬
‫ثؾل‪ ٟ‬ميؼ‪٪‬ة الن٭ةب الؿمٌل رمح‪ ٫‬اهلل دٕةىل دجٕة ل‪٤‬كجيك يف أ‪٣ ٫٩‬حف ‪ ٨٦‬اتل‪ٞ٪‬يه ‪٩‬٭ةيح كق‪ ٥‬كد‪ٞ‬ؽـ ٔ‪ ٨‬امل٘ين ‪٦‬ة يٮا‪ٝ ٫ٞٚ‬ٮهل‪٧٠( /‬ة‬
‫ك‪ )ٓٝ‬أم ٔؽـ ا‪ٞ٣‬جٮؿ ‪ٝ‬ٮهل‪ٚ( /‬إف يف ‪٬‬ؾا ‪ ٨٦‬االمٕةر إ‪٣‬غ) مم‪٪‬ٮع ث‪ٚ ٢‬ي‪ ٫‬االمٕةر ثأ‪ ٫٩‬أْٔ‪ْٔ ٥‬ي‪ ٥‬اق ق‪ٝ ٥‬ٮهل‪( /‬ثةالقذ٭ذةر) أم‬
‫االقذؼ‪ٛ‬ةؼ اق ‪٠‬ؿدم ‪ٝ‬ٮهل‪٦( /‬ة ‪ٝ‬ةهل) أم ابلٕي ‪ٝ‬ٮهل‪( /‬لٮ صةءين إ‪٣‬غ) ‪ٞ٦‬ٮؿ ا‪ٞ٣‬ٮؿ ‪ٝ‬ٮهل‪( /‬ىلع دْٕي‪ ٫٧‬إ‪٣‬غ) أم ْٔ‪٧‬ح صربي‪ ٢‬أك اجليب‬
‫‪ٝ‬ٮهل‪٤ٝ( /‬خ ال يؤيؽق ملة ‪٬‬ٮ ّة‪٬‬ؿ إ‪٣‬غ) أَةؿ ق‪ ٥‬يف ردق كإزجةت أف ال ‪ٚ‬ؿؽ ثني ا‪ٞ٣‬ٮ‪٣‬ني راصٕ‪ٝ ٫‬ٮهل‪( /‬كًلأف) بنؽ اجلٮف ك‪ٝ‬ٮهل ‪٦‬ةدة ‪٬‬ؾا‬
‫أم أو‪٬ ٢‬ؾا اال‪ٚ‬ذةء ك‪٦‬أػؾق ‪ٝ‬ٮهل‪ٞٚ( /‬ةؿ) أم اآلػؿ هل أم لآلمؿ ‪ٝ‬ٮهل‪( /‬إ‪ ٫٩‬ال يك‪ٛ‬ؿ إ‪٣‬غ) ‪٦‬ذٕ‪ ٜ٤‬ث‪ٞ‬ٮهل ظاكيح الؿا‪ٚ‬يع ‪٧٠‬ة يف دٌجحج‪٫‬‬
‫ك‪ٝ‬ٮهل امل‪ٞ‬ىٮدة و‪ٛ‬ح ل‪٧٤‬جة‪٘٣‬ح ‪٧٠‬ة يف دٌجحج‪ ٫‬أيٌة ك‪ٝ‬ٮهل أ‪ ٫٩‬يك‪ٛ‬ؿ ‪٬‬ٮ االظذ‪٧‬ةؿ اثلةين ك‪ٝ‬ٮهل إف ا‪ٕ٣‬ةل‪ ٥‬ال يك‪ٛ‬ؿ إ‪٣‬غ ‪٬‬ٮ اثلة‪٣‬ر اق ق‪٥‬‬
‫‪.11‬داشُت انجًم ‪( -‬جـ ‪ / 1‬طـ ‪)277‬‬
‫( ك ) أف ( ي‪٪‬يح ) ٔ‪٦ ( ٫٪‬ة ٔ‪٤‬ي‪ٝ ٨٦ ) ٥ْٕ٦ ٫‬ؿآف أك ٗريق اكق‪٩ ٥‬يب دْٕي‪٧‬ة هل كمح‪ ٫٤‬م‪١‬ؿكق ال ظؿاـ ‪ٝ‬ةهل يف الؿكًح كدٕجريم ثؾل‪ٟ‬‬
‫أٔ‪ ٥‬كأكىل ‪ٝ ٨٦‬ٮهل كال حي‪ ٢٧‬ذ‪٠‬ؿ اهلل ‪ٝ ( .‬ٮهل ‪٦ /‬ة ٔ‪٤‬ي‪٣ ) ٥ْٕ٦ ٫‬حف املؿاد ‪ ٜ٤ُ٦‬اتلْٕي‪ ٥‬ث‪٦ ٢‬ة ي‪ٞ‬ذيض ا‪ٕ٣‬ى‪٧‬ح ا ‪ ٬‬مٮبؿم ‪ .‬كيف ؽ ؿ‬
‫ىلع املعٌل ك‪ ٨٦‬املْٕ‪ ٥‬أق‪٧‬ةء اهلل اخلةوح ث‪ ، ٫‬أك املنرتًلح ث‪ٞ‬ىؽق كأق‪٧‬ةء األ‪٩‬بيةء كاملبلاكح كلٮ ٔٮا‪٦‬٭‪ٝ ٥‬ةؿ ميؼ‪٪‬ة كًلؾا أق‪٧‬ةء‬
‫و‪٤‬عةء املؤ‪٪٦‬ني اكلى‪٤‬عةء ‪ ،‬كاألكحلةء ‪ٚ‬إف دػ‪ ٢‬بيشء ‪ ٨٦‬ذل‪ٗ ٟ‬يج‪ ٫‬يف حنٮ ٔ‪٧‬ة‪٦‬ذ‪ ٫‬كحيؿـ د‪٪‬ضحك‪ ٫‬كلٮ يف ٗري االقت‪٪‬ضةء ‪ٚ‬ؿاصٕ‪ ٫‬ا ‪٬‬‬
‫‪ٝ ( .‬ٮهل ‪ٝ ٨٦ /‬ؿآف ‪ ،‬أك ٗريق ) قٮاء اكف ا‪ٞ٣‬ؿآف م‪١‬ذٮبة ثةخلٍ ا‪ٕ٣‬ؿيب ‪ ،‬أك ث٘ريق اكهل‪٪‬ؽم ألف ذكات احلؿكؼ ‪٣‬حكخ ‪ٝ‬ؿآ‪٩‬ة ‪ ،‬كإ‪٧٩‬ة يه دا‪٣‬ح‬
‫ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ا ‪ ٬‬ع ش كحبر األذريع حتؿي‪ ٥‬إدػةؿ املىع‪ ٙ‬اخلبلء ثبل رضكرة إصبلال هل كدكؿي‪٧‬ة ‪ ،‬كامل‪ٞ٪‬ٮؿ ال‪١‬ؿا‪٬‬ح ك‪٬‬ٮ املٕذ‪٧‬ؽ ٔ‪٪‬ؽ ـ ر‬
‫‪٠‬لك ‪٦‬ة ٔ‪٤‬ي‪ ٥ْٕ٦ ٫‬كاملنرتؾ ‪ٕ٠‬ـيـ كًلؿي‪ ٥‬كحم‪٧‬ؽ كأمحؽ ك‪٦‬ة يٮظؽ ‪ ٨٦ ٫٧ْ٩‬ا‪ٞ٣‬ؿآف يف ٗريق ىلع ‪٦‬ة حبس‪ ٫‬األذريع اكملؼذه إف ‪ٝ‬ىؽ‬
‫ث‪ ٫‬املْٕ‪ ٥‬أك د‪٣‬خ ىلع ذل‪ٝ ٟ‬ؿي‪٪‬ح ا ‪ ٬‬رشح اإلرمةد لنيؼ‪٪‬ة ‪.‬‬
‫‪.12‬تذفت انذبُب عهً ششح انخطُب (جـ ‪ / 5‬طـ ‪)126‬‬
‫كا‪ ٢ٕٛ٣‬املك‪ٛ‬ؿ ‪٦‬ة دٕ‪٧‬ؽق وةظج‪ ٫‬اقذ٭ـاء رصحية ثةدلي‪ ٨‬أك صعٮدا هل ‪٠‬إ‪ٞ٣‬ةء مىع‪ ٙ‬ك‪٬‬ٮ اق‪ ٥‬ل‪١٧٤‬ذٮب ثني ادل‪ٚ‬ذني ث‪ٞ‬ةذكرة‬
‫‪ٝ‬ٮهل ‪٠ ( /‬إ‪ٞ٣‬ةء مىع‪ ) ٙ‬أك حنٮق ممة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬يشء ‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ؿآف ث‪ ٢‬اق‪ ٨٦ ٥ْٕ٦ ٥‬احلؽير ‪ٝ‬ةؿ الؿكيةين ‪ /‬أك ‪ ٥٤ٔ ٨٦‬رشيع كاإل‪ٞ٣‬ةء ‪٣‬حف‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫ث‪ٞ‬يؽ ث‪ ٢‬املؽار ىلع ممةقذ‪ ٫‬ث‪ٞ‬ؾر كلٮ َة‪٬‬ؿا كاحلؽير يف الك‪ ٫٦‬مةم‪ ٢‬ل‪ٌٕ٤‬ي‪ ٙ‬ك‪٬‬ٮ ّة‪٬‬ؿ ألف يف إ‪ٞ٣‬ةا‪ ٫‬اقذؼ‪ٛ‬ة‪ٚ‬ة ث‪ ٨٧‬نكت إحل‪ ٫‬كػؿج‬
‫ثةلٌٕي‪ ٙ‬املٮًٮع اق ‪ .‬كٔجةرة ؽ ؿ اك‪ٞ٣‬ةء مىع‪ ٙ‬ثة‪ ٢ٕٛ٣‬أك ثة‪ٕ٣‬ــ ث‪ ٫‬كأحل‪ ٜ‬ث‪ ٫‬ثٌٕ٭‪ ٥‬كًٓ رص‪٤ٔ ٫٤‬ي‪ ٫‬ك‪٩‬ٮزع ‪ٚ‬ي‪ٝ . ٫‬ٮهل ‪( /‬‬
‫ن‬
‫ث‪ٞ‬ةذكرة ) أم ‪ٝ‬ؾر كلٮ ّة‪٬‬ؿا ‪٠‬جىةؽ كخمةط ك‪٦‬ين ىلع كص‪ ٫‬االقذؼ‪ٛ‬ةؼ ال خلٮؼ أػؾ حنٮ اك‪ٚ‬ؿ هل كإف ظؿـ كٌل‪ٞ٣‬ةء ذل‪ ٟ‬ىلع ا‪ٞ٣‬ؾر‬
‫إ‪ٞ٣‬ةء ا‪ٞ٣‬ؾر ٔ‪٤‬ي‪ٝ ٫‬ةؿ ميؼ‪٪‬ة الؿمٌل ‪ /‬كال ثؽ يف ٗري ا‪ٞ٣‬ؿآف ‪ٝ ٨٦‬ؿي‪٪‬ح دؽؿ ىلع اإل‪٬‬ة‪٩‬ح كإال ‪ٚ‬بل ‪ .‬كاػذ‪ ٙ٤‬منةخي‪٪‬ة يف مكط ا‪ٞ٣‬ؿآف ‪٨٦‬‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫لٮح املذٕ‪ ٥٤‬ثةبلىةؽ ‪ٚ‬أ‪ٚ‬ىت ثٌٕ٭‪ ٥‬حبؿ‪٦‬ذ‪ٞ٤ُ٦ ٫‬ة كبٌٕ٭‪ ٥‬حب‪ٞ٤ُ٦ ٫٤‬ة كبٌٕ٭‪ ٥‬حبؿ‪٦‬ذ‪ ٫‬إف ثى‪ ٜ‬ىلع ا‪ٞ٣‬ؿآف ز‪ ٥‬مكع‪ ٫‬كحب‪ ٫٤‬إف ثى‪ٜ‬‬
‫ىلع حنٮ ػؿ‪ٝ‬ح ز‪ ٥‬مكط ث٭ة ‪ٝ‬ةهل ‪ /‬ق‪ٝ ٥‬ةؿ ‪ /‬ع ش ىلع ـ ر ك‪٦‬ة صؿت ث‪ ٫‬ا‪ٕ٣‬ةدة ‪ ٨٦‬ابلىةؽ ىلع ال‪٤‬ٮح إلزا‪٣‬ح ‪٦‬ة ‪ٚ‬ي‪٣ ٫‬حف ثك‪ٛ‬ؿ‬
‫‪.13‬انششوانٍ انجضء األول ص‪251 :‬‬
‫(‪ٚ‬ةاؽة) ك‪ ٓٝ‬الكؤاؿ يف ادلرس ٔ‪٧‬ة لٮ صٕ‪ ٢‬املىع‪ ٙ‬يف ػؿج أك ٗريق كرًلت ٔ‪٤‬ي‪ ٢٬ ٫‬جيٮز أـ ال ‪ٚ‬أصجخ ٔ‪ ٫٪‬ثأف ا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ أ‪ ٫٩‬إف اكف‬
‫ىلع كص‪ ٫‬يٕؽ إزراء ث‪٠ ٫‬أف كًٕ‪ ٫‬حتذ‪ ٫‬ثح‪ ٫٪‬كبني ا‪٣‬ربذٔح أك اكف مبل‪ٝ‬ية ال ىلع اخلؿج ‪٦‬سبل ‪ٗ ٨٦‬ري ظةا‪ ٢‬ثني املىع‪ ٙ‬كبني اخلؿج‬
‫كٔؽ ذل‪ ٟ‬إزراء هل ‪١٠‬ٮف ا‪ٛ٣‬ؼؾ وةر مٮًٮاع ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ظؿـ كإال ‪ٚ‬بل ‪ٚ‬ذجج‪ ٫‬هل ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ي‪٠ ٓٞ‬سريا‪.‬‬
‫‪ .14‬قىاعذ األدكاو فٍ يظانخ األناو ‪( -‬ج ‪ / 2‬ص ‪)176‬‬
‫ال يججيغ ل‪ ٟ‬أف دذلك‪ ٥‬إال ث‪٧‬ة جيؿ مى‪٤‬عح أك يؽرأ ‪ٛ٦‬كؽة‪ ،‬كًلؾل‪ٝ ٟ‬ةؿ وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٨٦" /٥٤‬اكف يؤ‪ ٨٦‬ثةهلل كاحلٮـ اآلػؿ ‪٤ٚ‬ي‪٢ٞ‬‬
‫ػريا أك حلى‪٧‬خ" ‪ٚ‬إف ‪ٝ‬ي‪٧ٚ ٢‬ة د‪ٞ‬ٮلٮف يف املـاح؟ ‪٪٤ٝ‬ة‪ /‬إ‪٧٩‬ة جيٮز املـاح ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬االقرتكاح إ‪٦‬ة ل‪٧٤‬ةزح أك ل‪٧٧٤‬ـكح ‪ ٫ٕ٦‬كإ‪٦‬ة هل‪٧‬ة‪ .‬كأ‪٦‬ة‬
‫املـاح املؤذم امل٘ري ل‪٤ٞ٤‬ٮب املٮصف ل‪ٛ٪٤‬ٮس ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬ال ي‪ ٨ٔ ٟٛ٪‬حتؿي‪ ٥‬أك ‪٠‬ؿا‪٬‬ح‪ ،‬كإ‪٧٩‬ة اكف اجليب وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٥٤‬ي‪٧‬ـح صربا‬
‫ل‪٧٧٤‬ـكح ‪ ٫ٕ٦‬كإي‪٪‬ةقة كبكُة‪ٞ٠ ،‬ٮهل أليخ أنف ث‪٦ ٨‬ةل‪" /ٟ‬ية أثة ٔ‪٧‬ري ‪٦‬ة ‪ ٢ٕٚ‬اجل٘ري" كرشط املـاح املجةح أف يكٮف ثةلىؽؽ دكف‬
‫ال‪١‬ؾب‪ .‬كأ‪٦‬ة ‪٦‬ة ي‪ ٫٤ٕٛ‬اجلةس ‪ ٨٦‬أػؾ املذةع ىلع قبي‪ ٢‬املـاح ‪ٚ‬٭ؾا حمْٮر ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬دؿكيٓ وةظت املذةع ك‪ٝ‬ؽ صةء يف احلؽير‪" /‬ال‬
‫يأػؾ أظؽك‪٦ ٥‬ذةع أػي‪ ٫‬الٔجة صةدا" صٕ‪ ٫٤‬الٔجة ‪ ٨٦‬ص٭ح أ‪ ٫٩‬أػؾق ثجيح ردق‪ ،‬صةدا ‪ ٨٦‬ص٭ح أ‪ ٫٩‬ركع أػةق املك‪ ٥٤‬ث‪ٞٛ‬ؽ ‪٦‬ذةٔ‪ ،٫‬كىلع‬
‫اجل‪٤٧‬ح ‪ٚ‬بل يججيغ ‪ٕ٣‬ة‪ ٢ٝ‬أف خيُؿ ث‪٤ٞ‬ج‪ ٫‬كال جيؿم ىلع صٮارظ‪ ٫‬إال ‪٦‬ة يٮصت وبلظة أك يؽرأ ‪ٚ‬كةدا‪ٚ ،‬إف ق‪٪‬ط هل ٗري ذل‪٤ٚ ٟ‬يؽرأ ‪٦‬ة‬
‫اقذُةع‪.‬‬
‫‪.15‬انطشَقت انًذًذَت وانسُشة األدًذَت طـ‪ 164 - 163 :‬انهذاَت سىسباَا‬
‫(كاخلةمف) الالكـ ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ال يججيغ ‪٦‬س‪ ٢‬ظاكيح أق‪ٛ‬ةرؾ ك‪٦‬ة رأيخ ‪ٚ‬ي٭ة ‪ ٨٦‬صجةؿ كأ‪٩‬٭ةر كإَٔ‪٧‬ح كزيةب ك‪ ٫٪٦‬الكؤاؿ ٔ‪٧‬ة ال ي٭‪ ٥‬ك‪٬‬ؾا إذا‬
‫ػبل ٔ‪ ٨‬ال‪١‬ؾب كا‪٘٣‬يجح كالؿيةء كحنٮ‪٬‬ة ‪ ٨٦‬املعؿ‪٦‬ةت ال حيؿـ ث‪ٝ ٢‬ؽ يكذعت إذا ‪ٝ‬ةر‪٩ ٫٩‬يح وةحلح ‪٦‬س‪ ٢‬د‪ ٓٚ‬اتل٭‪٧‬ح ثةل‪١‬رب كا‪ٕ٣‬ضت‬

‫‪9‬‬
٨ٔ ‫ٓ احلـف‬ٚ‫ذةء كٗريق أك د‬ٛ‫ االقذ‬٨٦ ‫ةـ مؿادق‬٧‫ د‬٫‫ وةظج‬٥‫ٓ امل٭ةثح كاحليةء ظىت يذلك‬ٚ‫ف أك د‬٤‫ يف املض‬٨٦ ‫ةر‬ٞ‫ كاظذ‬٥‫ثٕؽـ اتللك‬
‫ كًلؾا يكذعت املـاح يف‬ٟ‫ؿ أك أك حنٮ ذل‬ٛ‫ الك‬٥‫ٕؽـ إدراؾ أل‬٣ ‫ ثةلىجيةف أك‬ُٙ٤‫ أك اتل‬٨‫ٕ٭‬٦ ‫ املٕةرشة‬٨‫يح كظك‬٤‫املعـكف كاملىةب أك تك‬
٫‫ة ال يٕين يكذعت دؿًل‬٦ ‫لك‬ٚ ‫ة ال يٕين‬٦ ‫ ظؽ‬٨ٔ ‫ ث٭ؾق اجليةت خيؿج‬٥ٕ٩ ًٓ‫ؾق املٮا‬٬

3. MEMBAKAR MUSHAF WAKAFAN | Pondok Unit HMC


Deskripsi Masalah
Masjid al-Istiqomah menerima wakafan mushaf dari seorang dermawan. Seiring berjalannya
waktu, mushaf tersebut usang dan rusak. Sebenarnya masih bisa dibaca dan digunakan meskipun
agak kesulitan. Namun karena banyak yang mewakafkan mushaf, akhirnya pihak nadzir
berencana membakar mushaf tersebut dengan dalih tidak ada yang mau menerima dan demi
menjaga kehormatan mushaf sebagaimana kutipan ibarot di bawah ini:
)14 /1( ‫إعانت انطانبُن عهً دم أنفاظ فتخ انًعُن‬
.٫٪٦ ‫ أكىل‬٫٤‫٘ك‬ٚ ،‫ح‬٩‫٘ؿض حنٮ وية‬٣ ‫ إال‬٫‫ي‬٤ٔ ‫ذت‬٠ ‫ة‬٦ ‫كيكؿق ظؿؽ‬
٫‫ىؽ ث‬ٝ ‫ؿآف إال إف‬ٞ٣‫ل ثة‬ٞ٩ ‫ كيكؿق إظؿاؽ ػنت‬/‫ كٔجةرة امل٘ين‬،٫‫ي‬٤ٔ ‫ؿآف‬ٞ٣‫ذت ا‬٠ ‫ة‬٦ ‫) أم‬٫‫ي‬٤ٔ ‫ذت‬٠ ‫ة‬٦ ‫ كيكؿق ظؿؽ‬/‫ٮهل‬ٝ(
٫٤‫٘ك‬ٚ /‫ٮهل‬ٝ( ‫ اق‬ٙ‫ املىةظ‬٫٪ٔ ‫ةف ريض اهلل‬٧‫ ٔس‬ٜ‫ حتؿي‬٢٧‫ حي‬٫‫ي‬٤ٔ‫ ك‬،‫ ٔجؽ الكبلـ‬٨‫ الكـ اث‬٨٦ ‫ة يؤػؾ‬٧٠ ‫بل يكؿق‬ٚ ‫ؿآف‬ٞ٣‫ح ا‬٩‫وية‬
.٫ٝ‫ ظؿ‬٨٦ ‫ أكىل‬٫٤‫ ٗك‬٨‫ك‬٣‫ ك‬،ٟ‫بل يكؿق ذل‬ٚ ‫) أم‬٫٪٦ ‫أكىل‬

Ibarot di atas menegaskan bahwa boleh membakar mushaf jika tujuannya menjaga
kemulyaan mushaf. Di sisi lain terdapat keterangan yang menyatakan bahwa tidak boleh
membakar barang-barang wakafan karena bisa memutus pahala wakaf sebagaimana ibarot di
bawah ini:
)211 /3( ‫إعانت انطانبُن عهً دم أنفاظ فتخ انًعُن‬
- ٫ً‫ الماكف الىبلة كاالٔذاكؼ يف أر‬- ‫اك حبةؿ‬٤‫ كال يٕٮد م‬،ٓ‫ يج‬٥‫ ل‬/٫‫٭ؽـ مكضؽ كدٕؾرت إاعدد‬٩‫ٮ ا‬٤ٚ )‫ٮؼ كإف ػؿب‬ٝ‫(كال يجةع مٮ‬
٫٪١٧‫ ي‬٥‫ إف ل‬،‫ أثٮاثة‬٫٤ٕ‫ كلٮ جب‬- ٫‫ي‬٤ٔ ‫ٮؼ‬ٝ‫ٓ املٮ‬ٛ‫ يجذ‬٢‫ ث‬،‫ت‬٬‫بل يجةع كال يٮ‬ٚ ،ٙٝ‫ الٮ‬٢ُ‫ يج‬٥‫ ريط ل‬٫ٕ٤ٝ ‫ٮؼ أك‬ٝ‫ النضؿ املٮ‬ٙ‫أك ص‬
‫ٮؼ‬ٝ‫ املٮ‬٫١٤٧‫ أم كي‬- ٙٝ‫ُٓ الٮ‬ٞ٩‫ ا‬/‫ إال ثةالظؿاؽ‬٫‫ٓ ث‬ٛ‫أف وةر ال يجذ‬٠ /٫٠‫ إال ثةقذ٭بل‬٫‫ةع ث‬ٛ‫ذ‬٩‫إف دٕؾر اال‬ٚ - ‫ ػنجة حبةهل‬٫‫إصةرد‬
.٫ٕ‫ كال يبي‬٫٪‫ٓ ثٕي‬ٛ‫يجذ‬ٚ ‫ؽ‬٧‫ ىلع املٕذ‬- ‫ ظيجبؾ‬٫‫ي‬٤ٔ

Pertanyaan
a. Apa hukumnya membakar mushaf wakafan dengan pertimbangan di atas?
Jawaban
a. Tidak diperbolehkan kecuali tidak ada lagi yang memanfaatkan serta tidak mungkin untuk
dijual. Maka, langkah terakhir yang terbaik adalah membakarnya dengan tujuan shiyanah
(menjaga kehormatan mushaf).

Referensi
1. Nihayah az-Zain, h. 272. 3. As-Syarqowy, vol.2, h. 9.
2. Hawasyi as-Syarwany, Vol 1 h. 155. 4. Dan lain-lain.

)272 :‫ نهاَت انضَن فٍ إسشاد انًبتذئُن (ص‬.1


٫٪‫ يف ٔي‬ٙٝ‫ٮ‬٤‫ح ل‬٦‫ إدا‬٫‫٭ؽـ كدٕؾرت إاعدد‬٩‫خ كمكضؽ ا‬٪٦‫ٕذ٭ة حنٮ ريط كداثح ز‬٤ٝ ‫خ أك‬ٛ‫نضؿة ص‬٠ ) ‫ٮؼ كإف ػؿب‬ٝ‫( كال يجةع مٮ‬
‫ة‬٬‫ةدخ كدثٖ صرل‬٦ ‫خ كلٮ‬٤‫ ادلاثح إف أك‬٥‫ع‬٤‫ة كب‬٬‫ىبلة كأذاكؼ كجبؾع النضؿة ثإصةرة كٗري‬٠ ‫ةع ثأرض املكضؽ‬ٛ‫ذ‬٩‫ اال‬٨‫ك‬٧‫ ي‬٫٩‫كأل‬
٢‫ت ث‬٬‫٭ة ال دجةع كال دٮ‬٪١‫ ل‬٫‫ي‬٤ٔ ‫ٮؼ‬ٝ‫ٮ‬٧٤‫اك ل‬٤‫٭ة ثإظؿاؽ كحنٮق وةرت م‬٠‫ةع جبؾع النضؿة إال ثةقذ٭بل‬ٛ‫ذ‬٩‫ اال‬٨‫ يك‬٥‫ٮ ل‬٤ٚ ‫ة‬ٛٝ‫اعد ك‬
‫٭ة‬٪‫ٓ ثٕي‬ٛ‫يجذ‬

10
‫كاحلةو‪٬ ٨٦ ٢‬ؾق املكأ‪٣‬ح أ‪ ٫٩‬ظير دٕؾر اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ث٭ة ‪ ٨٦‬اجل٭ح ا‪٣‬يت ك‪ٛٝ‬خ ٔ‪٤‬ي٭ة وةرت م‪٤‬اك ل‪٧٤‬ٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ث‪ٕ٧‬ىن أ‪ ٫٩‬يجذ‪ ٓٛ‬ث٭ة‬
‫اك‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع املبلؾ ث٘ري ابليٓ كاهلجح كإف ل‪ ٥‬يذٕؾر اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ث٭ة ‪ ٨٦‬اجل٭ح ا‪٣‬يت ‪ٝ‬ىؽت ثةلٮ‪ ٙٝ‬ال يجذ‪ ٓٛ‬ث٭ة املٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬ث‪ ٢‬يجذ‪ٓٛ‬‬
‫ث٭ة ‪ ٨٦‬اجل٭ح املؾ‪٠‬ٮرة كإف ل‪ ٥‬يك‪ ٨‬ىلع الٮص‪ ٫‬األك‪ ٢٧‬ك‪٬‬ؾا خببلؼ ظرص املكضؽ املٮ‪ٝ‬ٮ‪ٚ‬ح ابلةحلح كصؾكٔ‪ ٫‬امل‪١٪‬رسة أك ا‪ٞ٣‬ؿيجح‬
‫اال‪٩‬ككةر ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬جيٮز ثيٕ٭‪٧‬ة خلبل يٌيٕة كينرتم ثس‪٪٧‬٭‪٧‬ة ‪٦‬س‪٤‬٭‪٧‬ة أ‪٦‬ة احلرص املٮ‪٬‬ٮبح ل‪٧٤‬كضؽ أك املنرتاة هل ‪ٗ ٨٦‬ري ك‪ ٙٝ‬هلة ‪ٚ‬ذجةع‬
‫صـ‪٦‬ة ل‪٤‬عةصح كدرصؼ ىلع مىة‪٣‬ط املكضؽ كال يذٕني رص‪ٚ‬٭ة يف رشاء ظرص ثؽهلة‬
‫‪ .2‬دىاشً انششوانً وابن قاسى انجضء األول طـ‪155 :‬‬
‫كيكؿق ظؿؽ ‪٦‬ة ‪٠‬ذت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬إال ‪٘٣‬ؿض حنٮ وية‪٩‬ح ك‪ ٫٪٦‬حتؿي‪ٔ ٜ‬س‪٧‬ةف ‪ -‬ريض اهلل ٔ‪ - ٫٪‬ل‪٧٤‬ىةظ‪ ٙ‬كا‪٘٣‬ك‪ ٢‬أكىل ‪ ٫٪٦‬ىلع األكص‪ ٫‬ث‪٢‬‬
‫الكـ النيؼني يف الكري رصيط يف ظؿ‪٦‬ح احلؿؽ إال أف حي‪ ٢٧‬ىلع أ‪ ٨٦ ٫٩‬ظير ‪٠‬ٮ‪ ٫٩‬إًةٔح ل‪٧٤‬ةؿ ‪ٚ‬إف ‪٤ٝ‬خ مؿ أف ػٮؼ احلؿؽ مٮصت‬
‫ل‪٤‬ع‪ ٓ٦ ٢٧‬احلؽث كل‪٤‬ذٮقؽ ك‪٬‬ؾا ‪ٞ٦‬ذي حلؿ‪٦‬ح احلؿؽ ‪ٞ٤ُ٦‬ة ‪٤ٝ‬خ ذاؾ ‪ٛ٦‬ؿكض يف مىع‪ ٙ‬ك‪٬‬ؾا يف م‪١‬ذٮب ‪٘٣‬ري دراقح أك هلة كب‪ ٫‬حنٮ‬
‫ثًل ممة يذىٮر ‪ٝ ٫ٕ٦‬ىؽ حنٮ الىية‪٩‬ح كأ‪٦‬ة اجلْؿ إلًةٔح املةؿ ‪ٚ‬أمؿ اعـ ال خيذه ث٭ؾا ىلع أ‪٩‬٭ة جتٮز ‪٘٣‬ؿض ‪ٞ٦‬ىٮد كال يكؿق رشب حمٮق‬
‫كإف حبر اث‪ٔ ٨‬جؽ الكبلـ ظؿ‪٦‬ذ‪ٝ .٫‬ةؿ النيغ ٔـ ادلي‪ ٨‬كَؿي‪ ٫ٞ‬أف ي٘ك‪ ٫٤‬ثةملةء أك حيؿ‪ ٫ٝ‬ثةجلةر ‪ٝ‬ةؿ ثٌٕ٭‪ ٥‬إف اإلظؿاؽ أكىل ألف‬
‫ا‪٘٣‬كة‪٣‬ح ‪ٝ‬ؽ د‪ ٓٞ‬ىلع األرض ا‪٩‬ذىه اث‪ ٨‬م٭جح ا‪٬‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل إال ‪٘٣‬ؿض حنٮ وية‪٩‬ح) أل ‪ٚ‬بل يكؿق ث‪ٝ ٢‬ؽ جيت إذا دٕني َؿي‪ٞ‬ة لىٮ‪ ٫٩‬كيججىغ أف يأىت ‪٦‬س‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬ىف صرل املىع‪ ٙ‬أيٌة ا‪٩‬ذىه‪.‬‬
‫‪ .3‬انششقاوي انجضء انثانً طـ‪ ... 6 :‬انذشيُن نهطباعت واننشش وانتىصَع‬
‫(ك) ثيٓ (املٮ‪ٝ‬ٮؼ) كإف أرشؼ ىلع اخلؿاب كاألًعيح كاملؿ‪٬‬ٮف ثٕؽ ا‪ٞ٣‬جي ثبل إذف (‪ٝ‬ٮهل كإف أرشؼ ىلع اخلػؿاب) أل أك لػ‪ ٥‬يجذ‪ٛ‬ػٓ ثػ‪٫‬‬
‫أوبل ىلع املٕذ‪٧‬ؽ ‪ ٥ٕ٩‬حنٮ ظرص ث‪٤‬يخ اك‪٪ٞ٣‬ةدي‪ ٢‬كاجلؾكع املٮ‪ٝ‬ٮ‪ٚ‬ح كال ‪ٚ ٓٛ٩‬ي٭ة جيٮز ثيٕ٭ة حلرصؼ ز‪٪٧‬٭ة ىف مىػة‪٣‬ط املٮ‪ٝ‬ػٮؼ خبػبلؼ‬
‫ا‪ٕٞ٣‬ةرات كالالكـ ىف ٗري املكضؽ أ‪٦‬ة ‪٬‬ٮ ‪ٚ‬بل يىط ثيٕ‪ ٫‬حبةؿ‬
‫‪ .4‬فتخ انًعُن بششح قشة انعُن بًهًاث انذَن يع داشُت إعانت انطانبُن (‪)176 /3‬‬
‫( كال يجةع مٮ‪ٝ‬ٮؼ كإف ػؿب ) ‪٤ٚ‬ٮ ا‪٩‬٭ؽـ مكضؽ كدٕؾرت إاعدد‪ ٫‬ل‪ ٥‬يجٓ كال يٕٮد م‪٤‬اك حبةؿ إلماكف الىبلة كاالٔذاكؼ يف أرً‪ ٫‬أك‬
‫ص‪ ٙ‬النضؿ املٮ‪ٝ‬ٮؼ أك ‪ ٫ٕ٤ٝ‬ريط ل‪ ٥‬يجُ‪ ٢‬الٮ‪ٚ ٙٝ‬بل يجةع كال يٮ‪٬‬ت ث‪ ٢‬يجذ‪ ٓٛ‬املٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كلٮ جبٕ‪ ٫٤‬أثٮاثة إف ل‪ ٥‬ي‪ ٫٪١٧‬إصةرد‪٫‬‬
‫ػنجة حبةهل ‪ٚ‬إف دٕؾر اإل‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ث‪ ٫‬إال ثةقذ٭بل‪٠ ٫٠‬أف وةر ال يجذ‪ ٓٛ‬ث‪ ٫‬إال ثةإلظؿاؽ ا‪ ُٓٞ٩‬الٮ‪ ٙٝ‬أم كي‪ ٫١٤٧‬املٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ظيجبؾ ىلع‬
‫املٕذ‪٧‬ؽ ‪ٚ‬يجذ‪ ٓٛ‬ثٕي‪ ٫٪‬كال يبيٕ‪ ٫‬كجيٮز ثيٓ ظرص املكضؽ املٮ‪ٝ‬ٮ‪ٚ‬ح ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬إذا ث‪٤‬يخ ثأف ذ‪٬‬ت دمةهلة ك‪ٕٛ٩‬٭ة كٌل‪٩‬خ املى‪٤‬عح يف ثيٕ٭ة كًلؾا‬
‫صؾكٔ‪ ٫‬امل‪١٪‬رسة ػبل‪ٚ‬ة جل‪ٚ ٓ٧‬ي٭‪٧‬ة كيرصؼ ز‪٪٧‬٭ة ملىة‪٣‬ط املكضؽ إف ل‪ ٥‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬رشاء ظىري أك صؾع ث‪ ٫‬كاخلبلؼ يف املٮ‪ٝ‬ٮ‪ٚ‬ح كلٮ ثأف‬
‫امرتا‪٬‬ة اجلةّؿ كك‪ٛٝ‬٭ة‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬كجيٮز ثيٓ ظرص املكضؽ ا‪٣‬غ) ‪ٝ‬ةؿ يف اتلع‪ٛ‬ح‪ ،‬أم خلبل دٌيٓ ‪ٚ‬ذعىي‪ ٢‬يكري ‪ ٨٦‬ز‪٪٧‬٭ة يٕٮد ىلع الٮ‪ ٙٝ‬أكىل ‪ً ٨٦‬يةٔ٭ة‪،‬‬
‫كاقتسجيخ ‪ ٨٦‬ثيٓ الٮ‪ ،ٙٝ‬ال‪٩‬٭ة وةرت اكملٕؽك‪٦‬ح‪ .‬اق‪.‬‬
‫‪ .5‬سوػت انطانبُن (‪)416 /4‬‬
‫‪ٚ‬ؿع ظرص املكضؽ إذا ث‪٤‬يخ‪ ،‬كحنةدح أػنةث‪ ٜ‬إذا خنـت‪ ،‬كأقذةر ال‪ٕ١‬جح إذا ل‪ ٥‬يج‪ٚ ٜ‬ي٭ة ‪ٕٛ٪٦‬ح كال دمةؿ‪ ،‬يف صٮاز ثيٕ٭ة كص٭ةف‪.‬‬
‫أوع٭‪٧‬ة‪ /‬دجةع‪ ،‬خلبل دٌيٓ كدٌي‪ ٜ‬املاكف ثبل ‪ٚ‬ةاؽة‪ .‬كاثلةين‪ /‬ال دجةع‪ ،‬ث‪ ٢‬درتؾ حبةهلة أثؽا‪ .‬كىلع االكؿ‪ٝ ،‬ةلٮا‪ /‬يرصؼ ز‪٪٧‬٭ة يف مىة‪٣‬ط‬
‫املكضؽ‪ .‬كا‪ٞ٣‬يةس‪ /‬أف ينرتل ثس‪ ٨٧‬احلىري ظىري‪ ،‬كال يرصؼ يف مى‪٤‬عح أػؿل‪ ،‬كينج‪ ٫‬أف يكٮف ‪٬‬ٮ املؿاد ثةَبل‪ٝ‬٭‪٥‬‬
‫‪ .6‬غاَت تهخُض انًشاد بهايش بغُت انًستششذَن طـ‪ ... 112 :‬داس انفكش‬
‫(مكأ‪٣‬ح) أك‪ٝ‬ةؼ املكةصؽ كاآلثةر كالؿبةَةت املكج‪٤‬ح إذا دٕؾر رصؼ ‪٦‬ذٮص٭ةد٭ة إحل٭ة ىلع ‪٦‬ة رشَ‪ ٫‬الٮا‪ ٙٝ‬خلؿاب املكةصؽ كا‪٧ٕ٣‬ؿاف‬
‫ٔ‪٪‬ؽ‪٬‬ة يذٮىل احلةك‪ ٥‬أمؿ ذل‪ ٟ‬كىف رص‪ ٫ٚ‬مخكح أكص‪ ٫‬أظؽ‪٬‬ة ‪ٝ‬ةهل الؿكيةىن كاملةكردل كابل‪ٞ٤‬يىن يرصؼ إىل ا‪ٞٛ٣‬ؿاء ك املكة‪٠‬ني اثلةىن‬
‫ظاكق احل‪٪‬ةىط ك‪ٝ‬ةهل املةكردل أيٌة أ‪ ُٓٞ٪٧٠ ٫٩‬اآلػؿ اثلة‪٣‬ر ظاكق احل‪٪‬ةىط أيٌة يرصؼ إىل املىة‪٣‬ط الؿاثٓ ‪ٝ‬ةهل اإل‪٦‬ةـ كاث‪ٔ ٨‬ضي‪٢‬‬
‫حي‪ ِٛ‬تلٮ‪ٔ ٓٝ‬ٮدق اخلةمف ك‪٬‬ٮ املٕذ‪٧‬ؽ كصؿل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ىف األ‪٩‬ٮار كاجلٮا‪٬‬ؿ كزًلؿية أ‪ ٫٩‬يرصؼ إىل ‪٦‬س‪٤‬٭ة املكضؽ إىل املكضؽ إ‪٣‬غ‪ .‬كا‪ٞ٣‬ؿيت‬
‫أكىل كٔ‪٤‬ي‪ ٫‬حي‪ٝ ٢٧‬ٮؿ املذٮىل أل‪ٝ‬ؿب املكةصؽ ‪٤ٝ‬خ كا‪٬ ٜٚ‬ؾا األػري اث‪ ٨‬ظضؿ كأثٮ خمؿ‪٦‬ح ا‪٬‬‬
‫‪ .7‬انفتاوي انفقهُت انكبشي (‪)36 /1‬‬
‫كقب‪ ٢‬ريض اهلل ٔ‪ ٨ٔ ٫٪‬مىع‪ ٙ‬حلتي‪ ٥‬أك مٮ‪ٝ‬ٮؼ ثةؿ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬لكت ‪٦‬سبل كل‪ ٥‬ي‪٧‬ك‪ ٨‬دُ٭ريق إال ثإزا‪٣‬ح ظؿكؼ ‪٠‬ذةثذ‪ ٫‬كبُبلف ‪٦‬ةحلذ‪ٚ ٫‬٭‪٢‬‬
‫جيت ىلع الٮيل أك اجلةّؿ اتلُ٭ري املؤدم إىل ذل‪ ٟ‬أك ال ‪ٚ‬أصةب ‪ ٓٛ٩‬اهلل دٕةىل ثٕ‪٤‬ٮ‪ ٫٦‬ث‪ٞ‬ٮهل اذلم م‪٤‬خ إحل‪ ٫‬الٮصٮب ز‪ ٥‬رأيخ ٗري كاظؽ‬
‫‪ ٨٦‬أ‪ ٢٬‬احل‪ ٨٧‬أ‪ٚ‬ىت ث‪ ٫‬أػؾا ثٕ‪٧‬ٮـ ‪ٝ‬ةٔؽة أف درء امل‪ٛ‬ةقؽ ‪ٞ٦‬ؽـ ىلع ص‪٤‬ت املىة‪٣‬ط ك‪ٝ‬يةقة ىلع إزا‪٣‬ح جنةقح ثؽف الن٭يؽ كإف أدل إىل إزا‪٣‬ح‬
‫د‪ ٫٦‬كأ‪ٝ‬ٮؿ ال حيذةج ذلل‪ ٟ‬ث‪ ٢‬لؤلوعةب يف اجلضةقح امل٘‪ْ٤‬ح الكـ يٕ‪ ٥‬مكأتل‪٪‬ة‬

‫‪11‬‬
‫ك‪ٝ‬ؽ رصح اجلٮكم ثأف املكأ‪٣‬ح إذا دػ‪٤‬خ حتخ ٔ‪٧‬ٮـ الكـ األوعةب اك‪٩‬خ ‪ٞ٪٦‬ٮ‪٣‬ح كذل‪ ٟ‬الالكـ النةم‪ ٢‬ملكأتل‪٪‬ة ‪٬‬ٮ ‪ٝ‬ٮهل‪ ٥‬جيت اتلرتيت‬
‫كإف أدل إىل ‪ٚ‬كةد حنٮ اثلٮب كإذ‪٬‬ةب ‪٦‬ةحلذ‪ ٫‬ك‪٬‬ؾا مةم‪ ٢‬ملكأتل‪٪‬ة ‪ٚ‬ي‪١‬ٮ‪٩‬ٮف مرصظني ‪ٚ‬ي٭ة ثٮصٮب اتلُ٭ري كإف أدل إىل إزا‪٣‬ح ال‪١‬ذةثح‬
‫كإثُةؿ املةحلح ‪ٚ‬إف ‪٤ٝ‬خ رصظٮا ثأف إزا‪٣‬ح اجلضةقح ال جتت إال يف وٮر كل‪ ٥‬يؾ‪٠‬ؿكا ‪٬‬ؾق ‪٪٦‬٭ة ‪ٚ‬ة‪ٝ‬ذىض ذل‪ ٟ‬أف ‪٬‬ؾق اجلضةقح ال جتت‬
‫إزاتل٭ة‬
‫كيؤيؽق أف املىع‪ ٙ‬ال دٕجؽ ٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬ج‪ٞ‬ةء اجلضةقح ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬هلؾا ا‪ٕ٣‬ؾر ك‪٬‬ٮ ث‪ٞ‬ةء املةحلح ل‪٤‬يتي‪ ٥‬كاال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ل‪٧٤‬ٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي٭‪ ٥‬ال يجٕؽ أف يكٮف‬
‫صةاـا ‪٤ٝ‬خ ‪٬‬ٮ ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬لٮال ‪٦‬ة اعرض ذل‪ ٨٦ ٟ‬أف ث‪ٞ‬ةء اجلضةقح ىلع املىع‪ٚ ٙ‬ي‪ ٫‬ازدراء كٔؽـ ا‪ٞ٣‬يةـ ثةظرتا‪ٚ ٫٦‬ة‪ٝ‬ذٌخ راعيح ذل‪ٟ‬‬
‫كصٮب دُ٭ريق كإف أدل إىل حمٮق كبُبلف ‪٦‬ةحلذ‪ ٫‬كاغيح ‪٦‬ة يف ابلةب أ‪ ٫٩‬دٕةرض ‪٪ٕ٦‬ة ظ‪ ٜ‬آدَل ك‪٬‬ٮ اجلْؿ بل‪ٞ‬ةء املةحلح كظ‪ ٜ‬اهلل دٕةىل ك‪٬‬ٮ‬
‫دْٕي‪ ٥‬املىع‪ ٙ‬كإزا‪٣‬ح ‪٦‬ة ي‪٪‬ةيف دْٕي‪ٚ ٫٧‬ذ‪ٞ‬ؽي‪٪٧‬ة ‪٬‬ؾا اثلةين ىلع ػبلؼ األو‪ ٨٦ ٢‬د‪ٞ‬ؽي‪ ٥‬ظ‪ ٜ‬اآلدَل ىلع ظ‪ ٜ‬اهلل دٕةىل ألف اخلُؿ يف‬
‫ث‪ٞ‬ةء اجلضةقح ‪٪٬‬ة أْٔ‪ ٨٦ ٥‬ػُؿ ‪ٚ‬ٮات املةحلح ىلع أف ‪ٚ‬ٮاد٭ة ألص‪ ٢‬دْٕي‪٦ ٥‬ة أمؿ‪٩‬ة ث‪ ٨٦ ٫‬دْٕي‪ ٥‬املىع‪ ٙ‬ال ػُؿ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬أال دؿل أف ‪٨ٝ‬‬
‫احلتي‪ ٥‬جيت ‪ٝ‬ذ‪ ٫٤‬ث‪٪‬عٮ دؿؾ الىبلة د‪ٞ‬ؽي‪٧‬ة حل‪ ٜ‬اهلل دٕةىل ىلع ظ‪ ٜ‬اآلدَل كًلؾل‪ ٟ‬ا‪ ٨ٞ٣‬املٮ‪ٝ‬ٮؼ ‪٪٧٤ٕٚ‬ة أف ظ‪ٞ‬ٮؽ اهلل دٕةىل ا‪٣‬يت ال ثؽؿ‬
‫هلة كال تكذؽرؾ ‪ٛ٦‬كؽد٭ة د‪ٞ‬ؽـ ىلع ظ‪ٞ‬ٮؽ اآلدَل كب٭ؾا ّ٭ؿ ‪٦‬ة ‪٪٤ٝ‬ةق كادٌط ‪٦‬ة ظؿر‪٩‬ةق كاهلل أٔ‪٥٤‬‬
‫‪ .1‬االقناع فٍ دم أنفاظ أبً شجاع ـ يفهشط (‪)26 /1‬‬
‫كحيؿـ ‪٠‬ذةثذ‪ ٫‬بيشء جنف كلٮ اكف ىلع ثٕي ثؽف املذُ٭ؿ جنةقح ظؿـ مف املىع‪ ٙ‬ث‪٧‬ٮًٕ٭ة كال حيؿـ ث٘ريق ىلع املؾ‪٬‬ت ك‪ ٨٦‬ل‪ ٥‬جيؽ ‪٦‬ةء‬
‫كال دؿاثة يىٌل حلؿ‪٦‬ح الٮ‪ٝ‬خ كحيؿـ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬مف املىع‪ ٙ‬كمح‪ ٫٤‬كلٮ ػةؼ ىلع املىع‪ٗ ٨٦ ٙ‬ؿؽ أك ظؿؽ أك جنةقح أك اك‪ٚ‬ؿ كل‪ ٥‬يذ‪٧‬ك‪٨‬‬
‫‪ ٨٦‬ا‪ُ٣‬٭ةرة أػؾق ‪ ٓ٦‬احلؽث ل‪٤‬رضكرة ‪.‬‬
‫‪ .6‬انفتاوي انفقهُت انكبشي انجضء انثانث طـ‪336 :‬‬
‫اجلٮاب أ‪٦‬ة ٔ‪ ٨‬املكأ‪٣‬ح األكىل ‪ٚ‬ةذلم رصح ث‪ ٫‬النيؼةف اكألوعةب أف ‪ ٨٦‬كّي‪ٛ‬ح ‪٩‬ةّؿ الٮ‪ ٙٝ‬ظ‪ ِٛ‬األوٮؿ كا‪٘٣‬بلت ىلع االظذيةط‬
‫ك‪ ٨٦‬كّي‪ٛ‬ذ‪ ٫‬أيٌة إصةرد‪ ٫‬ىلع االظذيةط ‪ٚ‬أكصجٮا ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬االظذيةط يف لك ‪٬ ٨٦‬ؾي‪٘٠ ٨‬ري‪٧٬‬ة ك‪ ٨٦‬ز‪ٝ ٥‬ةؿ النيغ يف اتلججي‪ ٫‬كال يذرصؼ‬
‫اجلةّؿ إال ىلع كص‪ ٫‬اجلْؿ كاالظذيةط كرصح اتلةج الكجيك ثأ‪ ٫٩‬جيت ىلع لك ‪٦‬ذرصؼ ٔ‪ ٨‬ا‪٘٣‬ري أف يذرصؼ ثةملى‪٤‬عح ‪ٚ‬إف اكف يف يشء‬
‫مى‪٤‬عح ك‪ٛ٦‬كؽة كاقذٮية ل‪ ٥‬يذرصؼ كين٭ؽ هل ‪٩‬ه النة‪ٚ‬يع ريض اهلل دٕةىل ٔ‪ ٫٪‬كُلـ اث‪ ٨‬الؿ‪ٕٚ‬ح كٗريق يف كصٮب أػؾ الٮيل ثةلن‪ٕٛ‬ح‬
‫ملعضٮرق إف اكف يف األػؾ مى‪٤‬عح كدؿًل‪ ٫‬إذا ٔؽ‪٦‬خ يف األػؾ كا‪٣‬رتؾ ‪ٕ٦‬ة كاقذؽلٮا ث‪ٞ‬ٮهل قجعة‪ ٫٩‬كدٕةىل كال د‪ٞ‬ؿبٮا ‪٦‬ةؿ احلتي‪ ٥‬إال ثة‪٣‬يت‬
‫يه أظك‪ ٨‬كٔ‪٪‬ؽ اقذٮاء املى‪٤‬عح كامل‪ٛ‬كؽة ل‪ ٥‬دٮصؽ األظكجيح ‪ٚ‬ة‪٦‬ذ‪ ٓ٪‬ا‪ٞ٣‬ؿبةف ك‪٩‬ةّؿ الٮ‪٠ ٙٝ‬ٮيل احلتي‪٧٠ ٥‬ة رصح ث‪ ٫‬أا‪٧‬ذ‪٪‬ة ‪ٚ‬اكف ‪٦‬س‪٫٤‬‬
‫يف ذل‪ ٟ‬ك‪ ٨٦‬ز‪ ٥‬رصح ابل‪ٞ٤‬يين يف ‪ٚ‬ذةكي‪ ٫‬ثأ‪ ٫٩‬جيت ىلع ‪٩‬ةّؿ الٮ‪ ٢ٕٚ ٙٝ‬األو‪٤‬ط‬
‫‪ .12‬قىاعذ األدكاو فٍ يظانخ األناو انجضء انثانً طـ‪252 :‬‬
‫‪ٚ‬ى‪ ٢‬يف درصؼ الٮالة ك‪٩‬ٮاث٭‪ ٥‬يذرصؼ الٮالة ك‪٩‬ٮاث٭‪ ٥‬ث‪٧‬ة ذ‪٠‬ؿ‪٩‬ة ‪ ٨٦‬اتلرص‪ٚ‬ةت ث‪٧‬ة ‪٬‬ٮ األو‪٤‬ط ل‪٧٤‬ٮىل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬درءا ل‪٤‬رضر كا‪ٛ٣‬كةد كص‪٤‬جة‬
‫ل‪ ٓٛ٪٤‬كالؿمةد كال ي‪ٞ‬ذرص أظؽ‪ ٥٬‬ىلع الىبلح ‪ ٓ٦‬ا‪ٞ٣‬ؽرة ىلع األو‪٤‬ط إال أف يؤدم إىل من‪ٞ‬ح مؽيؽة كال يذؼريكف يف اتلرصؼ ظكت‬
‫ختري‪ ٥٬‬يف ظ‪ٞ‬ٮؽ أ‪ٛ٩‬ك٭‪٦ ٥‬س‪ ٢‬أف يبيٕٮا در‪٧٬‬ة ثؽر‪ ٥٬‬أك م‪١‬ي‪٤‬ح زبيت ث‪٧‬س‪٤‬٭ة ‪ٞ٣‬ٮؿ اهلل دٕةىل كال د‪ٞ‬ؿبٮا ‪٦‬ةؿ احلتي‪ ٥‬إال ثة‪٣‬يت يه أظك‪٨‬‬
‫كإف اكف ‪٬‬ؾا يف ظ‪ٞ‬ٮؽ احلذةٍل ‪ٚ‬أكىل أف يثجخ يف ظ‪ٞ‬ٮؽ اع‪٦‬ح املك‪٧٤‬ني ‪ٚ‬ي‪٧‬ة يذرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬األا‪٧‬ح ‪ ٨٦‬األمٮاؿ ا‪ٕ٣‬ة‪٦‬ح ألف أذ‪٪‬ةء الرشع‬
‫ثةملىة‪٣‬ط ا‪ٕ٣‬ة‪٦‬ح أك‪ٚ‬ؿ كأكرث ‪ ٨٦‬أذ‪٪‬ةا‪ ٫‬ثةملىة‪٣‬ط اخلةوح كَل درصؼ صؿ ‪ٚ‬كةدا أك د‪ ٓٚ‬وبلظة ‪ٚ‬٭ٮ ‪٪٦‬يه ٔ‪٠ ٫٪‬إًةٔح املةؿ ث٘ري ‪ٚ‬ةاؽة‬
‫كإرضار األمـصح ‪٘٣‬ري اعاؽة كاألك‪ ٢‬ىلع النجٓ ‪٪٦‬يه ٔ‪ ٫٪‬ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬إدبلؼ األمٮاؿ كإ‪ٚ‬كةد األمـصح ك‪ٝ‬ؽ يؤدم إىل د‪ٛ‬ٮيخ األركاح كلٮ‬
‫ك‪ٕٝ‬خ ‪٦‬س‪ٝ ٢‬ىح اخلرض ‪٤ٔ -‬ي‪ ٫‬الكبلـ ‪ -‬يف ز‪٦‬ة‪٪٩‬ة ‪٬‬ؾا جلةز دٕييت املةؿ ظ‪ْٛ‬ة ألو‪ ٫٤‬كألكصجخ الٮاليح ذل‪ ٟ‬يف ظ‪ ٜ‬املٮىل ٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫ظ‪ْٛ‬ة لؤلكرث ثذ‪ٛ‬ٮيخ األ‪ٚ ٢ٝ‬إف الرشع حيى‪ ٢‬األو‪٤‬ط ثذ‪ٛ‬ٮيخ املىة‪٣‬ط ‪٧٠‬ة يؽرأ األ‪ٚ‬كؽ ثةردكةب امل‪ٛ‬ةقؽ ك‪٦‬ة ال ‪ٚ‬كةد ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كال‬
‫وبلح ‪ٚ‬بل يذرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬الٮالة ىلع املٮىل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬إذا أ‪٦‬ك‪ ٨‬اال‪ٛ٩‬اكؾ ٔ‪٫٪‬‬
‫‪ .11‬قىاعذ األدكاو فٍ يظانخ األناو انجضء األول طـ‪71 - 72 :‬‬
‫‪ٚ‬ى‪ٚ ٢‬ي‪٧‬ة ال ي‪٧‬ك‪ ٨‬حتىي‪ ٢‬مى‪٤‬عذ‪ ٫‬إال ثة‪ٚ‬كةدق أك ثإ‪ٚ‬كةد ثٌٕ‪ ٫‬أك ثة‪ٚ‬كةد و‪ٛ‬ح ‪ ٨٦‬و‪ٛ‬ةد‪ٚ ٫‬أ‪٦‬ة ‪٦‬ة ال ي‪٧‬ك‪ ٨‬حتىي‪ ٢‬مى‪٤‬عذ‪ ٫‬إال‬
‫ث‪ٛ‬كةدق ‪١ٚ‬إ‪ٚ‬كةد األَٕ‪٧‬ح كاألرشبح كاألدكيح ألص‪ ٢‬الن‪ٛ‬ةء كاالٗذؾاء كإث‪ٞ‬ةء امللك‪ٛ‬ني ‪ٕ٣‬جةدة رب ا‪ٕ٣‬ةملني كإثبلء اثليةب كا‪٣‬بكٍ كا‪ٛ٣‬ؿش‬
‫ن‬
‫كآالت الى‪٪‬ةآ ثةالقذٕ‪٧‬ةؿ كأ‪٦‬ة ‪٦‬ة ال ي‪٧‬ك‪ ٨‬حتىي‪ ٢‬مى‪٤‬عذ‪ ٫‬إال ثإ‪ٚ‬كةد ثٌٕ‪ ُٓٞ١ٚ ٫‬احلؽ املذأك‪٤‬ح ظ‪ْٛ‬ة ل‪٤‬ؿكح إذا اكف ا‪٘٣‬ة‪٣‬ت‬
‫الكبل‪٦‬ح ‪ٚ‬ة‪ ٫٩‬جيٮز ‪ُٕٝ‬٭ة كإف اكف إ‪ٚ‬كةدا هلة ملة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬حتىي‪ ٢‬املى‪٤‬عح الؿاصعح ك‪٬‬ٮ ظ‪ ِٛ‬الؿكح كًلؾل‪ ٟ‬ظ‪ ِٛ‬ثٕي األمٮاؿ‬
‫ثذ‪ٛ‬ٮيخ ثٌٕ٭ة ‪٠‬ذٕييت أمٮاؿ احلذةٍل كاملضة‪٩‬ني كالك‪ٛ‬٭ةء كأمٮاؿ املىة‪٣‬ط إذا ػي‪٤ٔ ٙ‬ي٭ة ا‪٘٣‬ىت ‪ٚ‬ةف ظ‪ْٛ‬٭ة ‪ٝ‬ؽ وةر ثذٕيحج٭ة ‪ٚ‬ةمج‪٫‬‬
‫‪٦‬ة ي‪ٛ‬ٮت ‪٦ ٨٦‬ةحلذ٭ة ‪ ٨٦‬أصٮر ظةرق٭ة ك‪ٝ‬ؽ ‪ ٢ٕٚ‬اخلرض ‪٤ٔ -‬ي‪ ٫‬الكبلـ ‪٦ -‬س‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬ملة ػةؼ ىلع الك‪ٛ‬ي‪٪‬ح ا‪٘٣‬ىت ‪ٚ‬ؼؿ‪ٝ‬٭ة ‪٣‬زي‪٬‬ؽ‬
‫اغوج٭ة يف اػؾ‪٬‬ة كا‪٦‬ة ‪٦‬ةال ي‪٧‬ك‪ ٨‬حتىي‪ ٢‬مى‪٤‬عذ‪ ٫‬إال ثة‪ٚ‬كةد و‪ٛ‬ح ‪ ٨٦‬و‪ٛ‬ةد‪ ُٓٞ١ٚ ٫‬اخل‪ٛ‬ني اق‪ ٨٦ ٢ٛ‬ال‪ٕ١‬جني يف االظؿاـ ‪ٚ‬ةف‬

‫‪12‬‬
‫ظؿ‪٦‬ح االظؿاـ آكؽ ‪ ٨٦‬ظؿ‪٦‬ح قبل‪٦‬ح اخل‪ٛ‬ني كا‪٦‬ة ادبلؼ امٮاؿ ال‪ٛ١‬ةر ثةتلعؿي‪ ٙ‬كاتلؼؿيت ك‪ ُٓٝ‬االمضةر ‪ٚ‬ة‪ ٫٩‬صةاـ ثؽحل‪ٝ ٢‬ٮهل دٕةىل‬
‫"‪٦‬ة ‪ُٕٝ‬ذ‪ ٨٦ ٥‬حل‪٪‬ح أك دؿًلذ‪٧‬ٮ‪٬‬ة ‪ٝ‬ةا‪٧‬ح ىلع اوٮهلة ‪ٚ‬جإذف اهلل كحلؼـم ا‪ٛ٣‬ةق‪ٞ‬ني" ك‪٦‬س‪ٝ ٫٤‬ذ‪ ٢‬ػيٮهل‪ ٥‬كإث‪٤‬٭‪ ٥‬إذا اك‪٩‬خ حتذ٭‪ ٥‬يف ظةؿ‬
‫ا‪ٞ٣‬ذةؿ كًلؾل‪ٝ ٟ‬ذ‪ ٢‬أَ‪ٛ‬ةهل‪ ٥‬إذا درتقٮا ث٭‪ ٥‬أل‪ ٫٩‬امؽ إػـاء هل‪ ٨٦ ٥‬حتؿي‪ ٜ‬ديةر‪ ٥٬‬ك‪ ُٓٝ‬امضةر‪٥٬‬‬
‫‪ .12‬انًىسىعت انفقهُت ج‪ 34‬ص ‪162‬‬
‫إدبلؼ ال‪١‬ذت‪ /‬ذ‪٬‬ت املةل‪١‬يح كالنة‪ٕٚ‬يح كاحل‪٪‬ةث‪٤‬ح إىل أف ال‪١‬ذت املعؿ‪٦‬ح جيٮز إدبل‪ٚ‬٭ة ‪ٝ‬ةؿ املةل‪١‬يح‪٠ /‬ذت ا‪ ٥٤ٕ٣‬املعؿـ اكتلٮراة كاإلجني‪٢‬‬
‫جيٮز إظؿا‪ٝ‬٭ة كإدبل‪ٚ‬٭ة إذا اك‪٩‬ة حمؿ‪ٚ‬ني ك‪ٝ‬ةؿ النة‪ٕٚ‬يح جيت إدبلؼ ‪٠‬ذت ا‪٣‬ك‪ٛ‬ؿ كالكعؿ كاتل‪٪‬ضي‪ ٥‬كالنٕجؾة كا‪٤ٛ٣‬ك‪ٛ‬ح تلعؿي‪ ٥‬االمذ٘ةؿ‬
‫ث٭ة كرصح احل‪٪‬ةث‪٤‬ح ثأ‪ ٫٩‬يىط رشاء ‪٠‬ذت الـ‪٩‬ؽ‪ٝ‬ح إلدبل‪ٚ‬٭ة ‪ 0‬ألف يف ال‪١‬ذت ‪٦‬ةحلح الٮرؽ كدٕٮد كر‪ٝ‬ة ‪٪٦‬ذ‪ٕٛ‬ة ث‪ ٫‬ثةملٕةجلح ك‪ٝ‬ةؿ احل‪ٛ٪‬يح‪/‬‬
‫ال‪١‬ذت ا‪٣‬يت ال يجذ‪ ٓٛ‬ث٭ة ي‪٧‬ىح ٔ‪٪‬٭ة اق‪ ٥‬اهلل كمبلاكذ‪ ٫‬كرق‪ ٫٤‬كحيؿؽ ابلةيق كال ثأس ثأف د‪ً٤‬ف يف ‪٦‬ةء صةر ‪٧٠‬ة يه أك دؽ‪ ٨ٚ‬ك‪٬‬ٮ‬
‫أظك‪٧٠ ٨‬ة يف األ‪٩‬بيةء كًلؾا دميٓ ال‪١‬ذت إذا ث‪٤‬يخ كػؿصخ ٔ‪ ٨‬اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ث٭ة ‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬اعثؽي‪ /٨‬كيف اذلػرية‪ /‬املىع‪ ٙ‬إذا وةر ػ‪ٞ٤‬ة‬
‫كدٕؾرت ا‪ٞ٣‬ؿاءة ‪ ٫٪٦‬ال حيؿؽ ثةجلةر كإحل‪ ٫‬أمةر حم‪٧‬ؽ كب‪٩ ٫‬أػؾ كال يكؿق د‪ ٫٪ٚ‬كيججيغ أف ي‪ ٙ٤‬خبؿ‪ٝ‬ح َة‪٬‬ؿة كي‪٤‬عؽ هل ‪ 0‬أل‪ ٫٩‬لٮ م‪ٜ‬‬
‫كد‪ ٨ٚ‬حيذةج إىل إ‪٬‬ة‪٣‬ح ا‪٣‬رتاب ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كيف ذل‪٩ ٟ‬ٮع حت‪ٞ‬ري إال إذا صٕ‪ٚ ٢‬ٮ‪ ٫ٝ‬ق‪ ٙٞ‬كإف مةء ٗك‪ ٫٤‬ثةملةء أك كًٕ‪ ٫‬يف مٮًٓ َة‪٬‬ؿ ال دى‪٢‬‬
‫إحل‪ ٫‬يؽ حمؽث كال ٗجةر كال ‪ٝ‬ؾر دْٕي‪٧‬ة لالكـ اهلل ٔـ كص‪.٢‬‬

‫‪13‬‬
Jalsah Tsalitsah
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. M. Mukhlis Dimyati 1. Bpk. Nawawi Azhari
2. K. M. Masruchan 2. Bpk. Ihsan
3. KH. M. Azizi Hasbullah 3. Bpk. H. Adibuddin Bpk. Najib Abdul Ghani
4. K. A. Fauzi Hamzah 4. Agus. Syamsyul Mu’in
5. KH. Ridwan Qoyyum S. 5. Agus. Ali Khidlir
6. Agus. Anang Darunnaja 6. Agus. Hamim HR
7. K. Saiful Anwar 7. Bpk. M. Syahrul Munir
NOTULEN
8. Bpk. Munawwar Zuhri
9. Bpk. Kholid Afandi
M. Khotibul Umam
10. Bpk Rofiq Ajhuri
HM. Aqil Syauqi
11. Bpk. M. Ahid Yasin
Luthfi Kholili
12. Bpk. Syibromulisi
13. Bpk. M. Zainul Millah

Memutuskan

4. PAID PROMOTE INSTAGRAM | Mutakhorrijin 2017


Deskripsi Masalah
Sesuai dengan namanya, Paid Promote Instagram (PPI) merupakan layanan jasa promosi
berbayar. Penyedia jasa ini biasanya adalah akun-akun instagram yang memiliki jumlah followers
melimpah, baik artis, publik figur, selebgram atau lainnya. Sementara itu pengguna jasanya
adalah para pemilik bisnis/brand atau dari kalangan online shop yang menginginkan produknya
untuk dipromosikan. Singkatnya PPI adalah membayar kepada pemilik akun yang followernya
banyak untuk sekedar mempromosikan produknya. Semakin banyak follower, semakin mahal
pula iklannya. Dengan memiliki pengikut follower yang banyak, maka semakin besar pula
peluang mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan follower. Di antaranya dengan memposting
berita fitnah, hoax atau hal kontroversial lainnya. Disadari atau tidak konten tersebut bisa
menaikkan jumlah follower dan rating.
Beda lagi Endorse, yakni dukungan atau di media sosial memiliki makna meminta dukungan
kepada orang-orang ternama seperti artis atau akun yang memiliki banyak follower guna
mengenalkan produk tertentu lewat medsos. Biasanya para pengusaha online memberi produk
tertentu kepada seorang publik figur, kemudian diunggah ke akun mereka. Cara ini
menguntungkan ke dua belah pihak baik bagi pelaku uaha atau pemilik akun. Bagi pelaku usaha
tentu sangat membantu mengenalkan produk-produk mereka. Sehingga diharapkan penjualan
produk mereka akan terus meningkat. Bagi pemilik akun akan mendapat sejumlah keuntungan.
Biasanya, barang yang sudah diendorse akan menjadi miliknya. Dalam prakteknya, endorse ini
dilakukan dengan beberpa kesepakatan antara pengusaha dan pemilik akun.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum transaksi iklan melalui Paid Promote Instagram atau Endorse seperti
dalam deskripsi di atas?
Jawaban
a. Diperbolehkan dan sah, baik atas nama menyewa akun Selebgram atau jasa pengiklanan
Selebgram, karena jasa tersebut sudah termasuk manfaat yang bernilai (mutaqowwam).

14
‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Fiqh al-Manhaji, vol. 6, h. 148.‬‬ ‫‪3. Alfatawi al-kubra, vol. 3, h. 149.‬‬
‫‪2. Hasyiah I’anah atthalibin, vol.3, h. 131.‬‬ ‫‪4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬انفقه انًنهجٍ عهً يزهب اإلياو انشافعٍ (‪(141 /6‬‬


‫أ‪ٝ‬كةـ اإلصةرة كرشكَ٭ة اإلصةرة ‪ٝ‬ك‪٧‬ةف ‪ /‬إصةرة ٔني كإصةرة ذ‪٦‬ح‪.‬‬
‫‪ٚ .1‬إصةرة ا‪ٕ٣‬ني‪ /‬يه اإلصةرة الٮاردة يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح ‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثٕني ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪٧٠ .‬ة لٮ ‪ٝ‬ةؿ‪ /‬أصؿد‪٬ ٟ‬ؾق ادلار‪ ،‬أك الكيةرة ا‪ٛ٣‬بل‪٩‬يح ػ لكيةرة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫يٕؿ‪ٚ‬٭ة املذٕة‪ٝ‬ؽاف ػ أك أف يكذأصؿ مؼىة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ة ‪٦ ٢٧ٕ٣‬ة‪ ،‬أك حلؼيٍ هل ‪٬‬ؾا اثلٮب‪.‬‬
‫‪ .2‬كإصةرة اذل‪٦‬ح‪ /‬يه اإلصةرة الٮاردة يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح ‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثةذل‪٦‬ح‪٠ ،‬أف يكذأصؿق حلٮو‪ ٫٤‬بكيةرة مٮوٮ‪ٚ‬ح يف ذ‪٦‬ذ‪ ٫‬إيل ماكف ‪ٕ٦‬ني‪ ،‬أك يؤصؿق‬
‫ن‬
‫قيةرة مٮوٮ‪ٚ‬ح يف ذ‪٦‬ذ‪٦ ٫‬ؽة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪ ،‬كًلأف ي‪٤‬ــ املكذأصؿ املؤصؿ ٔ‪٧‬بل يف ذ‪٦‬ذ‪٠ ٫‬ج‪٪‬ةء أك ػيةَح أك حنٮ ذل‪ٚ ،ٟ‬ي‪ٞ‬ج‪.٢‬‬
‫ك‪٬ ٨٦‬ؾا اجلٮع ‪٦‬ة حيى‪ ٢‬يف ‪٬‬ؾق األيةـ ‪ ٨٦‬اقتبضةر كقةا‪ ٢‬اجل‪ ٢ٞ‬املؼذ‪ٛ٤‬ح‪ٚ ،‬إف اإلصةرة دؿد يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح مٮوٮ‪ٚ‬ح يف اذل‪٦‬ح‪ ،‬ال يلع ‪ٕٛ٪٦‬ح‬
‫‪٦‬ذٕ‪ٞ٤‬ح ثٕني ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح ‪.‬رشكط إصةرة ا‪ٕ٣‬ني‪/‬‬
‫(‪ ).1‬أف دكٮف ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‪ٚ ،‬بل يىط أف يؤصؿق إظؽل ‪٬‬ةدني الكيةردني‪٧٠ ،‬ة مؿ (‪ ).2‬أف دكٮف ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ظةرضة‬
‫كمنة‪٬‬ؽة ‪ ٨٦‬املذٕة‪ٝ‬ؽي‪٪ٔ ،٨‬ؽ ٔ‪ٞ‬ؽ اإلصةرة ‪٤ٚ .‬ٮ ‪ٝ‬ةؿ‪ /‬أصؿد‪ ٟ‬دارم أك قيةريت أك زٮيب‪ ،‬ك‪٧٬‬ة اغاجةف ٔ‪ ٨‬ادلار‪ ،‬أك الكيةرة كاثلٮب ‪٣‬حكة‬
‫ن‬
‫يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ل‪ ٥‬دىط اإلصةرة‪ ،‬إال إذا اكف املذٕة‪ٝ‬ؽاف ‪ٝ‬ؽ مة‪٬‬ؽا ا‪ٕ٣‬ني املؤصؿة ‪ٝ‬ج‪ ٢‬ا‪ٕٞ٣‬ؽ ث‪٧‬ؽة ال دذ٘ري ‪ٚ‬ي٭ة اغبلة ‪ٚ‬ذىط اإلصةرة‪.‬‬
‫(‪ ).3‬أف ال يؤص‪ ٢‬اقتي‪ٛ‬ةء امل‪ٕٛ٪‬ح ٔ‪ ٨‬ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪٠ ،‬أف يؤصؿق دارق الك‪٪‬ح امل‪ٞ‬ج‪٤‬ح‪ ،‬أك يؤصؿق ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬يلع أف يجؽأ ا‪ ٢٧ٕ٣‬أكؿ الن٭ؿ‪ ،‬أك يؤصؿق‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫أذجةرا ‪ ٨٦‬أكؿ الن٭ؿ ا‪ٞ٣‬ةدـ‪ ،‬ك‪١٬‬ؾا‪ ،‬إال إذا اك‪٩‬خ اإلصةرة ل‪٧٤‬كذ‪ٞ‬ج‪ ٢‬مل‪٬ ٨‬ٮ مكذأصؿ‬
‫قيةرد‪ٗ ٫‬ؽا‪ ،‬أك أف يؤصؿق دارق ق‪٪‬ح أك م٭ؿا ُ‬
‫ل‪ٕ٤‬ني ك‪ٝ‬خ ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ملؽة دجذيه ثجؽء ‪٦‬ؽة اإلصةرة اجلؽيؽة ‪ٚ‬ذىط اإلصةرة‪ ،‬الدىةؿ املؽدني ‪ ٓ٦‬احتةد املكذأصؿ‪ٚ ،‬ىةر ‪٧٠‬ة لٮ اقذأصؿ ا‪ٕ٣‬ني‬
‫يف املؽدني يف ٔ‪ٞ‬ؽ كاظؽ‪.‬‬
‫َ‬ ‫َّ‬
‫رشكط إصةرة اذل‪٦‬ح‪ .1 /‬أف دكٮف األصؿة ظة‪٣‬ح‪ ،‬كأف تك‪ ٥٤‬يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬ألف ‪٬‬ؾق اإلصةرة ُ‬
‫سَل‪ ٥‬يف امل‪٪‬ة‪ٚ ،ٓٚ‬حنرتط تك‪٤‬ي‪ ٥‬رأس ‪٦‬ةؿ‬
‫الك‪ ٥٤‬ػ ك‪٬‬ٮ األصؿة ػ يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ ،‬كامرتاط اتلأصي‪ٕ٠ ٢‬ؽـ ا‪٣‬تك‪٤‬ي‪٤ٚ .٥‬ٮ اد‪ٞٛ‬ة يف ا‪ٕٞ٣‬ؽ يلع دأصي‪ ٢‬األصؿة ل‪ ٥‬دىط اإلصةرة ظىت كلٮ‬
‫ق‪٧٤‬خ يف املض‪٤‬ف‪ .‬كًلؾل‪ ٟ‬إذا ل‪ ٥‬يذ‪ٞٛ‬ة يلع اتلأصي‪ ٢‬كل‪ ٥‬تك‪ ٥٤‬األصؿة ثة‪ ٢ٕٛ٣‬يف دل‪٤‬ف ا‪ٕٞ٣‬ؽ‪ .2 .‬ثيةف صجف ا‪ٕ٣‬ني ا‪٣‬يت تكذٮيف ‪٪٦‬٭ة‬
‫امل‪ٕٛ٪‬ح ك‪٩‬ٮٔ٭ة كو‪ٛ‬ذ٭ة‪٧٠ .‬ة إذا ٔ‪ٞ‬ؽ إصةرة ‪ ٓ٦‬م‪١‬ذت ‪ ٢ٞ٩‬حل‪ ٫٤ٞ٪‬إيل ثرل ‪ٕ٦‬ني‪ٚ ،‬يججيغ ثيةف الٮقي‪٤‬ح ا‪٣‬يت قح‪ٚ ٫٤ٞ٪‬ي٭ة‪ ٢٬ /‬يه كقي‪٤‬ح‬
‫صٮيح أك حبؿيح أك ثؿيح؟ ك‪ ٢٬‬يه قيةرة ‪٠‬جرية أك و٘رية؟ ك‪ ٢٬‬يه ظؽيسح أك ‪ٝ‬ؽي‪٧‬ح؟ ك‪٦‬ة إيل ذل‪ ٨٦ ٟ‬أمٮر دذ‪ٛ‬ةكت ‪ٚ‬ي٭ة األٗؿاض‪.‬‬
‫ن‬
‫ظك‪ ٥‬اإلصةرة‪ /‬إذا د‪ٞٔ ٥‬ؽ اإلصةرة ثذٮ‪ٚ‬ؿ أرٌل‪ ٫٩‬كرشكَ‪ ٫‬ا‪ٕٞ٩‬ؽ وعيعة‪ ،‬كدؿدت ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ظ‪ ٫٧١‬ػ أم أزؿق الرشيع ػ ث‪٧‬ضؿد ا‪ٕٞ٩‬ةدق‪،‬‬
‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ك‪٬‬ٮ‪ -/‬زجٮت امل‪ ٟ٤‬ل‪٧٤‬كذأصؿ يف ‪ٕٛ٪٦‬ح املؤصؿ‪ ،‬كصٮاز درص‪ٚ ٫ٚ‬ي٭ة كاقتي‪ٛ‬ةا‪ ٫‬هلة‪ -.‬زجٮت امل‪ ٟ٤‬ل‪٧٤‬ؤصؿ يف األصؿة ا‪٣‬يت يه ‪ٝ‬ي‪٧‬ح امل‪ٕٛ٪‬ح‬
‫ا‪٣‬يت م‪١٤‬٭ة‬
‫‪ .2‬داشُت إعانت انطانبُن (‪)131 /3‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬كػؿج ث‪٧‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح ا‪٣‬غ) رشكع يف ثيةف املعرتزات (‪ٝ‬ٮهل‪ٚ /‬بل دىط ا‪٠‬رتاء ثيةع) أم دالؿ‪ ،‬ك‪ٝ‬ٮهل ث‪٧‬عي لك‪٧‬ح ا‪ْ٩‬ؿ ‪٦‬ة ‪ٚ‬ةاؽة زيةدة‬
‫‪ ِٛ٣‬حمي ؟ كيف امل‪٪‬٭ةج إق‪ٞ‬ةَ‪ ،٫‬ك‪٬‬ٮ أكىل‪ٝ ،‬ةؿ يف ‪ٚ‬ذط اجلٮاد‪ ،‬كا‪ ٢ٕٛ٣‬اذلم ال دٕت ‪ٚ‬ي‪ ،٫‬اكللك‪٧‬ح ا‪٣‬يت ال دٕت ‪ٚ‬ي٭ة‪ ،٥ٕ٩ ،‬يف االظيةء‬
‫جيٮز أػؾ االصؿة ىلع رضبح ‪٦ ٨٦‬ة‪٬‬ؿ يى‪٤‬ط ث٭ة أٮصةج قي‪ ،ٙ‬أم كإف ل‪ ٥‬يك‪ٚ ٨‬ي٭ة من‪ٞ‬ح‪ ،‬الف ‪ ٨٦‬مأف ‪٬‬ؾق الى‪٪‬ةآ‪ ،‬أف يذٕت يف‬
‫حتىي‪٤‬٭ة ثةالمٮاؿ كٗري‪٬‬ة‪ ،‬خببلؼ اال‪ٝ‬ٮاؿ‪ .‬اق‪.‬‬
‫‪ .3‬انفتاوٌ انكبشي ‪146/3‬‬
‫( كقب‪ٚ ) ٢‬كط اهلل قجعة‪ ٫٩‬كدٕةىل يف ‪ٝ‬ربق ث‪٧‬ة وٮرد‪ ٫‬يف اإلظيةء ال جيٮز أػؾ ٔٮض ىلع لك‪٧‬ح ي‪ٞ‬ٮهلة َجيت ىلع دكاء ي‪ٛ٪‬ؿد ث‪ٕ٧‬ؿ‪ٚ‬ذ‪ ٫‬إذ ال‬
‫من‪ٞ‬ح ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬يف اتل‪ ِٛ٤‬كٔ‪ ٫٧٤‬ث‪ ٫‬ال يجذ‪ ٢ٞ‬إىل ٗريق ‪٤ٚ‬حف ممة ي‪ٞ‬ةث‪ ٢‬ثٕٮض خببلؼ ‪٦‬ة لٮ ٔؿؼ الى‪ٞ‬ي‪ ٢‬املة‪٬‬ؿ إزا‪٣‬ح أٮصةج الكي‪ٙ‬‬
‫كاملؿآة ثرضبح كاظؽة ‪ ٫٤ٚ‬أػؾ ا‪ٕ٣‬ٮض ٔ‪٤‬ي٭ة كإف ‪٠‬رث ‪ 0‬ألف ‪٬‬ؾق الى‪٪‬ةاعت يذٕت يف دٕ‪٤‬ي‪٧‬٭ة تل‪١‬تكت كخي‪ٛ٩ ٨ٔ ٙٛ‬ك‪٠ ٫‬رثة اتلٕت ا‪٬‬‬
‫‪ٚ .‬٭‪٬ ٢‬ٮ املٕذ‪٧‬ؽ أـ املٕذ‪٧‬ؽ ‪٦‬ة أ‪ٚ‬ىت ث‪ ٫‬ابل٘ٮم ‪ ٨٦‬أف االقتبضةر ال يىط ك‪ ٢٬‬ا‪ٛ٣‬ىؽ كحنٮق ‪٠‬ؾل‪ ٟ‬أك ال ؟ ( ‪ٚ‬أصةب ) ث‪ٞ‬ٮهل األكص‪٦ ٫‬ة‬
‫‪ٝ‬ةهل ا‪٘٣‬ـايل ‪٧٠‬ة أذ‪٧‬ؽق األذريع كٗريق كيؤيؽق درصحي٭‪ ٥‬ثىعح االقتبضةر ل‪ٛ٤‬ىؽ كحنٮق ‪ ٓ٦‬أ‪ ٢٧ٔ ٫٩‬ال يذٕت ‪ٝ .‬ةؿ األذريع ‪ /‬كاقأؿ‬
‫ٔ‪ ٨‬ا‪ٛ٣‬ؿؽ ثني ‪٬‬ؾا كبني اقتبضةر ابليةع ىلع لك‪٧‬ح ال دذٕت ا ‪ ٬‬كيؤػؾ ‪ ٨٦‬الكـ ا‪٘٣‬ـايل الكةث‪ ٜ‬ا‪ٛ٣‬ؿؽ ثح‪٪‬٭‪٧‬ة كظةو‪ ٫٤‬أف ٔ‪٤‬ح ابلُبلف‬
‫مؿًلجح ‪ٔ ٨٦‬ؽـ املن‪ٞ‬ح كٔؽـ ا‪٩‬ذ‪ٞ‬ةؿ ا‪ ٥٤ٕ٣‬ل‪٘٤‬ري كٔؽـ اتلٕت يف دٕ‪٧٤‬٭ة تل‪١‬تكت كخي‪ ٨ٔ ٙٛ‬اجل‪ٛ‬ف ‪٠‬رثة اتلٕت ك‪٬‬ؾا مٮصٮد يف لك‪٧‬ح‬

‫‪15‬‬
‫ابليةع كٍل‪٧‬ح ا‪ُ٣‬جيت أ‪٦‬ة األكؿ ‪ٚ‬ٮاًط ‪ ,‬كأ‪٦‬ة اثلةين ‪ٚ 0‬ؤلف امل‪ٞ‬ٮؿ هل د‪ ٟ٤‬اللك‪٧‬ح ال يجذ‪ ٢ٞ‬إحل‪٧٤ٔ ٫‬٭ة كأيٌة ‪٤ٚ‬حف ‪ ٨٦‬مأف ٔ‪ ٥٤‬ا‪ُ٣‬ت‬
‫أف يذٕت يف حتىي‪ ٫٤‬حلؼ‪ ٨ٔ ٙٛ‬اجل‪ٛ‬ف ‪٠‬رثة اتلٕت ث‪ ٢‬تلذعًل اجل‪ٛ‬ف ثك‪٧‬ةؿ ا‪٤ٕ٣‬ٮـ أك ثٌٕ٭ة خببلؼ لك‪٧‬ح املة‪٬‬ؿ ‪ٚ‬إف ٔ‪٧٤‬٭ة يجذ‪٢ٞ‬‬
‫إىل ‪ٔ ٨٦‬ؿ‪ ٫ٚ‬إية‪٬‬ة ‪ 0‬أل‪ ٫٩‬ال يؾ‪٠‬ؿ‪٬‬ة إال مل‪ ٨‬مةرًل‪ ٫‬يف و‪ٕ٪‬ذ‪٣ ٫‬ك‪ ٨‬ػ‪ٛ‬يخ ٔ‪٤‬ي‪٬ ٫‬ؾق ادل‪ٝ‬ي‪ٞ‬ح كأيٌة ‪ ٨٧ٚ‬مأ‪٩‬٭ة كحنٮ‪٬‬ة اتلٕت يف حتىي‪٫٤‬‬
‫ل‪٤‬ذؼ‪ٛ‬ي‪ ٙ‬املؾ‪٠‬ٮر كبذأم‪ ٢‬ذل‪ ٟ‬يذٌط ا‪ٛ٣‬ؿؽ ثني ا‪ٛ٣‬ىؽ كٍل‪٧‬ح ابليةع كحنٮ‪٬‬ة ‪ ٨٦‬الؿد ىلع ‪ٚ ٍ٤ٗ ٨٦‬ي٭ة ال ي‪ٞ‬ةؿ دٕ‪ ٥٤‬ا‪ٞ٣‬ؿآف يذٕت يف‬
‫حتىي‪ ٫٤‬أيٌة ‪ 0‬أل‪٩‬ة ‪ٞ٩‬ٮؿ ‪٦‬س‪٬ ٢‬ؾق اللك‪٧‬ح ال يذٕت يف حتىي‪٤‬٭ة أك يذٕت ال ل‪٤‬ذؼ‪ٛ‬ي‪ ٙ‬املؾ‪٠‬ٮر ث‪ ٢‬ملة مؿ‬
‫‪ .4‬أسنً انًطانب فٍ ششح سوع انطانب داشُت انشيهٍ عهً أسنً انًطانب (‪)426 /2‬‬
‫مخكح رشكط األكؿ ‪٠‬ٮ‪٩‬٭ة ‪٦‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح حلعك‪ ٨‬ثؾؿ املةؿ يف ‪ٞ٦‬ةث‪٤‬ذ٭ة اكقتبضةر دار ل‪٤‬ك‪١‬ىن كاملك‪ ٟ‬كالؿيةظني ل‪٤‬ن‪ ٥‬ال اقتبضةر د‪ٛ‬ةظح‬
‫ل‪٤‬ن‪ ٥‬أل‪٩‬٭ة دة‪ٚ‬٭ح ال د‪ٞ‬ىؽ هل ‪ٚ‬يه ‪٠‬عجح يف ابليٓ ‪ٚ‬إف ‪٠‬رث اتل‪ٛ‬ةح وعخ اإلصةرة ألف ‪٦ ٫٪٦‬ة ‪٬‬ٮ أَيت ‪٠ ٨٦‬سري ‪ ٨٦‬الؿيةظني كًلٮف‬
‫امل‪ٞ‬ىٮد ‪ ٫٪٦‬األك‪ ٢‬دكف الؿاحئح ال ي‪ٞ‬ؽح يف ذل‪ ٟ‬كال اقتبضةر ادلرا‪ ٥٬‬كادل‪٩‬ة‪٩‬ري كا‪ُٕ٣‬ةـ كلٮ ‪٣‬زتيني ظة‪٩‬ٮت خببلؼ اعريذ٭ة ل‪٤‬ـي‪٪‬ح ‪٧٠‬ة‬
‫مؿ يف ثةث٭ة إذ ‪ٕٛ٪٦‬ح الـي‪٪‬ح ٗري ‪٦‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح ‪ٚ‬بل د‪ٞ‬ةث‪ ٢‬ث‪٧‬ةؿ كلٮ اقذأصؿ النضؿة كيف نكؼح النضؿ ‪٤ْ٣‬٭ة أم لبلقذْبلؿ ثْ‪٤‬٭ة أك الؿبٍ‬
‫ث٭ة أك َةاؿا لؤلنف ثىٮد‪ ٫‬اك‪٪ٕ٣‬ؽحلت أك لٮ‪ ٫٩‬اك‪ُ٣‬ةكس صةز ألف امل‪٪‬ة‪ ٓٚ‬املؾ‪٠‬ٮرة ‪ٞ٦‬ىٮدة ‪٦‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح كدؿصيط اجلٮاز يف اثلبلزح ‪ ٨٦‬زيةدد‪٫‬‬
‫ال ثيةاع ىلع لك‪٧‬ح ال دٕت ‪ٚ‬ي٭ة كإف ركصخ الك‪ٕ٤‬ح إذ ال ‪ٝ‬ي‪٧‬ح هلة ‪٣‬ك‪ ٨‬إف دٕت ‪ٚ‬ي٭ة ثرتدد أك الكـ ‪ ٫٤ٚ‬أصؿة املس‪ ٢‬كاقتنلك ثأف ذل‪ٟ‬‬
‫ٗري ‪ٕٞ٦‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬٭ٮ ‪٦‬ذربع ث‪ ٫‬ك‪ٝ‬ؽ جيةب ثأ‪ ٫٩‬ملة اكف املٕ‪ٞ‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ال يذ‪ ٥‬إال ث‪ ٫‬اعدة ‪٩‬ـؿ ‪٦‬زنتل‪ ٫‬كيىط االقتبضةر ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ي‪ٞ‬ذيض اتلٕت‬
‫‪ ٨٦‬اللك‪٧‬ةت ‪٧٠‬ة يف ثيٓ اثليةب كا‪ٕ٣‬جيؽ كحنٮ‪٧٬‬ة ممة خيذ‪ ٙ٤‬ز‪ ٫٪٧‬ثةػذبلؼ املذٕة‪ٝ‬ؽي‪ ٨‬ك‪٬‬ؾا درصيط ث‪٧‬ة أ‪ٚ‬٭‪ٝ ٫٧‬ٮهل ال دٕت ‪ٚ‬ي٭ة كو‪٫ٕ٪‬‬
‫أكىل ‪ ٨٦‬و‪ ٓ٪‬أو‪ ٫٤‬ظير صٕ‪٬ ٢‬ؾا ‪ٛ٦‬يؽا حلك‪ ٥‬ذاؾ‬
‫(‪ٝ‬ٮهل األكؿ ‪٠‬ٮ‪٩‬٭ة ‪٦‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح) ق‪ٞ‬ٮط ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح إ‪٦‬ة تلعؿي‪٧‬٭ة كإ‪٦‬ة خلكذ٭ة كإ‪٦‬ة ‪٤ٞ٣‬ذ٭ة كًةثٍ ‪٦‬ة جيٮز اقتبضةرق لك ٔني يجذ‪ ٓٛ‬ث٭ة ‪ ٓ٦‬ث‪ٞ‬ةء‬
‫ٔي‪٪‬٭ة ‪ٕٛ٪٦‬ح ‪٦‬جةظح مم‪٤‬ٮًلح ‪٤ٕ٦‬ٮ‪٦‬ح ‪ٞ٦‬ىٮدة دٌ‪ ٨٧‬ثةبلؾؿ كدجةح ثةإلثةظح‬
‫‪ .5‬ششح انبهجت انىسدَت (‪)126 /12‬‬
‫كػؿج ثكٮ‪٩‬٭ة ‪٦‬ذ‪ٞ‬ٮ‪٦‬ح ‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿق ث‪ٞ‬ٮهل ‪ ( /‬كبُ‪٤‬خ ) أم ‪ /‬اإلصةرة ( يف لك‪٧‬ح ) أم ‪ /‬للك‪٧‬ح إجيةب ‪ ،‬أك ‪ٝ‬جٮؿ ‪ ،‬أك ٗري‪٧٬‬ة ( ثبل دٕت ) ‪ٚ‬ي٭ة ‪،‬‬
‫كإف ركصخ الك‪ٕ٤‬ح ؛ إذ ال ‪ٝ‬ي‪٧‬ح هلة ‪ٝ‬ةؿ حم‪٧‬ؽ ث‪ ٨‬حيىي ‪٬ /‬ؾا يف مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح اكخلزب ‪ ،‬كال‪٤‬ع‪ ، ٥‬أ‪٦‬ة اثليةب ‪ ،‬كا‪ٕ٣‬جيؽ ك‪٦‬ة خيذ‪ ٙ٤‬ز‪٫٪٧‬‬
‫ثةػذبلؼ املذٕة‪ٝ‬ؽي‪٤٤ٚ ٨‬جيةع ‪ٚ‬ي‪ ٫‬مـيؽ ‪ٚ ٓٛ٩‬ذضٮز اإلصةرة هل كب‪ ٫‬صــ يف ال‪ٛ١‬ةيح ‪ ،‬أ‪٦‬ة إذا اظذةج إىل دٕت ‪٠‬ع‪ ِٛ‬كمح‪ ٢‬إىل قٮؽ‬
‫‪ٚ‬ذىط اإلصةرة ‪ٝ‬ةؿ يف الؿكًح ‪٠‬أو‪٤‬٭ة ‪ /‬كظير ثُ‪٤‬خ ‪ٚ‬بل يشء لؤلصري ‪ ،‬إف ل‪ ٥‬يذٕت ‪ٚ ،‬إف دٕت ثكرثة ا‪٣‬رتدد ‪ ،‬كالالكـ كدأحل‪ ٙ‬أمؿ‬
‫املٕةم‪٤‬ح ‪ ٫٤ٚ‬أصؿة ‪٦‬س‪ ٫٤‬ال ‪٦‬ة دٮاَأ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ابليةٔٮف ا‪٩‬ذىه ‪ .‬ك‪ٚ‬ي‪ْ٩ ٫‬ؿ ؛ ألف ذل‪ٗ ٟ‬ري ‪ٕٞ٦‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬٭ٮ ‪٦‬ذربع ث‪ ، ٫‬ك‪ٝ‬ؽ جيةب ثأ‪ ٫٩‬ملة اكف‬
‫املٕ‪ٞ‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ال يذ‪ ، ٥‬إال ث‪٩ ٫‬ـؿ ‪٦‬زنتل‪٫‬‬
‫( ‪ٝ‬ٮهل ‪ /‬يف لك‪٧‬ح ) كإف ْٔ‪ٕٛ٩ ٥‬٭ة ‪ُ٠‬جيت ا‪ٛ٩‬ؿد ث‪ٕ٧‬ؿ‪ٚ‬ح يشء ي‪ ُٓٞ‬ابلٮاقري ؛ إذ ال من‪ٞ‬ح ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬يف اتل‪ ِٛ٤‬ث‪ ٫‬كٔ‪ ٫٧٤‬ال يجذ‪٘٣ ٢ٞ‬ريق ‪.‬‬
‫ا ‪ . ٬‬ق‪ ٥‬ىلع أيب مضةع ‪ٝ ( .‬ٮهل ‪ /‬ثبل دٕت ) أم مأ‪٩‬٭ة ذل‪ ، ٟ‬كإف ظى‪ ٢‬ث٭ة دٕت ‪ٝ‬ةؿ الكججة( ‪ٚ /‬إف ظى‪ ٢‬دٕت ‪ٚ‬ي‪٧‬ة مأ‪ٔ ٫٩‬ؽـ اتلٕت‬
‫اقذع‪ ٜ‬أصؿ املس‪٢‬‬
‫‪ .6‬فتخ انًعُن بششح قشة انعُن بًهًاث انذَن داشُت يع إعانت انطانبُن (‪)112 /3‬‬
‫‪ٚ‬بل يىط ا‪٠‬رتاء ثيةع ل‪٤‬ذ‪ ِٛ٤‬ث‪٧‬عي لك‪٧‬ح أك لك‪٧‬ةت يكرية ىلع األكص‪ ٫‬كلٮ إجيةثة ك‪ٝ‬جٮال كإف ركصخ الك‪ٕ٤‬ح إذ ال ‪ٝ‬ي‪٧‬ح هلة ك‪ ٨٦‬ز‪٥‬‬
‫اػذه ‪٬‬ؾا ث‪٧‬جيٓ مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح يف ابلرل اكخلزب خببلؼ حنٮ ٔجؽ كزٮب ممة خيذ‪ ٙ٤‬ز‪ ٫٪٧‬ثةػذبلؼ ‪٦‬ذٕةَي‪ٚ ٫‬يؼذه ثيٕ‪ ٨٦ ٫‬ابليةع‬
‫ث‪٧‬ـيؽ ‪ٚ ٓٛ٩‬يىط اقتبضةرق ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كظير ل‪ ٥‬يىط ‪ٚ‬إف دٕت ثكرثة دؿدد أك الكـ ‪ ٫٤ٚ‬أصؿة املس‪ ٢‬كإال ‪ٚ‬بل‪.‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬إذ ال ‪ٝ‬ي‪٧‬ح هلة) أم اللك‪٧‬ح أك اللك‪٧‬ةت ا‪٣‬حكرية‪ ،‬ك‪٬‬ٮ ٔ‪٤‬ح ‪ٕ٣‬ؽـ وعح ا‪٠‬رتاء ‪ ٨٦‬ذ‪٠‬ؿ (‪ٝ‬ٮهل‪ /‬ك‪ ٨٦‬ز‪ ٥‬ا‪٣‬غ) أم ك‪ ٨٦‬أص‪ ٢‬أف ٔؽـ‬
‫وعح ا‪٠‬رتاء ثيةع ل‪٤‬ذ‪ ِٛ٤‬ث‪٧‬عي لك‪٧‬ح أك لك‪٧‬ةت يكرية ال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء ‪٠‬ٮ‪ ٫٩‬هل ‪ٝ‬ي‪٧‬ح اػذه ‪٬‬ؾا‪ ،‬أم ٔؽـ الىعح ‪ٚ‬ي‪٧‬ة ذ‪٠‬ؿ‪ ،‬ث‪٧‬جيٓ مكذ‪ٞ‬ؿ‬
‫ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح يف ابلرل‪ ،‬كيف اجل٭ةيح ػبل‪ ،٫ٚ‬ك‪٩‬ى٭ة‪ ،‬كم‪ ٢٧‬الكـ املى‪٦ ٙ٪‬ة اكف مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح‪ ،‬ك‪٦‬ة ل‪ ٥‬يكذ‪ٞ‬ؿ‪ ،‬ػبل‪ٚ‬ة ملع‪٧‬ؽ ث‪ ٨‬حيىي‪ ،‬إال أف حي‪٢٧‬‬
‫الك‪ ٫٦‬ىلع ‪٦‬ة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬دٕت اق‪.‬ك‪ٝ‬ٮهل ػبل‪ٚ‬ة ملع‪٧‬ؽ ث‪ ٨‬حيىي‪ /‬أم ظير ‪ٝ‬ةؿ حم‪ٔ ٢‬ؽـ وعح االصةرة ىلع لك‪٧‬ح ال دذٕت‪ ،‬إذا اكف امل‪٪‬ةدم ٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح‪.‬اق‪.‬ع ش (‪ٝ‬ٮهل‪ /‬خببلؼ حنٮ ٔجؽ كزٮب) أم خببلؼ اال‪٠‬رتاء ىلع اتل‪ ِٛ٤‬ثك‪٧٤‬ح أك لك‪٧‬ةت يكرية‪ ،‬الص‪ ٢‬ثيٓ حنٮ ٔجؽ أك‬
‫زٮب‪ٚ ،‬إ‪ ٫٩‬يىط‪ ،‬ال‪٣ ٫٩‬حف مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح‪ ،‬ك‪٬‬ؾا ي‪ٞ‬ذيض الىعح ‪ٔ ٓ٦‬ؽـ اتلٕت يف ذل‪.ٟ‬ك‪ٝ‬ةؿ ق‪ /٥‬خببل‪ ،٫ٚ‬ك‪٬‬ٮ أ‪ ٫٩‬إف اكف ‪ٚ‬ي‪ ٫‬دٕت‪،‬‬
‫وط‪ ،‬كإال ‪ٚ‬بل ‪ٚ‬ؿؽ اق‪.‬ثةملٕىن ك‪ٝ‬ٮهل ممة خيذ‪ ٙ٤‬ا‪٣‬غ‪ ،‬ثيةف جلعٮ‪.‬ك‪ٝ‬ٮهل ثةػذبلؼ ‪٦‬ذٕةَي‪ ،٫‬أم منرتي‪.٫‬‬
‫‪ .7‬دىاشٍ انششوانٍ وانعبادٌ (‪)365 /6‬‬
‫(برشط أف يكٮف يف ذل‪ ٟ‬لك‪ٛ‬ح) ‪ٝ ٢ٕ٣‬ىح أيب قٕيؽ ظى‪ٚ ٢‬ي٭ة دٕت ‪٠‬ؾ‪٬‬ةث‪ ٫‬ملٮًٓ املؿيي أك أ‪ٝ ٫٩‬ؿأ ا‪ٛ٣‬ةحتح قجٓ مؿات ‪٦‬سبل ‪ٚ‬بل ي‪ٞ‬ةؿ‬
‫إف ‪ٝ‬ؿاءة ا‪ٛ٣‬ةحتح ال دٕت ‪ٚ‬ي٭ة كيججيغ أف املؿاد ثةتلٕت اتلٕت ثة‪٣‬جكجح حلةؿ ا‪ٛ٣‬ةٔ‪ ٢‬ا‪ ٬‬ع ش‪.‬‬

‫‪16‬‬
‫‪ .1‬داشُت إعانت انطانبُن (‪)132 /3‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ٚ /‬يىط اقتبضةرق ٔ‪٤‬ي‪ )٫‬أم ىلع ثيٕ‪.٫‬كاملؿاد ىلع اتل‪ ِٛ٤‬ثك‪٧٤‬ح أك لك‪٧‬ةت يكرية الص‪ ٢‬ثيٕ‪٧٠ ،٫‬ة ٔ‪٧٤‬خ‪ٝ ،‬ةؿ ع ش‪ /‬كًلأ‪٩‬٭‪٥‬‬
‫اٗذ‪ٛ‬ؿكا ص٭ة‪٣‬ح ا‪٪٬ ٢٧ٕ٣‬ة ل‪٤‬عةصح‪ٚ ،‬إ‪ ٫٩‬ال يٕ‪ٞ٦ ٥٤‬ؽاراللك‪٧‬ةت ا‪٣‬يت يأيت ث٭ة‪ ،‬كال ‪ٞ٦‬ؽار الـ‪٦‬ةف اذلم يرصؼ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ا‪٣‬رتدد ل‪٪٤‬ؽاء‪ ،‬كال‬
‫االم‪٪١‬ح ا‪٣‬يت يرتدد إحل٭ة ا ـه‪.‬‬
‫‪ .6‬نهاَت انًذتاج إنً ششح انًنهاج (‪)262 /17‬‬
‫( ‪ٚ‬بل يىط ) ( اقتبضةر ثيةع ىلع لك‪٧‬ح ) ك‪ ٥٤ٕ٦‬ىلع ظؿكؼ ‪ٝ ٨٦‬ؿآف أك ٗريق ( ال دذٕت ) ‪ٝ‬ةا‪٤‬٭ة اعدة ‪ٚ‬ي‪٧‬ة يْ٭ؿ ( كإف ركصخ الك‪ٕ٤‬ح )‬
‫إذ ال ‪ٝ‬ي‪٧‬ح هلة ‪٤ٚ‬ٮ اقذأصؿ ٔ‪٤‬ي٭ة ‪ ٓ٦‬ا‪٩‬ذ‪ٛ‬ةء اتلٕت ثرتدد أك الكـ ‪ٚ‬بل يشء هل كإال ‪ ٫٤ٚ‬أصؿة املس‪ ٢‬ك‪٦‬ة حبس‪ ٫‬األذريع ‪ ٨٦‬أف ا‪ٛ٣‬ؿض أ‪٫٩‬‬
‫اقذأصؿق ىلع ‪٦‬ة ال دٕت ‪ٚ‬ي‪ٚ ٫‬ذٕج‪ٗ ٫‬ري ‪ٕٞ٦‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ٚ ٫‬ي‪١‬ٮف ‪٦‬ذرباع ث‪ ٫‬مؿدكد ثأ‪ ٫٩‬ال يذ‪ ٥‬اعدة إال ثؾل‪ٚ. ٟ‬اكف اكملٕ‪ٞ‬ٮد ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كم‪ ٢٧‬الكـ‬
‫املى‪٦ ٙ٪‬ة اكف مكذ‪ٞ‬ؿ ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح ك‪٦‬ة ل‪ ٥‬يكذ‪ٞ‬ؿ ػبل‪ٚ‬ة ملع‪٧‬ؽ ث‪ ٨‬حيىي إال أف حي‪ ٢٧‬الك‪ ٫٦‬ىلع ‪٦‬ة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬دٕت ‪.‬أ‪٦‬ة ‪٦‬ة حيى‪ٚ ٢‬ي‪ ٫‬دٕت ‪٨٦‬‬
‫اللك‪٧‬ةت ‪٧٠‬ة يف ثيٓ ادلكر كالؿ‪ٝ‬ي‪ ٜ‬كحنٮ‪٧٬‬ة ممة خيذ‪ ٙ٤‬ز‪ ٫٪٧‬ثةػذبلؼ املذٕة‪ٝ‬ؽي‪ٚ ٨‬يىط االقتبضةر ٔ‪٤‬ي‪. ٫‬كيف اإلظيةء ا‪٦‬ذ‪٪‬ةع أػؾ َجيت‬
‫أصؿة ىلع لك‪٧‬ح ثؽكاء ي‪ٛ٪‬ؿد‪.‬‬
‫‪ .12‬إعانت انطانبُن عهً دم أنفاظ فتخ انًعُن (‪)32 /3‬‬
‫(كجنل) ل‪٪٤‬يه ٔ‪ ،٫٪‬كلبليؾاء‪ /‬ك‪٬‬ٮ أف يـيؽ يف اثل‪ ،٨٧‬ال لؿٗجذ‪ ،٫‬ث‪ ٢‬حلؼؽع ٗريق‪ ،‬كإف اك‪٩‬خ الـيةدة يف ‪٦‬ةؿ حمضػٮر ٔ‪٤‬يػ‪ ،٫‬كلػٮ ٔ‪٪‬ػؽ‬
‫‪ٞ٩‬ه ا‪ٞ٣‬ي‪٧‬ح ىلع االكص‪ .٫‬كال ػيةر ل‪٧٤‬نرتم إف ٗنب ‪ٚ‬ي‪ ،٫‬كإف كاَأ ابلةآ اجلةصل تل‪ٛ‬ؿيٍ املنرتم ظير ل‪ ٥‬يذأمػ‪ ٢‬كيكػأؿ‪ ،‬ك‪٦‬ػؽح‬
‫الك‪ٕ٤‬ح‪٣ ،‬ريٗت ‪ٚ‬ي٭ة ثةل‪١‬ؾب اكجلضل‪ ،‬كرشط اتلعؿي‪ ٥‬يف اللك‪ ٥٤ٔ /‬اجليه‪ ،‬ظىت يف اجلضل‪.‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬كجنل) أم كظؿـ جنل‪ ،‬ك‪٬‬ٮ ‪٘٣‬ح‪ /‬اإلزةرة ‪ -‬ثةملس‪٤‬سح ‪ /-‬ملة ‪ٚ‬ية ‪ ٨٦‬إزةرة الؿٗجح ‪ -‬ي‪ٞ‬ةؿ جنل ا‪ُ٣‬ةاؿ‪ /‬أزةرق ‪٦‬ػ‪ ٨‬ماك‪٩‬ػ‪٦ - ٫‬ػ‪ ٨‬ثػةب‬
‫رضب‪ .‬كحم‪ ٢‬اخلبلؼ ٔ‪٪‬ؽ مٮاَأة ابلةآ ل‪٪٤‬ةصل‪ ،‬كإال ‪ٚ‬بل ػيةر صـ‪٦‬ة‪ .‬كجيؿم الٮص٭ةف ‪ٚ‬ي‪٧‬ة لٮ ‪ٝ‬ةؿ ابلػةآ‪ /‬أُٔيػخ يف ‪٬‬ػؾق الكػ‪ٕ٤‬ح‬
‫‪٠‬ؾا‪ٚ ،‬جةف ػبل‪ .٫ٚ‬كًلؾا لٮ أػربق اعرؼ ثأف ‪٬‬ؾا ٔ‪ٞ‬ي‪ ،ٜ‬أك ‪ٚ‬ريكز ث‪٧‬ٮاَأة‪ٚ ،‬جةف ػبل‪ .٫ٚ‬ا‪٩ .٬‬٭ةيح‪ٝ( .‬ٮهل‪ /‬تل‪ٛ‬ؿيٍ املنػرتم) ٔ‪٤‬ػح ‪ٕ٣‬ػؽـ‬
‫اخليةر‪ٝ( .‬ٮهل‪ /‬ثةل‪١‬ؾب) ‪ٝ‬ةؿ ع ش‪ٌٝ /‬يذ‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬لٮ اكف وةد‪ٝ‬ة يف الٮو‪ ٙ‬ل‪ ٥‬يك‪٦ ٨‬س‪ - ٫٤‬أم اجلضػل ‪ -‬ك‪٬‬ػٮ ّػة‪٬‬ؿ‪ .‬اق‪ٝ( .‬ػٮهل‪ /‬كرشط‬
‫اتلعؿي‪ ٥‬يف اللك) أم االظذاكر ك‪٦‬ة ثٕؽق‪( .‬ك‪ٝ‬ٮهل‪ ٥٤ٔ /‬اجليه ظىت يف اجلضل) أم ‪ٞ٣‬ٮؿ النػة‪ٚ‬يع ريض اهلل ٔ‪٪‬ػ‪٦ /٫‬ػ‪ ٨‬جنػل ‪ٚ‬٭ػٮ اعص‬
‫ثةجلضل إف اكف اعملة ث‪٪‬يه رقٮؿ اهلل ‪ -‬وًل اهلل ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ .- ٥٤‬كيف اجل٭ةيح‪ /‬ال أزؿ ل‪٤‬ض٭‪ ٢‬يف ظ‪٬ ٨٦ ٜ‬ٮ ثني أّ٭ؿ املك‪٧٤‬ني خبىػٮص‬
‫حتؿي‪ ٥‬اجلضل كحنٮق‪ .‬ك‪ٝ‬ؽ أمةر الكجيك إىل أف ‪ ٨٦‬ل‪ ٥‬يٕ‪ ٥٤‬احلؿ‪٦‬ح ال إز‪٤ٔ ٥‬ي‪٪ٔ ٫‬ؽ اهلل‪ .‬كأ‪٦‬ة ثة‪٣‬جكػجح ل‪٤‬عكػ‪ ٥‬ا‪ْ٣‬ػة‪٬‬ؿ ل‪ٌٞ٤‬ػةة‪٧ٚ ،‬ػة‬
‫امذ٭ؿ حتؿي‪ ٫٧‬ال حيذةج إىل أرتاؼ ‪٦‬ذٕةَي‪ ٫‬ثة‪ - ٥٤ٕ٣‬خببلؼ اخليف ‪ -‬كّة‪٬‬ؿق أ‪ ٫٩‬ال إز‪٤ٔ ٥‬ي‪٪ٔ ٫‬ؽ اهلل كإف ‪ٝ‬رص يف اتلٕ‪ ،٥٤‬كا‪ْ٣‬ة‪٬‬ؿ أ‪٫٩‬‬
‫ٗري مؿاد‪.‬‬

‫‪17‬‬
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. Mukhlis Dimyati 1. Bpk. Darul Azka
2. KH. Munir Akromin 2. Agus HM. Sa’id Ridlwan
3. KH. Muhibbul Aman Aly 3. Bpk. Fahmi Basya Bpk. Syibromalisi
4. KH. Bahrul Huda 4. Bpk. Kholid Afandi
5. K. Anang Darunnaja 5. Bpk. Ma’rifatus Sholihin
6. KH. Mukhlisin Labib 6. Bpk. Abdul Kafi Ridlo
7. Bpk. Adzim Fadlan NOTULEN
7. Agus HM. Yasin MK
Bpk. M. Ihsanuddin
Agus H. Abdurrohman
Bpk. M. Maemun

Memutuskan

1. PENANGANAN KORBAN TANAH LONGSOR (Mutakhorrijin 2016)


Deskripsi Masalah
Belum lama ini Negara kita sering terjadi bencana, diantaranya tanah longsor. Dalam bencana
ini tentunya banyak orang yang tertimbun tanah. Pencarian pun dilakukan mulai
menggunakan cangkul hingga alat berat. Apabila korban tidak ditemukan, maka pihak
keluarga akan marasakan duka yang lebih mendalam, karena tidak tega mayat keluarganya
tersia-siakan.
Dalam evakuasi korban ini, sebetulnya banyak dilema. Diantaranya, mayat yang sudah
tertimbun berhari-hari dan membusuk malah diambil lagi, yang kadang menjadikan tangan
atau kakinya terlepas. Begitu juga ketika proses evakuasi menggunakan alat berat. Tak jarang
beberapa anggota tubuh terputus terkena alat tersebut.
Selain itu, mayat yang telah ditemukan biasanya sudah tidak dapat dikenali. Untuk
memastikannya, dilakukanlan proses identifikasi dengan meneliti sidik jari atau gigi mayat.
Seandainya belum dapat dikenali, maka dengan tes DNA yang memerlukan waktu sekitar tiga
hari.
Pertimbangan:
189 ‫ فـ‬3 ‫خؽ ؿـ‬ُٜ٘ٔ‫ ؽشف ح‬٢‫ طللش حُٔلظخؽ ك‬
‫حص حُؾشه‬ٞ‫) ُل‬ٚ٤ِ‫قَ ػ‬٣ ُْ ٚٔٔ٤‫ط‬ٝ ِٚ‫ؿغ‬ٝ( ٚ٘ٓ )ٚ‫) هذ (طؼزس اخشحؿ‬ٝ( ‫ رلش‬ٝ‫ن أ‬٤ٔ‫ ػ‬٢‫ ك‬ٚ‫ػ‬ٞ‫ه‬ًٞ )ٙٞ‫ٗل‬ٝ ّ‫ذ‬ٜ‫ ٓخص ر‬ِٞ‫(ك‬
138 ‫ فـ‬2 ‫ٖ ؿـ‬٤‫ كَ أُلخظ كظق حُٔؼ‬٠ِ‫ٖ ػ‬٤‫ اػخٗش حُطخُز‬
ّ‫ ر٘ظٖ كش‬ُٞٝ ‫ش‬٤‫ْٔ ٗؼْ إ طـ‬٤‫ ط‬ٝ‫خسس ُـغَ أ‬ٜ‫رخ هزش ٖٓ دكٖ رال ه‬ٞ‫ؿ‬ٝ ‫ٗزؼ‬ٝ
‫ؾظشه‬٣ ‫ال‬ٝ ،ٖ‫ش ر٘ظ‬٤‫ ًخٕ حُظـ‬ُٞٝ ١‫ ر٘ظٖ) أ‬ُٞٝ :ُٚٞ‫ (ه‬.ٖ‫د حُ٘زؼ رؼذ حُذك‬ٞ‫ؿ‬ٝ ٖٓ ‫ حعظذسحى‬ٞٛٝ ،‫ض‬٤ُٔ‫ ح‬١‫ش) أ‬٤‫ إ طـ‬،ْ‫ ٗؼ‬:ُٚٞ‫(ه‬
.‫ظي حُلشٓش‬ٛ ٖٓ ٚ٤‫ ُزُي ُٔخ ك‬ٚ‫ ٗزؾ‬١‫ كشّ) أ‬:ُٚٞ‫ (ه‬.‫حُظوطغ‬

322 ‫ فـ‬2 ‫ ؿـ‬٠ِ‫ حُٔل‬

1
‫(‪٣ٝ‬زخدس) رلظق حُذحٍ (رـغِ‪ ٚ‬ارح ط‪٤‬وٖ ٓ‪ٞ‬ط‪ )ٚ‬رظ‪ٜٞ‬س أٓخسحط‪ٓ ٚ‬غ ‪ٝ‬ؿ‪ٞ‬د حُؼِش ًؤٕ طغظشخ‪ ٠‬هذٓخ‪ ٙ‬كال ط٘ظقزخ أ‪ َ٤ٔ٣ ٝ‬أٗل‪ ٚ‬أ‪٘٣ ٝ‬خغق‬
‫فذؿخ‪ٝ ٙ‬إ ؽي ك‪ٞٓ ٠‬ط‪ ٚ‬رؤٕ ال ‪ ٌٕٞ٣‬ر‪ ٚ‬ػِش ‪ٝ‬حكظَٔ ػش‪ٝ‬ك عٌظش أ‪ ٝ‬ظ‪ٜ‬شص أٓخسحص كضع أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬أخش اُ‪ ٠‬حُ‪٤‬و‪ ٖ٤‬رظـ‪٤‬ش حُشحثلش‬
‫أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪( ٙ‬ه‪٣ٝ ُٚٞ‬زخدس) أ‪ٝ ٟ‬ؿ‪ٞ‬رخ إ خ‪٤‬ق طـ‪٤‬ش‪ ٙ‬رخُظؤخ‪٤‬ش ‪ٝ‬اال ك٘ذرخ‪.‬‬
‫‪NB: Evakuasi yang dibahas adalah‬‬
‫‪ Pencarian korban yang belum diketahui letaknya.‬‬
‫‪ Pegangkatan mayat korban yang diketahui letaknya setelah berhari-hari tertimbun‬‬
‫‪tanah.‬‬
‫‪Pertanyaan:‬‬
‫?‪a. Bagaimana hukumnya mengevakuasi korban sebagaimana dalam deskripsi‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Hukum evakuasi diperinci sebagai berikut:‬‬
‫‪ Wajib, dalam rangka menyelamatkan korban yang masih hidup atau demi kepentingan‬‬
‫‪tajhiz selama mayat belum mengalami taghoyyur (berubah) atau karena memenuhi hak‬‬
‫‪orang lain seperti mayat yang tertimbun dalam tanah milik orang lain dan ada tuntutan‬‬
‫‪dari pemilik tanah meskipun mayat mengalami taghoyyur (berubah).‬‬
‫‪ Diperbolehkan, meskipun keadaan mayat sudah mengalami taghoyyur (berubah) dalam‬‬
‫‪rangka memenuhi tuntutan keluarga untuk dikebumikan ditempat tinggalnya agar‬‬
‫‪mudah diziarahi.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al Bujairomi ‘alal Khotib Juz 2 hal. 266‬‬ ‫‪3. Is’ad al Rofiq Juz 2 hal. 105‬‬
‫‪2. Mirqotu Shu’ud al Tashdiq hal. 75‬‬ ‫‪4. I’anah al Tholibin Juz 2 hal. 138‬‬
‫‪5. Dan lain-lain‬‬

‫‪ .1‬حُزـ‪٤‬شٓ‪ ٢‬ػِ‪ ٠‬حُخط‪٤‬ذ حُـضء حُؼخٗ‪ ٠‬ؿ‪266:‬‬


‫(‪ِ٣ٝ‬ضّ ك‪ ٢‬حُٔ‪٤‬ض) حُٔغِْ ؿ‪٤‬ش حُؾ‪٤ٜ‬ذ (أسرؼش أؽ‪٤‬خء) ػِ‪ ٠‬ؿ‪ٜ‬ش كشك حٌُلخ‪٣‬ش‪ :‬ح‪( ٍٝ٧‬ؿغِ‪.)ٚ‬‬
‫ه‪ ( : ُٚٞ‬ػِ‪ ٠‬ؿ‪ٜ‬ش كشك حٌُلخ‪٣‬ش ) أ‪ ١‬ارح ػِْ ر‪ ٚ‬ؿٔخػش ‪ ،‬كبٕ ُْ ‪٣‬ؼِْ اال ‪ٝ‬حكذ طؼ‪ ٖ٤‬ػِ‪ًٝ ، ٚ٤‬زح ارح ًخٕ ػذّ ػِٔ‪ ٚ‬ػٖ طوق‪٤‬ش رؤٕ‬
‫ًخٕ ؿخسح ُ‪ ٚ‬كؼِْ إٔ طؼِن حُ‪ٞ‬ؿ‪ٞ‬د رٖٔ ػِْ ر‪ ُٞٝ ٚ‬كٌٔخ ًـخس هقش ك‪ ٢‬حُغئحٍ ػ٘‪ ٚ‬؛ ‪ُٜٝ‬زح هخٍ حُؼالٓش حُؾ‪ٞ‬رش‪ٝ : ١‬حُٔخخهذ‬
‫ر‪ٜ‬ز‪ ٙ‬ح‪ٞٓ٧‬س ًَ ٖٓ ػِْ رٔ‪ٞ‬ط‪ ٚ‬أ‪ ٝ‬ظ٘‪ ٚ‬أ‪ ٝ‬هقش ٌُ‪ ٚٗٞ‬روشر‪ٗٝ ٚ‬غذ ك‪ ٢‬ػذّ حُزلغ ػ٘‪ ٚ‬اُ‪ ٠‬طوق‪٤‬ش ٖٓ أهخسر‪ٝ ٚ‬ؿ‪٤‬ش‪ٝ ْٛ‬حُٔلٌ‪ّٞ‬‬
‫ػِ‪ ٚ٤‬رؤٗ‪ ٚ‬كشك ًلخ‪٣‬ش ‪ ٞٛ‬ح‪٧‬كؼخٍ ‪ٝ ،‬أٓخ ح‪٧‬ػ‪٤‬خٕ ًؼٖٔ حُٔخء ‪ٝ‬أؿشس حُـخعَ ‪ٝ‬حٌُلٖ ك‪ ٖٓ ٢ٜ‬طشًظ‪ ٚ‬ػِ‪ٓ ٠‬خ ‪٣‬ؤط‪ٝ ٢‬اال كؼِ‪ ٖٓ ٠‬ػِ‪ٚ٤‬‬
‫ٗلوظ‪ٚ‬‬
‫‪ٓ . .2‬شهخس فؼ‪ٞ‬د حُظقذ‪٣‬ن فـ ‪75‬‬
‫كقَ ‪ٓ ٖٓٝ‬ؼخف‪ ٢‬حُ‪٤‬ذ‪ ٖ٣‬حُظطل‪٤‬ق ك‪ ٢‬حٌُ‪ َ٤‬حُ‪ ٠‬حٕ هخٍ ‪٘ٓٝ‬غ حُٔنطش ٓخ ‪٣‬غذ‪ٝ ٙ‬ػذّ حٗوخر ؿش‪٣‬ن ح‪ ١‬طشى حخشحؿ‪ ٖٓ ٚ‬حُٔخء هزَ‬
‫حُٔ‪ٞ‬ص ‪ٝ‬رؼذ‪ ٖٓ ٙ‬ؿ‪٤‬ش ػزس ك‪ٜٔ٤‬خ ح‪ ١‬ك‪٘ٓ ٢‬غ حُٔنطش ‪ٝ‬ػذّ حالٗوخر‪.‬‬
‫‪ . .3‬حعؼخد حُشك‪٤‬ن ؿـ ‪ 2‬فـ ‪105‬‬
‫‪ٜ٘ٓٝ‬خ ػذّ حٗوخر ٗل‪ ٞ‬ؿش‪٣‬ن ٓؼق‪ ّٞ‬الٗ‪ ٖٓ ٚ‬رخد حُنشس ػٖ حُٔؼق‪ٝ ٞٛٝ ّٞ‬حؿذ ػِ‪ ٖٓ ًَ ٠‬هذس ػِ‪ ٚ٤‬حُ‪ ٠‬حٕ هخٍ حٓخ حرح ًخٕ‬
‫ؿ‪٤‬ش هخدس ػِ‪ ٚ٤‬ح‪ ُٚ ٝ‬ػزس ٓ٘ؼ‪ ٚ‬من رُي كال ‪٣‬لشّ ػِ‪.ٚ٤‬‬
‫‪ .4‬اػخٗش حُطخُز‪ ٖ٤‬ػِ‪ ٠‬كَ أُلخظ كظق حُٔؼ‪ ٖ٤‬ؿـ ‪ 2‬فـ ‪138‬‬
‫‪ٗٝ‬زؼ ‪ٝ‬ؿ‪ٞ‬رخ هزش ٖٓ دكٖ رال ه‪ٜ‬خسس ُـغَ أ‪ ٝ‬ط‪ٗ ْٔ٤‬ؼْ إ طـ‪٤‬ش ‪ ُٞٝ‬ر٘ظٖ كشّ‬
‫(ه‪ٗ :ُٚٞ‬ؼْ‪ ،‬إ طـ‪٤‬ش) أ‪ ١‬حُٔ‪٤‬ض‪ ٞٛٝ ،‬حعظذسحى ٖٓ ‪ٝ‬ؿ‪ٞ‬د حُ٘زؼ رؼذ حُذكٖ‪( .‬ه‪ ُٞٝ :ُٚٞ‬ر٘ظٖ) أ‪ً ُٞٝ ١‬خٕ حُظـ‪٤‬ش ر٘ظٖ‪ٝ ،‬ال ‪٣‬ؾظشه‬
‫حُظوطغ‪( .‬ه‪ :ُٚٞ‬كشّ) أ‪ٗ ١‬زؾ‪ُ ٚ‬زُي ُٔخ ك‪ٛ ٖٓ ٚ٤‬ظي حُلشٓش‪.‬‬
‫‪ .5‬طللش حُٔلظخؽ ك‪ ٢‬ؽشف حُٔ٘‪ٜ‬خؽ ‪ٝ‬ك‪ٞ‬حؽ‪ ٢‬حُؾش‪ٝ‬حٗ‪ٝ ٢‬حُؼزخد‪)205 /3( ١‬‬
‫أ‪ ٝ‬دك٘ض ‪ٝ‬رزط٘‪ٜ‬خ ؿ٘‪ ٖ٤‬طشؿ‪ ٠‬ك‪٤‬خط‪٣ٝ ٚ‬ـذ ؽن ؿ‪ٞ‬ك‪ٜ‬خ ‪٩‬خشحؿ‪ ٚ‬هزَ دك٘‪ٜ‬خ ‪ٝ‬رؼذ‪ ٙ‬كبٕ ُْ طشؽ ك‪٤‬خط‪ ٚ‬أخش دك٘‪ٜ‬خ كظ‪ٞٔ٣ ٠‬ص ‪ٓٝ‬خ ه‪َ٤‬‬
‫أٗ‪ٞ٣ ٚ‬مغ ػِ‪ ٠‬رط٘‪ٜ‬خ ؽ‪٢‬ء ُ‪ٞٔ٤‬ص ؿِو كخكؼ كِ‪٤‬لزس أ ‪ ٝ‬ػِن حُطالم أ‪ ٝ‬حُ٘زس أ‪ ٝ‬حُؼظن رقلش ك‪ ٚ٤‬ك‪٘٤‬زؼ ُِؼِْ ر‪ٜ‬خ أ‪ ٝ‬رؼذٓ‪ ٚ‬أ‪ٝ‬‬
‫ُ‪٤‬ؾ‪ٜ‬ذ ػِ‪ ٠‬ف‪ٞ‬سط‪٣ ُْ ٖٓ ٚ‬ؼشف حعٔ‪ٗٝ ٚ‬غز‪ ٚ‬ارح ػظٔض حُ‪ٞ‬حهؼش أ‪ِ٤ُ ٝ‬لو‪ ٚ‬حُوخثق رؤكذ ٓظ٘خصػ‪ ٖ٤‬ك‪ ٚ٤‬أ‪٤ُ ٝ‬ؼشف رً‪ٞ‬سط‪ ٚ‬أ‪ ٝ‬أٗ‪ٞ‬ػظ‪ٚ‬‬
‫ػ٘ذ ط٘خصع حُ‪ٞ‬سػش ك‪ ٚ٤‬أ‪ٗ ٝ‬ل‪ ٞ‬ؽَِ ػن‪ ٞ‬ػ٘ذ ط٘خصػ‪ٓ ْٜ‬غ ؿخٕ ك‪ .ٚ٤‬أ‪ِ٣ ٝ‬لو‪ ٚ‬ع‪ َ٤‬أ‪ٗ ٝ‬ذح‪ٝ‬س ك‪٘٤‬زؼ ؿ‪ٞ‬حصح ُ‪٘٤‬وَ ‪٣ٝ‬ظ‪ٜ‬ش ك‪ ٢‬حٌَُ‬
‫حُظو‪٤٤‬ذ رٔخ ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش طـ‪٤‬شح ‪٘ٔ٣‬غ حُـشك حُلخَٓ ػِ‪ٗ ٠‬زؾ‪ٝ ٚ‬أٗ‪ٌ٣ ٚ‬ظل‪ ٠‬ك‪ ٢‬حُظـ‪٤‬ش رخُظٖ ٗظشح ُِؼخدس حُٔطشدس رٔلِ‪ٚ‬‬

‫‪ً .6‬خؽلش حُغـخ ك‪ ٢‬ؽشف عل‪٘٤‬ش حُ٘ـخ ‪)255 /1( -‬‬


‫(كقَ)‪ :‬ك‪ٔ٤‬خ ‪ٞ٣‬ؿذ ٗزؼ حُٔ‪٤‬ض (‪٘٣‬زؼ حُٔ‪٤‬ض) أ‪ٌ٣ ١‬ؾق حُوزش حُز‪ ١‬ك‪ ٚ٤‬حُٔ‪٤‬ض (‪٧‬سرغ خقخٍ) رَ ‪ً٧‬ؼش ٖٓ رُي أكذ‪ٛ‬خ (ُِـغَ) أ‪١‬‬
‫أ‪ُِ ٝ‬ظ‪ ْٔ٤‬ك‪٤‬ـذ ٗزؾ‪ ٚ‬طذحسًخ ً ُِط‪ٜ‬ش حُ‪ٞ‬حؿذ (ارح ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش) أ‪ٓ ١‬خ ُْ ‪٘٣‬ظٖ رخالف ٓخ ُ‪ ٞ‬دكٖ رال ًلٖ أ‪ ٝ‬ك‪ ٢‬كش‪٣‬ش كال ‪٘٣‬زؼ‪)ٝ( .‬‬
‫ػخٗ‪ٜ٤‬خ‪ُ( :‬ظ‪ٞ‬ؿ‪ ٜٚ٤‬اُ‪ ٠‬حُوزِش) أ‪ ١‬ك‪٤‬ـذ ٗزؾ‪ ٚ‬ارح ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش أ‪٣‬نخ ً ُ‪٤‬ظ‪ٞ‬ؿ‪ ٚ‬اُ‪ ٠‬حُوزِش هخٍ حُؾ‪ٞ‬رش‪ ١‬كشع‪ :‬ارح دكٖ ٓغظِو‪٤‬خ ً ‪ٝٝ‬ؿ‪ُِ ٜٚ‬وزِش‬
‫رؤٕ ًخٗض سؿال‪ ٙ‬اُ‪ٜ٤‬خ ‪ٗٝ‬زؼ ٓخ ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش ‪ ٞٛٝ‬حُٔؼظٔذ خالكخ ً ُٔخ ك‪ٓ ٢‬ظٖ حُش‪ٝ‬ك ‪ٝ‬ؽشك‪ ٚ‬حٗظ‪ )ٝ( .٠ٜ‬ػخُؼ‪ٜ‬خ‪ُِٔ( :‬خٍ ارح دكٖ ٓؼ‪ )ٚ‬أ‪١‬‬
‫أ‪ٝ ٝ‬هغ ك‪ٓ ٚ٤‬خٍ خخطْ أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬ك‪ ٤‬ـذ ٗزؾ‪ٝ ٚ‬إ طـ‪٤‬ش ‪٧‬خز‪ ٙ‬ع‪ٞ‬حء أهِز‪ٓ ٚ‬خٌُ‪ ٚ‬أّ ال ‪ٓٝ‬ؼِ‪ٓ ٚ‬خ ُ‪ ٞ‬دكٖ ك‪ٓ ٢‬ـق‪ٞ‬د ٖٓ أسك أ‪ ٝ‬ػ‪ٞ‬د‬
‫‪ٝٝ‬ؿذ ٓخ ‪٣‬ذكٖ أ‪ٌ٣ ٝ‬لٖ ك‪ ٚ٤‬حُٔ‪٤‬ض ك‪٤‬ـذ ٗزؾ‪ٝ ٚ‬إ طـ‪٤‬ش ُ‪٤‬شد ًَ ُقخكز‪ٓ ٚ‬خ ُْ ‪٣‬شك رزوخث‪ ٚ‬أ‪ ١‬ارح هِذ ٓخٌُ‪ٝ ٚ‬اال كال ‪ ُٞٝ‬رِغ ٓخالً‬

‫‪2‬‬
‫ُ٘لغ‪ٓٝ ٚ‬خص ُْ ‪٘٣‬زؼ أ‪ٓ ٝ‬خٍ ؿ‪٤‬ش‪ٝ ٙ‬هِز‪ٓ ٚ‬خٌُ‪ٗ ٚ‬زؼ ‪ٝ‬ؽن ؿ‪ٞ‬ك‪ٝ ٚ‬أخشؿ‪ٝ ٚ٘ٓ ٚ‬سد ُقخكز‪ ٚ‬اال ارح مٔ٘‪ ٚ‬حُ‪ٞ‬سػش كال ‪٣‬ؾن ك‪٘٤‬ج ٍز‬
‫ػِ‪ ٠‬حُٔؼظٔذ ‪ٝ‬حُلشم ر‪ٓ ٖ٤‬غؤُش حالرظالع ‪ٝ‬حُ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ع إٔ حالرظالع ك‪ ٢‬ؽو‪ٛ ٚ‬ظي كشٓش حُٔ‪٤‬ض ‪ٝ‬ال ًزُي حُ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ع‪.‬‬
‫‪ُٔ .7‬ـ٘‪ ٢‬ك‪ ٢‬كو‪ ٚ‬ح‪ٓ٩‬خّ أكٔذ رٖ ك٘زَ حُؾ‪٤‬زخٗ‪ ٢‬ـ ٓؾٌ‪)31 / 5( - ٍٞ‬‬
‫كقَ ‪ :‬كبٕ ٓخص ك‪ ٢‬رجش رحص ٗلظ ‪ ،‬كؤٌٖٓ ٓؼخُـش حُزجش رخ‪ً٧‬غ‪٤‬ش حُٔزِ‪ُٞ‬ش طذحس ك‪ ٢‬حُزجش كظ‪ ٠‬طـظزد رخخس‪ ، ٙ‬ػْ ‪٘٣‬ضٍ ٖٓ ‪٣‬طِؼ‪، ٚ‬‬
‫أ‪ ٝ‬أٌٖٓ اخشحؿ‪ ٚ‬رٌالُ‪٤‬ذ ٖٓ ؿ‪٤‬ش ٓؼِش ‪ُ ،‬ضّ رُي ؛ ‪ ٚٗ٧‬أٌٖٓ ؿغِ‪ ٖٓ ٚ‬ؿ‪٤‬ش مشس ‪ ،‬كِضّ ‪ًٔ ،‬خ ُ‪ً ٞ‬خٕ ػِ‪ ٠‬ظ‪ٜ‬ش ح‪٧‬سك ‪ٝ.‬ارح ؽي‬
‫ك‪ ٢‬ص‪ٝ‬حٍ رخخس‪ ، ٙ‬أٗضٍ اُ‪ ٚ٤‬عشحؽ أ‪ٗ ٝ‬ل‪ ، ٙٞ‬كبٕ حٗطلؤ كخُزخخس رخم ‪ٝ ،‬إ ُْ ‪٘٣‬طلت كوذ صحٍ ‪ ،‬كبٗ‪٣ ٚ‬وخٍ ‪ :‬ال طزو‪ ٠‬حُ٘خس اال ك‪ٔ٤‬خ ‪٣‬ؼ‪٤‬ؼ‬
‫ك‪ ٚ٤‬حُل‪ٞ٤‬حٕ ‪ٝ.‬إ ُْ ‪ ٌٖٔ٣‬اخشحؿ‪ ٚ‬اال رٔؼِش ‪ ٌٖ٣ ُْٝ ،‬اُ‪ ٠‬حُزجش كخؿش ‪ ،‬هٔض ػِ‪ ، ٚ٤‬كٌخٗض هزش‪ٝ. ٙ‬إ ًخٕ هٔ‪ٜ‬خ ‪٣‬نش رخُٔخسس ‪،‬‬
‫أخشؽ رخٌُالُ‪٤‬ذ ‪ ،‬ع‪ٞ‬حء أكن‪ ٠‬اُ‪ ٠‬حُٔؼِش أ‪٣ ُْ ٝ‬لل ؛ ‪ ٕ٧‬ك‪ ٚ٤‬ؿٔؼخ ر‪ ٖ٤‬كو‪ٞ‬م ًؼ‪٤‬شس ؛ ٗلغ حُٔخسس ‪ٝ ،‬ؿغَ حُٔ‪٤‬ض ‪ٝ ،‬سرٔخ ًخٗض‬
‫حُٔؼِش ك‪ ٢‬روخث‪ ٚ‬أػظْ ؛ ‪٣ ٚٗ٧‬ظوطغ ‪٘٣ٝ‬ظٖ ‪.‬كبٕ ٗضٍ ػِ‪ ٠‬حُزجش ه‪ ، ّٞ‬كخكظخؿ‪ٞ‬ح اُ‪ ٠‬حُٔخء ‪ٝ ،‬خخك‪ٞ‬ح ػِ‪ ٠‬أٗلغ‪ ، ْٜ‬كِ‪ ْٜ‬اخشحؿ‪، ٚ‬‬
‫‪ٝ‬ؿ‪ٜ‬خ ‪ٝ‬حكذح ‪ٝ ،‬إ كقِض ٓؼِش ؛ ‪ ٕ٧‬رُي أع‪ ٖٓ َٜ‬طِق ٗل‪ٞ‬ط ح‪٧‬ك‪٤‬خء ‪ُٜٝ ،‬زح ُ‪٣ ُْ ٞ‬ـذ ٖٓ حُغظشس اال ًلٖ حُٔ‪٤‬ض ‪ٝ ،‬حمطش حُل‪٢‬‬
‫اُ‪ ، ٚ٤‬هذّ حُل‪ ٕ٧ٝ ، ٢‬كشٓش حُل‪ٝ ، ٢‬كلع ٗلغ‪ ، ٚ‬أ‪ ٖٓ ٠ُٝ‬كلع حُٔ‪٤‬ض ػٖ حُٔؼِش ‪ ٕ٧.‬ص‪ٝ‬حٍ حُذٗ‪٤‬خ أ‪ ٕٞٛ‬ػِ‪ ٠‬هللا ٖٓ هظَ ٓغِْ ‪،‬‬
‫‪ ٕ٧ٝ‬حُٔ‪٤‬ض ُ‪ ٞ‬رِغ ٓخٍ ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬ؽن رط٘‪ُ ٚ‬للع ٓخٍ حُل‪ٝ ، ٢‬كلع حُ٘لظ أ‪ ٖٓ ٠ُٝ‬كلع حُٔخٍ ‪ٝ ،‬هللا أػِْ ‪.‬‬
‫‪ً .8‬ؾخف حُو٘خع ػٖ ٓظٖ ح‪٩‬ه٘خع (‪)132 /2‬‬
‫(‪ٓ ٖٓٝ‬خص ك‪ ٢‬عل‪٘٤‬ش ‪ٝ‬طؼزس خش‪ٝ‬ؿ‪ ٚ‬اُ‪ ٠‬حُزش) ُزؼذ‪ ْٛ‬ػٖ حُغخكَ ٓؼال (ػوَ رؾ‪٢‬ء‪ ،‬رؼذ ؿغِ‪ٝ ٚ‬طٌل‪ٝ ٚ٘٤‬حُقالس ػِ‪٤ُ )ٚ٤‬غظوش ك‪٢‬‬
‫هشحس حُزلش ٗـ ػِ‪ٝ( ٚ٤‬أُو‪ ٢‬ك‪ ٢‬حُزلش عال ًبدخخُ‪ ٚ‬حُوزش ‪ٝ‬إ ٓخص ك‪ ٢‬رجش أخشؽ) ‪ٝ .‬ؿ‪ٞ‬رخ ُ‪٤‬ـغَ ‪ٌ٣ٝ‬لٖ ‪٣ٝ‬قِ‪ ٠‬ػِ‪٣ٝ ٚ٤‬ذكٖ ‪ٝ‬إ‬
‫أٌٖٓ ٓؼخُـش حُزجش رخ‪ً٧‬غ‪٤‬ش حُٔزِ‪ُٞ‬ش طذحس ك‪ٜ٤‬خ‪ ،‬كظ‪ ٠‬طـظزد حُزخخس‪ ،‬ػْ ‪٘٣‬ضٍ ٖٓ ‪٣‬طِؼ‪ ،ٚ‬أ‪ ٝ‬أٌٖٓ اخشحؿ‪ ٚ‬رٌالُ‪٤‬ذ ‪ٗٝ‬ل‪ٛٞ‬خ ٖٓ ؿ‪٤‬ش‬
‫ٓؼِش ‪ٝ‬ؿذ رُي ُظؤد‪٣‬ش كشك ؿغِ‪ٔ٣ٝ ٚ‬ظلٖ ص‪ٝ‬حٍ حُزخخس ارح ؽي ك‪ ٚ٤‬رغشحؽ ‪ٗٝ‬ل‪ ٙٞ‬كبٕ حٗطلؤ ك‪ ٜٞ‬رخم ‪ٝ‬اال كوذ صحٍ ‪ ٕ٧‬حُؼخدس إٔ‬
‫حُ٘خس ال طزو‪ ٠‬اال ك‪ٔ٤‬خ ‪٣‬ؼ‪٤‬ؼ ك‪ ٚ٤‬حُل‪ٞ٤‬حٕ (كبٕ طؼزس) اخشحؿ‪ ٚ‬رخٌُِ‪٤‬ش أ‪ ٌٖٔ٣ ُْ ٝ‬اال ٓظوطؼخ ‪ٗٝ‬ل‪( ٙٞ‬هٔض) حُزجش (ػِ‪ُ )ٚ٤‬ظق‪٤‬ش هزشح‬
‫ُ‪ ٚٗ٧ ٚ‬ال مش‪ٝ‬سس اُ‪ ٠‬اخشحؿ‪ٓ ٚ‬ظوطؼخ ‪ٛٝ‬زح ك‪٤‬غ ال كخؿش اُ‪ ٠‬حُزجش (‪ٓٝ‬غ حُلخؿش اُ‪ٜ٤‬خ ‪٣‬خشؽ ٓطِوخ) أ‪ٓ ُٞٝ :١‬ظوطؼخ ‪ٓ ٕ٧‬ؼِش‬
‫حُٔ‪٤‬ض أخق مشسح ٓٔخ ‪٣‬لقَ رطْ حُزجش ‪ٝ‬طؼط‪ِٜ٤‬خ‪.‬‬
‫‪ .9‬حُؾشف حٌُز‪٤‬ش ُِؾ‪٤‬خ حُذسد‪٣‬ش ‪ٝ‬كخؽ‪٤‬ش حُذع‪ٞ‬ه‪)421 /1( ٢‬‬
‫(‪ )ٝ‬ؿخص (ٗوَ) حُٔ‪٤‬ض هزَ حُذكٖ ‪ًٝ‬زح رؼذ‪ٌٓ ٖٓ ٙ‬خٕ اُ‪ ٠‬آخش رؾشه إٔ ال ‪٘٣‬لـش كخٍ ٗوِ‪ٝ ٚ‬إٔ ال ط٘ظ‪ٜ‬ي كشٓظ‪ٝ ٚ‬إٔ ‪ُٔ ٌٕٞ٣‬قِلش‬
‫ًؤٕ ‪٣‬خخف ػِ‪ ٚ٤‬إٔ ‪٣‬ؤًِ‪ ٚ‬حُزلش أ‪ ٝ‬طشؿ‪ ٠‬رشًش حُٔ‪ٞ‬مغ حُٔ٘و‪ ٍٞ‬اُ‪ ٚ٤‬أ‪٤ُ ٝ‬ذكٖ ر‪ ٖ٤‬أ‪ ِٚٛ‬أ‪٧ ٝ‬ؿَ هشد ص‪٣‬خسس أ‪ِٚٛ‬‬
‫‪ .01‬حُلخ‪ ٟٝ‬حٌُز‪٤‬شـ حُٔخ‪ٝ‬سد‪)123 /3( ٟ‬‬
‫كقَ ‪ :‬كٌْ ٗزؼ حُوزش هخٍ حُؾخكؼ‪ : ٢‬إ دكٖ حُٔ‪٤‬ض ‪٣ ُْٝ‬ـغَ ‪٣ ُْٝ‬قَ ػِ‪ ، ٚ٤‬كال رؤط إٔ ‪ٔ٣‬خه ػ٘‪ ٚ‬حُظشحد ‪٣ٝ‬ـغَ ‪ٌ٣ٝ‬لٖ ‪٣ٝ‬قِ‪٠‬‬
‫ػِ‪ٝ ، ٚ٤‬رُي ‪ٝ‬حؿذ ٓخ ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش ‪ ،‬كبٕ طـ‪٤‬ش ‪ٝ‬سحف ُْ ‪٘٣‬زؼ ‪ٝ‬طشى ‪ ٖٓٝ ،‬أفلخر٘خ ٖٓ هخٍ ‪٘٣ :‬زؼ ‪ٝ‬إ طـ‪٤‬ش ‪٤ُٝ ،‬ظ رقل‪٤‬ق‬
‫‪ .11‬حُٔ‪ٞ‬ع‪ٞ‬ػش حُلو‪٤ٜ‬ش حٌُ‪٣ٞ‬ظ‪٤‬ش (‪)31 /40‬‬
‫حخظِلض أه‪ٞ‬حٍ حُلو‪ٜ‬خء ك‪ ٢‬ؿ‪ٞ‬حص ٗزؼ حُوزش ارح دكٖ حُٔ‪٤‬ض ٖٓ ؿ‪٤‬ش ؿغَ ‪ٝ‬ال ط‪ .ْٔ٤‬كز‪ٛ‬ذ حُل٘ل‪٤‬ش ‪ ٞٛٝ‬ه‪ ٍٞ‬ػ٘ذ حُؾخكؼ‪٤‬ش اُ‪ ٠‬أٗ‪ ٚ‬ال‬
‫‪٘٣‬زؼ حُوزش ُِـغَ رؼذ ا‪ٛ‬خُش حُظشحد ػِ‪ ، ٚ٤‬ع‪ٞ‬حء طـ‪٤‬ش أ‪٣ ُْ ٝ‬ظـ‪٤‬ش ؛ ُٔخ ك‪ ٢‬رُي ٖٓ ‪ٛ‬ظي كشٓش حُٔ‪٤‬ض ؛ ‪ ٕ٧ٝ‬حُ٘زؼ ٓؼِش ‪ٝ ،‬هذ ٗ‪٢ٜ‬‬
‫ػ٘‪ٜ‬خ ‪ًٔ ،‬خ هخٍ حُل٘ل‪٤‬ش‪ٝ .‬ر‪ٛ‬ذ حُل٘خرِش ‪ٝ‬حُؾخكؼ‪٤‬ش ػِ‪ ٠‬حُٔؾ‪ٜٞ‬س ػ٘ذ‪ ْٛ‬اُ‪ ٠‬أٗ‪٣ ٚ‬ـذ ٗزؼ حُوزش إ دكٖ حُٔ‪٤‬ض ٖٓ ؿ‪٤‬ش ؿغَ أ‪ٝ‬‬
‫ط‪ُ ْٔ٤‬ـغِ‪ٝ ٚٗ٧ ، ٚ‬حؿذ ك‪٤‬غظذسى ػ٘ذ هشر‪ ٚ‬إ ُْ ‪٣‬ظـ‪٤‬ش ر٘ظٖ أ‪ ٝ‬طوطغ ‪ٝ ،‬اال طشى ‪ٝ .‬ك‪ ٢‬ه‪ ٍٞ‬ػخُغ ػ٘ذ حُؾخكؼ‪٤‬ش ‪ :‬أٗ‪٘٣ ٚ‬زؼ ٓخ رو‪٢‬‬
‫ٓ٘‪ ٚ‬ؿضء‬

‫‪Pertanyaan:‬‬
‫?‪b. Apa hukum identifikasi korban yang mengakibatkan tertundanya tajhiz‬‬

‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Hukumnya diperbolehkan selama mayat belum mengalami taghoyyur (berubah). Jika mayat‬‬
‫‪yang ditemukan sudah mengalami taghoyyur (berubah) maka harus langsung dimakamkan.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al mahalli ‘alal Hasyiyah Qulyubi Juz 1‬‬ ‫‪3. Al fiqhu al Islami Wa Adillatuhu Juz 3 hal.‬‬
‫‪hal. 375‬‬ ‫‪521-522‬‬
‫‪2. Manahil al Irfan hal. 377‬‬ ‫‪4. Al fiqhu al Islami Wa Adillatuhu Juz 4 hal.‬‬
‫‪160‬‬
‫‪5. Dan lain-lain‬‬
‫‪ .1‬كخؽ‪٤‬ش هِ‪ٞ٤‬ر‪)375 / 1( - ٢‬‬
‫( ‪٣ٝ‬زخدس ) رلظق حُذحٍ ( رـغِ‪ ٚ‬ارح ط‪٤‬وٖ ٓ‪ٞ‬ط‪ ) ٚ‬رظ‪ٜٞ‬س أٓخسحط‪ٓ ٚ‬غ ‪ٝ‬ؿ‪ٞ‬د حُؼِش ًؤٕ طغظشخ‪ ٢‬هذٓخ‪ ٙ‬كال ط٘ظقزخ أ‪ َ٤ٔ٣ ٝ‬أٗل‪ ٚ‬أ‪ٝ‬‬
‫‪٘٣‬خغق فذؿخ‪ٝ ، ٙ‬إ ؽي ك‪ٞٓ ٢‬ط‪ ٚ‬رؤٕ ال ‪ ٌٕٞ٣‬ر‪ ٚ‬ػِش ‪ٝ ،‬حكظَٔ ػش‪ٝ‬ك عٌظش أ‪ ٝ‬ظ‪ٜ‬شص أٓخسحص كضع أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬أخش اُ‪ ٠‬حُ‪٤‬و‪ٖ٤‬‬
‫رظـ‪٤‬ش حُشحثلش أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬ه‪٣ٝ ( : ُٚٞ‬زخدس ) أ‪ٝ ١‬ؿ‪ٞ‬رخ إ خ‪٤‬ق طـ‪٤‬ش‪ ٙ‬رخُظؤخ‪٤‬ش ‪ٝ‬اال ك٘ذرخ ‪.‬‬
‫‪٘ٓ .2‬خ‪ َٛ‬حُؼشكخٕ ٖٓ هظخ‪ٝ ٟٝ‬ك‪ٞ‬حثذ حُؾ‪٤‬خ كنَ رٖ ػزذ حُشكٖٔ (فــــ ‪ٓ )377‬خ ٗق‪: ٚ‬‬

‫‪3‬‬
‫كٌْ حُ‪ٞ‬مغ حُٔ‪٤‬ض ك‪ ٢‬حُؼالؿش ‪ٝ.‬مغ حُٔ‪٤‬ض أ‪٣‬خٓخ ك‪ ٢‬حُؼالؿش ٓخخُق ُٔخ هِز‪ ٚ‬حُؾخسع ٖٓ حُٔغخسػش اُ‪ ٠‬طـ‪٤ٜ‬ض‪ ، ٙ‬ػْ ‪ٝ‬مغ حُٔ‪٤‬ض‬
‫ك‪ٓ ٠‬لَ الثن ك‪ٜ٤‬خ ‪٣ ُْٝ‬ؼذ اصسحء ر‪ ٚ‬ػشكخ ‪ٝ ،‬أٖٓ ٖٓ طـ‪٤‬ش‪ ٙ‬ك‪ ٢‬طِي حُٔذس ‪ٝ‬حخظالف ؽ‪٤‬ت ٓ٘‪ًٝ ، ٚ‬خٕ ُلخؿش ًخُؾ‪ٜ‬خدس ػِ‪ٓ ٚ٤‬ؼشكش‬
‫ؽخق‪٤‬ظ‪ُٞ ٚ‬سػظ‪ٓ ٚ‬ؼال أ‪ ٝ‬طشطذ أٓش ػِ‪ ٠‬رُي كال رؤط ‪ٝ‬اال كال‪.‬‬
‫‪ . .3‬حُلو‪ ٚ‬ح‪٩‬عالٓ‪ ٠‬حُـضء حُؼخُغ ؿ‪ 522-521 :‬دحس حُلٌش‬
‫‪ٝ‬أؿخص حُؾخكؼ‪٤‬ش ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ظش ‪٩‬خشحؽ ‪ُٝ‬ذ‪ٛ‬خ ‪ٝ‬ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ض ‪٩‬خشحؽ ٓخٍ ٓ٘‪ًٔ ٚ‬خ أؿخص حُل٘ل‪٤‬ش ًخُؾخكؼ‪٤‬ش ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ض ك‪٠‬‬
‫كخٍ حرظالػ‪ٓ ٚ‬خٍ ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬ارح ُْ طٌٖ ُ‪ ٚ‬طشًش ‪٣‬ذكغ ٓ٘‪ٜ‬خ ‪٣ ُْٝ‬نٖٔ ػ٘‪ ٚ‬أكذ ‪ٝ‬أؿخص حُٔخٌُ‪٤‬ش أ‪٣‬نخ ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ض ارح حرظِغ هزَ ٓ‪ٞ‬ط‪ٚ‬‬
‫ٓخال ُ‪ ٚ‬أ‪ُ ٝ‬ـ‪٤‬ش‪ ٙ‬ارح ًخٕ ًؼ‪٤‬شح ‪ ٞٛ‬هذس ٗقخد حُضًخس ك‪ ٠‬كخُش حرظالػ‪ُ ٚ‬خ‪ٞ‬ف ػِ‪ ٚ٤‬أ‪ُ ٝ‬ؼزس أٓخ ارح حرظِؼ‪ ٚ‬روقذ كشٓخٕ حُ‪ٞ‬حسع ٓؼال‬
‫ك‪٤‬ؾن رط٘‪ ُٞٝ ٚ‬هَ ‪ٝ‬ر٘خء ػِ‪ٛ ٠‬ز‪ ٙ‬حُ‪٦‬سحء حُٔز‪٤‬لش‪٣ :‬ـ‪ٞ‬ص حُظؾش‪٣‬ق ػ٘ذ حُنش‪ٝ‬سس أ‪ ٝ‬حُلخؿش روقذ حُظؼِ‪٧ ْ٤‬ؿشحك هز‪٤‬ش أ‪ٝ‬‬
‫ُٔؼشكش عزذ حُ‪ٞ‬كخس ‪ٝ‬اػزخص حُـ٘خ‪٣‬ش ػِ‪ ٠‬حُٔظ‪ ْٜ‬رخُوظَ ‪ٗٝ‬ل‪ ٞ‬رُي ‪٧‬ؿشحك ؿ٘خث‪٤‬ش ارح ط‪ٞ‬هق ػِ‪ٜ٤‬خ حُ‪ٞ‬ف‪ ٍٞ‬ك‪ ٠‬أٓش حُـ٘خ‪٣‬ش ُ‪٨‬دُش‬
‫حُذحُش ػِ‪ٝ ٠‬ؿ‪ٞ‬د حُؼذٍ ك‪ ٠‬ح‪٧‬كٌخّ كظ‪ ٠‬ال ‪٣‬ظِْ رش‪٣‬ت ‪ٝ‬ال ‪٣‬لِض ٖٓ حُؼوخد ٓـشّ أػ‪ْ٤‬‬
‫‪ .4‬حُلو‪ ٚ‬ح‪٩‬عالٓ‪ٝ ٢‬أدُظ‪ ،160 /4( ٚ‬رظشه‪ ْ٤‬حُؾخِٓش آُ‪٤‬خ)‬
‫طؾش‪٣‬ق حُـؼغ ‪ٗٝ‬وَ ح‪٧‬ػنخء‪:‬‬
‫‪٣‬ش‪ ٟ‬حُٔخٌُ‪٤‬ش ‪ٝ‬حُل٘خرِش ػٔالً رلذ‪٣‬غ‪ً« :‬غش ػظْ حُٔ‪٤‬ض ًٌغش‪ ٙ‬ك‪٤‬خ ً» أٗ‪ ٚ‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ظش حُلخَٓ ‪٩‬خشحؽ حُـ٘‪ٚ٘ٓ ٖ٤‬؛ ‪ٕ٧‬‬
‫‪ٛ‬زح حُ‪ُٞ‬ذ ال ‪٣‬ؼ‪٤‬ؼ ػخدس‪ٝ ،‬ال‪٣‬ظلون أٗ‪٣ ٚ‬ل‪٤‬خ‪ ،‬كال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ‪ٛ‬ظي كشٓش ٓظ‪٤‬و٘ش ‪ٓ٧‬ش ٓ‪ٝ .ّٞٛٞ‬أؿخص حُؾخكؼ‪٤‬ش ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ظش ‪٩‬خشحؽ‬
‫‪ُٝ‬ذ‪ٛ‬خ‪ٝ ،‬ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ض ‪٩‬خشحؽ ٓخٍ ٓ٘‪ًٔ .ٚ‬خ أؿخص حُل٘ل‪٤‬ش ًخُؾخكؼ‪٤‬ش ؽن رطٖ حُٔ‪٤‬ض ك‪ ٢‬كخٍ حرظالػ‪ٓ ٚ‬خٍ ؿ‪٤‬ش‪ ،ٙ‬ارح ُْ طٌٖ ُ‪ٚ‬‬
‫طشًش ‪٣‬ذكغ ٓ٘‪ٜ‬خ‪٣ ُْٝ ،‬نٖٔ ػ٘‪ ٚ‬أكذ‬
‫?‪c. Jika keduanya tidak boleh, bagaimana solusinya‬‬

‫‪Jawaban‬‬
‫‪Idem‬‬

‫‪Jalsah Tsaniyah‬‬
‫‪MUSHOHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪KH. Mukhlis Dimyati‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪Bpk. Darul Azka‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪KH. Munir Akromin‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Agus HM. Sa’id Ridlwan‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪KH. Bahrul Huda‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Bpk. Fahmi Basya‬‬ ‫‪Bpk. Ma’rifatus Sholihin‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪KH. Mukhlisin Labib‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Bpk. Kholid Afandi‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪Bpk. Syibro Mulisi‬‬
‫‪6.‬‬ ‫‪Bpk. Abdul Kafi Ridlo‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Bpk. Adzim Fadlan‬‬ ‫‪NOTULEN‬‬
‫‪8.‬‬ ‫‪Bpk. Rofiq Ajhuri‬‬ ‫‪Bpk. M. Ihsanuddin‬‬
‫‪Agus H. Abdurrohman‬‬
‫‪Bpk. M. Maemun‬‬

‫‪Memutuskan‬‬

‫)‪2. PROBLEMATIKA MUSABBALAH (PP. Roudhotul Ulum Besuk‬‬


‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Istilah musabbalah sangat tidak asing ditemukan dalam pembahasan maqbaroh. Perhatikan ta’bir‬‬
‫‪berikut ini :‬‬

‫‪ ‬حُ٘ـْ حُ‪ٛٞ‬خؽ ك‪ ٢‬ؽشف حُٔ٘‪ٜ‬خؽ ؿـ‪ 3‬فـ‪111‬‬


‫‪ٝ‬حُٔشحد رـ(حُٔغزِش) ‪ :‬حُظ‪ ٢‬ؿشص ػخدس أ‪ َٛ‬حُزِذ رخُذكٖ ك‪ٜ٤‬خ ‪٤ُٝ ،‬ظ حُٔشحد حُٔوزشس حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ؛ كبٕ حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ‪٣‬لشّ رخُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ هطؼخ‬
‫‪ ،‬ع‪ٞ‬حء ًخٕ حُز٘خء ر‪٤‬ظخ أ‪ ٝ‬هزش أ‪ٓ ٝ‬غـذح‪.‬‬

‫‪4‬‬
Dalam ta’bir tersebut, didefinisikan bahwa maqbaroh musabbalah adalah tempat yang sudah
biasa dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat penguburan/pemakaman.
Disebutkan dalam Hasyiyah Jamal, perbedaan antara Imam Romli dan yang lainnya, seperti
Imam Ibn Hajar, terkait tanah musabbalah. Menurut Imam Romli, boleh membuat sebuah
bangunan di tanah musabbalah selain tanah yang mauqufah. Sedangkan menurut pendapat lain,
haram membuat bangunan di tanah musabbalah atau mauqufah sebagaimana ta’bir berikut:

207‫ فـ‬2‫ؾ ؿـ‬ُٜ٘ٔ‫ ؽشف ح‬٠ِ‫ش حُـَٔ ػ‬٤‫ كخؽ‬


٢‫ ك‬ٝ‫ أ‬٢‫رسػ‬٧‫ف هخٍ ح‬ٞ‫ه‬ٞٓ ٢‫ ك‬ٝ‫خ أ‬ٜ٤‫َ حُزِذ حُذكٖ ك‬ٛ‫ ٓخ حػظخد أ‬٢ٛٝ ‫ ٓغزِش‬٢‫ أٓخ ارح ًخٕ ك‬ٌِٚٓ ٢‫ش حُز٘خء ارح ًخٕ ك‬ٛ‫ٓلَ ًشح‬ٝ
ٚ‫ر‬ٝ ‫ال ؿشك‬ٝ ٚ٤‫ٖ رٔخ ال ٓقِلش ك‬٤ِٔ‫ حُٔغ‬٠ِ‫ن ػ‬٤٤‫ طن‬ٚ٤‫ك‬ٝ ٕ‫ظؤرذ رؼذ حٗٔلخم حُزذ‬٣ ٚٗ٧ ‫ذّ ؛‬ٜ٣ٝ - ٍ‫ إٔ هخ‬٠ُ‫ ا‬- ّ‫لش‬٤‫حص ك‬ٞٓ
‫إ ؿشص ػخدس‬ٝ ٚ٤‫لشّ حُز٘خء ك‬٣ ‫خ كال‬ٛ‫ش‬٤‫أٓخ ؿ‬ٝ ، ‫كش‬ٞ‫ه‬ُٞٔ‫حػظٔذ ّ س إٔ حُٔشحد رخُٔغزِش ح‬ٝ .‫ـ‬ٛ‫ ح‬ٙٞ‫ٗل‬ٝ ‫حص‬ُٞٔ‫خء ح‬٤‫حص اك‬ٞ‫كخسم ؿ‬
.ٚ٤‫َ حُزِذ رخُذكٖ ك‬ٛ‫أ‬
Di suatu pemakaman umum, seorang pengurus makam membangun sebuah jalan di tanah
pemakaman untuk mempermudah akses para peziarah dan demi keamanan sepeda motor
mereka. Seiring berjalannya waktu, masyarakat membuat jalan dari arah berlawanan yang
kemudian disambung dengan jalan makam itu. Sehingga jalan yang semula menjadi akses
peziarah saja, seolah menjadi jalan umum. Bahkan, yang semula hanya bisa dilewati sepeda
motor, lambat laun mobil pun bisa lewat, baik untuk kepentingan ziarah atau bukan.
Dalam bab wudlu, istilah musabbalah juga sering ditemukan, sebagaimana ta’bir berikut:
24‫ٖ فـ‬٣‫ش حُض‬٣‫خ‬ٜٗ 
٢‫ًخالعظ٘ـخء ٖٓ ٓخء حُلغخه‬ٝ ٙٞ‫ٗل‬ٝ ‫حس‬ٝ‫ذ حُذ‬٣ٝ‫ش رُي ًظض‬٤‫ ؿ‬٢‫ ك‬ُٚ‫لشّ حعظؼٔخ‬٤‫ ك‬ِٚ‫ ٓخ أسحد ٓغز‬٠ِ‫ حُٔغزَ ػ‬٢‫ـذ حالهظقخس ك‬٣ٝ
.‫ء‬ٞ‫م‬ُِٞ ‫حُٔؼذس‬
Di sebuah pesantren, pengurus membangun kamar mandi khusus tamu. Karena sering
tidak terpakai, akhirnya sebagian pengurus mengalih fungsikan kamar mandi tersebut untuk
santri. Namun sebagian pengurus yang lain melarangnya, karena sudah dianggap musabbalah
untuk para tamu.

Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum membuat jalan di pemakaman umum untuk akses peziarah?
Jawaban
Diperinci:
 Jika tanah makam berasal dari tanah milik maka diperbolehkan sesuai izin pemiliknya
 Jika tanah makam berupa tanah mubahah maka diperbolehkan
 Jika berupa tanah musabbalah yang bukan mauqufah dan bukan mamlukah maka hukumnya
tidak boleh kecuali atas kebijakan pemerintah karena ada kemaslahatan yang lebih besar.
 Jika berupa Tanah musabbalah mauqufah (tanah pemakaman wakaf)maka terdapat khilaf:
 Menurut Syafiiyyah hukumnya haram sebab tidak sesuai fungsi semestinya.
 Menurut Hambaliyah Diperbolehkan dengan syarat sesuai maslahah dan harus ada
tukar guling.
Dan Apabila pembuatan akses jalan dengan kebijakan pemerintah maka hukumnya
diperbolehkan atas dasar maslahah dan ganti rugi yang sepadan menurut semua madzhab.

Referensi
1. Al Fatawi al Fiqhiyyah Juz 2 hal. 16 3. Hawasyi as Syarwani Juz 3 hal. 198
2. Al Fatawi al Fiqhiyyah Juz 4 hal. 116 4. Hasyiyah al Bujairomi Juz 1 hal. 496
5. Dan lain-lain

)16 /2( ٟ‫ش حٌُزش‬٤ٜ‫ حُلو‬ٟٝ‫ حُلظخ‬.1


‫خ ارح‬ٛ‫َ ٓخإ‬٤‫غ‬٣ ‫حعؼش‬ٝ ‫خ فلشحء‬ٜ‫سط‬ٞ‫حرخٕ ٓخظِلخٕ ف‬ٞ‫خ ؿ‬ٜ٤‫هغ ك‬ٝ ‫ ٓغؤُش‬٢‫ٕ ك‬ُٞٞ‫ ٓخ طو‬ٚ‫سط‬ٞ‫ رٔخ ف‬- ٚ٘‫ هللا ػ‬٢‫ سم‬- )َ‫عج‬ٝ(
ٖ‫كش كذك‬ٞ‫ه‬ٞٓ ‫غض‬٤ُٝ ُٚ ‫خ كال ٓخٗغ‬ٜ٤‫سس ٓوزشس ؿشص حُؼخدس إٔ ٖٓ أسحد حُذكٖ ك‬ًٞ‫ حُقلشحء حُٔز‬٢‫ك‬ٝ ‫ رغظخٕ ؿٔخػش‬٢‫ حُٔطش ك‬٠‫أط‬
‫خ‬ٜ٤‫ض رخُوشحءس ك‬٤ُٔ‫ح‬ٝ ٢‫٘ظلغ حُل‬٤ُ ‫ رُي‬ٞ‫ٗل‬ٝ ‫ طشرش‬ٝ‫ هزش أ‬ٝ‫ ٓذسعش أ‬ٚ٤ِ‫ص حُز٘خء ػ‬ٞ‫ـ‬٣ َٜ‫حُقالف ك‬ٝ ِْ‫َ حُؼ‬ٛ‫خ سؿَ ٖٓ أ‬ٜ٤‫ك‬
‫ ال؟‬ٝ‫ أ‬ٚ‫حُظزشى ر‬ٝ ٙ‫حس‬ٝ‫ٌؼش ص‬٣ٝ ٙ‫ش‬٤‫خ ػٖ ؿ‬ٜ‫ض ر‬٤ٔ‫ظ‬٤ُٝ
٢‫رسػ‬٧‫ٖ ح‬٣‫خد حُذ‬ٜ‫ٓخّ ؽ‬٩‫هذ هخٍ ح‬ٝ ‫ حُ٘خط‬٠ِ‫ن ػ‬٤٤‫ ٖٓ حُظن‬ٚ٤‫ص ُٔخ ك‬ٞ‫ـ‬٣ ‫ حُٔوزشس حُٔغزِش رَ ال‬٢‫ حُز٘خء ك‬ٙ‫ٌش‬٣ ٍ‫ٍ كوخ‬ٝ٧‫أؿخد ح‬
‫ ٖٓ حالرظذحع‬ٚ٤‫ُٔخ ك‬ٝ ّ‫ حُؼخ‬٢ُِٜ٘ ٙ‫ش‬٤‫ؿ‬ٝ ٌِٚٓ ٖ٤‫ش كشم ر‬٤‫ْ ٖٓ ؿ‬٣‫ اهالم حرٖ ًؾ ٖٓ حُظلش‬ٙ‫س ٓخ حهظنخ‬ٞ‫ حُوز‬٠ِ‫ حُز٘خء ػ‬٢‫ ك‬ٚ‫ؿ‬ُٞ‫ح‬
‫ٍ؟‬ٝ٧‫حد ح‬ٞ‫ـ ؿ‬ٛ‫ٕ رُي ح‬ٝ‫ؼزض رذ‬٣ ْ٣‫حُظلش‬ٝ ‫حٌُلخس‬ٝ ‫خس حُـزخرشس‬ٛ‫ٓنخ‬ٝ ‫خس‬ٛ‫حُٔزخ‬ٝ ‫حُغشف‬ٝ ٍ‫امخػش حُٔخ‬ٝ ‫ق‬٤‫رخُوز‬

5
‫‪ٝ‬أؿخد حُؼخٗ‪ ٢‬كوخٍ ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص حُز٘خء ك‪ ٢‬حُقلشحء حُٔزً‪ٞ‬سس ‪ٞٓ٧‬س أكذ‪ٛ‬خ إٔ ‪ٛ‬ز‪ ٙ‬حُقلشحء كٌٔ‪ٜ‬خ كٌْ حُٔ‪ٞ‬حص ‪ٝ‬هذ هخٍ ح‪ٓ٩‬خّ حرٖ حُؼٔخد‬
‫إ ًخٗض أ‪ ١‬حُٔوزشس ٓ‪ٞ‬حطخ ُْ ‪٣‬لشّ حُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ ‪ٝ‬إ ًخٗض ِٓٔ‪ًٞ‬ش ؿخص حُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ ربرٕ حُٔخُي ح‪ٓ٧‬ش‪.‬‬
‫‪ .2‬حُلظخ‪ ٟٝ‬حٌُزش‪ ٟ‬حُلو‪٤ٜ‬ش حُـضء حُشحرغ ؿ‪( 116 :‬دحس حُلٌش)‬
‫(‪ٝ‬عجَ) رٔخ ُلظ‪ َٛ ٚ‬ؿ‪ٞ‬حص ح‪٧‬خز رؼِْ حُشمخ ٖٓ ًَ ؽ‪٠‬ء أّ ٓخق‪ٞ‬ؿ رطؼخّ حُن‪٤‬خكش (كؤؿخد) رو‪ ُٚٞ‬حُز‪ ٟ‬دٍ ػِ‪ً ٚ٤‬الٓ‪ ْٜ‬أٗ‪ٚ‬‬
‫ؿ‪٤‬ش ٓخق‪ٞ‬ؿ رزُي ‪ٝ‬فشك‪ٞ‬ح رؤٕ ؿِزش حُظٖ ًخُؼِْ ك‪ ٠‬رُي ‪ٝ‬ك‪٘٤‬جز كٔظ‪ ٠‬ؿِذ ػِ‪ ٠‬ظ٘‪ ٚ‬إٔ حُٔخُي ‪٣‬غٔق ُ‪ ٚ‬رؤخز ؽ‪٠‬ء ٓؼ‪ٖٓ ٖ٤‬‬
‫ٓخُ‪ ٚ‬ؿخص ُ‪ ٚ‬أخز‪ ٙ‬ػْ إ رخٕ خالف ظ٘‪ُ ٚ‬ضٓ‪ ٚ‬مٔخٗ‪ٝ ٚ‬اال كال‬
‫‪ .3‬ك‪ٞ‬حؽ‪ ٢‬حُؾش‪ٝ‬حٗ‪ ٢‬ؽ ‪ 3‬ؿ ‪198‬‬
‫( ‪ ُٞٝ‬ر٘‪ ٠‬ك‪ٓ ٢‬وزشس ٓغزِش ‪ٛ‬ذّ ) ‪ٝ‬ؿ‪ٞ‬رخ ُلشٓظ‪ًٔ ٚ‬خ ك‪ ٢‬حُٔـٔ‪ٞ‬ع ُٔخ ك‪ ٖٓ ٚ٤‬حُظن‪٤٤‬ن ٓغ إٔ حُز٘خء ‪٣‬ظؤرذ رؼذ حٗٔلخم حُٔ‪٤‬ض‬
‫ك‪٤‬لشّ حُ٘خط طِي حُزوؼش ‪ .‬ه‪ ٍٞ‬حُٔظٖ (‪ ُٞٝ‬ر٘‪ ٠‬حُخ) ال ‪٣‬زؼذ إٔ ٓؼَ حُز٘خء ٓخ ُ‪ ٞ‬ؿؼَ ػِ‪ ٚ٤‬دحسس خؾذ ًٔوق‪ٞ‬سس ُ‪ٞ‬ؿ‪ٞ‬د حُؼِش أ‪٣‬نخ‬
‫كِ‪٤‬ظؤَٓ عْ ػِ‪ ٠‬كؾ ‪ ٢ٛٝ‬حُظن‪٤٤‬ن ع ػ ح ‪ٙ‬‬
‫‪ .4‬كخؽ‪٤‬ش حُزـ‪٤‬شٓ‪]496/ 1[ ٢‬‬
‫ه‪ٝ ( ُٚٞ‬كشّ أ‪ ١‬حُز٘خء ) ظخ‪ٛ‬شح ‪ٝ‬رخه٘خ ‪ٝ‬إ ُْ ‪٣‬ظلون ‪ٝ‬هل‪ٜ‬خ ‪ٓٝ‬لَ رُي ٓخ ُْ ‪ ٌٖ٣‬حُٔ‪٤‬ض ٖٓ أ‪ َٛ‬حُقالف ‪ ٖٓٝ‬ػْ ؿخصص حُ‪ٞ‬ف‪٤‬ش‬
‫رؼٔخسس هز‪ٞ‬س حُقخُل‪ُٔ ٖ٤‬خ ك‪ ٢‬رُي ٖٓ اك‪٤‬خء حُض‪٣‬خسس أ‪ ٝ‬حُظزشى ف ٍ ‪ ٖٓٝ‬حُز٘خء ٓخ حػظ‪٤‬ذ ٖٓ ؿؼَ أسرؼش أكـخس ٓشرؼش ٓل‪٤‬طش‬
‫رخُوزش أخزح ٖٓ حُظؼِ‪ َ٤‬رو‪ ٕ٧ٝ ُٚٞ‬حُز٘خء حُخ ًٔخ ك‪ ٢‬كؾ هخٍ عْ اال ارح ًخٗض ح‪٧‬كـخس حُٔزً‪ٞ‬سس ُللظ‪ ٖٓ ٚ‬حُ٘زؼ ‪ٝ‬حُذكٖ ػِ‪ٚ٤‬‬
‫ه‪ًٔ ( ُٚٞ‬خ ُ‪ً ٞ‬خٗض ٓ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ) أ‪ ١‬ه‪٤‬خعخ ػِ‪ ٠‬حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ‪ٝ‬ػزخسس ؽشف ّ س ‪ٓٝ‬ؼِ‪ٜ‬خ حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش رخ‪ٝ ٠ُٝ٧‬حػظشك رؤٕ حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ‪٢ٛ‬‬
‫حُٔغزِش ‪ٝ‬ػٌغ‪٣ٝ ٚ‬شد رؤٕ طؼش‪٣‬ق حُٔغزِش ‪٣‬ذخَ ٓ‪ٞ‬حطخ حػظخد‪ٝ‬ح حُذكٖ ك‪ ٚ٤‬ك‪ٜ‬زح ‪٣‬غٔ‪ٓ ٠‬غزال ال ٓ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كخ كخطنق ٓخ رًش‪ ٙ‬حُؾخسف‬
‫كخُٔغزِش أػْ ؽ‪ٞ‬رش‪ٝ ١‬رشٓخ‪ ١ٝ‬ه‪ ( ُٚٞ‬رؼذ حٗٔلخم حُٔ‪٤‬ض ) أ‪ ١‬ك‪٤‬لشّ حُ٘خط ٖٓ طِي حُزوؼش كؾ ه‪ ( ُٚٞ‬كِ‪ ٞ‬ر٘‪ ٠‬ك‪ٜ٤‬خ ‪ٛ‬ذّ حُز٘خء‬
‫) ‪ٓ ُٞٝ‬غـذح أ‪ٓ ٝ‬ؤ‪ُِ ٟٝ‬ضحثش‪ ٖ٣‬اال إ حكظ‪٤‬ؾ اُ‪ ٠‬حُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ ُخ‪ٞ‬ف ٗزؼ عخسم أ‪ ٝ‬عزغ أ‪ ٝ‬طخشه‪ ٚ‬رغ‪ َ٤‬كال ‪ٜ٣‬ذّ اال ٓخ كشّ‬
‫‪ٝ‬مؼ‪ ٚ‬حُ‪ ٠‬حٕ هخٍ‬
‫‪ٝ‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص صسع ؽ‪٢‬ء ك‪ ٢‬حُٔغزِش ‪ٝ‬إ ط‪٤‬وٖ رالء ٖٓ ر‪ٜ‬خ ‪ ٚٗ٧‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص حالٗظلخع ر‪ٜ‬خ رـ‪٤‬ش حُذكٖ ك‪٤‬وِغ ‪ٝ‬ه‪ ٍٞ‬حُٔظ‪٣ ٢ُٞ‬ـ‪ٞ‬ص رؼذ حُزالء‬
‫ٓلٔ‪ ٍٞ‬ػِ‪ ٠‬حُِٔٔ‪ًٞ‬ش كؾ ع ػ ػِ‪ ّ ٠‬س‬
‫‪ .5‬كخؽ‪٤‬ش حُـَٔ (‪)214 /7‬‬
‫) ه‪ٝ ُٚٞ‬كشّ رٔغزِش ) ‪ ٖٓٝ‬حُٔغزَ هشحكش ٓقش ‪ ،‬كبٕ حرٖ ػزذ حُلٌْ رًش ك‪ً ٢‬ظخد طخس‪٣‬خ ٓقش إٔ ػٔش‪ ٝ‬رٖ حُؼخؿ أػطخ‪ٙ‬‬
‫حُٔو‪ٞ‬هظ ك‪ٜ٤‬خ ٓخال ؿض‪٣‬ال ‪ٝ‬رًش أٗ‪ٝ ٚ‬ؿذ ك‪ ٢‬حٌُظخد ح‪٣ ٍٝ٧‬ؼ٘‪ ٢‬حُظ‪ٞ‬سحس أٗ‪ٜ‬خ طشرش أ‪ َٛ‬حُـ٘ش كٌخطذ ػٔش رٖ حُخطخد ك‪ ٢‬رُي كٌظذ‬
‫اُ‪ ٚ٤‬اٗ‪ ٢‬ال أػشف طشرش حُـ٘ش اال ‪٧‬ؿغخد حُٔئٓ٘‪ ٖ٤‬كخؿؼِ‪ٛٞ‬خ ُٔ‪ٞ‬طخًْ ‪ٝ‬هذ أكظ‪ ٠‬ؿٔخػش ٖٓ حُؼِٔخء ر‪ٜ‬ذّ ٓخ ر٘‪ ٢‬ك‪ٜ٤‬خ ‪٣ٝ‬ظ‪ٜ‬ش كِٔ‪ٚ‬‬
‫ػِ‪ٓ ٠‬خ ارح ػشف كخُ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حُ‪ٞ‬مغ ‪ ،‬كبٕ ؿ‪ َٜ‬طشى كٔال ػِ‪ٝ ٠‬مؼ‪ ٚ‬رلن ًٔخ ك‪ ٢‬حٌُ٘خثظ حُظ‪ ٢‬طوشأ أ‪ َٛ‬حُزٓش ػِ‪ٜ٤‬خ ك‪ ٢‬رِذٗخ‬
‫‪ٝ‬ؿ‪ِٜ٘‬خ كخُ‪ٜ‬خ ‪ًٔٝ‬خ ك‪ ٢‬حُز٘خء حُٔ‪ٞ‬ؿ‪ٞ‬د ػِ‪ ٠‬كخكش ح‪ٜٗ٧‬خس ‪ٝ‬حُؾ‪ٞ‬حسع ‪ٝ‬فشف ك‪ ٢‬حُٔـٔ‪ٞ‬ع رلشٓش حُز٘خء ك‪ ٢‬حُٔغزِش ‪ٓٝ‬خ ؿٔغ ر‪ٚ‬‬
‫رؼن‪ ٖٓ ْ ٜ‬كَٔ حٌُشح‪ٛ‬ش ػِ‪ ٠‬حُز٘خء ػِ‪ ٠‬حُوزش خخفش رل‪٤‬غ ‪ ٌٕٞ٣‬حُز٘خء ‪ٝ‬حهؼخ ك‪ ٢‬كش‪ ْ٣‬حُوزش ك‪ٌ٤‬ش‪ٝ ٙ‬ال ‪٣‬لشّ ُؼذّ حُظن‪٤٤‬ن‬
‫‪ٝ‬حُلشٓش ػِ‪ٓ ٠‬خ ُ‪ ٞ‬ر٘‪ ٠‬ك‪ ٢‬حُٔوزشس ر‪٤‬ظخ أ‪ ٝ‬هزش ‪٣‬غٌٖ ك‪ ، ٚ٤‬كبٗ‪ ٚ‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ‪ًٝ‬زح ُ‪ ٞ‬ر٘خ‪ُ ٙ‬ظؤ‪ ١ٝ‬ك‪ ٚ٤‬حُضحثش‪ُٔ ٕٝ‬خ ك‪ ٖٓ ٚ٤‬حُظن‪٤٤‬ن‬
‫ٓشد‪ٝ‬د ‪ٝ‬حُٔؼظٔذ حُلشٓش ٓطِوخ ح ‪ٛ‬ـ ‪.‬ؽشف ّ س ‪ٝ.‬ك‪ ٢‬عْ ٓخ ٗق‪ ٚ‬ه‪ ُٚٞ‬رٔغزِش ػزخسس ؽشف ح‪٩‬سؽخد ُؾ‪٤‬خ٘خ ‪ٓٝ.‬لَ ًشح‪ٛ‬ش حُز٘خء ارح‬
‫ًخٕ ك‪ ٌِٚٓ ٢‬أٓخ ارح ًخٕ ك‪ٓ ٢‬غزِش ‪ٓ ٢ٛٝ‬خ حػظخد أ‪ َٛ‬حُزِذ حُذكٖ ك‪ٜ٤‬خ أ‪ ٝ‬ك‪ٞٓ ٢‬ه‪ٞ‬ف هخٍ ح‪٧‬رسػ‪ ٢‬أ‪ ٝ‬ك‪ٞٓ ٢‬حص ك‪٤‬لشّ اُ‪ ٠‬إٔ هخٍ‬
‫‪ٜ٣ٝ‬ذّ ؛ ‪٣ ٚٗ٧‬ظؤرذ رؼذ حٗٔلخم حُزذٕ ‪ٝ‬ك‪ ٚ٤‬طن‪٤٤‬ن ػِ‪ ٠‬حُٔغِٔ‪ ٖ٤‬رٔخ ال ٓقِلش ك‪ٝ ٚ٤‬ال ؿشك ‪ٝ‬ر‪ ٚ‬كخسم ؿ‪ٞ‬حص اك‪٤‬خء حُٔ‪ٞ‬حص‬
‫‪ٗٝ‬ل‪ ٙٞ‬ح ‪ٛ‬ـ ‪ٝ .‬حػظٔذ ّ س إٔ حُٔشحد رخُٔغزِش حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ‪ٝ‬أٓخ ؿ‪٤‬ش‪ٛ‬خ كال ‪٣‬لشّ حُز٘خء ك‪ٝ ٚ٤‬إ ؿشص ػخدس أ‪ َٛ‬حُزِذ رخُذكٖ ك‪ٖٓٝ ٚ٤‬‬
‫رخد أ‪ ٠ُٝ‬حُٔ‪ٞ‬حص حُز‪٣ ُْ ١‬ؼظذ أ‪ َٛ‬حُزِذ حُذكٖ ك‪ ٚ٤‬كخُز٘خء ك‪ ٚ٤‬أ‪ ٠ُٝ‬رخُـ‪ٞ‬حص‬
‫‪ .6‬حُؼض‪٣‬ض ؽشف حُ‪ٞ‬ؿ‪٤‬ض حُٔؼش‪ٝ‬ف رخُؾشف حٌُز‪٤‬ش ه حُؼِٔ‪٤‬ش (‪)452 /2‬‬
‫كخفِ‪ ٚ‬إٔ حُز٘خء ػِ‪ ٠‬حُوزش ٌٓش‪ٓ ٙٝ‬طِوخ ع‪ٞ‬حء ًخٕ ك‪ٓ ٢‬غزِش أّ ال؟‪ٝ ،‬أٓخ حُ‪ٜ‬ذّ ك‪٤‬لقَ ر‪ ٖ٤‬حُٔغزِش ‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ٛ‬خ ٌُٖ ه‪ ٍٞ‬حُٔق٘ق‪،‬‬
‫كبٕ ًخٕ ك‪ٓ ٢‬غزِش ‪ٛ‬ذّ ‪٣‬وظن‪ ٢‬إٔ حٌُشح‪ٛ‬ش ًشح‪ٛ‬ش طلش‪ٝ ،ْ٣‬فشف ر‪ ٚ‬ك‪ ٢‬ؽشف حُٔ‪ٜ‬زد كـضّ رخُظلش‪ٝ ،ْ٣‬هخٍ‪ :‬هخٍ أفلخر٘خ‪ٝ :‬ر‪ٜ‬ذّ‬
‫حُز٘خء‪ ،‬هخٍ ك‪ ٢‬ح‪ٝ :ّ٧‬سأ‪٣‬ض ٖٓ حُ‪ٞ‬الس ٖٓ ‪ٜ٣‬ذّ ٓخ ‪٣‬ز٘‪ ٠‬ك‪ٜ٤‬خ ُْ أس حُلو‪ٜ‬خء ‪٣‬ؼ‪٤‬ز‪ ٕٞ‬ػِ‪ ٚ٤‬ك‪ ٢‬رُي‪ ٕ٧ٝ ،‬ك‪ ٢‬رُي طن‪٤٤‬وخ ػِ‪ ٠‬حُ٘خط‪،‬‬
‫‪ٝ‬رًش ك‪ ٢‬ؽشف ٓغِْ هزَ ًظخد حُضًخس ٗل‪ ٙٞ‬أ‪٣‬نخ‪ٝ ،‬ؿضّ ر‪ ٚ‬أ‪٣‬نخ ك‪ ٢‬حُلظخ‪ٝ ،ٟٝ‬ػزخسس حُلخ‪ ١ٝ‬إٔ حُظـق‪٤‬ـ ٓٔ٘‪ٞ‬ع ك‪ٌِٚٓ ٢‬‬
‫‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ٝ .ٙ‬ػزخسس حرٖ ًؾ ‪ٝ‬عِ‪ ْ٤‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص طـق‪٤‬ـ حُوز‪ٞ‬س‪ٝ ،‬ال إٔ ‪٣‬ز٘‪ ٠‬ػِ‪ٜ٤‬خ هزخد ‪ٝ‬ال ؿ‪٤‬ش‪ٛ‬خ‪ٝ ،‬حُ‪ٞ‬ف‪٤‬ش ر‪ ٚ‬رخهِش‪.‬‬
‫‪ .7‬حُلظخ‪ ٟٝ‬حُلو‪٤ٜ‬ش حٌُزش‪)17 /2( ٟ‬‬
‫(‪ٝ‬عجَ) ‪ -‬سم‪ ٢‬هللا ػ٘‪ - ٚ‬رٔخ ف‪ٞ‬سط‪ٓ ٚ‬خ طو‪ ُٕٞٞ‬ك‪ٓ ٢‬غؤُش ‪ٝ‬هغ ك‪ٜ٤‬خ ؿ‪ٞ‬حرخٕ ٓخظِلخٕ ف‪ٞ‬سط‪ٜ‬خ فلشحء ‪ٝ‬حعؼش ‪٣‬غ‪ٓ َ٤‬خإ‪ٛ‬خ ارح‬
‫أط‪ ٠‬حُٔطش ك‪ ٢‬رغظخٕ ؿٔخػش ‪ٝ‬ك‪ ٢‬حُقلشحء حُٔزً‪ٞ‬سس ٓوزشس ؿشص حُؼخدس إٔ ٖٓ أسحد حُذكٖ ك‪ٜ٤‬خ كال ٓخٗغ ُ‪٤ُٝ ٚ‬غض ٓ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش كذكٖ‬
‫ك‪ٜ٤‬خ سؿَ ٖٓ أ‪ َٛ‬حُؼِْ ‪ٝ‬حُقالف ك‪٣ َٜ‬ـ‪ٞ‬ص حُز٘خء ػِ‪ٓ ٚ٤‬ذسعش أ‪ ٝ‬هزش أ‪ ٝ‬طشرش ‪ٗٝ‬ل‪ ٞ‬رُي ُ‪٘٤‬ظلغ حُل‪ٝ ٢‬حُٔ‪٤‬ض رخُوشحءس ك‪ٜ٤‬خ‬
‫‪٤ُٝ‬ظٔ‪٤‬ض ر‪ٜ‬خ ػٖ ؿ‪٤‬ش‪ٌ٣ٝ ٙ‬ؼش ص‪ٝ‬حس‪ٝ ٙ‬حُظزشى ر‪ ٚ‬أ‪ ٝ‬ال؟‬
‫(كؤؿخد) رو‪ ُٚٞ‬حُٔ٘و‪ ٍٞ‬حُٔؼظٔذ ًٔخ ؿضّ ر‪ ٚ‬حُ٘‪ ١ٝٞ‬ك‪ ٢‬ؽشف حُٔ‪ٜ‬زد كشٓش حُز٘خء ك‪ ٢‬حُٔوزشس حُٔغزِش كبٕ ر٘‪ ٢‬ك‪ٜ٤‬خ ‪ٛ‬ذّ ‪ٝ‬ال كشم‬
‫ك‪ ٢‬رُي ر‪ ٖ٤‬هز‪ٞ‬س حُقخُل‪ٝ ٖ٤‬حُؼِٔخء ‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ٓٝ ْٛ‬خ ك‪ ٢‬حُخخدّ ٓٔخ ‪٣‬خخُق رُي مؼ‪٤‬ق ال ‪ِ٣‬ظلض اُ‪ ًْٝ ٚ٤‬أٌٗش حُؼِٔخء ػِ‪ ٠‬رخٗ‪ ٢‬هزش‬
‫ح‪ٓ٩‬خّ حُؾخكؼ‪ - ٢‬سم‪ ٢‬هللا ػ٘‪ٝ - ٚ‬ؿ‪٤‬ش‪ٛ‬خ ‪ًٝ‬ل‪ ٠‬رظقش‪٣‬ل‪ ْٜ‬ك‪ً ٢‬ظز‪ ْٜ‬اٌٗخسح ‪ٝ‬حُٔشحد رخُٔغزِش ًٔخ هخُ‪ ٚ‬ح‪٩‬ع٘‪ٝ ١ٞ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬حُظ‪ ٢‬حػظخد‬
‫أ‪ َٛ‬حُزِذ حُذكٖ ك‪ٜ٤‬خ أٓخ حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ‪ٝ‬حُِٔٔ‪ًٞ‬ش رـ‪٤‬ش ارٕ ٓخٌُ‪ٜ‬خ ك‪٤‬لشّ حُز٘خء ك‪ٜٔ٤‬خ ٓطِوخ هطؼخ ارح طوشس رُي كخُٔوزشس حُظ‪ ٢‬رًش‪ٛ‬خ‬
‫حُغخثَ ‪٣‬لشّ حُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ ‪ٜ٣ٝ‬ذّ ٓخ ر٘‪ ٢‬ك‪ٜ٤‬خ ‪ٝ‬إ ًخٕ ػِ‪ ٠‬فخُق أ‪ ٝ‬ػخُْ كخػظٔذ رُي ‪ٝ‬ال طـظش رٔخ ‪٣‬خخُل‪ٝ.ٚ‬أٓخ حُٔغؤُش حُؼخٗ‪٤‬ش كوذ‬
‫ػِْ ؿ‪ٞ‬حر‪ٜ‬خ ٓٔخ طوشس ‪ ٞٛٝ‬أٗ‪ ٚ‬ك‪٤‬غ حػظ‪٤‬ذ حُذكٖ ك‪ٓ ٢‬لَ ٖٓ حُقلشحء كشّ حُز٘خء ك‪ٜ٤‬خ ‪ٛٝ‬ذّ ‪ٝ‬إ ُْ ‪٣‬لقَ ر‪ ٚ‬طن‪٤٤‬ن ك‪ ٢‬حُلخٍ‬
‫‪٣ ٚٗ٧‬لقَ ر‪ ٚ‬رُي ك‪ ٢‬حالعظوزخٍ ‪ ٖٓ ٕ٧ٝ‬ؽؤٕ حُز٘خء إٔ ‪٣‬ن‪٤‬ن ‪ٓ ًٕٞٝ‬خث‪ٜ‬خ ارح أط‪ ٠‬حُٔطش ‪٣‬غ‪ َ٤‬اُ‪ ٠‬رغظخٕ ؿٔخػش ال ‪٣‬خشؿ‪ٜ‬خ ػٖ‬
‫ً‪ٜٗٞ‬خ ٓغزِش ‪ِ٣ٝ‬لو‪ ٚ‬رخُٔ‪ٞ‬حص خالكخ ُٔخ ٗوَ ػٖ رؼل حُٔلظ‪ٗ ٖ٤‬ؼْ إ حطخز أفلخد حُزغظخٕ ك‪ ٢‬رُي حُٔلَ حُز‪ ١‬حػظ‪٤‬ذ حُذكٖ ك‪ٚ٤‬‬
‫ٓـخس‪ُِٔ ١‬خء كظ‪٣ ٠‬قَ اُ‪ ٠‬رغظخٗ‪ًٝ ْٜ‬خٕ رُي حالطخخر هزَ إٔ ‪٣‬ق‪٤‬ش رُي حُٔلَ ٓغزال ٌِٓ‪ٞ‬ح طِي حُٔـخس‪ٝ ١‬كش‪ٜٔ٣‬خ ‪٣ ُْٝ‬ـض‬
‫حُذكٖ ك‪ٜ٤‬خ ‪ٝ‬أٓخ حُٔغؤُش حُؼخُؼش كخُلخفَ ٖٓ حمطشحد ‪ٝ‬هغ ُِؾ‪٤‬خ‪ ٖ٤‬ك‪ٜ٤‬خ إٔ ه‪ُٜٔٞ‬خ ك‪ ٢‬حُـ٘خثض ‪ٌ٣‬ش‪ ٙ‬حُز٘خء ػِ‪ ٠‬حُوزش ٓشحد‪ٔٛ‬خ‬
‫ر٘خء ك‪ِٓ ٢‬ي حُؾخـ أ‪ ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬ربرٗ‪ ٚ‬كبٕ أسح د حُٔغزِش أ‪ ٝ‬حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬كش ًخٕ ٓشحد‪ٔٛ‬خ ًشح‪ٛ‬ش حُظلش‪ٓٝ ْ٣‬خ رًشح‪ ٙ‬ك‪ ٢‬حُ‪ٞ‬فخ‪٣‬خ ٓلٔ‪ٍٞ‬‬
‫ػِ‪ ٠‬ؿ‪٤‬ش حُز٘خء ك‪ ٢‬حُٔغزِش ُٔخ طوشس ُي أ‪ٝ‬ال ‪ًٝ‬شح‪ٛ‬ش حٌُظخرش ‪ٓٝ‬خ رؼذ‪ٛ‬خ ُِظ٘ض‪ ٚ٣‬ال ُِظلش‪.ْ٣‬‬
‫‪ .8‬كخؽ‪٤‬ظخ هِ‪ٞ٤‬ر‪ٝ - ٢‬ػٔ‪٤‬شس ‪( -‬ؽ ‪ / 3‬ؿ ‪)110‬‬

‫‪6‬‬
‫ط٘ز‪ :ٚ٤‬ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص طـ‪٤٤‬ش ؽ‪٢‬ء ٖٓ ػ‪ ٖ٤‬حُ‪ٞ‬هق‪٧ ُٞٝ ،‬سكغ ٓ٘‪ٜ‬خ كبٕ ؽشه حُ‪ٞ‬حهق حُؼَٔ رخُٔقِلش حطزغ ؽشه‪ٝ ،ٚ‬هخٍ حُغزٌ‪٣ :٢‬ـ‪ٞ‬ص‬
‫طـ‪٤٤‬ش حُ‪ٞ‬هق رؾش‪ٝ‬ه ػالػش إٔ ال ‪٣‬ـ‪٤‬ش ٓغٔخ‪ٝ ،ٙ‬إٔ ‪ٓ ٌٕٞ٣‬قِلش ُ‪ً ٚ‬ض‪٣‬خدس س‪٣‬ؼ‪ٝ ،ٚ‬إٔ ال طضحٍ ػ‪ ٚ٘٤‬كال ‪٣‬نش ٗوِ‪ٜ‬خ ٖٓ ؿخٗذ اُ‪٠‬‬
‫آخش‪ٗ .‬ؼْ ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ك‪ٝ ٢‬هق هش‪٣‬ش ػِ‪ ٠‬ه‪ ّٞ‬اكذحع ٓغـذ ‪ٓٝ‬وزشس ‪ٝ‬عوخ‪٣‬ش ك‪ٜ٤‬خ‪.‬‬
‫‪ .9‬ح‪ٗ٩‬قخف ك٘زِ‪ ٠‬حُـضء حُغخرغ فلـ ‪45‬‬
‫ك‪ٞ‬حثذ‪ :‬ح‪٣ ٠ُٝ٧‬ظؼ‪ٓ ٖ٤‬قشفُ حُ‪ٞ‬هق اُ‪ ٠‬حُـ‪ِ ٜ‬ش حُٔؼ‪َّ٘٤‬ش ُ‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬حُقل‪٤‬ق ٖٓ حُٔز‪ٛ‬ذ ‪ٗٝ‬وِ‪ ٚ‬حُـٔخػشُ هذٓ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حُلش‪ٝ‬ع ‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ٝ ٙ‬هطغ‬
‫أفِق ٓ٘‪ٝ ٚ‬إ حخظِق رُي‬ ‫ُ‬ ‫ر‪ ٚ‬أًؼش‪ٝ ْٛ‬ػِ‪ ٚ٤‬ح‪٧‬فلخد ‪ٝ‬هخٍ حُؾ‪٤‬خ طو‪ ٢‬حُذ‪ ٖ٣‬سكٔ‪ ٚ‬هللا ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص طـ‪ُ ٤٤‬ش ؽش ِه حُ‪ٞ‬حهق اُ‪ٓ ٠‬خ ‪ٞٛ‬‬
‫عزِّ ََ ٓخ ٌء ُِؾشد ؿخص‬
‫فشف اُ‪ ٠‬حُـ٘ذ ‪ٝ‬ه‪ َ٤‬إ ُ‬
‫رخخظالف ح‪٧‬صٓخٕ كظ‪ٝ ُٞ ٠‬هق ػِ‪ ٠‬حُلو‪ٜ‬خء ‪ٝ‬حُق‪ٞ‬ك‪٤‬ش ‪ٝ‬حكظخؽ حُ٘خط اُ‪ ٠‬حُـ‪ٜ‬خد ُ‬
‫ِ‬
‫حُ‪ٞ‬م‪ٞ‬ء ٓ٘‪ ٚ‬هخٍ ك‪ ٢‬حُلش‪ٝ‬ع كؾشد ٓخء ٓ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ف ُِ‪ٞ‬م‪ٞ‬ء ‪٣‬ظ‪ٞ‬ؿ‪ ٚ‬ػِ‪ٝ ٚ٤‬أ‪٠ُٝ‬‬
‫‪ٓ .10‬طخُذ أ‪ ٢ُٝ‬حُ٘‪ ٠ٜ‬ك‪ ٢‬ؽشف ؿخ‪٣‬ش حُٔ٘ظ‪( - ٠ٜ‬ؽ ‪ / 12‬ؿ ‪)449‬‬
‫‪ٝ‬هخٍ حُؾ‪٤‬خ طو‪ ٢‬حُذ‪ٝ :ٖ٣‬أٓخ حُٔغـذ ‪ٗٝ‬ل‪ ٙٞ‬كِ‪٤‬ظ ٌِٓخ ُٔؼ‪ ٖ٤‬رخطلخم حُٔغِٔ‪ٝ ٖ٤‬اٗٔخ ‪ِٓ ٞٛ‬ي هلل كبرح ؿخص ارذحُ‪ ٚ‬رخ‪٤‬ش ٓ٘‪ٚ‬‬
‫ُِٔقِلش كخُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ف ػِ‪ٓ ٠‬ؼ‪ ٖ٤‬أ‪ ٠ُٝ‬رؤٕ ‪٣‬ؼ‪ٞ‬ك رخُزذٍ ‪ٝ‬آخ إٔ ‪٣‬زخع ‪٣ٝ‬ؾظش‪ ٟ‬رؼٔ٘‪ ٚ‬حُزذٍ ‪ٝ‬ح‪٩‬رذحٍ رـ٘غ‪ٔٓ ٚ‬خ ‪ ٞٛ‬أٗلغ ُِٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ف‬
‫ػِ‪ٝ ٚ٤‬هخٍ‪ :‬ارح ًخٕ ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ك‪ ٢‬حُٔغـذ حُٔ‪ٞ‬ه‪ٞ‬ف حُز‪ٞ٣ ١‬هق ُالٗظلخع رؼ‪ٝ - ٚ٘٤‬ػ‪ٓ ٚ٘٤‬لظشٓش ؽشػخ ‪٣ -‬ـ‪ٞ‬ص إٔ ‪٣‬زذٍ ر‪ ٚ‬ؿ‪٤‬ش‪ٙ‬‬
‫ُِٔقِلش‪ ٌُٕٞ ،‬حُزذٍ أٗلغ ‪ٝ‬أفِق ‪ٝ‬إ ُْ طظؼطَ ٓ٘لؼظ‪ ٚ‬رخٌُِ‪٤‬ش‪٣ٝ ،‬ؼ‪ٞ‬د ح‪ ٍٝ٧‬هِوخ ٓغ أٗ‪ٓ ٚ‬غ ٓظؼطَ ٗلؼ‪ ٚ‬رخٌُِ‪٤‬ش‪ ،‬ك‪٣ ٕ٨‬ـ‪ٞ‬ص‬
‫ح‪٩‬رذحٍ رخ‪ٗ٧‬لغ ‪ٝ‬ح‪٧‬فِق ك‪ٔ٤‬خ ‪ٞ٣‬هق ُالعظـالٍ أ‪ٝ ٠ُٝ‬أكش‪ ،ٟ‬كبٗ‪ ٚ‬ػ٘ذ أكٔذ ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص ٓخ ‪ٞ٣‬هق ُالعظـالٍ ُِلخؿش ه‪ٞ‬ال ‪ٝ‬حكذح‬
‫‪ .11‬حُلو‪ ٚ‬ح‪٩‬عالٓ‪ ٢‬حُـضء حُخخٓظ‪ 519 - 518 :‬دحس حُلٌش‬
‫‪ًٝ‬زحُي ‪٣‬لن ُِذ‪ُٝ‬ش حُظذحخَ ك‪ ٢‬حٌُِٔ‪٤‬خص حُخخفش حُٔؾش‪ٝ‬ػش ُظلو‪٤‬ن حُؼذٍ ‪ٝ‬حُٔقِلش حُؼخٓش ع‪ٞ‬حء ك‪ ٢‬أفَ كن حٌُِٔ‪٤‬ش أ‪ ٝ‬ك‪٢‬‬
‫ٓ٘غ حُٔزخف ‪ٝ‬طِٔي حُٔزخكخص هزَ ح‪٩‬عالّ ‪ٝ‬رؼذ‪ ٙ‬ارح أد‪ ٟ‬حعظؼٔخُ‪ ٚ‬اُ‪ ٠‬مشس ػخّ ًٔخ ‪٣‬ظنق ٖٓ ٓغخ‪ٝ‬ة حٌُِٔ‪٤‬ش ح‪٩‬هطخػ‪٤‬ش ‪٘ٛ ٖٓٝ‬خ‬
‫‪٣‬لن ُ‪ ٢ُٞ‬ح‪ٓ٧‬ش حُؼخدٍ إٔ ‪٣‬لشك ه‪ٞ٤‬د حٌُِٔ‪٤‬ش ك‪ ٢‬رذح‪٣‬ش اٗؾخث‪ٜ‬خ ك‪ ٢‬كخٍ اك‪٤‬خء حُٔ‪ٞ‬حص ك‪٤‬لذد‪ٛ‬خ رٔوذحس ٓؼ‪ ٖ٤‬أ‪٘٣ ٝ‬ظضػ‪ٜ‬خ ٖٓ‬
‫أفلخر‪ٜ‬خ ٓغ حُذكغ طؼ‪٣ٞ‬ل ػخدٍ ػ٘‪ٜ‬خ ارح ًخٕ رحُي ك‪ ٢‬عز‪ َ٤‬حُٔقِلش حُؼخٓش ُِٔغِٔ‪ ٖٓٝ ٖ٤‬حُٔوشس ػ٘ذ حُلو‪ٜ‬خء إٔ ُ‪ ٢ُٞ‬ح‪ٓ٧‬ش‬
‫إٔ ‪ ٠ٜ٘٣‬ارخكش حٌُِٔ‪٤‬ش رلظش ‪٣‬قذس ٓ٘‪ُٔ ٚ‬قِلش طوظن‪ ٚ٤‬ك‪٤‬قزق ٓخ طـخ‪ٝ‬ص‪ ٙ‬أٓش ٓلظ‪ٞ‬سح كبٕ هخػش ‪ ٢ُٝ‬ح‪ٓ٧‬ش ‪ٝ‬حؿزش ُو‪ُٚٞ‬‬
‫طؼخُ‪٣" :٠‬ؤ‪ٜ٣‬خ حُِز‪ ٖ٣‬آٓ٘‪ٞ‬ح أه‪٤‬ؼ‪ٞ‬ح هللا ‪ٝ‬أه‪٤‬ؼ‪ٞ‬ح حُشع‪ٝ ٍٞ‬أ‪ ٢ُٝ‬ح‪ٓ٧‬ش ٌْٓ٘" ‪ٝ‬أ‪ ٢ُٝ‬ح‪ٓ٧‬ش ح‪ٓ٧‬شحء ‪ٝ‬حُ‪ٞ‬الس ًٔخ س‪ ٟٝ‬ارٖ ػزخط ‪ٝ‬أر‪ٞ‬‬
‫‪ٛ‬ش‪٣‬شس ‪ٝ‬هخٍ حُطزش‪ ١‬أٗ‪ ٚ‬أ‪ ٢ُٝ‬ح‪٧‬ه‪ٞ‬حٍ رخُق‪ٞ‬حد ا‪ٛ‬ـ‬
‫‪ .2 .12‬أكٌخّ حُغِطخٗ‪٤‬ش ؿ‪237 :‬‬
‫‪ٝ‬أٓخ حُوغْ حُؼخُغ ‪ٓ ٞٛٝ‬خ حخظـ رؤك٘‪٤‬ش حُؾ‪ٞ‬حسع ‪ٝ‬حُطشم ك‪ٞٓ ٜٞ‬ه‪ٞ‬ف ػِ‪ٗ ٠‬ظش حُغِطخٕ ‪ٝ‬ك‪ٗ ٢‬ظش‪ٝ ٙ‬ؿ‪ٜ‬خٕ‪ :‬أكذ‪ٔٛ‬خ إٔ ٗظش‪ٙ‬‬
‫ك‪ٓ ٚ٤‬وق‪ٞ‬س ػِ‪ً ٠‬ل‪ ْٜ‬ػٖ حُظؼذ‪٘ٓٝ ١‬ؼ‪ ٖٓ ْٜ‬ح‪٩‬مشحس ‪ٝ‬ح‪٩‬فالف ر‪ ْٜ٘٤‬ػ٘ذ حُظؾخؿش ‪٤ُٝ‬ظ ُ‪ ٚ‬إٔ ‪٣‬و‪ٝ ٢‬أٓخ حُوغْ حُؼخُغ ‪ٓ ٞٛٝ‬خ‬
‫حخظـ رؤك٘‪٤‬ش حُؾ‪ٞ‬حسع ‪ٝ‬حُطشم ك‪ٞٓ ٜٞ‬ه‪ٞ‬ف ػِ‪ٗ ٠‬ظش حُغِطخٕ ‪ٝ‬ك‪ٗ ٢‬ظش‪ٝ ٙ‬ؿ‪ٜ‬خٕ‪ :‬أكذ‪ٔٛ‬خ إٔ ٗظش‪ ٙ‬ك‪ٓ ٚ٤‬وق‪ٞ‬س ػِ‪ً ٠‬ل‪ ْٜ‬ػٖ‬
‫حُظؼذ‪٘ٓٝ ١‬ؼ‪ ٖٓ ْٜ‬ح‪٩‬مشحس ‪ٝ‬ح‪٩‬فالف ر‪ ْٜ٘٤‬ػ٘ذ حُظؾخؿش ‪٤ُٝ‬ظ ُ‪ ٚ‬إٔ ‪٣‬و‪ ْ٤‬ؿخُغخ ‪ٝ‬ال إٔ ‪٣‬وذّ ٓئخشح ‪ ٌٕٞ٣ٝ‬حُغخرن اُ‪ ٠‬حٌُٔخٕ‬
‫أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬حُٔغز‪ٞ‬م‪ٝ .‬حُ‪ٞ‬ؿ‪ ٚ‬حُؼخٗ‪ ٢‬إٔ ٗظش‪ ٙ‬ك‪ٗ ٚ٤‬ظش ٓـظ‪ٜ‬ذ ك‪ٔ٤‬خ ‪٣‬شح‪ ٙ‬فالكخ ك‪ ٢‬اؿالط ٖٓ ‪٣‬ـِغ‪٘ٓٝ ٚ‬غ ٖٓ ‪٘ٔ٣‬ؼ‪ٝ ٚ‬طوذ‪ٖٓ ْ٣‬‬
‫‪٣‬وذٓ‪ًٔ ٚ‬خ ‪٣‬ـظ‪ٜ‬ذ ك‪ ٢‬أٓ‪ٞ‬حٍ ر‪٤‬ض حُٔخٍ ‪ٝ‬اهطخع حُٔ‪ٞ‬حص ‪ٝ‬ال ‪٣‬ـؼَ حُغخرن أكن ‪٤ُٝ‬ظ ُ‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬حُ‪ٞ‬ؿ‪ ٖ٤ٜ‬إٔ ‪٣‬ؤخز ٓ٘‪ ْٜ‬ػِ‪ ٠‬حُـِ‪ٞ‬ط‬
‫أؿشح‪ٝ .‬ارح طشً‪ ْٜ‬ػِ‪ ٠‬حُظشحم‪ً ٢‬خٕ حُغخرن ٓ٘‪ٜٔ‬خ اُ‪ ٠‬حٌُٔخٕ أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬حُٔغز‪ٞ‬م كبرح حٗقشف ػ٘‪ً ٚ‬خٕ ‪ٝ ٞٛ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٖٓ ٙ‬حُـذ ك‪ٚ٤‬‬
‫ع‪ٞ‬حء ‪٣‬شحػ‪ ٠‬ك‪ ٚ٤‬حُغخرن اُ‪ٝ ٚ٤‬هخٍ ٓخُي‪ :‬ارح ػشف أكذ‪ ْٛ‬رٌٔخٕ ‪ٝ‬فخس ر‪ٓ ٚ‬ؾ‪ٜٞ‬سح ًخٕ أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬هطؼخ ُِظ٘خصع ‪ٝ‬كغٔخ‬
‫ُِظؾخؿش ‪ٝ‬حػظزخس ‪ٛ‬زح ‪ٝ‬إ ًخٕ ُ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حُٔقِلش ‪ٝ‬ؿ‪٣ ٚ‬خشؿ‪ ٚ‬ػٖ كٌْ ح‪٩‬رخكش اُ‪ ٠‬كٌْ حُِٔي‪ ّ.‬ؿخُغخ ‪ٝ‬ال إٔ ‪٣‬وذّ ٓئخشح ‪ٌٕٞ٣ٝ‬‬
‫حُغخرن اُ‪ ٠‬حُٔ ٌخٕ أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬حُٔغز‪ٞ‬م‪ٝ .‬حُ‪ٞ‬ؿ‪ ٚ‬حُؼخٗ‪ ٢‬إٔ ٗظش‪ ٙ‬ك‪ٗ ٚ٤‬ظش ٓـظ‪ٜ‬ذ ك‪ٔ٤‬خ ‪٣‬شح‪ ٙ‬فالكخ ك‪ ٢‬اؿالط ٖٓ ‪٣‬ـِغ‪٘ٓٝ ٚ‬غ‬
‫ٖٓ ‪٘ٔ٣‬ؼ‪ٝ ٚ‬طوذ‪٣ ٖٓ ْ٣‬وذٓ‪ًٔ ٚ‬خ ‪٣‬ـظ‪ٜ‬ذ ك‪ ٢‬أٓ‪ٞ‬حٍ ر‪٤‬ض حُٔخٍ ‪ٝ‬اهطخع حُٔ‪ٞ‬حص ‪ٝ‬ال ‪٣‬ـؼَ حُغخرن أكن ‪٤ُٝ‬ظ ُ‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬حُ‪ٞ‬ؿ‪ ٖ٤ٜ‬إٔ ‪٣‬ؤخز‬
‫ٓ٘‪ ْٜ‬ػِ‪ ٠‬حُـِ‪ٞ‬ط أؿشح‪ٝ .‬ارح طشً‪ ْٜ‬ػِ‪ ٠‬حُظشح م‪ً ٢‬خٕ حُغخرن ٓ٘‪ٜٔ‬خ اُ‪ ٠‬حٌُٔخٕ أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬حُٔغز‪ٞ‬م كبرح حٗقشف ػ٘‪ً ٚ‬خٕ ‪ٞٛ‬‬
‫‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٖٓ ٙ‬حُـذ ك‪ ٚ٤‬ع‪ٞ‬حء ‪٣‬شحػ‪ ٠‬ك‪ ٚ٤‬حُغخرن اُ‪ٝ ٚ٤‬هخٍ ٓخُي‪ :‬ارح ػشف أكذ‪ ْٛ‬رٌٔخٕ ‪ٝ‬فخس ر‪ٓ ٚ‬ؾ‪ٜٞ‬سح ًخٕ أكن ر‪ ٖٓ ٚ‬ؿ‪٤‬ش‪ٙ‬‬
‫هطؼخ ُِظ٘خصع ‪ٝ‬كغٔخ ُِظؾخؿش ‪ٝ‬حػظزخس ‪ٛ‬زح ‪ٝ‬إ ًخٕ ُ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حُٔقِلش ‪ٝ‬ؿ‪٣ ٚ‬خشؿ‪ ٚ‬ػٖ كٌْ ح‪٩‬رخكش اُ‪ ٠‬كٌْ حُِٔي‪.‬‬

‫‪b. Bagaimana hukum menyambung jalan lain ke jalan pemakaman umum sebagaimana‬‬
‫‪dalam deskripsi?dan apa hukum melewati jalan tersebut bagi yang tidak berkepentingan‬‬
‫?‪ziarah‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪Idem‬‬

‫‪c. Bagaimana hukum mengalih fungsikan kamar mandi khusus tamu untuk santri, baik‬‬
‫?‪bagi pengurus yang lama atau yang baru‬‬

‫‪Jawaban‬‬
‫‪Idem‬‬

‫‪Jalsah Tsalitsah‬‬
‫‪MUSHOHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬

‫‪7‬‬
1. KH. Mukhlis Dimyati 1. Bpk. Darul Azka
2. KH. Munir Akromin 2. Agus HM. Sa’id Ridlwan
3. KH. Mukhlisin Labib 3. Bpk. Kholid Afandi Bpk. Rofiq Ajhuri
4. Bpk. Syibro Mulisi
5. Bpk. Abdul Kafi Ridlo
6. Bpk. Adzim Fadlan
7. Bpk. Ma’rifatus Sholihin NOTULEN
Bpk. M. Ihsanuddin
Agus H. Abdurrohman
Bpk. M. Maemun

Memutuskan

3. FENOMENA NGE-PRANK (MA-II)


Deskripsi Masalah
Prank, itulah istilah yang sering digunakan oleh para netizen untuk mengistilahkan sebuah
tindakan yang dilakukan oleh sekelompok atau perorangan kepada temannya atau bahkan
terhadap orang yang tidak dikenal untuk sekedar menjahili, iseng-iseng, bahkan untuk menguji
sikap asli korbannya. Prank lebih tenar dikalangan youtubers, karena merekalah yang sejatinya
memproklamirkan istilah itu lewat video-video yang diunggah di akun youtube mereka demi
meraih subscribe dari para viewers. Sehingga pada intinya, dari berbagai variasi Prank, visi
sebenarnya adalah menghibur dan mencari ketenaran disamping juga dapat menghasilkan
pundi-pundi rupiah.
Dalam prakteknya, prank sendiri pada umumnya akan menimbulkan keresahan dan rasa
tidak nyaman pada korbannya. Meskipun berhasil memancing tawa, namun tidak sedikit juga
yang membuat para korban merasa ketakutan, bahkan menyebabkan trauma karena adegannya
sangat realistis dan videonya pun dibuat sangat detail.
 Contoh prank yang menakutkan dan meresahkan:
Video prank pocong yang dibuat oleh sekelompok ABG di daerah Jakarta Selatan. Salah satu
dari mereka mengenakan kostum menyerupai pocong lengkap dengan riasan wajah pucat dan
seram. Ia berdiri di sebuah gang sepi dekat dengan kuburan lalu beraksi menakut-nakuti warga
dan pengendara motor. Alhasil, banyak warga dan pengendara yang merasa ketakutan bahkan
salah satu ibu warga setempat merasa trauma atas kejadian tersebut. Lalu mereka merekam
dan mengupload videonya. (Detiknews)
 Contoh prank yang memancing tawa:
Berbeda dengan video prank pocong sebelumnya video yang dibuat salah satu youtubers
Indonesia asal Kaltim melakukan aksi jahil dengan menyamar menjadi pocong. Sambil
mengendarai mobil, ia membeli makanan dengan layanan drive thru (layanan tanpa turun) di
restoran cepat saji. Alhasil, karena aksi yang dilakukannya sengaja tidak begitu realistis, hal itu
berhasil memancing tawa kebanyakan korban dan penonton. (TribunKaltim.co)
Pertanyaan:
a. Bagaimanakah hukum nge-prank tanpa izin pihak korban, mengupload dan menonton
video prank sebagaimana deskripsi di atas ?
Jawaban
a. Hukum nge-prank dengan berbagai medianya diharamkan apabila membahayakan
(idlror), menyakiti (idza), mengejek (istihza), menakut-nakuti (tarwi’) yang melebihi batas-
batas kewajaran. Kecuali, ada dugaan ridlo dari korban atas kejahilannya.

Referensi
1. Silsilah al Adab al Islamiyah Juz 17 hal.7 3. Tuhfatul Muhtaj Juz 14 hal. 300
2. Al Zawajir Juz 2 hal. 472 4. Dan lain-lain

8
‫‪ .1‬عِغِش ح‪٥‬دحد ح‪٩‬عالٓ‪٤‬ش ُِؾ‪٤‬خ ٓلٔذ فخُق حُٔ٘ـذ ‪( -‬ؽ ‪ / 17‬ؿ ‪)7‬‬
‫م‪ٞ‬حرو حُٔضحف‪ٗ :‬زًش ك‪ ٢‬خظخّ ‪ٛ‬زح حُذسط م‪ٞ‬حرو حُٔضحف‪ :‬أ‪ٝ‬ال‪ :‬أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ً ٚ٤‬زد‪ ,‬حٓضف ‪ ٌُٖٝ‬ال طو‪ ٍٞ‬اال كوخ‪ ,‬س‪ٝ‬ح‪٣‬ش‪ ،‬كخدػش‬
‫فل‪٤‬لش ك‪ٜ٤‬خ هشكش طزًش‪ٛ‬خ‪ ,‬أٓخ إٔ طخظِن أؽ‪٤‬خء ‪٩‬ملخى حُ٘خط كال‪ .‬ػخٗ‪٤‬خ‪ :‬أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ ٚ٤‬ؿ‪٤‬زش‪ .‬ػخُؼخ‪ :‬أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ ٚ٤‬هزف‪ .‬سحرؼخ‪ :‬إٔ‬
‫‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ ٢‬حُ‪ٞ‬هض حُٔ٘خعذ‪ ,‬كال ‪ٓ- ٌٕٞ٣‬ؼال‪ -‬ك‪ٝ ٢‬هض حُ‪ٞ‬ػع‪ ،‬أ‪ ٝ‬حُظزً‪٤‬ش رخُٔ‪ٞ‬ص‪ ،‬أ‪ ٝ‬ؿِغش ػِْ ‪ٝ‬ؿذ‪٣ٝ ،‬ؤط‪ ٢‬ك‪٘ٓ ٢‬ظقق ‪ٛ‬زح حُـ‪ٞ‬‬
‫حُؼِٔ‪ ٢‬أ‪ ٝ‬حُ‪ٞ‬ػظ‪ِ٣ ٖٓ ٢‬و‪ ٢‬رطشكش‪ ،‬ك‪ٜ‬زح ٖٓ أع‪ٞ‬أ ٓخ ‪ ٌٖٔ٣‬إٔ ‪٣‬لذع ك‪ٓ ٢‬ـخُظ حُؼِْ‪ .‬خخٓغخ‪ :‬ػذّ حالٗ‪ٜٔ‬خى ‪ٝ‬حالعظشعخٍ‬
‫‪ٝ‬حُٔزخُـش ‪ٝ‬ح‪٩‬هخُش‪ .‬عخدعخ‪ :‬ػذّ حُظش‪٣ٝ‬غ ‪ٝ‬ػذّ ح‪٩‬مشحس ر‪ ,ٚ‬كال ‪٣‬ؤط‪ ٢‬ؽخـ ‪٣ٝ‬خطق ٓلظخف ع‪٤‬خسس ؽخـ آخش أ‪٣ ٝ‬غشم‪ ,‬أ‪٣ ٝ‬ؤخز‬
‫ٓ٘‪ ٚ‬ؽ‪٤‬جخ ػٔ‪٘٤‬خ‪ ،‬ك‪ٜ‬زح ك‪ ٚ٤‬طش‪٣ٝ‬غ ‪ٝ‬خ‪ٞ‬ف‪ٝ ،‬سرٔخ ‪٣‬زِؾ حُؾشهش‪ٝ ،‬ك‪ ٢‬ح‪٧‬خ‪٤‬ش ‪٣‬ؤط‪ٛ ٢‬زح ‪٣ٝ‬و‪ً٘ :ٍٞ‬ض أٓضف‪ ,‬ك‪ٜ‬زح ال ‪ ٌٕٞ٣‬رلخٍ‪ .‬عخرؼخ‪:‬‬
‫أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ ٚ٤‬كلؼ‪ ,‬رؼل حٌُ٘ض حُظ‪ ٢‬طغٔ‪ ٠‬ػ٘ذ حُؼ‪ٞ‬حّ ٌٗظخ ‪ ٢ٛ‬ػزخسس ػٖ هِش ك‪٤‬خء‪ٝ ،‬هِش أدد ‪ٝ‬رزحءس‪ٝ ,‬طٌ‪ ٕٞ‬هز‪٤‬لش‪ً ٢ٛٝ ،‬ؼ‪٤‬شس‬
‫ؿذح ‪٘ٓٝ‬ظؾشس ر‪ ٖ٤‬حُ٘خط ك‪ ٢‬حُٔـخُظ‪ ًَ ,‬حُطشف حُظ‪٣ ٢‬ؤط‪ ٕٞ‬ر‪ٜ‬خ ٓظؼِوش رخُؼ‪ٞ‬سحص حُٔـِظش‪ٝ ,‬سرٔخ رِـض حُززحءس رزؼن‪ ْٜ‬إٔ ‪٣‬ؤط‪٤‬ي‬
‫رطشكش ك‪ٔ٤‬خ ‪٣‬ظؼِن رـٔخع حُشؿَ رض‪ٝ‬ؿظ‪ ,ٚ‬أ‪ٓ ٝ‬خ ‪ ٌٕٞ٣‬ر‪ٜٔ٘٤‬خ ٖٓ ح‪٧‬ؽ‪٤‬خء‪ٝ ,‬هللا ال ‪٣‬لذ حُـ‪ٜ‬ش رخُغ‪ٞ‬ء ٖٓ حُو‪ ٌٖ٣ ُْٝ ,ٍٞ‬حُ٘ز‪ ٢‬فِ‪٠‬‬
‫هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ كخكؾخ أ‪ٓ ٝ‬ظللؾخ‪ .‬ػخٓ٘خً‪ :‬أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ٜ٤‬خ حعظ‪ٜ‬ضحء رؾ‪٢‬ء ٖٓ حُذ‪ً ،ٖ٣‬خالعظ‪ٜ‬ضحء رخٌُظخد حُؼض‪٣‬ض‪ ،‬أ‪ ٝ‬رؤكخد‪٣‬غ حُ٘ز‪٢‬‬
‫فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ‪ ،‬أ‪ ٝ‬رخُٔالثٌش‪ ,‬كزؼل حٌُ٘ض ٓزً‪ٞ‬س ك‪ٜ٤‬خ حعظ‪ٜ‬ضحء رخُٔالثٌش‪ ،‬أ‪ ٝ‬حُـ٘ش ‪ٝ‬حُ٘خس‪ ،‬أ‪ ٝ‬ػزحد حُوزش‪ ،‬ك‪ٜ‬ز‪ً ٙ‬ؼ‪٤‬شس ر‪ٖ٤‬‬
‫حُ٘خط‪٣ ,‬و‪ :ٍٞ‬ػ٘ذ‪ٌٗ ١‬ظش ػْ ‪٣‬ؤط‪ ٢‬رؾ‪٢‬ء ك‪ ٚ٤‬رًش ‪٧‬ؽ‪٤‬خء ٖٓ حُؼو‪٤‬ذس أ‪ ٖٓ ٝ‬حُ‪ ّٞ٤‬ح‪٥‬خش ‪٣‬ـؼِ‪ ٚ‬ك‪٤ٛ ٢‬جش هشكش ‪ٌٗٝ‬ظش‪ .‬طخعؼخً‪ :‬أال ‪ٌٕٞ٣‬‬
‫ٓغ حُغل‪ٜ‬خء‪ ٚٗ٧ ،‬ارح ٓخصف حُغل‪ٜ‬خء سد‪ٝ‬ح ػِ‪ ٚ٤‬علخ‪ٛ‬ش‪ ,‬كؤمش رُي رؾخق‪٤‬ظ‪ .ٚ‬ػخؽشحً‪ :‬إٔ ‪٣‬شحػ‪ ٢‬ؽؼ‪ٞ‬س ح‪٥‬خش‪ ٚٗ٧ ,ٖ٣‬هذ ‪٣‬ؤط‪٢‬‬
‫رٔضكش ٌُٖ طـشف ؽؼ‪ٞ‬س حُز‪ ١‬أٓخٓ‪٣ٝ ,ٚ‬ـذ ػِ‪ ٠‬ح‪ٗ٩‬غخٕ إٔ ‪ ٌٕٞ٣‬أدر‪٤‬خ ً ‪٣‬شحػ‪ٓ ٢‬ؾخػش حُخِن‪ٝ ,‬ارح أسحد إٔ ‪ٔ٣‬خصف ال ‪٣‬ضػـ‪ٝ ٚ‬ال‬
‫‪٣‬ـؼِ‪٣ ٚ‬ـنذ ٓ٘‪٤ُٝ ,ٚ‬غض حُون‪٤‬ش املخى أًزش ػذد ك‪ ٢‬حُٔـِظ ‪ً ُٞٝ‬خٕ ك‪ٜ٤‬خ ا‪٣‬زحء ُ‪٦‬خش‪ًٝ ,ٖ٣‬ؼ‪٤‬ش ٖٓ حُٔضكخص ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ٜ٤‬خ‬
‫ملخ‪٣‬خ‪٣ ,‬ؼ٘‪ :٢‬ملي ٖٓ ك‪ ٢‬حُٔـِظ‪ ٌُٖ ،‬فخس ر‪٘٤‬ي ‪ٝ‬ر‪ ٖ٤‬حُز‪ٓ ١‬ضكض ر‪ًٔ ٚ‬خ ‪٣‬وخٍ ك‪ُ ٢‬ـش حُؼشد‪ :‬طط٘ضص ر‪ٛ ,ٚ‬زح ٓ‪ٞ‬ؿ‪ٞ‬د ك‪ً ٢‬ؼ‪٤‬ش‬
‫ٖٓ حُ ٌ٘ض ‪ٝ‬هشحثق حُ٘خط‪ٝ ,‬سرٔخ هخّ ٖٓ حُٔـِظ ‪ٝ‬هذ خخفٔ‪ٛٝ ْٜ‬ـش‪ ْٛ‬أ‪ ٖٓ ٌِٚٔ٣ ُْ ٝ‬أؿَ أٗ‪ ٚ‬ؿؼَ ٓ٘‪ ٚ‬أمل‪ًٞ‬ش ك‪ ٢‬حُٔـِظ‪,‬‬
‫غ‪ ٠‬إَْٔ‬
‫غ َخ ْش هَ ْ‪ ِْٖٓ ٌّ ٞ‬هَ ْ‪َ ٍّ ٞ‬ػ َ‬
‫‪ٛٝ‬زح ‪٣‬وغ ًؼ‪٤‬شحً‪ٛٝ ,‬زح ال ؽي أٗ‪ ٚ‬ا‪٣‬زحء ُِٔئٓ٘‪ٝ ,ٖ٤‬ا‪٣‬زحء حُٔئٓ٘‪ ٖ٤‬كشحّ ‪ٝ‬عخش‪٣‬ش‪ ،‬هخٍ طؼخُ‪ { :٠‬ال ‪ْ َ٣‬‬
‫‪ٌُُٞٗٞ َ٣‬ح َخ ْ‪٤‬شحً ِٓ ْ٘ ُ‪[ } ْْ ٜ‬حُلـشحص‪ٝ ]11:‬رؼل حُ٘خط ٓظخقـ ك‪ٛ ٢‬ز‪ ٙ‬حُون‪٤‬ش‪ ,‬حُٔغؤُش أٗ‪٤ً ٚ‬ق ‪٣‬ـؼَ ح‪٥‬خش‪ ٖ٣‬أمل‪ًٞ‬ش ً‪٤‬ق ‪ٜ٣‬ضأ‬
‫ر‪ ْٜ‬ك‪ ٢‬حُٔـِظ‪٤ً ،‬ق ‪٣‬ـؼِ‪ٓ ْٜ‬نلٌش ك‪ ٢‬حُ٘خط‪ٛٝ ,‬زح كشحّ ال ‪٣‬ـ‪ٞ‬ص‪ .‬كخد‪ ١‬ػؾش‪ :‬أال ‪ٔ٣‬خصف ٓغ حٌُز‪٤‬ش ‪ٝ‬حُؼخُْ رٔخ ال ‪٤ِ٣‬ن رٔوخٓ‪ٚ‬‬
‫إٔ طٔخصك‪ ٚ‬ك‪ٛ ٢‬زح حُٔـخٍ‪ ٌٖٔٓ ,‬إٔ ‪ٔ٣‬خصف ؽخـ فذ‪٣‬و‪ ٌُٖ ،ٚ‬هذ ال ‪٘٣‬خعز‪ ٚ‬إٔ ‪ٔ٣‬ضف ٓغ ًز‪٤‬ش ك‪ ٢‬حُغٖ ك‪ ٢‬حُٔـِظ‪ ،‬كؤٗض ػ٘ذٓخ‬
‫طٔخصك‪ ٚ‬كٌؤٗي ال طلظشٓ‪ٝ ٚ‬ال ط‪ٞ‬هش‪ٓ ,ٙ‬ضحكي ُ‪ ٚ‬ط٘زت ػٖ ػذّ ط‪ٞ‬ه‪٤‬شى ُ‪ .ٚ‬ػخٗ‪٤‬ش ػؾش‪َّ :‬أال ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ ٚ٤‬اؿشحم ك‪ ٢‬حُنلي‪ ،‬أ‪٣ ٝ‬ئد‪ ١‬اُ‪٠‬‬
‫ح‪٩‬ؿشحم ك‪ ٢‬حُنلي‪ٓ ًَ ,‬ضحف حُ٘ز‪ ٢‬فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ ُ‪٤‬ظ ك‪ ٚ٤‬اؿشحم ك‪ ٢‬حُنلي كظ‪٘٣ ٠‬وِذ ح‪ٗ٩‬غخٕ ػِ‪ ٠‬هلخ‪ ,ٙ‬أ‪ ٝ‬ػِ‪ ٠‬ػوز‪ٚ٤‬‬
‫‪٣ ٞٛٝ‬نلي‪ ,‬رَ ٓضحف ٓؼظذٍ‪ .‬ػخُؼش ػؾش‪َّ :‬أال ‪٣‬نش رؾخق‪ ٚ‬ر‪ ٖ٤‬حُ٘خط‪ ,‬ك‪ٓ ٌٕٞ٤‬نلٌش أ‪ٜٓ ٝ‬شؽ حُو‪ ،ّٞ‬كظ‪ ٠‬ارح أسحد أكذ إٔ‬
‫‪٣‬نلي ‪ًٔ-‬خ ‪٣‬و‪٣ -ُٕٞٞ‬ؤط‪ ٢‬اُ‪ٛ ٠‬زح حُٔ‪ٜ‬شؽ‪٣ٝ ،‬و‪ٓ :ُٕٞٞ‬خ ‪ ٞٛ‬آخش ؽ‪٢‬ء ػ٘ذى؟ أػط٘خ ٓ‪ٞ‬هلخً‪ًٝ ،‬ؼ‪٤‬ش ٖٓ حُٔوخرالص حُـخدس ٓغ رؼل‬
‫حُٔؾخ‪٣‬خ ‪ ٌٕٞ٣‬ك‪ٜ٤‬خ عئحالً‪ٓ ،‬ؼَ إٔ ‪٣‬و‪ :ٍٞ‬حرًش ُ٘خ ٓ‪ٞ‬هلخ ً هش‪٣‬لخ ً ٓش ري؟ ٌٗظل‪ ٢‬ر‪ٜ‬زح حُوذس‪ٗٝ ،‬غؤٍ هللا عزلخٗ‪ٝ ٚ‬طؼخُ‪ ٠‬إٔ ‪٣‬ئدر٘خ رآدحد‬
‫ؽش‪٣‬ؼظ‪ٝ ,ٚ‬فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٗ ٠‬ز‪٘٤‬خ ٓلٔذ ‪ٝ‬ػِ‪ ٠‬آُ‪ٝ ٚ‬فلز‪ٝ ٚ‬عِْ طغِ‪ٔ٤‬خً ًؼ‪٤‬شاً ‪.‬‬
‫‪ .2‬حُض‪ٝ‬حؿش ػٖ حهظشحف حٌُزخثش (‪)472 /2‬‬
‫( حٌُز‪٤‬شس حُؼخٓ٘ش ػؾشس ‪ٝ‬حُظخعؼش ػؾشس رؼذ حُؼالػٔخثش ‪ :‬طش‪٣ٝ‬غ حُٔغِْ ‪ٝ‬ح‪٩‬ؽخسس اُ‪ ٚ٤‬رغالف أ‪ٗ ٝ‬ل‪ ) ٙٞ‬أخشؽ حُزضحس ‪ٝ‬حُطزشحٗ‪ٝ ٢‬أر‪ٞ‬‬
‫حُؾ‪٤‬خ حرٖ كزخٕ ػٖ ػخٓش رٖ سر‪٤‬ؼش سم‪ ٢‬هللا ػ٘‪ { : ٚ‬إٔ سؿال أخز ٗؼَ سؿَ كـ‪٤‬ز‪ٜ‬خ ‪ٔ٣ ٞٛٝ‬ضف كزًش رُي ُشع‪ ٍٞ‬هللا فِ‪ ٠‬هللا‬
‫ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ كوخٍ حُ٘ز‪ ٢‬فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ ‪ :‬ال طش‪ٝ‬ػ‪ٞ‬ح حُٔغِْ كبٕ س‪ٝ‬ػش حُٔغِْ ظِْ ػظ‪ٝ . } ْ٤‬حُطزشحٗ‪ ٖٓ { : ٢‬أخخف ٓئٓ٘خ ًخٕ‬
‫كوخ ػِ‪ ٠‬هللا إٔ ال ‪٣‬ئٓ٘‪ ٖٓ ٚ‬أكضحع ‪ ّٞ٣‬حُو‪٤‬خٓش } ‪ٝ .‬حُطزشحٗ‪ٝ ٢‬أر‪ ٞ‬حُؾ‪٤‬خ ‪ٗ ٖٓ { :‬ظش اُ‪ٓ ٠‬غِْ ٗظشس ‪٣‬خ‪٤‬ل‪ ٚ‬ك‪ٜ٤‬خ رـ‪٤‬ش كن أخخك‪ٚ‬‬
‫هللا ‪ ّٞ٣‬حُو‪٤‬خٓش } ‪ٝ .‬أر‪ ٞ‬دح‪ٝ‬د ‪ٝ‬حُطزشحٗ‪ ٢‬رغ٘ذ س‪ٝ‬حط‪ ٚ‬ػوخص ‪ { :‬ال ‪٣‬لَ ُٔغِْ إٔ ‪٣‬ش‪ٝ‬ع ٓغِٔخ } ‪ ،‬هخُ‪ُٔ ٚ‬خ س‪ٝ‬ع سؿَ ٖٓ أفلخر‪ٚ‬‬
‫رؤخز كزَ ٓؼ‪ٗ ٞٛٝ ٚ‬خثْ كخٗظز‪ ٚ‬كلضع ‪ٝ .‬أر‪ ٞ‬دح‪ٝ‬د ‪ٝ‬حُظشٓز‪ٝ ١‬هخٍ كغٖ ؿش‪٣‬ذ ‪ { :‬ال ‪٣‬ؤخزٕ أكذًْ ٓظخع أخ‪ ٚ٤‬الػزخ ‪ٝ‬ال ؿخدح } ‪.‬‬
‫‪ٓٝ‬غِْ ‪ ٖٓ { :‬أؽخس اُ‪ ٠‬أخ‪ ٚ٤‬رلذ‪٣‬ذس كبٕ حُٔالثٌش طِؼ٘‪ ٚ‬كظ‪٘٣ ٠‬ظ‪ٝ ٢ٜ‬إ ًخٕ أخخ‪٧ ٙ‬ر‪ٝ ٚ٤‬أٓ‪ٝ . } ٚ‬حُؾ‪٤‬خخٕ ‪ { :‬ارح ط‪ٞ‬ؿ‪ ٚ‬حُٔغِٔخٕ‬
‫رغ‪٤‬ل‪ٜٔ٤‬خ كخُوخطَ ‪ٝ‬حُٔوظ‪ ٍٞ‬ك‪ ٢‬حُ٘خس } ‪ٝ .‬ك‪ ٢‬س‪ٝ‬ح‪٣‬ش ُ‪ٜٔ‬خ ‪ { :‬ارح حُٔغِٔخٕ كَٔ أكذ‪ٔٛ‬خ ػِ‪ ٠‬أخ‪ ٚ٤‬حُغالف ك‪ٜٔ‬خ ػِ‪ ٠‬كشف ؿ‪ ْٜ٘‬كبرح‬
‫هظَ أكذ‪ٔٛ‬خ فخكز‪ ٚ‬دخال‪ٛ‬خ ؿٔ‪٤‬ؼخ ‪ ،‬هخٍ كوِ٘خ أ‪ ٝ‬ه‪٣ : َ٤‬خ سع‪ ٍٞ‬هللا ‪ٛ‬ز ح حُوخطَ كٔخ رخٍ حُٔوظ‪ ٍٞ‬؟ هخٍ اٗ‪ً ٚ‬خٕ أسحد هظَ فخكز‪. ، } ٚ‬‬
‫‪ٝ‬حُؾ‪٤‬خخٕ ‪ { :‬ال ‪٣‬ؾش أكذًْ اُ‪ ٠‬أخ‪ ٚ٤‬رخُغالف كبٗ‪ ٚ‬ال ‪٣‬ذس‪ُ ١‬ؼَ حُؾ‪٤‬طخٕ ‪٘٣‬ضع ك‪٣ ٢‬ذ‪ ٙ‬ك‪٤‬وغ ك‪ ٢‬كلشس ٖٓ حُ٘خس } ‪٘٣ٝ‬ضع رخُٔ‪ِٜٔ‬ش‬
‫‪ًٝ‬غش حُضح‪٣ ١‬شٓ‪ ٢‬أ‪ ٝ‬رخُٔؼـٔش ٓغ كظق حُضح‪ٓٝ ١‬ؼ٘خ‪٣ ٙ‬شٓ‪٣ٝ ٢‬لغذ ‪ٝ‬أفَ حُ٘ضع حُطؼٖ ‪ٝ‬حُلغخد ‪ .‬ط٘ز‪ : ٚ٤‬ػذ ‪ٛ‬ز‪ ٞٛ ٖ٣‬فش‪٣‬ق‬
‫كذ‪٣‬غ حُـنذ ‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬رخُ٘غزش ُ‪ٝ ٍٝ٨‬حُِؼٖ ‪ٝ‬ؿ‪٤‬ش‪ ٙ‬رخُ٘غزش ُِؼخٗ‪٣ٝ ، ٢‬ظؼ‪ ٖ٤‬كَٔ حُلشٓش ك‪ ٢‬ح‪ ٍٝ٧‬ػِ‪ٓ ٠‬خ ارح ػِْ إٔ حُظش‪٣ٝ‬غ‬
‫‪٣‬لقَ خ‪ٞ‬كخ ‪٣‬ؾن طلِٔ‪ ٚ‬ػخدس ‪ٝ ،‬حٌُز‪٤‬شس ك‪ ٚ٤‬ػِ‪ٓ ٠‬خ ارح ػِْ إٔ رُي حُخ‪ٞ‬ف ‪٣‬ئد‪ ١‬ر‪ ٚ‬اُ‪ ٠‬مشس ك‪ ٢‬رذٗ‪ ٚ‬أ‪ ٝ‬ػوِ‪ٝ ، ٚ‬كَٔ حُؼخٗ‪٢‬‬
‫ػِ‪ ٠‬رُي أ‪٣‬نخ ‪ ُْٝ‬أس ٖٓ طؼشك ُزُي ‪.‬‬
‫‪ .3‬طللش حُٔلظخؽ رؾشف حُٔ٘‪ٜ‬خؽ (‪)300 /14‬‬
‫ٖٓ حثظٔ٘‪ ٚ‬حُٔخُي ً‪ٞ‬د‪٣‬غ ‪ٔ٣‬ظ٘غ ػِ‪ ٚ٤‬أخز ٓخ طلض ‪٣‬ذ‪ ٖٓ ٙ‬ؿ‪٤‬ش ػِٔ‪ ٕ٧ ،ٚ‬ك‪ ٚ٤‬اسػخرخ ُ‪ ٚ‬رظٖ م‪٤‬خػ‪ٜ‬خ ‪٣ ٚ٘ٓٝ‬ئخز كشٓش ًَ ٓخ ك‪ٚ٤‬‬
‫اسػخد ُِـ‪٤‬ش ‪ٝ‬دُ‪ ِٚ٤‬إٔ {ص‪٣‬ذ رٖ ػخرض ٗخّ ك‪ ٢‬كلش حُخ٘ذم كؤخز رؼل أفلخر‪ ٚ‬عالك‪ ٚ‬ك٘‪ ٠ٜ‬حُ٘ز‪ ٢‬فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ ػٖ طش‪٣ٝ‬غ‬
‫حُٔغِْ} ٖٓ ‪ٓٞ٣‬جز رًش‪ ٙ‬ك‪ ٢‬ح‪٩‬فخرش ٌُٖ ‪٣‬ؾٌَ ػِ‪ٓ ٚ٤‬خ س‪ٝ‬ح‪ ٙ‬أكٔذ إٔ {أرخ رٌش خشؽ طخؿشح ‪ٓٝ‬ؼ‪ ٚ‬رذس‪٣‬خٕ ٗؼ‪ٔ٤‬خٕ ‪ٝ‬ع‪٣ٞ‬زو كوخٍ ُ‪ٚ‬‬
‫أهؼٔ٘‪ ٢‬هخٍ كظ‪٣ ٠‬ـ‪٢‬ء أر‪ ٞ‬رٌش كز‪ٛ‬ذ ‪ٗ٧‬خط ػْ ‪ٝ‬رخػ‪ٞٓ ُْٜ ٚ‬س‪٣‬خ أٗ‪ ٚ‬ه٘‪ ٚ‬رؼؾش هالثـ كـخء‪ٝ‬ح ‪ٝ‬ؿؼِ‪ٞ‬ح ك‪ ٢‬ػ٘و‪ ٚ‬كزال ‪ٝ‬أخز‪ ٙٝ‬كزِؾ‬
‫رُي أرخ رٌش سم‪ ٢‬هللا ػ٘‪ ٚ‬كز‪ٛ‬ذ ‪ٝ ٞٛ‬أفلخر‪ ٚ‬اُ‪ ْٜ٤‬كؤخز‪ ْٜ٘ٓ ٙٝ‬ػْ أخزش حُ٘ز‪ ٢‬فِ‪ ٠‬هللا ػِ‪ٝ ٚ٤‬عِْ كنلي ‪ٝ ٞٛ‬أفلخر‪ ٖٓ ٚ‬رُي‬
‫كظ‪ ٠‬رذح ع٘‪ٝ }ٚ‬هذ ‪٣‬ـٔغ رلَٔ حُ٘‪ ٢ٜ‬ػِ‪ٓ ٠‬خ ك‪ ٚ٤‬طش‪٣ٝ‬غ ال ‪٣‬لظَٔ ؿخُزخ ًٔخ ك‪ ٢‬حُوقش ح‪ٝ ٠ُٝ٧‬ح‪٩‬رٕ ػِ‪ ٠‬خالك‪ًٔ ٚ‬خ ك‪ ٢‬حُؼخٗ‪٤‬ش‪ٕ٧ ،‬‬
‫ٗؼ‪ٔ٤‬خٕ حُلخػَ ُزُي ٓؼش‪ٝ‬ف رؤٗ‪ٓ ٚ‬نلخى ٓضحف ًٔخ ك‪ ٢‬حُلذ‪٣‬غ ‪ً ٞٛ ٖٓٝ‬زُي حُـخُذ إٔ كؼِ‪ ٚ‬ال طش‪٣ٝ‬غ ك‪ً ٚ٤‬زُي ػ٘ذ ٖٓ ‪٣‬ؼِْ رلخُ‪ٚ‬‬
‫‪ٝ‬س‪ٝ‬ح‪٣‬ش حرٖ ٓخؿ‪ ٚ‬إٔ حُلخػَ ع‪٣ٞ‬زو ال طوخ‪ ّٝ‬س‪ٝ‬ح‪٣‬ش أكٔذ حُغخروش كظؤَٓ رُي كبٗ‪ ُْ ٢‬أس ٖٓ أؽخس ُؾ‪٢‬ء ٓ٘‪ٓ ٚ‬غ ًؼشس حُٔضحف‬
‫رخُظش‪٣ٝ‬غ ‪ٝ‬هذ ظ‪ٜ‬ش أ ٗ‪ ٚ‬ال رذ ك‪ ٖٓ ٚ٤‬حُظلق‪ َ٤‬حُز‪ ١‬رًشط‪ ،ٚ‬ػْ سأ‪٣‬ض حُضسًؾ‪ ٢‬هخٍ ك‪ ٢‬طٌٔ‪ٗ ِٚ٤‬وال ػٖ حُو‪ٞ‬حػذ‪ :‬إ ٓخ ‪٣‬لؼِ‪ ٚ‬حُ٘خط ٖٓ‬
‫أخز حُٔظخع ػِ‪ ٠‬عز‪ َ٤‬حُٔضحف كشحّ ‪ٝ‬هذ ؿخء ك‪ ٢‬حُلذ‪٣‬غ {ال ‪٣‬ؤخز أكذًْ ٓظخع فخكز‪ ٚ‬الػزخ ؿخدح} ؿؼِ‪ ٚ‬الػزخ ٖٓ ؿ‪ٜ‬ش أٗ‪ ٚ‬أخز‪ ٙ‬ر٘‪٤‬ش‬
‫سد‪ٝ ٙ‬ؿؼِ‪ ٚ‬ؿخدح‪ ٚٗ٧ ،‬س‪ٝ‬ع أخخ‪ ٙ‬حُٔغِْ رلوذ ٓظخػ‪ ٚ‬ح ‪.ٙ‬‬
‫‪ .4‬رِ‪ٞ‬ؽ حُـخ‪٣‬ش ٖٓ ط‪ٜ‬ز‪٣‬ذ رذح‪٣‬ش حُ‪ٜ‬ذح‪٣‬ش (ؿ‪)93 :‬‬

‫‪9‬‬
‫غظـش‬٣ٝ ،‫خرش‬ُٜٔ‫غوو ح‬٣ٝ ،ٚ‫ؿ‬ُٞ‫ن ٓخء ح‬٣‫ش‬٣ ٚٗ‫ كب‬،ٍ‫ض‬ُٜ‫ح‬ٝ ‫ حُـذ‬٢‫ ك‬ٚ٘ٓ ‫ضحء رخُ٘خط كخكلع ُغخٗي‬ٜ‫حالعظ‬ٝ ‫ش‬٣‫حُغخش‬ٝ ‫حُؼخٖٓ حُٔضحف‬
‫ى كال‬ٞ‫ كبٕ ٓخصك‬،‫ كال طٔخصف أكذًح‬،‫د‬ِٞ‫ حُو‬٢‫ـشط حُلوذ ك‬٣ٝ ،ّ‫حُظقخس‬ٝ ‫حُـنذ‬ٝ ‫ ٓزذأ حُِـخؽ‬ٞٛٝ ،‫د‬ِٞ‫ حُو‬١‫ئر‬٣ٝ ،‫كؾش‬ُٞ‫ح‬
.‫ح ًشح ًٓخ‬ٝ‫ ٓش‬ٞ‫ح رخُِـ‬ٝ‫ٖ ارح ٓش‬٣‫ًٖ ٖٓ حُز‬ٝ ،ٙ‫ش‬٤‫غ ؿ‬٣‫ كذ‬٢‫ح ك‬ٞ‫م‬ٞ‫خ‬٣ ٠‫ْ كظ‬ٜ٘‫أػشك ػ‬ٝ ْٜ‫طـز‬
‫ش‬٤ِٔ‫ دحس حٌُظذ حُؼ‬289 :‫ٖ فـ‬٣‫ّ حُذ‬ِٞ‫خء ػ‬٤‫ٖ ٖٓ اك‬٤٘ٓ‫ػظش حُٔئ‬ٞٓ .5
‫أٓخ‬ٝ ٍ‫ض‬ُٜ‫ح‬ٝ ‫ حؽظـخٍ رخُِؼذ‬ٚٗ٨‫ٓش ك‬ٝ‫ كؤٓخ حُٔذح‬ٚ٤‫كشحه ك‬٩‫ح‬ٝ ٚ٤ِ‫ٓش ػ‬ٝ‫ حُٔذح‬ٞٛ ٚ٘ٓ ّٞٓ‫ حُٔز‬ٚ٘‫ ػ‬٢ُٜ٘ٔ‫ح‬ٝ ‫كش حُؼخؽشس حُٔضحف‬٥‫ح‬
‫زّ ًٔخ‬٣ ‫س كال‬ٞٓ٧‫ ح‬ٙ‫ز‬ٛ ٖ‫ ػ‬ِٞ‫خ‬٣ ‫أٓخ ٓخ‬ٝ ‫هخس‬ُٞ‫ح‬ٝ ‫خرش‬ُٜٔ‫غوو ح‬٣ٝ ٍ‫ح‬ٞ‫ك‬٧‫ رؼل ح‬٢‫٘ش ك‬٤‫حُنـ‬ٝ ‫سع ًؼشس حُنلي‬ٞ٣ ٚٗ‫ كب‬ٚ٤‫كشحه ك‬٩‫ح‬
ٕ‫ أ‬٠ُ‫ ا‬- ‫ٍ اال كوخ‬ٞ‫و‬٣ ‫ال‬ٝ ‫ٔضف‬٣ ٕ‫ أ‬٠ِ‫وذس ػ‬٣ ِٚ‫ٍ اال كوخ أال إ ٓؼ‬ٞ‫ال أه‬ٝ ‫ٓضف‬٧ ٢ٗ‫ هخٍ ا‬ٚٗ‫عِْ أ‬ٝ ٚ٤ِ‫ هللا ػ‬٠ِ‫ ف‬٢‫ ػٖ حُ٘ز‬١ٝ‫س‬
‫س كال‬ٝ‫ حُ٘ذ‬٠ِ‫خٗخ ػ‬٤‫ أك‬ٚ٤ِ‫طوظقش ػ‬ٝ ٚ٤‫ال طلشه ك‬ٝ ‫ هِزخ‬١‫ال طئر‬ٝ ‫ٍ اال كوخ‬ٞ‫ال طو‬ٝ ‫ إٔ طٔضف‬٠ِ‫رخُـِٔش كبٕ ً٘ض طوذس ػ‬ٝ - ٍ‫هخ‬
ٚ٤‫ي ك‬٤ِ‫كشؽ ػ‬
)‫ (دحس حُلٌش‬116 :‫ش حُـضء حُشحرغ ؿ‬٤ٜ‫ حُلو‬ٟ‫ حٌُزش‬ٟٝ‫ حُلظخ‬.6
ٚٗ‫ْ أ‬ٜٓ‫ ًال‬ٚ٤ِ‫ دٍ ػ‬ٟ‫ حُز‬ُٚٞ‫خكش (كؤؿخد) رو‬٤‫ؿ رطؼخّ حُن‬ٞ‫ء أّ ٓخق‬٠‫خز رؼِْ حُشمخ ٖٓ ًَ ؽ‬٧‫حص ح‬ٞ‫َ ؿ‬ٛ ٚ‫عجَ) رٔخ ُلظ‬ٝ(
ٖٓ ٖ٤‫ء ٓؼ‬٠‫ رؤخز ؽ‬ُٚ ‫غٔق‬٣ ‫ إٔ حُٔخُي‬ٚ٘‫ ظ‬٠ِ‫ ؿِذ ػ‬٠‫٘جز كٔظ‬٤‫ك‬ٝ ‫ رُي‬٠‫ح رؤٕ ؿِزش حُظٖ ًخُؼِْ ك‬ٞ‫فشك‬ٝ ‫ؿ رزُي‬ٞ‫ش ٓخق‬٤‫ؿ‬
‫اال كال‬ٝ ٚٗ‫ مٔخ‬ٚٓ‫ ُض‬ٚ٘‫ ػْ إ رخٕ خالف ظ‬ٙ‫ أخز‬ُٚ ‫ ؿخص‬ُٚ‫ٓخ‬

4. TAJHIZ DAN YASINAN JENAZAH YANG KEISLAMANNYA DIPERDEBATKAN (Mutakhorrijin


2015 & PP. Mambaul Hikam)
Deskripsi masalah
Syariat Islam menegaskan bahwa menshalati janazah non muslim merupakan hal yang haram
dilakukan oleh umat muslim. Berkenaan dengan hal tersebut, di daerah Yogyakarta ada
kejadian yang diperdebatkan oleh masyarakat tentang kematian seseorang yang semasa
hidupnya sudah dikenal sebagai sosok non muslim (murtad).
Kejadian tersebut bermula dari persaksian beberapa temannya (+ 4 orang) bahwa almarhum
sudah masuk Islam lagi sebelum ia meninggal dunia. Namun menurut sepengetahuan anggota
keluarga dan warga setempat, almarhum belum masuk Islam lagi. Bahkan istrinya sendiri juga
tidak mengetahui perilaku suaminya yang mencerminkan sosok orang muslim sebelum
meninggal dunia. Alhasil sebagian masyarakat ada yang tetap melaksanakan shalat janazah
berdasarkan persaksian tersebut.
Pada kasus lain, di wilayah Sumatera selatan, Kabupaten OKU timur tepatnya, ada satu
desa dengan mayoritas beragama Hindu, yaitu desa NUSA BALI. Walaupun di huni dengan
mayoritas penduduk non muslim, rasa toleransi yang ada pada desa tersebut sangatlah tinggi.
dengan bukti kebebasan beribadah warga desa tesebut sangat terjaga dengan baik.
Ibu Wayan, salah seorang istri kepala desa NUSA BALI yang sebenarnya beragama Islam,
berpindah agama menjadi pemeluk Hindu mengikuti suaminya. Karena statusnya senagai istri
kepala desa, maka upaya menjaga kerukunan antar umat beragama ia lakukan dengan cara
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu Muslimat. Baik berupa yasinan atau
pembacaan Sholawat Nabi. Tak jarang juga Bu Wayan mendapat giliran sebagai tuan rumah
yasinan dan sholawatan. Namun, karena Bu Wayan merupakan non muslim, maka tempat
yang di gunakan untuk yasinan dan sholawatan bukanlah rumahnya, melainkan balai desa.
Acaranya pun sama persis ketika dilakukan di tempat orang muslim. Sebelum membaca surat
Yasin dan tahlil, didahului dengan acara pengiriman arwah shohibul bait. Dikarenakan Bu
Wayan dulunya adalah orang Islam, maka arwah yang dikirim pun beragama Islam. Tapi juga
banyak arwah dari leluhur sang suami yang non muslim juga di kirim doa.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum menshalati dan men-tahlili jenazah yang belum jelas status
keislamannya sebagaimana dalam kasus di atas?
Jawaban:
a. Boleh apabila ada dzon (dugaan) sudah masuk islam dari orang yang akan men-salati
dan haram apabila diragukan keislamannya.

Referensi
1. Tuhfatul Muhtaj Juz 3 hal. 158

)158 /3( ٢ٗ‫ح‬ٝ‫ حُؾش‬٢‫حؽ‬ٞ‫ك‬ٝ ‫خؽ‬ُٜ٘ٔ‫ ؽشف ح‬٢‫ طللش حُٔلظخؽ ك‬.1

10
‫(‪ٝ‬طلشّ) حُقالس (ػِ‪ ٖٓ )٠‬ؽي ك‪ ٢‬اعالٓ‪ ٚ‬د‪٣ ٖٓ ٕٝ‬ظٖ اعالٓ‪ ُٞٝ ٚ‬روش‪٘٣‬ش ًؾ‪ٜ‬خدس ػذٍ ر‪ٝ ٚ‬إ ُْ ‪٣‬ؼزض ‪ٓٝ‬لِ‪ ٚ‬إ ُْ ‪٣‬ؾ‪ٜ‬ذ‬
‫ػذٍ آخش رٔ‪ٞ‬ط‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬حٌُلش ‪ٝ‬اال طؼخسمخ ‪ٝ‬رو‪ ٢‬أفَ روخث‪ ٚ‬ػِ‪ً ٠‬لش‪ٝ ٙ‬ر‪ٜ‬زح ‪٣‬ـٔغ ر‪ ٖٓ ٖ٤‬أهِن ػ٘ذ ؽ‪ٜ‬خدس ‪ٝ‬حكذ ربعالٓ‪ ٚ‬حُقالس‬
‫ػِ‪ ٖٓٝ ٚ٤‬أهِن ػذٓ‪ٜ‬خ‪٣ٝ ،‬ظشدد حُ٘ظش ك‪ ٢‬ح‪٧‬سهخء حُقـخس حُٔؼِ‪ ّٞ‬عز‪ٓ ْٜ٤‬غ حُؾي ك‪ ٢‬اعالّ عخر‪ٝ ْٜ٤‬ال هش‪٘٣‬ش ‪ٓٝ‬ش ػٖ ح‪٧‬رسػ‪٢‬‬
‫أٗ‪٣ ٚ‬غٖ أٓش‪ ْٛ‬ر٘ل‪ ٞ‬حُقالس ك‪ َٜ‬ه‪٤‬خع‪ ٚ‬ؿ‪ٞ‬حص حُقالس ‪٘ٛ‬خ ػِ‪ ْٜ٤‬أ‪٣ ٝ‬لشم رؤٕ رحى ك‪ٓ ٚ٤‬قِلش ُ‪ ْٜ‬رخُل‪ُٜ ْٜ‬خ رؼذ حُزِ‪ٞ‬ؽ ‪ٝ‬ال ًزُي‬
‫‪٘ٛ‬خ؟ ًَ ٓلظَٔ ‪ٝ‬حُؼخٗ‪ ٢‬أهشد‪.‬‬
‫(ه‪ٓٝ :ُٚٞ‬لِ‪ )ٚ‬أ‪ٝ ١‬ؿ‪ٞ‬د حُقالس ػِ‪ ٖٓ ٠‬ؽ‪ٜ‬ذ ػذٍ ربعالٓ‪( ٚ‬ه‪ٝ :ُٚٞ‬رو‪ ٢‬أفَ روخث‪ ٚ‬اُخ) ‪٣‬ئخز ٓ٘‪ ٚ‬إٔ ٓلِ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حٌُلش ح‪٧‬فِ‪٢‬‬
‫أٓخ ُ‪ ٞ‬أخزش ؽخـ رخسطذحد ٓغِْ ‪ٝ‬آخش رزوخث‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬ح‪٩‬عالّ اُ‪ ٠‬حُٔ‪ٞ‬ص ك‪٤‬قِ‪ ٠‬ػِ‪ ٕ٧ ٚ٤‬ح‪٧‬فَ روخإ‪ ٙ‬ػِ‪ ٠‬ح‪٩‬عالّ رقش‪ٝ ١‬طوذّ‬
‫ػٖ حٌُشد‪ٓ ١‬خ ‪ٞ٣‬حكو‪( ٚ‬ه‪ٝ :ُٚٞ‬ر‪ٜ‬زح) أ‪ ١‬رو‪ٓٝ ُٚٞ‬لِ‪ ٚ‬اُخ (ه‪ٓٝ :ُٚٞ‬ش) أ‪ ١‬ك‪ ٢‬أ‪ٝ‬حثَ حُقالس ًشد‪( ١‬ه‪ٝ :ُٚٞ‬حُؼخٗ‪ ٢‬أهشد) أ‪ ١‬كال‬
‫طـ‪ٞ‬ص حُقالس ػِ‪ٝ ْٜ٤‬طوذّ ػٖ ؽ‪٤‬خ٘خ حػظٔخد‪ٝ ٙ‬ػٖ ع ػ إٔ ح‪٧‬هشد أٗ‪٣ ٚ‬قِ‪ ٢‬ػِ‪٣ٝ ٚ٤‬ؼِن حُ٘‪٤‬ش ًٔخ ُ‪ ٞ‬حخظِو ٓغِْ رٌخكش ح‪ٛ‬ـ‬
‫‪ُٝ‬ؼَ ‪ٛ‬زح ‪ ٞٛ‬ح‪٧‬ك‪ٞ‬ه‪( .‬ه‪ٝ :ُٚٞ‬رو‪ ٢‬أفَ روخث‪ ٚ‬اُخ) ‪٣‬ئخز ٓ٘‪ ٚ‬إٔ ٓلِ‪ ٚ‬ك‪ ٢‬حٌُلش ح‪٧‬فِ‪ ٢‬أٓخ ُ‪ ٞ‬أخزش ؽخـ رخسطذحد ٓغِْ ‪ٝ‬آخش‬
‫رزوخث‪ ٚ‬ػِ‪ ٠‬ح‪٩‬عالّ اُ‪ ٠‬حُٔ‪ٞ‬ص ك‪٤‬قِ‪ ٠‬ػِ‪ ٕ٧ ٚ٤‬ح‪٧‬فَ روخإ‪ ٙ‬ػِ‪ ٠‬ح‪٩‬عالّ رقش‪ٝ ١‬طوذّ ػٖ حٌُشد‪ٓ ١‬خ ‪ٞ٣‬حكو‪.ٚ‬‬

‫‪11‬‬
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. K. Ridlwan Qoyyum 1. Ust. Syahrul Munir
2. KH.. Nawawi Asyhari 2. Ust. Anang Muhsin Agus Arif Ridwan Akbar
3. K. Saiful Anwar 3. Ust. M. Masruhan
4. KH. Munawwar Zuhri 4. Ust. Gufron AT NOTULEN
5. Ust. Rohmatulloh
Abu Syamsuddin Sarwan
6. Ust. M. Ahid Yasin
M. Rifa’i Bachrun
7. Ust. Zainul Millah

Memutuskan

1. MEMBICARAKAN ISTIHALAH (Mutakhorrijin 2006)


Deskripsi Masalah
Istihalah menurut definisi yang dipaparkan oleh Syaikh Wahbah az-Zuhaili adalah perubahan
atau peralihan benda najis (ainun najasah) menjadi benda lain, baik berubah dengan sendiri atau
dengan bahan tertentu.
Menurut sebuah keterangan, ketika air liur anjing menetes ke dalam air perasan anggur,
kemudian air tersebut berubah menjadi khomr, hingga akhirnya menjadi cukak, maka kasus ini
bukan termasuk istihalah versi Hanafiyah. Berbeda dengan daging babi yang jatuh ke dalam alat
pembuatan garam, lalu daging terolah menjadi satu dengan garam dan akhirnya menjadi garam,
maka ini termasuk kategori istihalah.1
Contoh 1: Daging Buatan
Kelompok ilmuwan di Maastricht University menggunakan sel-sel punca dari daging sapi
untuk menciptakan daging sapi di laboratorium yang dapat ditingkatkan menjadi pabrik daging
sapi tanpa memerlukan hewan sapi sungguhan. Prosesnya dimulai dengan mencuil sedikit sel sapi
hidup untuk dijadikan cikal bakal pembiakan sel. Sel tersebut kemudian ditumbuhkembangkan
dalam cairan bergizi sehingga menjadi sel-sel daging. Seiring dengan berjalannya waktu, sel-sel
daging itu merajut diri menjadi benang-benang daging sapi. Untuk menjadi satu bongkah daging
hamburger, diperlukan 20.000 benang daging sapi tersebut untuk kemudian dicampur lagi dengan
bumbu-bumbu lazimnya untuk hamburger, semisal garam, bubuk telur, dan remah roti. Secara
biologis, daging sapi tersebut tidak ada bedanya dengan daging sapi cikal bakalnya. (liputan6.com)
Contoh 2: Kosmetik Berbahan Plasenta
Plasenta (dikenal pula dengan istilah ‘ari-ari’) memiliki bobot sekitar 600 g dengan diameter 16-
18 cm, mengandung 200 ml darah yang mengisi cairan spon. Hasil riset menunjukkan bahwa zat-
zat tersebut terbukti cukup efektif untuk merawat kulit, seperti mencegah kerut, mencegah

1 Lihat Kitab Al-fatawa Al-hindiyah juz; 1, hal; 44.

1
penuaan dini dan mempertahankan kesegaran kulit. Bahkan di Jepang dan Switzerland, kolagen
dan plasenta manusia telah lama dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetika.
Dengan Prosesnya, plasenta dibekukan, diproses dengan sinar ultraviolet dan dikemas untuk
konsumsi pasar. (reps.id.com)
Contoh 3: Bakso Babi Keto
Bahan: 100 gr daging babi potong kecil; 1 sdm agar agar plain; 1 butir putih telur; 2 siung
bawang putih dan bawang merah; 4 buah cabai merah; secukupnya garam krosok dan secukupnya
air dingin. Prosesnya: daging, cabai, bawang putih dan merah, putih telur dan 3 sendok makan air
dingin dimasukkan blender lalu diblender sampai halus. Setelah itu, garam dimasukkan dan
diblender lagi, kemudian dibentuk pentol bakso dan direbus. (cookpad.com)
Dari beberapa contoh di atas, tanpa tahu proses pembuatanya, masyarakat pasti menganggap
itu adalah produk halal. Entah karena namanya (tanpa ada kata babi) atau karena bentuk fisiknya
yang seolah tidak mungkin kalau ternyata berbahan dari babi atau benda najis.
Pertanyaan:
Apakah contoh-contoh di atas termasuk praktek istihalah yang menyebabkan benda tersebut
dihukumi suci dan halal versi Hanafiyah?
Jawaban:
Khilaf, menurut Syekh Abu Yusuf tidak termasuk praktek istihalah dan ini yang ihtiyat.
Sedangkan menurut Syekh Muhammad termasuk istihalah jika benda yang dihasilkan dari
contoh-contoh di atas diyakini semua sifat-sifat benda najis atau yang diharamkan telah hilang.

Referensi
1. Al-Fiqhu Al-Islami , vol. 1 , h. 212. 3. Al-Muhith Al-Burhani, vol. 1, h. 145.
2. Ghomzu ‘Uyunil Bashoir, vol. 2 h. 7-10. 4. Dan lain-lain.

212 ‫ـ‬ٚ 1 ‫أوٌطٗ ؾـ‬ٚ ِٟ‫ جٌفمٗ جإلْال‬.1


،‫جْطس‬ٛ‫ح ذ‬ٍٙ١ٍ‫ ذطه‬ٚ‫ أ‬،‫ح‬ٙٓ‫وحٌهٍّ ئيج ضهٍٍص ذٕف‬ٚ ،‫ٌز وَ جٌغُجي ِٓىح‬ٍٚ١ٛ‫جْطس و‬ٛ‫ ذ‬ٚ‫ح أ‬ٙٓ‫ٓ جٌٕؿٓس ذٕف‬١‫ي جٌؼ‬ٛ‫ ضك‬ٞ‫ أ‬:‫جالْطكحٌس‬
ٓ١٠ٚ ،‫ٔح‬ٛ‫حذ‬ٚ ٍٗ‫ص جٌّطٕؿّ ذؿؼ‬٠ٌُ‫ج‬ٚ ،‫حٌ ذحإلقٍجق ٌِحوج‬ٚ ‫ظ ئيج‬ٌٍٚ‫ج‬ٚ ،‫ ِالقس‬ٟ‫لغ ف‬ٚ ‫ جٌىٍد ئيج‬ٚ‫ أ‬،‫حٌش ٍِكح‬ٚ ‫طس ئيج‬١ٌّ‫ج‬ٚ
ٟ‫ي جإلِحَ ِكّى نالفح ألذ‬ٛ‫ً٘ج ػًّ ذم‬ٚ ،ْ‫ٌ جٌُِح‬ٍّٚ‫ي٘د أغٍ٘ح ذ‬ٚ ٌٜ‫ جأل‬ٟ‫جٌٕؿحْس ئيج وفٕص ف‬ٚ ،ٍٖ‫ي٘د أغ‬ٚ ‫ػس ئيج ؾف‬ٌٛ‫جٌرح‬
َ‫ فطٕؼىَ ذحٔؼىج‬،‫فس‬ِٛٚٛ ‫ح جُْ ًٌجش‬ٙٔ‫ أل‬،‫ح ٔؿحْس‬ٙٔٛ‫ نٍؾص ػٓ و‬،‫ح‬ٙ١ٔ‫ِؼح‬ٚ ‫ح‬ٙ‫حف‬ٚٚ‫ضرىٌص أ‬ٚ ‫ ألْ جٌٕؿحْس ئيج جْطكحٌص‬،‫ْف‬ٛ٠
.‫ ذحضفحق جًٌّج٘د‬،‫حٌش وحٌهٍّ ئيج ضهٍٍص‬ٚٚ ،‫ف‬ٌٚٛ‫ج‬
‫س‬١ٍّ‫ وجٌ جٌىطد جٌؼ‬11 -7 ‫ـ‬ٚ 2 ‫جٌٕظحتٍ ؾـ‬ٚ ٖ‫ ٍٖـ جألٖرح‬ٟ‫حتٍ ف‬ٛ‫ْ جٌر‬ٛ١‫ غُّ ػ‬.2
‫جٌىذحغس‬ٚ ،ٓ١‫جٔمالخ جٌؼ‬ٚ ،ٌ‫جٌٕح‬ٚ -‫ أْ لحي‬ٌٝ‫ ج‬:ٍٗ‫ٍجش ٌٍٕؿحْس نّٓس ػ‬ٙ‫جٌّط‬ٚ
‫٘اًج‬ٚ .‫ح‬ٙ‫اف‬ٚٚ ‫ فطراىي‬ٍٜ‫ماس أنا‬١‫ قم‬ٝ‫جْاطكحٌص ئٌا‬ٚ ‫ٓ ضراىٌص‬١‫حٌ ذحٌٕحٌ ٌِاحوج ألْ جٌؼا‬ٚ ‫ظ ئيج‬ٌٍٚ‫ٍ ِح جقطٍق وح‬ٙ‫ط‬٠ ٞ‫ أ‬.‫جٌٕحٌ ئٌم‬ٚ :ٌٗٛ‫ل‬
‫اس‬١‫ٓ ذحل‬١‫جٌؼا‬ٚ ٗ‫اف‬ٚٚ ٟ‫اً فا‬ٛ‫اٍ ئّٔاح ق‬١‫ٍ ِح جقطاٍق ألْ جٌطغ‬ٙ‫ جٌٕحٌ ال ضط‬:‫لحي‬ٚ - ‫ ٌقّٗ هللا‬- ‫ْف‬ٛ٠ ٛ‫نحٌفٗ أذ‬ٚ - ‫ ٌقّٗ هللا‬- ‫ي ِكّى‬ٛ‫ل‬
- ‫ ٌقّاٗ هللا‬- ‫اٗ ِكّاى‬١ٌ‫ِاح ي٘اد ئ‬ٚ ‫اٍ ٍِكاح‬٠ُٕ‫جٌه‬ٚ ‫و‬ْٛ‫ٕح أ‬١٠ ٞ‫حٌش جٌؼًٌز قّأز أ‬ٚ ‫ّح ئيج‬١‫وًج جٌهالف ف‬ٚ .‫ح‬ٙ‫ ٔؿحْط‬ٍٝ‫ح ػ‬ٌٙ‫ ذكح‬ٝ‫رم‬١‫ف‬
ٟ‫ٍٖقٗ جٌٍّى‬ٚ ‫ٓطفحو ِٓ جٌّؿّغ‬٠ ‫وًج‬ٚ ،ٌ‫ جٌّهطح‬ٛ٘
‫س‬١ٍّ‫ وجٌ جٌىطد جٌؼ‬91 ‫ـ‬ٚ 1 ‫ جألذكٍ ؾـ‬ٝ‫ ٍٖـ ٍِطم‬ٟ‫ٍ ف‬ٙٔ‫ ِؿّغ جأل‬.3
‫ ضٍه‬ٍٝ‫ف جٌٕؿحْس ػ‬ٚٚ ‫ ألْ جٌٍٗع ٌضد‬ٜٛ‫ٗ جٌفط‬١ٍ‫ػ‬ٚ ٌ‫ جٌّهطح‬ٛ٘ ‫ٍ ٌِحوج ػٕى ِكّى‬١ٛ٠ ٝ‫جٌؼًٌز ذحٌكٍق قط‬ٚ ‫ظ‬ٌٍٚ‫ ج‬ٛ‫ٍ ٔك‬ٙ‫ط‬٠ ٚ
ٍٙ‫ط‬٠ ‫حٌ نال‬ٚ ‫ئيج‬ٚ ّ‫طٕؿ‬٠ ‫حٌ نٍّج‬ٚ ‫ٍ جٌطحٍ٘ ئيج‬١ٛ‫ أْ جٌؼ‬ٍٜ٠ ‫ف ذحٌىً أال‬١‫ح فى‬ِٙٛٙ‫ أؾُجء ِف‬ٝ‫مس ذحٔطفحء ذؼ‬١‫ جٌكم‬ٟ‫ضٕطف‬ٚ ‫مس‬١‫جٌكم‬
ٟ‫ص ٔؿّ نالفح ألذ‬٠َ ِٓ ‫ٕغ‬ٚ ْٛ‫حذ‬ٚ ‫حٌز‬ٙ‫كىُ ذط‬٠ ‫ ً٘ج‬ٍٝ‫ػ‬ٚ ‫ح‬ٙ١ٍ‫ف جٌٍّضد ػ‬ٌٚٛ‫جي ج‬َٚ ٗ‫ٓططرؼ‬٠ ٓ١‫جضفحلح فؼٍفٕح أْ جْطكحٌس جٌؼ‬
ْ‫ٍجش فاْ وح‬ٙ‫ ِٓ جٌّط‬ٛ٘ٚ ٓ١‫حٌ ٍِكح الٔمالخ جٌؼ‬ٛ‫ جٌٍّّكس ف‬ٟ‫لغ ف‬ٚ ٌ‫ٍ قّح‬ٙ‫ط‬٠ ‫وًج‬ٚ ٗ‫ؾ‬ٚ ِٓ ‫س‬١‫ْف ألْ أؾُجء يٌه جٌٕؿّ ذحل‬ٛ٠
ٟ‫س جٌؼًٌجش ئيج وفٕص ف‬٠ٍ١ٙ‫ جٌظ‬ٟ‫ف‬ٛ‫ْف‬ٛ٠ ٟ‫ٍ ػٕى ِكّى نالفح ألذ‬ٙ‫ط‬٠ ٍ٠ُٕ‫ٍ٘ح وحٌه‬١‫ئْ وحْ ِٓ غ‬ٚ ‫حٌز‬ٙ‫ جٌط‬ٟ‫ِٓ جٌهٍّ فال نالف ف‬
ٍٙ‫ً ضط‬١‫حٌش ضٍجذح ل‬ٚ ٝ‫غ قط‬ِٞٛ
145 ‫ـ‬ٚ 1 ‫ ؾـ‬ٟٔ‫ جٌفمٗ جٌٕؼّح‬ٟ‫ ف‬ٟٔ‫ جٌرٍ٘ح‬١١‫ جٌّك‬.4
‫ئْ وحٔااص جٌغٍرااس ٌٍٍِااحو ال‬ٚ ،َٛ‫ؿاا‬٠ ٌٜ‫ ئْ وحٔااص جٌغٍرااس ٌطااٍجخ جأل‬،ٌٜ‫ ٌِحو٘ااح ذطااٍجخ جأل‬١ٍ‫جنااط‬ٚ ٌٜ‫ جأل‬ٟ‫ فاا‬ٟ‫ئيج جقطٍلااص جٌٕهااً جٌطاا‬ٚ
‫ي٘اد‬ٚ ‫ جٌٕؿحْاس فؿفاص‬ٌٜ‫احذص جأل‬ٚ‫ئيج أ‬ٚ ،‫ٗ جٌغٍراس‬١‫ؼطرٍ ف‬٠ ٌٜ‫ّ ِٓ أؾُجء جأل‬١ٌ ‫ِّح‬ٚ ،‫ٍ جٌٍِحو‬١‫وًٌه جٌطٍجخ ئيج جنطٍطٗ غ‬ٚ ،َٛ‫ؿ‬٠
ْ‫ فاا‬،‫اح‬ٟ٠‫ُّ ذاٗ أ‬١‫َ جٌطا‬ٛ‫ؿا‬٠ ٗ‫ أٔا‬:‫اكحذٕح‬ٚ‫ جذٓ وحِ ػٓ أ‬ٌٜٚٚ ،‫س‬٠‫ج‬ٌٍٚ‫جخ ظحٍ٘ ج‬ٛ‫ ً٘ج ؾ‬،ٗ١ٍ‫الز ػ‬ٌٛ‫َ ج‬ٛ‫ؿ‬٠ٚ ٗ‫ُّ ذ‬١‫َ جٌط‬ٛ‫ؿ‬٠ ‫ ال‬،‫أغٍ٘ح‬
‫س‬١‫ا‬ٟ‫ أْ ل‬:‫جٌفاٍق‬ٚ ،‫ جٌفاٍق‬ٝ‫اس ٔكطاحؼ ئٌا‬٠‫ج‬ٌٍٚ‫ئْ أنأًح ذظاحٍ٘ ج‬ٚ ،‫االز‬ٌٛ‫ٓ ج‬١‫ذا‬ٚ ُّ١‫ٓ جٌطا‬١‫ جٌفاٍق ذا‬ٝ‫س جذٓ وحِ ال ٔكطاحؼ ئٌا‬٠‫ج‬ٍٚ‫أنًٔح ذ‬
‫لاحي‬ٚ ،‫اٍش‬ٙ٠ ٞ‫ ؾفاص فماى يواص» أ‬ٌٜ‫ّاح أ‬٠‫ «أ‬:َ‫اٗ جٌٓاال‬١ٍ‫ لاحي ػ‬،‫ٍ ذحٌؿفحف‬ٙ‫ ضط‬ٌٜ‫الز ألْ جأل‬ٌٛ‫َ ج‬ٛ‫ُّ وّح ضؿ‬١‫َ جٌط‬ٛ‫ؿ‬٠ ْ‫حِ أ‬١‫جٌم‬
ً‫ا‬١ٍ‫ جٌطه‬ٟ‫ٌالْطكحٌس أغٍ ف‬ٚ ،‫ جْطكحٌس جٌٕؿحْس‬ٌٜ‫ؼس جأل‬١‫ر‬٠ ْ‫ يٌه أ‬ٟ‫ ف‬ٕٝ‫جٌّؼ‬ٚ ،ٌٜ‫حٌز جأل‬ٙ٠ ٞ‫ح» أ‬ٙٓ‫ر‬٠ ٌٜ‫ «يوحز جأل‬:َ‫ٗ جٌٓال‬١ٍ‫ػ‬
.ٗ١ٍ‫الز ػ‬ٌٛ‫جَ ج‬ٛ‫ّٕغ ؾ‬٠ ‫ أِح ال‬،‫حٌز‬ٙ‫ّٕغ جٌط‬٠ ‫ئٔٗ ال‬ٚ ‫ً جٌٕؿحْس‬١ٍ‫ ل‬ٝ‫رم‬٠ ًٍ‫طهًٍ ئال أْ ِغ جٌطه‬٠ ٍّ‫وحٌه‬

2
‫‪ .5‬قحٖ‪١‬س جذٓ ػحذى‪ ٓ٠‬ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪315‬‬
‫(ل‪٠ٚ :ٌٗٛ‬ط‪٠َ ٍٙ‬ص ئٌم) لى يوٍ ًٖ٘ جٌّٓأٌس جٌؼالِس لحُْ ف‪ ٟ‬فطح‪ٚ‬جٖ‪ٚ ،‬وًج ِح ْ‪١‬أض‪ِ ٟ‬طٕح ‪ٍٖٚ‬ق‪ٙ‬ح ِٓ ِٓحتً جٌطط‪ ٍ١ٙ‬ذحٔمالخ جٌؼ‪،ٓ١‬‬
‫‪ٚ‬يوٍ جألوٌس ػٍ‪ ٝ‬يٌه ذّح ال ُِ‪٠‬ى ػٍ‪ٚ ،ٗ١‬قمك ‪ٚ‬ولك وّح ٘‪ ٛ‬وأذٗ ‪ٌ -‬قّٗ هللا ضؼحٌ‪ ،- ٝ‬فٍ‪ٍ١‬جؾغ‪ .‬غُ ًٖ٘ جٌّٓأٌس لى فٍػ‪٘ٛ‬ح ػٍ‪ ٝ‬ل‪ٛ‬ي‬
‫ِكّى ذحٌط‪ٙ‬حٌز ذحٔمالخ جٌؼ‪ ٓ١‬جًٌ‪ ٞ‬ػٍ‪ ٗ١‬جٌفط‪ٚ ٜٛ‬جنطحٌٖ أوػٍ جٌّٗح‪٠‬م نالفح ألذ‪ْٛ٠ ٟ‬ف وّح ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪١‬س ‪ٚ‬جٌفطف ‪ٚ‬غ‪ٍّ٘١‬ح‪ٚ .‬ػرحٌز‬
‫جٌّؿطر‪ :ٝ‬ؾؼً جٌى٘ٓ جٌٕؿّ ف‪ٚ ٟ‬حذ‪٠ ْٛ‬فط‪ ٝ‬ذط‪ٙ‬حٌضٗ؛ ألٔٗ ضغ‪ٚ ٍ١‬جٌطغ‪٠ ٍ١‬ط‪ ٍٙ‬ػٕى ِكّى ‪٠ٚ‬فط‪ ٝ‬ذٗ ٌٍرٍ‪ .ٜٛ‬ج٘ـ‪ٚ .‬ظحٍٖ٘ أْ و٘ٓ‬
‫جٌّ‪١‬طس وًٌه ٌطؼر‪ ٍٖ١‬ذحٌٕؿّ و‪ ْٚ‬جٌّطٕؿّ ئال أْ ‪٠‬محي ٘‪ ٛ‬نح٘ ذحٌٕؿّ؛ ألْ جٌؼحوز ف‪ ٟ‬جٌ‪ٛ‬حذ‪ٞٚ ْٛ‬غ جٌُ‪٠‬ص و‪ ْٚ‬ذم‪١‬س جألو٘حْ ضأًِ‪،‬‬
‫غُ ٌأ‪٠‬ص ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪١‬س ِح ‪٠‬إ‪٠‬ى جأل‪ٚ‬ي ق‪١‬ع لحي‪ٚ :‬ػٍ‪٠ ٗ١‬طفٍع ِح ٌ‪ٚ ٛ‬لغ ئٔٓحْ أ‪ ٚ‬وٍد ف‪ ٟ‬لىٌ جٌ‪ٛ‬حذ‪ ْٛ‬ف‪ٛ‬حٌ ‪ٚ‬حذ‪ٔٛ‬ح ‪٠‬ى‪٠ ْٛ‬حٍ٘ج‬
‫ٌطرىي جٌكم‪١‬مس‪ .‬ج٘ـ‪ .‬غُ جػٍُ أْ جٌؼٍس ػٕى ِكّى ٘‪ ٟ‬جٌطغ‪ٚ ٍ١‬جٔمالخ جٌكم‪١‬مس ‪ٚ‬أٔٗ ‪٠‬فط‪ ٝ‬ذٗ ٌٍرٍ‪ ٜٛ‬وّح ػٍُ ِّح ٍِ‪ِٚ ،‬مط‪ٟ‬حٖ ػىَ‬
‫جنط‪ٛ‬ح٘ يٌه جٌكىُ ذحٌ‪ٛ‬حذ‪ ،ْٛ‬ف‪١‬ىنً ف‪ ٗ١‬وً ِح وحْ ف‪ ٗ١‬ضغ‪ٚ ٍ١‬جٔمالخ قم‪١‬مس ‪ٚ‬وحْ ف‪ ٗ١‬ذٍ‪ ٜٛ‬ػحِس‪ ،‬ف‪١‬محي‪ :‬وًٌه ف‪ ٟ‬جٌىذّ جٌّطر‪ٛ‬ل‬
‫ئيج وحْ َذ‪١‬رٗ ِطٕؿٓح ‪ٚ‬ال ْ‪ّ١‬ح أْ جٌفأٌ ‪٠‬ىنٍٗ ف‪١‬ر‪ٛ‬ي ‪٠ٚ‬رؼٍ ف‪ٚ ٗ١‬لى ‪ّٛ٠‬ش ف‪ٚ ،ٗ١‬لى ذكع وًٌه ذؼ‪ٛ١ٖ ٝ‬ل ِٗح‪٠‬هٕح فمحي‪ٚ :‬ػٍ‪ً٘ ٝ‬ج‬
‫ئيج ضٕؿّ جٌُّٓٓ غُ ‪ٚ‬حٌ ‪٠‬ك‪ٕ١‬س ‪٠‬ط‪ ،ٍٙ‬ن‪ٚٛٛ‬ح ‪ٚ‬لى ػّص ذٗ جٌرٍ‪ٚ ٜٛ‬لحْٗ ػٍ‪ِ ٝ‬ح ئيج ‪ٚ‬لغ ػ‪ٛ‬ف‪ ٌٛ‬ف‪ ٟ‬ذثٍ قط‪ٚ ٝ‬حٌ ‪ٕ١٠‬ح ال ‪ٍَُ٠‬‬
‫ئنٍجؾٗ الْطكحٌطٗ‪ .‬لٍص‪ٌ :‬ىٓ لى ‪٠‬محي‪ :‬ئْ جٌىذّ ٌ‪ ّ١‬ف‪ ٗ١‬جٔمالخ قم‪١‬مس؛ ألٔٗ ػ‪ ٍ١ٛ‬ؾّى ذحٌطرم؛ ‪ٚ‬وًج جٌُّٓٓ ئيج وٌِ ‪ٚ‬جنطٍ‪ ١‬وٕ٘ٗ‬
‫ذأؾُجتٗ فف‪ ٗ١‬ضغ‪ٚٚ ٍ١‬ف فم‪١‬؛ وٍرٓ ‪ٚ‬حٌ ؾرٕح‪ٚ ،‬ذٍ ‪ٚ‬حٌ ‪٠‬ك‪ٕ١‬ح‪٠ٚ ،‬ك‪ٚ ٓ١‬حٌ نرُج؛ ذهالف ٔك‪ ٛ‬نٍّ ‪ٚ‬حٌ نال ‪ٚ‬قّحٌ ‪ٚ‬لغ ف‪ٍِّ ٟ‬كس‬
‫ف‪ٛ‬حٌ ٍِكح‪ٚ ،‬وًج وٌو‪ ٞ‬نٍّ ‪ٚ‬حٌ ‪ٍ١٠ٍ٠‬ج ‪ٚ‬ػًٌز ‪ٚ‬حٌش ٌِحوج أ‪ ٚ‬قّأز‪ ،‬فاْ يٌه وٍٗ جٔمالخ قم‪١‬مس ئٌ‪ ٝ‬قم‪١‬مس أنٍ‪ ٜ‬ال ِؿٍو جٔمالخ‬
‫‪ٚٚ‬ف وّح ْ‪١‬أض‪ٚ - ٟ‬هللا أػٍُ‬
‫‪ .6‬جٌفطح‪ ٜٚ‬جٌ‪ٕٙ‬ى‪٠‬س ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪44‬‬
‫‪ٚ‬ئيج ‪ٚ‬د جٌهٍّ ف‪ ٟ‬جٌٍّلس غُ جٌهً ئْ ‪ٚ‬حٌش جٌٍّلس وحٌهً ف‪ ٟ‬جٌكّ‪ٞٛ‬س ‪ٍٙ٠‬ش ٘ىًج ف‪ ٟ‬جٌظ‪٠ٍ١ٙ‬س فأٌز ‪ٚ‬لؼص ف‪ ٟ‬جٌهٍّ غُ جْطهٍؾص‬
‫لرً جٌطفطص غُ ‪ٚ‬حٌش نال ال ذأِ ذأوٍٗ ‪ٚ‬ئْ ضفٓهص ف‪ ٟ‬جٌهٍّ غُ جْطهٍؾص غُ ‪ٚ‬حٌ جٌهٍّ نال ال ‪٠‬كً أوٍٗ ‪ٚ‬وًج جٌىٍد ئيج ‪ٌٚ‬غ ف‪ٟ‬‬
‫ػ‪ ٍ١ٛ‬غُ ضهٍّ غُ ضهًٍ ال ‪٠‬كً أوٍٗ ألْ ٌؼحخ جٌىٍد لحتُ ف‪ٚ ٗ١‬ئٔٗ ال ‪ ٍ١ٛ٠‬نال وًج ف‪ ٟ‬فطح‪ ٜٚ‬لح‪ ٟٞ‬نحْ ‪ٚ‬وًج ئيج ‪ٚ‬لغ جٌر‪ٛ‬ي ف‪ ٟ‬جٌهٍّ‬
‫غُ ضهًٍ ٘ىًج ف‪ ٟ‬جٌهال‪ٚ‬س جٌهً جٌٕؿّ ئيج ‪ٚ‬د ف‪ ٟ‬نٍّ ف‪ٛ‬حٌ نال ‪٠‬ى‪ٔ ْٛ‬ؿٓح ألْ جٌٕؿّ ٌُ ‪٠‬طغ‪ٍ١‬‬
‫‪ .7‬جٌّ‪ْٛٛ‬ػس جٌفم‪١ٙ‬س جٌى‪٠ٛ‬ط‪١‬س ؾـ ‪ٚ 11‬ـ ‪278‬‬
‫جالْطكحٌس‪ِ ِٓ :‬ؼحٔ‪ ٟ‬جالْطكحٌس ٌغس‪ :‬ضغ‪ ٍ١‬جٌٗ‪ٟ‬ء ػٓ ‪٠‬رؼٗ ‪ٚٚٚ‬فٗ‪ ،‬أ‪ ٚ‬ػىَ جإلِىحْ‪ .‬فحالْطكحٌس لى ضى‪ ْٛ‬ذّؼٕ‪ ٝ‬جٌطك‪ٛ‬ي‪ ،‬وحْطكحٌس‬
‫جألػ‪١‬حْ جٌٕؿٓس ِٓ جٌؼًٌز ‪ٚ‬جٌهٍّ ‪ٚ‬جٌهُٕ‪ٚ ٍ٠‬ضك‪ٌٙٛ‬ح ػٓ أػ‪١‬حٔ‪ٙ‬ح ‪ٚ‬ضغ‪ ٍ١‬أ‪ٚٚ‬حف‪ٙ‬ح‪ٚ ،‬يٌه ذحالقطٍجق‪ ،‬أ‪ ٚ‬ذحٌطهٍ‪ ،ً١‬أ‪ ٚ‬ذحٌ‪ٛ‬ل‪ٛ‬ع ف‪ٟٖ ٟ‬ء‪،‬‬
‫وّح ْ‪١‬أض‪ ٟ‬ضف‪.ٍٗ١ٛ‬أقىحَ جٌطك‪ٛ‬ي‪ٌٍ:‬طك‪ٛ‬ي أقىحَ ضؼطٍ‪ ٟ٘ٚ ،ٗ٠‬ضهطٍف ذحنطالف ِ‪ٛ‬ج‪ٕٙ٠‬ح‪ ،‬أّ٘‪ٙ‬ح ِح ‪:ٍٟ٠‬أ ‪ -‬ضك‪ٛ‬ي جٌؼ‪ٚ ٓ١‬أغٍٖ ف‪ ٟ‬جٌط‪ٙ‬حٌز‬
‫‪ٚ‬جٌكً‪ :‬ي٘د جٌكٕف‪١‬س ‪ٚ‬جٌّحٌى‪١‬س‪ٌٚ ٛ٘ٚ ،‬ج‪٠‬س ػٓ أقّى ئٌ‪ :ٝ‬أْ ٔؿّ جٌؼ‪٠ ٓ١‬ط‪ ٍٙ‬ذحالْطكحٌس‪ ،‬فٍِحو جٌٕؿّ ال ‪٠‬ى‪ٔ ْٛ‬ؿٓح‪ٚ ،‬ال ‪٠‬ؼطرٍ‬
‫ٔؿٓح ٍِف وحْ قّحٌج أ‪ ٚ‬نُٕ‪ٍ٠‬ج أ‪ ٚ‬غ‪ٍّ٘١‬ح‪ٚ ،‬ال ٔؿّ ‪ٚ‬لغ ف‪ ٟ‬ذثٍ ف‪ٛ‬حٌ ‪ٕ١٠‬ح‪ٚ ،‬وًٌه جٌهٍّ ئيج ‪ٚ‬حٌش نال ْ‪ٛ‬جء ذٕفٓ‪ٙ‬ح أ‪ ٚ‬ذفؼً‬
‫ئٔٓحْ أ‪ ٚ‬غ‪ ،ٍٖ١‬الٔمالخ جٌؼ‪ٚ ،ٓ١‬ألْ جٌٍٗع ٌضد ‪ٚٚ‬ف جٌٕؿحْس ػٍ‪ ٝ‬ضٍه جٌكم‪١‬مس‪ ،‬ف‪ٕ١‬طف‪ ٟ‬ذحٔطمحت‪ٙ‬ح‪ .‬فايج ‪ٚ‬حٌ جٌؼظُ ‪ٚ‬جٌٍكُ ٍِكح أنًج‬
‫قىُ جٌٍّف؛ ألْ جٌٍّف غ‪ ٍ١‬جٌؼظُ ‪ٚ‬جٌٍكُ‪ٔٚ.‬ظحتٍ يٌه ف‪ ٟ‬جٌٍٗع وػ‪ٍ١‬ز ِٕ‪ٙ‬ح‪ :‬جٌؼٍمس فأ‪ٙ‬ح ٔؿٓس‪ ،‬فايج ضك‪ٌٛ‬ص ئٌ‪ ٝ‬جٌّ‪ٟ‬غس ضط‪،ٍٙ‬‬
‫‪ٚ‬جٌؼ‪٠ ٍ١ٛ‬حٍ٘ فايج ضك‪ٛ‬ي نٍّج ‪ٕ٠‬ؿّ‪.‬ف‪١‬طر‪ً٘ ِٓ ٓ١‬ج‪ :‬أْ جْطكحٌس جٌؼ‪ ٓ١‬ضٓططرغ َ‪ٚ‬جي جٌ‪ٚٛ‬ف جٌٍّضد ػٍ‪ٙ١‬ح‪ٚ .‬جأل‪ ًٚ‬ػٕى جٌٗحفؼ‪١‬س‪،‬‬
‫‪ٚ‬جٌكٕحذٍس ف‪ ٟ‬ظحٍ٘ جًٌّ٘د‪ :‬أْ ٔؿّ جٌؼ‪ ٓ١‬ال ‪٠‬ط‪ ٍٙ‬ذحالْطكحٌس‪ ،‬فحٌىٍد أ‪ ٚ‬غ‪ٍ٠ ٍٖ١‬م‪ ٝ‬ف‪ ٟ‬جٌّالقس ف‪ٍِ ٍ١ٛ١‬كح‪ٚ ،‬جٌىنحْ جٌّط‪ٛ‬حػى ِٓ‬
‫‪ٚ‬ل‪ٛ‬و جٌٕؿحْس‪ٚ ،‬وًٌه جٌرهحٌ جٌّط‪ٛ‬حػى ِٕ‪ٙ‬ح ئيج جؾطّؼص ِٕٗ ٔىج‪ٚ‬ز ػٍ‪ ٝ‬ؾُٓ ‪ٚ‬م‪ ،ً١‬غُ لطٍ‪ٔ ،‬ؿّ‪ .‬غُ جْطػٕ‪ٛ‬ج ِٓ يٌه جٌهٍّ ئيج‬
‫جٔمٍرص ذٕفٓ‪ٙ‬ح نال فطط‪ ٍٙ‬ذحٌطهًٍ؛ ألْ ػٍس جٌٕؿحْس جإلْىحٌ ‪ٚ‬لى َجٌص‪ٚ ،‬ألْ جٌؼ‪ ٍ١ٛ‬ال ‪٠‬طهًٍ ئال ذؼى جٌطهٍّ غحٌرح‪ ،‬فٍ‪٠ ٌُ ٛ‬كىُ‬
‫ذحٌط‪ٙ‬حٌز ضؼًٌ جٌك‪ٛٛ‬ي ػٍ‪ ٝ‬جٌهً‪ ٛ٘ٚ ،‬قالي ذحإلؾّحع‪.‬‬
‫‪ٍٖ .8‬ـ فطف جٌمى‪ ٍ٠‬ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪211‬‬
‫‪ٚ‬آنٍ ِهطٍف ف‪ ٗ١‬ذ‪ ٓ١‬أذ‪ْٛ٠ ٝ‬ف ‪ِٚ‬كّى ‪ ٛ٘ٚ‬ذحٔمالخ جٌؼ‪ ٓ١‬ف‪ ٟ‬غ‪ ٍ١‬جٌهٍّ وحٌهُٕ‪ٚ ٍ٠‬جٌّ‪١‬طس ضمغ ف‪ ٟ‬جٌٍّّكس فط‪ٍِ ٍ١ٛ‬كح ضإوً‬
‫‪ٚ‬جٌٍٓل‪ٚ ٓ١‬جٌؼًٌز ضكطٍق فط‪ٌِ ٍ١ٛ‬حوج ضط‪ ٍٙ‬ػٕى ِكّى نالفح ألذ‪ْٛ٠ ٝ‬ف ‪ٚ‬والَ جٌّ‪ٕٛ‬ف ف‪ ٟ‬جٌطٕؿّ ظحٍ٘ ف‪ ٟ‬جنط‪١‬حٌ ل‪ٛ‬ي أذ‪ْٛ٠ ٝ‬ف‬
‫لحي نٗرس أ‪ٚ‬حذ‪ٙ‬ح ذ‪ٛ‬ي فحقطٍلص ‪ٚٚ‬لغ ٌِحو٘ح ف‪ ٟ‬ذثٍ ‪٠‬فٓى جٌّحء ‪ٚ‬وًٌه ٌِحو جٌؼًٌز ‪ٚ‬وًج جٌكّحٌ ئيج ِحش ف‪ٍِّ ٟ‬كس ال ‪٠‬إوً جٌٍّف ‪ً٘ٚ‬ج‬
‫وٍٗ ل‪ٛ‬ي أذ‪ْٛ٠ ٝ‬ف نالفح ٌّكّى ألْ جٌٍِحو أؾُجء ضٍه جٌٕؿحْس فطرم‪ ٝ‬جٌٕؿحْس ِٓ ‪ٚ‬ؾٗ فحٌطكمص ذحٌٕؿّ ِٓ وً ‪ٚ‬ؾٗ جقط‪١‬ح‪٠‬ح جٔط‪ٝٙ‬‬
‫‪ٚ‬وػ‪ ِٓ ٍ١‬جٌّٗح‪٠‬م جنطحٌ‪ٚ‬ج ل‪ٛ‬ي ِكّى ‪ ٛ٘ٚ‬جٌّهطحٌ ألْ جٌٍٗع ٌضد ‪ٚٚ‬ف جٌٕؿحْس ػٍ‪ ٝ‬ضٍه جٌكم‪١‬مس ‪ٚ‬ضٕطف‪ ٟ‬جٌكم‪١‬مس ذحٔطفحء ذؼ‪ٝ‬‬
‫أؾُجء ِف‪ِٙٛٙ‬ح فى‪١‬ف ذحٌىً فاْ جٌٍّف غ‪ ٍ١‬جٌؼظُ ‪ٚ‬جٌٍكُ فايج ‪ٚ‬حٌ ٍِكح ضٍضد قىُ جٌٍّف ‪ٔٚ‬ظ‪ ٍٖ١‬ف‪ ٟ‬جٌٍٗع جٌٕطفس ٔؿٓس ‪ٚ‬ض‪ ٍ١ٛ‬ػٍمس‬
‫‪ٔ ٟ٘ٚ‬ؿٓس ‪ٚ‬ض‪ِٟ ٍ١ٛ‬غس فطط‪ٚ ٍٙ‬جٌؼ‪٠ ٍ١ٛ‬حٍ٘ ف‪ ٍ١ٛ١‬نٍّج ف‪ٕ١‬ؿّ ‪ ٍ١ٛ٠ٚ‬نال ف‪١‬ظ‪ ٍٙ‬فؼٍفٕح أْ جْطكحٌس جٌؼ‪ ٓ١‬ضٓططرغ َ‪ٚ‬جي‬
‫جٌ‪ٚٛ‬ف جٌٍّضد ػٍ‪ٙ١‬ح ‪ٚ‬ػٍ‪ ٝ‬ل‪ٛ‬ي ِكّى فٍػ‪ٛ‬ج جٌكىُ ذط‪ٙ‬حٌز ‪ٚ‬حذ‪ٕٚ ْٛ‬غ ِٓ َ‪٠‬ص ٔؿّ ‪ٚ‬فٍع ذؼ‪ ُٟٙ‬ػٍ‪ ٗ١‬أْ جٌّحء ‪ٚ‬جٌطٍجخ‬
‫جٌٕؿٓ‪ ٓ١‬ئيج جنطٍ‪ٚ ١‬ق‪ ًٛ‬جٌط‪ ٓ١‬وحْ جٌط‪٠ ٓ١‬حٍ٘ج ألٔٗ ‪ٚ‬حٌ ٖ‪١‬ثح آنٍ ‪ً٘ٚ‬ج ذؼ‪١‬ى فمى جنطٍف ف‪ّ١‬ح ٌ‪ ٛ‬وحْ أقىّ٘ح ‪٠‬حٍ٘ج فم‪ ً١‬جٌؼرٍز‬
‫ٌٍّحء ئْ وحْ ٔؿٓح فحٌط‪ٔ ٓ١‬ؿّ ‪ٚ‬ئال فطحٍ٘ ‪ٚ‬ل‪ٌٍ ً١‬طٍجخ ‪ٚ‬ل‪ٌٍ ً١‬غحٌد ‪ٚ‬جألوػٍ ػٍ‪ ٝ‬أْ أ‪ّٙ٠‬ح وحْ ‪٠‬حٍ٘ج فحٌط‪٠ ٓ١‬حٍ٘ فأً٘ ًٖ٘ جألل‪ٛ‬جي‬
‫وٍ‪ٙ‬ح ػٍ‪ٔ ٝ‬ؿحْطٗ ئيج وحْ ٔؿٓ‪ ٓ١‬ذهالف ل‪ ٌُٙٛ‬ف‪ ٟ‬جٌط‪ ٓ١‬جٌّؼؿ‪ ْٛ‬ذطرٓ ٔؿّ ذحٌط‪ٙ‬حٌز ف‪ ٍٝٛ١‬ف‪ ٟ‬جٌّىحْ جٌّط‪ ٓ١‬ذٗ ‪ٚ‬ال ‪ٕ٠‬ؿّ جٌػ‪ٛ‬خ‬
‫جٌّرٍ‪ٛ‬ي ئيج ٍٔٗ ػٍ‪ ٗ١‬ألْ يٌه ئيج ٌُ ‪ ٍ٠‬ػ‪ ٓ١‬جٌطرٓ ال ئيج ٌؤ‪٠‬ص ‪ٚ‬ػٍٍٗ ف‪ ٟ‬جٌطؿٕ‪ ّ١‬ذأْ جٌطرٓ ِٓط‪ٍٙ‬ه ئيج ٌُ ضٍ ػ‪ ٕٗ١‬ذهالف ِح ئيج ٌؤ‪٠‬ص‬
‫غُ لحي ‪ٚ‬ئْ ضٍ ‪٠‬رحػح ٔؿٓح جٔط‪ٚ ٝٙ‬وأٔٗ ذٕحء ػٍ‪ ٝ‬ئقى‪ ٜ‬جٌٍ‪ٚ‬ج‪٠‬ط‪ ٓ١‬ف‪ ٟ‬أِػحٌٗ ‪ٚ‬لحي لرٍٗ ف‪ ٟ‬ػالِس جٌٕ‪ٛ‬جَي ئيج ُٔـ جٌّحء جٌٕؿّ ِٓ ذثٍ‬
‫وٍٖ أْ ‪٠‬رً ذٗ جٌط‪١ٌ ٓ١‬ط‪ ٓ١‬ذٗ جٌّٓؿى أ‪ ٚ‬أٌ‪ ٗٞ‬ألْ جٌط‪ٔ ٍ١ٛ٠ ٓ١‬ؿٓح ‪ٚ‬ئْ وحْ جٌرثٍ ‪٠‬حٍ٘ج ضٍؾ‪١‬كح ٌٍٕؿحْس جقط‪١‬ح‪٠‬ح ذؼى ئي ال ‪ٌٍٚٞ‬ز‬
‫ئٌ‪ ٝ‬ئْمح‪ ٠‬جػطرحٌ٘ح ذهالف جٌٍٓل‪ ٓ١‬ئيج ؾؼً ف‪ ٟ‬جٌط‪ٌٍ ٓ١‬طط‪ ٓ١١‬ألْ ف‪ٌٍٚٞ ٗ١‬ز ئٌ‪ ٝ‬ئْمح‪ ٠‬جػطرحٌٖ ئي يٌه جٌٕ‪ٛ‬ع ال ‪٠‬ط‪١ٙ‬أ ئال ذًٌه فؼٍفٕح‬
‫ٌأ‪ ٞ‬جٌّ‪ٕٛ‬ف ف‪ً٘ ٟ‬ج ئي ٌُ ‪٠‬طؼمرٗ وّح ٘‪ٖ ٛ‬أٔٗ ف‪ّ١‬ح ‪٠‬هحٌف ِهطحٌٖ ‪ٚ‬ف‪ ٟ‬جٌهال‪ٚ‬س جٌؼرٍز ٌٍٕؿّ ِٕ‪ّٙ‬ح أ‪ّٙ٠‬ح وحْ ٔؿٓح فحٌط‪ٔ ٓ١‬ؿّ‬
‫‪ٚ‬ذٗ أنً جٌفم‪ ٗ١‬أذ‪ ٛ‬جٌٍ‪١‬ع ‪ٚ‬وًج ٌ‪ ٜٚ‬ػٓ أذ‪ْٛ٠ ٟ‬ف ‪ٚ‬لحي ِكّى ذٓ ْالَ أ‪ّٙ٠‬ح وحْ ‪٠‬حٍ٘ج فحٌط‪٠ ٓ١‬حٍ٘ ً٘ج ل‪ٛ‬ي ِكّى ق‪١‬ع ‪ٚ‬حٌ ٖ‪١‬ثح‬
‫آنٍ‪.‬‬
‫‪ .9‬جٌفمٗ جإلْالِ‪ٚ ٟ‬أوٌطٗ ٌٍُق‪ ٍٟ١‬ؾـ ‪ٚ 7‬ـ ‪5263‬‬
‫ال‪٠‬ؿاا‪ َٛ‬ضٕااح‪ٚ‬ي جٌّاا‪ٛ‬جو جٌغًجت‪١‬ااس جٌطاا‪ ٟ‬ضكطاا‪ ٞٛ‬ػٍاا‪ٓٔ ٝ‬اارس ِاآ جٌهّاا‪ِّٙ ٌٛ‬ااح وحٔااص ‪ٞ‬ااث‪ٍ١‬س‪ٚ ،‬الْاا‪ّ١‬ح جٌٗااحتؼس فاا‪ ٟ‬جٌاارالو جٌغٍذ‪١‬ااس واارؼ‪ٝ‬‬
‫جٌٗ‪ٛ‬و‪ٛ‬الضٗ ‪ٚ‬ذؼ‪ ٝ‬أٔ‪ٛ‬جع جٌّػٍؿاحش (ج‪٠٢‬اّ واٍ‪ ،ُ٠‬جٌؿ‪١‬الضا‪ ،ٟ‬جٌر‪ٛ‬ظاس) ‪ٚ‬ذؼا‪ ٝ‬جٌّٗاٍ‪ٚ‬ذحش جٌغحَ‪٠‬اس‪ ،‬جػطراحٌج ٌأل‪ٚ‬اً جٌٗاٍػ‪ ٟ‬فا‪ ٟ‬أْ ِاح‬
‫أْىٍوػ‪ ٍٖ١‬فمٍ‪ ٍٗ١‬قٍجَ‪ٌٚ ،‬ؼىَ ل‪١‬حَ ِ‪ٛ‬ؾد ٍٖػ‪ ٟ‬جْطػٕحت‪ٌٍ ٟ‬طٍن‪ ٙ١‬ف‪ٙ١‬ح‪ .‬جٌّ‪ٛ‬جو جٌغًجت‪١‬س جٌط‪ٓ٠ ٟ‬طؼًّ فا‪ ٟ‬ض‪ٛ‬إ‪١‬ؼ‪ٙ‬ح ٔٓارس ‪ٞ‬اث‪ٍ١‬س ِآ‬
‫جٌىك‪ٛ‬ي إليجذس ذؼ‪ ٝ‬جٌّ‪ٛ‬جو جٌط‪ ٟ‬الضً‪ٚ‬خ ذحٌّحء ِٓ ٍِ‪ٔٛ‬حش ‪ٚ‬قحفظحش ‪ِٚ‬اح ئٌا‪ ٝ‬يٌاه‪٠ ،‬ؿا‪ َٛ‬ضٕح‪ٌٙٚ‬اح ٌؼّا‪ َٛ‬جٌرٍا‪ٌٚ ٜٛ‬طرهاٍ ِؼظاُ جٌىكا‪ٛ‬ي‬
‫جٌّ‪ٟ‬حف أغٕحء ض‪١ٕٛ‬غ جٌغًجء‪.‬‬

‫‪3‬‬
‫جٌُذاى‬ٚ ّٓ‫جٌٓا‬ٚ ٓ٘‫جٌاى‬ٚ ‫اص‬٠ٌُ‫جع ج‬ٛ‫ أٔا‬ٝ‫ذؼا‬ٚ ْ‫ جألؾرح‬ٝ‫ٕٗ ِػً ذؼ‬١‫ْ جْطكحٌس ػ‬ٚ‫ح و‬ٙ‫ر‬١‫ ضٍو‬ٟ‫ٍ ف‬٠ُٕ‫ىنً ٖكُ جٌه‬٠ ٟ‫س جٌط‬١‫جو جٌغًجت‬ٌّٛ‫ج‬
ُ‫ ٔؿحْااس ٖااك‬ٝ‫ جػطرااحٌج إلؾّاحع أ٘ااً جٌؼٍااُ ػٍا‬،‫ااح ِطٍماح‬ٍٙ‫كااً أو‬٠‫ال‬ٚ ‫ ِكٍِاس‬ٟ‫ ٘اا‬،ُ٠ٍ‫ااّ وا‬٠٢‫ج‬ٚ ٗ‫الض‬ٛ‫و‬ٛ‫جٌٗاا‬ٚ ‫ص‬٠ٛ‫جع جٌرٓاى‬ٛ‫ أٔاا‬ٝ‫ذؼا‬ٚ
ٗ‫ ذاا‬ٞٚ‫ جٌطااىج‬ٍٞ‫ جٌٓااى‬ٝ‫اا‬ٌٍّٞ ‫رااحـ‬٠ ‫ جٌّٕٗااأ‬ٍٞ‫اا‬٠ُٕ‫ٓ جٌه‬١ٌٛ‫ جإلٔٓاا‬.‫جو‬ٛ‫ي ٘ااًٖ جٌّاا‬ٚ‫ ضٕااح‬ٝ‫ااطٍجٌ ئٌاا‬ٞ‫الٔطفااحء جال‬ٚ ،ٗ‫ػااىَ قااً أوٍاا‬ٚ ٍ‫اا‬٠ُٕ‫جٌه‬
.‫س‬١‫ح جٌٍٗػ‬ٙ‫جذط‬ٟٛ‫ٌز ذ‬ٌٍٍٟٚ
‫جو‬ٛ‫ي جٌّا‬ٛ‫ضك‬ٚ ،‫حٍ٘ز‬٠ ‫جو‬ِٛ ٌٝ‫ جٌّطٕؿٓس ئ‬ٚ‫جو جٌٕؿٓس أ‬ٌّٛ‫ي ج‬ٛ‫ضك‬ ّ ‫ح‬ٙ‫فحض‬ٚ ٟ‫ٍ٘ح ف‬٠‫ ضغح‬ٍٜ‫ٓ أن‬١‫ ػ‬ٌٝ‫ٓ ئ‬١‫ جٔمالخ جٌؼ‬ٟٕ‫ ضؼ‬ٟ‫جالْطكحٌس جٌط‬
ٗ‫أوٍا‬ٚ ٍ٘‫اح‬٠ :ٌٖ‫ضاح‬ٚ‫أ‬ٚ ٖ‫ؾٍاى‬ٚ ّ‫جْ جٌإؿ‬ٛ‫ا‬١‫ْ ِٓ جْطكحٌس ػظاُ جٌك‬ٛ‫ٓ جٌّطى‬١‫الض‬١‫ جٌؿ‬- ‫أ‬:‫ يٌه‬ٍٝ‫ذٕحء ػ‬ٚ .‫جو ِرحقس ٍٖػح‬ِٛ ٌٝ‫جٌّكٍِس ئ‬
ً‫ جٌؿرٓ جٌّٕؼماى ذفؼا‬- ‫ؼ‬.ٌٗ‫َ جْطؼّح‬ٛ‫ؿ‬٠ٚ ‫حٍ٘ج ذطٍه جالْطكحٌس‬٠ٍ١ٛ٠ ‫طس‬١ٌّ‫ ج‬ٚ‫ٍ أ‬٠ُٕ‫ٕطؽ ِٓ جْطكحٌس ٖكُ جٌه‬٠ ًٌٞ‫ْ ج‬ٛ‫حذ‬ٌٛ‫ ج‬- ‫خ‬.‫قالي‬
ٍ‫ا‬٠ُٕ‫اح ٖاكُ جٌه‬ٙ‫ر‬١‫ ضٍو‬ٟ‫اىنً فا‬٠ ٟ‫اً جٌطا‬١ّ‫جو جٌطؿ‬ٛ‫ِا‬ٚ ‫ّاحش‬٠ٍ‫جٌى‬ٚ ُ٘‫ جٌّاٍج‬- ‫ و‬.ٗ‫ٌا‬ٚ‫َ ضٕح‬ٛ‫ؿ‬٠ٚ ،ٍ٘‫ح‬٠ ُ‫ي جٌٍك‬ٛ‫جْ جٌّأو‬ٛ١‫طس جٌك‬١ِ ‫ئٔفكس‬
‫ ٔؿٓس‬ٟٙ‫طكمك يٌه ف‬٠ ٌُ ‫ أِح ئيج‬.ٕٗ١‫جٔمالخ ػ‬ٚ ُ‫ح جْطكحٌس جٌٗك‬ٙ١‫ح ئال ئيج ضكممص ف‬ٌٙ‫َ جْطؼّح‬ٛ‫ؿ‬٠‫ال‬

Jalsah Tsani
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. K. Ridlwan Qoyyum 1. Ust. Syahrul Munir
2. KH. Nawawi Asyhari 2. Ust. Anang Muhsin Ust. Zainul Millah
3. K. Saiful Anwar 3. Agus Arif Ridwan Akbar
4. KH. Munawwar Zuhri 4. Ust. M. Masruhan NOTULEN
5. Ust. Gufron AT
6. Ust. Rohmatulloh Abu Syamsuddin Sarwan
7. Ust. M. Ahid Yasin M. Rifa’i Bachrun

Memutuskan

2. MUSAFIR SHALAT FARDHU DI KERETA API (Mutakhorrijin 2016 & MA-IV)


Deskripsi Masalah
Bepergian sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sarana
transportasi umum yang nyaman dan memadai membuat masyarakat lebih memilih
menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi. Namun, minimnya pengetahuan
agama pengelola sarana transportasi, sering kali menimbulkan berbagai dilema.
Sebut saja Kang Maman, seorang santri yang ingin mudik pulang kampung dengan Kereta Api.
Setelah membeli tiket secara online, ia pun berangkat untuk mudik ke kampung halaman. Namun,
ia kebingungan dengan cara shalat yang harus ia lakukan. Karena menurutnya, syarat shalat
menghadap kiblat sangat sulit dipraktekkan, mengingat Kereta Api tidak selalu menghadap kiblat.
Begitu juga syarat berdiri, walaupun mungkin untuk dipraktekkan, namun cukup sulit lantaran
goncangan yang terjadi di dalam kereta. Belum lagi ketika berdiri ia merasa malu dilihat oleh
parapenumpang. Akhirnya, ia memutuskan shalat dengan duduk.
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum shalat fardhu dalam Kereta Api yang dilaksanakan tanpa berdiri dengan
pertimbangan sebagaimana dalam deskripsi?
Jawaban:
a. Diperbolehkan jika sampai pada taraf masaqqoh yang tidak bisa ditanggung secara adatnya
(masyaqqoh la tuhtamalu ‘adatan) atau masaqqoh yang diperbolehkan melakukan tayamum
(masyaqqoh mubihut tayamum). Sedangkan jika sampai pada taraf yang menghilangkan
kekhusyuan sholat maka ulama terjadi khilaf:
 Menurut Imam Ibnu hajar tidak diperbolehkan.
 Menurut imam Romli diperbolekan.
 Menurut Imam Syarqowi diperbolehkan meskipun hanya menghilangkan kesempurnaan
khusyu’ (kamalul khusyu’).
Sedangkan rasa malu tidak dipertimbangkan.

4
‫‪Catatan:‬‬
‫‪Adapun tata cara sholat dalam Kereta Api adalah wajib melaksanakan rukun dan syarat sholat‬‬
‫‪secara sempurna seperti menghadap kiblat, ruku’, sujud dan lain-lain jika mampu, jika tidak, maka‬‬
‫‪melaksanakan rukun dan syarat sholat semampunya meskipun dengan isyaroh dalam rangka‬‬
‫‪sholat li hurmatil wakti.‬‬
‫‪Sedangkan kewajiban mengqodho`inya diperinci sebagai berikut:‬‬
‫;‪ Jika dapat menyempurnakan rukun dan syarat sholatnya maka ulama terjadi khilaf‬‬
‫‪menurut pendapat mu’tamad wajib menqodho`i sholat tersebut.‬‬
‫‪ Sedangkan jika tidak bisa melaksanakan syarat dan rukun secara sempurna seperti tidak‬‬
‫‪bisa menghadap kiblat dan lainnya maka wajib diqodho’ tanpa ada perkhilafan.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. At-Taqrirot As-Syadidah, h. 213 3. Mugnil Muhtaj, vol. 1, h. 349.‬‬
‫‪2. Busyrol Karim, h. 200. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬جٌطمٍ‪ٍ٠‬جش جٌٓى‪٠‬ىز ف‪ ٝ‬جٌّٓحتً جٌّف‪١‬ىز ‪ٚ‬ـ ‪214-213‬‬


‫ِٓأٌس‪٠ :‬ؿ‪ َٛ‬جٌمؼ‪ٛ‬و فا‪ٚ ٟ‬االز جٌفاٍ‪ ٜ‬ال ‪٠‬ؿا‪ٌ َٛ‬اٗ جٌمؼا‪ٛ‬و فا‪ ٟ‬جٌفاٍ‪ ٜ‬ئال جيج ػؿاُ ػآ جٌم‪١‬حَ‪ٞ.‬احذ‪ ١‬جٌؼؿاُ‪ :‬أْ ضٍكماٗ ِٗامس ٖاى‪٠‬ىز‪،‬‬
‫ذك‪١‬ع ‪٠‬هحف ِٕ‪ٙ‬ح ِكً‪ ٌٚ‬جٌط‪ ،ُّ١‬وُ‪٠‬حوز جٌٍّج‪ ٜ‬أ‪ ٚ‬ذ‪١‬ء جٌٗفحء‪ ،‬أ‪ ٚ‬قى‪ٚ‬ظ ٖ‪ ٓ١‬فحقٕ ف‪ ٟ‬ػ‪ ٟٛ‬ظحٍ٘ ‪ ،‬أ‪ ٚ‬فمى ِٕفؼس ػ‪ ، ٟٛ‬أ‪ ٚ‬وحٔاص‬
‫ِٗمس ال ضكطًّ ػىز‪ٚ .‬ػٕى جٌٍٍِ‪٠ : ٟ‬ؿ‪ ٌٗ َٛ‬أْ ‪٠‬ؿٍّ ئيج ٌكمطٗ ِٗمس ضً٘د جٌهٗ‪ٛ‬ع‪ ،‬نالفح الذٓ قؿٍ‪.‬‬
‫‪ .2‬ذٍٗ‪ ٜ‬جٌىٍ‪ ُ٠‬ذٍٗـ ِٓحتً جٌطؼٍ‪ٚ ُ١‬ـ ‪211‬‬
‫(فاااْ ٌااُ ‪٠‬مااىٌ) ػٍاا‪ ٝ‬جٌم‪١‬ااحَ ئال ِٕكٕ‪١‬ااح أ‪ِ ٚ‬طىثااح ػٍاا‪ٖ ٝ‬اا‪ٟ‬ء ( ‪ٚ ..‬لااف ِٕكٕ‪١‬ااح) فاا‪ ٟ‬جأل‪ٌٚ‬اا‪ٚ ،ٝ‬وّااح لااىٌ فاا‪ ٟ‬جٌػحٔ‪١‬ااس؛ ئي جٌّ‪ٓ١‬اا‪ ٌٛ‬ال ‪ٓ٠‬اام‪١‬‬
‫ذحٌّؼٓ‪ ٍُِٗ٠ٚ ،ٌٛ‬ف‪ ٟ‬جأل‪٠َ ٌٝٚ‬حوز جٔكٕحء ٌٍو‪ٛ‬ػٗ ئْ لىٌ‪ٚ ،‬ئال ‪ ُ١ِ ..‬وال ِٓ جٌم‪١‬حَ ‪ٚ‬جٌٍو‪ٛ‬ع ‪ٚ‬جالػطىجي ذحٌٕ‪١‬س‪(.‬فاْ ٌُ ‪٠‬مىٌ) ػٍ‪ ٝ‬جٌم‪١‬احَ‬
‫ذأْ ٌكمطٗ ذٗ ِٗمس ٖى‪٠‬ىز أ‪ ٚ‬ظحٍ٘ز ‪-‬ػرحٌضحْ ِؼٕحّ٘ح ‪ٚ‬جقى‪ :ٟ٘ٚ -‬جٌطا‪ ٟ‬ال ضكطّاً ػاحوز ‪ٚ‬ئْ ٌاُ ضارف جٌطا‪ ،ُّ١‬واى‪ٌٚ‬جْ ٌأِ‪٘ٚ .‬اً جٌطا‪ٟ‬‬
‫ضً٘د جٌهٗ‪ٛ‬ع ٖى‪٠‬ىز لحي (قؽ)‪ :‬ال‪ٔ :)ٌ َ( ٚ ،‬ؼُ‪ ،‬ذً لحي جٌٍٗلح‪ :ٞٚ‬أ‪ ٚ‬وّحٌٗ ( ‪ ..‬لؼى) و‪١‬ف ٖحء ‪ٚ‬ال ‪ٕ٠‬م‪ ٙ‬غ‪ٛ‬جذٗ‪.‬‬
‫‪ِ .3‬غٕ‪ ٟ‬جٌّكطحؼ ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪349‬‬
‫(‪ ٌٛٚ‬ػؿُ ػٓ جٌم‪١‬حَ لؼى) ٌٍكى‪٠‬ع جٌٓحذك ‪ٌٚ‬إلؾّحع (و‪١‬ف ٖحء) إل‪٠‬الق جٌكى‪٠‬ع جًٌّو‪ٚ ٌٛ‬ال ‪ٕ٠‬م‪ ٙ‬غ‪ٛ‬جذٗ ػٓ غ‪ٛ‬جخ جٌّ‪ ٍٟٛ‬لحتّح ألٔٗ‬
‫ِؼً‪ ٌٚ‬لحي جٌٍجفؼ‪ٚ ٟ‬ال ٔؼٕ‪ ٟ‬ذحٌؼؿُ ػىَ جإلِىحْ فم‪ ،١‬ذً ف‪ِ ٟ‬ؼٕحٖ ن‪ٛ‬ف جٌ‪ٙ‬الن أ‪ ٚ‬جٌغٍق ‪٠َٚ‬حوز جٌٍّ‪ ٜ‬أ‪ٌ ٚ‬ه‪ٛ‬ف ِٗمس ٖى‪٠‬ىز‪ ،‬أ‪ٚ‬‬
‫و‪ٌٚ‬جْ جٌٍأِ ف‪ ٟ‬قك ٌجود جٌٓف‪ٕ١‬س وّح ضمىَ ذؼ‪ ٝ‬يٌه لحي ف‪٠َ ٟ‬حوز جٌٍ‪ٞٚ‬س ‪ٚ‬جًٌ‪ ٞ‬جنطحٌٖ جإلِحَ ف‪ٞ ٟ‬ر‪ ١‬جٌؼؿُ أْ ضٍكمٗ ِٗمس‬
‫ضً٘د نٗ‪ٛ‬ػٗ ٌىٕٗ لحي ف‪ ٟ‬جٌّؿّ‪ٛ‬ع ئْ جًٌّ٘د نالفٗ ج٘ـ ‪ٚ‬ؾّغ ٖ‪١‬ه‪ ٟ‬ذ‪ ٓ١‬والِ‪ ٟ‬جٌٍ‪ٞٚ‬س ‪ٚ‬جٌّؿّ‪ٛ‬ع ذأْ ئي٘حخ جٌهٗ‪ٛ‬ع ‪ٕٗ٠‬أ ػٓ‬
‫ِٗمس ٖى‪٠‬ىز‪.‬‬
‫‪ .4‬وحٖفس جٌٓؿح ف‪ٍٖ ٟ‬ـ ْف‪ٕ١‬س جٌٕؿح ‪ٚ‬ـ ‪132‬‬
‫ل‪ ٌٗٛ‬ػٍ‪ ٝ‬جٌمحوٌ‪ ،‬نٍؼ ذٗ جٌؼحؾُ ْ‪ٛ‬جء وحْ جٌؼؿُ قٓ‪١‬ح وحٌّمؼى أ‪ٍٖ ٚ‬ػ‪١‬ح وحقط‪١‬حؾٗ ف‪ِ ٟ‬ىج‪ٚ‬جضٗ ِٓ ‪ٚ‬ؾغ جٌؼ‪ ٓ١‬ئٌ‪ ٝ‬جالْطٍمحء فال ‪٠‬ؿد‬
‫ػٍ‪ ٗ١‬جٌم‪١‬حَ‪ٚ ،‬ال ذى ف‪ ٟ‬يٌه ِٓ ئنرحٌ ‪٠‬ر‪١‬د ػىي أٔٗ ‪٠‬ف‪١‬ى ‪٠ٚ‬ىف‪ِ ٟ‬ؼٍفس ٔفٓٗ ئْ وحْ ‪٠‬ر‪١‬رح‪ِٚ ،‬ػً يٌه ِح ٌ‪ ٛ‬نحف ٌجود ْف‪ٕ١‬س و‪ٌٚ‬جْ‬
‫ٌأْٗ أ‪ ٚ‬غٍلح ف‪ ٍٟٛ١‬لحػىج ‪ٚ‬ال ‪٠‬ؼ‪١‬ى‪ ،‬ذهالف ِح ئيج ‪ ٍٝٚ‬لحػىج ٌُقّس ف‪ٙ١‬ح فأٗ ‪٠‬ؼ‪١‬ى ٌٕىٌز يٌه‪ٚ ،‬جٌ‪ٟ‬حذ‪ ١‬وً ِح ‪ً٘٠‬د نٗ‪ٛ‬ػٗ أ‪ٚ‬‬
‫وّحٌٗ أ‪٠ ٚ‬ك‪ ًٛ‬ذٗ ِٗمس ال ضكطًّ ػحوز ‪ ٟ٘ٚ‬جٌٍّجوز ذحٌٗى‪٠‬ىز وحْ ِؿ‪ َٛ‬جٌطٍن جٌم‪١‬حَ ف‪ ٟ‬جٌفٍ‪ ٜ‬أ‪ ٞ‬جٌؼ‪ ٟٕ١‬أ‪ ٚ‬جٌىفحت‪ ٟ‬ف‪ ًّٗ١‬جًٌّٕ‪ٌٚ‬ز‬
‫‪ٚ‬جٌّؼحوز ‪ٚٚ‬الز جٌ‪ٛ‬ر‪ٚ ٟ‬ئْ ٌُ ضؿد ف‪ٙ١‬ح ٔ‪١‬طٗ‬
‫‪ .5‬قحٖ‪١‬س جٌؿًّ ػٍ‪ٍٖ ٝ‬ـ جٌّٕ‪ٙ‬ؽ ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪341‬‬
‫(‪ ٌٛٚ‬ػؿُ ػٓ ٌو‪ٛ‬ع ‪ْٚ‬ؿ‪ٛ‬و) و‪ ْٚ‬ل‪١‬حَ (لحَ) ‪ٚ‬ؾ‪ٛ‬ذح (‪ٚ‬فؼً ِح أِىٕٗ) ف‪ ٟ‬جٔكٕحتٗ ٌ‪ّٙ‬ح ذ‪ٍٛ‬رٗ فاْ ػؿُ فرٍلرطٗ ‪ٌٚ‬أْٗ فاْ ػؿُ أ‪ِٚ‬أ‬
‫ئٌ‪ّٙ١‬ح (أ‪ )ٚ‬ػؿُ (ػٓ ل‪١‬حَ) ذٍك‪ٛ‬ق ِٗمس ٖى‪٠‬ىز وُ‪٠‬حوز ٍِ‪ ٜ‬أ‪ ٚ‬ن‪ٛ‬ف غٍق أ‪ ٚ‬و‪ٌٚ‬جْ ٌأِ ف‪ْ ٟ‬ف‪ٕ١‬س (لؼى) و‪١‬ف ٖحء(ل‪ ٌٗٛ‬لحَ‬
‫‪ٚ‬ؾ‪ٛ‬ذح) أ‪ ٌٛٚ :ٞ‬ذّؼ‪ٚ ٓ١‬ئْ وحْ ِحتال ػٍ‪ ٝ‬ؾٕد ذً ‪ ٌٛٚ‬وحْ ألٍخ ئٌ‪ ٝ‬قى جٌٍو‪ٛ‬ع ‪ِٚ‬ػٍٗ جالْطٕحو ئٌ‪ٟٖ ٝ‬ء ج٘ـ ذٍِح‪– . ٞٚ‬جٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪-‬‬
‫‪ٚ‬ػرحٌز جٌرٍِح‪ ٞٚ‬ل‪ٚ ٌٗٛ‬فؼً ِح أِىٕٗ أ‪ٌ :ٞ‬هرٍ «ئيج أٍِضىُ ذأٍِ فأض‪ٛ‬ج ِٕٗ ِح جْططؼطُ» ‪ٚ‬ألْ جٌّ‪ ٌٛٓ١‬ال ‪ٓ٠‬م‪ ١‬ذحٌّؼٓ‪ٚ ٌٛ‬ألْ جٌم‪١‬حَ‬
‫آوى ِٕ‪ّٙ‬ح ‪ْٚ‬م‪ ٗ٠ٛ‬ف‪ ٟ‬جٌٕفً و‪ّٙٔٚ‬ح ال ‪ٕ٠‬حف‪ ٟ‬يٌه‪ ٌٛٚ ،‬أ‪٠‬حق جٌم‪١‬حَ ‪ٚ‬جال‪ٞ‬طؿحع و‪ ْٚ‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬لحَ؛ ألٔٗ لؼ‪ٛ‬و ‪٠َٚ‬حوز ‪٠ٚ‬فؼً ِح ‪ّ٠‬ىٕٗ ِٓ‬
‫جإل‪ّ٠‬حء ‪ٚ‬ضٗ‪ٙ‬ى لحتّح ‪ٚ‬ال ‪ٟ٠‬طؿغ جٔط‪ٙ‬ص –جٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪) -‬ل‪ ٌٗٛ‬ذٍك‪ٛ‬ق ِٗمس ٖى‪٠‬ىز) أ‪ :ٞ‬ضً٘د جٌهٗ‪ٛ‬ع وًج لحي جإلِحَ ‪ٚ‬ف‪ ٟ‬جٌّؿّ‪ٛ‬ع أْ‬
‫جًٌّ٘د نالفٗ أ‪ ٞ‬فال ذى ِٓ جٌّٗمس جٌٗى‪٠‬ىز جٌط‪ ٟ٘ ٟ‬أٌل‪ ِٓ ٝ‬يٌه أ‪ :ٞ‬ئي٘حخ جٌهٗ‪ٛ‬ع ‪ٚ‬وطد أ‪ٟ٠‬ح فٍ‪ ّ١‬جٌٍّجو ذٗىض‪ٙ‬ح ِح ‪ً٘٠‬د‬
‫جٌهٗ‪ٛ‬ع ذً أٌل‪ ِٓ ٝ‬يٌه لحي ٖ‪١‬هٕح‪ٚ :‬أؾحخ جٌ‪ٛ‬جٌى ػٓ يٌه ذأْ ي٘حخ جٌهٗ‪ٛ‬ع ‪ٕٗ٠‬أ ػٓ ِٗمس ٖى‪٠‬ىز ‪ٚ‬ف‪ ٗ١‬أٔٗ ‪ٕٗ٠‬أ ػٓ غ‪ٍ٘١‬ح ج٘ـ ـ‬
‫ي‪ٚ .‬ػرحٌز جٌرٍِح‪ ٞٚ‬ل‪ٖ ٌٗٛ‬ى‪٠‬ىز أ‪ :ٞ‬ضً٘د نٗ‪ٛ‬ػٗ أ‪ ٚ‬وّحٌٗ أ‪ ٚ‬ال ضكطًّ جٔط‪ٙ‬ص)‪.‬ل‪ ٌٗٛ‬أ‪ٟ٠‬ح ذٍك‪ٛ‬ق ِٗمس ٖى‪٠‬ىز) ً٘ج ‪ٞ‬حذ‪ٌٍ ١‬ؼؿُ‬
‫‪ ّ١ٌٚ‬جٌٍّجو ذٗ ػىَ جإلِىحْ‪ٚ .‬ػرحٌز ٍٖـ َ ٌ لحي جٌٍجفؼ‪ٚ :ٟ‬ال ٔؼٕ‪ ٟ‬ذحٌؼؿُ ػىَ جإلِىحْ فم‪ ١‬ذً ف‪ِ ٟ‬ؼٕحٖ ن‪ٛ‬ف جٌ‪ٙ‬الن أ‪ ٚ‬جٌغٍق‬
‫جٔط‪ٙ‬ص‬
‫‪ .6‬جٌّؿّ‪ٛ‬ع ٍٖـ جٌّ‪ًٙ‬خ ؾـ ‪ٚ 4‬ـ ‪311‬‬
‫(" لحي ج‪ٚ‬كحذٕح ‪ٚ‬ال ‪ٗ٠‬طٍ‪ ٠‬ف‪ ٟ‬جٌؼؿُ أْ ال ‪٠‬طأض‪ ٝ‬جٌم‪١‬حَ ‪ٚ‬ال ‪٠‬ىف‪ ٝ‬أؤ‪ِٗ ٝ‬مس ذً جٌّؼطرٍ جٌّٗمس جٌظحٍ٘ز فايج نحف ِٗمس ٖى‪٠‬ىز أ‪٠َ ٚ‬حوز‬
‫ٍِ‪ ٜ‬أ‪ٔ ٚ‬ك‪ ٛ‬يٌه أ‪ ٚ‬نحف ٌجود جٌٓف‪ٕ١‬س جٌغٍق أ‪ ٚ‬و‪ٌٚ‬جْ جٌٍأِ ‪ ٍٝٚ‬لحػىج ‪ٚ‬ال جػحوز ‪ٚ‬لحي ئِحَ جٌكٍِ‪ ٓ١‬ف‪ ٟ‬ذحخ جٌط‪ ُّ١‬جًٌ‪ ٜ‬أٌجٖ ف‪ٟ‬‬
‫‪ٞ‬ر‪ ١‬جٌؼؿُ أْ ‪ٍ٠‬كمٗ ذحٌم‪١‬حَ ِٗمس ضً٘د نٗ‪ٛ‬ػٗ الْ جٌهٗ‪ٛ‬ع ِم‪ٛٛ‬و جٌ‪ٛ‬الز‪.‬‬
‫‪ .7‬ذٍ‪٠‬مس ِكّ‪ٛ‬و‪٠‬س ؾـ ‪ٚ 3‬ـ ‪74 - 73‬‬
‫(ضٕر‪ْ )ٗ١‬ثً ذؼ‪ ً٘ ُٟٙ‬و‪ ْٛ‬جٌك‪١‬حء ِٓ جإل‪ّ٠‬حْ ِم‪١‬ى أ‪ِ ٚ‬طٍك فمحي ِم‪١‬ى ذطٍن جٌك‪١‬حء جًٌِّ‪ٍٖ َٛ‬ػح ‪ٚ ,‬ئال فؼىِٗ ِطٍ‪ٛ‬خ ف‪ ٟ‬جٌٕ‪ٛ‬ف‬
‫‪ٚ‬جألٍِ ذحٌّؼٍ‪ٚ‬ف ‪ٚ‬جٌٕ‪ ٟٙ‬ػٓ جٌّٕىٍ ‪ٚ‬ضٍوٗ ف‪ٙ١‬ح ِٓ جٌٕؼ‪ٛ‬ش جإلٌ‪١ٙ‬س {ئْ هللا ال ‪ٓ٠‬طك‪ ٟ١‬أْ ‪ٍٟ٠‬خ ِػال ِح ذؼ‪ٞٛ‬س} ‪ٚ{ ,‬هللا ال ‪ٓ٠‬طك‪ٟ١‬‬
‫ِٓ جٌكك} ‪-‬ئٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪ٚ -‬ف‪ ٟ‬قى‪٠‬ع آنٍ {جٌك‪١‬حء ‪ٚ‬جإل‪ّ٠‬حْ ف‪ ٟ‬لٍْ أ‪ّ٘ ٞ‬ح ف‪ ٟ‬قرً فايج أٍْد أقىّ٘ح ضرؼٗ ج‪٢‬نٍ} ‪ٚ‬جٌٍّجو ٘‪ ٛ‬جٌك‪١‬حء‬
‫‪5‬‬
‫جٌٍٗػ‪ٚ , ٟ‬أِح ِح ‪٠‬ى‪ْ ْٛ‬ررح ٌطٍن أٍِ ٍٖػ‪ ٟ‬فًِّ‪ َٛ‬ؾىج وّح ػٍفص ‪- ,‬ئٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪ٚ ,( -‬أف‪ ًٟ‬جٌك‪١‬حء جٌك‪١‬حء ِٓ هللا ضؼحٌ‪ ; )ٝ‬ألٔٗ ِحٔغ‬
‫ِٓ ِهحٌفطٗ ف‪ ٟ‬جأل‪ٚ‬جٍِ ‪ٚ‬جٌٕ‪ٛ‬ج٘‪( ٟ‬غُ) جٌك‪١‬حء (ِٓ جٌٕحِ ف‪ّ١‬ح ال ِؼ‪١ٛ‬س ‪ٚ ,‬ال وٍج٘س ف‪ٚ .ٗ١‬أِح ِح ف‪ ٗ١‬ئقىجّ٘ح وحٌك‪١‬حء ف‪ ٟ‬جألٍِ‬
‫ذحٌّؼٍ‪ٚ‬ف ‪ٚ‬جٌٕ‪ ٟٙ‬ػٓ جٌّٕىٍ ‪ٚ‬ضٍن جٌٕٓٓ وحٌٓ‪ٛ‬جن) ال ْ‪ّ١‬ح ػٕى جٌ‪ٛٞٛ‬ء ‪ٚ ,‬وًج ػٕى وً ‪ٚ‬الز ‪ٚ ,‬ئْ ل‪ ً١‬ذؼىَ ْٕ‪١‬طٗ ػٕى جٌ‪ٛ‬الز ػٍ‪ٝ‬‬
‫ِح قممٕح ف‪ٌْ ٟ‬حٌس ‪-‬ئٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪ )ٚ( -‬ضٍن (ٔك‪ ٛ‬يٌه) ِٓ جٌٕٓٓ وحالػطىحف ‪ٚ‬ضؼى‪ ً٠‬جألٌوحْ (فًِّ‪ َٛ‬ؾىج ; ألٔٗ) أ‪ ٞ‬جالِطٕحع (ف‪ٟ‬‬
‫جٌكم‪١‬مس ؾرٓ) أ‪ٞ ٞ‬ؼف لٍد ‪ٚ ,‬لٍس ٖؿحػس (‪ٞٚ‬ؼف ف‪ ٟ‬جٌى‪ )ٓ٠‬ئي ٌ‪ ٛ‬وحْ ل‪٠ٛ‬ح ٌّح ‪٠‬هحف ٌ‪ِٛ‬س التُ (أ‪٠ٌ ٚ‬حء أ‪ ٚ‬ورٍ ‪ ٍُْ ٌٛٚ ,‬أٔٗ ق‪١‬حء‬
‫فك‪١‬حء ِٓ جٌٕحِ ‪ٚٚ‬لحقس) أ‪ ٞ‬ػىَ ق‪١‬حء (هلل ضؼحٌ‪ٚ ٌٌٍْٗٛٚ ; ٝ‬ؾٍأز) ذ‪ ُٟ‬فٓى‪ ْٛ‬أ‪ ٚ‬ذفطف أ‪ِ ٌٗٚ‬غ جٌّى (ػٍ‪ّٙ١‬ح) ػٍ‪ ٝ‬هللا ‪ٌٌْٗٛٚ‬‬
‫(‪ٚ‬هللا ‪ ٌٌْٗٛٚ‬أقك ذحٌك‪١‬حء ِٓ جٌٕحِ)‬
‫‪ .8‬ف‪ ٝ١‬جٌمى‪ٍٖ ٍ٠‬ـ جٌؿحِغ جٌ‪ٛ‬غ‪ ٍ١‬ؾـ ‪ٚ 3‬ـ ‪241‬‬
‫(‪ٚ‬جٌك‪١‬حء) ذحٌّى (ٖؼرس ِٓ جإل‪ّ٠‬حْ) أ‪ ٞ‬جٌك‪١‬حء جإل‪ّ٠‬حٔ‪ ٛ٘ٚ ٟ‬جٌّحٔغ ِٓ فؼً جٌمر‪١‬ف ذٓرد جإل‪ّ٠‬حْ ال جٌٕفٓحٔ‪ ٟ‬جٌّهٍ‪ٛ‬ق ف‪ ٟ‬جٌؿرٍس ‪ٚ‬أفٍوٖ‬
‫ذحًٌوٍ ألٔٗ وحٌىجػ‪ ٟ‬ئٌ‪ْ ٝ‬حتٍ جٌٗؼد فاْ جٌك‪٠ ٟ‬هحف ف‪١ٟ‬كس جٌىٔ‪١‬ح ‪ٚ‬فظحػس ج‪٢‬نٍز ف‪ُ١‬ؾٍ ػٓ ج‪٢‬غحَ ‪َٚ‬ػُ أْ جٌك‪١‬حء لى ‪ّٕ٠‬غ جألٍِ‬
‫ذحٌّؼٍ‪ٚ‬ف فى‪١‬ف ‪٠‬ىػ‪ ٛ‬ئٌ‪ْ ٝ‬حتٍ٘ح ‪ّٕ٠‬غ ذأْ ً٘ج جٌّحٔغ ٌ‪ ّ١‬ذك‪١‬حء قم‪١‬مس ذً ػؿُ ‪ٚ‬ئػ‪١‬حء ‪ٚ‬ئ‪٠‬الق جٌك‪١‬حء ػٍ‪ِ ٗ١‬ؿحَ ‪ٚ‬ئّٔح جٌكم‪١‬م‪ٟ‬‬
‫نٍك ‪٠‬رؼع ػٍ‪ ٝ‬ضؿٕد جٌمر‪١‬ف لحي جٌُِهٍٗ‪ :ٞ‬ؾؼً جٌك‪١‬حء ِٓ جإل‪ّ٠‬حْ ألٔٗ لى ‪٠‬ى‪ ْٛ‬نٍم‪١‬ح ‪ٚ‬جوطٓحذ‪١‬ح ٌؿّ‪١‬غ أػّحي جٌرٍ ‪ٚ‬لى ‪٠‬ى‪ ْٛ‬غٍ‪ُ٠‬ز‬
‫ٌىٓ جْطؼّحٌٗ ػٍ‪ ٝ‬لحٔ‪ ْٛ‬جٌٍٗع ‪٠‬كطحؼ ئٌ‪ ٝ‬جوطٓحخ ‪١ٔٚ‬س ف‪ ِٓ ٛٙ‬جإل‪ّ٠‬حْ ٌ‪ًٙ‬ج ‪ٌٚ‬ى‪ ٗٔٛ‬ذحػػح ػٍ‪ ٝ‬أػّحي جٌه‪ِٚ ٍ١‬حٔؼح ِٓ جٌّؼح‪ٟٚ‬‬
‫‪ .9‬جٌطمٍ‪ٍ٠‬جش جٌٓى‪٠‬ىز ف‪ ٝ‬جٌّٓحتً جٌّف‪١‬ىز ‪ٚ‬ـ ‪211‬‬
‫(‪ٚ‬ئيج وحْ ٌجورح ‪٠‬ؿد جْطمرحي جٌمرٍس ف‪ ٝ‬جإلقٍجَ ئْ ْ‪ ًٙ‬ػٍ‪ٚ ،ٗ١‬ئال فال ‪٠‬ؿد جالْطمرحي ِطٍمح) ‪ٚ‬ئيج ‪ ٍٝٛ٠‬ف‪ْ ٝ‬ف‪ٕ١‬س أ‪ ٚ‬لطحٌ ‪ِٚ‬ػٍٗ‬
‫جٌ‪ٛٙ‬وؼ ‪ٚ‬جٌّ‪ٛ‬لى ‪ٔٚ‬ك‪ ٛ‬يٌه ف‪١‬ؿد ػٍ‪ ٗ١‬أْ ‪٠‬طُ ٌو‪ٛ‬ػٗ ‪ْٚ‬ؿ‪ٛ‬وٖ ئْ ْ‪٠ٚ ،ًٙ‬ؿد ػٍ‪ ٗ١‬جْطمرحي جٌمرٍس ف‪ ٝ‬ؾّ‪١‬غ جٌ‪ٛ‬الز ئْ ْ‪ ًٙ‬ػٍ‪ ٗ١‬يٌه‬
‫‪ٚ‬ئال فال ‪٠‬ؿد‪ِٚ ،‬ػً يٌه‪ :‬جٌ‪ٛ‬الز ف‪ ٝ‬جٌطحتٍز‪ ،‬فطؿ‪ِ َٛ‬غ جٌ‪ٛ‬كس ‪ٚ‬الز جٌٕفً‪ٚ ،‬أِح ‪ٚ‬الز جٌفٍ‪ ٜ‬ئْ ضؼ‪ٕ١‬ص ػٍ‪ ٗ١‬أغٕحء جٌٍقٍس ‪ٚ‬وحٔص‬
‫جٌٍقٍس ‪ٍ٠ٛ٠‬س ذأْ ٌُ ‪ٓ٠‬ططغ جٌ‪ٛ‬الز لرً ‪ٚ‬ؼ‪ٛ‬و٘ح أ‪ ٚ‬جٔطالل‪ٙ‬ح أ‪ ٚ‬ذؼى ٘ر‪ٙ٠ٛ‬ح ف‪ ٝ‬جٌ‪ٛ‬لص ‪ ٌٛٚ‬ضمى‪ّ٠‬ح أ‪ ٚ‬ضأن‪ٍ١‬ج‪ ،‬فف‪ ًٖ٘ ٝ‬جٌكحٌس ‪٠‬ؿد ػٍ‪ٗ١‬‬
‫أْ ‪ٌ ٍٝٛ٠‬كٍِس جٌ‪ٛ‬لص ِغ جْطمرحي جٌمرٍس‪ٚ ،‬ف‪ٙ١‬ح قحٌطحْ‪ :‬جأل‪ ٌٝٚ‬ئْ ‪ ٍٝٚ‬ذحضّحَ جٌٍو‪ٛ‬ع ‪ٚ‬جٌٓؿ‪ٛ‬و فف‪ٚ ٝ‬ؾ‪ٛ‬خ جٌم‪ٟ‬حء ػٍ‪ ٗ١‬نالف‪ٌ ،‬ؼىَ‬
‫جْطمٍجٌ جٌطحتٍز ف‪ ٝ‬جألٌ‪ٚ ،ٜ‬جٌّؼطّى ػٍ‪ ٗ١‬جٌم‪ٟ‬حء ‪ٚ‬جٌػحٔ‪١‬س ئْ ‪ ٍٝٚ‬ذى‪ ْٚ‬ئضّحَ جٌٍو‪ٛ‬ع ‪ٚ‬جٌٓؿ‪ٛ‬و أ‪ ٚ‬ذى‪ ْٚ‬جْطمرحي جٌمرٍس ِغ جإلضّحَ‬
‫ف‪١‬ؿد ػٍ‪ ٗ١‬جٌم‪ٟ‬حء ذال نالف‪٘ .‬ـ‬
‫ٔ‪ٙ‬ح‪٠‬س جٌّطٍد ف‪ ٟ‬وٌج‪٠‬س جًٌّ٘د ؾـ ‪ٚ 2‬ـ ‪217‬‬ ‫‪.11‬‬
‫فأِح جٌمحػى ئْ لىٌ ػٍ‪ ٝ‬جٌٍو‪ٛ‬ع ‪ٚ‬جٌٓؿ‪ٛ‬و‪ٚ ،‬ؾد ػٍ‪ ٗ١‬جإلض‪١‬حْ ذ‪ّٙ‬ح‪ْٚ ،‬ؿ‪ٛ‬وٖ وٓؿ‪ٛ‬و جٌمحوٌ ػٍ‪ ٝ‬جٌم‪١‬حَ‪،‬‬
‫جٌّؿّ‪ٛ‬ع ٍٖـ جٌّ‪ًٙ‬خ ؾـ ‪ٚ 3‬ـ ‪223‬‬ ‫‪.11‬‬
‫(فٍع) لحي أ‪ٚ‬كحذٕح‪ ٌٛٚ :‬ق‪ٍٟ‬ش جٌ‪ٛ‬الز جٌّىط‪ٛ‬ذس ‪ْ ُ٘ٚ‬حتٍ‪ٚ , ْٚ‬نحف ٌ‪ُٔ ٛ‬ي ٌ‪ٙ١ٍٛ١‬ح ػٍ‪ ٝ‬جألٌ‪ ٜ‬ئٌ‪ ٝ‬جٌمرٍس جٔمطحػح ػٓ ٌفمطٗ أ‪ٚ‬‬
‫نحف ػٍ‪ٔ ٝ‬فٓٗ أ‪ِ ٚ‬حٌٗ ٌُ ‪٠‬ؿُ ضٍن جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬ئنٍجؾ‪ٙ‬ح ػٓ ‪ٚ‬لط‪ٙ‬ح ‪ ,‬ذً ‪ٙ١ٍٛ٠‬ح ػٍ‪ ٝ‬جٌىجذس ٌكٍِس جٌ‪ٛ‬لص ‪ٚ ,‬ضؿد جإلػحوز ; ألٔٗ ػًٌ ٔحوٌ‬
‫‪٘ ,‬ىًج يوٍ جٌّٓأٌس ؾّحػس ِٕ‪ٚ ُٙ‬حقد جٌط‪٠ًٙ‬د ‪ٚ‬جٌٍجفؼ‪ٚ , ٟ‬لحي جٌمح‪ ٟٞ‬قٓ‪ ٍٟٛ٠ ٓ١‬ػٍ‪ ٝ‬جٌىجذس وّح يؤٍح لحي ‪ٚٚ‬ؾ‪ٛ‬خ جإلػحوز‬
‫‪٠‬كطًّ ‪ٚ‬ؾ‪ ٓ١ٙ‬أقىّ٘ح‪ :‬ال ضؿد وٗىز جٌه‪ٛ‬ف‪ٚ .‬جٌػحٔ‪ :ٟ‬ضؿد ; ألْ ً٘ج ٔحوٌ ‪ِّٚ‬ح ‪ٓ٠‬طىي ٌٍّٓأٌس قى‪٠‬ع ‪٠‬ؼٍ‪ ٝ‬ذٓ ٍِز (ٌ‪ )ٜ‬جًٌ‪ٞ‬‬
‫يؤٍحٖ ف‪ ٟ‬ذحخ جأليجْ ف‪ِٓ ٟ‬أٌس جٌم‪١‬حَ ف‪ ٟ‬جأليجْ‪.‬‬
‫جٌىٌ جٌّهطحٌ ‪ٚ‬قحٖ‪١‬س جذٓ ػحذى‪ٌ ٓ٠‬و جٌّكطحٌ جٌكٕف‪ ٟ‬ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪432‬‬ ‫‪.12‬‬
‫(‪ٚ‬لرٍس جٌؼحؾُ ػٕ‪ٙ‬ح) ٌٍّ‪ٚ ٜ‬ئْ ‪ٚ‬ؾاى ِ‪ٛ‬ؾ‪ٙ‬اح ػٕاى جالِاحَ أ‪ ٚ‬نا‪ٛ‬ف ِاحي‪ٚ ،‬واًج واً ِآ ْام‪ ١‬ػٕاٗ جالٌواحْ (ؾ‪ٙ‬اس لىٌضاٗ) ‪ٌٚ‬ا‪ِٟ ٛ‬اطؿؼح‬
‫ذا‪ّ٠‬حء ٌه‪ٛ‬ف ٌؤ‪٠‬س ػى‪٠ ٌُٚ ٚ‬ؼى‪ ،‬الْ جٌطحػس ذكٓد جٌطحلس(‪٠ٚ‬طكٍ‪ ٛ٘ )ٜ‬ذًي جٌّؿ‪ٛٙ‬و ٌٕ‪ ً١‬جٌّم‪ٛٛ‬و (ػحؾُ ػٓ ِؼٍفس جٌمرٍاس) ذّاح ِاٍ‬
‫(فاْ ظ‪ ٍٙ‬نطإٖ ٌُ ‪٠‬ؼى) ٌّح ٍِ(ل‪ ٌٗٛ‬ػٕى جإلِحَ) ألْ جٌمحوٌ ذماىٌز جٌغ‪١‬اٍ ػاحؾُ ػٕاىٖ ألْ جٌؼراى ‪٠‬ىٍاف ذماىٌز ٔفٓاٗ ال ذماىٌز غ‪١‬اٍٖ نالفاح‬
‫ٌ‪ّٙ‬ح‪ ،‬ف‪ ٍُِٗ١‬ػٕىّ٘ح جٌط‪ٛ‬ؾٗ ئْ ‪ٚ‬ؾى ِ‪ٛ‬ؾ‪ٙ‬ح‪ٚ ،‬ذم‪ٌّٙٛ‬ح ؾَُ ف‪ ٟ‬جٌّٕ‪١‬س ‪ٚ‬جٌّٕف ‪ٚ‬جٌاىٌٌ ‪ٚ‬جٌفاطف ذاال قىح‪٠‬اس ناالف ئٌا‪ ٝ‬أْ لاحي (ل‪ٌٛ‬اٗ ‪ٚ‬واًج‬
‫ػٍ‪ْ ِٓ ٝ‬م‪ ١‬ػٕٗ جألٌوحْ) أ‪ ٞ‬ضى‪ ْٛ‬لرٍطٗ ؾ‪ٙ‬س لىٌضٗ أ‪ٟ٠‬ح‪ :‬فمحي ف‪ ٟ‬جٌركٍ‪ ًّٗ٠ٚ :‬أ‪ ٞ‬جٌؼًٌ ِح ئيج وحْ ػٍا‪ٌ ٝ‬ا‪ٛ‬ـ فا‪ ٟ‬جٌٓاف‪ٕ١‬س ‪٠‬هاحٌف‬
‫جٌغٍق ئيج جٔكٍف ئٌ‪ٙ١‬ح‪ِٚ ،‬ح ئيج وحْ ف‪ٌٚ ٓ١٠ ٟ‬وغس ال ‪٠‬ؿى ػٍ‪ ٝ‬جألٌ‪ِ ٜ‬ىحٔح ‪٠‬حذٓح أ‪ ٚ‬وحٔص جٌىجذاس ؾّ‪ٛ‬قاح ٌا‪ٔ ٛ‬اُي ال ‪ّ٠‬ىٕاٗ جٌٍوا‪ٛ‬خ ئال‬
‫ذّؼ‪ ٓ١‬أ‪ ٚ‬وحْ ٖ‪١‬هح ور‪ٍ١‬ج ال ‪ّ٠‬ىٕٗ أْ ‪ٍ٠‬ود ئال ذّؼ‪ٚ ٓ١‬ال ‪٠‬ؿىٖ فىّح ضؿ‪ ٌٗ َٛ‬جٌ‪ٛ‬الز ػٍا‪ ٝ‬جٌىجذاس ‪ٌٚ‬ا‪ ٛ‬وحٔاص فٍ‪ٞ‬اح ‪ٚ‬ضٓام‪ ١‬ػٕاٗ جألٌواحْ‬
‫وًٌه ‪ٓ٠‬م‪ ١‬ػٕٗ جٌط‪ٛ‬ؾٗ ئٌ‪ ٝ‬جٌمرٍس ئيج ٌُ ‪ّ٠‬ىٕاٗ ‪ٚ‬ال ئػاحوز ػٍ‪١‬اٗ ئيج لاىٌ ج٘اـ ف‪ٗ١‬اطٍ‪ ٠‬فا‪ ٟ‬ؾّ‪١‬اغ يٌاه ػاىَ ئِىاحْ جالْاطمرحي‪ٗ٠ٚ ،‬اطٍ‪ ٠‬فا‪ٟ‬‬
‫جٌ‪ٛ‬الز ػٍ‪ ٝ‬جٌىجذس ئ‪٠‬محف‪ٙ‬ح ئْ لىٌ‪ٚ ،‬ئال ذأْ نحف جٌ‪ ٌٍٟ‬وأْ ضً٘د جٌمحفٍس ‪ٕ٠ٚ‬مطغ فال ‪ ٍُِٗ٠‬ئ‪٠‬محف‪ٙ‬ح ‪ٚ‬ال جْطمرحي جٌمرٍس وّح ف‪ ٟ‬جٌهال‪ٚ‬اس‪،‬‬
‫‪ٚ‬أ‪ٞٚ‬كٗ ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪١‬س جٌىر‪ٚ ٍ١‬جٌكٍ‪١‬س‪ٚ ،‬ل‪١‬ى ف‪ ٟ‬جٌكٍ‪١‬س ِٓأٌس جٌ‪ٛ‬الز ػٍ‪ ٝ‬جٌىجذس ٌٍط‪ ٓ١‬ذّح ئيج ػؿُ ػٓ جٌُٕ‪ٚ‬ي‪ ،‬فاْ لاىٌ ٔاُي ‪ٚٚ‬اٍ‪ٝ‬‬
‫‪ٚ‬جلفح ذحإل‪ّ٠‬حء َجو جٌُ‪ٍ٠‬ؼ‪ٚ :ٟ‬ئْ لىٌ ػٍ‪ ٝ‬جٌمؼا‪ٛ‬و و‪ ْٚ‬جٌٓاؿ‪ٛ‬و أ‪ِٚ‬اأ لحػاىج‪ٚ ،‬أٔاٗ ٌا‪ ٛ‬وحٔاص جألٌ‪ٔ ٜ‬ى‪٠‬اس ِرطٍاس ذك‪١‬اع ال ‪٠‬غ‪١‬اد ‪ٚ‬ؾ‪ٙ‬اٗ فا‪ٟ‬‬
‫جٌط‪ ٍٝٚ ٓ١‬ػٍ‪ ٝ‬جألٌ‪ْٚ ٜ‬ؿى ‪١ْٚ‬أض‪ ٟ‬ضّحَ جٌىالَ ػٍ‪ ٝ‬جٌ‪ٛ‬الز ػٍ‪ ٝ‬جٌىجذس ف‪ ٟ‬ذحخ جٌ‪ٛ‬ضٍ ‪ٚ‬جٌٕ‪ٛ‬جفً ئْ ٖحء هللا ضؼحٌ‪ٝ‬‬
‫جٌّ‪ْٛٛ‬ػس جٌفم‪١ٙ‬س جٌى‪٠ٛ‬ط‪١‬س ؾـ ‪ٚ 4‬ـ ‪74‬‬ ‫‪.13‬‬
‫جٌؼؿُ ػٓ جْطمرحي جٌمرٍس ف‪ ٟ‬جٌ‪ٛ‬الز‪.‬ي٘د جألتّس جألٌذؼس ئٌ‪ ٝ‬أْ ِٓ ذٗ ػًٌ قٓ‪ّٕ٠ ٟ‬ؼٗ ِٓ جالْطمرحي وحٌٍّ‪ٚ ،ٝ٠‬جٌٍّذ‪ ٍٟٛ٠ ٠ٛ‬ػٍ‪ٝ‬‬
‫قٓد قحٌٗ‪ ٌٛٚ ،‬ئٌ‪ ٝ‬غ‪ ٍ١‬جٌمرٍس‪ ،‬ألْ جالْطمرحي ٍٖ‪ٌٛ ٠‬كس جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬لى ػؿُ ػٕٗ فأٖرٗ جٌم‪١‬حَ‪ٚ.‬جٖطٍ‪ ٠‬جٌٗحفؼ‪١‬س‪ٚ ،‬جٌ‪ٛ‬حقرحْ ِٓ‬
‫جٌكٕف‪١‬س ٌٓم‪ ٠ٛ‬جٌمرٍس ػٕٗ أْ ‪٠‬ؼؿُ أ‪ٟ٠‬ح ػّٓ ‪ٛ٠‬ؾ‪ ٌٛٚ ٗٙ‬ذأؾٍ جٌّػً‪ ،‬وّح جْطظ‪ .ٍٖٙ‬جٌٗ‪١‬م ئّْحػ‪ ً١‬جٌٕحذٍٓ‪ٚ ٟ‬جذٓ ػحذى‪ٚ .ٓ٠‬ذحٌٕٓرس‬
‫إلػحوز جٌ‪ٛ‬الز فاْ ف‪ ٟ‬يٌه نالفح ضف‪ ٍٗ١ٛ‬ف‪ِ ٟ‬رحقع جٌ‪ٛ‬الز‪ٚ.‬أِح أذ‪ ٛ‬قٕ‪١‬فس فً٘د ئٌ‪ ٝ‬أٔٗ ال ‪ٗ٠‬طٍ‪ ٠‬يٌه‪ ،‬ألْ جٌمحوٌ ذمىٌز غ‪ ٍٖ١‬ػحؾُ‪.‬‬
‫‪ٚ‬ذم‪ٌّٙٛ‬ح ؾَُ ف‪ ٟ‬جٌّٕ‪١‬س ‪ٚ‬جٌّٕف ‪ٚ‬جٌىٌ ‪ٚ‬جٌفطف ذال قىح‪٠‬س نالف‪ٚ ٌٛٚ.‬ؾى أؾ‪ٍ١‬ج ذأؾٍز ِػٍٗ ف‪ٕ١‬رغ‪ ٟ‬أْ ‪ ٍُِٗ٠‬جْطثؿحٌٖ ئيج وحٔص جألؾٍز‬
‫و‪ٛٔ ْٚ‬ف وٌُ٘‪ٚ ،‬جٌظحٍ٘ أْ جٌٍّجو ذٗ أؾٍز جٌّػً وّح فٍٓ‪ ٖٚ‬ف‪ ٟ‬جٌط‪.ُّ١‬أِح ِٓ ذٗ ػًٌ ٍٖػ‪ّٕ٠ ٟ‬ؼٗ ِٓ جالْطمرحي فمى ضؼٍ‪ٜ‬‬
‫جٌفم‪ٙ‬حء ٌٍ‪ ٌٛٛ‬ج‪٢‬ض‪١‬س ِٕٗ ‪:ٟ٘ٚ‬جٌه‪ٛ‬ف ػٍ‪ ٝ‬جٌٕفّ‪ٚ ،‬يوٍٖ جٌكٕف‪١‬س ‪ٚ‬جٌّحٌى‪١‬س ‪ٚ‬جٌٗحفؼ‪١‬س ‪ٚ‬جٌكٕحذٍس‪ٚ ،‬يٌه وحٌه‪ٛ‬ف ِٓ ْرغ ‪ٚ‬ػى‪ ،ٚ‬فٍٗ‬
‫ق‪ٕ١‬ثً أْ ‪٠‬ط‪ٛ‬ؾٗ ئٌ‪ ٝ‬ؾ‪ٙ‬س لىٌ ػٍ‪ٙ١‬ح‪ِٚ ،‬ػٍٗ جٌ‪ٙ‬حٌخ ِٓ جٌؼى‪ٌ ٚ‬جورح ‪ ٍٟٛ٠‬ػٍ‪ ٝ‬وجذطٗ‪ٚ.‬يوٍ جٌكٕف‪١‬س ِٓ ‪ ٌٛٚ‬جٌؼًٌ‪ :‬جٌه‪ٛ‬ف ِٓ جالٔمطحع‬
‫ػٓ ٌفمطٗ‪ٌّ ،‬ح ف‪ ٟ‬يٌه ِٓ جٌ‪ٚ.ٌٍٟ‬يوٍ جٌٗحفؼ‪١‬س ِٓ يٌه‪ :‬جالْط‪١‬كحٔ ‪ٚ‬ئْ ٌُ ‪٠‬ط‪ ٌٍٟ‬ذحٔمطحػٗ ػٓ ٌفمطٗ‪ٚ.‬يوٍ جٌكٕف‪١‬س ‪ٚ‬جٌّحٌى‪١‬س ِٓ‬
‫جألػًجٌ‪ :‬جٌه‪ٛ‬ف ِٓ أْ ضطٍ‪ٛ‬ظ غ‪١‬حذٗ ذحٌط‪ٔٚ ٓ١‬ك‪ُٔ ٌٛ ٖٛ‬ي ػٓ وجذطٗ‪ٚ .‬جٖطٍ‪ ٠‬جٌكٕف‪١‬س ػؿُٖ ػٓ جٌُٕ‪ٚ‬ي‪ ،‬فاْ لىٌ ػٍ‪ُٔ ٗ١‬ي ‪ٍٝٚٚ‬‬
‫‪ٚ‬جلفح ذحإل‪ّ٠‬حء‪ٚ ،‬ئْ لىٌ ػٍ‪ ٝ‬جٌمؼ‪ٛ‬و و‪ ْٚ‬جٌٓؿ‪ٛ‬و أ‪ِٚ‬أ لحػىج‪ٚ.‬ػى جٌكٕف‪١‬س ‪ٚ‬جٌٗحفؼ‪١‬س ِٓ جألػًجٌ‪ِ :‬ح ٌ‪ ٛ‬نحف ػٍ‪ِ ٝ‬حٌٗ ‪ٍِ -‬ىح أ‪ ٚ‬أِحٔس ‪-‬‬
‫ٌ‪ُٔ ٛ‬ي ػٓ وجذطٗ‪ٚ.‬يوٍ جٌكٕف‪١‬س ‪ٚ‬جٌٗحفؼ‪١‬س ِٓ جألػًجٌ‪ :‬جٌؼؿُ ػٓ جٌٍو‪ٛ‬خ ف‪ ّٓ١‬جقطحؼ ف‪ٌ ٟ‬و‪ٛ‬ذٗ ذؼى ُٔ‪ٌٍٛ ٌٗٚ‬الز ئٌ‪ِ ٝ‬ؼ‪ٚ ٓ١‬ال ‪٠‬ؿىٖ‪،‬‬
‫وأْ وحٔص جٌىجذس ؾّ‪ٛ‬قح‪ ،‬أ‪ ٚ‬وحْ ٘‪ٞ ٛ‬ؼ‪١‬فح فٍٗ أال ‪ُٕ٠‬ي‪ ِٓٚ .‬جألػًجٌ‪ :‬جٌه‪ٛ‬ف ‪ٚ‬لص جٌطكحَ جٌمطحي‪ ،‬فمى جضفمص جًٌّج٘د جألٌذؼس ػٍ‪ ٝ‬أْ‬
‫‪ٓ٠‬م‪ ٠ٍٖ ١‬جالْطمرحي ف‪ ٟ‬قحي جٌّٓح‪٠‬فس ‪ٚ‬لص جٌطكحَ جٌ‪ٛ‬ف‪ٛ‬ف ف‪ٖ ٟ‬ىز جٌه‪ٛ‬ف ئيج ػؿُ جٌّ‪ ٍٟٛ‬ػٕٗ‪ٌّٚ .‬ؼٍفس ِح٘‪١‬س ً٘ج جٌمطحي‪ِٚ ،‬ح‬
‫‪ٍ٠‬كك ذٗ‪ٚٚ ،‬لص ‪ٚ‬الضٗ‪ٚ ،‬ئػحوض‪ٙ‬ح ق‪ ٓ١‬جألِٓ‪ٚ ،‬ذم‪١‬س أقىحِ‪ٙ‬ح (‪ٚ‬الز جٌه‪ٛ‬ف)‬

‫‪6‬‬
217 ‫ـ‬ٚ 1 ‫س ؾـ‬٠‫ٌو‬ٌٛ‫ؿس ج‬ٙ‫ ٍٖـ جٌر‬ٟ‫س ف‬١ٙ‫جٌغٌٍ جٌر‬ .14
ً‫ال ذأْ و‬ٛ‫ل‬ٚ ‫فس‬١ٕ‫ ق‬ٛ‫ذٗ لحي أذ‬ٚ ‫لص‬ٌٛ‫ ج‬ٟ‫ح ف‬ٍٙ‫ؿد فؼ‬٠ ‫حء ال‬ٟ‫ جٌم‬ٌٝ‫الز ضفطمٍ ئ‬ٚ ً‫ال أْ و‬ٛ‫ ل‬ٟ‫ أْ ٌٍٗحفؼ‬ٌٟ‫جٌغُج‬ٚ ٓ١ٍِ‫ٔمً ئِحَ جٌك‬ٚ
‫حء‬ٟ‫ؿد جٌم‬٠ ‫ئّٔح‬ٚ ‫لص‬ٌٛ‫فس ج‬١‫ظ‬ٚ ٜ‫ جٌّهطحٌ؛ ألٔٗ أو‬ٛ٘ٚ ٌُّٟٔ‫ذٗ لحي ج‬ٚ ‫حؤ٘ح‬ٟ‫ؿد ل‬٠ ٌُ ًٍ‫ئْ وحٔص ِٓ ن‬ٚ ‫لص‬ٌٛ‫ ج‬ٟ‫ؾرص ف‬ٚ ‫الز‬ٚ
‫ع‬ّٛ‫ ِؿ‬.‫ ج٘ـ‬.ٍُ‫هللا أػ‬ٚ ٗ‫ء ذً غرص نالف‬ٟٖ ٗ١‫ػرص ف‬٠ ٌُٚ ‫ى‬٠‫ذأٍِ ؾى‬

b. Adakah pendapat yang memperbolehkan shalat fardhu dilaksanakan dengan cara menghadap
ke arah yang sesuai dengan tujuannya?
Jawaban:
b. Tidak ada jika masih memungkinkan sholat dengan menghadap kiblat. Jika tidak
memungkinkan maka sesuai dengan perincian sub a.
Referensi: Idem sub a.

Jalsah Tsalitsah
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. K. Ridlwan Qoyyum 1. Ust. Syahrul Munir
2. KH. Nawawi Asyhari 2. Ust. Anang Muhsin Ust. Rohmatulloh
3. K. Saiful Anwar 3. Agus Arif Ridwan Akbar
4. KH. Munawwar Zuhri 4. Ust. M. Masruhan NOTULEN
5. Ust. Gufron AT
6. Ust. M. Ahid Yasin Abu Syamsuddin Sarwan
7. Ust. Zainul Millah M. Rifa’i Bachrun

Memutuskan

3. DILEMA KIPAS ANGIN (Mutakhorrijin 2018)


Deskripsi Masalah
Ruangan yang luas dan megah terasa kurang lengkap apabila tidak ada kipas anginnya. Baik
ruangan umum, seperti kantor atau tempat transit tamu, atau ruang khusus untuk beribadah,
seperti di dalam masjid. Namun tidak dapat dipungkiri, pengguna ruangan tidak sama antara satu
dengan yang lain. Ada yang memang suka dengan kipas angin, ada yang tidak suka, mungkin
karena kondisi badan yang kurang sehat atau karena alasan yang lain.
Suatu ketika, di kamar tamu (fasilitas umum) yang kebetulan hanya terdapat satu kipas angin,
datang dua rombongan. Satu dari Surabaya yang datang sore hari dan satunya dari malang yang
datang menjelang tengah malam. Karena merasa gerah akibat perjalanan panjang, salah satu
rombongan dari malang tanpa pikir panjang menyalakan kipas angin yang tersedia dalam kamar
tamu, kemudian entah karena ada yang sakit atau karena memang anti udara dingin salah satu
rombongan dari surabaya mematikan kipas angin yang membuat rombongan dari malang
bertanya-tanya. Karena merasa gerahnya belum terobati, sekaligus menghormati rombongan yang
datang lebih awal, ia pun keluar sejenak untuk mencari angin di luar.
Kasus lain, di sebuah masjid yang sedang melaksanakan jamaah dan kipas angin sudah
dinyalakan, datang seorang jamaah yang kondisinya kurang sehat. Karena merasa dirinya sedang
sakit, ia langsung mematikan kipas angin yang sedang dimanfaatkan oleh para jamaah tersebut. Di
lain waktu, saat udara begitu panas dan kipas angin masjid sudah dinyalakan, tiba-tiba ada
jamaah yang dikenal anti kipas angin datang dan langsung mematikan kipas. Ada pula masalah
ketika ada dua orang datang secara bersamaan hendak melaksanakan sholat di masjid. Lalu salah
satunya ingin menyalakan kipas angin, sedangkan yang lainya tidak ingin menyalakan kipas
angin.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum menyalakan kipas angin sebagaimana dalam deskripsi di atas?

7
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪a. Diperbolehkan selama tidak ada dhoror terhadap orang lain. Khusus untuk kipas yang ada‬‬
‫‪di Masjid ditambah syarat tidak mengganggu kekhusyuan orang yang sholat atau orang‬‬
‫‪yang melakukan ibadah lain.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Tuhfatul Muhtaj vol. 5, h. 197. 3. Al-Hawi Al-Kabir, vol. 7, h. 123.‬‬
‫‪2. Al- Mahalli, vol. 3 h. 94. 4. Dan lain-lain.‬‬

‫‪ .1‬ضكفس جٌّكطحؼ ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪ٙ‬حؼ ِغ قحٖ‪١‬س جٌٍٗ‪ٚ‬جٔ‪ ٟ‬ؾـ ‪ٚ 5‬ـ ‪197‬‬
‫(ف‪ )ًٛ‬ف‪ ٟ‬جٌطُجقُ ػٍ‪ ٝ‬جٌكم‪ٛ‬ق جٌّٗطٍوس (جٌطٍ‪٠‬ك جٌٕحفً) –جٌ‪ ٝ‬أْ لحي‪( -‬ال ‪٠‬ط‪ٍٛ‬ف) ذ‪ ُٟ‬أ‪( ٌٗٚ‬ف‪ ٗ١‬ذّح ‪ )ٍٟ٠‬ذفطف أ‪ ٌٗٚ‬فاْ ‪ُٞ‬‬
‫ػى‪ ٞ‬ذحٌرحء (جٌّحٌز) ‪ٚ‬ئْ ٌُ ‪٠‬طً جٌٍّ‪ٌٚ‬؛ ألْ جٌكك ف‪ٌ ٗ١‬ؿّ‪١‬ؼ‪١ْٚ ُٙ‬ؼٍُ ِّح ٕ٘ح ‪ٚ‬ف‪ ٟ‬جٌؿٕح‪٠‬حش أْ جٌ‪ ٌٍٟ‬جٌّٕف‪ِ ٟ‬ح ال ‪ٛ٠‬رٍ ػٍ‪ِّ ٗ١‬ح‬
‫ٌُ ‪٠‬ؼطى ال ِطٍمح‪( .‬ل‪ِ ٌٗٛ‬ح ال ‪ٛ٠‬رٍ ػٍ‪ِّ ٗ١‬ح ٌُ ‪٠‬ؼطى) ‪٠‬ف‪ ِٕٗ ُٙ‬أٔٗ ال جػطرحٌ ذّح ال ‪ٛ٠‬رٍ ػٍ‪ ٗ١‬ذّح جػط‪١‬ى فٍ‪ٍ١‬جؾغ‪ٚ .‬ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جإلٌٖحو‬
‫‪ٚ‬ال ‪ ٍٟ٠‬أ‪ٟ٠‬ح ‪٠ ٌٍٞ‬كطًّ ػحوز وؼؿٓ ‪ ٓ١٠‬ئيج ذم‪ِ ٟ‬مىجٌ جٌٍّ‪ٌٍٕ ٌٚ‬حِ ‪ٚ‬ئٌمحء جٌكؿحٌز ف‪ٌٍ ٗ١‬ؼّحٌز ئيج ضٍوص ذمىٌ ِىز ٔمٍ‪ٙ‬ح ‪ٌٚ‬ذ‪١‬‬
‫جٌى‪ٚ‬جخ ف‪ ٗ١‬ذمىٌ قحؾس جٌُٕ‪ٚ‬ي ‪ٚ‬جٌٍو‪ٛ‬خ ‪ٚ‬جٌٍٔ جٌهف‪١‬ف ذهالف ئٌمحء جٌمّحِحش ‪ٚ‬جٌطٍجخ ‪ٚ‬جٌكؿحٌز ‪ٚ‬جٌكفٍ جٌط‪ ٟ‬ذ‪ٛ‬ؾٗ جألٌ‪ٚ ٜ‬جٌٍٔ‬
‫جٌّفٍ‪ ٠‬فأٗ ال ‪٠‬ؿ‪ َٛ‬وّح ‪ٍٚ‬ـ ذٗ جٌٕ‪ ٞٚٛ‬ف‪ ٟ‬ولحتمٗ ‪ِٚ‬ػٍٗ ئٌْحي جٌّحء ِٓ جٌّ‪١‬حَ‪٠‬د ئٌ‪ ٝ‬جٌطٍ‪٠‬ك جٌ‪١ٟ‬مس لحي جٌٌُوٗ‪ٚ ٟ‬وًج ئٌمحء‬
‫جٌٕؿحْس ف‪ ٗ١‬ذً ٘‪ ٛ‬ف‪ِ ٟ‬ؼٕ‪ ٝ‬جٌطهٍ‪ ٟ‬ف‪١‬ى‪ٚ ْٛ‬غ‪ٍ١‬ز ج٘ـ‪ٚ .‬و‪ٚ ٗٔٛ‬غ‪ٍ١‬ز ‪ٞ‬ؼ‪١‬ف وّح ٍِ فؼٍ‪ ٗ١‬ئْ وػٍش وحٔص وحٌمّحِحش ‪ٚ‬ئال فال ‪ٚ‬أفط‪ٝ‬‬
‫جٌمفحي ذىٍج٘س ‪ٍٞ‬خ جٌٍرٓ ‪ٚ‬ذ‪١‬ؼٗ ِٓ ضٍجذٗ ئيج ٌُ ‪ ٍٟ٠‬ذحٌّحٌز ٌىٓ ل‪١ٟ‬س ل‪ٛ‬ي جٌؼرحو‪٠ ٞ‬كٍَ أنً ضٍجخ ْ‪ ٌٛ‬جٌرٍى ‪٠‬مط‪ ٟٟ‬قٍِس أنً‬
‫ضٍجخ جٌٗحٌع ئال أْ ‪٠‬فٍق ذأْ ِٓ ٖأْ أنً ضٍجخ جٌٓ‪ ٌٛ‬أْ ‪ ٍٟ٠‬فكٍَ ِطٍمح ذهالف ضٍجخ جٌٗحٌع فف‪ ًٛ‬ف‪ ٗ١‬ذ‪ ٓ١‬جٌّ‪ٚ ٍٟ‬غ‪ ٍٖ١‬ج٘ـ‪.‬‬
‫‪ٚ‬ف‪ٍٖ ٟ‬ـ َ ٌ ٔك‪ِ ٛ‬ح ٍِ ف‪ٌ ٟ‬ذ‪ ١‬جٌى‪ٚ‬جخ لحي ‪٠ٚ‬إنً ِٓ يٌه ِٕغ ِح ؾٍش ذٗ ػحوز جٌؼالف‪ٌ ِٓ ٓ١‬ذ‪ ١‬جٌى‪ٚ‬جخ ف‪ ٟ‬جٌٗحٌع ٌٍىٍجء فال‬
‫‪٠‬ؿ‪ٚ َٛ‬ػٍ‪ ٌٟٚ ٝ‬جألٍِ ِٕؼ‪ٌّ ُٙ‬ح ف‪ ٟ‬يٌه ِٓ ُِ‪٠‬ى جٌ‪ٌٍٟ‬‬
‫‪ .2‬جٌّكٍ‪ِ ٝ‬غ قحٖ‪١‬س لٍ‪ٛ١‬ذ‪ ٟ‬ؾـ ‪ٚ 3‬ـ ‪94‬‬
‫ف‪ِٕ :ًٛ‬فؼس جٌٗحٌع جأل‪١ٍٚ‬س (جٌٍّ‪ )ٌٚ‬ف‪٠ٚ( ٗ١‬ؿ‪ َٛ‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬ذٗ الْطٍجقس ‪ِٚ‬ؼحٍِس ‪ٔٚ‬ك‪ّ٘ٛ‬ح ئيج ٌُ ‪١ٟ٠‬ك ػٍ‪ ٝ‬جٌّحٌز‪ٚ ،‬ال ‪ٗ٠‬طٍ‪ ٠‬ئيْ‬
‫جإلِحَ) ف‪ ٟ‬يٌه الضفحق جٌٕحِ ػٍ‪ ٗ١‬ػٍ‪ ٝ‬ضالقك جألػ‪ٛ‬حٌ ِٓ غ‪ٔ ٍ١‬ى‪ ٌٗٚ( .ٍ١‬ضظٍ‪ِ ً١‬مؼىٖ) ف‪( ٗ١‬ذرحٌ‪٠‬س) ذطٗى‪٠‬ى جٌطكطحٔ‪١‬س (‪ٚ‬غ‪ٍ٘١‬ح) ِّح‬
‫ال ‪ ٍٟ٠‬ذحٌّحٌز ‪ِٕٛٓ ٛ٘ٚ‬ؼ ل‪ٛ‬د وحٌك‪ ٍ١ٛ‬ف‪ ًٛ‬ف‪ ٟ‬ذ‪١‬حْ أقىحَ جٌّٕحفغ جٌّٗطٍوس ل‪ِٕ( :ٌٗٛ‬فؼس جٌٗحٌع) ‪ِٚ‬ػٍٗ قٍ‪ ُ٠‬جٌى‪ٚ ٌٚ‬أفٕ‪١‬ط‪ٙ‬ح‬
‫‪ٚ‬أػطحذ‪ٙ‬ح‪ ،‬ف‪١‬ؿ‪ َٛ‬جٌٍّ‪ِٕٙ ٌٚ‬ح‪ٚ ،‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬ف‪ٙ١‬ح ‪ٚ‬ػٍ‪ٙ١‬ح‪ٌٕ ٌٛٚ ،‬ك‪ ٛ‬ذ‪١‬غ ‪ٚ‬ال ‪٠‬ؿ‪ َٛ‬أنً ػ‪ ُِٕٙ ٜٛ‬ػٍ‪ ٝ‬يٌه‪ .‬وّح ٍِ ‪ٚ‬ئْ لٍٕح ذحٌّؼطّى ئْ‬
‫جٌكٍ‪ٍِّٛ ُ٠‬ن‪ .‬ل‪( :ٌٗٛ‬جأل‪١ٍٚ‬س) جقطٍجَج ػٓ ٔك‪ ٛ‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬ج‪٢‬ض‪ .ٟ‬ل‪٠ٚ( :ٌٗٛ‬ؿ‪ َٛ‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬ئٌم) ْ‪ٛ‬جء ف‪ ٟ‬يٌه جٌٍُّٓ ‪ٚ‬جٌىحفٍ ئال ف‪ٟ‬‬
‫جٌطظٍ‪ ً١‬ػٕى ٖ‪١‬هٕح َ‪ ٞ‬ف‪ّٕ١‬غ ِٕٗ جٌىحفٍ‪ .‬لحي جٌٓرى‪ :ٟ‬وحذٓ جٌٍفؼس ‪ٚ‬ال ‪٠‬ؿ‪ َٛ‬ألقى ِٓ جٌ‪ٛ‬الز أ‪ ٚ‬غ‪ ٍُ٘١‬أنً ػ‪ ٜٛ‬ػٍ‪ ٝ‬يٌه‪ٚ ،‬ال أوٌ‪ٞ‬‬
‫ذأ‪ٚ ٞ‬ؾٗ ‪ٍ ٠‬م‪ ٝ‬هللا ِٓ فؼً ٖ‪١‬ثح ِٓ يٌه‪ .‬لحي جأليٌػ‪٠ٚ .ٟ‬محي ذّػٍٗ ف‪ ٟ‬جٌكٍ‪ٔٚ ُ٠‬ك‪ِّ ٖٛ‬ح ضمىَ ‪ ِٕٗٚ‬قٍ‪ ُ٠‬جٌّٓؿى ال ٌقرطٗ ‪ ّ١ٌٚ‬ألقى‬
‫ئَػحؼ ؾحٌّ ف‪ٟٖ ٟ‬ء ِٓ يٌه ق‪١‬ع ال ‪ ٛ٘ٚ ٌٍٞ‬أقك ذّؿٍٓٗ ِىز و‪ٚ‬جِٗ ف‪ٚ ،ٗ١‬ال ‪٠‬ؿ‪ َٛ‬ئَػحؾٗ ِغ جٌ‪ٌ ّ١ٌٚ ٌٍٟ‬ؿحٌّ ِٕغ ِٓ‬
‫‪٠‬ر‪١‬غ ِػً ذ‪ٟ‬حػطٗ ِػال‪ ٌٛٚ ،‬ذؿحٔرٗ ‪ِٕ ٌٗٚ‬غ ِٓ ‪١ٟ٠‬ك ػٍ‪ٌ ٌٛٚ ،ٗ١‬ى‪ ٍٗ١‬أ‪ َٗٔٚ ٚ‬أ‪ ٚ‬أنًٖ أ‪ ٚ‬ئػطحتٗ أ‪ِٕ ٚ‬غ ٌؤ‪٠‬س ‪٠ٍ٠‬ى ِؼحٍِطٗ أ‪ِٕ ٚ‬غ‬
‫‪ ٌٗٛٚٚ‬ئٌ‪٠ٚ ،ٗ١‬هط‪ ٙ‬وً ذمىٌ ِىحٔٗ ‪ِٚ‬مٍ أِطؼطٗ ‪ٚٚ‬ل‪ٛ‬ف ِٓ ‪٠‬ؼحٍِٗ‪ .‬وّح ٍِ ‪٠ٚ‬ؿ‪ٌ َٛ‬إلِحَ ئلطحع ذؼ‪ ٝ‬جٌٗحٌع ٌّٓ ‪ٍ٠‬ضفك ذٗ ق‪١‬ع ال‬
‫‪ٌٍٞ‬‬
‫‪ .3‬ضكفس جٌّكطحؼ ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪ٙ‬حؼ ؾـ ‪ٚ 7‬ـ ‪174‬‬
‫فمحي لحي أتّطٕح ‪ٚ‬وً ِٓ جٌّالن ‪٠‬ط‪ٍٛ‬ف ف‪ٍِ ٟ‬ىٗ ػٍ‪ ٝ‬جٌؼحوز ‪ٚ‬ال ‪ٞ‬اّحْ ئيج أف‪ٟ‬ا‪ ٝ‬ئٌا‪ ٝ‬ضٍاف ‪ِٚ‬آ لاحي ‪ّٕ٠‬اغ ِّاح ‪ٟ٠‬اٍ جٌٍّاه و‪ ْٚ‬جٌّحٌاه‬
‫ِكٍٗ ف‪ ٟ‬ض‪ٍٛ‬ف ‪٠‬هحٌف ف‪ ٗ١‬جٌؼحوز ٌم‪ ٌٛ ٌُٙٛ‬قفٍ ذٍّىٗ ذحٌ‪ٛ‬ػس أفٓىش ِحء ذثٍ ؾحٌٖ أ‪ ٚ‬ذثٍج ٔم‪ٛ‬ص ِحء٘ح ٌُ ‪ِ ّٟٓ٠‬ح ٌُ ‪٠‬هحٌف جٌؼاحوز‬
‫ف‪ ٟ‬ض‪ْٛ‬ؼس جٌرثٍ أ‪ ٚ‬ضمٍ‪٠‬ر‪ٙ‬ح ِٓ جٌؿىجٌ أ‪ ٚ‬ضىٓ جألٌ‪ ٜ‬ن‪ٛ‬جٌز ضٕ‪ٙ‬حٌ ئيج ٌُ ضط‪ ٛ‬فٍُ ‪٠‬ط‪٘ٛ‬ح ف‪ ّٟٓ١‬ف‪ ًٖ٘ ٟ‬وٍ‪ٙ‬ح ‪ّٕ٠ٚ‬غ ِٕ‪ٙ‬ح ٌطم‪ٌٚ ،ٍٖ١ٛ‬ا‪ٛ‬‬
‫قفٍ ذثٍج ف‪ِٛ ٟ‬جش فكفٍ آنٍ ذثٍج ذمٍذ‪ٙ‬ح فٕم‪ِ ٙ‬حء ذثٍ جأل‪ٚ‬ي ِٕغ جٌػاحٔ‪ِٕ ٟ‬اٗ‪ ،‬ل‪١‬اً ‪ٚ‬جٌفاٍق ظاحٍ٘ ج ٘اـ(‪ٚ‬واً ِآ جٌّاالن ‪٠‬ط‪ٛ‬اٍف جٌام)‬
‫فحٌكح‪ ًٚ‬أْ ٌٗ فؼً ِح ‪ٚ‬جفك جٌؼحوز ‪ٚ‬ئْ ‪ ٍٞ‬جٌٍّه ‪ٚ‬جٌّحٌه ‪ٚ‬أْ ٌٗ فؼً ِح نحٌف‪ٙ‬ح ئْ ٌُ ‪ ٍٟ٠‬جٌٍّه ‪ٚ‬ئْ ‪ ٍٞ‬جٌّحٌه ‪ٚ‬وًج ٌا‪ٞ ٛ‬اٍ جالؾٕرا‪ٟ‬‬
‫ذحال‪٠ٚ ٌٝٚ‬ىف‪ ٟ‬ف‪ ٟ‬ؾٍ‪٠‬حْ جٌؼحوز و‪ ْٛ‬ؾٕٓٗ ‪٠‬فؼً ذ‪ ٓ١‬جالذٕ‪١‬س ‪ٚ‬ئْ ٌُ ضؿٍ ذفؼاً ػ‪ٕ١‬اٗ ‪ِٕٚ‬اٗ قاىجو ذا‪ ٓ١‬ذاُجَ‪ ٓ٠‬فهاٍؼ ٔكا‪ِ ٛ‬ؼّاً جٌٕٗاحوٌ‬
‫ف‪ ّٟٓ١‬فحػٍٗ ذ‪ ٓ١‬جالذٕ‪١‬س ِح ض‪ٌٛ‬ى ِٕٗ ‪ِٚ‬ػٍٗ ِؼًّ جٌرحٌ‪ٚ‬و ضٕر‪ِ ًّٖ :ٗ١‬ح يوٍ ِٓ ؾ‪ٛ‬جَ جٌط‪ٛ‬اٍف جٌّؼطاحو ِاح ٌا‪ ٛ‬أْاٍؼ فا‪ٍِ ٟ‬ىاٗ ْاٍجؾح‬
‫‪ ٌٛٚ‬ذٕؿّ ‪ ٌَُٚ‬ػٍ‪ ٗ١‬ضٓ‪٠ٛ‬ى ؾىجٌ ؾحٌٖ لٍ‪ٛ١‬ذ‪ ٟ‬جٖ ذؿ‪ٍِٟ١‬‬
‫‪ .4‬جٌكح‪ ٜٚ‬جٌىر‪ ٍ١‬ـ جٌّح‪ٌٚ‬و‪ - ٜ‬وجٌ جٌفىٍ ؾـ ‪ٚ 7‬ـ ‪123‬‬
‫فأِح فٕحء جٌّٓؿى فاْ وحْ ف‪ ٟ‬جٌؿٍ‪ ِٛ‬ف‪ ٗ١‬ئ‪ٍٞ‬جٌ ذأً٘ جٌّٓؿى ِٕؼ‪ٛ‬ج ِٕٗ ‪ٚ ،‬ئْ ٌُ ‪٠‬ىٓ ف‪ ٗ١‬ئ‪ٍٞ‬جٌ ذأً٘ جٌّٓؿى ف‪ ٍَُ٠ ًٙ‬جْطثًجْ‬
‫جإلِحَ ف‪ ٗ١‬أَ ال ػٍ‪ٚ ٝ‬ؾ‪ : ٓ١ٙ‬ئْ ل‪ : ً١‬ئْ فٕحء جٌٍّه ال ‪ ٍَُ٠‬جْطثًجْ ٌذٗ ف‪ ٍَُ٠ ٌُ ٗ١‬جْطثًجْ جإلِحَ ف‪ ٟ‬فٕحء جٌّٓؿى ‪ٚ ،‬ئيْ جإلِحَ ئيْ‬
‫جؾط‪ٙ‬حو ف‪ ٟ‬جأل‪ٍٚ‬ف ‪ْٛٚ ،‬جء ف‪ ٟ‬فٕحء جٌّٓؿى ؾ‪ٍ١‬جٔٗ ‪ٚ ،‬جألذحػى ‪.‬‬

‫‪ .5‬لالتى جٌهُجتى ٌٍٗ‪١‬م جٌفم‪ ٗ١‬ػرى هللا ذٓ ِكّى ذحلٗ‪ ٍ١‬ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪596‬‬
‫ِٓأٌس ‪ْ :‬رك ٖ‪١‬ة ِّح ‪ّٕ٠‬غ ف‪ ٝ‬جٌّٓكى ‪ٌٚ‬قرطٗ ف‪ ٠ٍٖٚ ٝ‬جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬ف‪ ٝ‬جٌغًٓ ‪ٚ ,‬وًج ‪ّٕ٠‬غ ِّح ‪ ٍٟ٠‬أ‪٠ ٚ‬إي‪ ٞ‬أٍ٘ٗ فا‪ ٝ‬قٍ‪ّ٠‬اٗ ‪ٚ ,‬أفطا‪ٝ‬‬
‫جٌمح‪ ٟٞ‬جذٓ ػرٓ‪ ٓ١‬ذّٕغ ‪ٍٞ‬خ جٌكٍ‪ ٍ٠‬ف‪ ٟ‬جٌرٓطحْ جًٌ‪ ٞ‬ضهٍؼ ِ‪١‬حٖ ِطحٍٖ٘ ئيج وحْ ؾ‪ٛ‬جٌٖ ذك‪١‬ع ‪ٗ٠‬غً جٌرثٍ ػٓ ذؼ‪ ٝ‬جٌا‪ٛ‬جٌو‪ٌٍ ٓ٠‬رثاٍ‬
‫– أل‪ٛ‬ي ‪ِٚ :‬ػٍٗ ق‪١‬ع ‪٠‬طٕاى‪ ٜ‬ذاٗ أ‪ ٚ‬ضاإي‪ٌ ٞ‬جتكطاٗ ِآ ف‪١‬اٗ – لاحي ‪ٟ٠ٚ :‬آّ جٌّٕطفاغ أؾٍضاٗ ئْ واحْ ‪ٚ‬لفاح ‪ٚ ,‬جٌٕاحظٍ ئْ أيْ ف‪١‬اٗ ‪٠ٚ ,‬ؿاد‬
‫ئٔىحٌٖ ‪ِٓ .‬أٌس ‪٠ :‬ىٍٖ ؾٍ‪ ِٛ‬جٌٗحٌع ئال ٌّٓ ‪٠‬إ و‪ ٞ‬قمٗ ‪ ,‬وغ‪ ٝ‬جٌر‪ٚ , ٍٛ‬جٌٕ‪ٙ‬ا‪ ٟ‬ػآ جٌّٕىاٍ ‪ٚ ,‬ػاىَ جٌٍغا‪ ٛ‬فا‪ ٝ‬جٌرح‪٠‬اً ‪ٚ ,‬واًج ؾٍا‪ِٛ‬‬
‫ِٓ ‪ٙ٠‬حخ ذك‪١‬ع ‪ّ٠‬طٕغ ذؼ‪ ٝ‬جٌٕحِ ِٓ جٌٌٍّ ػٍ‪ , ٗ١‬أ‪٠ ٚ‬طأي‪ ٜ‬ذٗ جٌٓىحْ ذمٍذٗ ‪.‬‬
‫‪ .6‬ضكفس جٌّكطحؼ ف‪ٍٖ ٟ‬ـ جٌّٕ‪ٙ‬حؼ ؾـ ‪ٚ 5‬ـ ‪481‬‬
‫‪ٚ‬ال ‪٠‬ؿ‪ٚ ًِٛ ٍٙ‬ال غ‪ ٍٖ١‬ئْ ٖ‪ ٔٛ‬ػٍ‪ٔ ٝ‬ك‪ٔ ٛ‬حتُ أ‪ ًِٛ ٚ‬ف‪١‬ىٍٖ وّح ف‪ ٟ‬جٌّؿّ‪ٛ‬ع ‪ٚ‬فطح‪ ٜٚ‬جٌّ‪ٕٛ‬ف ‪ٚ‬ذٗ ٌو ػٍ‪ ٝ‬جذٓ جٌؼّحو ٔمٍٗ ػٕ‪ّٙ‬ح‬

‫‪8‬‬
‫جٌكٍِس ئْ وحْ ِٓطّؼ‪ ٛ‬جٌمٍجءز أوػٍ ِٓ جٌّ‪ٔ ٓ١ٍٛ‬ظٍج ٌُ‪٠‬حوز جٌّ‪ٍٛ‬كس غُ ٔظٍ ف‪ٚ ٗ١‬ذكع جٌّٕغ ِٓ جٌؿ‪ ٍٙ‬ذك‪ٍٟ‬ز جٌّ‪ِ ٍٟٛ‬طٍمح ألْ‬
‫جٌّٓؿى ‪ٚ‬لف ػٍ‪ ٝ‬جٌّ‪ ٓ١ٍٛ‬أ‪ ٞ‬أ‪ٚ‬حٌس و‪ ْٚ‬جٌ‪ٛ‬ػحظ ‪ٚ‬جٌمٍجء ‪ٛٔٚ‬جفً جٌٍ‪ ً١‬جٌّطٍمس ‪٠‬ط‪ ١ْٛ‬ف‪ٙ١‬ح ذ‪ ٓ١‬جٌؿ‪ٚ ٍٙ‬جإلٍْجٌ ذأْ ‪٠‬مٍأ ٘ىًج ٍِز‬
‫‪٘ٚ‬ىًج أنٍ‪ ٜ‬أ‪٠ ٚ‬ىػ‪ ٟ‬أْ ذ‪ّٕٙ١‬ح ‪ٚ‬جْطس ذأْ ‪ٍ٠‬فغ ػٓ ئّْحع ٔفٓٗ ئٌ‪ ٝ‬قى ال ‪ّٓ٠‬ؼٗ غ‪( ٍٖ١‬ل‪ ٌٗٛ‬ال ‪٠‬ؿ‪ ًِٛ ٍٙ‬ئٌم) ٖحًِ ٌٍفٍ‪ٜ‬‬
‫‪ٚ‬غ‪( ٍٖ١‬ل‪ ٌٗٛ‬ػٍ‪ٔ ٝ‬ك‪ٔ ٛ‬حتُ) ظحٍٖ٘ ‪ ٌٛٚ‬ف‪ ٟ‬جٌّٓؿى ‪ٚ‬لص ئلحِس جٌّفٍ‪ٞٚ‬س ‪ٚ‬ف‪ٔ ٗ١‬ظٍ ألٔٗ ِم‪ ٍٛ‬ذحٌٕ‪ َٛ‬ق‪ٕ١‬ثً ُْ (ل‪ٚ ٌٗٛ‬ذٗ) أ‪ ٞ‬ذم‪ٌٗٛ‬‬
‫‪ٚ‬فطح‪ ٜٚ‬جٌّ‪ٕٛ‬ف (ل‪ ٌٗٛ‬ئْ وحْ ئٌم) جٌّٕحْد ٌّح لرٍٗ ‪ِٚ‬ح ذؼىٖ ئْ ٌُ ‪٠‬ىٓ ئٌم (ل‪ ٌٗٛ‬غُ ٔظٍ ف‪ )ٗ١‬أ‪ ٞ‬جذٓ جٌؼّحو أ‪ ٞ‬ف‪ّ١‬ح ٔمٍٗ ػٓ‬
‫جٌفطح‪( ٜٚ‬ل‪ٚ ٌٗٛ‬ذكع ئٌم) جذٓ جٌؼّحو ق‪١‬ع لحي ‪٠ٚ‬كٍَ ػٍ‪ ٝ‬وً أقى جٌؿ‪ ٍٙ‬ف‪ ٟ‬جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬نحٌؾ‪ٙ‬ح ئْ ٖ‪ ٔٛ‬ػٍ‪ ٝ‬غ‪ٔ ِٓ ٍٖ١‬ك‪ ًِٛ ٛ‬أ‪ٚ‬‬
‫لحٌب أ‪ٔ ٚ‬حتُ ٌٍ‪ٍ٠ٚ ٌٍٟ‬ؾغ ٌم‪ٛ‬ي جٌّطٗ‪ ٌٛٚ ٔٛ‬فحْمح ألٔٗ ال ‪٠‬ؼٍف ئال ِٕٗ ج ٘ـ ‪ِٚ‬ح يوٍٖ ِٓ جٌكٍِس ظحٍ٘ ٌىٓ ‪ٕ٠‬حف‪ ٗ١‬والَ جٌّؿّ‪ٛ‬ع‬
‫‪ٚ‬غ‪ ٍٖ١‬فأٗ وحٌ‪٠ٍٛ‬ف ف‪ ٟ‬ػىِ‪ٙ‬ح ئال أْ ‪٠‬ؿّغ ذكٍّٗ ػٍ‪ِ ٝ‬ح ئيج نحف جٌطٗ‪ ٕ٠ٛ‬ج ٘ـ ٍٖـ جٌّهط‪ٌٍٗ ٍٛ‬حٌـ ج ٘ـ ذ‪٠ٚ ٍٞٛ‬أض‪ ٟ‬ػٓ‬
‫ٖ‪١‬هٕح ؾّغ آنٍ (ل‪ِ ٌٗٛ‬طٍمح) أ‪ٚ ٞ‬ئْ وحْ جٌّ‪ ٍٟٛ‬ألً ِٓ ِٓطّغ جٌمٍجءز‬
‫‪ .7‬فطح‪ ٜٚ‬الِحَ جٌٕ‪ٚ ٞٚٛ‬ـ ‪31‬‬
‫‪ ْٖٛٛٗ٠ٚ‬ػٍ‪ ٝ‬ذؼ‪ ٝ‬جٌٕحِ‪ ً٘ ،‬لٍأض‪ُٙ‬‬
‫ّ‬ ‫(ِٓأٌس) ؾّحػس ‪٠‬مٍؤْ جٌمٍآْ ف‪ ٟ‬جٌؿحِغ ‪ َٛ٠‬جٌؿّؼس ؾ‪ٍٙ‬ج‪ٕ٠ٚ ،‬طفغ ذّٓحع لٍجءض‪ٔ ُٙ‬حِ‪،‬‬
‫جف‪ ًٟ‬جَ ال ئْ وحٔص جٌّ‪ٍٛ‬كس ف‪ٙ١‬ح ‪ٚ‬جٔطفحع جٌٕحِ ذ‪ٙ‬ح أوػٍ ِٓ جٌّفٓىز جًٌّو‪ٌٛ‬ز فحٌمٍجءز أف‪ٚ ،ًٟ‬ئْ وحٔص جٌّفٓىز أوػٍ وٍ٘ص‬
‫‪ .8‬ذغ‪١‬س جٌّٓطٍٖى‪ٚ ٓ٠‬ـ ‪66‬‬
‫(ِٓأٌس ن) ال ‪٠‬ىٍٖ ف‪ ٟ‬جٌّٓؿى جٌؿ‪ ٍٙ‬ذحًٌوٍ ذأٔ‪ٛ‬جػٗ ‪ ِٕٗٚ‬لاٍجءز جٌماٍآْ ئال ئْ ٖا‪ ِٛ‬ػٍا‪ِٛ ٝ‬اً أ‪ ٚ‬آي‪ٔ ٜ‬حتّاح ذاً ئْ وػاٍ جٌطاأي‪ ٞ‬قاٍَ‬
‫ف‪ّٕ١‬غ ِٕٗ ق‪ٕ١‬ثً وّح ٌ‪ ٛ‬ؾٍّ ذؼى جأليجْ ذًوٍ هللا ضؼحٌ‪ٚ ٝ‬وً ِٓ أض‪ٌٍٛ ٝ‬الز ؾٍاّ ِؼاٗ ‪ٖٚ‬ا‪ ِٛ‬ػٍا‪ ٝ‬جٌّ‪ٛ‬اٍ‪ ٓ١‬فااْ ٌاُ ‪٠‬ىآ غاُ ضٗا‪ّ٠ٛ‬‬
‫أذ‪١‬ف ذً ٌٕك‪ ٛ‬ضؼٍ‪ ُ١‬ئْ ٌُ ‪٠‬هف ٌ‪٠‬حء‬
‫‪ .9‬جٌطٍِٓ‪ ٟ‬ؾـ ‪ٚ 2‬ـ ‪397 – 396‬‬
‫‪٠ٚ‬كٍَ ػٍ‪ ٝ‬وً جقى جٌؿ‪ ٍٙ‬ف‪ ٟ‬جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬نحٌؾ‪ٙ‬ح ئْ ٖ‪ ٔٛ‬ػٍ‪ ٝ‬غ‪ٔ ِٓ ٍٖ١‬ك‪ ًِٛ ٛ‬ج‪ ٚ‬لحٌب ج‪ٔ ٚ‬حتُ ٌٍ‪ٍ٠ٚ ٌٍٟ‬ؾغ ٌم‪ٛ‬ي جٌّطٗا‪ٌٚ ٔٛ‬ا‪ٛ‬‬
‫فحْمح ألٔٗ ال‪٠‬ؼٍف جال ِٕٗ ‪ِٚ‬ح يوٍٖ ِٓ جٌكٍِس ظاحٍ٘ ٌىآ ‪ٕ٠‬حف‪١‬اٗ واالَ جٌّؿّا‪ٛ‬ع ‪ٚ‬غ‪١‬اٍٖ فأاٗ وحٌ‪ٛ‬اٍ‪٠‬ف فا‪ ٟ‬ػاىِ‪ٙ‬ح ئال جْ ‪٠‬ؿّاغ ذكٍّاٗ‬
‫ػٍ‪ِ ٝ‬ح ئيج نحف جٌطٗ‪( ٕ٠ٛ‬ل‪ ٌٗٛ‬ػٍ‪ِ ٝ‬ح ئيج نحف جٌطٗ‪ )ٕ٠ٛ‬ج‪ِٚ ٞ‬ح يوٍٖ جٌّ‪ٕٛ‬ف ِٓ جٌكٍِس ػٍ‪ِ ٝ‬اح ئيج جٖاطى ‪ٚ‬ػراحٌز جإل‪٠‬ؼاحخ ‪ٕ٠‬رغا‪ٟ‬‬
‫قًّ ل‪ٛ‬ي جٌّؿّ‪ٛ‬ع ‪ٚ‬ئْ جي‪ ٜ‬ؾحٌٖ ػٍ‪ ٝ‬ئ‪ً٠‬جء نف‪١‬ف ال‪٠‬طٓحِف ذٗ ذهالف ؾ‪٠ ٍٙ‬ؼطٍٗ ػٓ جٌماٍجءز ذحٌىٍ‪١‬اس ف‪ٕ١‬رغا‪ ٟ‬قٍِطاٗ ج٘اـ ‪ٚ‬ظاحٍٖ٘ أْ‬
‫ِكً جٌىٍج٘س ج‪ ٚ‬جٌكٍِس ئيج ٌُ ‪٠‬ىٓ ػًٌ ‪ٚ‬جِح ِغ جٌؼًٌ وىػٍز جٌغٍع ػٕىٖ فحقطحؼ ٌٍؿ‪ٌ ٍٙ‬الض‪١‬حْ ذحٌمٍأز ػٍ‪ٚ ٝ‬ؾ‪ٙٙ‬اح فاال وٍج٘اس ‪ٚ‬ال قٍِاس‬
‫فٍ‪١‬طحًِ‬
‫غح‪٠‬س ضٍه‪ ٙ١‬جٌٍّجو ِٓ فطح‪ ٜٚ‬جذٓ َ‪٠‬حو ‪ٚ‬ـ ‪9‬‬ ‫‪.11‬‬
‫(ِٓأٌس)‪ :‬ضأن‪ٚ ٍ١‬الز جٌؼٗحء ئٌ‪ ٝ‬غٍع جٌٍ‪ ً١‬أ‪ٛٔ ٚ‬فٗ نالف جأل‪ٚ ،ٌٝٚ‬ل‪ِ ً١‬ىٍ‪ٚ ،ٖٚ‬ال ‪ ٓٓ٠‬ق‪ٕ١‬ثً ٌفغ جٌ‪ٛٛ‬ش ذحأليجْ ألٔٗ ‪ّٔٛ ٗ٠‬‬
‫فٍإلِحَ جٌّٕغ ِٕٗ‪ .‬لٍص‪٠ :‬ف‪ ِٕٗ ُٙ‬أٔٗ ئيج ٌُ ‪٠‬ىٓ غُ ضٗ‪ ٕ٠ٛ‬ذأْ وحْ غحٌد أً٘ جٌرٍى ‪٠‬فؼٍ‪ ٗٔٛ‬وّح ف‪ٌِٟ ٟ‬حْ ف‪ ٟ‬ذؼ‪ ٝ‬جٌٕ‪ٛ‬جق‪ ٟ‬ال ِٕغ‬
‫ِٓ ٌفغ جٌ‪ٛٛ‬ش ق‪ٕ١‬ثً‬

‫?‪b. Bagaimana hukum mematikan kipas angin sebagaimana dalam deskripsi di atas‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪b. Tafsil:‬‬
‫‪ tidak diperbolehkan jika hukum menyalakanya diperbolehkan sebagaimana ketentuan‬‬
‫‪sub a.‬‬
‫‪ Diperbolehkan jika hukum menyalakan kipas tersebut tidak diperbolehkan. sedangkan‬‬
‫‪yang berhak mematikan kipas tersebut adalah setiap orang, namun jika khawatir terjadi‬‬
‫‪fitnah maka harus melibatkan pihak nadzir.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1. Al-Fiqhul Islami vol. 6, h. 446‬‬ ‫‪3. Al-Bujairomo Al-Khotib vol. 2, h. 307‬‬
‫‪2. Al-Qolaid Al-Khozaid, vol. 1, h. 596.‬‬

‫‪.‬‬
‫‪ .1‬جٌفمٗ جإلْالِ‪ٚ ٟ‬أوٌطٗ ؾـ ‪ٚ 6‬ـ ‪446‬‬
‫‪ٌٍ ّ١ٌٚ‬كحوُ ِٕغ أقاى ِآ جالٔطفاحع ذىاً جٌ‪ٛ‬ؾا‪ ،ٖٛ‬ئيج ٌاُ ‪ٟ٠‬اٍ جٌفؼاً ذاحٌٕ‪ ٍٙ‬أ‪ ٚ‬ذاحٌغ‪ ٍ١‬أ‪ ٚ‬ذحٌؿّحػاس‪ .‬وّاح ٘ا‪ ٛ‬جٌكىاُ جٌّماٌٍ ذحالٔطفاحع فا‪ٟ‬‬
‫جٌطٍق أ‪ ٚ‬جٌٍّجفك جٌؼحِس‪ .‬فايج أ‪ ،ٍٞ‬فٍىً ‪ٚ‬جقى ِٓ جٌٍّّٓ‪ِٕ ٓ١‬ؼٗ أ‪ ٚ‬جٌكى ِٓ ض‪ٍٛ‬فٗ إلَجٌس جٌ‪ٌٍٟ‬؛ ألٔٗ قك ٌؼحِس جٌٍّّٓ‪ٚ ،ٓ١‬ئذحقاس‬
‫جٌط‪ٍٛ‬ف ف‪ ٟ‬قم‪٠ٍِٚٗ ُٙ‬س ذحٔطفحء جٌ‪ ،ٌٍٟ‬وحالٔطفحع ذحٌٍّجفك جٌؼحِس‪ ،‬ئي ال ‪ٚ ٌٍٞ‬ال ‪ٍٞ‬جٌ‪.‬‬
‫‪ .2‬لالتى جٌهُجتى ٌٍٗ‪١‬م جٌفم‪ ٗ١‬ػرى هللا ذٓ ِكّى ذحلٗ‪ ٍ١‬ؾـ ‪ٚ 1‬ـ ‪596‬‬
‫ِٓأٌس ‪ْ :‬رك ٖ‪١‬ة ِّح ‪ّٕ٠‬غ ف‪ ٝ‬جٌّٓكى ‪ٌٚ‬قرطٗ ف‪ ٠ٍٖٚ ٝ‬جٌ‪ٛ‬الز ‪ٚ‬ف‪ ٝ‬جٌغًٓ ‪ٚ ,‬وًج ‪ّٕ٠‬غ ِّح ‪ ٍٟ٠‬أ‪٠ ٚ‬إي‪ ٞ‬أٍ٘ٗ فا‪ ٝ‬قٍ‪ّ٠‬اٗ ‪ٚ ,‬أفطا‪ٝ‬‬
‫جٌمح‪ ٟٞ‬جذٓ ػرٓ‪ ٓ١‬ذّٕغ ‪ٍٞ‬خ جٌكٍ‪ ٍ٠‬ف‪ ٟ‬جٌرٓطحْ جًٌ‪ ٞ‬ضهٍؼ ِ‪١‬حٖ ِطحٍٖ٘ ئيج وحْ ؾ‪ٛ‬جٌٖ ذك‪١‬ع ‪ٗ٠‬غً جٌرثٍ ػٓ ذؼ‪ ٝ‬جٌا‪ٛ‬جٌو‪ٌٍ ٓ٠‬رثاٍ‬
‫– أل‪ٛ‬ي ‪ِٚ :‬ػٍٗ ق‪١‬ع ‪٠‬طٕاى‪ ٜ‬ذاٗ أ‪ ٚ‬ضاإي‪ٌ ٞ‬جتكطاٗ ِآ ف‪١‬اٗ – لاحي ‪ٟ٠ٚ :‬آّ جٌّٕطفاغ أؾٍضاٗ ئْ واحْ ‪ٚ‬لفاح ‪ٚ ,‬جٌٕاحظٍ ئْ أيْ ف‪١‬اٗ ‪٠ٚ ,‬ؿاد‬
‫ئٔىحٌٖ ‪ِٓ .‬أٌس ‪٠ :‬ىٍٖ ؾٍ‪ ِٛ‬جٌٗحٌع ئال ٌّٓ ‪٠‬إ و‪ ٞ‬قمٗ ‪ ,‬وغ‪ ٝ‬جٌر‪ٚ , ٍٛ‬جٌٕ‪ٙ‬ا‪ ٟ‬ػآ جٌّٕىاٍ ‪ٚ ,‬ػاىَ جٌٍغا‪ ٛ‬فا‪ ٝ‬جٌرح‪٠‬اً ‪ٚ ,‬واًج ؾٍا‪ِٛ‬‬
‫ِٓ ‪ٙ٠‬حخ ذك‪١‬ع ‪ّ٠‬طٕغ ذؼ‪ ٝ‬جٌٕحِ ِٓ جٌٌٍّ ػٍ‪ , ٗ١‬أ‪٠ ٚ‬طأي‪ ٜ‬ذٗ جٌٓىحْ ذمٍذٗ ‪.‬‬
‫‪ .3‬جإللٕحع ِغ جٌرؿ‪ ٍِٟ١‬جٌهط‪١‬د ؾـ ‪ٚ 2‬ـ ‪317‬‬
‫( ‪٠ٚ‬ؿ‪ٌ َٛ‬إلٔٓاحْ أْ ‪ٗ٠‬اٍع ) ذ‪ٟ‬اُ أ‪ٌٚ‬اٗ ‪ٚ‬ئْاىحْ غحٔ‪١‬اٗ أ‪٠ ٞ‬هاٍؼ ( ٌ‪ٖٚ‬إح ) أ‪ ٞ‬ؾٕحقاح ‪٘ٚ‬ا‪ ٛ‬جٌهاحٌؼ ِآ ٔكا‪ ٛ‬جٌهٗاد ‪ْٚ‬احذح‪٠‬ح ‪٘ٚ‬ا‪ٛ‬‬

‫‪9‬‬
‫جٌٓم‪١‬فس ػٍ‪ ٝ‬قحتط‪ٚ ٓ١‬جٌطٍ‪٠‬اك ذ‪ّٕٙ١‬اح ( فا‪٠ٍ٠ ٟ‬اك ٔحفاً ) ‪٠ٚ‬ؼراٍ ػٕاٗ ذحٌٗاحٌع ‪ٚ‬ل‪١‬اً ذ‪ٕ١‬اٗ ‪ٚ‬ذا‪ ٓ١‬جٌطٍ‪٠‬اك جؾطّاحع ‪ٚ‬جفطاٍجق ألٔاٗ ‪٠‬هاط‪ٙ‬‬
‫ذحٌرٕ‪١‬حْ ‪ٚ‬ال ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ئال ٔحفًج ‪ٚ‬جٌطٍ‪٠‬ك ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ذرٕ‪١‬حْ أ‪ٚ ٚ‬كٍجء ٔحفًج أ‪ ٚ‬غ‪ٔ ٍ١‬حفً ‪ً٠ٚ‬وٍ ‪٠ٚ‬إٔع ( ذه‪١‬ع ال ‪ ) ٍٟ٠‬وً ِٓ جٌؿٕاحـ ‪ٚ‬جٌٓاحذح‪( ٠‬‬
‫جٌّحٌز ) ف‪ ٌٍُِ٘ٚ ٟ‬ف‪ ٗ١‬ف‪ٗ١‬طٍ‪ ٠‬جٌضفحع وً ِٕ‪ّٙ‬ح ذك‪١‬ع ‪ ٍّ٠‬ضكطٗ جٌّحٖ‪ِٕ ٟ‬ط‪ٛ‬رح ِٓ غ‪ ٍ١‬جقط‪١‬احؼ ئٌا‪ ٝ‬أْ ‪٠‬طاأ‪ٝ٠‬ء ٌأْاٗ ألْ ِاح ‪ّٕ٠‬اغ‬
‫يٌه ئ‪ٍٞ‬جٌ قم‪١‬م‪ٗ٠ٚ ٟ‬طٍ‪ِ ٠‬غ ً٘ج أْ ‪٠‬ى‪ ْٛ‬ػٍ‪ٌ ٝ‬أْٗ جٌكّ‪ٌٛ‬س جٌؼحٌ‪١‬س وّح لحٌٗ جٌّح‪ٌٚ‬و‪ٚ ٞ‬ئْ واحْ ِّاٍ جٌفٍْاحْ ‪ٚ‬جٌم‪ٛ‬جفاً ف‪ٍ١‬فاغ يٌاه‬
‫ذك‪١‬ع ‪ ٍّ٠‬ضكطٗ جٌّكًّ ػٍ‪ ٝ‬جٌرؼ‪ِ ٍ١‬غ أنٗحخ جٌّظٍس ألْ يٌه لى ‪٠‬طفك ‪ٚ‬ئْ وحْ ٔحوٌج ‪ٚ‬جأل‪ ًٚ‬ف‪ ٟ‬ؾا‪ٛ‬جَ يٌاه أٔاٗ ‪ٚ‬اٍ‪ ٝ‬هللا ػٍ‪١‬اٗ ‪ْٚ‬اٍُ‬
‫ٔ‪ٛ‬د ذ‪١‬ىٖ جٌٍٗ‪٠‬فس ِ‪ُ١‬جذح ف‪ ٟ‬وجٌ ػّٗ جٌؼرحِ ٌ‪ٚ‬جٖ جإلِحَ أقّى ‪ ٚ‬جٌر‪ٙ١‬م‪ٚ ٟ‬لحي ئْ جٌّ‪ُ١‬جخ وحْ ٖحٌػح ٌّٓؿىٖ ‪ ٍٝٚ‬هللا ػٍ‪ ٗ١‬فاْ فؼاً‬
‫ِح ِٕغ ِٕٗ أَ‪ٌ ً٠‬م‪ ٍٝٚ ٌٗٛ‬هللا ػٍ‪ ٍُْٚ ٗ١‬ال ‪ٚ ٌٍٞ‬ال ‪ٍٞ‬جٌ ف‪ ٟ‬جإلْالَ ‪ٚ‬جٌُّ‪ ٌٗ ً٠‬جٌكحوُ ال وً أقى ٌاٗ ٌّاح ف‪١‬اٗ ِآ ض‪ٛ‬لاغ جٌفطٕاس ٌىآ‬
‫ٌىً أقى ِطحٌرطٗ ذاَجٌطٗ ألٔٗ ِٓ ئَجٌس جٌّٕىٍل‪ٚ ( : ٌٗٛ‬جٌُّ‪ ٌٗ ً٠‬جٌكحوُ ) ‪ٚ‬وًج غ‪ ٍٖ١‬ئْ أِٓ جٌفطٕس أنًج ِّح ذؼىٖ‬

‫‪10‬‬
Hasil Keputusan
Bahtsul Masail Waqi’iyyah
Konferwil PWNU Jawa Timur 2018
Di Pondok Pesantren Lirboyo – Kediri
15 – 16 Dzulqo’dah 1439 H / 28 – 29 Juli 2018

Mushahih:
KH. Yasin Asmuni
KH. Mahrus Maryani
KH. MB Firjoun Barlaman
KH. Murtadho Ghoni

Perumus:
KH. Asyhar Shofyan
KH. Makmun Djazuli Mahfudz
K. Fauzi Hamzah
KH. Ali Maghfur Syadzili
KH. Syihabuddin Sholeh

Moderator:
K. M. Ali Romzi

Notulen:
Ust. M. Khotibul Umam

1. PRO KONTRA TAYANGAN “KARMA” DI TV SWASTA


Deskripsi Masalah:
Karma adalah acara televisi realitas adikodrati (supranatural) yang ditayangkan oleh
salah satu stasiun TV swasta sejak 24 Desember 2017. Acara yang berdurasi 120 menit ini
dipandu pembawa acara dan pembaca angka kelahiran (penarawang). Dalam setiap
episode terdapat 31 orang peserta sesuai dengan tanggal lahirnya yang semuanya adalah
orang-orang yang bermasalah. Pembaca angka (penerawang) merupakan seorang indigo
yang mempunyai kemampuan menerawang masa lalu dan masa depan seseorang melalui
data tanggal lahir, gambar, tulisan dan pengakuan dari peserta, bahkan pembaca angka
(penerawang) juga dengan tanpa beban mengungkap penyebab masalah yang dihadapi
peserta semisal disantet atau diguna-guna oleh salah satu teman atau keluarga. Namun
demikian pada akhirnya pembaca angka (penerawang) juga memberi masukan kepada
peserta agar selalu melakukan kebaikan-kebaikan sebagai solusi menuju kehidupan yang
lebih baik.
Pertanyaan a:
Bagaimana hukum menayangkan acara seperti “karma” tersebut?
Jawaban a:
Menayangkan acara seperti karma tersebut hukumnya adalah haram karena tergolong
menayangkan Arrof atau kahin (peramal) juga karena mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1) Menyebar luaskan aib orang lain.
2) Mempublikasikan praktek keharaman.
3) Merusak akidah orang lain.

Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018 1


‫‪Referensi :‬‬

‫فيض املدير رشح اجلاوع الصغري ج ‪ 6‬ص ‪03‬‬


‫‪ ٨٦( - 2828‬أىت ٔؿا‪ٚ‬ة أك اك‪٪٬‬ة) ك‪٬‬ٮ ‪ ٨٦‬خيرب ٔ‪٧‬ة حيؽث أك ٔ‪ ٨‬مئ اغات أك ٔ‪َ ٨‬ة‪ ٓ٣‬أظؽ بكٕؽ أك حنف أك دك‪٣‬ح‬
‫أك حم‪٪‬ح أك ‪٪٦‬عح (‪ٚ‬ىؽ‪ ٫ٝ‬ث‪٧‬ة ي‪ٞ‬ٮؿ ‪ٞٚ‬ؽ ؽ‪ٛ‬ؿ ث‪٧‬ة أ‪٩‬ـؿ ا﵀ ىلع حم‪٧‬ؽ) ‪ ٨٦‬ال‪١‬ذةب كالك‪٪‬ح كرصح ثة‪ ٥٤ٕ٣‬جتؿيؽا‬
‫كأ‪ٚ‬ةد ث‪ٞ‬ٮهل ‪ٚ‬ىؽ‪ ٫ٝ‬أف ا‪٘٣‬ؿض إف قأهل ‪ٕ٦‬ذ‪ٞ‬ؽا وؽ‪٤ٚ ٫ٝ‬ٮ ‪ ٫٤ٕٚ‬اقذ٭ـاء ‪ٕ٦‬ذ‪ٞ‬ؽا ‪٠‬ؾث‪ٚ ٫‬ال ي‪٤‬ع‪ ٫ٞ‬الٮٔيؽ‪ ،‬ز‪ ٥‬إ‪ ٫٩‬ال‬
‫دٕةرض ثني ذا اخلرب ك‪٦‬ة ‪ٝ‬ج‪ ٫٤‬ألف املؿاد إف مىؽؽ الاك‪ ٨٬‬إف أذ‪ٞ‬ؽ أ‪ ٫٩‬يٕ‪ ٥٤‬ا‪٘٣‬يت ؽ‪ٛ‬ؿ كإف أذ‪ٞ‬ؽ أف اجل‪ ٨‬د‪٤‬يق‬
‫إحل‪٦ ٫‬ة ق‪ٕ٧‬ذ‪ ٨٦ ٫‬املالاؾح كأ‪ ٫٩‬ثإهلةـ ‪ٚ‬ىؽ‪٬ ٨٦ ٫ٝ‬ؾق اجل٭ح ال يؾ‪ٛ‬ؿ ‪ٝ‬ةؿ الؿاٗت‪ /‬ا‪ٕ٣‬ؿا‪ٚ‬ح خمذىح ثةألمٮر املةًيح‬
‫كال‪١‬٭ة‪٩‬ح ثةحلةدزح كٌلف ذل‪ ٟ‬يف ا‪ٕ٣‬ؿب ‪٠‬سريا كآػؿ ‪ ٨٦‬ركل ٔ‪ ٫٪‬األػجةر ا‪ٕ٣‬ضيجح قُيط كقٮاد ث‪ٝ ٨‬ةرب‪.‬‬

‫الزواجر غي اكرتاف الكتائر ج ‪ 2‬ص ‪894‬‬


‫( ال‪١‬جرية الؿاثٕح كاخلةمكح كالكةدقح كالكةثٕح كاثلة‪٪٦‬ح كاتلةقٕح كا‪ٕ٣‬رشكف كاثلالزٮف ‪ ،‬كاحلةديح كاثلة‪٩‬يح كاثلةثلح‬
‫كالؿاثٕح كاخلةمكح كاثلالزٮف ثٕؽ اثلالز‪٧‬ةاح ‪ /‬ال‪١‬٭ة‪٩‬ح كا‪ٕ٣‬ؿا‪ٚ‬ح كا‪ُ٣‬رية كا‪ُ٣‬ؿؽ كاتل‪٪‬ضي‪ ٥‬كا‪ٕ٣‬ية‪ٚ‬ح ‪ ،‬كإديةف اك‪٨٬‬‬
‫كإديةف ٔؿاؼ ‪ ،‬كإديةف َةرؽ ‪ ،‬كإديةف ‪٪٦‬ض‪ ، ٥‬كإديةف ذم َرية حلذُري هل ‪ ،‬أك ذم ٔية‪ٚ‬ح حلؼٍ هل ) ‪ٝ‬ةؿ دٕةىل ‪ { /‬كال‬
‫د‪٦ ٙٞ‬ة ‪٣‬حف ل‪ ٟ‬ث‪ ٥٤ٔ ٫‬إف الك‪ ٓ٧‬كابلرص كا‪ٛ٣‬ؤاد لك أكخل‪ ٟ‬اكف ٔ‪ ٫٪‬مكبٮال } أم ال د‪ ٢ٞ‬يف يشء ‪ ٨٦‬األميةء ‪٦‬ة‬
‫‪٣‬حف ل‪ ٟ‬ث‪ٚ ٥٤ٔ ٫‬إف ظٮاق‪ ٟ‬مكبٮ‪٣‬ح ٔ‪ ٨‬ذل‪ . ٟ‬ك‪ٝ‬ةؿ دٕةىل ‪ { /‬اعل‪ ٥‬ا‪٘٣‬يت ‪ٚ‬ال يْ٭ؿ ىلع ٗيج‪ ٫‬أظؽا إال ‪ ٨٦‬اردىض‬
‫‪ ٨٦‬رقٮؿ } أم اعل‪ ٥‬ا‪٘٣‬يت ‪٬‬ٮ ا﵀ كظؽق ‪ٚ‬ال يُ‪٤ٔ ٓ٤‬ي‪ ٫‬أظؽا ‪ ٨٦‬ػ‪ ٫ٞ٤‬إال ‪ ٨٦‬اردٌةق ل‪٤‬ؿقة‪٣‬ح ‪ٚ‬إ‪ ٫ٕ٤ُ٦ ٫٩‬ىلع ‪٦‬ة‬
‫ينةء ‪ٗ ٨٦‬يج‪ ٫‬ك‪ٝ‬ي‪٬ ٢‬ٮ ‪ / ُٓٞ٪٦‬أم ‪٣‬ؾ‪ ٨٦ ٨‬اردٌةق ل‪٤‬ؿقة‪٣‬ح ‪ٚ‬إ‪ ٫٩‬يك‪ ٨٦ ٟ٤‬ثني يؽي‪ ٫‬ك‪ ٨٦‬ػ‪ ٫ٛ٤‬روؽا ‪.‬‬
‫كالىعيط ‪٬‬ٮ األكؿ ألف ا﵀ دٕةىل أَ‪ ٓ٤‬أ‪٩‬بيةءق ث‪ ٢‬كراز٭‪ ٥‬ىلع ‪٘٦‬يجةت ‪٠‬سرية ل‪٪١‬٭ة صـايةت ‪٤ٝ‬ي‪٤‬ح ثة‪٣‬جكجح إىل ٔ‪٫٧٤‬‬
‫دٕةىل ‪ٚ ،‬٭ٮ امل‪ٛ٪‬ؿد ثٕ‪ ٥٤‬امل٘يجةت ىلع اطإَالؽ يلي٭ة كصـاي٭ة دكف ٗريق ‪.‬‬

‫املِشِغث امفلُيث ج ‪ 03‬ص ‪00‬‬


‫(ٔؿا‪ٚ‬ح اتلٕؿي‪ )ٙ‬ا‪ٕ٣‬ؿا‪ٚ‬ح ثةل‪١‬رس دأيت ث‪٪ٕ٧‬حني األكؿ ث‪ٕ٧‬ىن ٔ‪ ٢٧‬ا‪ٕ٣‬ؿاؼ ك‪٬‬ٮ ‪٦‬س‪ ٢ٞ‬ث‪ٕ٧‬ىن امل‪٪‬ض‪ ٥‬كالاك‪ ٨٬‬ك‪ٝ‬ي‪٢‬‬
‫ا‪ٕ٣‬ؿاؼ خيرب ٔ‪ ٨‬املةيض كالاك‪ ٨٬‬خيرب ٔ‪ ٨‬املةيض كاملكذ‪ٞ‬ج‪ .... ٢‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ ‪ ......‬ا‪ٕ٣‬ؿا‪ٚ‬ح ظؿاـ ث‪٪‬ه احلؽير اجلجٮم‬
‫‪ ٨ٕٚ‬أيب ‪٬‬ؿيؿة ريض ا﵀ ٔ‪ٝ ٫٪‬ةؿ ‪ٝ‬ةؿ رقٮؿ ا﵀ وًل ا﵀ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ ٨٦" ٥٤‬أىت اك‪٪٬‬ة أك ٔؿا‪ٚ‬ة ‪ٚ‬ىؽ‪ ٫ٝ‬ث‪٧‬ة ي‪ٞ‬ٮؿ ‪ٞٚ‬ؽ‬
‫ؽ‪ٛ‬ؿ ث‪٧‬ة أ‪٩‬ـؿ ىلع حم‪٧‬ؽ" ‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬ظضؿ األو‪ٚ ٢‬ي‪ ٫‬اقرتاؽ اجل‪ ٨‬الك‪ ٨٦ ٓ٧‬الكـ املالاؾح ‪ٚ‬ي‪ٞ٤‬ي‪ ٫‬يف أذف الاك‪.٨٬‬‬

‫املِشِغث امفلُيث ج ‪ 03‬ص ‪00‬‬


‫ا‪ٕ٣‬ؿا‪ٚ‬ح ظؿاـ ث‪٪‬ه احلؽير اجلجٮم ‪ ٨ٕٚ‬أيب ‪٬‬ؿيؿة ‪ٝ ‬ةؿ ‪ٝ‬ةؿ رقٮؿ ا﵀ ‪ ٨٦ ‬أىت اك‪٪٬‬ة أك ٔؿا‪ٚ‬ة ‪ٚ‬ىؽ‪ ٫ٝ‬ث‪٧‬ة ي‪ٞ‬ٮؿ‬
‫‪ٞٚ‬ؽ ؽ‪ٛ‬ؿ ث‪٧‬ة أ‪٩‬ـؿ ىلع حم‪٧‬ؽ" ‪ٝ‬ةؿ اث‪ ٨‬ظضؿ األو‪ٚ ٢‬ي‪ ٫‬اقرتاؽ اجل‪ ٨‬الك‪ ٨٦ ٓ٧‬الكـ املالاؾح ‪ٚ‬ي‪ٞ٤‬ي‪ ٫‬يف أذف‬
‫الاك‪ ٨٬‬كالاك‪ ٨٬‬اق‪ ٥‬يُ‪ ٜ٤‬ىلع ا‪ٕ٣‬ؿاؼ ك‪ٝ‬ةؿ اجلٮكم أيٌة ا‪ٕ٣‬ؿاؼ ‪ ٨٦‬دم‪٤‬ح ال‪١‬٭ةف كا‪ٕ٣‬ؿب تكيم لك ‪ ٨٦‬يذٕةىط‬
‫ٔ‪٧٤‬ة د‪ٝ‬ي‪ٞ‬ة اك‪٪٬‬ة كيف ظؽير مك‪ ٨ٔ ٥٤‬و‪ٛ‬يح ‪ ٨ٔ ‬اجليب ‪ٝ ‬ةؿ "‪ ٨٦‬أىت ٔؿا‪ٚ‬ة ‪ٚ‬كأهل ٔ‪ ٨‬يشء ل‪ ٥‬د‪ٞ‬ج‪ ٢‬هل والة‬
‫أربٕني حل‪٤‬ح" ‪ٝ‬ةؿ اجلٮكم ٔؽـ ‪ٝ‬جٮؿ والد‪٪ٕ٦ ٫‬ةق أ‪ ٫٩‬ال زٮاب هل ‪ٚ‬ي٭ة كإف اك‪٩‬خ دلـاح يف ق‪ٞ‬ٮط ا‪ٛ٣‬ؿض ٔ‪.٫٪‬‬

‫إشػاد الرفيق ج ‪ 2‬ص ‪( 721‬دار إحياء الكتب امػربيث)‬


‫(ك) ‪٪٦‬٭ة (اطإاع‪٩‬ح ىلع املٕىيح) أل ىلع ‪ٕ٦‬ىيح ‪ٕ٦ ٨٦‬ةىص ا﵀ دٕةىل ث‪ٞ‬ٮؿ أك ‪ ٢ٕٚ‬أك ٗريق ز‪ ٥‬إف اك‪٩‬خ املٕىيح ‪٠‬جرية‬
‫اك‪٩‬خ اطإاع‪٩‬ح ٔ‪٤‬ي٭ة ‪٠‬ؾل‪٧٠ ٟ‬ة ىف الـكاصؿ ‪ٝ‬ةؿ ‪ٚ‬ي٭ة كذ‪٠‬ؿل هلؾي‪ ٨‬أل الؿًة ث٭ة كاطإاع‪٩‬ح ٔ‪٤‬ي٭ة ثأل ‪٩‬ٮع اكف ّة‪٬‬ؿ‬
‫‪٤ٕ٦‬ٮـ ممة قيأىت ىف األمؿ ثةملٕؿكؼ كاجلىه ٔ‪ ٨‬امل‪١٪‬ؿ‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪2‬‬


‫ﺇشػاﺩ امرفيق امﺠزء امﺜاًّ ﺻ ‪ 90 :‬ﺩاﺭ ﺇحياء امكتب امػرةيث‬
‫( ﻭ ) ‪٪٦‬٭ة ( ‪ٝ ٢٠‬ٮﻝ يعر ) ﺃظؽا ‪ ٨٦‬ا‪٣‬ؼ‪٤ٔ ( ٜ٤‬ٯ ) ‪٩‬عٮ ‪ ٢ٕٚ‬ﺃﻭ ‪ٝ‬ٮﻝ مٯء ﺃﻭ اقذ‪٧‬ةﻉ ﺇ‪٣‬ٯ مٯء ( ‪٦‬عؿﻡ ) ‪ٚ‬ٯ ا‪٣‬نؿﻉ‬
‫ﻭ‪٣‬ٮ ٗيؿ ‪٦‬ض‪٤ٔ ٓ٧‬ٯ ظؿ‪٦‬ذ‪ ( ٫‬ﺃﻭ ) ٔ‪٤‬ٯ ‪٦‬ة ( ي‪ٛ‬ذؿ ) ‪٩ ) ٨ٔ ( ٬‬عٮ ‪ ٢ٕٚ‬ﺃﻭ ‪ٝ‬ٮﻝ ( ﻭاصت ) ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬ﺃﻭ ٔ‪ ٨‬اقذ‪٧‬ةﻉ ﺇ‪٣‬ٯ‬
‫ﻭاصت ‪ٚ‬ٯ ا‪٣‬نؿﻉ ‪٠‬أﻥ ي‪٪‬نُ‪ٌ٣ ٫‬ؿﺏ ‪٦‬ك‪ ٥٤‬ﺃﻭ قج‪ ٫‬ﺃﻭ القذ‪٧‬ةﻉ ‪٪٣‬عٮ ‪٦‬ـ‪٦‬ةﺭ‬

‫ةريلث حمىِديث يف رشح طريلث حمىديث ورشيػث ًتِيث ‪( -‬ج ‪ / 8‬ص ‪)213‬‬
‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ٍى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ٍ ى ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫َّ‬ ‫َّ ي ى ٍ ى ٍ ى ي ى ٍ ٍ ى ي ى ى ى ي‬
‫اب أك ًاالػ ًذال ًؿ ك ًاالػ ًذال ًؼ كال ً‪٧‬ع‪ً ٪‬ح كابلال ًء ثًال ‪ٚ‬ةاًؽ وة ًديجًي وح )‬ ‫ةس ًيف ًاالً ًُؿ ً‬ ‫( اثلة ً‪ ٨٦‬كاألربٕٮف ا‪ًٛ ٣‬ذ‪٪‬ح ك ًِه إي‪ٞ‬ةع اجل ً‬
‫ٍ‬
‫ي‪ ٨‬ػذى‪٪‬يٮا ال ي‪ٍ ٧‬ؤ‪ ٪٦‬ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ا﵀ ىع ى‬‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ادلي‪ ٠ ٨‬ى‬ ‫ةد يف ِّ‬ ‫ٍ‬
‫ى ٍ ى ه ي ٍ ى ىىٍه ى ى ه‬ ‫ٍ‬ ‫ٍى‬
‫األ ٍ‬ ‫ى ي ى ى ى ه ى َّ ي ى ى ه‬
‫ني‬ ‫ًً‬ ‫اَ‬‫ً‬ ‫إف‬ ‫{‬ ‫ةىل‬ ‫ٕ‬ ‫ةؿ‬ ‫‪ٝ‬‬ ‫ة‬ ‫‪٧‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫حل‬ ‫إ‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫ٖ‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫ك‬ ‫ني‬ ‫‪٧‬‬
‫ًً‬‫‪٤‬‬ ‫ك‬ ‫‪٧‬‬ ‫ةل‬ ‫ً‬ ‫ث‬ ‫ار‬ ‫ْض‬ ‫إ‬ ‫ك‬
‫ً ً‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫يف‬ ‫ك‪٬‬ٮ ظؿاـ ًأل‪ٚ ٫٩‬ك ً‬
‫ةد‬
‫ي‬ ‫ٍ ٍىي يا‬ ‫ى‬
‫ٍ ى ى ى ى ى ى َّ ي ى ى ى ى ى ٍ ى ى َّ ى ٍ ٍ ى ي ى ى ه ى ى ى ي ى ٍ ٍ ى ى ى ى ى ٍ ي ى‬ ‫ى ٍي ٍ ى‬
‫ةك ام ا‪ًٛ ٣‬ذ‪٪‬ح لك ى‪٦‬ة يىن ا‪ٜ‬‬ ‫ةت } اْليح ك‪ٝ‬ةؿ وًل ا﵀ عٕةىل ٔ‪٤‬ي ً‪ ٫‬كق‪ { ٥٤‬ا‪ًٛ ٣‬ذ‪٪‬ح ‪٩‬ةاً‪٧‬ح ‪ ٨ٕ٣‬ا﵀ َّ ‪ ٨٦‬أق‪ْٞ‬٭ة } ‪ٝ‬ةؿ ال‪ً ٪٧‬‬ ‫كال‪٧‬ؤ ً‪ً ٪٦‬‬
‫ةف ًيف ا‪ ٣‬ىٕجٍ ًؽ‬
‫ٍ‬ ‫الن ى٭ ىٮ ى ى ٍ ى ٍ ى ى‬ ‫ى ٍ ى ي َّ‬ ‫ٍىي ا يى‬ ‫ى ى ي ى ى ٍ ٍ ٍ ى ِّ ٍ ٍ ى ي ٍ ى‬ ‫ي‬ ‫ىلع ٍاطإن ٍ ىك ى ي ا ى ى ٍ ى‬ ‫ىى‬
‫ات ك‪ٝ‬ؽ َيذ ً‪ً ٕ٧‬‬ ‫ً‬ ‫ةت ك ً‪ٚ‬ذ‪٪‬ح‬ ‫ةف ً‪ٚ‬ذ‪٪‬ح النج٭ ً‬ ‫ةف كُك ‪٦‬ة يبذ ًٌل ا﵀ ثً ً‪ًٔ ٫‬جةدق كع‪ ٨‬اث ً‪ ٨‬ا‪ٞ٣‬ي ً‪ ٥‬ا‪ًٛ ٣‬ذ‪٪‬ح ً‪ٝ‬ك‪ً ٧‬‬ ‫ً ً‬
‫ى ى ٍ يي ى ٍ‬ ‫ى‬
‫ري‬ ‫ك‬ ‫ً‬
‫ى ٍ ي ىٍ‬
‫‪ٛ‬‬ ‫ع‬ ‫‪ٙ‬‬ ‫ُ‬ ‫ع‬ ‫)‬ ‫ةف‬ ‫ُ‬ ‫الك‪ ٍ٤‬ى‬ ‫ىلع ا‬ ‫ىى‬
‫كج‬ ‫ً‬ ‫اخل ي ي‬
‫ؿ‬ ‫ك‬ ‫(‬ ‫هل‬ ‫ٮ‬ ‫‪ٞ‬‬ ‫ػ‬ ‫ةِغ‬‫ً‬ ‫ىلع ٍابلى ٍْغ ) ً‪ ٍ ٨ٍ ٦‬ى‬
‫ابل‬
‫َّ ى ى ى‬
‫ةس‬ ‫اجل‬ ‫(‬ ‫ء‬
‫ً‬ ‫ا‬‫ؿ‬‫ىك‪ٝ‬ى ٍؽ ىق‪ ٍ٪‬ى‪ٛ‬ؿ ىداف ( ى‪٠‬أ ٍف يق ٍ٘ؿ ىم ) ً‪ٍ ٨ٍ ٦‬اطإ ٍٗ ى‬
‫و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى َّ ٍ ي ي ى ى ى ٍ ى ى ي ي ى ى ى ٍ ي ي ى ى ٍ ى ن ى ٍ ٍ ى ن ى ى َّ ٍ ٍ ى ٍ ى ى ى ٍ ي ى ى ى ي ى ٍ ى ٍ ي‬
‫ًألف اخلؿكج ٔ‪٤‬ي ً‪ ٫‬ال َيٮز كًلؾا أ ًـلٮق كلٮ ّةلً‪٧‬ة ً‪١٣‬ٮ‪ًٚ ٫ً ً٩‬ذ‪٪‬ح أمؽ ً‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ذ ً‪ ٢‬كًلؾا ال‪ٕ٧‬ةك‪٩‬ح ‪ًٞ٣‬ٮـو ‪٤ْ٦‬ٮ ً‪٦‬ني ً‪ً ٨٦‬ص٭ ًذ ً‪ ٫‬إذا‬
‫ٍى ٍ‬ ‫ٍ ى ى ى ى َّ ى ى ٍ ى‬ ‫ا‪ ٥ٍ٤ْ٣‬ى‪ ٠‬ى‬ ‫ى ىن ىى ا‬ ‫‪ٍ١‬‬‫ا ى ى‬ ‫ى‬ ‫ةك‪٩‬ى يح ى ي‬
‫كج ىٔ‪٤‬ىيٍ ً‪ ٫‬ىك ىًل ىؾا ال ٍ ي‪ ٧‬ىٕ ى‬ ‫ٍ‬
‫اخل ي يؿ ى‬ ‫ىى ي‬
‫ي‪ ٢‬األػ ًؾ‬ ‫ً ً‬ ‫ج‬ ‫‪ٝ‬‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬
‫ً‬ ‫ا‬ ‫ؾ‬ ‫‪٬‬‬ ‫‪٢‬‬ ‫ٕ‬ ‫‪٣‬‬ ‫ح‬‫ً‬ ‫ي‬ ‫ةم‬‫ً‬ ‫احل‬ ‫يف‬ ‫ً‬ ‫ة‬ ‫‪٧‬‬ ‫ً‬ ‫ىلع‬ ‫ح‬ ‫‪٩‬‬ ‫إاع‬ ‫‪٫‬‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫‪٩‬‬ ‫ٮ‬ ‫‪٣‬‬
‫ً‬ ‫ة‬
‫ً‬ ‫ٮر‬ ‫الى‬ ‫ق‬
‫ً‬ ‫ؾ‬
‫ً‬ ‫‪٬‬‬ ‫يف‬ ‫ً‬ ‫هل‬ ‫كا‬ ‫اد‬ ‫أر‬
‫ى ٍ َّ ى ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ا‪ْ٣‬ةل‪ ٣ ٥‬يْ‪ ٫٧٤‬يق ٍ‪ِٛ‬ض إىل ىق ٍ‪ ٟٛ‬د ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ ى ى ى ي ى ٍ يي ي ىى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫ني‬ ‫ػ‬ ‫ؿ‬ ‫ا‪ُ٣‬‬ ‫‪٨‬‬ ‫‪٦‬‬‫ً‬ ‫ة‬
‫و‬ ‫ري‬ ‫س‬ ‫‪٠‬‬ ‫ء‬
‫و‬ ‫ة‬ ‫‪٦‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫َّ‬
‫ةف‬ ‫ُ‬‫الك‪ ٤‬ى‬ ‫ىلع ا‬ ‫كج‬ ‫ؿ‬ ‫اخل‬ ‫إذ‬ ‫ة‬ ‫‪٧‬‬ ‫٭‬ ‫ً‬ ‫ةر‬ ‫ٕ‬‫ع‬ ‫ؽ‬ ‫‪٪‬‬‫ٔ‬‫ً‬ ‫‪٨‬‬ ‫ثأ ىػ ِّ‪ َّ ٙ‬ى‬
‫الَّض ىريٍ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ى‬ ‫ى ٍ ىى ى ى ن ٍ ي ٍ ا ٍ‬ ‫ىيى ىى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى يى‬
‫ةف‬
‫ةت ك‪ٞ٦‬ةدال وت أكَث ْضرا ً‪ ٥ً ٤ّ ٨٦‬الك‪ً ُ٤‬‬ ‫كحمةرب و‬

‫ﺇحياء غنِﻡ امديي ج ‪ 2‬ص ‪024‬‬


‫اْل‪ٚ‬ح ا‪٣‬سة‪٩‬يح ٔنؿ إ‪ٚ‬نةء ا‪٣‬كؿ ك‪٬‬ٮ ‪٪٦‬٭ٰ ٔ‪٧٣ ٫٪‬ة ‪ٚ‬ي‪ ٨٦ ٫‬اطإيؾاء كا‪٣‬ذ٭ةكف ثع‪ ٜ‬ا‪ٕ٧٣‬ةرؼ كاألوؽ‪ٝ‬ةء‪ٝ .‬ةؿ ا‪٪٣‬جٰ‬
‫‪ /‬إذا ظؽث ا‪٣‬ؿص‪ ٢‬ا‪٣‬عؽير ز‪ ٥‬ا‪٣‬ذ‪ٛ‬خ ‪ٚ‬٭ٰ ﺃ‪٦‬ة‪٩‬ح‪ ،‬ك‪ٝ‬ةؿ ‪ٞ٤ُ٦‬ة ا‪٣‬عؽير ثي‪ ٥١٪‬أ‪٦‬ة‪٩‬ح ك‪ٝ‬ةؿ ا‪٣‬عك‪ /٨‬إف ‪ ٨٦‬ا‪٣‬ؼية‪٩‬ح‬
‫أف دعؽث ثكؿ أػي‪.ٟ‬‬

‫إحياء غنِم ادليي ج ‪ 7‬ص ‪03‬‬


‫‪٤ٚ‬يعؾر ال‪١‬ؾب كظاكيةت أظٮاؿ دٮٍلء إىل ‪ٛ٬‬ٮات أك مكة‪٬‬الت ي‪ٞ‬رص ‪ٚ‬٭‪ ٥‬ا‪ٕ٣‬ٮاـ ٔ‪ ٨‬درؾ ‪ٕ٦‬ة‪٩‬ي٭ة أك ٔ‪٠ ٨‬ٮ‪٩‬٭ة‬
‫‪ٛ٬‬ٮة ‪٩‬ةدرة مؿد‪ٚ‬ح ثذ‪ٛ١‬ريات ‪٦‬ذؽارًلح حبكة‪٩‬ح دُٕٯ ٔ‪٤‬ي٭ة ‪ٚ‬إف ا‪ٕ٣‬ةـ يٕذى‪ ٥‬ثؾل‪ ٟ‬يف مكة‪٬‬الد‪ ٫‬ك‪ٛ٬‬ٮاد‪ ٫‬كي‪٧‬٭ؽ‬
‫جل‪ٛ‬ك‪ٔ ٫‬ؾرا ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كحيذش ثأ‪ ٫٩‬ظيك ‪٠‬يخ ‪٠‬يخ ٔ‪ ٨‬ثٕي املنةيغ كبٕي األكةثؿ ‪٪٤ٞٚ‬ة ثىؽد املٕةيص ‪ٚ‬ال ٗؿك إف‬
‫ٔىيخ ا﵀ دٕةىل ‪ٞٚ‬ؽ ٔىةق ‪ٚ‬٭ٮ ‪٬ ٨٦‬ٮ أكرب ‪٦‬ين كي‪ٛ‬يؽ ذل‪ ٟ‬صؿاءة ىلع ا﵀ ف ظير ال يؽرل ‪ٚ‬جٕؽ االظرتازٔ‪٨‬‬
‫‪٬‬ؾي‪ ٨‬املعؾكري‪ٚ ٨‬ال ثأس ث‪ ٫‬كٔ‪٪‬ؽ ذل‪ ٟ‬يؿصٓ إىل ا‪ٞ٣‬ىه املع‪٧‬ٮدة كإىل ‪٦‬ة ينذ‪٤ٔ ٢٧‬ي‪ ٫‬ا‪ٞ٣‬ؿآف كيىط يف ال‪١‬ذت‬
‫الىعيعح ‪ ٨٦‬األػجةر ك‪ ٨٦‬اجلةس ‪ ٨٦‬يكذضزي كًٓ احلاكيةت املؿٗجح يف ا‪ُ٣‬ةاعت كيـٔ‪ ٥‬أف ‪ٝ‬ىؽق ‪ٚ‬ي٭ة دٔٮة اخل‪ٜ٤‬‬
‫إىل احل‪ٚ ٜ‬٭ؾق ‪٩ ٨٦‬ـاغت النيُةف ‪ٚ‬إف يف الىؽؽ ‪٪٦‬ؽكظح ٔ‪ ٨‬ال‪١‬ؾب ك‪ٚ‬ي‪٧‬ة ذ‪٠‬ؿ ا﵀ دٕةىل كرقٮهل وًل ا﵀ ٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫كق‪٪ٗ ٥٤‬يح ٔ‪ ٨‬االػرتاع يف الٮٔؽ‬
‫‪Pertanyaan b:‬‬
‫?‪Bagaimana pula hukum menonton dan mempercayainya‬‬
‫‪Jawaban b:‬‬
‫‪Hukum menonton tayangan karma adalah haram kecuali jika sebagai bahan kajian‬‬
‫‪atau dlorbil amtsal (memberi contoh) untuk memberikan nasehat atau untuk‬‬
‫‪membedakan antara haq dan bathil selama tidak sampai mempercayai ramalannya‬‬
‫‪Referensi:‬‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪3‬‬


‫إشػاد الرفيق ج ‪ 2‬ص ‪33‬‬
‫ك‪٪٦‬٭ة ا‪ٛ٣‬ؿح ثةملٕىيح كالؿًة ث٭ة قٮاء وؽرت ‪ ٫٪٦‬أك وؽرت ‪ٗ ٨٦‬ريق ‪ ٨٦‬ػ‪ ٜ٤‬ا﵀ ألف الؿًة ثةملٕىيح ‪ٕ٦‬ىيح ث‪٢‬‬
‫‪٬‬ٮ ‪ ٨٦‬ال‪١‬جةاؿ ‪٧٠‬ة يف الـكاصؿ‬

‫ابلﺠرييم ىلع املٌُج ج ‪ 8‬ص ‪013‬‬


‫كُك ‪٦‬ة ظؿـ ظؿـ اتل‪ٛ‬ؿج ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬أل‪ ٫٩‬إاع‪٩‬ح ىلع ‪ٕ٦‬ىيح‬

‫اشػاد الرفيق ج ‪ 2‬ص ‪69‬‬


‫ك‪ٕ٦ ٨٦‬ةيص ا‪ٕ٣‬ني اجلْؿ ‪-‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ‪ -‬ك‪٪٦‬٭ة منة‪٬‬ؽة امل‪١٪‬ؿ اذا اكف ‪ٝ‬ةدرا ىلع ا‪٩‬ؾةرق كل‪ ٥‬ي‪١٪‬ؿق اك ل‪ ٥‬ي‪ٞ‬ؽر ٔ‪٤‬ي‪٫‬‬
‫كل‪ ٫٪١‬ل‪ ٥‬يٕؾر يف منة‪٬‬ؽد‪ ٫‬هل ثةف اكف ‪ٝ‬ةدرا ىلع ‪ٚ‬ؿاؽ املع‪ ٢‬اَم ‪٬‬ٮ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كل‪ ٥‬ي‪ٛ‬ةرؽ ذل‪ ٟ‬املع‪ٝ ٢‬ةؿ يف اجلىةاط‬
‫كاكؿ كاصت ٔ‪٪‬ؽ منة‪٬‬ؽة امل‪١٪‬ؿ اتلٕؿي‪ ٙ‬كاجليه ثةل‪ ُٙ٤‬كالؿ‪ ٜٚ‬كالن‪ٞٛ‬ح ‪ٚ‬ةف ظى‪ ٢‬امل‪ٞ‬ىٮد كاال كِٔ كػٮؼ‬
‫كٗ‪ ِ٤‬ا‪ٞ٣‬ٮؿ كٔ‪ٚ ٙ٪‬ةف اصؽل كاال ‪ ٓ٪٦‬ك‪ٝ‬٭ؿ ثةحلؽ كٗري‪٬‬ة كا‪٘٣‬ة‪٣‬ت يف االكحلني االقذُةٔح ك‪٦‬ؽيع ا‪ٕ٣‬ضـ ٔ‪٪‬٭‪٧‬ة‬
‫‪٦‬ذٕ‪٦ ٢٤‬ذٕؾر كا‪٦‬ة اخلرية ‪ٚ‬ال يكذُيٕ٭ة اغبلة اال ‪ ٨٦‬ثؾؿ ‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬﵀ كصة‪٬‬ؽ ث‪٧‬ةهل ك‪ٛ٩‬ك‪ ٫‬يف قبي‪ ٢‬ا﵀ كوةر ال خيةؼ‬
‫يف ا﵀ لٮ‪٦‬ح الا‪ ٥‬اك اكف ‪٦‬أذك‪٩‬ة هل يف د٘يري امل‪١٪‬ؿ ‪ ٨٦‬ص٭ح الك‪ُ٤‬ةف ا‪٩‬ذىه ث‪٪ٕ٧‬ةق‬

‫رشح اجلِوي ىلع مصنه ‪ -‬مظكِل ج ‪ 2‬ص ‪294‬‬


‫‪ٝ‬ةؿ ا‪٧٤ٕ٣‬ةء ‪ /‬إ‪٧٩‬ة ‪٩‬يه ٔ‪ ٨‬إديةف الاك‪ ٨٬‬؛ أل‪٩‬٭‪ ٥‬يذلك‪٧‬ٮف يف ‪٘٦‬يجةت ‪ٝ‬ؽ يىةدؼ ثٌٕ٭ة اطإوةثح ؛ ‪ٚ‬يؼةؼ ا‪ٛ٣‬ذ‪٪‬ح ىلع‬
‫اطإنكةف بكجت ذل‪ ٟ‬؛ أل‪٩‬٭‪ ٥‬ي‪٤‬بكٮف ىلع اجلةس ‪٠‬سريا ‪ ٨٦‬أمؿ الرشاآ ‪،‬‬

‫امفتاوى املػارصة ج ‪ 7‬ص ‪071‬‬


‫اتل‪ٛ٤‬زييٮف كقي‪٤‬ح ‪ ٨٦‬الٮقةا‪ٚ ٢‬ي‪ ٫‬ػري ك‪ٚ‬ي‪ ٫‬رش كالٮقةا‪ ٢‬هلة ظؾ‪ ٥‬امل‪ٞ‬ةوؽ ‪ ....‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ ‪٧ٚ /‬نة‪٬‬ؽة اتل‪ٛ٤‬زييٮف ال‬
‫ا‪ٝ‬ٮؿ ‪ٚ‬ي٭ة ظالؿ ‪ ٜ٤ُ٦‬كال ظؿاـ ‪ ٜ٤ُ٦‬كا‪٧٩‬ة يتجٓ النيئ اَم ينة‪٬‬ؽ ىف ‪٬‬ؾا اجل٭ةز ‪ٚ‬ةف اكف ػريا صةزت رؤيذ‪٫‬‬
‫‪٠‬جٕي االظةدير ادليجيح كظرشات االػجةر كا‪٣‬ربا‪٦‬ش ‪ ....‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ ‪ٚ /‬ةف اكف رشا ‪٠‬جٕي املنة‪٬‬ؽ الؿا‪ٌٚ‬ح اخل‪٤‬يٕح‬
‫كحنٮ ذل‪ٚ ٟ‬٭ؾا حيؿـ رؤيذ‪ ٫‬ىف لك ك‪ٝ‬خ كيذأكؽ ذل‪ ٟ‬ىف م٭ؿ رمٌةف ا‪٬‬‬

‫حِايش الرشواين ج ‪ 7‬ص ‪719-714‬‬


‫كحيؿـ ىلع ٗري اعل‪٦ ٥‬ذجعؿ ‪ُ٦‬ة‪ٕ٣‬ح حنٮ دٮراة ٔ‪ ٥٤‬دجؽي‪٤‬٭ة أك م‪ٚ ٟ‬ي‪ ٫‬كي‪ٛ‬ؿؽ ثني إحلةؽ املن‪١‬ٮؾ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ثةملجؽؿ ‪٪٬‬ة ال‬
‫‪ٚ‬ي‪٧‬ة ‪ٝ‬ج‪ ٫٤‬ثةالظذيةط ‪ٚ‬ي٭‪٧‬ة ‪ٝ‬ٮهل‪( /‬كحيؿـ ا‪٣‬غ) كيف ‪ٚ‬ذةكل اجل‪٧‬ةؿ الؿمٌل قب‪٧ٔ ٢‬ة ‪ٝ‬ةؿ ا‪ٕ٣‬ال‪٦‬ح اث‪ ٨‬ظضؿ ‪ ٨٦‬صٮاز‬
‫‪ٝ‬ؿاءة اتلٮراة املجؽ‪٣‬ح ل‪ٕ٤‬ةل‪ ٥‬املذجعؿ دكف ٗريق ‪ٚ‬٭‪٦ ٢‬ة ‪ٝ‬ةهل ‪ٕ٦‬ذ‪٧‬ؽ أك ال ‪ٚ‬أصةب ثأ‪ ٫٩‬ال َيٮز ‪ٞ٤ُ٦‬ة ا‪٠ ٬‬ؿدم ‪ٝ‬ٮهل‪/‬‬
‫(ٔ‪ ٥٤‬دجؽي‪٤‬٭ة) ي‪ٛ‬يؽ اجلٮاز يف ٗري املجؽ‪٣‬ح ق‪ ٥‬كيف ال‪١‬ؿدم ٔ‪ ٨‬االيٕةب ثني ٗري كاظؽ ‪ ٨٦‬االا‪٧‬ح أف ‪٦‬ة ثأيؽي٭‪ ٥‬اْلف‬
‫‪ ٨٦‬اتلٮراة كاالجني‪٦ ٢‬جؽؿ دميٕ‪ُٕٝ ٫‬ة ‪ْٛ٣‬ة ك‪ٕ٦‬ىن كبح‪٪‬ٮا ذل‪ ٟ‬ث‪٧‬ة يُٮؿ ذ‪٠‬ؿق ‪٣‬ؾ‪ ٨‬احل‪ ٜ‬أف ‪ٚ‬ي٭‪٧‬ة ‪٦‬ة يْ‪ٔ ٨‬ؽـ‬
‫دجؽي‪ ٫٤‬ملٮا‪ٞٚ‬ذ‪٦ ٫‬ة ٔ‪٪٧٤‬ةق ‪ ٨٦‬رشٔ‪٪‬ة كَيت مح‪ ٢‬الكـ الؿكًح ‪٠‬أو‪٤‬٭ة يف الكري ‪ ٨٦‬أ‪ ٫٩‬حيؿـ اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ثؾذج٭‪ ٥‬يٕين‬
‫ثةملُة‪ٕ٣‬ح ك‪ ٢ٞ٩‬الـرًليش اكلكجيك االدمةع ٌٔل ىلع ‪٦‬ة ٔ‪ ٥٤‬دجؽي‪ ٫٤‬أك م‪ٚ ٟ‬ي‪٣ ٫‬ؾ‪ ٨‬رصط ثٌٕ٭‪ ٥‬صٮاز ‪ُ٦‬ة‪ٕ٣‬ذ٭ة‬
‫ل‪ٕ٤‬ةل‪ ٥‬الؿاقغ ال قي‪٧‬ة ٔ‪٪‬ؽ االظذيةج ل‪٤‬ؿد ىلع املؼة‪ ٙ٣‬ك‪٬‬ٮ صٌل ‪٤ٚ‬يع‪ ٢٧‬االدمةع ىلع ‪٦‬ة ٔؽا ‪٬‬ؾق احلة‪٣‬ح إذ الكـ‬
‫االا‪٧‬ح منعٮف ثةجل‪٪ٔ ٢ٞ‬٭ة ل‪٤‬ؿد ٔ‪٤‬ي٭‪ ٥‬ا‪٬‬‬

‫الرشكاوي ىلع اتلحرير ج ‪ 2‬ص ‪046‬‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪4‬‬


‫ة مؿ كال يْ٭ؿ اال ىلع‬٧٠ ٫٪٦ ‫ىؽ اتلٮيق‬ٞ٠ ‫ اال حلةصح ْضكريح‬٫٧‫ي‬٤ٕ‫ كد‬٫٧٤ٕ‫ كحيؿـ د‬/ ‫ةؿ‬ٝ ‫ إىل أف‬... )‫ٮهل ثأف قعؿق‬ٝ(
‫ه كالنٕيؾة‬٧‫ كبةلنٕري كبةخل‬٢‫ كالَّضب ثةلؿم‬٥‫ضي‬٪‫ح اتل‬٩‫٭ة‬١‫ ال‬٥٤ٕ‫ كًلؾا حيؿـ أيٌة د‬ٜٚ‫ة‬٪٦ ‫ أك‬ٜ‫ةق‬ٚ ‫ؿ أك‬ٚ‫يؽ اك‬
.‫ةق‬٪ٕ٦ ‫ كابلةيق ىف‬٨٬‫ٮاف الاك‬٤‫ ظ‬٨ٔ ‫ي٭ة ظؿاـ ثةجله الىعيط ىف اجليه‬٤ٔ ‫ٕٮض‬٣‫ؾق يل٭ة كأػؾ ا‬٬ ٥٤ٕ‫كد‬

34 :‫حتفث املريد ص‬
‫ُٓ كالنجٓ كالؿل‬ٞ٣‫ كالرشب دؤزؿ ىف مكبجةد٭ة احلؿؽ كا‬٢‫ني كاألك‬١‫ٕةديح اكجلةر كالك‬٣‫ؽ أف األقجةب ا‬ٞ‫ أذ‬٨٧ٚ
‫جذؽع‬٦ ٜ‫ةق‬ٚ ٢‫ؿ ث‬ٚ‫حف ثؾة‬٣ ٫٩‫ٮالف كاألوط أ‬ٝ ‫ؿق‬ٛ‫ىف ؽ‬ٚ ‫ي٭ة‬ٚ ‫٭ة ا﵀‬ٞ٤‫ٮة ػ‬ٞ‫ؿ ثةطإدمةع أك ث‬ٚ‫٭ٮ اك‬ٚ ‫ثُجٕ٭ة كذاد٭ة‬
‫ةألوط ٔؽـ‬ٚ ٫‫ي‬ٚ ‫٭ة ا﵀‬ٞ٤‫ؽرة ػ‬ٞ‫ اطإػذيةريح ث‬٫‫ك‬ٛ٩ ‫ٕةؿ‬ٚ‫ أ‬ٜ٤‫ٕجؽ خي‬٣‫ٮف ثأف ا‬٤‫ةا‬ٞ٣‫ح ا‬٣‫ املٕزت‬ٟ‫ني ثؾل‬٤‫ةا‬ٞ٣‫ ا‬٢‫س‬٦‫ك‬
‫٭ٮ‬ٚ ‫٭ة‬ٛ٤‫ية حبير ال يىط خت‬٤ٞٔ ‫ة‬٦‫ ثني األقجةب كمكبجةد٭ة دالز‬٢ٕ‫ ص‬٨‫ؾ‬٣ ‫ٮ ا﵀‬٬ ‫ؽ املؤزؿ‬ٞ‫ أذ‬٨٦‫ ك‬٥٬‫ؿ‬ٛ‫ؽ‬
‫ٮ‬٬ ‫ؽ أف املؤزؿ‬ٞ‫ أذ‬٨٦‫ٕةدة ك‬٣‫٭ة ىلع ػالؼ ا‬٩‫ٮ‬١‫بيةء ل‬٩‫ٕضـات األ‬٦ ‫ؿ‬١٪‫ؽ ي‬ٝ ٫٩‫إ‬ٚ ‫ؿ‬ٛ‫ؾ‬٣‫ إىل ا‬ٟ‫ة صؿق ذل‬٧‫ كرب‬٢٬‫صة‬
.٬‫ اجلةىج إف مةء ا﵀ إ‬٨٦‫٭ٮ املؤ‬ٚ ‫٭ة‬ٛ٤‫ة اعدم حبير يىط خت‬٦‫ ثني األقجةب كاملكبجةت دالز‬٢ٕ‫ا﵀ كص‬

Pertanyaan c:
Bagaimakah hukum mengajukan diri sebagai peserta dalam acara tersebut? Apakah
sama dengan mendatangi Kahin atau peramal?
Jawaban c:
Hukum mengajukan diri sebagai peserta dalam acara tersebut hukumnya haram,
karena sama halnya dengan mendatangi Kahin atau peramal.
Referensi:
Idem dengan referensi pada sub a

2. PROBLEMATIKA IDDAH WANITA KARIER


Deskripsi Masalah:
Ibu Ani adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki bisnis yang cukup sukses.
Ketlatenan dan keuletan Ibu Ani membuat bisnis pakaian yang dikembangkannya maju
hingga menarik banyak pelanggan. Pelayanan yang ramah dan supel membuat
pelanggannya bertambah banyak. Di tengah kesuksesannya itu, Ibu Ani mengalami
musibah yang cukup berat. Ia ditinggal suami tercinta untuk selama-lamanya. Sebagai
wanita muslimah, sudah tidak asing baginya larangan keluar rumah bagi wanita yang
sedang menjalani masa „iddah. Namun ia bingung, apabila ia berdiam diri di rumah
selama 4 bulan 10 hari, besar kemungkinan ia akan ditinggalkan para pelanggannya.
Meskipun untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya selama masa iddah bisa
dikatakan cukup dengan aset kekayaan yang dimiliki Ibu Ani.
Pertanyaan:
Apakah karena kekhawatiran ditinggal pelanggan termasuk hajat yang
memperbolehkan keluar rumah bagi wanita yang tengah menjalani masa „iddah?
Jawaban:
Bukan termasuk hajat yang memperbolehkan keluar rumah, karena sudah tercukupi
nafaqahnya dan karena pekerjaan tersebut sebatas untuk mengembangkan hartanya.
Adapun kemitraan dengan “pelanggan tetap” jika mereka diputus kemitraannya akan
berdampak macetnya bisnis atau berkurangnya omset maka diperbolehkan keluar rumah.
Referensi:

Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018 5


‫ابلﺠرييم ىلع اخلطيب ج ‪ 8‬ص ‪870‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل اال حلةصح) أم ‪ٚ‬يضٮزهلة اخلؿكج يف ٔؽة ك‪ٚ‬ةة كٔؽة كطء مج٭ح ك‪٩‬ؾةح ‪ٚ‬ةقؽ كًلؾا ثةا‪ ٨‬ك‪ٛ٦‬كٮخ ‪٩‬ؾةظ٭ة‬
‫كًةثٍ ذل‪ ٟ‬لك ‪ٕ٦‬ذؽة الجتت ‪ٞٛ٩‬ذ٭ة كل‪ ٥‬يؾ‪ ٨‬هلة ‪ ٨٦‬ي‪ٌٞ‬ي٭ة ظةصذ٭ة هلة اخلؿكج يف اجل٭ةر لرشاء َٕةـ ك‪٨ُٝ‬‬
‫كًلذةف كبيٓ ٗـؿ كحنٮق ل‪٤‬عةصح ايل ذل‪ ٟ‬ا‪٦‬ة ‪ ٨٦‬كصجخ ‪ٞٛ٩‬ذ٭ة ‪ ٨٦‬رصٕيح اكبة ا‪ ٨‬ظة م‪ ٢‬مكترباة ‪ٚ‬الختؿج االثةذف‬
‫اك ْضكرة اكلـكصح ال‪٩‬٭‪ ٨‬م‪ٛ١‬يةت ث‪ٞٛ٪‬ح ازكاص٭‪ ٨‬كًلؾا هلة اخلؿكج َل‪ ٟ‬حلال اف ل‪ ٥‬ي‪٪١٧‬٭ة ‪٩‬٭ةرا كًلؾا اىل‬
‫دارصةرد٭ة ‪٘٣‬ـؿ كظؽير كحنٮ‪٧٬‬ة ل‪٤‬ذأنف ك‪٣‬ؾ‪ ٨‬برشط اف دؿصٓ كدبيخ يف ثحذ٭ة‬

‫ابلاجِرى جزء ‪ 2‬ص ‪740‬‬


‫(‪ٚ‬يضٮز هلة اخلؿكج) ام ل‪٤‬عةصح‪ -‬اىل اف ‪ٝ‬ةؿ ‪-‬كحيؿـ ايٌة اخلؿكج ل‪٤‬ذضةرة القت‪٧٪‬ةء ‪٦‬ةهلة كحنٮ ذل‪ ٥ٕ٩ ٟ‬اخلؿكج‬
‫حلش اك ٔ‪٧‬ؿة اف اك‪٩‬خ اظؿ‪٦‬خ ثؾل‪ٝ ٟ‬ج‪ ٢‬املٮت اكا‪ٛ٣‬ؿؽ كلٮ ث٘ري اذ‪.٫٩‬‬

‫امفلٍ املٌُيج ىلع وذَب اإلوام الظافيع ج ‪ 0‬ص ‪762‬‬


‫ن‬ ‫ن‬ ‫ٌ‬
‫إف اك‪٩‬خ ‪ٕ٦‬ذؽة ث‪ٛ‬ؿاؽ ثةا‪ ،٨‬كِه ٔ‪٪‬ؽاؾ ‪:‬إ‪٦‬ة أف دؾٮف ظةمال‪ ،‬كإ‪٦‬ة أف دؾٮف ظةاال‪ ،‬أم ٗري ظةم‪ٚ: ٢‬إف اك‪٩‬خ‬
‫ن‬
‫ظةمال ‪:‬دؿدت ىلع ذل‪ ٟ‬األظاكـ اتلةحلح ‪:‬أػ كصٮب املكؾ‪ ٨‬هلة ىلع الـكج‪ ،‬كدحل‪ ٢‬ذل‪ٝ ٟ‬ٮهل دٕةىل يف اْليح الكةث‪ٞ‬ح ‪:‬‬
‫ى‬ ‫ي‬ ‫ي ى يٍ‬ ‫ظ يىٮا ا‪َّ ٍٕ٣‬ؽةى ىك َّاع ي‪ٞ‬ٮا ى‬ ‫ى ى ا ى َّ ا ى ى َّ ٍ ي ي ِّ ى ى ى ِّ ي ي َّ َّ َّ ى ى ٍ‬
‫ا﵀ َّ ىر َّبؾ ٍ‪ ٥‬ال خت ًؿ يصٮ‪ ٨٦ً ٨َّ ٬‬يبييٮدً ً٭ َّ‪ ٨‬ىكال‬ ‫ً‬ ‫{ية أق٭ة اجل ًيب ًإذا َ‪ٞ٤‬ذ‪ ٥‬ا‪٣‬جكةء ػُ‪ٞ٤‬ٮ‪ًٕ ٣ً ٨٬‬ؽدً ً٭‪ ٨‬كأ‬
‫ٌ‬ ‫ني ث ى‪ٛ‬ةظ ىنح ا‪٦‬جىحِّ‪٪‬ىح[ }ا‪ُ٣‬الؽ ‪: 1].‬كاْليح ‪٬‬ؾق ٌ‬ ‫ى ٍ ٍ َّ ى ى ٍ ى‬
‫اع‪٦‬ح يف املُ‪ٞ٤‬ح الؿصٕيح كابلةا‪٪‬ح ‪.‬ب ‪ -‬اجل‪ٞٛ‬ح‬ ‫و‬ ‫خي يؿص ى‪ً ٨‬إال أف يأ ًع ً ً و‬
‫ى ٍ ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى ىى ي‬ ‫ي َّ ي ى‬
‫ت محٍ و‪ٚ ٢‬أ‪ًٞٛ ٩‬ٮا ىٔ‪٤‬يٍ ً٭ َّ‪ ٨‬ىظ َّّت يىٌٕ ى‪ ٨‬محٍ‪ ٤‬ي٭ َّ‪} [٨‬ا‪ُ٣‬الؽ ‪:‬‬ ‫ى‬
‫ثأ‪٩‬ٮأ٭ة املؼذ‪ٛ٤‬ح‪ ،‬كدحل‪ ٢‬ذل‪ٝ ٟ‬ٮؿ ا﵀ دٕةىل{ ‪:‬ك ًإف ؽ‪ ٨‬أ ً‬
‫كال‬
‫ٌ‬
‫)‪6‬ج ‪ -‬مالز‪٦‬ح ابليخ اَم دٕذؽ ‪ٚ‬ي‪ٚ ،٫‬ال ختؿج ‪ ٫٪٦‬إال حلةصح‪٠ ،‬أف حتذةج إىل َٕةـ كحنٮق‪ ،‬أك حتذةج إىل ثيٓ ‪٦‬ذةع‬
‫هلة دذ‪١‬كت ‪ ،٫٪٦‬ك‪٣‬حف ز‪٧‬ح ى‪ ٨٦‬ي‪ٞ‬ٮـ ‪ٞ٦‬ة‪٦‬٭ة يف ذل‪ ،ٟ‬أك اك‪٩‬خ مٮّ‪ٛ‬ح يف ٔ‪ ،٢٧‬كال يك‪٧‬ط هلة ثةبل‪ٞ‬ةء يف ثحذ٭ة ‪٦‬ؽة‬
‫ٌ‬
‫ٔؽد٭ة‪ ،‬أك اك‪٩‬خ دٌُؿ ‪ -‬إزا‪٣‬ح لٮظنذ٭ة ‪ -‬أف تك‪٧‬ؿ ٔ‪٪‬ؽ صةرة هلة‪ٚ ،‬ال حيؿـ ػؿكص٭ة ‪ ٨٦‬ثحذ٭ة ملس‪ ٢‬ذل‪. ٟ‬أ‪٦‬ة دحل‪٢‬‬
‫ى ىٍ ٍ‬ ‫ي‬ ‫ى يٍ‬
‫امل‪ ٨٦ ٓ٪‬اخلؿكج ‪٘٣‬ري ظةصح‪ٞٚ ،‬ٮؿ ا﵀ دٕةىل{ ‪:‬ال خت ًؿ يصٮ‪ ٨٦ً ٨َّ ٬‬يبييٮدً ً٭ َّ‪ ٨‬ىكال خي يؿص ى‪} [٨‬ا‪ُ٣‬الؽ )‪: 1‬أ‪٦‬ة دحل‪ ٢‬صٮاز‬
‫ٌ‬
‫اخلؿكج ل‪٤‬عةصح ‪٧ٚ:‬ة ركاق مك‪ (٥٤‬ا‪ُ٣‬الؽ‪ ،‬ثةب ‪:‬صٮاز ػؿكج املٕذؽة ابلةا‪ .. ٨‬حلةصذ٭ة‪ ،‬ر‪ ٨ٔ: 1483) ٥ٝ‬صةثؿ ‪-‬‬
‫َّ‬ ‫ٌ‬
‫ريض ا﵀ ٔ‪ٝ - ٫٪‬ةؿ ‪ٞ٤َ:‬خ ػة‪٣‬يت‪ٚ ،‬أرادت أف جتيؽ خن‪٤‬٭ة‪ٚ ،‬ـصؿ‪٬‬ة رص‪ ٢‬أف ختؿج‪ٚ ،‬أدخ اجليب ‪ -‬ريض ا﵀ ٔ‪- ٫٪‬‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ى َّ ى‬ ‫ي ٌ‬
‫‪ٚ‬ضؽم خن‪ٚ ،ٟ٤‬إ‪ٔ ٟ٩‬ىس أف د ىىؽيق‪ ،‬أك د‪ٌٕٛ‬ل ‪ٕ٦‬ؿك‪ٚ‬ة‪ ".‬كإف اك‪٩‬خ ظةاال ‪:‬دؿدت لك ‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿ‬ ‫‪ٞٚ‬ةؿ " ‪:‬ثًل اػؿيج‪،‬‬
‫يف ا‪ٞٛ٣‬ؿة الكةث‪ٞ‬ح‪ ،‬إال اجل‪ٞٛ‬ح ثأ‪٩‬ٮأ٭ة املؼذ‪ٛ٤‬ح ‪ ٨٦‬مؤ‪٩‬ح‪ ،‬كم‪٤‬بف‪ ،‬كٗري ذل‪ٚ. ٟ‬ال دثجخ هلة‪ ،‬كإ‪٧٩‬ة َيت هلة‬
‫املكؾ‪ ،٨‬كجتت ٔ‪٤‬ي٭ة مالز‪٦‬ذ‪.٫‬‬
‫كفايث األخيار ‪)800 / 7( -‬‬
‫ك‪٪٦‬٭ة إذا اظذةصخ إىل رشاء َٕةـ أك ‪ ٨ُٝ‬أك ثيٓ ٗـؿ كحنٮق ‪ٚ‬ي‪ْ٪‬ؿ إف اك‪٩‬خ رصٕيح ‪ٚ‬يه زكصح ‪٤ٕٚ‬يح ا‪ٞ٣‬يةـ‬
‫ثؾ‪ٛ‬ةيذ٭ة ثال ػ‪٤‬ٮة كال ختؿج إال ثإذف ‪ٝ‬ةؿ املذٮيل إال إذا اك‪٩‬خ ظةمال ك‪٪٤ٝ‬ة تكذع‪ ٜ‬اجل‪ٞٛ‬ح ‪ٚ‬ال يجةح هلة اخلؿكج‬
‫ك‪٪٦‬٭ة إذا اكف املكؾ‪ ٨‬مكذٕةرا كرصٓ املٕري أك مكذأصؿا كمٌخ املؽة كَةبل‪ ٫‬املةل‪ٚ ٟ‬ال ثؽ ‪ ٨٦‬اخلؿكج ك‪٪٦‬٭ة إذا‬
‫لـ‪٦‬٭ة ظ‪ٚ ٜ‬إف اكف ي‪٧‬ؾ‪ ٨‬اقتي‪ٛ‬ةؤق يف ابليخ اكدلي‪ٚ ٢ٕٚ ٨‬ي‪ ٫‬كإف ل‪ ٥‬يؾ‪ ٨‬كاظذيش ‪ٚ‬ي‪ ٫‬إىل احلةؽ‪ٚ ٥‬إف اك‪٩‬خ ثؿزة‬
‫ػؿصخ ز‪ ٥‬اعدت إىل املكؾ‪ ٨‬كإف اك‪٩‬خ خمؽرة ثٕر احلةؽ‪ ٥‬إهلة ‪٩‬ةاجة أك ظَّض ث‪ٛ٪‬ك‪ ٫‬كال دٕؾر يف اخلؿكج‬
‫ألٗؿا ض دٕؽ ‪ ٨٦‬الـيةدات دكف األمٮر امل٭‪٧‬ةت اكلـيةرة كا‪٧ٕ٣‬ةرة كاقت‪٧٪‬ةء املةؿ ثةتلضةرة كدٕضي‪ ٢‬ظضح اطإقالـ‬
‫كزيةرة ثيخ امل‪ٞ‬ؽس ك‪ٝ‬جٮر الىةحلني كحنٮ ذل‪ٚ ٟ‬يه اعويح ثؾل‪ ٟ‬كا﵀ أٔ‪٥٤‬‬

‫رشح احلاكِت اجلفيس ص ‪630-632‬‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪6‬‬


‫ك‪ٝ‬ؽ دُ‪ ٜ٤‬املؿأة أك يذٮىف ٔ‪٪‬٭ة زكص٭ة كِه ‪٦‬ؽرقح أك ال دـاؿ دذٕ‪ ٥٤‬كدؿيؽ دؾ‪٤٧‬ح دٕ‪٤‬ي‪٧‬٭ة ‪َ ٢٬‬يٮز هلة اخلؿكج؟‬
‫ذ‪٠‬ؿ ا‪٧٤ٕ٣‬ةء مالز‪٦‬ح الكؾ‪ ٨‬إال حلةصح ك‪ ٨٦‬ثةب أكىل الَّضكرة ك‪ٚ‬ؿؽ ثني احلةصح كالَّضكرة ‪.‬الَّضكرة ‪٠‬ؼٮؼ ‪٨٦‬‬
‫د٭ؽـ املزنؿ أك ػة‪ٚ‬خ ‪ٚ ٨٦‬ك‪ٞ‬ح أك اقذٮظنخ كظنح دؤزؿ ىلع ‪ٛ٩‬ك٭ة أك زاد إَيةر الكؾ‪ ٨‬لك ‪٬‬ؾق األقجةب دبيط‬
‫هلة اخلؿكج ‪.‬كاخلؿكج حلةصح ‪٧٠‬ة لٮ ػؿصخ ٔ‪٪‬ؽ صةرد٭ة تل٘ـؿ كدذعؽث إحل٭ة ‪ٝ‬ةلٮا َيٮز كاتلٕ‪٤‬ي‪ ٥‬أٔذ‪ٞ‬ؽ أ‪ ٫٩‬ينج٭‪٫‬‬
‫كاملكأ‪٣‬ح حتذةج مؿاصٕح ‪.‬اطإ‪٦‬ةـ أمحؽ ث‪ ٨‬ظك‪ ٨‬ا‪ُٕ٣‬ةس ‪ٝ‬ةؿ يف الك‪ ٫٦‬صةءت امؿأة تكأهل ٔ‪ ٨‬اطإظؽاد كٌلف ‪ٝ‬ةيض‬
‫اخلؿيجح إذ ذاؾ ثةظٮيؿث مٮصٮدا ‪ٝ‬ةؿ هلة دؿيؽي‪ ٨‬الكَل أك الكـ ا‪ٞ٣‬ةيض؟ ‪ٝ‬ة‪٣‬خ هل أريؽ الكم‪ٝ ٟ‬ةؿ هلة اقذٕ‪ٌ٧‬ل لك‬
‫يشء إال الـكاج ‪.‬كٔ‪٪‬ؽ‪٩‬ة حن‪ٝ ٨‬ٮؿ يف ا‪ٕ٣‬ةم‪٤‬ح يف املـارٔح يتكةحمٮف ‪ٕ٦‬٭ة أل‪ ٫٩‬دؿيؽ أف تنذ٘‪ ٢‬كًلؾل‪٪ٔ ٨٦ ٟ‬ؽ‪٬‬ة‬
‫أَ‪ٛ‬ةؿ كل‪ ٥‬يؾ‪ ٨‬هلة اعا‪ ٢‬كدؿيؽ أف ينرتم هلة ظةصةت‬

‫امػزيز ج ‪ 9‬ص ‪377‬‬


‫كاجلؽيؽ ‪:‬أ‪٩‬٭ة اكملٕذؽة ٔ‪ ٨‬الٮ‪ٚ‬ةة ملة ركم ٔ‪ ٨‬صةثؿ ‪ -‬ريض ا﵀ ٔ‪ٝ - ٫٪‬ةؿ َ‪ٞ٤‬خ ػة‪٣‬يت زالزة ‪ٚ‬ؼؿصخ جتؾ حنال‬
‫‪٪ٚ‬٭ة‪٬‬ة رص‪ٚ ٢‬أدخ رقٮؿ ا﵀ ‪ -‬وًل ا﵀ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ - ٥٤‬ذ‪٠‬ؿت هل ‪ٞٚ‬ةؿ ‪:‬أػؿيج ‪ٚ‬ضؾم حن‪ ٟ٤ٕ٣ ٟ٤‬أف دىؽيق ‪٫٪٦‬‬
‫أك د‪ٌٕٛ‬ل ػريا ‪ٝ‬ةؿ يف اتلذ‪٧‬ح ‪:‬ك‪٬‬ؾا يف احلةا‪ ٢‬أ‪٦‬ة احلةم‪ ٢‬إذا ‪٪٤ٝ‬ة ‪:‬دٕض‪ٞٛ٩ ٢‬ذ٭ة ‪ٚ‬يه م‪ٛ١‬يح ث٭ة ‪ٚ‬ال ختؿج إال لَّضكرة‬
‫‪ٝ‬ي‪ ٢‬ك‪٬‬ؾا ‪ٛ٦‬ؿكض ‪ٚ‬ي‪٧‬ة إذا ظى‪ ٢‬هلة اجل‪ٞٛ‬ح ‪ٚ‬ال ختؿج ثٕؽق ألص‪ ٢‬اجل‪ٞٛ‬ح ‪٣‬ؾ‪ ٨‬هلة اخلؿكج ‪ٌٞ٣‬ةء ظٮاجئ٭ة ‪٨٦‬‬
‫رشاء ا‪ ٨ُٞ٣‬كبيٓ ا‪٘٣‬ـؿ الظذيةص٭ة إحل‪ ٫‬يف ٗري اجل‪ٞٛ‬ح كًلؾل‪ ٟ‬إذا أُيخ اجل‪ٞٛ‬ح درا‪ ٥٬‬كاظذةصخ اىل اخلؿكج‬
‫لرشاء األدـ ث٭ة ‪ٝ‬ةؿ ‪:‬كالٌةثٍ أف اخلالؼ ٔ‪٪‬ؽ احلةصح كٔ‪٪‬ؽ ٔؽـ احلةصح ال َيٮز اخلؿكج ‪ُٕٝ‬ة كٔ‪٪‬ؽ الَّضكرة‬
‫َيٮز اخلؿكج ‪ُٕٝ‬ة كل‪ ٥‬أر ‪ ٨٦‬صٮز اخلؿكج ثال ظةصح إال اث‪ ٨‬امل‪٪‬ؾر‬

‫تذكري اجلاس لنصيد أمحد اةي حصي ةي غتد اهلل امػطاس ص ‪ 020‬طتػث وػُد حريضث‬
‫(ذ‪٠‬ؿ الك‪ ٫٦‬ريض ا﵀ ٔ‪ ٫٪‬يف ا‪ٕ٣‬ؽة كٔؽـ مؽة ىلع املعؽة )ذ‪٠‬ؿ قيؽم ريض ا﵀ ٔ‪ ٫٪‬تنؽيؽ ا‪ٞٛ٣‬٭ةء ىلع املعؽة يف‬
‫ا‪ٕ٣‬ؽة ‪ٞٚ‬ةؿ إف ق‪٪ٛ٤‬ة ريض ا﵀ ٔ‪٪‬٭‪ ٥‬الحيؿصٮف ابلةديح يف يشء إال أف يؾٮف اجلاكح ظّت خت‪٤‬ه ا‪ٕ٣‬ؽة كحن‪٦ ٨‬ة‬
‫حن‪ ٟ‬ىلع ا‪ٕ٣‬ة‪٦‬ح يف ٔؽة الٮ‪ٚ‬ةة كأ‪٦‬ة ٗري ا‪ٕ٣‬ة‪٦‬ح ‪ٚ‬لك هل ظةؿ كُك هل ػُةب ػةَجٮق خبُةث‪٧ٚ ٫‬ؾ‪٬‬ت احلك‪ ٨‬ابلرصم‬
‫يف ٔؽة الٮ‪ٚ‬ةة أ‪٩‬٭ة ‪٠‬كةاؿ ا‪ٕ٣‬ؽد ال ي‪٧‬ذ‪٤ٔ ٓ٪‬ي٭ة إال اجلاكح ك‪٬‬ؾا ل‪٤‬جةديح كا‪ٕ٣‬ٮاـ اَي‪ ٨‬ال يذ‪ٞ‬يؽكف يف دميٓ أظٮاهل‪٥‬‬
‫كدكركا ‪ ٓ٦‬الٮ‪ٝ‬خ كإذا رصٕذ‪ ٥‬إىل ا‪ٞٚ ٥٤ٕ٣‬ؿركق كحن‪ ٨‬ال ‪ٞ٩‬ٮؿ ‪٣‬ؾ‪ ٥‬ادؿًلٮق ك‪٣‬ؾ‪ ٨‬ال دٌي‪ٞ‬ٮا ىلع أ‪ٛ٩‬كؾ‪ ٥‬كىلع‬
‫ٗريًل‪ ٥‬ظّت ال يىٕت ٔ‪٤‬يؾ‪ ٥‬ا‪ ٢٧ٕ٣‬ثةملأمٮر ث‪ ٫‬رشاع‪.‬‬

‫املدخل امفلٍ امػام ملصطىف أمحد الزركاء ج ‪ 2‬ص ‪998-997‬‬


‫ا‪ٞ٣‬ةاؽة الؿاثٕح املن‪ٞ‬ح جت‪٤‬ت اتلحكري ألف يف املن‪ٞ‬ح إظؿاصة كاحلؿج مم‪٪‬ٮع ٔ‪ ٨‬امللك‪ ٙ‬ث‪٪‬ىٮص الرشيٕح ‪٬‬ؾق‬
‫ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ‪ ٨٦‬ا‪ٞ٣‬ٮأؽ اخل‪٧‬ف ال‪١‬ربل ا‪٣‬يت د‪ٞ‬ؽـ أ‪٩‬٭ة دٕذرب ‪ ٨٦‬أقف الرشيٕح يف دميٓ املؾ‪٬‬ت( ر ‪:‬ؼ )‪/ 562‬‬
‫كمكت‪٪‬ؽ‪٬‬ة ‪ٝ‬ٮؿ ا﵀ دٕةىل يف ا‪ٞ٣‬ؿآف ال‪١‬ؿي‪ "٥‬يؿيؽ ا﵀ ثؾ‪ ٥‬ا‪٣‬حرس كال يؿيؽ ثؾ‪ ٥‬ا‪ٕ٣‬رس )‪ (2/ 185‬ك‪ٝ‬ٮهل دٕةىل‬
‫أيٌة" ك‪٦‬ة صٕ‪٤ٔ ٢‬يؾ‪ ٥‬يف ادلي‪ ٨٦ ٨‬ظؿج )‪" (22/ 78‬كًلؾل‪ٝ ٟ‬ٮؿ الؿقٮؿ ‪ -‬وًل ا﵀ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ - "٥٤‬إف ا﵀‬
‫دٕةىل كًٓ ٔ‪ ٨‬أ‪٦‬يت اخلُةء كا‪٣‬جكيةف ك‪٦‬ة اقذ‪١‬ؿ‪٬‬ٮا ٔ‪٤‬ي‪" (٫‬ر ‪:‬ؼ ‪/47‬ب )كأ‪٦‬سةؿ ذل‪٩ ٨٦ ٟ‬ىٮص الرشيٕح ا‪٣‬يت‬
‫دبني ق‪٧‬ةظذ٭ة كقضةظذ٭ة كاملؿاد ثةملن‪ٞ‬ح امل‪ٛ٪‬يح ثةجلىٮص كادلأيح إىل اتلؼ‪ٛ‬ي‪ ٙ‬كا‪٣‬رتػيه ث‪ٞ٧‬ذىض ا‪ٞ٣‬ةٔؽة إ‪٧٩‬ة‬
‫ِه املن‪ٞ‬ح املذضةكزة ل‪٤‬عؽكد ا‪ٕ٣‬ةديح أ‪٦‬ة املن‪ٞ‬ح ا‪ُ٣‬جيٕيح يف احلؽكد ا‪ٕ٣‬ةديح ا‪٣‬يت يكذ‪٤‬ـ‪٦‬٭ة اعدة أداء الٮاصجح كا‪ٞ٣‬يةـ‬
‫ثةملكةيع ا‪٣‬يت د‪ٞ‬ذٌي٭ة احليةة الىةحلح ‪ٚ‬ال ‪٦‬ة‪٪٦ ٓ٩‬٭ة ث‪ ٢‬ال ي‪٧‬ؾ‪ ٨‬ا‪ٛ٩‬اكؾ اتللكي‪ٛ‬ةت املرشكٔح ٔ‪٪‬٭ة ألف لك كاصت‬
‫ال يٕؿل ٔ‪ ٨‬من‪ٞ‬ح ‪٧٠‬ن‪ٞ‬ح ا‪ ٢٧ٕ٣‬كا‪٠‬تكةب املٕحنح كالىالة كالىيةـ يف ظة‪٣‬ح الىعح كبؾؿ اجل‪ٞٛ‬ةت الٮاصجح‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪7‬‬


‫كاجل٭ةد دل‪ٗ ٓٚ‬ٮاا‪ ٢‬األٔؽاء ‪٤ٚ‬لك ‪٬ ٨٦‬ؾق اتللكي‪ ٙ‬كالٮاصجح ‪٩‬ٮع من‪ٞ‬ح تكذ‪٤‬ـ‪٦‬٭ة َجيٕذ‪ ٫‬كختذ‪ ٙ٤‬حبكت درصذ٭ة‬
‫ك‪٬‬ؾا ال ي‪٪‬ةيف اتللك‪ ٙ‬كال َيت اتلؼ‪ٛ‬ي‪٪ٔ ٨ٔ ٙ‬ؽاؾ إ‪٧٬‬ةؿ كد‪ٛ‬ؿيٍ( ر ‪:‬املٮا‪ٞٚ‬ةت ل‪٤‬نةَيب )‪2/ 119 - 123‬‬
‫كىلع ‪٬‬ؾا األقةس صٕ‪ ٢‬املؿض كالك‪ٛ‬ؿ رػىح يف الٮاصجح ادليجيح تك‪ ٍٞ‬ثٌٕ٭ة ‪٠‬ىالة اجل‪ٕ٧‬ح كدؤػؿ ثٌٕ٭ة‬
‫اكلىيةـ‪ -‬إىل أف ‪ٝ‬ةؿ ‪-‬كأذجةر ٔؿؼ اجلةس يف ‪٠‬سري ‪ ٨٦‬املٮاَ‪٦ ٨‬جين ىلع ‪٬‬ؾق ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ‪٦‬ة داـ ال يىةدـ أقف‬
‫الرشيٕح ألف يف ٔؽـ راعيح ا‪ٕ٣‬ؿؼ كٔؽـ أذجةر ق‪ُ٤‬ة‪ ٫٩‬ظؿاصة ْٔي‪٧‬ة ىلع اجلةس ‪٧٠‬ة د‪ٞ‬ؽـ( ر‪/‬ؼ )‪ 518‬يذٌط‬
‫يف ذل‪ ٟ‬أف املن‪ٞ‬ح ليك جت‪٤‬ت اتلؼ‪ٛ‬ي‪ ٙ‬اتلحكري ال َيت أف دؾٮف ثة‪٘٣‬ح درصح اًُؿار امل‪٤‬ضئ ث‪ ٢‬يؾيف أف‬
‫دؾٮف درصح احلؿج كا‪ٕ٣‬رس ممة دذ‪١‬ٮف هل ظةصح ّة‪٬‬ؿة إىل دؽثري يٕٮد ثةألمؿ إىل الك٭ٮ‪٣‬ح كا‪٣‬حرس كٔ‪٬ ٨‬ؾا كًٕخ‬
‫ا‪ٞ٣‬ةٔؽة ا‪ٞ٣‬ةا‪٤‬ح" احلةصح دزنؿ ‪٦‬زن‪٣‬ح الَّضكرة "‪٧٠‬ة قرتل يف ا‪ٞ٣‬ٮأؽ املذ‪ٛ‬ؿٔح‬

‫إحياء غنِم ادليي ج ‪ 0‬ص ‪002‬‬


‫‪ٞ٪ٚ‬ٮؿ امل‪١‬ؿكق ‪ٞ٩‬يي املُ‪٤‬ٮب ك‪ُ٦‬ة‪٣‬ت اخل‪ ٜ٤‬يف ادل‪٩‬ية دؿصٓ إىل أربٕح أمٮر أ‪٦‬ة يف اجل‪ٛ‬ف ‪ٚ‬ة‪ ٥٤ٕ٣‬كأ‪٦‬ة يف ابلؽف‬
‫‪ٚ‬ةلىعح كالكال‪٦‬ح كأ‪٦‬ة يف املةؿ ‪ٚ‬ة‪َ٣‬ثكة كأ‪٦‬ة يف ‪٤ٝ‬ٮب اجلةس ‪ٞٚ‬يةـ اجلةق ‪ٚ‬إذا املُ‪٤‬ٮب ا‪ ٥٤ٕ٣‬كالىعح كا‪َ٣‬ثكة اجلةق‬
‫ك‪ٕ٦‬ىن اجلةق م‪٤ٝ ٟ٤‬ٮب اجلةس ‪٧٠‬ة أف ‪ٕ٦‬ىن ا‪َ٣‬ثكة م‪ ٟ٤‬ادلرا‪ ٥٬‬ألف ‪٤ٝ‬ٮب اجلةس كقي‪٤‬ح إىل األٔؿاض ‪٧٠‬ة أف‬
‫م‪ ٟ٤‬ادلرا‪ ٥٬‬كقي‪٤‬ح إىل ث‪٤‬ٮغ األٗؿاض كقيأيت حت‪ٞ‬ي‪ٕ٦ ٜ‬ىن اجلةق كقجت ‪٦‬ي‪ ٢‬ا‪ُ٣‬جٓ إحل‪ ٫‬يف ربٓ امل٭‪٤‬اكت كُك‬
‫كاظؽة ‪٬ ٨٦‬ؾق األربٕح يُ‪٤‬ج٭ة اطإنكةف جل‪ٛ‬ك‪ ٫‬كأل‪ٝ‬ةرب‪ ٫‬كاملؼذىني ث‪ ٫‬كيؾؿق يف ‪٬‬ؾق األربٕح أمؿاف أظؽ‪٧٬‬ة زكاؿ‬
‫‪٦‬ة ‪٬‬ٮ ظةو‪ ٢‬مٮصٮد كاْلػؿ ا‪٦‬ذ‪٪‬ةع ‪٦‬ة ‪٬‬ٮ ‪٪٦‬ذْؿ ‪ٞٛ٦‬ٮد أٔين ا‪٩‬ؽ‪ٚ‬ةع ‪٦‬ة يذٮ‪ ٓٝ‬كصٮدق ‪ٚ‬ال ْضر إال يف ‪ٚ‬ٮات ظةو‪٢‬‬
‫كزكاهل أك دٕٮي‪٪٦ ٜ‬ذْؿ ‪ٚ‬إف امل‪٪‬ذْؿ ٔجةرة ٔ‪ ٨‬امل‪٧‬ؾ‪ ٨‬ظىٮهل كامل‪٧‬ؾ‪ ٨‬ظىٮهل ‪٠‬أ‪ ٫٩‬ظةو‪ ٢‬ك‪ٚ‬ٮات إماك‪٠ ٫٩‬أ‪٫٩‬‬
‫‪ٚ‬ٮات ظىٮهل ‪ٚ‬ؿصٓ امل‪١‬ؿكق إىل ‪ٝ‬ك‪٧‬ني أظؽ‪٧٬‬ة ػٮؼ ا‪٦‬ذ‪٪‬ةع امل‪٪‬ذْؿ ك‪٬‬ؾا ال يججْغ أف يؾٮف مؿػىة يف دؿؾ‬
‫األمؿ ثةملٕؿكؼ أوال كجلؾ‪٠‬ؿ ‪٦‬سةهل يف املُة‪٣‬ت األربٕح أ‪٦‬ة ا‪٧ٚ ٥٤ٕ٣‬سةهل دؿًل‪ ٫‬احلكجح ىلع ‪ ٨٦‬خيذه ثأقذةذق ػٮ‪ٚ‬ة‬
‫‪ ٨٦‬أف ي‪ٞ‬جط ظةهل ٔ‪٪‬ؽق ‪ٚ‬ي‪٧‬ذ‪ ٨٦ ٓ٪‬دٕ‪٤‬ي‪ ٫٧‬كأ‪٦‬ة الىعح ‪ٚ‬رتًل‪ ٫‬اطإ‪٩‬ؾةر ىلع ا‪ُ٣‬جيت اَم يؽػ‪٤ٔ ٢‬ي‪٦ ٫‬سال ك‪٬‬ٮ‬
‫البف ظؿيؿا ػٮ‪ٚ‬ة ‪ ٨٦‬أف يذأػؿ ٔ‪ٚ ٫٪‬ذ‪٧‬ذ‪ ٓ٪‬بكبج‪ ٫‬وعذ‪ ٫‬امل‪٪‬ذْؿة كأ‪٦‬ة املةؿ ‪ٚ‬رتًل‪ ٫‬احلكجح ىلع الك‪ُ٤‬ةف كأوعةث‪٫‬‬
‫كىلع ‪ ٨٦‬يٮاقي‪٦ ٨٦ ٫‬ةهل ػي‪ٛ‬ح ‪ ٨٦‬أف ي‪ ُٓٞ‬إدرارق يف املكذ‪ٞ‬ج‪ ٢‬كيرتؾ مٮاقةد‪ ٫‬كأ‪٦‬ة اجلةق ‪ٚ‬رتًل‪ ٫‬احلكجح ىلع ‪٨٦‬‬
‫يذٮ‪٩ ٫٪٦ ٓٝ‬رصة كصة‪٬‬ة يف املكذ‪ٞ‬ج‪ ٢‬ػي‪ٛ‬ح ‪ ٨٦‬أف ال حيى‪ ٢‬هل اجلةق أك ػي‪ٛ‬ح ‪ ٨٦‬أف ي‪ٞ‬جط ظةهل ٔ‪٪‬ؽ الك‪ُ٤‬ةف اَم‬
‫يذٮ‪ ٫٪٦ ٓٝ‬كاليح ك‪٬‬ؾا يل‪ ٫‬ال يك‪ ٍٞ‬كصٮب احلكجح ألف ‪٬‬ؾق زيةدات ا‪٦‬ذ‪ٕ٪‬خ كتك‪٧‬يح ا‪٦‬ذ‪٪‬ةع ظىٮؿ الـيةدات‬
‫ْضرا دلةز كإ‪٧٩‬ة الَّضر احل‪ٞ‬ييق ‪ٚ‬ٮات ظةو‪ ٢‬كال يكتسىن ‪٬ ٨٦‬ؾا يشء إال ‪٦‬ة دؽٔٮ إحل‪ ٫‬احلةصح كيؾٮف يف ‪ٚ‬ٮاد‪٫‬‬
‫حمؾكر يـيؽ ىلع حمؾكر الك‪١‬ٮت ىلع امل‪١٪‬ؿ ‪٧٠‬ة إذا اكف حمذةصة إىل ا‪ُ٣‬جيت ملؿض ‪٩‬ةصـ كالىعح ‪٪٦‬ذْؿة ‪٨٦‬‬
‫‪ٕ٦‬ةجلح ا‪ُ٣‬جيت كيٕ‪ ٥٤‬أف يف دأػؿق مؽة الٌ‪٪‬ة ث‪ ٫‬كَٮؿ املؿض ك‪ٝ‬ؽ ي‪ِٛ‬ض إىل املٮت كأٔين ثة‪ ٥٤ٕ٣‬ا‪ ٨ْ٣‬اَم َيٮز‬
‫ث‪٧‬س‪ ٫٤‬دؿؾ اقذٕ‪٧‬ةؿ املةء كا‪ٕ٣‬ؽكؿ إىل اتلي‪ٚ ٥٧‬إذا ا‪٩‬ذىه إىل ‪٬‬ؾا احلؽ ل‪ ٥‬يجٕؽ أف يؿػه يف دؿؾ احلكجح كأ‪٦‬ة يف‬
‫ا‪٧ٚ ٥٤ٕ٣‬س‪ ٢‬أف يؾٮف صة‪٬‬ال ث‪٧‬٭‪٧‬ةت دي‪ ٫٪‬كل‪َ ٥‬يؽ إال ‪٧٤ٕ٦‬ة كاظؽا كال ‪ٝ‬ؽرة هل ىلع الؿظ‪٤‬ح إىل ٗريق كٔ‪ ٥٤‬أف‬
‫املعتكت ٔ‪٤‬ي‪ٝ ٫‬ةدر ىلع أف يكؽ ٔ‪٤‬ي‪َ ٫‬ؿي‪ ٜ‬الٮوٮؿ إحل‪ ٫‬ل‪١‬ٮف ا‪ٕ٣‬ةل‪ُ٦ ٥‬يٕة هل أك مكذ‪ٕ٧‬ة ‪ٞ٣‬ٮهل ‪ٚ‬إذا الىرب ىلع‬
‫اجل٭‪ ٢‬ث‪٧‬٭‪٧‬ةت ادلي‪ ٨‬حمؾكر كالك‪١‬ٮت ىلع امل‪١٪‬ؿ حمؾكر كال يجٕؽ أف يؿصط أظؽ‪٧٬‬ة كخيذ‪ ٙ٤‬ذل‪ ٟ‬ثذ‪ٛ‬ةظل امل‪١٪‬ؿ‬
‫كبنؽة احلةصح إىل ا‪ ٥٤ٕ٣‬تلٕ‪ ٫ٞ٤‬ث‪٧‬٭‪٧‬ةت ادلي‪ ٨‬كأ‪٦‬ة يف املةؿ ‪ ٨٧١ٚ‬يٕضـ ٔ‪ ٨‬ال‪١‬كت كالكؤاؿ ك‪٣‬حف ‪٬‬ٮ ‪ٝ‬ٮم‬
‫اجل‪ٛ‬ف يف اتلٮُك كال ‪٤ٔ ٜٛ٪٦‬ي‪ ٫‬قٮل مؼه كاظؽ كلٮ اظتكت ٔ‪٤‬ي‪ ُٓٝ ٫‬رز‪ ٫ٝ‬كا‪ٚ‬ذ‪ٞ‬ؿ يف حتىي‪ ٫٤‬إىل َ‪٤‬ت‬
‫إدرار ظؿاـ أك ‪٦‬ةت صٮاع ‪ٚ‬٭ؾا أيٌة إذا امذؽ األمؿ ‪ٚ‬ي‪ ٫‬ل‪ ٥‬يجٕؽ أف يؿػه هل يف الك‪١‬ٮت‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪8‬‬


‫)‪3. PROBLEMATIKA FASILITAS UMUM (PESANTREN/TEMPAT IBADAH‬‬
‫‪Deskripsi Masalah:‬‬
‫‪Di sebuah Pondok ada dua buah meteran listrik atas nama pondok dan musholla,‬‬
‫‪kemudian ada seorang mudir/salah satu pengasuh ma‟had yang menyalur daya listrik di‬‬
‫‪pondok tersebut, namun setiap bulannya yang membeli pulsa token listrik 90% nya dari‬‬
‫‪uang pribadi mudir/pengasuh pondok tersebut. Sedangkan yang sepuluh persen dari‬‬
‫‪uang kas pondok dan musolla.‬‬
‫‪Pertimbangan:‬‬
‫‪Sekilas pondok dan musholla diuntungkan sebab setiap bulan hanya terbebani‬‬
‫‪membayar 10 %. Namun bisa jadi, mudir/pengasuh justru yang diuntungkan. Sebab‬‬
‫‪andai saja beliau membayar penuh setiap bulannya masih tetap diuntungkan karena‬‬
‫‪membayar dengan tarif sosial yang relatif lebih murah dari pada menyalur sendiri.‬‬
‫‪Pertanyaan a:‬‬
‫‪Bolehkah Mudir tersebut nebeng listrik ke meteran pondok dan musholla dengan‬‬
‫?‪sistem seperti dalam diskripsi‬‬
‫‪Jawaban a:‬‬
‫‪Diperbolehkan selama tidak melanggar peraturan PLN dan tidak berdampak negative‬‬
‫‪pada pondok atau musholla.‬‬
‫‪Referensi:‬‬
‫حِايش الرشواين اجلزء الصادس ص‪234 :‬‬
‫(‪ٝ‬ٮهل‪ /‬يف املنت كأ‪ ٫٩‬إذا رشط يف ك‪ ٙٝ‬املكضؽ اػذىةو‪ ٫‬ثُةا‪ٛ‬ح إ‪٣‬غ) يف ‪ٚ‬ذةكل الكيٮيط املكضؽ املٮ‪ٝ‬ٮؼ ىلع‬
‫‪ٕ٦‬يجني ‪َ ٢٬‬يٮز ‪٘٣‬ري‪ ٥٬‬دػٮهل كالىالة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كاالٔذاكؼ ثإذف املٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي٭‪ ٢ٞ٩ ٥‬اطإق‪٪‬ٮم يف األ‪٘٣‬ةز أف الكـ ا‪ٛٞ٣‬ةؿ‬
‫يف ‪ٚ‬ذةكي‪ ٫‬يٮ‪ ٥٬‬امل‪ ٓ٪‬ز‪ٝ ٥‬ةؿ اطإق‪٪‬ٮم ‪٪ٔ ٨٦‬ؽق كا‪ٞ٣‬يةس صٮازق كأ‪ٝ‬ٮؿ اَم يرتصط اتل‪ٛ‬ىي‪ٚ ٢‬إف اكف مٮ‪ٝ‬ٮ‪ٚ‬ة ىلع‬
‫أمؼةص ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح ‪٠‬ـيؽ كٔ‪٧‬ؿك كبؾؿ ‪٦‬سال أك ذريذ‪ ٫‬أك ذريح ‪ٚ‬الف صةز ادلػٮؿ ثإذ‪٩‬٭‪ ٥‬كإف اكف ىلع أص‪٪‬ةس ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ح‬
‫اكلنة‪ٕٚ‬يح كاحل‪ٛ٪‬يح كالىٮ‪ٚ‬يح ل‪َ ٥‬يـ ‪٘٣‬ري ‪٬‬ؾا اجلجف ادلػٮؿ كلٮ أذف هل‪ ٥‬املٮ‪ٝ‬ٮؼ ٔ‪٤‬ي٭‪ٚ ٥‬إف رصح الٮا‪ ٙٝ‬ث‪ٓ٪٧‬‬
‫دػٮؿ ٗري‪ ٥٬‬ل‪ ٥‬يُؿ‪ ٫ٝ‬ػالؼ أبلذح كإذا ‪٪٤ٝ‬ة جبٮاز ادلػٮؿ ثةطإذف يف ا‪ٞ٣‬ك‪ ٥‬األكؿ يف املكضؽ كاملؽرقح كالؿبةط اكف‬
‫هل‪ ٥‬اال‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع ىلع حنٮ ‪٦‬ة رشَ‪ ٫‬الٮا‪ ٙٝ‬ل‪ٕ٧٤‬يجني أل‪٩‬٭‪ ٥‬دجٓ هل‪ ٥‬ك‪ٞ٦ ٥٬‬ذؽكف ث‪٧‬ة رشَ‪ ٫‬الٮا‪ ٙٝ‬ا‪٩‬ذىه كد‪ٞ‬ؽـ يف إظيةء‬
‫املٮات يف رشح ‪ٝ‬ٮهل كلٮ قج‪ ٜ‬رص‪ ٢‬إىل مٮًٓ ‪ ٨٦‬ربةط مكج‪ ٢‬أك ‪ٞٚ‬ي‪ ٫‬إىل ‪٦‬ؽرقح إ‪٣‬غ ‪٦‬ة ‪٩‬ى‪ ٫‬ك‪٘٣‬ري أ‪ ٢٬‬املؽرقح ‪٦‬ة‬
‫أذيؽ ‪ٚ‬ي٭ة ‪ ٨٦‬حنٮ ‪٩‬ٮـ ث٭ة كرشب كَ٭ؿ ‪٦ ٨٦‬ةا٭ة ‪٦‬ة ل‪ ٥‬ي‪ٞ٪‬ه املةء ٔ‪ ٨‬ظةصح أ‪٤٬‬٭ة ىلع األكص‪ ٫‬ا ـهكٌلف ‪٬‬ؾا ‪ٚ‬ي‪٧‬ة إذا‬
‫ل‪ ٥‬يرشط االػذىةص خبالؼ ‪٦‬ة د‪ٞ‬ؽـ ٔ‪ ٨‬الكيٮيط أك ‪٬‬ؾا ‪ٚ‬ي‪٧‬ة إذا أذيؽ كذاؾ يف ٗريق ‪٤ٚ‬يعؿر كٔجةرة ا‪ٕ٣‬جةب كإف‬
‫رشط يف ك‪ ٙٝ‬املكضؽ اػذىةص َةا‪ٛ‬ح اكلنة‪ٕٚ‬يح ثةلىالة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬وط كًلؿق كاػذه ث٭ة ‪ٚ‬ال َيٮز ‪٘٣‬ري‪ ٥٬‬الىالة ‪ٚ‬ي‪٫‬‬
‫‪٧٠‬ة لٮ ػه املؽرقح كالؿبةط ثُةا‪ٛ‬ح ا ـه(‪ٝ‬ٮهل كيْ٭ؿ صٮاز ا‪٩‬ذ‪ٛ‬ةع إ‪٣‬غ) أذ‪٧‬ؽ ـ ر‬
‫املﺠىِع رشح املُذب ‪)719 /2( -‬‬
‫ال َيٮز أػؾ مئ ‪ ٨٦‬أصـاء املكضؽ ‪٠‬عضؿ كظىةة كدؿاب كٗريق ك‪ٝ‬ؽ قج‪ ٜ‬يف ‪٬‬ؾق املكةا‪ ٢‬حتؿي‪ ٥‬اتلي‪ ٥٧‬ثرتاب‬
‫املكضؽ ك‪٦‬س‪ ٫٤‬الـيخ كالن‪ ٓ٧‬اَل يرسج ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كىف قنن أىب داكد ثةق‪٪‬ةد وعيط ٔ‪ ٨‬أيب ‪٬‬ؿيؿة‪ٝ /‬ةؿ ثٕي الؿكاة‪ /‬أراق‬
‫ر‪ ٫ٕٚ‬إىل اجليب وًل ا﵀ ٔ‪٤‬ي‪ ٫‬كق‪ٝ ٥٤‬ةؿ (اف احلىةة تل‪٪‬ةمؽ اَل خيؿص٭ة ‪ ٨٦‬املكضؽ)‬

‫امفتاوى امفلُيث الكربى ‪)741 /0( -‬‬


‫كقب‪ ٨ٔ ٢‬ثؿًلح يف مكضؽ يذعى‪ ٢‬إحل٭ة ‪٦‬ةء ‪٦ ٨٦‬ةء املُؿ ‪َ ٢٬‬يٮز األػػؾ ‪٦‬ػ‪٦ ٨‬ةا٭ػة إىل ابليػٮت ل‪ُ٤‬٭ػٮر أك ٗػريق‬
‫‪ٚ‬أصةب ال َيٮز ألظؽ أف ي‪٦ ٨٦ ٢ٞ٪‬ةء د‪ ٟ٤‬ا‪٣‬ربًلح محبة ال ‪ُ٣‬٭ٮر كال ‪٘٣‬ريق ألف املكضؽ وةر خمذىة ث‪٧‬ةء د‪ ٟ٤‬ا‪٣‬ربًلح‬
‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪9‬‬
‫ا‪٣‬يت ِه م‪ ٟ٤‬هل أك ك‪٤ٔ ٙٝ‬ي‪ ٫‬كإذا اػذه ث‪٧‬ةا٭ة ل‪َ ٥‬يـ ‪٪٦ ٫٤ٞ٩‬٭ة كيف اخلةدـ ٔ‪ ٨‬ا‪ٕ٣‬جةدم أ‪ ٫٩‬حيؿـ محػ‪ ٢‬يشء ‪٦‬ػ‪٨‬‬
‫املةء املكج‪ ٢‬إىل ٗري ذل‪ ٟ‬املع‪٧٠ ٢‬ة لٮ أثةح لٮاظؽ َٕة‪٦‬ة حلأك‪ ٫٤‬ال َيٮز ألظؽ مح‪ ٢‬احلجح ‪ ٫٪٦‬كال رص‪ ٫ٚ‬إىل ٗري ذل‪ٟ‬‬
‫اْللك ز‪ٝ ٥‬ةؿ كيف ‪٬‬ؾا دٌيي‪ ٜ‬مؽيؽ كٔ‪ ٢٧‬اجلةس ىلع ػال‪ٗ ٨٦ ٫ٚ‬ري ‪٩‬ؾري كىلع األكؿ األكص‪ٚ ٫‬٭‪ ٢‬املؿاد ثةملعػ‪ ٢‬يف‬
‫الك‪ ٫٦‬املع‪٤‬ح ا‪٣‬يت ‪٬‬ٮ ‪ٚ‬ي٭ة ‪ ٢ٞ٪٠‬الـٌلة أك مٮًٕ‪ ٫‬املجكٮب إحل‪ ٫‬اعدة حبير ي‪ٞ‬ىؽ املكج‪ ٢‬أ‪ ٫٤٬‬ثؾل‪ ٟ‬حم‪ْ٩ ٢‬ؿ كاثلةين‬
‫أ‪ٝ‬ؿب كا﵀ أٔ‪٥٤‬‬

‫امفتاوى امفلُيث الكربى اجلزء اثلامث ﺻـــــ ‪266‬‬


‫كقب‪ ٨ٔ ٢‬املةء املذىؽؽ ث‪ ٫‬ل‪ُ٤‬٭ٮر يف املكةصؽ ٔ‪٪‬ؽ‪٩‬ة ‪َ ٢٬‬يٮز ألظؽ ‪ ٫٤ٞ٩‬إىل ػ‪٤‬ٮد‪ ٫‬كادػةرق ‪ٚ‬ي٭ة ل‪ُ٤‬٭ؿ ث‪٪٦ ٓ٦ ٫‬ػٓ‬
‫اجلةس ‪ ٫٪٦‬كاحلةصح إحل‪ ٫‬يف املكضؽ ك‪َ ٢٬‬يٮز ‪ٔ ٓ٦‬ؽـ ذل‪ ٟ‬أك ال ‪ٚ‬أصةب ثأف ‪ ٨٦‬دىؽؽ ث‪٧‬ةء أك ك‪٦ ٙٝ‬ة حيى‪٫٪٦ ٢‬‬
‫ا‪ُ٣‬٭ٮر ث‪٧‬كضؽ ‪٠‬ؾا ل‪َ ٥‬يـ ‪ُ٣ ٫٪٦ ٫٤ٞ٩‬٭ةرة كال ‪٘٣‬ري‪٬‬ة ‪ ٓ٪٦‬اجلةس ‪ ٫٪٦‬أك ال ألف املةء املكج‪ ٢‬حيؿـ ‪ ٫٪ٔ ٫٤ٞ٩‬إىل حم‪٢‬‬
‫آػؿ ال يجكت إحل‪ ٫‬اكخل‪٤‬ٮة املؾ‪٠‬ٮرة يف الكؤاؿ ‪ ٨٦ ٥ٕ٩‬دػ‪ ٢‬املكضؽ كدٮًأ ‪ ٫٪٦‬ال ي‪٤‬ـ‪ ٫٦‬الىالة ‪ٚ‬ي‪ ٫‬كإف اظذ‪٧‬ػ‪ ٢‬أف‬
‫الٮا‪ ٙٝ‬أراد ذل‪ ٟ‬دؾسريا ثلٮاث‪ ٫‬ألف ‪ ٫ْٛ٣‬ي‪ٞ‬رص ٔ‪٧‬ة ي‪ٛ‬٭‪ ٥‬ذل‪٬ ٟ‬ؾا يل‪ ٫‬إف ل‪ ٥‬يُؿد ٔؿؼ يف ز‪ ٨٦‬الٮا‪ٝ‬ػ‪ ٙ‬كيٕ‪٧٤‬ػ‪٫‬‬
‫كإال ‪٩‬ـؿ ك‪٤ٔ ٫ٛٝ‬ي‪ ٫‬أل‪٦ ٫٩‬زنؿ ‪٦‬زن‪٣‬ح رشَ‪٫‬‬

‫رشامث األواجد ﺻـ ‪29‬‬


‫أ‪ٝ‬ٮؿ ك‪ٚ‬٭‪ ٥‬ممة ذ‪٠‬ؿ ‪ ٢ٞ٩‬حنٮ امل‪١‬رب ل‪٤‬ىٮت ل‪٧٤‬كضؽ كاقذٕ‪٧‬ةهل ‪٘٣‬ري ذل‪ ٟ‬املكضؽ ٗري صةاـ امهلل إال أف امرتاق اجلةّؿ‬
‫ث‪ٞ‬ىؽ إَيةرق ‪ٚ‬يضٮز اقذٕ‪٧‬ةهل ل‪٘٤‬ري ثأصؿة ال دلة‪٩‬ة‬

‫فتاوى اةي الصالح ـج‪ 7‬ﺻـ‪013‬‬


‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫الىٮ ًػ َّيح رصؼ ً‪٩ ٫٪٦‬ةّؿق ًإىل ‪ٝ‬ٮـ ىزع ي‪٧‬ٮا أ‪٩‬٭‪٣ ٥‬بكٮا ػؿ‪ٝ‬ح اتلىٮؼ ‪ ٨٦‬ميغ ىك‪٣‬حكٮا ىلع ‪٬‬يٍبىح‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍي‬ ‫ىم ٍكأى‪٣‬ىح يف ك‪ ٙٝ‬ىلع ا‬
‫ً‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫الىٮػ َّيح املذٕةر‪ٚ‬ني ػ ى٭‪َ ٢‬يٮز ٌ ٍ‬
‫أصةب ىر ًيض ا﵀ ىٔ‪ ٫٪‬ى‪٦‬ة‬ ‫و‪ٛ‬ذ٭‪ ٥‬ى‬ ‫ٍ‬ ‫الىٮ ًػ َّيح ىك ى‪٦‬ة‬ ‫ض َّؿد ‪٣‬بف اخل ٍؿ‪ٝ‬ح ىك‪ ٨٦‬ا‬
‫ً‬
‫الرصؼ احل٭‪ ٥‬ث ي‪ ٧‬ى‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‬
‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫الىٮػ َّيح ىال َيٮز رص‪ ٫ٚ‬إ َّال إ ىىل ‪ ٨٦‬يٕؽ يف ا‪ٍٕ٣‬ؿؼ ‪ ٨٦‬ا‬ ‫ىاك ىف ىم ٍٮ‪ٝ‬يٮ‪ٚ‬ة ىلع ا‬
‫الىٮ ًػ َّيح ىكيٕؿؼ ذلً‪ ٟ‬ثًأف يؾٮف ًحبىيٍر ًإذا ‪٩‬ـؿ‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً‬
‫ىٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ٍ ٍ‬
‫ثةلؿبةط ال ى‪٧‬ؼ يىٮص ثةلىٮ‪ٚ‬يح ل‪ ٥‬يكت‪١٪‬ؿكا ‪ ٩‬يـكهل ًػي ً‪ ٫‬ك‪ٞ٦‬ة‪ ٫٦‬ثىح‪٪‬٭‪ ٥‬اقت‪٪‬اكر‪ ٥٬‬ذلً‪ً ٟ‬م َّ‪٣ ٨٧‬ح ىف ‪ ٨٦‬صجك٭‪ ٥‬ك‪ٝ‬جي‪٤‬ذ٭‪٥‬‬
‫ى‬ ‫األ ٍق ىجةب امل‪ٛ‬ك‪ٞ‬ح ىك‪ ٍ٪٦‬ى٭ة ز ٌم ا‬ ‫ٍى‬ ‫ىك ىال ثيؽ ػي‪ ٨٦ ٫‬كصٮد و ى‪ٛ‬ةت ‪ ٍ٪٦‬ى٭ة ٌ‬
‫الىٮ ًػيَّح ىكأف يؾٮف ىقة ً‪٪٠‬ة ثىح‪٪‬٭‪ً ٥‬يف‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫كدلة‪٩‬ي‪٫‬‬ ‫الح‬ ‫الى‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬
‫ى ى ى ٍ ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ِّ ى‬ ‫ى ى‬ ‫ى‬
‫الى‪ٛ‬ةت ىك ً‪ ٪٦‬ى٭ة أف يؾٮف ذا زؿكة ّة ً‪٬‬ؿة ك ً‪ ٫٪٦‬أف ال‬ ‫الؿ ىبةط خمة‪ُ٣‬ة ل ي٭‪ ٥‬ىك ًإف ل‪ ٥‬يؾ‪ ٨‬ىلع زي٭‪ً ٥‬إذا اكف ًػي ً‪ ٫‬ثى ً‪َّ ٞ‬يح‬ ‫ِّ‬
‫ىٍ‬ ‫ٍ ي‬ ‫ى ٍ ي‬ ‫ى ٍى‬ ‫اتل ى‬ ‫يؾٮف ىوةظت ظ ٍؿ‪ٚ‬ىح كا‪٠‬تكةب يجةي‪ ٨‬ىظةؿ ا‬
‫ث٭ة ا‪ ٣‬يٕ‪ٞ‬ٮد ًيف احلىة‪٩‬ٮت ىكحنٮق‬ ‫و‪٪‬ةٔح ي‪ٞ‬رتف‬ ‫ةرة كُك‬ ‫ض ى‬ ‫الىٮ ًػ َّيح ‪٦‬س‪ِّ ٢‬‬ ‫ً‬
‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫َّ‬
‫ي‪ ٞ‬ىؽح يف ىذل‪ ٟ‬ا‪٣‬جٌكغ كاخليةَح ا‪٣‬يت يٕذةد‪٬‬ة ‪٠‬سري ‪ ٨٦‬ا‬ ‫ىى ٍ‬
‫الىٮ ًػ َّيح ىكال ‪٠‬ٮ‪ًٞ ٚ ٫٩‬ي٭ة ىك‪ ٨٦‬أ‪ ٢٬‬ا‪ ٥٤ٕ٣‬إًذا كصؽ ًػي ً‪٫‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫كال‬
‫ٍ ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ٮرة ‪ٚ‬إف اجل ى ٍ٭‪٣ ٢‬حٍ ىف ‪ ٨٦‬ىرشط ا‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫الى ى‪ٛ‬ةت ال ى‪٧‬ؾ‪ ٠‬ى‬ ‫ِّ‬
‫اق ًذع‪ٞ‬ةؽ‬ ‫الىٮ ًػ َّيح ىكأ‪٦‬ة ‪٣‬بف ػؿ‪ٝ‬ح اتلىٮؼ ىلع جتؿدق ‪٤ٚ‬ح ىف اك ًػية ًيف‬ ‫ً‬
‫ي ى َّ ى‬ ‫َّ‬ ‫الى ى‪ٛ‬ةت ال ٍ ى‪ٍ ٧‬ؾ ي‪ ٠‬ى‬ ‫ع ى‪ٞ‬ةؽ ىكاال ٍٔذجىةر يف ِّ‬ ‫ٍ ٍ‬ ‫ىٍ‬ ‫ى‬
‫ٮرة دك‪ٞٚ ٫٩‬ؽ ‪ ٢ٞ٩‬ىٔ‪ ٨‬النيٍغ أيب حم‪٧‬ؽ أ‪ ٫٩‬أثُ‪٢‬‬ ‫ً ً ً‬ ‫ذلً‪ ٟ‬ىك‪٣‬ح ىف ىٔؽ‪ٝ ٫٦‬ةدظة ًيف ًاالق ًذ‬
‫ٍ‬ ‫َّ َّ ى ى‬ ‫أل‪ َّ٩‬ي‪ ٫‬ىال ظ‪ ٜ‬ل ى ي٭‪ ٥‬ييٮ‪ ٙٝ‬ىٔ‪٤‬ىيٍ‪ ٫‬ىكوعط ال ٍ ىٮ‪ ٍٙٝ‬ى‬ ‫ا َّ ى ى‬ ‫ٍى ٍ‬
‫ؾ‪ ٨‬ذا‪٠‬ؿد‪ ٫‬يرصؼ اىل ال ي‪ ٧‬ىٕ ٌؿؼ‬ ‫ً‬ ‫‪٣‬‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫‪٧‬‬ ‫ذ‬
‫ً‬ ‫اتل‬ ‫ةظت‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫الٮ‪ ٙٝ‬ىلع الىٮ ًػيح ك ً‬
‫ٍى ٌ ي‬ ‫ى ىٍ‬ ‫ةدة يف أىكَث أك‪ٝ‬ةد‪ ٫‬ىك َّ‬ ‫ٍ ى ى‬ ‫ا ٍى‬
‫ـايل ىك‪ ٬‬ىٮ ىم ٍٮ يصٮد ًيف‬ ‫ً‬ ‫٘‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫أ‪ّٚ‬ت‬ ‫كب‪٧‬س‪٫٤‬‬ ‫‪٫‬‬
‫ًً‬ ‫ث‬ ‫ذيخ‬ ‫‪ٚ‬‬ ‫أ‬ ‫ة‬‫‪٦‬‬ ‫أٔ‪٥٤‬‬ ‫ا﵀‬ ‫ى‬
‫ك‬ ‫يط‬ ‫ع‬‫ً‬ ‫الى‬ ‫ٔ‪ ٨‬ادلنية املنذ٘‪ ٢‬ثًة‪ٕ٣‬ج ً‬
‫ى‬
‫ٍي‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ ى‬ ‫ى ى ٍ ٍ‬ ‫ىى‬ ‫ىى‬
‫اطإظيىةء ًيف آػؿ ‪٠‬ذةب احلىالؿ ىكاحل ىؿاـ ً‪٫٪٦‬‬ ‫ةكي ً‪ ٫‬ك‪ً ٫٤ٞ٩‬إىل ً‪٠‬ذةث‪ً ٫‬‬ ‫ػذ ً‬
‫امفتاوى امفلُيث الكربى ج ‪ 0‬ص ‪244‬‬
‫ىى ى‬ ‫ى ى ى ٍ‬ ‫ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫رص يؼ ى‪٦‬ة ثى ى ٍ‬ ‫آالت يص يؽد ىػ ى٭ ٍ‪ ٢‬ىَييٮز ى ٍ‬ ‫ى َّ ى ى َّ ى ى ٍ ن ى‬ ‫ىي ى‬
‫ي‪٥‬‬‫يق ً‪ ٨٦‬آالدً ً‪ ٫‬ا‪ً ٞ٣‬ؽي‪ً ٧‬ح ًيف ًٔ‪٧‬ةر ًة مك ًض وؽ آػؿ ‪ً ٝ‬ؽ و‬ ‫ً‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫﴿كقبً‪ ﴾٢‬ع‪٧‬ة إذا صؽد مك ًضؽا ثً‬
‫ن ى ى ى ىى ىٍ‬ ‫‪ ٟ‬ال ٍ ى‪ٍ ٧‬‬‫ى ى‬ ‫ِه حل ى ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ ى ى ىٍ ى ى ى ىىٍ يى ي‬
‫ةع ىك يحيٍ ى‪ ٛ‬يِ ىث ى‪٪٧‬ي ى٭ة أ ٍك يحتٍ ى‪ ٛ‬يِ ً ى‬ ‫يٍى‬
‫آصال ىكل ٍٮ ‪ ٩‬ىٮل أ ٍك ‪٩‬ؾ ىر أف‬
‫ً ً‬‫ؽ‬
‫ً‬ ‫ض‬ ‫ك‬ ‫ً‬ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ةت‬
‫ً‬ ‫ةص‬ ‫ً‬ ‫ةج لً‪٧ًٕ ٤‬ةر ًة أك ال ك ًظيجبً وؾ ػ٭‪ ٢‬عج‬
‫حمذ و‬
‫ٍى ٍ‬ ‫ى ى ٍ ى ى ى َّ ٍ ى ي ى ى ٍ ى ي ى ٍ ى ٍ ي ى ى ٍ ن ى ى ى ٍ ى ى ى ٍ ي ى ِّ ي ى ٍ ى ٍ‬ ‫ى ٍ ي ى ى ٍ ن ي ى َّ ن ى ى ى ى ى ى‬
‫ني اجلَّؾ ًر ىكا‪ٞ٣‬ى ًؽ‬ ‫دم ىٓ ًَلً‪ ٟ‬آال وت ‪ ٥٤ٚ‬قذحرس هل ػ٭‪ ٢‬هل أف قٕ‪٧‬ؿ مك ًضؽا آػؿ أك ال ك‪ ٢٬‬ق‪ٛ‬ؿؽ ب‬ ‫قٕ‪٧‬ؿ مك ًضؽا ‪ٕ٦‬ي‪٪‬ة ك‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪10‬‬


‫‪ ٟ‬ال ٍ ى‪ٍ ٧‬ٮًٓ أى ٍك يى ٍرص ىؼ ى‪٦‬ة ‪٩‬ى ىؾ ىر يق يف ٔ ى‪٧‬ةرةى‬ ‫ىٍ ى ى‬ ‫ى‬ ‫ي ى َّ ى ى ٍ ى ي ى ٍ ى ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ى ىىٍ ى ى ى ى ٍ ىٍ ى ى ٍ ن‬
‫ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ري ذل ً‬ ‫ني ػ٭‪ ٢‬هل أف يب ًين ًيف غ ً‬ ‫أك ال كلٮ ‪٩‬ؾر أف يب ًين مك ًضؽا ًيف مٮ ًً وٓ ‪ ٕ٦‬و‬
‫ى ٍ ى ٍ يي ىى‬
‫ت ىلع‬ ‫ذ‬ ‫‪١‬‬ ‫‪٣‬‬ ‫اك‬ ‫ء‬ ‫يش‬ ‫ض‬ ‫ؿ‬‫ٍ‬ ‫ٕ‬
‫ى‬
‫ةصح ا‪ ٣‬يٕ ٍؿس ىكًل ى‬‫ٍ‬ ‫ع ى‬ ‫ى‬
‫ةصةت ‪ ٠‬ى‬ ‫اقذ ٍٕ ى‪ ٧‬يةؿ يظ ٍرص ال ٍ ى‪ٍ ٧‬كضؽ ىك‪ ٚ‬ىؿام‪ ٫‬حل ى ى‬
‫ى‬ ‫ٮز ٍ‬ ‫ي‬ ‫آػ ىؿ أى ٍك ىال ىك ى‪ ٢ٍ ٬‬ىَيي‬‫ى‬
‫ىم ٍك ًض وؽ‬
‫ً‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫و‬ ‫ً ً ً‬ ‫ً ً‬ ‫ى ً‬ ‫ً‬
‫ى‬
‫ةج إحلٍ ى٭ة ىم ٍك ًض يؽ‪٬‬ة ًيف‬
‫َّ ى ٍ ى ٍ ى ي ى‬
‫ت ا‪ً ٣‬يت ‪ٝ‬ؽ حيذ‬ ‫ال‬
‫ى ٍ ى ىي ي ى ٍي ٍ ى ٍ ى‬
‫اْل‬ ‫‪ٟ‬‬ ‫‪٤‬‬ ‫د‬ ‫ؼ‬ ‫رص‬ ‫ٮز‬ ‫َي‬ ‫ال‬ ‫هل‬ ‫ٮ‬ ‫‪ٞ‬‬ ‫ث‬ ‫﴾‬ ‫ةب‬ ‫ؾ ٍ‪ ٍ٪٦ ٨‬ي‪ ٫‬ثيؽ أى ٍـ ىال ؟ ﴿‪ٚ‬ىأ ىص ى‬ ‫ى ىٍ ى ي‬
‫الن ٍ‪ً ٧‬ف إذا ل‪ ٥‬ي‬
‫َّ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ًً‬ ‫ً‬
‫ن ى‬ ‫ن‬ ‫ى ىى ىٍ ي‬ ‫ى ى ٍ‬ ‫ٍي ى‬ ‫ى ى ىى ى ىى ىٍ ى ي ىى‬
‫ةت ذلً‪ ٟ‬ال ى‪ٍ ٧‬ك ًض ًؽ ىكل ٍٮ ‪٩‬ؾ ىر أف ق ىٕ ِّ‪ ٧‬ىؿ ىم ٍك ًضؽا ي‪ ٦‬ىٕ َّي‪٪‬ة أ ٍك‬ ‫ى‬
‫ةّ ًؿ ًظ‪ْٛ‬٭ة ًحلىةص ً‬ ‫ىلع َّ‬
‫اجل ً‬ ‫َيت‬ ‫ًٔ‪٧‬ةر ًة مك ًض وؽ آػؿ كال ي ًبيٕ٭ة ث‪ً ٢‬‬
‫ى ى ى ٍ‬
‫ض َّؿ ًد ا‪ ٍ ٣‬ى‪ٍ ٞ‬ى ًؽ ى ٍ‬
‫‪ ٟ‬ل ى ٍ‪ ٥‬يى‪ ٍ٤‬ىـ ٍ‪ ٦‬ي‪ ٫‬ث ي‪ ٧‬ى‬ ‫َّ ٍ ى ٍ ى ى ى ى ى‬ ‫ي ى َّ ى ٍ ى ي ٍ ى ي ى ٍ ي ى ِّ ى ى ٍ ى ي ى ى ن ى ٍ ي ى ى ٍ ى ى َّ ى‬ ‫ىٍ‬
‫يش هء‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ل‬‫ذ‬ ‫ؽ‬ ‫ى‬ ‫‪ٝ‬‬ ‫ف‬ ‫إ‬ ‫‪ٚ‬‬
‫ً ً‬ ‫ر‬ ‫ؾ‬ ‫ةجل‬‫ني ل‪َ ٥‬يـ هل أف قٕ‪٧‬ؿ غريق ثؽال ع‪٬ ٫٪‬ؾا إف د‪ً ٛ٤‬‬
‫ث‬ ‫ِ‬ ‫ًيف مٮ ًً وٓ ‪ ٕ٦‬و‬
‫ٍىٍ‬ ‫ٍ ٍ ى يى‬ ‫ى ىٍ ى‬ ‫ى ى ى‬ ‫ي ٍ ىن ى‬ ‫ىٍ ي‬ ‫اقذ ٍٕ ى‪ ٧‬يةؿ يظ ٍرص ال ٍ ى‪ٍ ٧‬كض ًؽ ىك ىال ‪ ًٚ‬ى‬ ‫ٮز ٍ‬ ‫ىك ىال ىَيي ي‬
‫اس ً‪٨ٍ ٦‬‬ ‫ري ‪ ٚ‬يؿ ًم ً‪ٞ٤ُ٦ ٫‬ة ق ىٮا نء أكةف ًحلىةص وح أـ ال ىكاق ًذٕ‪٧‬ةل٭ة ًيف األٔ ىؿ ً‬ ‫ً‬ ‫غ‬ ‫يف‬ ‫ً‬ ‫‪٫‬‬
‫ً‬ ‫ام‬
‫ً‬ ‫ؿ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ى ٍىٍى ىى ي‬ ‫َّ ى ي ى ى ي ِّ ى ى ٍ ى ي ى ى ى ٍ ى َّ ى ٍ ي ى ى ي َّ ى ى ى ى ٍ ى ٍ ي ى ٍ ى ىٍ‬ ‫‪١‬ى‬‫ىٍى ٍيٍ ى‬
‫اح ك‪ٝ‬ةلٮا‬ ‫اس كاأل‪ٚ‬ؿ ً‬ ‫‪١‬ري ىلع ‪ ٨٦‬ق‪ً ٛ‬ؿم٭ة ًثةألٔؿ ً‬ ‫َيت ىلع لك أظ وؽ إ‪٩‬ؾةر‪٬‬ة ك‪ٝ‬ؽ مؽد ا‪٧٤ٕ٣‬ةء اجل ً‬ ‫يت‬
‫ً ً‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫ات‬
‫ً‬ ‫ؿ‬ ‫أؼج ًط ال‪٪٧‬‬
‫ى ى ى ي ي ٍ ى ى ي ى ى ى ى ى ٍ يى‬ ‫ى‬ ‫ىٍ ى ي‬
‫حي يؿ يـ ‪ٍ ٚ‬ؿم ى٭ة ىكل ٍٮ ًيف ىم ٍك ًض وؽ آػؿ كا﵀ قجعة‪ ٫٩‬كعٕةىل أٔ‪٥٤‬‬

‫غذاء األبلاب رشح وٌظِوث اآلداب ج ‪ 2‬ص ‪281‬‬


‫ىٍ ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ٍ ى ٍ‬ ‫ٍى‬ ‫ى‬ ‫ىىى‬ ‫اقذ ٍٕ ى‪ ٧‬يةؿ يظ ي ٍ ى ٍ‬
‫ٍ‬ ‫َّ‬ ‫ىٍ‬
‫اس ىكاألٔ ًـ ىي ًح ىكحن ًٮ ذلً‪ٟ‬‬
‫اً ً٭‪ ٥‬اكألٔ ىؿ ً‬
‫رص ال‪٧‬ك ًض ًؽ كؼ‪٪‬ة ًدي ً‪ً ٫ً ٤‬يف أٗؿ ً‬
‫ً‬ ‫ةس ً‬‫ىك‪٣‬ح ىف لً‪ً ٪٤‬‬

‫رشامث األواجد ﺻـ ‪29‬‬


‫أ‪ٝ‬ٮؿ ك‪ٚ‬٭‪ ٥‬ممة ذ‪٠‬ؿ ‪ ٢ٞ٩‬حنٮ امل‪١‬رب ل‪٤‬ىٮت ل‪٧٤‬كضؽ كاقذٕ‪٧‬ةهل ‪٘٣‬ري ذل‪ ٟ‬املكضؽ ٗري صةاـ امهلل إال أف امرتاق اجلةّؿ‬
‫ث‪ٞ‬ىؽ إَيةرق ‪ٚ‬يضٮز اقذٕ‪٧‬ةهل ل‪٘٤‬ري ثأصؿة ال دلة‪٩‬ة‬

‫َامض إاعًث امطابلني ج ‪ 0‬ص ‪747‬‬


‫كال َيٮز اقذٕ‪٧‬ةؿ ظرص املكضؽ كال ‪ٚ‬ؿام‪ ٫‬يف ٗري ‪ٚ‬ؿم‪ٞ٤ُ٦ ٫‬ة قٮاء اك‪٩‬خ حلةصح أـ ال ‪٧٠‬ة أ‪ّٚ‬ت ث‪ ٫‬ميؼ‪٪‬ة‬

‫املحىل ج ‪ 0‬ص ‪236 – 233‬‬


‫ى ٍ ى ى ى ى ٍ يى ى ىٍ ي ى ي ى ى‬ ‫ى‬
‫ى ٍ‬ ‫ٍى ىٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ى َّ‬ ‫ى‬
‫اـ ىٔ‪٤‬ىيٍ ً‪ ﴾٫‬أ ٍم ًٔ‪ ٍ٪‬ىؽ ى ٍ‬ ‫ػ يؾقي ى‬ ‫ى ٍ يي ى ى ىٍ ي‬
‫يش وء ًم َّ‪٧‬ة ع‪ٞ‬ؽ ىـ أ ٍك ًٔ‪٪‬ؽ ػ‪ً ٞ‬ؽ ًو‪ ٛ‬وح أع ىُٯ ًألص ً‪٤‬٭ة ‪ٝ‬ةؿ ميؼ‪٪‬ة‪ /‬كظير ظؿـ ال‬ ‫ظ ىؿ ه‬ ‫‪ٝ‬ٮهل‪﴿ /‬ك‪٦‬ة يأ‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ٍ ى ىي ي ى ٍ ٍ ى ى ى ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫َّ‬ ‫ى‬
‫ى ىىٍ ي ى ي ٍ ىى‬ ‫ي‬ ‫ٍ‬
‫ى ى ى يٍ‬ ‫َّ‬ ‫ت ىر اد ي‬ ‫ػ ىؾ يق ىك ىَي ي‬‫ى ٍ ي ى ى ى‬
‫ةر ‪ٚ‬ة‪ ٝ‬وح ػيى ٍ‪ ٫١٤ً ٧‬ى‪ ٦‬ىٓ‬ ‫ً‬ ‫٭‬ ‫إّ‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫اؿ‬
‫ً و‬ ‫ؤ‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ؾ‬ ‫ػ‬ ‫أ‬ ‫إف‬ ‫إال‬ ‫ح‬ ‫‪٦‬‬ ‫ؿ‬ ‫ظ‬ ‫ال‬ ‫ك‬ ‫‪٫‬‬ ‫‪١‬‬ ‫‪٤‬‬
‫ً‬ ‫‪٧‬‬ ‫ي‬‫ػ‬ ‫ةهل‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫حب‬‫ً‬ ‫ٰ‬ ‫ُ‬
‫ً‬ ‫ٕ‬ ‫‪٧‬‬ ‫ال‬ ‫‪٥‬‬ ‫‪٤‬‬
‫ً‬ ‫ٔ‬ ‫ا‬ ‫إذ‬ ‫إال‬ ‫ق‬ ‫ً‬ ‫ق‪٦ ٟ٤ً ٧‬ة أ‬
‫ٍ ى ي‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫يٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍي ٍ ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ٍ ي‬
‫خبال‪ ًٚ‬ى٭ة ىكل ٍٮ ىٔ ً‪ ٤‬ى‪ ٥‬ثً ً‪ ٫‬ل ٍ‪ ٥‬قٕ ًُ ً‪ ٫‬ل ٍ‪ ٥‬ق ٍ‪ ٟ٤ً ٧‬ى‪٦‬ة أػؾ يق ث َّ‪٥‬‬ ‫ةَ ً‪ً ً ٨‬‬ ‫ر أ ٍع ىُ يةق ىىلع ىّ ِّ‪ً ٨‬و ى‪ ٛ‬وح ىك ي‪ ٬‬ىٮ يف ى‬
‫ابل ً‬ ‫احلؿ‪ً ٦‬ح ك ًيف رش ًح مي ًؼ‪٪‬ة كظي‬
‫ً‬
‫ى‬
‫ػ يؾ ىكأ ٍع ىُةقي‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫َّ‬
‫ى ى ى ى َّ ى ى ٍ ي ى ٍ ه ى ى ى ي ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى ى ى َّ ى ى‬ ‫ى‬ ‫َّ ى ا‬ ‫يي‬ ‫ى‬ ‫ى ى‬ ‫ى ى ى ىٍ‬
‫اصٕ‪ ٫‬دج ًجي‪ّ٦ /٫‬ت ظ‪ ٢‬هل األ‬ ‫‪ٝ‬ةؿ‪ /‬كَي ًؿم ذلً‪ً ٟ‬يف قةاً ًؿ ع‪ٞ‬ٮ ًد اتلرب ًع ‪ً ٠‬٭ج وح ك‪ً ٬‬ؽي وح كك‪ ٝ‬و‪ ٙ‬ك‪٩‬ؾ ور كك ًوي وح ‪ٚ‬ؿ ً‬
‫ى ىىن‬ ‫ى ٍ ى ى ى ٍ ى ٍ ى ي ٍ ى ن ىٍ ي ى ى ن ىٍ ىي ٍ ىي ى ٍ ي ي‬ ‫ي‬ ‫ى ي ى َّ ى ى ٍ ى ي ٍ ى ي ى ٍ ي ى ى ى ى‬ ‫ى ٍ‬
‫ري‪٬‬ة ‪٤ٚ‬ٮ أعُةق ًدر‪٧٬‬ة ًحلأػؾ ثً ً‪ ٫‬ر ًغي‪ٛ‬ة ل‪َ ٥‬يـ هل رص‪ً ٫ٚ‬يف إداـو ‪٦‬سال‬ ‫ىًألص ى ً‪ً ٢‬و‪ ٛ‬وح ‪ٕ٦‬ي‪ ٪‬وح ل ٍ‪َ ٥‬يـ هل رصؼ ‪٦‬ة أػؾق ًيف غ ً‬
‫ى ى ى ى َّ ٍ ى ى ى ٍ ى ى ه ى ٍ ى ى ى ِّ ى ى ى ٍ ى ى ا ى ٍى‬ ‫ٍ ٍ ى ي ى ن ى ي ى ي ى ٍ ى ي ٍ ى ٍ ي ي ى ى َّ ا ي‬
‫اتل ىىؽؽ ثً ً‪ ٫‬ك‪١٬‬ؾا إال إف ّ٭ؿت ‪ً ٝ‬ؿي‪٪‬ح ثًأف ذ‪٠‬ؿ الى‪ٛ‬ح ًجلع ًٮ جت‪ ٧‬و‪ٞ٠ ٢‬ٮ ً ًهل‬ ‫أك أعُةق ر ًغي‪ٛ‬ة ًحلأك‪ ٫٤‬ل‪َ ٥‬يـ بيٕ‪ ٫‬كال‬
‫ٍ ى ٍّ ٍّ ى ٍ ى ٍ ي ى ٍى‬ ‫ى ى‬ ‫ى ٍ ى ن ى ى ن ى ى ي ي ى ٍ ي ي ى ى ى ى ٍ ه ي ٍ ى ي َّ ى ا ي ى ٍ ى ي‬ ‫ىٍ ى ى‬
‫ٮؿ ىوؽ‪ ٝ‬وح ًجلىع ًٮ م‪ً ٟ‬ظ‪ ٢‬أك ‪٬‬ذ ً‪ ٟ‬م يؿكء وة أك‬ ‫ً‪٣‬ترشب ثً ً‪ ٫‬ؼ٭ٮة ‪٦‬سال ػيضٮز رص‪ً ٫ٚ‬ػي‪٧‬ة مةء ‪ٚ‬ؿع‪ /‬ق‪٪‬ؽب اتلزنق ع‪ ٨‬ؼج ً‬
‫ى ى ه ى ٍ ى يى ى ن‬ ‫ى‬ ‫َّ ي ى َّ ي ى ى ٍ ي ى ٍ ي َّ ى ى َّ ٍ‬ ‫ى ٍ ي ٍ ًّ ي‬ ‫ى ى ى ى ى ا ي ى َّ ى ى‬
‫َث ًػال‪ٚ‬ة‬ ‫ةهل ظؿاـ ك ًإف ‪٠‬‬ ‫ةء وة أ ٍك ّ‪ ٫٪‬أن٭ة ً‪ ٘٣‬ىؿ وض ىكلٮ أػ ىؿ ًكية ىكٔ ً‪ ٤‬ى‪ً ٥‬م‪٧‬ة ذ ً‪ ٠‬ىؿ أ‪ ٫٩‬ال حي يؿـ أػؾ الىؽ‪ً ٝ‬ح ًم‪ً ٨٧‬يف ‪ً ً ٦‬‬ ‫د‪٩‬‬
‫ىي ى ىٍى ٍ ي‬ ‫ٍ‬
‫ٍ ى ى ي ٍ ى ى ٍى ي‬ ‫َّ‬
‫‪ ٫ً ١‬إف ىٔ ىؿ‪ ٫ٚ‬ىكال خيىف ال ىٮ ىرع‬
‫ٍ‬ ‫ى ٍ ى ٍ ى ٍ ٍ ى َّ ي ى‬
‫ايل إال إف ٔ ً‪ ٥٤‬ظؿ‪٦‬ح ال‪٧‬أػٮ ًذ ثًٕي ً‪ ٫ً ٪‬ىكل‪ ٥‬ق‪ً ٞ‬ىؽ ردق لً‪٧‬ة‪ً ً٣‬‬ ‫لً‪ ٍ٤‬ى٘ ىـ ِّ‬
‫ً‬
‫املحىل ج ‪ 0‬ص ‪773‬‬
‫ى ٍ ه ى ٍ ى ى ي ى َّ ن ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ي ى ى ن ى ٍ ى ٍ ى ي ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى ى ى ى ا ى ٍ ى ى ٍ ى ى ى ي ى ٍ ى ى ٍ ى يى‬
‫﴿‪ٚ‬ؿع﴾‪ /‬أ‪٬‬ؽل هل ‪ً ٬‬ؽيح ىلع أف ق‪ًِ ٞ‬ض هل ظةصح أك خي ًؽ‪ ٥٤ٚ ٫٦‬ق‪ ٢ٕٛ‬كصت رد‪٬‬ة إف ث ً‪ٞ‬يخ كبؽل٭ة إف د ً‪ٛ٤‬خ ‪ٝ‬ةهل‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫اطإ ٍو ىُؼ ًؿ ام ‪‬‬
‫ً‬
‫ًُايث املحتاج إىل رشح املٌُاج ج ‪ 3‬ص ‪820‬‬
‫ى ى ٍ ى ٍ ى ى ي ى ٍ ن ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ي ى ى ن ى ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى ى ي ى ا ي ٍ ى ى ى َّ ى ى ى ي ي ى ى ى ى ي ٍ ٍ ى ٍ ا ى ٍ ى ى ٍ ىي‬
‫اطإوُؼ ًؿم ‪ٚ‬إًف اكف ‪٤ًٕٚ‬٭ة‬ ‫كلٮ أ‪٬‬ؽل هل محبة ىلع أف ق‪ًِ ٞ‬ض هل ظةصح ‪ ٥٤ٚ‬ق‪ ٢ٕٛ‬ل ًـ‪ ٫٦‬ردق إف ث ًيق ك ًإال ػجؽهل ‪٧٠‬ة ‪ٝ‬ةهل ً‬
‫يٍى ه ى ن‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫اصت ا‪ ٍ ٣‬ىٕيٍ ِّ‬ ‫ى َّ ى ٍ ى ٍ ى ى َّ ى ى ى ٍ ى ٍ ي ي ى ن ى ى ٍ ى ى ِّ ى َّ ي ى ي ي ى ٍ‬
‫ػ يؾ ا‪ ٍٕ٣‬ىٮ ًض ىع ٍ‪ ٨‬ال ٍ ى‬
‫ين إذا اكف ًػي ً‪ ٫‬يل‪ٛ‬ح ًػال‪ٚ‬ة‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ٮ‬ ‫ً‬ ‫ظ‪ /٢‬أم ك ًإف عٕني ٔ‪٤‬ي ً‪ ٫‬خت ً‪٤‬يى‪ ٫‬ثً‪٪‬ةء ىلع األوط أ‪َ ٫٩‬يٮز أ‬
‫ىى‬ ‫ى ى‬ ‫ى ي ي ي ى ى ي ٍ ى ٍ ى ِّ ى ى ٍ ي ى ى ٍ ي ي ى ى ي ى ا ي ى ٍ ى ى ٍ ى ى ى ى ي ى ِّ ى ى ي ى ٍ ي ن ى ن ى‬
‫ٮقة ى‪٦‬سال ‪ ٚ‬ىك ىَع ًيف ػال ًو ً‪٥ٍ ٤ٚ ٫‬‬ ‫ري ًق ‪٪٬‬ة ﴿‪ٝ‬ٮهل‪ /‬ل ًـ‪ ٫٦‬ردق﴾ أم ‪٤ٚ‬ٮ ثؾل٭ة ًحلؼ‪٤‬ه هل حمج‬ ‫لً‪٧‬ة يٮ ً‪ ٫٧٬‬الكـ األذر ًيع كغ ً‬
‫اء ‪ٝ‬يج‪٤‬ى ٍ‬ ‫ى‬
‫َّ ى ٍ ي ى ي ى ٍ ى ٍ ي ٍ ى ى ٍ ى ٍ ٍ ى ي ى ٍ ى ى ى ي ى ى ٍ ى ى ه‬ ‫ى‬ ‫ت ىٔ‪٤‬ىيٍ‪ ٫‬ىر اد ال ٍ ى٭ؽيَّح ل ىى ى‬ ‫ى َّ ٍ ى ي ى ى‬
‫‪ ٟ‬ىك ىص ى‬
‫خ‬ ‫ةظ ًج٭ة ًألف ‪ٞ٦‬ىٮدق ل‪ ٥‬حيى‪ ٢‬نٕ‪ ٥‬لٮ أعُةق ً‪٣‬حن‪ ٓٛ‬هل ػ‪ ٍٞ‬قٮ ً‬ ‫ً ً ً ً‬ ‫ً‬ ‫قذ ً‪ ٜٛ‬هل ذل ً‬
‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪11‬‬
‫ى ى ى ي ي ى ٍ ى ى ى ى ى ى ٍ ى ٍ َّ ا ى ى ٍ ى ي ى َّ ي ى ى ى ى ى ٍ ى ي ى ٍ ى ى ٍ ي ي ى ى ى ٍ ى ٍ ى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ي ٍ ى َّ ٍ‬
‫َيت الؿد ًػي‪٧‬ة قْ٭ؿ ًأل‪ ٫٩‬ػٕ‪٦ ٢‬ة أعُةق ًألص ً‪ ٫ً ٤‬ك‪ٝ‬ٮهل ىلع أف ق‪ًِ ٞ‬ض‪ /‬أم ثًأف رشَ‪٪ًٔ ٫‬ؽ ادل‪ًٓ ٚ‬‬ ‫م‪ٛ‬ةعذ‪ ٫‬أك ال ػ‪ ٢ٕٛ‬ل‪ً ٥‬‬
‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫يع ىكغ ٍريق ي‪٪٬‬ىة﴾ ىكل ٍٮ ‪ٝ‬ةؿ يػؾ ى‪٬‬ؾا ىكام ىرت ل‪ ٟ‬ث‪٠ ٫‬ؾا ىع ىٕ َّ ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫‪ٍ ٝ﴿ ٟ‬ٮ يهل‪ /‬ػال‪ٚ‬ة ل ى‪٧‬ة ييٮ‪ ٬‬ي‪ ٧‬ي‪ ٫‬الك يـ األذ ًى‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى ٍ ى َّ ٍ ى ى ه ى ى ى ى‬
‫ني ى‪٦‬ة‬ ‫ًً‬ ‫ى ً‬ ‫ًً‬ ‫ِّ‬ ‫ر‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫أك د‪٣‬خ ‪ً ٝ‬ؿي‪٪‬ح ىلع ذل ً‬
‫ى‬ ‫‪ ١‬ى‪ ٧‬هح ي‪٪٬‬ىة ىك ً‪ ٨ٍ ٦‬ىث َّ‪ٝ ٥‬ىةليٮا ل ى ٍٮ أ ٍع ىُٯ ‪ٚ‬ى‪ ٞ‬ن‬ ‫ى ى ٍ ى ى ى َّ َّ ٍ ى ى ى ي ٍ ى‬ ‫ى‬ ‫اتلبى اك ىٍ‪ /‬أى ٍم ىكدى يؽ اؿ ‪ٝ‬ىؿي‪٪‬ى يح ى‬ ‫ل ى ٍ‪ ٥‬ييؿ ٍد َّ‬
‫ريا ًد ٍر‪ ٬‬ن‪٧‬ة ثً ًج َّي ًح‬ ‫ً‬ ‫حم‬ ‫ح‬ ‫ي‪٪‬‬ ‫ؿ‬ ‫ً‬ ‫‪ٞ‬‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫ف‬ ‫أل‬ ‫ً‬ ‫ؿ‬ ‫م‬ ‫ة‬‫‪٧‬‬ ‫‪٠‬‬ ‫‪٫‬‬‫ً‬ ‫ي‬‫‪٤‬‬ ‫ٔ‬ ‫ةهل‬
‫ًً‬ ‫ظ‬ ‫ً‬ ‫ى ً‬
‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ِّ‬ ‫ي‬ ‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫خ ا‪ٞ٣‬ؿي‪٪‬ح ىلع ذل‪ ٟ‬ع ىٕ َّ ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫َّ‬ ‫ى‬
‫أ ٍف ىق٘ك‪ ٢‬ث‪ ٫‬ز ٍٮ ىب‪ /٫‬أ ٍم ىك‪ٝ‬ؽ د‪ٍ ٣‬‬
‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ني ىكل ٍٮ ماك إحلٍ ً‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬يي ىٮ‪ ٫ً ٚ‬أص ىؿ يق اك ًذثنة ‪ٚ‬أع ىُ يةق ًد ٍر‪ ٬‬ن‪٧‬ة أ ٍك أع ىُٯ ثًْ ِّ‪٨‬‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ًً‬
‫ى ِّ ٍ ى ِّ ى‬ ‫ى ٍ ى ىٍ‬ ‫ى‬ ‫ى ن ى ٍ ى َّ ى ي ي ي ى ى ٍ ى ٍ ٍ ي ى ى ٍ‬ ‫ى ى ى ى ٍ ى ٍي‬ ‫ىٍ‬ ‫ى‬
‫حي‪ ٢‬ؼجٮهل كل‪ ٥‬ق‪ ٫١٤ً ٧‬كيؾذ ًيف ًيف ‪٠‬ٮ‪ ٫ً ً٩‬أعُٯ ً‪ ٨ْ٣‬دً‪ ٟ٤‬الى‪ً ٛ‬ح‬ ‫ةَ‪٪‬ة ل‪ً ٥‬‬ ‫ًو‪ ٛ‬وح ًػي ً‪ ٫‬أك ًيف نك ًج ً‪ ٫‬كل‪ ٥‬دؾ‪ً ٨‬ػي ً‪ ٫‬ث ً‬
‫زت َّك ىص ى٭ة‬ ‫ري يق حلى ى ى‬ ‫ى ى ى ن ىٍ ىٍ‬ ‫الى ىؽ ى ٍ ي ن ٍ ى َّ ى ٍ ى ى ى ى ٍ ي ى ى ٍ‬ ‫ثة‪ ٍ٣‬ى‪ٞ‬ؿي‪٪‬ىح ىك‪٦‬سٍ ي‪ ٢‬ى‪ ٬‬ىؾا ى‪٦‬ة يىأٍيت يف أى ىكاػؿ َّ‬
‫اؽ ‪٦‬بكٮَة ً‪ ٨٦‬أف ‪ ٨٦‬دػٓ لً‪٧‬ؼُٮب ًذ ً‪ ٫‬أك ىك ًًلي ً‪٤‬٭ة َٕة‪٦‬ة أك غ ى ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً ً‬ ‫ً ً ً ً‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬
‫ى ى َّ ى ٍ ى ٍ ى ٍ ى ى ى ى ى ى ٍ ٍ ى ى ي ى ى ٍ ي ى َّ ٍ ى ى ه َّ ى ي ٍ ى ي َّ ى ي ى ى ى ى ي ى ٍ‬
‫ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬
‫ايل‬ ‫ػ يؾ ىكل ى ٍ‪ ٥‬ىق ٍ‪ ١٤ً ٧‬ي‪ٝ ٫‬ى ىةؿ ا‪ ٣‬ى٘ ىـ ا‬ ‫‪ٚ‬ؿد ؼج‪ ٢‬ا‪ً ٕٞ٣‬ؽ رصٓ ىلع ‪ ٨٦‬أؼجٌ‪ ٫‬كظير د‪٣‬خ ‪ً ٝ‬ؿي‪٪‬ح أف ‪٦‬ة قُٕةق إن‪٧‬ة ‪٬‬ٮ لً‪٤‬عية ًء ظؿـ األ‬
‫ً‬
‫ى‬
‫ٍ ى ى ٍ ى ى َّ ي ٍ ى ي ى ٍ‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ا‪٦‬ذى‪٪‬ى ىٓ ‪ ٢ٍٕ ٚ ٨ٍ ٦‬أى ٍك ت ى ٍك‪٤‬ي‪ ٥‬ى‪٦‬ة ي‪ ٬‬ىٮ ىٔ‪٤‬ىيٍ‪َّ ٫‬إال ث ى‪٧‬ةؿ ى‪ ٠‬ى ٍ‬ ‫ٍى ن ىى ى ىٍ ٍ‬
‫ربا‪ ٫‬أ ٍك ع‪ٛ‬ذى ًؽ ىم‬ ‫ع‬ ‫ّت‬ ‫ظ‬ ‫‪٫‬‬
‫ً‬ ‫ذ‬
‫ً‬ ‫ص‬ ‫ك‬ ‫ز‬ ‫ةؾ‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫إم‬ ‫ؼ‬ ‫ً‬ ‫ال‬ ‫خب‬‫ً‬ ‫ً‬ ‫‪٫‬‬
‫ً‬ ‫ذ‬
‫ً‬ ‫ج‬ ‫ث‬
‫ً ً‬ ‫يش‬
‫ً‬ ‫ك‬ ‫زت‬ ‫ً و‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫إدمةاع كًلؾا لٮ‬
‫ٍ ى َّ ي ى ً ى ٍ ى ى ٍ ى ٍى‬ ‫ىٍ‬ ‫ا ـهظ ٌش أ‪ٝ‬يٮؿ‪ /‬ىك ىّة ً‪ ٬‬يؿ َّ‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ابل ٌٍٓ ال ي‪٧‬ذى ى‪ِّ ٞ‬ٮـً ىٔ‪٤‬يٍ‪ ٫‬ث ى‪٧‬ةؿ ى‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ٍ‬ ‫ى‬
‫و‬
‫يى ى‬ ‫ى‬
‫ى ى ي ى َّ ي َّ ي ي ى‬
‫يش ثًج ًذ ً‪ ٫‬أ‪ ٫٩‬ال ‪ٚ‬ؿؽ بني أف‬ ‫ي‪ ٢‬ثًزت ًك ً‬ ‫ً‬ ‫اتل ٍ‪ً ٧‬س‬ ‫ً ً و‬ ‫ةؿ كي‪ٛ‬ؿؽ ثًأ‪٪٬ ٫٩‬ة ًيف ‪ٞ٦‬ةث‪ً ٤‬ح ي ً‬ ‫ثً‪ ٧‬و‬
‫ٍ‬ ‫ت ىق ٍُ‪ ٤‬ي‬‫ي‬ ‫ٍ‬
‫ةد ية ‪ ٨ٍ ٦‬أ َّف اخلىةَ ى‬ ‫ى‬ ‫ى ى‬ ‫ٍ‬ ‫ىىٍى ى ى ى ٍ‬ ‫ن‬ ‫ٮف ى‬ ‫ى ٍ ي ى َّ ِّ ي ى ٍ ى ى ٍ ي ى ي ٍ ى ى ى ى ٍ ي ى ي ي‬
‫يل‬‫ت ً‪ ٨ٍ ٦‬ال ىٮ ِّ‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ٕ‬ ‫ا‪٣‬‬ ‫‪٫‬‬
‫ً‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ؿ‬ ‫ص‬ ‫ة‬ ‫‪٦‬‬ ‫ني‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫اع‬ ‫عُ‪٤‬ت اثليت دـ ًكَي٭ة ً‪ ٫٪٦‬كي‪٧‬ذ‪ً ٓ٪‬حبير يؾ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ى ٍى‬ ‫ى‬ ‫ى َّ ي ٍ ٍ ى ٍ ٍ ٍ‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى ٍ يى‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫َّ ى ي‬ ‫ى‬ ‫َّ ٍ ى ى ى ٍ ى ي ٍ ى ى َّ ي ٍ ى ٍ ى ى َّ ى‬
‫ت ٔ‪٤‬ي ً‪٫‬‬ ‫اص و‬‫ٮو٭ة ‪ٝ‬ؽ ق‪ٞ‬ةؿ ًػي٭ة‪ /‬إ‪ ٫٩‬ل‪ ٥‬ق‪٧‬ذ ً‪ ًٕٚ ٨٦ً ٓ٪‬و‪ ٢‬ك ً‬ ‫ا‪٣‬زت ًكيش ػي‪٧‬ذ ً‪ ٨٦ً ٓ٪‬إصةث ًذ ً‪ ٫‬إال ًجبٕ و‪ ٢‬غري أف ‪ً ٬‬ؾقً اثلة ًنيح ًخبى ً‬
‫ٍ ى ى ٍ ي ى ي ن ٍ ى ٍ ى ٍى‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ٍ‬ ‫ي ٍ ٍى‬ ‫َّ‬ ‫ى‬ ‫ى َّ ى ي ٍ ٍ ى ى ى ٍ ي ى َّ ٍ ى ى ٍ ى ى ى َّ ي ى ى ٍ ى ى ي ى‬
‫ي‪٧‬ة ثىح‪ ٪‬ي٭ ٍ‪٥‬‬ ‫اخلُج ًح يؽػٕٮف أمٮرا أ ًذيؽت ًػ‬ ‫ً‬ ‫ؽ‬ ‫‪٪‬‬ ‫ٔ‬
‫ً‬ ‫‪٥‬‬ ‫٭‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ري‬
‫ري ًق ث ًيق أ‪ ٫٩‬صؿت اعدة ً و‬
‫س‬ ‫‪٠‬‬ ‫اطإٔؿاض ع‪ ٫٪‬كا‪٣‬زت ًكيش ً‪ً ٘٣‬‬ ‫ًألف هل ً‬
‫ى‬ ‫ى‬
‫ى ٍ ى ٍ ي ٍ ي ي ى ى ٍ ى ي ي ى ى ى ى ا ن ى ٍ ن ى ى ى ٍ ي ي ى ي ي ي ى َّ ي ى‬ ‫ا‪٦‬ذ‪٪‬ى و ٍ ي ٍ َّ ٍ‬ ‫ٍىٍى ٍ ىٍ ى ٍ ٍ‬
‫ٮهل أ ٍك ال ًأل‪ ٫٩‬ل َّ‪٧‬ة‬ ‫يش لٮ ل‪ ٥‬قُٕٮق ػ٭‪ ٢‬يؾٮف ذلً‪ ٟ‬عرباع حمٌة ‪ٚ‬ال حيؿـ ؼج‬ ‫ةع ً‪ ٨٦ً ٫٪٦‬ا‪٣‬زت ًك ً‬ ‫ري قج ً‪ً ٜ‬‬ ‫لً‪٧٤‬ٮىل ً‪ ٨٦‬غ ً‬
‫ٍ‬
‫خ ىاع ىد يع ي٭ ٍ‪ ٥‬ى‪ٍ ٦‬زن‪٣‬ى ىح ىَ‪٤‬ىج ً‪ً ٫‬ػي ً‪ ٫‬ىن ىْ هؿ ؟ ىك ىال ىقجٍ يٕ يؽ ىٔ ىؽ يـ احل ي ٍؿ ى‪ً ٦‬ح ىك ىٔ ىؽ يـ ا‬ ‫ا‪٣‬زتكيش ث يؽك‪٩ ٫٩‬ى ىـ‪٣‬ى ٍ‬ ‫ةع ‪ٍ َّ ٨ٍ ٦‬‬ ‫ى ى ٍ ى ى ٍ ٍ ى ي‬
‫ٮع‬ ‫الؿ يص ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً ً ً ًً‬ ‫اكف ً‪ ٨٦‬اعددً ً٭‪ً ٥‬اال‪ً ٦‬ذ‪ً ٪‬‬
‫ى ن‬
‫أيٌٍة‬

‫ةغيث املصرتطديي ص ‪711‬‬


‫ن‬
‫﴿‪ٚ‬ؿع﴾ أُٔٯ آػؿ درا‪٣ ٥٬‬حنرتم ث٭ة ٔ‪٧‬ة‪٦‬ح ‪٦‬سال كل‪ ٥‬دؽؿ ‪ٝ‬ؿي‪٪‬ح ظةهل ىلع أف ‪ٝ‬ىؽق دلؿد اتلبكٍ املٕذةد لـ‪٫٦‬‬
‫ن‬
‫رشاء ‪٦‬ة ذ‪٠‬ؿ كإف م‪ ٫١٤‬أل‪ ٫٩‬م‪ٞ٦ ٟ٤‬يؽ يرص‪ٚ ٫ٚ‬ي‪٧‬ة ٔي‪ ٫٪‬املُٰٕ كلٮ ‪٦‬ةت ‪ٝ‬ج‪ ٢‬رص‪ ٫ٚ‬يف ذل‪ ٟ‬ا‪٩‬ذ‪ ٢ٞ‬لٮرزذ‪ ٫‬م‪٤‬اك‬
‫ن‬
‫‪ٞ٤ُ٦‬ة ‪٧٠‬ة ‪٬‬ٮ ّة‪٬‬ؿ لـكاؿ اتل‪ٞ‬ييؽ ث‪٧‬ٮد‪٧٠ ٫‬ة لٮ ‪٦‬ةدخ ادلاثح املٮىص ثٕ‪ٛ٤‬٭ة ‪ٝ‬ج‪ ٢‬اتلرصؼ ‪ٚ‬ي‪ٚ ٫‬إ‪ ٫٩‬يذرصؼ ‪ٚ‬ي‪٦ ٫‬ةل‪١‬٭ة‬
‫‪٠‬ي‪ ٙ‬مةء كال يٕؽ لٮرزح املٮيص أك برشط أف ينرتم ث٭ة ذل‪ ٟ‬ثُ‪ ٢‬اطإُٔةء ‪ ٨٦‬أو‪ ٫٤‬ألف الرشط رصيط يف امل‪٪‬ة‪ٌٝ‬ح‬
‫ن‬
‫ال ي‪ٞ‬ج‪ ٢‬دأكيال خبالؼ ٗريق ا ـهحت‪ٛ‬ح‬
‫‪Pertanyaan b:‬‬
‫?‪Kalau hukumnya tidak boleh, maka bagaimanakah solusinya‬‬
‫‪Jawaban b:‬‬
‫‪Gugur.‬‬

‫‪Keputusan BM Waqi’iyah Konferwil WNU Jawa Timur 2018‬‬ ‫‪12‬‬


Hasil Keputusan Bahtsul
Masa`il
Ke-XII

(FORUM MUSYAWAROH PONDOK PESANTREN PUTRI SE-JAWA TIMUR)




Di Pon-Pes Putri Tahfizhil Qur’an


LIRBOYO KOTA KEDIRI JAWA TIMUR TELP (0354)771856-780805
27 - 28 Muharram 1431 H. / 13 - 14 Januari 2010 M.
Hasil Keputusan
BAHTSUL MASA’IL KE – XII
FMP3 SE – JAWA TIMUR

DI PON-PES PUTRI TAHFIZHIL QUR’AN


LIRBOYO KOTA KEDIRI JAWA TIMUR TELP (0354)771856-780805

2 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
Jalsah Ula

MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR


1. KH. Atho’illah S. Anwar 1. Ust. Habibullah
2. KH. ‘Ainur Rafiq 2. Ust. Khozinatul Asror Ustdzh. Lailatul ‘Ainy
3. K. Munir Akromin 3. Ust. Bahrul ‘Ulum
4. Agus Dahlan Ridlwan 4. Ust. Fathul Bari
5. Ust. Zahro Wardi 5. Ust. Zainul Abidin NOTULEN
6. Ust. Thohari Muslim 6. Ust. Nur Hakim
7. Ust. Fakhrurrrazi
8. Ust. Fathul Bari Ustdzh. Malihatun Ni’mah
9. Ust. Mas Mazruhan

MEMUTUSKAN

1. KONTROVERSI FILM ‘2012’


Kerangka Analisis Masalah
Beredarnya film ‘2012’ karya sutradara Roland Emmeric menimbulkan heboh
beberapa kalangan masyarakat, baik kalangan ulama, tokoh publik, bahkan
masyarakat awam. Film ini sesuai judulnya film ini mengambil setting pada
tahun 2012 yang mana di percaya oleh beberapa kalangan bahwa bumi akan
mengalami kehancuran yang sangat dahsyat, tepatnya pada tanggal 21 desember
2012 jam 11 malam. Keyakinan ini diperkuat oleh beberapa bukti dan kajian
ilmiah, diantaranya;
1. Kalender dari suku Maya. arkeologi dari Harvard yang bernama Michael D.
Coe berpendapat kalau Suku Maya kuno di selatan Meksiko -sekarang
Guatemala- memiliki kalender yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa lalu maupun masa yang akan datang. Perhitungan dalam
kalender tersebut terhenti pada 21-12-2012, hal ini yang diyakini sebagai hari
kehancuran bumi.
2. Masalah pada kutub bumi. Para ilmuan NASA memprekdisikan bahwa pada
tahun 2012 akan terjadi aktivitas solar matahari yang cukup dahsyat yang
bisa membuat gangguan pada kutub bumi. NASA juga mengatakan terdapat
bukti yang menjelaskan bahwa daya magnet kutub bumi sekarang semakin
Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa 3
Timur
lemah dan akan mengalami puncaknya pada 2012. Peristiwa ini nantinya
akan menyebabkan gempa bumi dan gunung meletus di seluruh bagian
bumi.
(FMP3 Jatim Sekret. P3HM Lirboyo Kediri )
Pertanyaan
a. Bagaimana hukum memutar dan menonton film '2012' yang di dalamnya
menggambarkan peristiwa ‘kehancuran bumi’ mempertimbangkan
dampaknya di tengah masyarakat?
Jawaban
Hukum memutar dan menonton film 2012 tafshil :
 Apabila memutar untuk ditonton sendiri atau kalangan terbatas maka
hukumnya boleh apabila yakin atau ada dugaan kuat tidak berdampak
negatif seperti merusak keyakinan.
 Apabila memutar diperuntukkan untuk umum seperti di gedung bioskop
atau layar lebar maka tidak diperbolehkan memandang dampak negatif yang
dapat ditimbulkan.

R E F E R E N S I
1. Is’ad ar-Rafîq vol. II hal. 92 4. Tuhfah Al-Muhtâj vol. II hal. 251
2. Bughyah Al-Mustarsyidîn hal. 5 5. Is’âd ar-Rafîq vol. II hal. 136
3. Ihyâ’ ‚Ulûm ad-Dîn vol. I hal. 37 6. Al-Bahr al-Muhîth vol. I hal. 161

92 ‫ اسعاد الرفيق الجزء الثاني صحـ‬.1


‫(و) منها ( تعليم ) الشخص غريه كل علم مضر له ىف دينه ودنياه (و) كذا (تعلم) الشخض كل (علم‬
‫مضر) له او لغريه اذا العلم اليذم اال ألحد أسباب ثالثة األول املؤدى لضرر صاحبه او غريه كالسحر‬
‫والطلسمات وقد شهد القران ابنه يفرق بني املرء وزوجه الثاىن املؤدى لضرر صاحبه الغالب كعلم‬
‫النجوم فانه ىف نفسه غري مذموم اذ هو حسايب وقد نطق به القران ىف قوله تعاىل "الشمس والقمر‬
‫حبسبان" الثالث ما يستدل به على ما حيدث من مرض وانزلة وحنومها وقد حذر منه وذمه عليه الصالة‬
‫والسالم بقوله "اىن اخاف على امىت ثالاث حيف الئمة واالميان ابلنجوم وتكذيب ابلقدر) وامنا ذمه‬
‫النه يلق ىف النفوس ان االاثر الىت حتدث عقب سري الكواكب مؤثرة بنفسها وقد بسط الكالم ىف‬
‫ذلك ىف االحياء قال ىف الزواجر واحلاصل ان التعليم وسيلة اىل العلم فيجب ىف الواجب عينا ىف‬
‫العيين وكفاية ىف الكفائي ويندب ىف املندوب كالعلم العروض وحيرم ىف احلرام كالسحر والشعبذة قال‬

4 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
‫بعض املفسرين الجيوز تعليم الكافر قراان والعلما وال املبتدع اجلدال ليجادل به اهل احلق وال اخلصم‬
‫حجة يقطع هبا مال خصمه وال السلطان أتويال يتطرق به اىل اضرار الرعية وال النشر الرخص ىف‬
‫السفهاء فيتخذوها طريقا الرتكاب احملظورات وترك الواجبات قال عليه الصالة والسالم (التعلقو‬
‫الدر ىف اعناق اخلنازير) يريد تعليم الفقه من ليس من اهله‬
‫‪ .2‬بغية المسترشدين صحـ ‪ 5‬دار الفكر‬
‫( مسألة ي ) الحيل لعامل ان يذكر مسألة ملن يعلم أنه يقع مبعرفتها ىف تساهل ىف الدين ووقوع ىف‬
‫مفسدة اذ العلم اما انفع كالواجبات العينية جيب ذكره لكل احد او ضار كاحليل املسقطة ىف الزكاة‬
‫وكل ما يوافق اهلوى وجيلب حطام الدنيا الجيوز ذكره ملن يعلم انه يعمل به او يعلمه من يعمل به او‬
‫فيه ضرر و نفع فان ترجحت منافعه ذكره واال فال وجيب على العلماء واحلكام تعليم اجلهال ما البد‬
‫منه مما يصح به االسالم من العقائد وتصح به الصالة والصوم من االحكام الظاهرة وكذا الزكاة‬
‫واحلج حيث وجب‬
‫‪ .3‬إحياء علوم الدين الجزء األول صحـ ‪37‬‬
‫وقال عطاء رمحه هللا‪ :‬جملس ذكر يكفر سبعني جملساً من جمالس اللهو‪ ،‬فقد اختذ املزخرفون هذه‬
‫األحاديث حجة على تزكية أنفسهم‪ ،‬ونقلوا اسم التذكري إىل خرافاهتم‪ :‬وذهلوا عن طريق الذكر‬
‫احملمود‪ ،‬واشتغلوا ابلقصص اليت تتطرق إليها االختالفات والزايدة والنقص وخترج عن القصص الواردة‬
‫يف القرآن وتزيد عليها‪ ،‬فإن من القصص ما ينفع مساعه‪ ،‬ومنها ما يضر وإن كان صدقاً‪ .‬ومن فتح‬
‫ذلك الباب على نفسه اختلط عل يه الصدق ابلكذب والنافع ابلضار‪ ،‬فمن هذا هني عنه‪ ،‬ولذلك‬
‫قال أمحد بن حنبل رمحه هللا‪ :‬ما أحوج الناس إىل قاص صادق‪ ،‬فإن كانت القصة من قصص األنبياء‬
‫عليهم السالم فيما يتعلق أبمور دينهم وكان القاص صادقاً صحيح الرواية فلست أرى هبا أبساً‪،‬‬
‫فليحذر الكذب وحكاايت أحوال تومىء إىل هفوات أو مساهالت يقصر فهم العوام عن درك معانيها‬
‫أو عن كوهنا هفوة اندرة مردفة بتفكريات متداركة حبسنات تغطي عليها‪ ،‬فإن العامي يعتصم بذلك يف‬
‫مساهالته وهفواته‪ ،‬وميهد لنفسه عذراً فيه ‪ ،‬وحيتج أبنه حكى كيت وكيت عن بعض املشايخ وبعض‬
‫األكابر‪ ،‬فكلنا بصدد امل عاصي‪ ،‬فال غرو إن عصيت هللا تعاىل فقد عصاه من هو أكرب مين‪ ،‬ويفيده‬
‫ذلك جراءة على هللا تعاىل من حيث ال يدري‪ ،‬فبعد االحرتاز عن هذين احملذورين فال أبس به‪ ،‬وعند‬
‫ذلك يرجع إىل القصص احملمودة وإىل ما يشتمل عليه القرآن‪ ،‬ويصح يف الكتب الصحيحة من‬
‫األخبار ومن الناس من يستجيز وضع احلكاايت املرغبة يف الطاعات ويزعم أن قصده فيها دعوة‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪5‬‬


‫‪Timur‬‬
‫اخللق إىل احلق‪ ،‬فهذه من نزعات الشيطان فإن يف الصدق مندوحة عن الكذب وفيما ذكر هللا تعاىل‬
‫ورسوله ‪ ‬غنية عن االخرتاع يف الوعظ‬
‫‪ .4‬تحفة المحتاج الجزء الثاني صحـ ‪251‬‬
‫وحيرم على غري عامل متبحر مطالعة حنو توراة علم تبديلها أو شك فيه ويفرق بني إحلاق املشكوك فيه ابملبدل‬
‫هنا ال فيما قبله ابالحتياط فيهما‬
‫‪ .5‬إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص ‪136‬‬
‫ومنها خروج املرأة من بيتها متعطرة أومتزينة ولوكانت مستورة وكان خروجها ابذن زوجها اذاكانت متر‬
‫ىف طريقها على رجال اجانب عنها – اىل ان قال – قال ىف الزواجر وهو من الكبائر لصريح هذه‬
‫األحاديث وينبغي محله ليوافق قواعدان على مايتحقق الفتنة أماجمرد خشيتها فإمنا هو مكروه ومع‬
‫ظنها حرام غري كبرية كما هو ظاهر اهـ‬
‫‪ .6‬البحر المحيط الجزء األول صحـ ‪161‬‬
‫وقال الغزايل وقولنا اخلمر حمرمة جتوز فإنه مجاد ال يتعلق به خطاب وإمنا احملرم تناوهلا وقال إلكيا‬
‫الطربي احلكم ال يرجع إىل ذات احملكوم وال إىل صفة ذاتية له إن قلنا ‪ :‬إهنا زائدة على الذات أو‬
‫صفة عرضية له ‪ ,‬وإمنا هو تعلق أمر هللا ابملخاطب ‪ ,‬وهذا التعلق معقول من غري وصف حمدث‬
‫للمتعلق به كالعلم ‪ .‬يتعلق ابملعلوم ‪ ,‬وإذا مسعت الفقيه يقول ‪ :‬حقي يتعلق ابلعني فمعناه أنه ثبت‬
‫ملعىن يف العني كاخلمر حرمت ملعىن فيها ‪ ,‬فتعلق احلكم اتبعا للمعىن ‪ ,‬فكانت على حال ما يتعلق‬
‫ابلعني ‪ ,‬وإن مل تتعلق هبا حقيقة ‪ .‬قال ‪ :‬وهذا أصل كبري يف الشرع متس احلاجة إليه يف مواضع‬

‫‪b. Bagaimana hukum memprediksikan terjadinya kiamat atau hal gaib lainnya‬‬
‫?‪berdasarkan penelitian dan bukti-bukti ilmiah‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪Hukum memprediksikan kiamat tidak diperbolehkan. Sedang hukum‬‬
‫‪memprediksikan hal-hal ghaib lainnya berdasarkan penelitian dan bukti-bukti‬‬
‫‪ilmiah juga tidak diperbolehkan kecuali berdasarkan peristiwa yang telah terjadi‬‬
‫‪berulang-ulang secara alamiah (‘amr ‘âdy) seperti prakiraan cuaca, gempa bumi,‬‬
‫‪dan lain-lain.‬‬

‫‪R E F E R E N S I‬‬
‫‪1. Fath al-Bâri’ vol. I hal. 80‬‬ ‫‪3. At-Tafsîr al-Munîr li Dr. Wahbah az-‬‬
‫‪2. Az-Zawâjir vol. II hal. 177-178‬‬ ‫‪Zuhaily vol. XI hal. 195-196‬‬

‫‪6‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪ .1‬فتح الباري البن حجر الجزء األول صـ ‪80‬‬
‫قوله ( يف مخس ) أي ‪ :‬علم وقت الساعة داخل يف مجلة مخس ‪ .‬وحذف متعلق اجلار سائغ كما يف‬
‫قوله تعاىل ( يف تسع آايت ) أي ‪ :‬اذهب إىل فرعون هبذه اآلية يف مجلة تسع آايت ‪ ،‬ويف رواية عطاء‬
‫اخلراساين " قال فمىت الساعة ؟ قال ‪ :‬هي يف مخس من الغيب ال يعلمها إال هللا " قال القرطيب ‪ :‬ال‬
‫مطم ع ألحد يف علم شيء من هذه األمور اخلمسة هلذا احلديث ‪ ،‬وقد فسر النيب ‪ ‬قول هللا تعاىل (‬
‫وعنده مفاتح الغيب ال يعلمها إال هو ) هبذه اخلمس وهو يف الصحيح ‪ .‬قال ‪ :‬فمن ادعى علم شيء‬
‫منها غري مسنده إىل رسول هللا ‪ ‬كان كاذاب يف دعواه ‪ .‬قال ‪ :‬وأما ظن الغيب فقد جيوز من املنجم‬
‫وغريه إذا كان عن أمر عادي وليس ذلك بعلم ‪ .‬وقد نقل ابن عبد الرب اإلمجاع على حترمي أخذ األجرة‬
‫واجلعل وإعطائها يف ذلك ‪ ،‬وجاء عن ابن مسعود قال ‪ :‬أويت نبيكم ‪ ‬علم كل شيء سوى هذه‬
‫اخلمس ‪ .‬وعن ابن عمر مرفوعا حنوه أخرجهما أمحد ‪ ،‬وأخرج محيد بن زجنويه عن بعض الصحابة أنه‬
‫ذكر العلم بوقت الكسوف قبل ظهوره فأنكر عليه فقال ‪ :‬إمنا الغيب مخس ‪ -‬وتال هذه اآلية ‪ -‬وما‬
‫عدا ذلك غيب يعلمه قوم وجيهله قوم ‪.‬‬
‫‪ .7‬الزواجر الجزء الثاني صحـ ‪178-177‬‬
‫( الكبرية الرابعة واخلامسة والسادسة والسابعة والثامنة والتاسعة والعشرون والثالثون واحلادية والثانية‬
‫والثالثة والرابعة واخلامسة والثالثون بعد الثالمثائة الكهانة والعرافة والطرية والطرق والتنجيم والعيافة‬
‫وإتيان كاهن وإتيان عراف وإتيان طارق وإتيان منجم وإتيان ذي طرية ليتطري له أو ذي عيافة ليخط‬
‫له ) قال تعاىل { وال تقف ما ليس لك به علم إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئوال‬
‫} أي ال تقل يف شيء من األشياء ما ليس لك به علم فإن حواسك مسئولة عن ذلك وقال تعاىل {‬
‫عامل الغيب فال يظهر على غيبه أحدا إال من ارتضى من رسول } أي عامل الغيب هو هللا وحده فال‬
‫يطلع عليه أحدا من خلقه إال من ارتضاه للرسالة فإنه مطلعه على ما يشاء من غيبه وقيل هو منقطع‬
‫أي لكن من ارتضاه للرسالة فإنه يسلك من بني يديه ومن خلفه رصدا والصحيح هو األول ألن هللا‬
‫تعاىل أطلع أنبياءه بل وراثهم على مغيبات كثرية لكنها جزئيات قليلة ابلنسبة إىل علمه تعاىل فهو‬
‫املنفرد بعلم املغيبات على اإلطالق كليها وجزئيها دون غريه –إىل أن قال‪ -‬تنبيه عد هذه املذكورات‬
‫هو وإن مل أره كذلك صريح هذه األحاديث يف أكثرها وقياسا يف البقية وهو ظاهر ; ألن امللحظ يف‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪7‬‬


‫‪Timur‬‬
‫الكل واحد والكاهن هو الذي خيرب عن بعض املضمرات فيصيب بعضها وخيطئ أكثرها ويزعم أن‬
‫اجلن ختربه بذلك وفسر بعضهم الكهانة مبا يرجع لذلك فقال هي تعاطي اإلخبار عن املغيبات يف‬
‫مستقبل الزمان وادعاء علم الغيب وزعم أن اجلن ختربه بذلك والعراف بفتح املهملة وتشديد الراء‬
‫قيل الكاهن ويرده ا حلديث السابق عرافا أو كاهنا وقيل الساحر وقال البغوي هو الذي يدعي معرفة‬
‫األمور مبقدمات أسباب يستدل هبا على مواقعها كاملسروق من الذي سرقه ومعرفة مكان الضالة‬
‫وحنو ذلك ومنهم من يسمي املنجم كاهنا قال أبو داود والطرق أي بفتح فسكون الزجر أي زجر‬
‫الطري ليتيمن أو يتشاءم بطريانه فإن طار إىل جهة اليمني تيمن أو إىل جهة الشمال تشاءم وقال ابن‬
‫فارس الضرب ابحلصى وهو نوع من التكهني واملنهي عنه من علم النجوم هو ما يدعيه أهلها من‬
‫معرفة احلوادث اآلتية يف مستقبل الزمان كمجيء املطر ووقوع الثلج وهبوب الرايح وتغري األسعار‬
‫وحنو ذلك يزعمون أهنم يدركون ذلك بسري الكواكب القرتاهنا وافرتاقها وظهورها يف بعض األزمان‬
‫وهذا علم استأثر هللا به ال يعلمه أحد غريه فمن ادعى علمه بذلك فهو فاسق بل رمبا يؤدي به ذلك‬
‫إىل الكفر أما من يقول إن االقرتان واالفرتاق الذي هو كذا جعله هللا عالمة مبقتضى ما اطردت به‬
‫عادته اإلهلية على وقوع كذا وقد يتخلف فإنه ال إمث عليه بذلك‬
‫‪ .8‬التفسير المنير فى العقيدة والشريعة والمنهج لدكتور وهبة الزحيلي المجلد الحادي عشر‬
‫الجزء الحادي والعشرون صحـ ‪196 -195‬‬
‫‪( - 1‬ان هللا عنده علم الساعة) أي ان علم وقت الساعة (اي القيامة) خمتص ابهلل سبحانه فال يعلم‬
‫احد بوقته سواه الملك مقرب والنيب مرسل كما قال (الجيليها لوقتها اال هو) االعراف ج ‪ 7 :‬ص‬
‫‪187 :‬‬
‫‪( – 2‬وينزل الغيث ) اي وخيتص تعاىل ايضا مبعرفة وقت انزال املطر ومكانه املعني اليعلمه اال هللا‪,‬‬
‫فان امر به علمته املالئكة املوكلون بذلك ومن يشاء هللا من خلقه‪.‬واما نشرة االرصاد اجلوية ىف اايمنا‬
‫فتعتمد على بعض احلساابت‪ ,‬وما ترصده بعض االجهزة املخصصة ملعرفة نسبة الرطوبة وسرعة‬
‫الرايح‪ ,‬فليس ذلك غيبا‪ ,‬وامنا هو ختمني وظن‪,‬قد حيدث نقيضه‪ ,‬كما ان معرفته تكون قبل مدة‬
‫قريبة‪ ,‬يالحظ فيها اجتهات الرايح واملنخفضات االية من الشمال او من الغرب مثال‪.‬‬
‫‪ ( – 3‬ويعلم ما ىف االرحام) اي اليعلم احد االهللا ما ىف االرحام مواص اجلنني واحواله العارضة له‬
‫من طبائع وصفات وذكورة وانوثة ومتام خلقة ونقصها فان توصل العلماء بسبب التحليل الكيميائي‬
‫يكون اجلنني ذكرا او انثى‪,‬فال يعىن ذل ك غيبا وامنا بواسطة التجربة وتظل احوال اخرى كثرية جمهولة‬

‫‪8‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫للعلماء التعلم اال بعد الوالدة قال القرطيب وقد يعرف بطول التجارب شياء من ذكورة احلمل وانوثته‬
‫وغري ذلك‬

Jalsah Tsâniyah

MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR


1. KH. Atho’illah S. Anwar 1. Ust. Thohari Muslim
2. KH. ‘Ainur Rafiq 2. Ust. HA. Adibuddin Ustdzh. Nusroh Diniyah
3. K. Bahrul Huda 3. Ust. Bahrul ‘Ulum
4. Agus H. Shobich al- 4. Ust. Fathul Bari
Muayyad 5. Ust. Fathul Bari NOTULEN
5. K. Munir Akromin 6. Ust. Mas Mazruhan
6. Ust. Zahro Wardi
Ustdzh. Istiqomah

MEMUTUSKAN

2. NAIK OJEK KE MAKAM DAN MAJLIS TA’LIM


Kerangka Analisis Masalah
Profesi tukang ojek menjadi jasa yang cukup bermanfaat bagi
masyarakat. Karena dinilai menolong masyarakat pedesaan yang
belum mendapatkan sarana transportasi untuk mempermudah
mereka menjangkau perkotaan, pusat perdagangan, majlis ta’lim
dan lain-lain. Pasca pengembangan obyek wisata religi, puluhan
bahkan ratusan tukang ojek di Muria, Giri, dan beberapa lokasi
ziarah lain mendapatkan angin segar. Bahkan gelombang
kesetaraan gender telah menyulap profesi ini menjadi tidak hanya
digeluti kaum pria, tetapi juga kaum hawa. Abang tukang ojek
tidak lagi dianggap aneh mengantar ibu-ibu, atau wanita-wanita
muda ke pasar, majlis ta’lim, atau ke tempat-tempat ziarah.
(PP.Aris Sari Baru Krajan Kulon Kaliwungu Kendal )
Pertanyaan

Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa 9


Timur
a. Bagaimana hukum naik ojek bagi kaum wanita saat ziarah,
berangkat ke pasar atau majlis ta'lim?
Jawaban
Hukum naik ojek bagi kaum wanita tidak diperbolehkan kecuali
bila terhindar dari fitnah (hal-hal yang diharamkan) seperti :
 Tidak terjadi ikhtilath (persinggungan badan)
 Tidak terjadi kholwah (berkumpulnya laki-laki dan wanita di
tempat sepi yang menurut kebiasaan umum sulit terhindar
dari perbuatan yang diharamkan)
 Tidak melihat aurat selain dalam kondisi dan batas-batas
yang diperbolehkan syara’
 Tidak terjadi persentuhan kulit
Sedang bepergian bagi wanita untuk kepentingan ziarah atau yang
lain menurut satu pendapat diperbolehkan meski tidak disertai
mahram apabila aman dari fitnah (hal-hal yang diharamkan)
Pertanyaan
b. Bolehkah tukang ojek laki-laki melayani jasa ojek penumpang
wanita?
Jawaban
Tidak diperbolehkan apabila memenuhi persayaratan dalam sub a.

REFERENSI
2. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. 8. Al-Qamus al-Fiqhy vol. I hal.
III hal. 91 122
3. Syarh Muslim vol. XIV hal. 9. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. IXX
164-166 hal. 267
4. I’ânah at-Thâlibîn vol. I hal. 10. Bughyah al-Mustarsyidin
272 hal. 199-200
5. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. II 11. Is’ad ar-Rafiq vol. II hal.
hal. 290-291 102
6. Al-Mufashal fi Ahkâm al- 12. I’ânah at-Thâlibîn vol. III
Mar’ah vol. III hal. 421 hal. 261
7. Al-Bujairamy ala al-Manhaj 13. Al-Majmu’ vol. VIII hal.
vol. III hal. 328 311
14. Tarsyih al-Mustafidin hal.
352

10 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
‫‪ .1‬املوسوعة الفقهية الكويتية اجلزء الثالث صحـ ‪91‬‬
‫"إرداف التعريف" ‪ - 1‬اإلرداف مصدر أردف وأردفه أركبه خلفه وال خيرج استعمال‬
‫الفقهاء عن هذا املعىن "احلكم اإلمجايل" ‪ - 2‬جيوز إرداف الرجل للرجل واملرأة للمرأة‬
‫إذا مل يؤد إىل فساد أو إاثرة شهوة إلرداف الرسول ‪ ‬للفضل بن العباس وجيوز إرداف‬
‫الرجل المرأته واملرأة لزوجها إلرداف الرسول ‪ ‬لزوجته صفية رضي هللا عنها وإرداف‬
‫الرجل للمرأة ذات الرحم احملرم جائز مع أمن الشهوة وأما إرداف املرأة للرجل األجنيب‬
‫والرجل للمرأة األجنبية فهو ممنوع سدا للذرائع واتقاء للشهوة احملرمة‬
‫‪ .2‬شرح النووي على مسلم اجلزء الرابع عشر صحـ ‪166-164‬‬
‫( عن أمساء أهنا كانت تعلف فرس زوجها الزبري وتكفيه مؤنته وتسوسه وتدق النو لناضحه‬
‫وتعلفه وتستقى املاء وتعجن ) –إىل أن قال‪ ( -‬فجئت يوما والنوى على رأسى فلقيت‬
‫رسول هللا ‪ ‬معه نفر من أصحابه فدعاين وقال إخ إخ ليحملىن خلفه فاستحييت وعرفت‬
‫غريتك ) أما لفظة إخ إخ فهي بكسر اهلمزة واسكان اخلاء املعجمة وهى كلمة تقال‬
‫للبعري ليربك وىف هذا احلديث جواز االرداف على الدابة اذا كانت مطيقة وله نظائر كثرية‬
‫ىف الصحيح سبق بياهنا ىف مواضعها وفيه ما كان عليه ‪ ‬من الشفقة على املؤمنني‬
‫واملؤمنات ورمحتهم ومواساهتم فيما أمكنه وفيه جواز ارداف املرأة الىت ليست حمرما اذا‬
‫وجدت ىف طريق قد أعيت ال سيما مع مجاعة رجال صاحلني وال شك ىف جواز مثل هذا‬
‫وقال القاضي عياض هذا خاص للنب ‪ ‬خبالف غريه فقد أمران ابملباعدة من أنفاس‬
‫الرجال والنساء وكانت عادته ‪ ‬مباعدهتن ليقتدى به أمته قال وامنا كانت هذه خصوصية‬
‫له لكوهنا بنت أب بكر وأخت عائشة وامرأة الزبري فكانت كاحدى أهله ونسائه مع ما‬
‫خص به ‪ ‬أنه أملك الربه وأما ارداف احملارم فجائز بالخالف بكل حال‬
‫‪ .3‬إعانة الطالبني اجلزء األول ص‪272 :‬‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪11‬‬


‫‪Timur‬‬
‫ومنه الصالة ليلة الرغائب أول مجعة من رجب وليلة النصف من شعبان ومنه الوقوف‬
‫ليلة عرفة أو املشعر احلرام واالجتماع ليايل اخلتوم آخر رمضان ونصب املنابر واخلطب‬
‫عليها فيكره ما مل يكن فيه اختالط الرجال ابلنساء أبن تتضام أجسامهم فإنه حرام وفسق‬
‫‪ .4‬املوسوعة الفقهية اجلزء الثاين صحـ ‪291- 290‬‬
‫اختالط التعريف ‪ - 1 :‬االختالط ضم الشيء إىل الشيء ‪ ,‬وقد ميكن التمييز بينهما‬
‫كما يف احليواانت ‪ ,‬وقد ال ميكن كما يف املائعات فيكون مزجا ‪ .‬وال خيرج استعمال‬
‫الفقهاء له عن هذا املعىن ‪ .‬األلفاظ ذات الصلة ‪ - 2 :‬االمتزاج هو انضمام شيء إىل‬
‫شيء حبيث ال ميكن التمييز بينهما ‪ ,‬وخيتلف عنه االختالط أبنه أعم ; لشموله ما ميكن‬
‫التمييز فيه وما ال ميكن –إىل أن قال‪ -‬اختالط الرجال ابلنساء ‪ - 4 :‬خيتلف حكم‬
‫اختالط الرجال ابلنساء حبسب موافقته لقواعد الشريعة أو عدم موافقته ‪ ,‬فيحرم ‪.‬‬
‫االختالط إذا كان فيه ‪ :‬أ ‪ -‬اخللوة ابألجنبية ‪ ,‬والنظر بشهوة إليها ‪ .‬ب ‪ -‬تبذل املرأة‬
‫وعدم احتشامها ‪ .‬ج ‪ -‬عبث وهلو ومالمسة لألبدان كاالختالط يف األفراح واملوالد‬
‫واألعياد ‪ ,‬فاالختالط الذي يكون فيه مثل هذه األمور حرام ‪ ,‬ملخالفته لقواعد الشريعة‬
‫–إىل أن قال‪ -‬كذلك اتفق الفقهاء على حرمة ملس األجنبية ‪ ,‬إال إذا كانت عجوزا ال‬
‫تشتهى فال أبس ابملصافحة ‪ .‬ويقول ابن فرحون ‪ :‬يف األعراس اليت ميتزج فيها الرجال‬
‫والنساء ‪ ,‬ال تقبل شهادة بعضهم لبعض إذا كان فيه ما حرمه الشارع ; ألن حبضورهن‬
‫هذه املواضع تسقط عدالتهن ‪ .‬ويستثىن من االختالط احملرم ما يقوم به الطبيب من نظر‬
‫وملس ألن ذلك موضع ضرورة ‪ ,‬والضرورات تبيح احملظورات ‪ - 5 .‬وجيوز االختالط‬
‫إذا كانت هناك حاجة مشروعة مع مراعاة قواعد الشريعة ولذلك جاز خروج املرأة لصالة‬
‫اجلماع وصالة العيد ‪ ,‬وأجاز البعض خروجها لفريضة احلج مع رفقة مأمونة من الرجال‬
‫‪ .‬كذلك جيوز للمرأة معاملة الرجال ببيع أو شراء أو إجارة أو غري ذلك ‪ .‬ولقد سئل‬
‫اإلمام مالك عن املرأة العزبة الكبرية تلجأ إىل الرجل ‪ ,‬فيقوم هلا حبوائجها ‪ ,‬ويناوهلا احلاجة‬
‫‪ ,‬هل ترى ذلك له حسنا ؟ قال ‪ :‬ال أبس به ‪ ,‬وليدخل معه غريه أحب إيل ‪ ,‬ولو تركها‬
‫‪12‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫الناس لضاعت ‪ ,‬قال ابن رشد ‪ :‬هذا على ما قال إذا غض بصره عما ال حيل له النظر‬
‫إليه ‪.‬‬
‫املفصل يف أحكام املرأة اجلزء الثالث صحـ ‪421‬‬ ‫‪.5‬‬
‫االختالط إلجراء املعامالت الشرعية وكما جيوز االختالط للضرورة جيوز للحاجة أيضا‬
‫ومن حاالت احلاجة ما يستلزمه إجراء املعامالت املالية اجلائزة هلا من بيع وشراء وغريمها‬
‫ألن إجراء هذه املعامالت يستلزم عادة اجتماعها مع الرجل للمساومة ورؤية حمل العقد‬
‫مث أبرم العقد ولكن يشرتط عدم اخللوة ابلرجل ألهنا حمرمة كما ذكران كما يلزمها أن ال‬
‫خترج مبتذلة وأن تلتزم حدود الشرع وأحكامه يف لباسها ويف كالمها وصوهتا مع اآلخرين‬
‫على النحو الذي بيناه من قبل‬
‫حاشية البجريمي على املنهج اجلزء الثالث صحـ ‪328‬‬ ‫‪.6‬‬
‫وضابط اخللوة اجتماع ال تؤمن معه الريبة عادة خبالف ما لو قطع ابنتفائها عادة فال يعد‬
‫خلوة ع ش على م ر من كتاب العدد‬
‫القاموس الفقهي اجلزء األول صحـ ‪122‬‬ ‫‪.7‬‬
‫اخللوة مكان االنفراد ابلنفس أو بغريها شرعا أن خيلو الرجل ابمرأته على وجه ال مينع من‬
‫الوطء من جهة العقل كحضور أحد من الناس أو من جهة الشرع كمسجد‬
‫املوسوعة الفقهية اجلزء التاسع عشر صحـ ‪267‬‬ ‫‪.8‬‬
‫ومن املباح أيضا اخللوة مبعىن انفراد رجل ابمرأة يف وجود الناس حبيث ال حتتجب‬
‫أشخاصهما عنهم ‪ ,‬بل حبيث ال يسمعون كالمهما فقد جاء يف صحيح البخاري ‪{ :‬‬
‫جاءت امرأة من األنصار إىل النيب صلى هللا عليه وسلم فخال هبا } وعنون ابن حجر‬
‫هلذا احلديث بباب ما جيوز أن خيلو الرجل ابملرأة عند الناس ‪ ,‬وعقب بقوله ‪ :‬ال خيلو هبا‬
‫حبيث حتتجب أشخاصهما عنهم ‪ ,‬بل حبيث ال يسمعون كالمهما إذا كان مبا خيافت به‬
‫كالشيء الذي تستحي املرأة من ذكره بني الناس وتكون اخللوة حراما كاخللوة ابألجنبية‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪13‬‬


‫‪Timur‬‬
‫على ما سيأيت تفصيله ‪ .‬وقد تكون اخللوة ابألجنبية واجبة يف حال الضرورة ‪ ,‬كمن وجد‬
‫امرأة أجنبية منقطعة يف برية ‪ ,‬وخياف عليها اهلالك لو تركت‬

‫‪ .9‬بغية املسرتشدين صحـ ‪199 -200‬‬


‫(مسألة)‪ :‬قال يف التحفة‪ :‬وإمنا حلَّت خلوة رجل ابمرأتني حيتشمهما خبالف عكسه‪ ،‬ألنه‬
‫يبعد وقوع فاحشة ابمرأة متصفة بذلك مع حضور مثلها وال كذلك الرجل‪ ،‬ومنه يؤخذ‬
‫أنه ال حتل خلوة رجل مبرد حيرم نظرهم مطلقاً بل وال أمرد مبثله وهو متجه‪ ،‬وال جتوز‬
‫خلوة رجل بغري نساء ثقات وإن كثرن‪ ،‬ويف التوسط عن القفال‪ :‬لو دخلت امرأة املسجد‬
‫على رجل مل تكن خلوة ألنه يدخله كل أحد اهـ‪ .‬وإمنا يتجه ذلك يف مسجد مطروق ال‬
‫ينقطع طارقوه عادة‪ ،‬ومثله يف ذلك الطريق أو غريه املطروق كذلك‬
‫‪ .10‬إسعاد الرفيق اجلزء الثاىن صحـ ‪ 102‬مكتبة " اهلداية " سورابيا‬
‫ومنها ملس جزء من بدن املرأة األجنبية إذا كان ذلك عمدا وبغري حائل مطلقا بشهوة أو‬
‫بغري شهوة ‪.‬‬
‫‪ .11‬إعانة الطالبني اجلزء الثالث صحـ ‪261‬‬
‫وحيث حرم نظره حرم مسه بال حائل ألنه أبلغ يف اللذة نعم حيرم مس وجه األجنبية‬
‫مطلقا‬
‫( قوله وحيث حرم نظره حرم مسه ) أي كل موضع حرم نظره حرم مسه فحرم مس‬
‫األمرد كما حيرم نظره ومس العورة كما حيرم نظرها وقد حيرم النظر دون املس كأن أمكن‬
‫الطبيب معرفة العلة ابملس فقط وقد حيرم املس دون النظر كمس بطن احملرم أو ظهرها‬
‫كما علمت إذا علمت ذلك فالقاعدة املذكورة منطوقا ومفهوما أغلبية ( قوله بال حائل‬
‫) قال يف التحفة وكذا معه إن خاف فتنة بل وإن أمنها على ما مر بل املس أوىل اه (‬
‫قوله ألنه اخل ) علة لرتتب حرمة املس على حرمة النظر أو ملقدر أي حرم مس ابألوىل‬
‫‪14‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫ألنه اخل وقوله أبلغ يف اللذة أي وإاثرة الشهوة وإمنا كان أبلغ أي من النظر ألنه لو أنزل‬
‫به أفطر خبالف ما لو أنزل ابلنظر فال ( قوله نعم حيرم مس وجه األجنبية مطلقا ) أي‬
‫وإن حل نظره لنحو خطبة أو تعليم أو شهادة وعبارة التحفة وما أفهمه املنت أنه حيث‬
‫حل النظر حل املس أغليب أيضا فال حيل لرجل مس وجه أجنبية وإن حل نظره لنحو‬
‫خطبة أو شهادة أو تعليم وال لسيدة مس شيء من بدن عبدها وعكسه اهـ‬
‫‪ .12‬اجملموع اجلزء الثامن صحـ ‪311‬‬
‫وحاصله أنه جيوز اخلروج للحج الواجب مع زوج أو حمرم أو امرأة ثقة ‪ ,‬وال جيوز من غري‬
‫هؤالء ‪ ,‬وإن كان الطريق آمنا ‪ ,‬وفيه وجه ضعيف أنه جيوز إن كان آمنا ‪ .‬وأما حج‬
‫التطوع وسفر الزايرة والتجارة وكل سفر ليس بواجب فال جيوز على املذهب الصحيح‬
‫املنصوص إال مع زوج أو حمرم ‪ ,‬وقيل ‪ :‬جيوز مع نسوة أو امرأة ثقة كاحلج الواجب ‪,‬‬
‫وقد سبقت هذه املسألة خمتصرة يف أول كتاب احلج يف ذكر استطاعة املرأة وهللا أعلم ‪.‬‬
‫( فرع ) قد ذكران تفصيل مذهبنا يف حج املرأة ‪ ,‬وذكران أن الصحيح أنه جيوز هلا يف سفر‬
‫حج الفرض أن خترج مع نسوة ثقات ‪ .‬أو امرأة ثقة ‪ ,‬وال يشرتط احملرم وال جيوز يف‬
‫التطوع وسفر التجارة والزايرة وحنومها إال مبحرم ‪ .‬وقال بعض أصحابنا ‪ :‬جيوز بغري نساء‬
‫وال امرأة إذا كان الطريق آمنا ‪ .‬وهبذا قال احلسن البصري وداود‬
‫‪ .13‬ترشيح املستفيدين صحـ ‪352‬‬
‫( قوله مع امرأة ثقة ) ليس بقيد كما يف املغين وغريه فيجوز هلا اخلروج لفرض اإلسالم‬
‫ككل واجب ولو وحدها اذا أمنت قال يف بشرى الكرمي ‪ :‬ومن الواجب خروج املرأة اىل‬
‫حمل حراثتها ألن طلب احلالل واجب ولو شابة إهـ‬

‫?‪c. Bagaimana pula hukum wanita berprofesi sebagai tukang ojek‬‬


‫‪Jawaban‬‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪15‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪Tidak diperbolehkan karena sulitnya menghindar dari hal-hal yang‬‬
‫‪diharamkan seperti tasyabbuh dan hal-hal yang menimbulkan‬‬
‫‪fitnah.‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. III 4. Raudlah at-Thalibin vol. X hal.‬‬
‫‪hal. 91‬‬ ‫‪224‬‬
‫‪2. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. VII 5. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. VII‬‬
‫‪hal. 82‬‬ ‫‪hal. 83-84‬‬
‫‪3. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. IXX 6. Al-Mufashal vol. IV hal. 265‬‬
‫‪hal. 108‬‬

‫‪ .1‬املوسوعة الفقهية الكويتية اجلزء الثالث صحـ ‪91‬‬


‫"إرداف التعريف" ‪ - 1‬اإلرداف مصدر أردف وأردفه أركبه خلفه وال خيرج استعمال‬
‫الفقهاء عن هذا املعىن "احلكم اإلمجايل" ‪ - 2‬جيوز إرداف الرجل للرجل واملرأة للمرأة‬
‫إذا مل يؤد إىل فساد أو إاثرة شهوة إلرداف الرسول ‪ ‬للفضل بن العباس وجيوز إرداف‬
‫الرجل المرأته واملرأة لزوجها إلرداف الرسول ‪ ‬لزوجته صفية رضي هللا عنها وإرداف‬
‫الرجل للمرأة ذات الرحم احملرم جائز مع أمن الشهوة وأما إرداف املرأة للرجل األجنيب‬
‫والرجل للمرأة األجنبية فهو ممنوع سدا للذرائع واتقاء للشهوة احملرمة‬
‫‪ .2‬املوسوعة الفقهية اجلزء السابع صحـ ‪83‬‬
‫هـ ‪ -‬حق العمل ‪ - 14 :‬األصل أن وظيفة املرأة األوىل هي إدارة بيتها ورعاية أسرهتا وتربية‬
‫أبنائها وحسن تبعلها ‪ ,‬يقول النيب ‪ { ‬املرأة راعية يف بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها } ‪ .‬وهي‬
‫غري مطالبة ابإلنفاق على نفسها ‪ ,‬فنفقتها واجبة على أبيها أو زوجها ; لذلك كان جمال عملها‬
‫هو البيت ‪ ,‬وعملها يف البيت يساوي عمل اجملاهدين ‪ .‬ومع ذلك فاإلسالم ال مينع املرأة من العمل‬
‫فلها أن تبيع وتشرتي ‪ ,‬وأن توكل غريها ‪ ,‬ويوكلها غريها ‪ ,‬وأن تتاجر مباهلا ‪ ,‬وليس ألحد منعها‬
‫من ذلك ما دامت مراعية أحكام الشرع وآدابه ‪ ,‬ولذلك أبيح هلا كشف وجهها وكفيها ‪ ,‬قال‬
‫الفقهاء ‪ :‬ألن احلاجة تدعو إىل إبراز الوجه للبيع والشراء ‪ ,‬وإىل إبراز الكف لألخذ واإلعطاء ‪.‬‬
‫‪16‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫ويف االختيار ‪ :‬ال ينظر الرجل إىل احلرة األجنبية إال إىل الوجه والكفني ‪ ; . .‬ألن يف ذلك ضرورة‬
‫لألخذ واإلعطاء ومعرفة وجهها عند املعاملة مع األجانب ; إلقامة معاشها ومعادها لعدم من يقوم‬
‫أبسباب معاشها ‪ .‬والنصوص الدالة على جواز عمل املرأة كثرية ‪ ,‬والذي ميكن استخالصه منها ‪,‬‬
‫أن للمرأة احلق يف العمل بشرط إذن الزوج للخروج ‪ ,‬إن استدعى عملها اخلروج وكانت ذات زوج‬
‫‪ ,‬ويسقط حقه يف اإلذن إذا امتنع عن اإلنفاق عليها ‪ .‬جاء يف هناية احملتاج ‪ :‬إذا أعسر الزوج‬
‫ابلنفقة وحتقق اإلعسار فاألظهر إمهاله ثالثة أايم ‪ ,‬وهلا الفسخ صبيحة الرابع ‪ ,‬وللزوجة ‪ -‬وإن‬
‫كانت غنية ‪ -‬اخلروج زمن املهلة هنارا لتحصيل النفقة بنحو كسب ‪ ,‬وليس له منعها ألن املنع يف‬
‫مقابل النفقة ‪ .‬ويف منتهى اإلرادات ‪ :‬إذا أعسر الزوج ابلنفقة خريت الزوجة بني الفسخ وبني املقام‬
‫معه مع منع نفسها ‪ ,‬فإن مل متنع نفسها منه ومكنته من االستمتاع هبا فال مينعها تكسبا ‪ ,‬وال‬
‫حيبسها مع عسرته إذا مل تفسخ ألنه إضرار هبا وسواء كانت غنية أو فقرية ; ألنه إمنا ميلك حبسها‬
‫إذا كفاها املئونة وأغناها عما ال بد هلا منه ‪ .‬وكذلك إذا كان العمل من فروض الكفاايت ‪ .‬جاء‬
‫يف فتح القدير ‪ :‬إن كانت املرأة قابلة ‪ ,‬أو كان هلا حق على آخر ‪ ,‬أو آلخر عليها حق خترج‬
‫ابإلذن وبغري اإلذن ‪ ,‬ومثل ذلك يف حاشية سعدي جليب عن جمموع النوازل ‪ .‬إال أن ابن عابدين‬
‫بعد أن نقل ما يف الفتح قال ‪ :‬ويف البحر عن اخلانية تقييد خروجها ابإلذن ; ألن حقه مقدم على‬
‫فرض الكفاية ‪ .‬هذا ‪ ,‬وإذا كان هلا مال فلها أن تتاجر به مع غريها ‪ ,‬كأن تشاركه أو تدفعه مضاربة‬
‫دون إذن من أحد ‪ .‬جاء يف جواهر اإلكليل ‪ :‬قراض الزوجة أي دفعها ماال ملن يتجر فيه ببعض‬
‫رحبه ‪ ,‬فال حيجر عليها فيه اتفاقا ; ألنه من التجارة –إىل أن قال‪ -‬وإذا عملت املرأة فيجب أن‬
‫يكون يف حدود ال تتناىف مع ما جيب من صيانة العرض والعفاف والشرف ‪ .‬وميكن حتديد ذلك مبا‬
‫أييت ‪ ) 1 ( :‬أال يكون العمل معصية كالغناء واللهو ‪ ,‬وأال يكون معيبا مزراي تعري به أسرهتا ‪ .‬جاء‬
‫يف البدائع والفتاوى اهلندية ‪ :‬إذا آجرت املرأة نفسها مبا يعاب به كان ألهلها أن خيرجوها من تلك‬
‫اإلجارة ‪ ,‬ويف املثل السائر ‪ :‬جتوع احلرة وال أتكل بثدييها ‪ ,‬وعن حممد رمحه هللا تعاىل يف امرأة‬
‫انئحة أو صاحب طبل أو مزمار اكتسب ماال فهو معصية ‪ ) 2 ( .‬أال يكون عملها مما يكون فيه‬
‫خلوة أبجنيب ‪ .‬جاء يف البدائع ‪ :‬كره أبو حنيفة استخدام املرأة واالختالء هبا ; ملا قد يؤدي إىل‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪17‬‬
‫‪Timur‬‬
‫الفتنة ‪ ,‬وهو قول أيب يوسف وحممد ‪ ,‬أما اخللوة ; فألن اخللوة ابألجنبية معصية ‪ ,‬وأما االستخدام‬
‫; فألنه ال يؤمن معه االطالع عليها والوقوع يف املعصية ‪ .‬وقد قال النيب ‪ { ‬ال خيلون رجل ابمرأة‬
‫إال كان الشيطان اثلثهما } وألنه ال يؤمن مع اخللوة مواقعة احملظور ‪ ) 3 ( .‬أال خترج لعملها‬
‫متربجة متزينة مبا يثري الفتنة ‪ ,‬قال ابن عابدين ‪ :‬وحيث أحبنا هلا اخلروج فإمنا يباح بشرط عدم الزينة‬
‫وتغيري اهليئة إىل ما يكون داعية لنظر الرجال واالستمالة ‪ ,‬قال هللا تعاىل ‪ { :‬وال تربجن تربج‬
‫اجلاهلية األوىل } وقال تعاىل ‪ { :‬وال يبدين زينتهن إال ما ظهر منها } ‪ ,‬ويف احلديث ‪ { :‬الرافلة‬
‫يف الزينة يف غري أهلها كمثل ظلمة يوم القيامة ال نور هلا } ‪.‬‬
‫‪ .3‬املوسوعة الفقهية الكويتية اجلزء التاسع عشر صحـ ‪108‬‬
‫وعند احلاجة كزايرة اآلابء ‪ ،‬واألمهات ‪ ،‬وذوي احملارم ‪ ،‬وشهود موت من ذكر ‪ ،‬وحضور عرسه‬
‫وقضاء حاجة ال غناء للمرأة عنها وال جتد من يقوم هبا جيوز هلا اخلروج (‪ . )3‬إال أن الفقهاء‬
‫يقيدون جواز خروج املرأة يف هذه احلاالت بقيود أمهها ‪ - 1:‬أن تكون املرأة غري خمشية الفتنة ‪،‬‬
‫أما اليت خيشى االفتتان هبا فال خترج أصال ‪ - 2‬أن تكون الطريق مأمونة من توقع املفسدة وإال‬
‫حرم خروجها ‪ - 3‬أن يكون خروجها يف زمن أمن الرجال (‪ )3‬وال يفضي إىل اختالطها هبم ؛‬
‫ألن متكني النساء من اختالطهن ابلرجال أصل كل بلية وشر ‪ ،‬وهو من أعظم أسباب نزول‬
‫العقوابت العامة ‪ ،‬كما أنه من أسباب فساد أمور العامة واخلاصة ‪ ،‬واختالط الرجال ابلنساء سبب‬
‫لكثرة الفواحش والزىن ‪ ،‬وهو من أسباب املوت العام ‪ ،‬فيجب على ويل األمر أن مينع من اختالط‬
‫الرجال ابلنساء يف األسواق ‪ ،‬والفرج ‪ ،‬وجمامع الرجال ‪ ،‬وإقرار النساء على ذلك إعانة هلن على‬
‫اإلمث واملعصية ‪ ،‬وقد منع أمري املؤمنني عمر بن اخلطاب رضي هللا عنه النساء من املشي يف طريق‬
‫الرجال واالختالط هبم يف الطريق ‪ - 4‬أن يكون خروجها على تبذل وتسرت اتم قال العيين ‪ :‬جيوز‬
‫اخلروج ملا حتتاج إليه املرأة من أمورها اجلائزة بشرط أن تكون بذة اهليئة ‪ ،‬خشنة امللبس ‪ ،‬تفلة‬
‫الريح ‪ ،‬مستورة األعضاء غري متربجة بزينة وال رافعة صوهتا قال ابن قيم اجلوزية ‪ :‬جيب على ويل‬
‫األمر منع النساء من اخلروج متزينات متجمالت ‪ ،‬ومنعهن من الثياب اليت يكن هبا كاسيات‬
‫عارايت ‪ ،‬كالثياب الواسعة والرقاق ‪ ،‬وإن رأى ويل األمر أن يفسد على املرأة ‪ -‬إذا جتملت‬
‫‪18‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫وخرجت ‪ -‬ثياهبا حبرب وحنوه ‪ ،‬فقد رخص يف ذلك بعض الفقهاء وأصاب ‪ .‬وهذا من أدىن عقوبتهن‬
‫املالية فقد أخرب النيب صلى هللا عليه وسلم أن املرأة إذا تطيبت وخرجت من بيتها فهي زانية ‪5‬‬
‫‪ -‬أن يكون اخلروج إبذن الزوج ‪ ،‬فال جيوز هلا اخلروج إال إبذنه قال ابن حجر اهليتمي ‪ :‬وإذا‬
‫اضطرت امرأة للخروج لزايرة والد خرجت إبذن زوجها غري متربجة –إىل أن قال‪ -‬وأخذ الرافعي‬
‫وغريه من كالم إمام احلرمني أن للزوجة اعتماد العرف الدال على رضا أمثال الزوج مبثل اخلروج‬
‫الذي تريده ‪ ،‬نعم لو علم خمالفته ألمثاله يف ذلك فال خترج‬

‫‪ .4‬املوسوعة الفقهية الكويتية اجلزء السابع صحـ ‪84-83‬‬


‫مث إهنا لو عملت مع الزوج كان كسبها هلا ‪ .‬جاء يف الفتاوى البزازية ‪ :‬أفىت القاضي اإلمام يف‬
‫زوجني سعيا وحصال أمواال أهنا له ؛ ألهنا معينة له ‪ ،‬إال إذا كان هلا كسب على حدة فلها ذلك ‪.‬‬
‫ويف الفتاوى ‪ :‬امرأة معلمة ‪ ،‬يعينها الزوج أحياان فاحلاصل هلا ‪ ،‬ويف التقاط السنبلة إذا التقطا فهو‬
‫بينهما أنصافا كما أن لألب أن يوجه ابنته للعمل ‪ :‬جاء يف حاشية ابن عابدين ‪ :‬لألب أن يدفع‬
‫ابنته المرأة تعلمها حرفة كتطريز وخياطة‬
‫وإذا عملت املرأة فيجب أن يكون يف حدود ال تتناىف مع ما جيب من صيانة العرض والعفاف‬
‫والشرف ‪ .‬وميكن حتديد ذلك مبا أييت ‪:‬‬
‫( ‪ ) 1‬أال يكون العمل معصية كالغناء واللهو ‪ ،‬وأال يكون معيبا مزراي تعري به أسرهتا ‪ .‬جاء يف‬
‫البدائع والفتاوى اهلندية ‪ :‬إذا آجرت املرأة نفسها مبا يعاب به كان ألهلها أن خيرجوها من تلك‬
‫اإلجارة ‪ ،‬ويف املثل السائر ‪ :‬جتوع احلرة وال أتكل بثدييها ‪ ،‬وعن حممد رمحه هللا تعاىل يف امرأة‬
‫انئحة أو صاحب طبل أو مزمار اكتسب ماال فهو معصية‬
‫( ‪ ) 2‬أال يكون عملها مما يكون فيه خلوة أبجنيب ‪ .‬جاء يف البدائع ‪ :‬كره أبو حنيفة استخدام‬
‫املرأة واالختالء هبا ؛ ملا قد يؤدي إىل الفتنة ‪ ،‬وهو قول أيب يوسف وحممد ‪ ،‬أما اخللوة ؛ فألن‬
‫اخللوة ابألجنبية معصية ‪ ،‬وأما االستخدام ؛ فألنه ال يؤمن معه االطالع عليها والوقوع يف املعصية‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪19‬‬
‫‪Timur‬‬
‫وقد قال النيب صلى هللا عليه وسلم ‪ :‬ال خيلون رجل ابمرأة إال كان الشيطان اثلثهما (‪ )2‬وألنه ال‬
‫يؤمن مع اخللوة مواقعة احملظور ‪.‬‬
‫( ‪ ) 3‬أال خترج لعملها متربجة متزينة مبا يثري الفتنة ‪ ،‬قال ابن عابدين ‪ :‬وحيث أحبنا هلا اخلروج‬
‫فإمنا يباح بشرط عدم الزينة وتغيري اهليئة إىل ما يكون داعية لنظر الرجال واالستمالة ‪ ،‬قال هللا‬
‫تعاىل ‪ { :‬وال تربجن تربج اجلاهلية األوىل } (‪ )4‬وقال تعاىل ‪ { :‬وال يبدين زينتهن إال ما ظهر منها‬
‫} (‪ ، )5‬ويف احلديث ‪ :‬الرافلة يف الزينة يف غري أهلها كمثل ظلمة يوم القيامة ال نور هلا (‪. )6‬‬
‫‪ .5‬روضة الطالبني ‪( -‬ج ‪ / 10‬ص ‪)224‬‬
‫وإمنا يتوجه فرض الكفاية يف العلم على من مجع أربعة شروط وهي أن يكون مكلفا وممن يتقلد‬
‫القضاء ال عبدا وال امرأة وأن يكون بليدا وأن يقدر على االنقطاع إليه أبن تكون له كفاية ويدخل‬
‫الفاسق يف الفرض وال يسقط به ألنه ال تقبل فتواه للمستفتني ويف دخول املرأة والعبد وجهان‬
‫ألهنما أهل للفتوى دون القضاء‬
‫‪ .6‬املفصل اجلزء الرابع صحـ ‪265‬‬
‫"املرأة وحرية العمل" قلنا إن احلكمة يف مشروعية العمل املشروع حتصيل اإلنسان ما يوفر له‬
‫أسباب العيش من طعام وشراب ولباس وسكن وحنو ذلك فإذا توافر لإلنسان ذلك كله كان‬
‫العمل يف حقه مباحا له أن يعمل ليزداد كسبا وله أن ال يعمل ألن عنده ما يكفي لسد متطلبات‬
‫ومقتضيات معيشته –إىل أن قال‪ -‬فالعمل إذن يف حق املرأة مباح "ال يزاحم مباح املرأة واجبها"‬
‫وإذا كان العمل لالكتساب والرزق وحتصيل أسباب العيش مباحا يف حق املرأة فإن هذا املباح جيب‬
‫أن ال يزاحم ما هو واجب عليها ألن فعل الواجب آكد من فعل املباح بل وال يزاحم هذا املباح‬
‫ما هو مندوب للمرأة‬

‫‪3. DA'IYAH DENGAN AUDIENS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN‬‬


‫‪Kerangka Analisis Masalah‬‬
‫‪Dalam aktivitas dakwah, peran wanita memang dibutuhkan utamanya dalam‬‬
‫‪mendakwahi kaumnya yang sekarang ini lebih banyak. Tentunya aktifitas ini‬‬
‫‪20‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫‪harus melaju sesuai dengan syari'at, sejalan dengan tujuan dakwah itu sendiri,‬‬
‫‪baik dari segi tempat, audiens atau materi yang disampaikan.‬‬
‫‪Sementara yang kita jumpai di negeri ini, dalam sebuah acara keagamaan, da'i‬‬
‫‪wanita berdiri ditengah- tengah masyarakat umum, bercampur jadi satu antara‬‬
‫‪laki-laki dan perempuan untuk mendengarkan ceramah sang da'iyah tersebut.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪a. Bagaimana hukumnya perempuan berprofesi sebagai da'iyah‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪Diperbolehkan bahkan bisa fardlu ‘ain, fardlu kifayah, atau sunnah melihat‬‬
‫‪materi yang disampaikan‬‬

‫‪R E F E R E N S I‬‬
‫‪1. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. XX hal.330‬‬ ‫‪2. Al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah vol. XX hal.329-330‬‬

‫‪ .1‬الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء العشرون صحـ ‪330‬‬


‫شروط الداعية ‪ :‬يشرتط يف الداعية أن يكون مكلفا ( أي مسلما عاقال ابلغا ) وأن يكون عاملا عادال‬
‫‪ ،‬وال خالف يف أن املرأة مكلفة ابلدعوة ‪ ،‬مشاركة للرجل فيها‬
‫‪ .2‬الموسوعة الفقهية الكويتية الجزء العشرون صحـ ‪330-329‬‬
‫والدعوة إىل هللا مكلف هبا كل مسلم ومسلمة على سبيل الوجوب الكفائي أو العيين فليست خاصة‬
‫ابلعلماء الذين بلغوا يف العلم املراتب العالية وإمنا ينبغي أن يكون الداعي عاملا مبا يدعو إليه لقول‬
‫النيب ‪ ‬نضر هللا امرأ مسع منا شيئا فبلغه كما مسع وقوله بلغوا عين ولو آية قال بعد أن خطب يف‬
‫حجة الوداع ليبلغ الشاهد الغائب فاملسلم يدعو إىل أصل اإلسالم وإىل أصل األمور الظاهرة منه‬
‫كاإلميان ابهلل ومالئكته وكتبه واليوم اآلخر وكفعل الصالة وأداء الزكاة والصوم واحلج وحنو ذلك وإىل‬
‫حنو ترك املعاصي الظاهرة من الزان وشرب اخلمر والعقوق والفحش يف القول ولكن ليس له أن يدعو‬
‫إىل شيء جيهله لئال يكون عليه إمث من يضلهم بغري علم وخيتص أهل العلم ابلدعوة إىل تفاصيل ذلك‬
‫وكشف الشبه وجدال أصحاهبا ورد غلو الغالني وانتحال املبطلني وحنو ذلك ولغري العلماء أيضا‬
‫الدعوة إىل مسائل جزئية إذا علموها وأصبحوا هبا على بصرية وال يشرتط لذلك التبحر يف العلم‬
‫الديين جبميع أقسامه فكل من الطرفني يدعو إىل ما هو عامل به قال الغزايل ‪ " :‬واجب أن يكون يف‬
‫كل مسجد وحملة من البلد فقيه يعلم الناس دينهم ‪ ،‬وكذا يف كل قرية " مث قال " وكل عامي عرف‬
‫شروط الصالة فعليه أن يعرف غريه وإال فهو شريك يف اإلمث ومعلوم أن اإلنسان ال يولد عاملا ابلشرع‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪21‬‬


‫‪Timur‬‬
‫وإمنا جيب التبليغ على أهل العلم فكل من تعلم مسألة واحدة فهو من أهل العلم هبا واإلمث أي يف‬
‫ترك التبليغ على الفقهاء أشد ألن قدرهتم فيه أظهر وهو بصناعتهم أليق "‬

‫?‪b. Bagaimana jika audiensnya bercampur antara laki-laki dan perempuan‬‬


‫‪Jawaban‬‬
‫‪Diperbolehkan namun wajib berusaha menghilangkan apabila terdapat‬‬
‫‪kemungkaran yang sedang berlangsung‬‬

‫‪R E F E R E N S I‬‬
‫‪1. Is’ad ar-Rafiq vol. II hal. 67‬‬ ‫‪3. Fatawi al-Azhar vol. X hal. 58‬‬
‫‪2. Fath al-Jawwad vol. II hal. 97-98‬‬ ‫‪4. Al-Jamal vol. IV hal. 121‬‬
‫‪5. I’anah at-Thalibin vol. III hal. 260‬‬

‫مكتبة " الهداية " سورابيا‬ ‫‪ .1‬إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص ‪67 :‬‬
‫(خامتة) من أقبح احملرمات وأشد احملظورات اختالط الرجال ابلنساء ىف اجلموعات ملا يرتتب على‬
‫ذلك من املفاسد والفنت القبيحة قال سيدان احلداد ىف بعض مكاتباته لبعض األمراء وما ذكرمت من‬
‫اجتماع النساء متزينات مبحل قريب من حمل رجال جيتمعون فيه منسوب لسيدان عمر احملضار فإن‬
‫خيفت فتنة بنحو مساع صوت فهو من املنكرات الىت جيب النهى عنها على والة األمر وحيسن من‬
‫غريهم إذا خاف على نفسه أن ال حيضرهم‬
‫‪ .2‬فتح الجواد بشرح االرشاد ج‪ 2:‬ص ‪98-97 :‬‬
‫وامنا جتب اجابة داع لنحو تودد ان مل يدع‪ -‬اىل ان قال – ومل يدعه اىل مؤذ حاضر هناك لعداوة‬
‫بينهما وان كان هو الداعى على االوجه او لكونه تقبح به جمالسته كاالراذل او كان مث زحاف يؤذى‬
‫او نساء ينظرن للرجال او خيتلطن هبم فان وجد واحد من هذه مل جتب اجابة ومن املؤذى املنكر ايضا‬
‫ولذا فرع عليه قوله فان كان مبكان الدعوة منكر اليزال اذا حضر كألة هلو وأنية تقد وسرت جدار‬
‫حبرير وفرش جلد حنو منر بقي وبره ووجود داعيه اىل بدعة ومن يضحك احلاضرين ابلفحش والكذب‬
‫حرمت االجابة الن احلضور حينئذ كالرضا ابملنكر فان زال الجله وجبت ازالة له واجابة للدعوة وىف‬
‫االحياء ال جتب اجابة ظامل وفاسق وشرير متكلف طالب للمباهة والفخر واشار االذراعي اىل ان كل‬
‫من جاز هجرانه ال جتب اجابته واملبتدع اوىل بذلك من حنو الفاسق‬
‫‪ .3‬فتاوى األزهر ‪( -‬ج ‪ / 10‬ص ‪)58‬‬

‫‪22‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫السؤال هل جيوز ركوب امرأة أو جمموعة من النساء مع سائق أجنب عنهم ليوصلهن إىل مكان قريب‬
‫داخل املدينة أو ىف سفر طويل ؟ اجلواب اخللوة املنهى عنها والىت هى مظنة الغلط تكون ابجتماع‬
‫رجل مع امرأة أجنبية ىف مكان واحد ال يرامها فيه أحد ‪ ،‬أما االجتماع ىف الطريق واألماكن العامة‬
‫كاألسواق ودور العلم ووسائل املواصالت فال تتحقق به اخللوة احملرمة ‪ ،‬وإن حتقق به حمظور آخر‪،‬‬
‫كالسفور والنظر إىل املفاتن والكالم اللني واملالمسة وحنوها ‪.‬وحمصل ما قاله العلماء ىف اجتماع‬
‫اجلنسني هو ‪ -1:‬إذا كان االجتماع ثنائيا ‪ ،‬أى بني رجل وامرأة فقط ‪ ،‬فإن كان الرجل ‪ ،‬زوجا أو‬
‫حمرما جاز وإن كان أجنبيا حرم ‪ - 2.‬وإذا كان االجتماع ثالثيا ‪ ،‬فإما أن يكون بني امرأة ورجلني ‪،‬‬
‫وإما أن يكون بني امرأتني ورجل ‪ ،‬فإن كان األول جاز إن كان أحدمها زوجا أو حمرما ‪ ،‬وإال حرم‬
‫"النووى على مسلم ج ‪ 9‬ص ‪ " 159‬وإن كان الثاىن فإن كانت إحدامها حمرما جاز وإال ففيه قوالن‬
‫‪ ،‬وقد ذكر النووى ىف شرح املهذب واخلطيب على منت أب شجاع "ج ‪ 2‬ص ‪ " 120‬جواز اخللوة‬
‫ابمرأتني ‪ -3.‬وإن كان االجتماع رابعيا فأكثر فإن كان رجل مع نساء جاز‪ ،‬وكذلك إذا تساوى العدد‬
‫ىف الطرفني ‪ ،‬وإن كانت امرأة مع رجال جاز إن أمن تواطؤهم على الفاحشة ‪ ،‬كمن دخلوا على زوجة‬
‫أب بكر الصديق أمساء بنت عميس وكان غائبا ‪ ،‬وإال حرم ‪.‬ويشرتط ىف احملرم الذى جتوز اخللوة‬
‫ابألجنب مع حضوره أال يكون صغريا ال يستحيا منه ‪ ،‬كابن سنة أو سنتني ‪ ،‬وقال بعض العلماء ‪:‬جتوز‬
‫اخللوة ابألجنبية إذا كانت عجوزا ال تراد‪ ،‬ولكن مع الكراهة ‪ ،‬أما الشابة مع كبري السن من غري أوىل‬
‫اإلربة فقيل ال جتوز اخللوة به ‪ ،‬وقيل ‪:‬جتوز مع الكراهة ‪.‬هذا ملخص ما قاله العلماء ىف اخللوة ومنه‬
‫يعرف أن السائق الذى يوصل امرأة واحدة إن كان ىف طريق مكشوف والناس ينظرون فال حرمة ىف‬
‫ذلك ‪ ،‬وإن كان معه جمموعة من النساء فال حرمة أيضا‪ ،‬أما الطريق اخلاىل من الناس كطرق الصحراء‬
‫وغريها فيحرم سفر امرأة واحدة مع سائق أجنب ‪ ،‬أما مع جمموعة فينظر التفصيل السابق ‪ .‬ومثل‬
‫السائق املدرس اخلصوصى للبنت والبنات ‪ ،‬حىت لو كان يعلمهن القرآن الكرمي‬
‫‪ .4‬حاشية الجمل الجزء الرابع صحـ ‪121‬‬
‫أما النظر واإلصغاء لصوهتا عند خوف الفتنة أي الداعي إىل مجاع أو خلوة أو حنومها فحرام وإن مل‬
‫يكن عورة ابإلمجاع مث قال قال الزركشي ويلتحق ابإلصغاء لصوهتا عند خوف الفتنة التلذذ به وإن مل‬
‫خيفها ا هـ حبروفه فأنت ترى عبارة الزركشي صرحية يف احلرمة ا هـ‬
‫‪ .5‬إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ ‪260‬‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪23‬‬


‫‪Timur‬‬
‫(قوله‪ :‬وليس من العورة الصوت) أي صوت املرأة‪ ،‬ومثله صوت االمرد فيحل مساعه ما مل ختش فتنة‬
‫أو يلتذ به وإال حرم (قوله‪ :‬فال حيرم مساعه) أي الصوت‪ .‬وقوله إال إن خشي منه فتنة أو التذ به‪ :‬أي‬
‫فإنه حيرم مساعه‪ ،‬أي ولو بنحو القرآن‪ ،‬ومن الصوت‪ :‬الزغاريد‪ .‬ويف البجريمي‪ :‬وصوهتا ليس بعورة‬
‫على االصح‪ ،‬لكن حيرم االصغاء إليه عند خوف الفتنة‪ .‬وإذا قرع ابب املرأة أحد فال جتيبه بصوت‬
‫رخيم‪ ،‬بل تغلظ صوهتا‪ ،‬أبن أتخذ طرف كفها بفيها وجتيب‪ .‬ويف العباب‪ :‬ويندب إذا خافت داعيا‬
‫أن تغل صوهتا بوضع ظهر كفها على فيها‪ .‬اهـ‪.‬‬

‫‪24‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪ .2‬إعانة الطالبين الجزء االول صحـ ‪272‬‬
‫ومنه الوقوف ليلة عرفة أو املشعر احلرام واالجتماع ليايل اخلتوم آخر رمضان ونصب املنابر واخلطب‬
‫عليها فيكره ما مل يكن فيه اختالط الرجال ابلنساء أبن تتضام أجسامهم فإنه حرام وفسق‬
‫‪ .3‬المجموع الجزء الرابع صحـ ‪484‬‬
‫(الشرح) حديث جابر رواه أبو داود والبيهقي وىف إسناده ضعف ولكن له شواهد ذكرها البيهقى‬
‫وغريه ويغىن عنه حديث طارق بن شهاب السابق واالمجاع فقد نقل ابن املنذر وغريه االمجاع أن املرأة‬
‫ال مجعة عليها وقوله والهنا ختتلط ابلرجال وذلك ال جيوز لبس كما قال فاهنا ال يلزم من حضورها‬
‫اجلمعة االختالط بل تكون وراءهم وقد نقل ابن املنذر وغريه االمجاع علي اهنا لو حضرت وصلت‬
‫اجلمعة جاز وقد ثبتت االحاديث الصحيحة املستفيضة أن النساء كن يصلني خلف رسول هللا صلي‬
‫هللا عليه وسلم يف مسجده خلف الرجال والن اختالط النساء ابلرجال إذا مل يكن خلوة ليس حبرام‬
‫‪ .4‬الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء االول صحـ ‪203‬‬
‫واملراد ابلفتنة الزان ومقدماته من النظر واخللوة واللمس وغري ذلك‬
‫‪ .5‬توشيح على ابن قاسم صحـ ‪197‬‬
‫الفتنة هي ميل النفس ودعاؤها إىل اجلماع أو مقدماته والشهوة هو أن يلتذ ابلنظر‬
‫‪ .6‬نهاية المحتاج الجزء السابع صحـ ‪163‬‬
‫ويف التوسط عن القفال لو دخلت امرأة املسجد على رجل مل يكن خلوة ألنه يدخله كل أحد اهـ‬
‫حج وإمنا يتجه ذلك يف مسجد مطروق ال ينقطع طارقوه عادة ومثله يف ذلك الطريق أو غريه املطروق‬
‫كذلك خبالف ما ليس مطروقا كذلك اهـ حج ويؤخذ منه أن املدار يف اخللوة على اجتماع ال تؤمن‬
‫معه الريبة عادة خبالف ما لو قطع ابنتفائها يف العادة فال يعد خلوة‬
‫‪ .7‬فتح المعين الجزء الثالث صحـ ‪299‬‬
‫(مهمة) حيرم على الرجل ولو شيخا مها تعمد نظر شئ من بدن أجنبية حرة أو أمة بلغت حدا تشتهى‬
‫فيه ولو شوهاء أو عجوزا وعكسه‪ ،‬خالفا للحاوي كالرافعي وإن نظر بغري شهوة أو مع أمن الفتنة‬
‫(قوله خالفا للحاوي كالرافعي) راجع لصورة العكس فقط فإهنما خالفا يف ذلك حيث قاال جبواز نظر‬
‫املرأة إىل بدن االجنيب واستدال بنظر عائشة رضي هللا عنها إىل احلبشة وهم يلعبون يف املسجد والنيب‬
‫(ص) (ص) يراها ورد أبنه ليس يف احلديث أهنا نظرت إىل وجوههم وأبداهنم وإمنا نظرت لعبهم وحراهبم‬
‫وال يلزم منه تعمد نظر البدن وإن وقع بال قصد صرفته حاال أو أن ذلك كان قبل نزول آية احلجاب‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪41‬‬


‫‪Timur‬‬
‫أو أهنا كانت مل تبلغ مبلغ النساء وعبارة املنهاج واالصح جواز نظر املرأة إىل بدن أجنيب سوى ما بني‬
‫سرته وركبته إن مل ختف فتنة قلت االصح التحرمي كهو إليها وهللا أعلم‪.‬‬
‫‪ .8‬حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الثالث صحـ ‪212‬‬
‫( و ) األصح ( جواز نظر املرأة إىل بدن أجنيب سوى ما بني سرته وركبته إن مل ختف فتنة ) ألن ما‬
‫سوى ما بينهما ليس بعورة منه ( قلت األصح التحرمي كهو ) أي كنظره ( إليها وهللا أعلم )‬
‫( قلت األصح التحرمي ) فيجب على الرجل أن يسرت ما يعلم أن املرأة تنظر إليه منه كعكسه ‪.‬قوله‬
‫( كهو إليها ) املتفق على حرمته ألهنن حمل الشهوة أصالة واملراد هبا ما يشمل املراهقة كما مرت‬
‫اإلشارة إليها ومن هنا علم اختصاص النساء ابملنع من خروجهن سافرات الوجه وألن سرتهن أسهل‬
‫من سرت الرجال ولقلة بروزهن يف األسواق وحنوها وغري ذلك فليتأمل قوله ( وهو ) أي ما يبدو يف‬
‫املهنة أي يف حق الرجل وتقدم خالفه يف حق املرأة وعلم مبا ذكره أن اخلالف يف نفس السرة والركبة‬
‫فقط فتأمل ‪.‬‬
‫‪ .9‬مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج الجزء الرابع صحـ ‪210‬‬
‫تنبيه ظاهر كالم املصنف أن وجهها وكفيها غري عورة وإمنا أحلقا هبا يف حترمي النظر وبه صرح املاوردي‬
‫يف كتاب الصالة فقال عورهتا مع غري الزوج كربى وصغرى فالكربى ما عدا الوجه والكفني والصغرى‬
‫ما بني السرة والركبة فيجب سرت الكربى يف الصالة وكذا عن الرجال األجانب واخلناثى والصغرى‬
‫عن النساء وإن قربن وكذا عن رجال احملارم والصبيان وقال السبكي إن األقرب إىل صنع األصحاب‬
‫أن وجهها وكفيها عورة يف النظر ال يف الصالة وإطالقه الكبرية يشمل العجوز اليت ال تشتهى ‪ ،‬وهو‬
‫األرجح يف الشرح الصغري وهو املعتمد ألن لكل ساقطة القطة وقال الروايين جيوز النظر إىل وجهها‬
‫وكفيها لقوله تعاىل { والقواعد من النساء } واختاره األذرعي قال ابن شهبة وقد استدل له بذهاب‬
‫أنس مع النيب صلى هللا عليه وسلم إىل أم أمين وبعده انطلق إليها أبو بكر رضي هللا عنه وكان سفيان‬
‫يدخل على رابعة ‪.‬ا هـ ‪.‬وهذا ال دليل فيه إذ ال يلزم من ذلك النظر ‪.‬‬
‫‪ .10‬إسعاد الرفيق الجزء الثاني صحـ ‪136‬‬
‫ومنها (خروج املرأة) من بيتها (متعطرة أومتزينة ولو) كانت (مستورة) كان خروجها (إبذن زوجها إذا‬
‫كانت متر) يف طريقها (على رجال أجانب) عنها لقوله عليه الصالة والسالم "أميا امرأة استعطرت‬
‫فمرت على قوم اليجد وأرحيها فهو زانية وكل عني زانية" –إىل ان قال‪ -‬قال يف الزواجر وهو من‬
‫الكبائر لصريح هذه األحاديث وينبغي محله ليوافق قواعدان على ما إذا حتققت الفتنة أما جمرد خشيتها‬
‫فإمنا هو مكروه ومع ظنها حرام غري كبرية كما هو ظاهر وعد من الكبائر أيضا خروجها بغري إذن‬
‫‪42‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫زوجها ورضاه لغري ضرورة شرعية كاستفتاء مل يكفها إايه أو خشية حنو فاجرة أو اهتدم املنزل خلرب "إن‬
‫املرأة إذا خرجت من بيتها وزوجها كارهة لعنها كل ملك يف السماء وكل شيئ مرت عليه غري اجلن‬
‫واإلنس حىت ترجع‬
‫‪ .11‬الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء االول ص ‪)203‬‬
‫منها أن خروجها متربجة أي مظهرة لزينتها منهي عنه ابلنص قال تعاىل وال تربجن تربج اجلاهلية األوىل‬
‫وروى ابن حبان واحلاكم أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال يكون يف أميت رجال يركبون على‬
‫سرج كأشباه الرجال ينزلون على أبواب املساجد نساؤهم كاسيات عارايت على رءوسهن كأسنمة‬
‫البخت العجاف العنوهن فإهنن ملعوانت ويف حديث آخر مائالت مميالت وفيه فإهنن ال يدخلن اجلنة‬
‫وال جيدن رحيها وإن رحيها ليوجد من مسرية كذا وال خيفى أن جمموع هذه الصفات ال حتصل للمرأة‬
‫وهي يف بيتها بل يكون ذلك يف خروجها من بيتها عند حصول هذه اهليئة فيها وخوف االفتتان هبا‬
‫‪ .12‬فتح العالم الجزء الثاني صحـ ‪191‬‬
‫الصورة الرابعة النظر للتعليم فيجوز بالشهوة والخوف فتنة نظر وجه املرأة عند تعليمها ما جيب تعلمه‬
‫كالفاحتة وأقل التشهد وما يتعني فيه ذلك من الصنائع احملتاج اليها ويشرتط جلواز ذلك كما نقل عن‬
‫التحفة والنهاية فقد جنس وحمرم صاحل وتعذره من وراء حجاب ووجود مانع خلوة واملعتمد عند‬
‫الرملي واخلطيب أنه جيوز النظر عند تعليم ما يسن ايضا كالسورة –اىل أن قال‪ -‬وعبارة الباجوري‬
‫وحص السبكي جواز النظر ابلواجب تعلمه اوتعليمه كالفاحتة وما يتعني تعلمه من الصنائع احملتاج‬
‫اليها بشرط التعذر من وراء حجاب ومحل مسألة الصداق على املندوب كسورة من القرأن‬

‫‪3. NASI BUNGKUS VS SNACK‬‬


‫‪Kerangka analisis masalah‬‬
‫‪Kehidupan di pedesaan masih sangat lekat dengan asas gotong royong. Hal ini‬‬
‫‪akan terlihat ketika mereka menyelenggarakan acara hajatan bersama seperti‬‬
‫‪pengajian, PHBI dan lain-lain, semua warga turut berpartisipadsi untuk‬‬
‫‪menyukseskan acara tersebut dengan menyumbangkan nasi bungkus atau Snack‬‬
‫‪sebagai konsumsi. Namun, karena tidak segera dibagikan makanan tersebut basi‬‬
‫‪dan berakhir di tong sampah.‬‬
‫‪Pertanyaan:‬‬
‫‪a. Dengan kondisi nasi bungkus yang tersia-sia apakah orang yang‬‬
‫?‪bershodaqoh masih bisa mendapatkan pahala‬‬
‫?‪b. Siapakah yang bertanggung jawab atas kerusakan nasi bungkus tersebut‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪43‬‬
‫‪Timur‬‬
‫‪a. Masih mendapatkan pahala bershodaqoh.‬‬

‫‪R E F E R E N S I‬‬
‫‪1. Al-Mausuah vol XXXIII hal 98‬‬

‫‪ .1‬الموسوعة الفقهية الجزء الثالث والثالثون صحـ ‪98‬‬


‫أثر القصد يف الثواب على القربة ‪ - 8 :‬قسم العز بن عبد السالم ما يثاب عليه اإلنسان إىل ثالثة‬
‫أقس ام أحدها ما متيز هلل بصورته فهذا يثاب عليه مهما قصد إليه وإن مل ينو به القربة كاملعرفة واإلميان‬
‫واألذان والتسبيح والتقديس القسم الثاين ما مل يتميز من الطاعات هلل بصورته فهذا ال يثاب عليه إال‬
‫بني تني إحدامها نية إجياد الفعل والثانية نية التقرب به إىل هللا عز جل فإن جترد عن نية التقرب أثيب‬
‫على أجزائه اليت ال تقف على نية القربة كالتسبيحات والتكبريات والتهليالت الواقعة يف الصلوات‬
‫الفاسدة والقسم الثالث ما شرع للمصاحل الدنيوية وال تتعلق به املصاحل األخروية إال تبعا كإقباض‬
‫احلقوق الواجبة وفروض الكفاايت اليت تتعلق هبا املصاحل الدنيوية كالصنائع اليت يتوقف عليها بقاء‬
‫العامل فهذا ال يؤجر عليه إذا قصد إليه إال أن ينوي به القربة إىل هللا عز جل وقد يقوم اإلنسان بعمل‬
‫ويستويف شروطه وأركانه ولكنه ال يستحق عليه ثوااب ملا يقرتن به من املقاصد والنوااي ولذلك يقول‬
‫النيب صلى هللا عليه وسلم { إمنا األعمال ابلنية وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إىل هللا‬
‫ورسوله فهجرته إىل هللا ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إىل ما هاجر‬
‫إليه } كما قد يتبع اإلنسان العمل الصحيح مبا يضيع ثوابه ومن ذلك املن واألذى يبطل ثواب‬
‫الصدقة لقوله تعاىل { اي أيها الذين آمنوا ال تبطلوا صدقاتكم ابملن واألذى } وقد يعمل اإلنسان‬
‫العمل فيثاب عليه ولو مل يقع املوقع الصحيح فقد ورد حديثان يؤيدان هذا املعىن أحدمها حديث‬
‫املتصدق الذي وقعت صدقته يف يد سارق وزانية وغين ويف هناية احلديث { أن الرجل أيت فقيل له‬
‫أما صدقتك على سارق فلعله أن يستعف عن سرقته وأما الزانية فلعلها أن تستعف عن زانها وأما‬
‫الغين فلعله أن يعترب فينفق مما أعطاه هللا } واحلديث الثاين حديث معن بن يزيد الذي أخذ صدقة‬
‫أبيه من الرجل الذي وضعت عنده وقال له النيب صلى هللا عليه وسلم { لك ما نويت اي يزيد ولك‬
‫ما أخذت اي معن } قال ابن حجر وهذا يدل على أن نية املتصدق إذا كانت صاحلة قبلت صدقته‬
‫وإن مل تقع املوقع ‪.‬‬

‫‪44‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪b. Yang bertanggung jawab atas kerusakan nasi bungkus adalah orang yang dibebani‬‬
‫‪tugas dan teledor dalam menjalankannya‬‬

‫‪R E F E R E N S I‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Syarh Al-Yaqut hal 420‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Al-Majmu‘ vol IV hal 474‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Al-Majmu‘ vol XIV hal 109-110‬‬ ‫‪6.‬‬ ‫‪Nihayah Al-Muhtaj vol VII hal 162‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Al-Mausuah vol II hal 290‬‬ ‫‪7.‬‬ ‫‪Fath Al-Mu’in vol III hal 299‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪I’anah Ath-Thalibin vol I hal 272‬‬ ‫‪8.‬‬ ‫‪Fath Al-Alam vol II hal 191‬‬

‫‪ .1‬شرح الياقوت النفيس صحـ ‪420‬‬


‫شروط الوكيل شروط الوكيل إثنان أن يكون صحيح التصرف فيما وكل فيه فال جيوز توكيل الصيب‬
‫إال يف األمور البسيطة كاإلذن يف دخول الدار وإيصال اهلدية وكذا اجملنون أيضا ال جيوز توكيله‪ .‬الشرط‬
‫الثاين تعيينه فلو قال لشخصني وكلت أحدمها فإنه ال جيوز أما توكل شخصني وأكثر فجائز فيقول‬
‫هلما وكلت فالان وفالان يف كذا وكذا ولكل منهما التصرف عند غيب اآلخر أو قيام عذر به هبذا‬
‫اللفط تعينا وعليه العمل اليوم ولو تصرف كل وحد مبفرده يف البيع إذا وكلهما يف بع شيئ انعقد بيع‬
‫األول فإن مل يتضح أيهما األول انعقد بيع األكثر مثنا ألن من شروط الوكيل أن ال يبيع إال مبا فيه‬
‫مصلحة موكله فإن ابع أبقل من مثن املثل أو بغنب فاحش بطل بيعه وإن تساوت القيمة ومل يتضح‬
‫البائع األول قال يف البغية ملن بيده فإن مل يكن بيد أحد أوقف حىت يصطلحا ونقل يف نظريهتا عن‬
‫التحفة أن املتبادر هو البطالن‪.‬‬
‫‪ .2‬المجموع شرح المهذب الجزء الرابعة عشر صـ ‪110- 109‬‬
‫(فصل) وال ميلك الوكيل من التصرف إال ما يقتضيه اذن املوكل من جهة النطق أو من جهة العرف‬
‫الن تصرفه ابالذن فال ميلك اال ما يقتضيه االذن واالذن يعرف ابلنطق وابلعرف فان تناول االذن‬
‫تصرفني‪ .‬وىف أحدمها اضرار ابملوكل مل جيز ما فيه ضرار لقوله صلى هللا عليه وسلم " ال ضرر وال‬
‫ضرار " فان تناول تصرفني وىف أحدمها نظر للموكل لزمه ما فيه النظر للموكل ملا روى ثوابن موىل‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‪ :‬قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم رأس الدين النصيحة‪ :‬قلنا‬
‫اي رسول هللا ملن قال هلل ولرسوله ولكتابه والئمة املسلمني وللمسلمني عامة وليس من النصح أن‬
‫يرتك ما فيه احلظ والنظر للموكل‪.‬‬
‫‪ .3‬الفوائد الجنية صحـ ‪ 600 – 599‬دار الفكر‬
‫(إذا اجتمع السبب) وهو ما يضاف إليه احلكم املتعلق به (أو الغرور )وهو ابداء ما ظاهره السالمة‬
‫مث ختلف (واملباشرة قدمت املباشرة عليهما) (وحيثما السبب واملباشرة جيتمعا)كأن دفع شخص من‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪45‬‬
‫‪Timur‬‬
‫شاهق فاندفع إىل األرض فقده آخر بسيف مثال نصفني أوغصب طعاما فقدمه لشخص ظيافة ولو‬
‫ملالكه فأكله (فقدمن األخرة) اي املباشرة ألهنا أقوى فال يغرم إال من ابشر نعم لو غرم الغاصب مل‬
‫يرجع على اآلكل على املذهب وال نظري هلذه الصورة أعين االستقرار على اثنني ذكره الزكشي‬
‫(كذلك الغرور معها جعال) كما لو غر ابمرأة معيبة أو رقيقة ووطئ وفسخ نكاحها فإذا غرم املهر مل‬
‫يرجع به على الغار‬

‫‪46‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
Hasil Keputusan
BAHTSUL MASA’IL KE – XII
FMP3 SE – JAWA TIMUR

DI PON-PES PUTRI TAHFIZHIL QUR’AN


LIRBOYO KOTA KEDIRI JAWA TIMUR

Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa 47


Timur
Jalsah Ula

MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR


1. Ustd. Anang Darunnaja 1. Ustd. Adibuddin Ustdh. Trivina vitriana
2. Ustd. A. Fauzi Hamzah 2. Ustd. Sunandi
3. Ustd. Agus M. Ibrohim 3. Ustd. M. Dhuhri
4. Ustd. Yazid
A. Hafidz
4. Ustd. M. Sa’dulloh
5. Ustd. Arif Ridwan NOTULEN
Akbar
6. Ustd. Mudaimulloh 1. Ustdh. Titi Lailatul
Azza (KD) 2. Ustadh. Maghfira
7. Ustd. Fauzi Lukman
8. Ustd. A. Muzajjad
9. Ustd. AR. Kafi

MEMUTUSKAN

1. MUKAFFIRAT DAN KASYFU AL-‘AURAT DALAM DUNIA AKTING


Kerangka Analisis Masalah
Program sinetron di stasiun televisi adalah sebuah upaya memvisualkan beragam cerita,
baik kisah nyata, fiktif maupun kisah-kisah sejarah masa lalu. Skenario dan akting
menjadi komponen penting dalam sinetron. Skenario dengan model apapun menuntut
akting maksimal dari pemeran. Seorang aktris muslimah yang diplot memerankan
pejuang Nasrani dalam sebuah sinetron, semisal, kadang mereka harus melepas jilbab,
bahkan mencaci ‘Nabi Muhammad’, menginjak-injak ‘mushaf’ dan perbuatan biadab
lainnya. Dari sinilah muncul problematika, dan hal ini tidak lepas dari adanya
persimpangan penilaian dunia intertainment dan agama, masing-masing memiliki ‘urf’
berbeda.
Pertanyaan
a. Apakah dihukumi murtad, aktris muslimah memerankan lakon yang menuntut dia
melakukan hal-hal seperti di atas?
Jawaban
Tafshil:
 Apabila akting yang diperankan merupakan ucapan atau perbuatan yang masih
ihtimal antara mukaffir dan tidak, maka dihukumi murtad jika ada qashdu (motif) atau
qarinah istihza’ (indikasi pelecehan). Dan tidak murtad jika tidak ada qashdu atau

48 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
‫‪qarinah istihza’, namun tetap berdosa apabila masih memungkinkan menggunakan‬‬
‫‪cara-cara yang tidak ihtimal.‬‬
‫‪ Apabila berupa perbuatan yang jelas-jelas mukaffir, maka dihukumi murtad.‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Tuhfah Al-Muhtâj vol. IX hal. 106-107‬‬ ‫‪5. Kamus Ash Shihhah Vol. II Hal. 1687‬‬
‫‪2. Hasyiyyataa Qalyubi Wa Umairah vol. IV‬‬ ‫‪6. Hasyiyyah Al Jamal Vol. V Hal. 122‬‬
‫‪hal. 175-177‬‬ ‫‪7. At Takfir Hukmuhu Wa Dlawabithuhu Wal‬‬
‫‪3. Fathul Allam vol. IV hal. 538‬‬ ‫‪Ghuluwwu Fihi Vol. I Hal. 40‬‬
‫‪4. Asy Syarqawi Ala at Tahrir vol. II hal. 387-‬‬ ‫‪8. Hasyiyyah I’anatut Thalibin Vol. IV Hal. 152‬‬
‫‪388‬‬ ‫‪9. Is’ad ar-Rafîq vol. I hal. 61‬‬

‫‪ .1‬تحفة المحتاج في شرح المنهاج ‪ -‬الجزء التاسع صـ ‪107-106‬‬


‫(والفعل املكفر ما تعمده استهزاء صرحيا ابلدين) أو عنادا له (أو جحودا له كإلقاء املصحف) أو‬
‫حنوه مما فيه شيء من القرآن بل أو اسم معظم أو من احلديث قال الروايين أو من العلم الشرعي‬
‫(بقاذورة) أو قذر طاهر كمخاط وبصاق ومين ألن فيه استخفافا ابلدين وقضية قوله كإلقاء أن اإللقاء‬
‫ليس بشرط وأن مماسة شيء من ذلك بقذر كف ر أيضا ويف إطالقه نظر ولو قيل ال بد من قرينة تدل‬
‫على االستهزاء مل يبعد‪.‬‬
‫قوله‪( :‬ال بد من قرينة تدل إخل) وعليه فما جرت العادة به من البصاق على اللوح الزالة ما فيه ليس‬
‫بكفر وينبغي عدم حرمته أيضا ومثله ما جرت العادة به أيضا من مضغ ما عليه قرآن أو حنوه للتربك‬
‫ب ه أو لصيانته عن النجاسة وبقي ما وقع السؤال عنه وهو أن الفقيه مثال يضرب االوالد الذين‬
‫يتعلمون منه أبلواحهم هل ذلك كفر أم ال وإن رماهم اباللواح من بعد؟ فيه نظر واجلواب عنه أن‬
‫الظاهر الثاين ألن الظاهر من حاله أنه ال يريد االستخفاف ابلقرآن نعم ينبغي حرمته إلشعاره بعدم‬
‫التعظيم كما قالوه فيما لو روح ابلكراسة على وجهه اهـ ع ش‬
‫‪ .2‬حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الرابع صـ ‪175‬‬
‫قوله (هي قطع اإلسالم) أي بعد وجوده حقيقة فخرج املنتقل ألنه يبلغ املأمن والزنديق واملنافق لعدم‬
‫سبق اإلسالم هلما وولد املرتد كذلك ولكن هلم حكم املرتد فيما سيأيت ويعترب يف القطع املذكور كونه‬
‫عمدا بال عذر كما أييت فيخرج من سبق لسانه إليه أو وقع منه عن اجتهاد أو ذكره حاكيا له وإن‬
‫حرمت حكايته عنه غري القاضي ولغري حنو تعليم‪.‬‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪49‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪ .3‬حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الرابع صـ ‪177‬‬
‫قوله (والفعل املكفر ما تعمده استهزاء صرحيا) خرج ابلعمد والسهو والغفلة وحنو النوم وابالستهزاء‬
‫حنو إكراه أو خوف كسجود أسري لصنم حبضرة كافر وإلقاء حنو مصحف بقاذورة خوفا من وقوعه يف‬
‫يد كافر قاله شيخنا الرملي وفيه نظر إذا مل يظن إهانته له وابلصريح ما كان معه قرينة تصرفه عنه‬
‫كالبصاق على الل وح ألجل مسح ما فيه من القرآن‪ .‬قوله (كإلقاء مصحف بقاذورة) ابلفعل أو ابلعزم‬
‫والرتدد فيه ومسه هبا كإلقائه فيها وأحلق بعضهم به وضع رجله عليه ونوزع فيه واملراد ابملصحف ما‬
‫فيه قرآن ومثله احلديث وكل علم شرعي أو ما عليه اسم معظم قال شيخنا الرملي وال بد يف غري‬
‫القرآن من قرينة تدل على اإلهانة وإال فال ومشلت القاذورة الطاهرة كبصاق وخماط ومين ‪.‬‬
‫‪ .4‬فتح العالم الجزء الرابع صـ ‪538‬‬
‫وحاصل تلك العبارة اىل أن كل عقيدة أو فعل أو قول يدل على استهانة أو استخفاف هبا مع القصد‬
‫فهو ردة واال فال فليحذر‪.‬‬
‫‪ .5‬الشرقاوي على التحرير الجزء الثاني صـ ‪388-387‬‬
‫وهي قطع من يصح طالقه االسالم بكفر نية او قوال او فعال استهزاء كان كل من ذلك او عنادا‬
‫او اعتقادا (قوله اعتقادا) قال ىف شرح املنهج بعد ذكره الثالثة خبالف ما لو اقرتن به ما خيرجه عن‬
‫الردة كاجتهاد ىف جتسيم او جهة او سبق لسان او حكاية او خوف وكذا قول الواىل حال غيبته اان‬
‫هللا –اىل ان قال‪ -‬وكذا ان دلت قرينة على عدم داللة الفعل على اإلستخفاف كسجود اسري ىف‬
‫دار احلرب حبضر ة كافر خشية منه فال كفر ‪.‬‬
‫‪ .6‬قاموس الصحاح الجزء الثاني صـ‪1687‬‬
‫حكى ‪ :‬حكيت عنه الكالم حكاية وحكوت لغة حكاها ابو عبيدة‪ ,‬وحكيت فعله وحاكيته اذا فعلت‬
‫مثل فعله وهيئته ‪.‬‬
‫‪ .7‬حاشية الجمل الجزء الخامس صـ ‪122‬‬
‫( تنبيه) وقع يف منت املواقف وتبعه السيد يف شرحه ما حاصله أن حنو السجود لنحو الشمس من‬
‫مصدق مبا جاء به النيب صلى هللا عليه وسلم كفر إمجاعا مث وجه كونه كفرا أبنه يدل على عدم‬
‫التصديق ظاهرا وحنن حن كم ابلظاهر فلذلك حكمنا بعدم إميانه ال ألن عدم السجود لغري هللا داخل‬
‫يف حقيقة اإلميان حىت لو علم أنه مل يسجد هلا على سبيل التعظيم واعتقاد األلوهية بل سجد هلا وقلبه‬
‫مطمئن ابإلميان مل حيكم ابلكفر فيما بينه وبني هللا وإن أجرى عليه حكم الكفار يف الظاهر مث قاال ما‬
‫حاصله أيضا ال يلزم على تفسري الكفر أبنه عدم تصديق الرسول يف بعض ما جاء به ضرورة تكفري‬

‫‪50‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫من لبس الغيار خمتارا ألنه مل يصدق يف الكل وذلك ألان جعلنا اللبس الصادر منه ابختياره عالمة‬
‫الكفر أي بناء على أن ذلك اللبس ردة فحكمنا عليه أبنه كافر غري مصدق حىت لو علم أنه ال‬
‫العتقاد حقيقة الكفر مل حيكم بكفره فيما بينه وبني هللا كما مر يف سجود الشمس ا هـ وهو مبين على‬
‫ما اعتمده أوال أن اإلميان التصديق فقط مث حكيا عن طائفة أنه التصديق مع الكلمتني فعلى األول‬
‫اتضح ما ذكراه أنه ال كفر بنحو السجود للشمس ملا مر عن الشارح أن حنو عدم السجود لغري هللا‬
‫ليس داخال يف حقيقة اإلميان واحلاصل أن اإلميان على هذه الطريقة اليت هي طريق املتكلمني له‬
‫حيثيتان النجاة يف اآلخرة وشرطها التصديق فقط وإجراء أحكام الدنيا ومناطها النطق ابلشهادتني مع‬
‫عدم السجود لغري هللا ورمي املصحف بقاذورة وغري ذلك من الصور اليت حكم الفقهاء أبهنا كفر‬
‫فالنطق غري داخل يف حقيقة اإلميان وإمنا هو شرط إلجراء األحكام الدنيوية ومن جعله شطرا مل يرد‬
‫أنه ركن حقيقي وإال مل يسقط عند العجز واإلكراه بل إنه دال على احلقيقة اليت هي التصديق إذ ال‬
‫ميكن االطالع عليها ا هـ حج ‪.‬‬
‫‪ .8‬إعانة الطالبين الجزء الرابع صـ ‪152‬‬
‫(قوله‪ :‬وسجود ملخلوق) معطوف على نفي صانع‪ :‬أي وكسجود ملخلوق سواء كان صنما أو مشسا‬
‫أو خملوقا غريمها فيكفر به النه أثبت هلل شريكا‪ .‬قال يف االعالم‪ .‬سواء كان السجود يف دار احلرب‬
‫أم يف دار االسالم بشرط أن ال تقوم قرينة على عدم استهزائه أو عذره وما يف احللية عن القاضي عن‬
‫النص أن املسلم لو سجد للصنم يف دار احلرب مل حيكم بردته ضعيف وواضح أن الكالم يف املختار‪.‬‬
‫اه‪( .‬قوله‪ :‬اختيارا) خرج املكره كأن كان يف دار احلرب وأكرهوه على السجود لنحو صنم‪ .‬وقوله من‬
‫غري خوف‪ :‬ال حاجة إليه النه يغين عنه ما قبله (قوله‪ :‬ولو نبيا) أي ولو كان املخلوق نبيا فإنه يكفر‬
‫ابلسجود له (قوله‪ :‬وإن أنكر االستحقاق) أي يكفر ابلسجود للمخلوق وإن أنكر استحقاقه له‬
‫واعتقد أنه مستحق هلل تعاىل خاصة (وقوله‪ :‬أو مل يطابق اخل) عطفه على ما قبله من عطف العام على‬
‫اخلاص‪ .‬قال يف االعالم‪ :‬ويف املواقف وشرحها من صدق مبا جاء به النيب (ص) ومع ذلك سجد‬
‫للشمس كان غري مؤمن ابالمجاع الن سجوده هلا يدل بظاهره على أنه ليس مبصدق وحنن حنكم‬
‫ابلظاهر‪ ،‬فلذلك حكمنا بعدم إميانه الن عدم السجود لغري هللا داخل يف حقيقة االميان حىت لو علم‬
‫أنه مل يسجد هلا على سبيل التعظيم واعتقاد االهلية‪ ،‬بل سجد هلا وقلبه مطمئن ابلتصديق مل حيكم‬
‫بكفره فيما بينه وبني هللا وإن أجرى عليه حكم الكافر يف الظاهر‪ .‬اهـ‪.‬‬
‫‪ .9‬التكفير حكمه وضوابطه والغلو فيه الجزء االول صـ ‪ 40‬دكتور فهد عبد هللا‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪51‬‬


‫‪Timur‬‬
‫ومما له عالقة هبذا املوضوع مسألة حكاية الكفر وهو ان حيكي او ينقل مسلم قوال كفراي عن غريه‬
‫مع عدم اميانه هبذا القول الكفري او تصديقه له وامنا كانت هذه احلكاية او النقل لغرض ما كأن يريد‬
‫بيان حال القائل او غريه من املقصود اليت ختتلف وتتنوع ابختالف وتنويع املكان والزمان واالحوال‬
‫فمن كان هذا حاله هل يكفر هبذا احلكاية او ال ؟ لقد انقش فقهاء االسالم هذه املسألة وبينوا أال‬
‫تكفري ىف حكاية الكفر‪ ,‬فمن حكى قوال كفراي ال يكفر به قال النووي ىف اجملموع " ال يصري املسلم‬
‫كافرا حبكايته الكفر " وقال ابن املفلح ىف الفروع " وال يكفر من حكى كفرا مسعه وال يعتقده ولعل‬
‫هذا امجاع " هذا وقد شرط بعضهم كالغزاىل ان ال تقع احلكاية اال ىف جملس احلاكم لكن قال ابن‬
‫حجر اهليتمي"وفيه نظر بل ينبغي انه حيث كان ىف حكايته مصلحة جازت" وهلذا حيكي العلماء‬
‫احلكاايت الكفرية ىف كتاب الردة من الفقه وىف الكتاب العقدية وهم على هذا احلال منذ القدم دون‬
‫نكري ولو كانت احل كاية كفرا ملا فعله العلماء وهذا يعين االمجاع على جواز ذلك وعد الكفر به لكن‬
‫ينبغي ان نفرق هنا بني مقامني ‪ :‬االول حكاية الكفر قوال وهذا ما سبق احلديث عنه والثاين حكايته‬
‫فعال كأن يشهد شاهد على آخر أبنه أخذ املصحف وداس عليه او رآه يسجد لصنم وحنو هذا ففى‬
‫هذه ا حلالة ال جتوز احلكاية أبن يقوم الشاهد وحياكي تلك االفعال الن الغرض معرفة الفعل وقد‬
‫حصلت ابلقول كما ان فيه تكريرا للمنكر بغري داع‪.‬‬
‫‪ .10‬إسعاد الرفيق الجزء األول صـ‪61 :‬‬
‫(وحاصل أكثر تلك العبارة) اليت ذكرها ذانك اإلمامان (يرجع إىل أن كل عقد) بفتح أوله وسكون‬
‫اثنيه أي اعتقاد (أو فعل أو قول) موصوف كل واحد منها بكونه (يدل على استهانة) ممن صدر منه‬
‫(أو استخفاف ابهلل) سبحانه وتعاىل (أو) بشيء من (كتبه) املائة واألربعة املارة (أو) أبحد من (أنبيائه)‬
‫ويف نسخة خبط املؤلف أو رسله واألوىل أعم (أو مالئكته) اجملمع عليهم كما مر (أو) بشيء من‬
‫(شعائره) مجع شعرية وهي العالمة أي عالمات دينه كالكعبة واملساجد فقوله رمحه هللا تعاىل (أو معامل‬
‫دينه) مبعىن الشعائر كما قاله السيوطي (أو) بشيء من (أحكامه) تعاىل أي أحكام دينه كالصالة‬
‫والصوم واحلج والزكاة (أو) بشيء من (وعده) ابلثواب للمطيع (أو) من (وعيده) ابلعقاب ملن كفر‬
‫به وعصاه (كفر) خرب أن أى إن قصد قائل ذلك االستخفاف أو االستهزاء بذلك أو معصية حمرمة‬
‫شديدة التحرمي إن مل يقصد ذلك‪.‬‬

‫‪b. Bagaimana hukum menampakkan aurat bagi seorang aktris karena tuntutan‬‬
‫?‪skenario‬‬

‫‪52‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪b. Haram‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Is’ad ar-Rafîq vol. II hal. 66‬‬ ‫‪3. Mughnil Mughtaj vol. IV hal. 217‬‬
‫‪2. al Fiqhu ala Madzahibil Arba’ah vol.4‬‬
‫‪hal. 192‬‬

‫‪ .1‬اسعاد الرفيق الجزء الثاني صـ ‪66‬‬


‫(تنبيه) ما حيرم نظره من الرجل او املرأة متصال حيرم نظره منفصال كقالمة يد اورجل قتجب مواراهتا‬
‫وكذا الدم قال ىف التحفة ‪-‬اىل ان قال‪ -‬واذا تقرر ذلك فحينئذ حيرم عليها أي املراة كشف شيء‬
‫من مجيع بدهنا حبضرة من حيرم نظره اليها من الرجال االجانب وكذا حيرم عليه الرجل وعليها اي املرأة‬
‫كشف شيء مما بني السرة والركبة له او هلا وكذا كشفهما منه او منها حبضرة شخص مطلع على‬
‫العورات حيرم عليه نظر ذلك ولو كان ذلك الكشف واقعا مع حضور ذي جنس للمكشوف كأن‬
‫صدر من رجل حبضرة رجل او من امرأة حبضرة امرأة ولو كان ايضا مع حضور ذي حمرمية كأن صدر‬
‫من امرأة حبضرة ابيها او امها او اخيها او من رجل كذلك‪.‬‬
‫‪ .2‬الفقه على المذاهب األربعة الجزء االول ص ‪192‬‬
‫جيب على املكلف سرت عورته خارج الصالة عن نفسه وعن غريه ممن ال حيل النظر اىل عورته اال‬
‫لضرورة كالتداوي فانه جيوز له كشفها بقدر الضرورة كما جيوز له كشف العورة لالستنجاء واالغتسال‬
‫وقضاء احلاجة وحنو ذلك اذا كان ىف خلوة حبيث ال يراه غريه وحد العورة من املرأة احلرة خارج الصالة‬
‫هو ما بني السرة والركبة اذا كانت ىف خلوة او ىف حضرة حمارمها او ىف حضرة النساء مسلمات فيحل‬
‫هلا كشف ما عدا ذالك من بدهنا حبضرة هؤالء او ىف اخللوة اما اذا كانت حبضرة رجل اجنيب او امرأة‬
‫غري مسلمة فعورهتا مجيع بدهنا ما عدا الوجه والكفني فاهنل ليسا بعورة فيحل النظر هلما عند امن‬
‫الفتنة‪.‬‬
‫‪ .3‬مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج الجزء الرابع صـ ‪217‬‬
‫وال يكشف إال قدر احلاجة كما قاله القفال يف فتاويه ويف معىن الفصد واحلجامة نظر اخلاتن إىل فرج‬
‫من خيتنه ونظر القابلة إىل فرج اليت تولدها ويعترب يف النظر إىل الوجه والكفني مطلق احلاجة ويف غريمها‬
‫ما عدا السوأتني أتكدها أبن يكون مما يبيح التيمم كشدة الضىن كما نقاله عن اإلمام وقضية هذا‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪53‬‬


‫‪Timur‬‬
‫كما قال الزركشي أنه لو خاف شيئا فاحشا يف عضو ابطن امتنع النظر وفيه نظر ويف السوأتني مزيد‬
‫أت كدها أبن ال يعد التكشف بسببها هتكا للمروءة كما نقاله عن الغزايل وأقراه‬

Jalsah Tsaniyah

MUSHOHHIH PERUMUS MODERATOR


1. Ustd. Anang Darunnaja 1. Ustd. Sunandi
2. Ustd. A. Fauzi Hamzah 2. Ustd. M. Dhuhri Ustdzh. Siti Aminah
3. Ustd. Agus M. Ibrohim A. 3. Ustd. Yazid
Hafidz 4. Ustd. Arif Ridwan Akbar
4. Ustd. M. Sa’dulloh 5. Ustd. Mudaimullah Azza (KD) NOTULEN
6. Ustd. Fauzi Lukman
7. Ustd. A. Muzajjad Ustdh. Siti Romlah
8. Ustd. M. Shofi AM
9. Ustd. Nurrozi
10. Ustd. AR. Kafi

2. BAHASA THALAQ "WONG NDESO"


Kerangka Analisis Masalah
Ada pasangan suami istri berulang kali adu mulut. Suatu saat, istri
mengatakan “awa'e yen geger terus, opo pegatan wae?" (kita ini kalau terus-terusan
bertengkar, apa cerai saja?). Suami menimpali “layo toh!” (okeh, capa takut!)
Pertanyaan
Apakah dihukumi terthalaq (jatuh thalaq) ucapan seperti dalam deskripsi?
Jawaban
Khilaf:
 Menurut qaul ashah, jatuh talak karena termasuk shighat sharih.
 Menurut qaul kedua, bisa jatuh talak jika ada niat talak dari pihak suami
karena termasuk shighat kinayah.
Catatan:

54 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
‫‪Apabila kata-kata tersebut diucapkan dalam kondisi marah, maka bisa jatuh‬‬
‫‪talak karena kemarahan merupakan qarinah yang menegaskan seseorang‬‬
‫‪menghendaki talak.‬‬
‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Majmu’ vol. XVII hal. 96‬‬ ‫‪3. Ahkamul Usrah Fil Islam hal. 480‬‬
‫‪2. Fathul Mu’in vol. IV hal. 9‬‬ ‫‪4. Madzahibil Arba’ah vol. IV hal. 142‬‬

‫‪ .1‬المجموع شرح المهذب ج ‪ 17‬ص ‪96‬‬


‫(فصل) والصريح ثالثة ألفاظ الطالق والفراق والسراح‪ ،‬ألن الطالق ثبت له عرف الشرع واللغة‪،‬‬
‫والسراح والفراق ثبت هلما عرف الشرع‪ ،‬فإنه ورد هبما القرآن‪ ،‬فإذا قال المرأته‪ :‬أنت طالق‪ ،‬أو‬
‫طلقتك‪ ،‬أو أنت مطلقه أو سرحتك‪ ،‬أو أنت مسرحه‪ ،‬أو فارقتك‪ ،‬أو أنت مفارقه‪ ،‬وقع الطالق من‬
‫غري نيه‪ ،‬فان خاطبها أبحد هذه االلفاظ‪ ،‬مث قال‪ :‬أردت غريها فسبق لساين إليها مل يقبل‪ ،‬ألنه يدعى‬
‫خالف الظاهر‪ ،‬ويدين فيما بينه وبني هللا تعاىل‪ ،‬ألنه حيتمل ما يدعيه‪ ،‬وإن قال‪ :‬أنت طالق وقال‬
‫أردت طالقا من واثق‪ ،‬أو قال سرحتك وقال أردت تسرحيا من اليد‪ ،‬أو قال فارقتك‪ ،‬وقال أردت‬
‫فراقا ابجلسم‪ ،‬مل يقبل يف احلكم‪ ،‬ألنه يدعى خالف ما يقتضيه اللفظ يف العرف‪ ،‬ويدين فيما بينه وبني‬
‫هللا تعاىل‪ ،‬ألنه حيتمل ما يدعيه‪ ،‬فإ ن علمت املرأة صدقه فيما دين فيه الزوج جاز هلا أن تقيم معه‪،‬‬
‫وإن رآمها احلاكم على االجتماع ففيه وجهان‪.‬‬
‫‪ .2‬فتح المعين بهامش إعانة الطالبين ج ‪ 4‬ص ‪9‬‬
‫واتفقوا على وقوع طالق الغضبان‪ ،‬وإن ادعى زوال شعوره ابلغضب‪( ،‬ال) طالق (مكره) بغري حق‬
‫(مبحذور) مناسب كحبس طويل ‪ ،‬وكذا قليل لذي مروءه وصفعة له يف املال وكإتالف مال يضيق عليه‪.‬‬
‫‪ .3‬أحكام األسرة في اإلسالم صـ ‪480‬‬
‫والكناية هي كل لفظ أن الطالق ال يقع هبا إال ابلنية أو داللة احلال على أنه أراد هبا الطالق فإن دل‬
‫احلال على إرادة الطالق كما إذا قال ذلك حالة الغضاب أو بعد سؤال زوجته الطالق وقع وإن مل‬
‫يدل احلال رجع إىل نية الزوج فإن نوى هبا الطالق وقع وإن مل ينو ال يقع هبا شيء‪.‬‬
‫‪ .4‬الفقه على المذاهب األربعة الجزء االول ص ‪142‬‬
‫أما الطالق الغضبان فاعلم أن بعض العلماء قد قسم الغضب اىل ثالثة اقسام‪ :‬األول‪ :‬ان يكون‬
‫الغضب ىف اول امره ف ال يغري عقل الغضبان حبيث يقصد ما يقوله ويعلمه وال ريب ىف ان الغضبان‬
‫هبذا املعىن يقع طالقه وتنفذ عباراته ابتفاق‪ .‬الثاين‪ :‬أن يكون الغضب ىف هنايته حبيث يغري عقل صاحبه‬
‫وجيعله كاجملنون الذي ال يقصد ما يقول وال يعلمه وال ريب ىف ان الغضبان هبذا املعىن ال يقع طالقه‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪55‬‬
‫‪Timur‬‬
‫ ان يكون الغضب وسطا بني احلالتني أبن يشتد وخيرج عن عادته‬: ‫ الثالث‬.‫ألنه هو واجملنون سواء‬
‫ولكنه ال يكون كاجملنون الذي ال يقصد ما يقول وال يعلمه واجلمهور على ان القسم الثالث يقع به‬
‫ وقد اختار ان الطالق الغضبان‬.‫ الذي قسم هذا التقسيم هو ابن القيم احلنبلي‬:‫ احلنفية قالوا‬.‫الطالق‬
‫ والتحقيق عند احلنفية أن الغضبان الذي خيرجه غضبه عن طبيعته وعادته حبيث‬,‫ابملعىن الثالث ال يقع‬
‫يغلب اهلذاين على اقواله وافعاله فان طالقه ال يقع وان كان يعلم ما يقول ويقصد النه يكون ىف حالة‬
‫يتغري فيها ادراكه فال يكون قصده مبنيا على ادراك صحيح فيكون كاجملنون الن اجملنون ال يلزم ان‬
‫ فقد يتكلم ىف كثري من االحيان بكالم معقول مث مل يلبث‬: ‫يكون دائما ىف حالة ال يعلم معها ما يقول‬
. ‫ان يهذي‬
‫وال خيفى ان هذا التأييد لقول ابن القيم غاية ما هناك ان ابن القيم صرح ابنه ال يكون كاجملنون وهذا‬
.‫ انه كاجملنون وابلرغم من كون ابن القيم حنبلي املذهب فان احلنابلة مل يقروه على هذا الرأي‬: ‫يقول‬

3. FOTO PRE WEDDING


Kerangka Analisis Masalah
Pembuatan foto pre-wedding seakan-akan menjadi keharusan bagi calon
mempelai, keunikan dan keindahan foto pre-wedding akan menghiasi kartu
undangan atau souvenir pernikahan, terlebih foto itu dibuat dengan konsep
yang unik dan dengan background yang menarik, ini akan menjadi suatu sensasi
tersendiri.
Pertanyaan :
Bagaimana hukum membuat foto pre wedding?
Jawaban
Karena proses pembuatan foto melibatkan kedua calon mempelai dan
fotografer, maka ditafshil;
 Bagi calon mempelai, hukumnya haram jika terdapat; ikhtilat (percampuran
laki-laki dan perempuan), kholwat (berduaan) dan kasyful aurat (membuka
aurat).
 Bagi fotografer, hukumnya tidak boleh karena hal itu menunjukkan sikap
rela dengan kemaksiatan.
Catatan;
Jawaban di atas hanya berlaku bila pembuatan foto tersebut dilakukan pra-akad,
tidak ada rekayasa sama sekali dan tidak ada dhon (asumsi) atau keyakinan
munculnya penilaian negatif masyarakat.

56 Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa


Timur
‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Hasyiyyah Al-Jamal vol. IV hal. 125 5. Bughyah Al-Mustarsyidin hlm. 199-200‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Is’adurrafiq vol. II hal. 67‬‬ ‫‪6. Is’ad Al-Rofiq vol. II hlm. 50‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪I’anah Al-Tholibin vol. I hlm. 272‬‬ ‫‪7. Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim hlm. 59-60‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab 8. Bughyah Al-Mustarsyidin hlm. 126‬‬
‫‪vol. IV hlm.484‬‬

‫‪ .1‬حاشية الجمل ج ‪ 4‬ص ‪125‬‬


‫وضابط اخللوة اجتماع ال تؤمن معه الريبة عادة خبالف ما لو قطع ابنتفائها عادة فال يعد خلوة ا هـ‬
‫‪ .‬ع ش على م ر من كتاب العدد‬
‫‪ .2‬اسعاد الرفيق ج ‪ 2‬ص ‪67‬‬
‫من أقبح احملرمات واشد احملظورات اختالط الرجال ابلنساء ىف اجلموعات ملا يرتتب على ذلك من‬
‫املفاسد والفنت القبيحة ‪ .‬قال سيدان احلداد ىف بعض مكاتبته لبعض األمراء وما ذكرمت من اجتماع‬
‫النساء متزينات مبحل قريب من حمل رجال جيتمعون فيه ‪.‬‬
‫‪ .3‬إعانة الطالبين ج‪ 1 :‬ص‪272 :‬‬
‫ومنه الصالة ليلة الرغائب أول مجعة من رجب‪ ،‬وليلة النصف من شعبان‪ .‬ومنه الوقوف ليلة عرفة أو‬
‫املشعر احلرام‪ ،‬واالجتماع ليايل اخلتوم آخر رمضان‪ ،‬ونصب املنابر واخلطب عليها‪ ،‬فيكره ما مل يكن‬
‫فيه اختالط الرجال ابلنساء أبن تتضام أجسامهم‪ .‬فإنه حرام وفسق‪.‬‬
‫‪ .4‬المجموع شرح المهذب ج ‪ 4‬ص ‪484‬‬
‫(الشرح) حديث جابر رواه أبو داود والبيهقي وىف إسناده ضعف ولكن له شواهد ذكرها البيهقى‬
‫وغريه ويغىن عنه حديث طارق بن شهاب السابق واالمجاع فقد نقل ابن املنذر وغريه االمجاع أن املرأة‬
‫ال مجعة عليها وقوله والهنا ختتلط ابلرجال وذلك ال جيوز لبس كما قال فاهنا ال يلزم من حضورها‬
‫اجلمعة االختالط بل تكون وراءهم وقد نقل ابن املنذر وغريه االمجاع علي اهنا لو حضرت وصلت‬
‫اجلمعة جاز وقد ثبتت االحاديث الصحيحة املستفيضة أن النساء كن يصلني خلف رسول هللا صلي‬
‫هللا عليه وسلم يف مسجده خلف الرجال والن اختالط النساء ابلرجال إذا مل يكن خلوة ليس حبرام‬
‫‪ .5‬بغية المسترشدين ص ‪( 200 - 199 :‬دار الفكر)‬
‫(مسألة)‪ :‬قال يف التحفة‪ :‬وإمنا حلَّت خلوة رجل ابمرأتني حيتشمهما خبالف عكسه‪ ،‬ألنه يبعد وقوع‬
‫فاحشة ابمرأة متصفة بذلك مع حضور مثلها وال كذلك الرجل‪ ،‬ومنه يؤخذ أنه ال حتل خلوة رجل‬
‫مبرد حيرم نظرهم مطلقاً بل وال أمرد مبثله وهو متجه‪ ،‬وال جتوز خلوة رجل بغري نساء ثقات وإن كثرن‪،‬‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪57‬‬
‫‪Timur‬‬
‫ويف التوسط عن القفال‪ :‬لو دخلت امرأة املسجد على رجل مل تكن خلوة ألنه يدخله كل أحد اهـ‪.‬‬
‫وإمنا يتجه ذلك يف مسجد مطروق ال ينقطع طارقوه عادة‪ ،‬ومثله يف ذلك الطريق أو غريه املطروق‬
‫كذلك‪.‬‬
‫‪ .6‬إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص ‪ 50 :‬دار إحياء الكتب العربية‬
‫(و) م نها (الفرح ابملعصية) والرضا هبا سواء صدرت (منه أو) صدرت (من غريه) من خلق هللا ألن‬
‫الرضا ابملعصية معصية اهـ‬
‫‪ .7‬آداب العالم والمتعلم ص‪60-59 :‬‬
‫والثاين عشر أن جيتنب موضع التهم وإن بعدت فال يفعل شيئا يتضمن نقص مروءة ويستنكر ظاهرا‬
‫وإن كان جائزا ابطنا فإنه يعرض نفسه للتهمة وعرضه للوقيعة ويوقع الناس يف الظنون املكروهة وأتثيم‬
‫الوقيعة فإن اتفق شيء من ذلك حلاجة أو حنوها أخرب من شاهده حبكمه وعذره ومقصوده كيال أيمث‬
‫بسببه أو ينفر عنه فال ينتفع بعلمه وليس يفيد اجلاهل به إهـ‬
‫دار الفكر‬ ‫‪ .8‬بغية المسترشدين ص ‪126 :‬‬
‫(مسألة ى) كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشىء يستعمل ىف مباح وغريه فإن علم أو ظن أن‬
‫آخذه يستعمله ىف مباح كأخذ احلرير ملن حيل له والعنب لألكل والعبد للخدمة والسالح للجهاد‬
‫والذب عن النفس واألفيون واحلشيشة للدواء والرفق حلت هذه املعاملة بال كراهة وإن ظن أنه‬
‫ي ستعمله ىف حرام كاحلرير للبالغ وحنو العنب للسكر والرقيق للفاحشة والسالح لقطع الطريق والظلم‬
‫واألفيون واحلشيشة وجوزة الطيب الستعمال املخدر حرمت هذه املعاملة وإن شك وال قرينة كرهت‬
‫وتصح املعاملة ىف الثالث لكن املأخوذ ىف مسئلة احلرمة شبهته قوية وىف مسئلة الكراهة أخف اهـ‬

‫‪4. HONOR DAN ROYALTI‬‬


‫‪Kerangka Analisis Masalah‬‬
‫‪Sederet nama-nama musisi beken, nyaris tiap hari menghiasi‬‬
‫‪layar kaca. Lewat honor konser dan royalty album yang mereka‬‬
‫‪garap, jutaan bahkan milyaran rupiah bisa mereka kantongi.‬‬

‫‪58‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
Memasukan mereka dijalan elit class, orang-orang dengan profesi
yang menurut masyarakat bergengsi dan menjanjikan .
Pertanyaan:
a. Bagaimana status honor dari acara konser musik yang diterima
artis atau royalti yang mereka dapatkan dari hasil penjualan
album?
b. Menurut fiqih, bagaimana hukum seandainya uang dari hasil
bekerja sebagaimana diatas digunakan untuk bersedekah?
Jawaban
a. Status honor dan royalti tersebut termasuk harta syubhat,
karena di dalamnya bercampur antara yang halal dan haram
yang tidak diketahui kejelasannya. Dalam kasus seperti ini
berlaku khilaf tafriqusshufqoh, di mana menurut qaul al-adzhar
masing-masing (yang halal dan yang haram) diberi ketentuan
hukum sendiri-sendiri, untuk kemudian yang halal berhak
dimiliki dan yang haram harus dikembalikan pada pihak yang
berhak.

REFERENSI
1. Ihya’ Ulumiddin vol. II hal. 5. Kaffu Al-Ri’a’ hal. 281-282
116 6. Bujairimy ala Al-Manhaj vol. IV
2. Mughni Al-Muhtaj vol. III Hlm. 375
hal. 450 7. Al-Mahally vol. III hlm. 233
3. Kifayatul Akhyar vol. I hlm. 8. Nihayah Al-Muhtaj vol. III hlm.
309 480

Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa 59


Timur
‫‪4. Roudloh Al-Tholibin vol. XI‬‬
‫‪hlm. 229‬‬

‫‪ .1‬إحياء علوم الدين ج ‪ 2‬صـ ‪116‬‬

‫املثار الثاين للشبهة شك منشؤه االختالط‪ .‬وذلك أبن خيتلط احلرام ابحلالل ويشتبه األمر‬

‫وال يتميز‪ ،‬واخللط ال خيلو‪ :‬إما أن يقع بعدد ال حيصر من اجلانبني أو من إحدامها‪ ،‬أو‬

‫بعدد حمصور‪ ،‬فإن اختلط مبحصور فال خيلو‪ :‬إما أن يكون اختالط امتزاج حبيث ال يتميز‬

‫ابإلشارة كاختالط املائعات‪ .‬أو يكون اختالط استبهام مع التميز لألعيان كاختالط‬

‫األعبد والدور واألفراس‪ ،‬والذي خيتلط ابالستبهام فال خيلو‪ :‬إما أن يكون مما يقصد عينه‬

‫كالعروض‪ ،‬أو ال يقصد كالنقود‪ ،‬فيخرج من هذا التقسيم ثالثة أقسام‪ :‬القسم األول‪:‬‬

‫أن تستبهم العني بعدد حمصور‪ ،‬كما لو اختلطت امليتة مبذكاة أو بعشر مذكيات‪ ،‬أو‬

‫اختلطت رضيعة بعشر نسوة‪ ،‬أو يتزوج إحدى األختني مث تلتبس‪ ،‬فهذه شبهة جيب‬

‫اجتناهبا ابإلمجاع‪ ،‬ألنه ال جمال لالجتهاد والعالمات يف هذا‪ ،‬وإذا اختلطت بعدد حمصور‬

‫صارت اجلملة كالشيء الواحد‪ ،‬فتقابل فيه يقني التحرمي والتحليل‪ ،‬وال فرق يف هذا بني‬

‫أن يثبت حل فيطرأ اختالط مبحرم‪ ،‬كما لو أوقع الطالق على إحدى زوجتني يف مسألة‬

‫‪60‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫الطائر‪ ،‬أو خيتلط قبل االستحالل كما لو اختلطت رضيعة أبجنبية فأراد استحالل‬

‫واحدة‪ ،‬وهذا قد يشكل يف طراين التحرمي كطالق إحدى الزوجتني ملا سبق من‬

‫االستصحاب‪ .‬وقد نبهنا على وجه اجلواب‪ :‬وهو أن يقني التحرمي قابل يقني احلل فضعف‬

‫االستصحاب وجانب احلظر أغلب يف نظر الشرع‪ ،‬فلذلك يرجح‪ ،‬وهذا إذا اختلط‬

‫حالل حمصور حبرام حمصور‪ .‬فإن اختلط حالل حمصور حبرام غري حمصور‪ ،‬فال خيفى أن‬

‫وجوب االجتناب أوىل‪.‬‬

‫‪ .2‬مغين احملتاج إىل معرفة ألفاظ املنهاج ج ‪ 3‬ص ‪450‬‬

‫وأما إجارة من ذكر يف الذمة فتصح وال استئجار لتعليم التوراة واإلجنيل والسحر والفحش‬

‫والنجوم والرمل وال خلتان الصغري الذي ال حيتمل وال خلتان الكبري يف شدة احلر والربد‬

‫وال لتثقيب األذن ولو ألنثى وال للزمر والنياحة ومحل اخلمر غري احملرتمة ال لإلراقة وال‬

‫لتصوير احليواانت وسائر احملرمات وجعل يف التنبيه من احملرمات الغناء وفيه كالم ذكرته‬

‫يف شرحه وال جيوز أخذ العوض على شيء من ذلك كبيع امليتة ‪.‬‬

‫‪ .3‬كفاية األخيار يف حل غاية اإلختصار ج ‪ 1‬ص ‪309‬‬

‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪61‬‬


‫‪Timur‬‬
‫وحق عقد اإلجارة‪ :‬عقد على منفعة مقصودة معلومة قابلة للبدل واإلابحة بعوض معلوم‪،‬‬

‫وفيه قيود فاحرتزان ابملنفعة عن اإلجارة املعقودة على ما يتضمن إتالف عني‪ ،‬فمن ذلك‬

‫استئجار البستان للثمار‪ ،‬والشاة للبنها وما يف معنامها‪ ،‬وكذا لصوفها ولولدها‪ ،‬فهذه‬

‫االجارة ابطلة‬

‫‪ .4‬روضة الطالبني اجلزء احلادى عشر ص ‪229 :‬‬

‫والرقص ليس حبرام قال احلليمي‪ :‬لكن الرقص الذي فيه تثن وتكسر يشبه أفعال املخنثني‬

‫حرام على الرجال والنساء‬

‫‪ .5‬كف الرعاع ص ‪282 - 281‬‬

‫وىف مساع الغناء املقرتن برقص او حنو دف او مزمار ووتر قد سبق حكم الغناء جملرد‬

‫وسيأتى احكامه وما بعده اذ جترد واملقصود هنا ان الغناء اذا ابيح او كره ان انضم اليه‬

‫حمرم يصري ابنضمام احملرم اليه حمرما واذا حرم يشند امثه ابضمام احملرم اليه وان الرقص‬

‫ان كان فيه تكسر كفعل املخنثى كان حراما وان خال عن ذلك كان مكروها فاذا انضم‬

‫القسم احلرام منه اىل الغناء احملرم ازداد االمث والتحرمي وكذا اذا كان احملرم احدمها الن‬

‫املكروه وان كان ال امث فيه لكنه ابنضمامه اىل حمرم يزداد امثا‬
‫‪62‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬
‫‪Timur‬‬
‫‪ .6‬حاشية البجريمي على املنهج ج ‪ 4‬صـ ‪375‬‬

‫(قوله فمحرمان) وعبارة م ر ومىت اقرتن ابلغناء آلة حمرمة فالقياس كما قال الزركشي‬

‫حترمي اآللة فقط وبقاء الغناء على الكراهة وبه تعلم ما يف كالم الشارح من املساحمة ع‬

‫ش قال الغزايل الغناء إن قصد به ترويح القلب على الطاعة فهو طاعة أو على املعصية‬

‫فهو معصية أو مل يقصد به شيء فهو هلو معفو عنه ‪ .‬ا هـ ‪.‬‬

‫‪ .7‬احمللي ‪ 3‬ص ‪233‬‬

‫فصل‪ :‬ابع يف صفقة واحدة (خال ومخرا أو عبده وحرا أو) عبده (وعبد غريه أو مشرتكا‬

‫بغري إذن اآلخر) أي الشريك (صح) البيع (يف ملكه) من اخلل والعبد وحصته من‬

‫املشرتك وبطل يف غريه (يف األظهر) إعطاء لكل منهما حكمه والثاين يبطل يف اجلميع‬

‫تغليبا للحرام على احلالل ‪ .‬قال الربيع ‪ :‬وإليه رجع الشافعي آخرا والقوالن ابألصالة يف‬

‫بيع عبده وعبد غريه وطردا يف بقية الصور والصحة يف األوىل دوهنا يف الثانية ويف الثانية‬

‫دوهنا يف الثالثة ويف الثالثة دوهنا يف الرابعة ملا سيأيت من التقدير يف األوليني مع فرض تغري‬

‫اخللقة يف األوىل وملا يف الثالثة من اجلهل مبا خيص عبد البائع خبالف ما خيصه من املشرتك‬

‫يف الرابعة ‪ -‬إىل أن قال ‪( . -‬فيتخري املشرتي) بناء على الصحة (إن جهل) كون بعض‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪63‬‬
‫‪Timur‬‬
‫املبيع مخرا أو غريه مما ذكر بني الفسخ واإلجازة لتبعيض الصفقة عليه وخياره على الفور‬

‫كما قاله يف املطلب ‪ .‬فإن علم ذلك فال خيار له كما لو اشرتى معيبا يعلم عيبه وفيما‬

‫يلزمه اخلالف اآليت من احلصة أو مجيع الثمن وقيل يلزمه اجلميع قطعا ألنه التزمه عاملا‬

‫أبن بعض املذكور ال يقبل العقد (فإن أجاز) البيع (فبحصته) أي اململوك له (من املسمى‬

‫ابعتبار قيمتهما) ويقدر اخلمر خال وقيل عصريا واحلر رقيقا فإذا كانت قيمتهما ثالمثائة‬

‫واملسمى مائة ومخسني وقيمة اململوك مائة فحصته من املسمى‬

‫‪ .8‬هناية احملتاج ج ‪ 3‬صـ ‪480‬‬

‫وجيري تفريق الصفقة يف غري البيع كإجارة وحنوها إال فيما إذا كان كل واحد قابال للعقد‬

‫لكن امتنع ألجل اجلمع كنكاح األختني فال جيري فيهما اتفاقا‬
‫‪b. Makruh‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Asna Al-Matholib vol. I hlm. 3. Ihya’ Ulum Al-Din vol. III hal.‬‬
‫‪407‬‬ ‫‪141‬‬
‫‪2. Ihya’ Ulum Al-Din vol. I hal.‬‬
‫‪479‬‬

‫‪64‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
‫‪ .1‬أسىن املطالب ج ‪ 1‬صحـ ‪407‬‬

‫( وتكره الصدقة ابلرديء) لقوله تعاىل { وال تيمموا اخلبيث منه تنفقون } فإن مل جيد‬

‫غريه فال كراهة (والشبهة) أي وما فيه شبهة خلرب مسلم السابق أول الباب ‪.‬‬

‫‪ .2‬إحياء علوم الدين ج ‪ 1‬صـ ‪479‬‬

‫فإن قيل‪ :‬ما دليل جواز التصدق مبا هو حرام؟ وكيف يتصدق مبا ال ميلك؟ وقد ذهب‬

‫مجاعة إىل أن ذلك غري جائز ألنه حرام‪ .‬وحكي عن الفضيل أنه وقع يف يده درمهان فلما‬

‫علم أهنما غري وجههما رمامها بني احلجارة وقال‪ :‬ال أتصدق إال ابلطيب وال أرضى لغريي‬

‫ما ال أرضاه لنفسي‪ .‬فنقول‪ :‬نعم‪ ،‬ذلك له وجه واحتمال‪ ،‬وإمنا اخرتان خالفه للخرب واألثر‬

‫والقياس – إىل أن قال ‪ -‬وأما القياس فهو أن يقال‪ :‬إن هذا املال مردد بني أن يضيع‬

‫وبني أن يصرف إىل خري‪ ،‬أوىل من إلقائه يف البحر‪ ،‬فإان إن رميناه يف البحر فقد فوتنا‬

‫على أنفسنا وعلى املالك ومل حتصل منه فائدة‪ .‬وإذا رميناه يف يد فقري يدعو ملالكه حصل‬

‫للمالك بركة دعائه وحصل للفقري سد حاجته‪ ،‬وحصول األجر للمالك بغري اختياره يف‬

‫التصدق ال ينبغي أن ينكر‪ .‬فإن يف اخلرب الصحيح‪" :‬إن للزارع والغارس أجراً يف كل ما‬

‫يصيبه الناس والطيور من مثاره وزرعه" وذلك بغري اختياره‪ ،‬وأما قول القائل‪ :‬ال نتصدق‬
‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬ ‫‪65‬‬
‫‪Timur‬‬
‫إال ابلطيب‪ ،‬فذلك إذا طلبنا األجر لنفسنا وحنن اآلن نطلب اخلالص من املظلمة ال‬

‫األجر وترددان بني التضييع وبني التصدق ورجحنا جانب التصدق على جانب التضييع‪.‬‬

‫وقول القائل‪ :‬ما ال نرضى لغريان ما ال نرضاه ألنفسنا‪ ،‬فهو كذلك ولكنه علينا حرام‬

‫الستغنائنا عنه وللفقري حالل إذا أحله دليل الشرع‪ ،‬وإذا اقتضت املصلحة التحليل‬

‫وجب التحليل وإذا حل فقد رضينا له احلالل ونقول إن له أن يتصدق على نفسه وعياله‬

‫إذا كان فقرياً‪ .‬أما عياله وأهله فال خيفى ألن الفقر ال ينتفي عنهم بكوهنم من عياله وأهله‬

‫بل هم أوىل من يتصدق عليهم‪ ،‬وأما هو فله أن أيخذ منه قدر حاجته ألنه أيضاً فقري‬

‫الفقري‪.‬‬ ‫ولو تصدق به على فقري جلاز وكذا إذا كان هو‬

‫‪ .3‬إحياء علوم الدين ج ‪ 3‬صـ ‪141‬‬

‫أما أمواله احلاضرة فلريد إىل املالك ما يعرف له مالكاً معيناً وما ال يعرف له مالكاً فعليه‬

‫أن يتصدق به‪ ،‬فإن اختلط احلالل ابحلرام فعليه أن يعرف قدر احلرام ابالجتهاد ويتصدق‬

‫بذلك املقدار كما سبق تفصيله يف كتاب احلالل واحلرام‪.‬‬

‫‪66‬‬ ‫‪Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa‬‬


‫‪Timur‬‬
Hasil Keputusan Bahtsul Masa`il Ke-XII FMP3 Se-Jawa 67
Timur
Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo

HASIL KEPUTUSAN

Forum Bahtsul Masa-il


Pondok Pesantren Putri Tahfizhil Qur-an
Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur

Kamis 04 Januari 2018 M / 16 Rabi’uts Tsani 1439 H

‫الجلسة األولى‬

1. Agus H. Muhammad Kafabih 1. Ust. Adzim Fadlan


2. Kiai Anang Darunnaja 2. Ust. Abdul Kafi Ridlo
3. KH. Munir Akromin 3. Ust. Imam Sya’roni
4. Kiai Khoiruz Zinan Hamna 4. Ust. Mizan Sya’roni
5. Ust. Nur Yahya
6. Ust. Saiful Muluk
7. Ust. Muhklisin
8. Ust. Ibnu Hamdun

1. Sdri Imroatuz Zahro’ 1. Ust. M Misbah Shodiqin


2. Sdri Nurul Faizah A.M 2. Ust. M. Abu Latif
MEMUTUSKAN

Karena gak tahan atas perilaku suami, seorang


istri berkata kepada suaminya;

1
Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo

Istri : “Aku sudah gak tahan, aku mau cerai saja,


aku mau pulang ke rumah orang tuaku"
Suami : “oke kalo itu maumu”. Seminggu kemudian
istri berkata kepada suami.
Istri : "Wes aku pingine kita cerai saja, nyatane
sampean gak berubah blas, kita cerai dan wes sampai
disini saja"
Suami : "yo wes nek cerai yo cerai". Seminggu
kemudian suami berkata : "kalo kamu bilang
hubungan kita cuma diatas kertas yo wes ayo diseriusi
sekalian, kita cerai di pengadilan"
Belum sempat ke pengadilan, keduanya merasa
tidak bisa berpisah, ada keinginan untuk kembali demi
masa depan buah hati.
Sailah :

1. Dalam deskripsi di atas, apakah perkataan suami


termasuk talak? dan berapa jatuh talak?

:
 Tidak jatuh talak karena belum ada iqo’ut tholaq
(penjatuhan talak) dari suami.
 Bisa terjadi talak apabila perkataan suami (“oke
kalo itu maumu” dan “yo wes nek cerai yo
cerai”) diniati menjatuhkan perceraian.
Apabila menurut pandangan yang kedua, maka
jatuh dua talak.

2
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪kata (kita cerai di pengadilan) hanya‬‬


‫‪sebatas kemauan dari sang suami untuk‬‬
‫‪bersungguh-sungguh menindak lanjuti keinginan‬‬
‫‪penceraian sesuai prosedur kenegaraan. (bukan‬‬
‫‪bahasa menjatuhkan talak dari suami).‬‬

‫حتفة املحتاج مع الرشواين (ج ‪ 23‬ص ‪) 273‬‬ ‫‪.1‬‬


‫( وكنايته ) أي الطالق ألفاظ كثرية بل ال تنحرص ( كأنت خلية ) أي من‬
‫الزوج فعيلة بمعىن فاعلة ( برية ) أي منه‬
‫( قول املنت كأنت خلية إلخ ) لو قال لزوجته تكون طالقا هل تطلق أو ال‬
‫الحتمال هذا اللفظ احلال واالستقبال ‪ ،‬وهل هو رصيح أو كناية والظاهر أنه‬
‫كناية فإن أراد به وقوع الطالق يف احلال طلقت أو اتلعليق احتاج إىل ذكر‬
‫املعلق عليه ‪ ،‬وإال فهو وعد ال يقع به يشء سم وحمله إن لم يكن معلقا ىلع‬
‫يشء ‪ ،‬وإال كقوهل إن دخلت ادلار تكون طالقا وقع عند وجود املعلق عليه‬
‫‪ ،‬وأما كوين طالقا فرصيح يقع به الطالق حاال ‪ ،‬وكذا تكوين ىلع تقدير الم‬
‫األمر كما قاهل ع ش ‪ .‬ا ه ‪.‬‬
‫احلاوي للفتاوي للسيوىط (ج ‪ 1‬ص ‪)193‬‬ ‫‪.3‬‬
‫مسألة ‪ :‬فيمن قال لزوجته ‪ :‬تكوين طالقا هل تطلق أم ال الحتمال هذا‬
‫اللفظ احلال واالستقبال ؟ وهل هو رصيح أم كناية ؟ وإذا قلتم بعدم وقوعه‬
‫ي‬
‫أبمض حلظة أم ال يقع أصال ألن الوقت مبهم ؟‬ ‫يف احلال فمىت يقع‬

‫‪3‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫اجلواب ‪ :‬الظاهر أن هذا اللفظ كناية ‪ ،‬فأن أراد به وقوع الطالق يف احلال‬
‫طلقت أو اتلعليق احتاج إىل ذكر املعلق عليه وإال فهو وعد ال يقع به يشء ‪،‬‬
‫ثم حبث باحث يف املسألة األخرية فقال ‪ :‬الكناية ما احتمل الطالق وغريه‬
‫وهذا ليس كذلك فقلت ‪ :‬بل هو كذلك ألنه حيتمل إنشاء الطالق والوعد‬
‫به فقال ‪ :‬إذا قصد االستقبال فينبيغ أن يقع بعد مض زمن اكملعلق ىلع‬
‫مىض زمان ‪ .‬فقلت ‪ :‬ال ألنه لم يرصح باتلعليق وال بد يف اتلعليقات من‬
‫ذكر املعلق وهو الطالق واملعلق عليه وهو الفعل أو الزمان مثال وهنا لم يقع‬
‫ذكر الزمان املعلق عليه قال ‪ :‬هو مذكور يف الفعل وهو تكوين فإنه يدل ىلع‬
‫احلدث والزمان قلت دالتله عليهما ليست بالوضع وال لفظية وهلذا قال‬
‫انلحاة ‪ :‬أن الفعل وضع احلدث مقرتن بزمان ولم يقولوا أنه وضع للحدث‬
‫والزمان ‪ ،‬وقد رصح ابن جين يف اخلصائص بأن ادلالالت يف عرف انلحاة‬
‫ثالث ‪ :‬لفظية وصناعية ومعنوية ‪ ،‬فاألوىل كداللة الفعل ىلع احلدث ‪.‬‬
‫واثلانية كدالتله ىلع الزمان ‪ .‬واثلاثلة كدالتله ىلع الفعال ورصح ابن هشام‬
‫اخلرضاوي يف اإلفصاح بأن داللة االفعال ىلع الزمان ليست لفظية بل يه‬
‫من باب داللة اتلضمن وقد بينت ذلك يف كتاب أصول انلحو ‪ ،‬ودالالت‬
‫اتلضمن وااللزتام ال يعمل بها يف الطالق واألقارير وحنوها ‪ ،‬بل ال يعتمد‬
‫فيها إال ىلع مدلول اللفظ من حيث الوضع وادلاللة اللفظية فثبت ما قلناه‬
‫من أن هذه الصيغة وعد وهو مضارع لو دخل عليه حرف اتلنفيس لقيل‬
‫سوف تكونني طالقا وهذه الصيغة وعد بال شك فكذا عند جترده من سوف‬
‫‪ ،‬فإن قيل ‪ :‬لفظ السؤال تكوين حبذف انلون قلت ال فرق فإنه لغة وىلع‬

‫‪4‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫تقرير أن يكون حلنا فال فرق يف وقوع الطالق بني املعرب وامللحون بمئل‬
‫ذلك ‪ ،‬فإن نوى بذلك األمر ىلع حذف الالم أي تلكوين فهو إنشاء فتطلق‬
‫يف احلال بال شك‪.‬‬
‫نهاية الزين (ج ‪ 1‬ص ‪)233‬‬ ‫‪.2‬‬
‫والقاعدة أن لك ما يستقل به الشخص إذا أضافه إىل اهلل اكن رصحيا ولك ما‬
‫ال يستقل به إذا أضافه إىل اهلل اكن كناية وقد نظم بعضهم هذه القاعدة من‬
‫الرجز بقوهل ما فيه االستقالل باإلنشاء واكن مسندا ذلي اآلالء فهو رصيح‬
‫ضده كنايه فكن ذلا الضابط ذا درايه ونعم رصيح يف الطالق يف جواب من‬
‫قال هل أطلقت زوجتك فإن أراد القائل طلب إنشاء الطالق من املطلق فنعم‬
‫بمزنلة قوهل يه طالق فتتوقف رصاحته ىلع نية السائل وبذلك يلغز فيقال نلا‬
‫لفظ من شخص تتوقف رصاحته ىلع نية غريه ولو اختلفا يف القصد فالعربة‬
‫بقصد السائل ىلع املعتمد هذا إن لم يوجد عند الزوج ظن فلو قصد السائل‬
‫بقوهل أطلقت زوجتك اإلنشاء فظنه الزوج مستخربا أو بالعكس اعترب ظن‬
‫الزوج وقبلت دعواه أنه ظن ذلك وال عربة بقصد السائل حينئذ وإن أراد‬
‫القائل االستخبار فنعم إقرار سابق فإن اكن املسؤول اكذبا فيه زوجته يف‬
‫ابلاطن ويفرق بينهما ظاهرا فإن قال أردت طالقا ماضيا وبانت وجددت‬
‫نكاحها صدق ظاهرا إن عرف ذلك وإال فال وإن قال أردت طالقا ماضيا‬
‫وراجعت بعده صدق بيمينه الحتمال اللفظ هل وإن جهل مراد القائل لعدم‬
‫معرفته ذلك أو ملوت أو سفر فيحمل ىلع االستخبار‬

‫‪5‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫فتح املعني (ج ‪ 4‬ص ‪)11‬‬ ‫‪.4‬‬


‫ولو قال آلخر أطلقت زوجتك ملتمسا اإلنشاء فقال نعم أو إي وقع واكن‬
‫رصحيا فإذا قال طلقت فقط اكن كناية ألن نعم متعينة للجواب وطلقت‬
‫مستقلة فاحتملت اجلواب واإلبتداء أما إذا قال هل ذلك مستخربا فأجاب‬
‫بنعم فإقرار بالطالق ويقع عليه ظاهرا إن كذب ويدين وكذا لو جهل حال‬
‫ال سؤال فإن قال أردت طالقا ماضيا وراجعت صدق بيمينه الحتماهل ولو‬
‫قيل ملطلق أطلقت زوجتك ثالثا فقال طلقت وأراد واحدة صدق بيمينه ألن‬
‫طلقت حمتمل للجواب واإلبتداء ومن ثم لو قالت طلقين ثالثا فقال طلقتك‬
‫ولم ينو عددا فواحدة ولو قال ألم زوجته ابنتك طالق وقال أردت بنتها‬
‫األخرى صدق بيمنه كما لو قال لزوجته وأجنبية إحداكما طالق وقال‬
‫قصدت األجنبية لرتدد اللفظ بينهما فصحت إرادتها خبالف ما لو قال‬
‫زينب طالق واسم زوجته زينب وقصد أجنبية اسمها زينب فال يقبل قوهل‬
‫ظاهرا بل يدين ولو قال اعيم أعطيت تالق فالنة باتلاء أو طالكها بالاكف‬
‫أو دالقها بادلال وقع به الطالق واكن رصحيا يف حقه إن لم يطاوعه لسانه إال‬
‫ىلع هذا اللفظ املبدل أو اكن ممن لغته كذلك كما رصح به اجلالل ابللقيين‬
‫واعتمده مجع متأخرون وأفىت به مجع من مشاخينا وإال فهو كناية ألن ذلك‬
‫اإلبدال هل أصل يف اللغة‬
‫إاعنة الطابلني (ج ‪ 4‬ص ‪)11‬‬ ‫‪.5‬‬
‫( قوهل فوائد ) أي تتعلق بالطالق ( قوهل ولو قال ) أي أجنيب آلخر أي زوج‬
‫( قوهل أطلقت زوجتك ) مقول القول ( قوهل ملتمسا اإلنشاء ) حال من‬

‫‪6‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫فاعل قال أي قال ذلك حال كونه ملتمسا من الزوج أي طابلا منه إنشاء‬
‫الطالق وإحداثه ألنه استفهام واستعمال اإلستفهام يف الطلب جتوز ال‬
‫حقيقة كما هو ظاهر ( قوهل فقال ) أي الزوج جميبا هل نعم أو إي بكرس‬
‫اهلمزة وسكون ايلاء أي أو جري وقوهل وقع أي الطالق وقوهل واكن رصحيا‬
‫أي يف إيقاع الطالق وذلك ألن لكمة اجلواب قائمة مقام طلقتها وهو رصيح‬
‫فما قام مقامه مثله ( قوهل فإذا قال طلقت ) أي بدل قوهل نعم وقوهل اكن‬
‫كناية أي ىلع األوجه عند ابن حجر قال سم ويف رشح الروض أيضا ويف‬
‫انلهاية األصح أنه رصيح اه ( قوهل ألن نعم الخ ) بيان للفرق بني نعم حيث‬
‫أنها من الرصائح وطلقت حيث أنها من الكنايات ( قوهل فاحتملت اجلواب )‬
‫وعليه يقع الطالق وقوهل واالبتداء وعليه ال يقع فلما تطرق إيله اإلحتمال‬
‫اندرج يف سلك الكناية فاحتاج إىل انلية ( قوهل أما إذا قال ) أي األجنيب‬
‫وقوهل هل أي للزوج وقوهل ذلك أي أطلقت زوجتك وقوهل مستخربا أي حال‬
‫كونه مستخربا أيمستفهما أنه وقع منه طالق أم ال وقوهل فأجاب أي الزوج‬
‫بنعم وقوهل فإقرار بالطالق أي ألنه رصيح إقرار ( قوهل ويقع ) أي الطالق‬
‫عليه وقوهل ظاهرا أما باطنا فال يقع وقوهل إن كذب أي يف إقراره بقوهل نعم‬
‫( قوهل ويدين ) أي يعمل بدينه باطنا‬
‫‪ .6‬حاشية إاعنة الطابلني( ج ‪ 4‬ص ‪) 14‬‬
‫ويف سم ما نصه‪ :‬فرع‪ :‬لو قصد السائل بقوهل‪ :‬أطلقت زوجتك االنشاء فظنه‬
‫الزوج مستخربا‪ ،‬وبالعكس فينبيغ اعتبار ظن الزوج وقبول دعواه ظن‬
‫ذلك‪ .‬اه‬

‫‪7‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪ .7‬فتح الوهاب (ج ‪ 3‬ص ‪)139‬‬


‫فصل يف تفويض الطالق للزوجة‪.‬‬
‫واألصل فيه اإلمجاع واحتجوا هل أيضا بأنه صىل اهلل عليه وسلم خري نساءه‬
‫بني املقام معه وبني مفارقته ملا نزل قوهل تعاىل { يا أيها انليب قل ألزواجك‬
‫إن كننت تردن احلياة ادلنيا } إىل آخره ( تفويض طالقها املنجز ) بالرفع (‬
‫إيلها ولو بكناية ) كأن يقول هلا طليق أو أبيين نفسك إن شئت ( تمليك )‬
‫للطالق ألنه يتعلق بغرضها فزنل مزنلة قوهل ملكتك طالقك خبالف املعلق‬
‫كقوهل إذا جاء رمضان فطليق نفسك ال يصح ألن اتلمليك ال يعلق (‬
‫فيشرتط ) لوقوعه ( تطليقها ولو بكناية فورا ) ألن تطليقها نفسها متضمن‬
‫للقبول فلو أخرته بقدر ما ينقطع به القبول عن اإلجياب لم يقع الطالق (‬
‫وهل رجوع ) عن اتلفويض ( قبله ) أي قبل تطليقها كسائر العقود‬
‫‪ .8‬منت أيب شجاع (ج ‪ 1‬ص ‪)171‬‬
‫( فصل ) والطالق رضبان رصيح وكناية‪ .‬فالرصيح ثالثة ألفاظ الطالق‬
‫والفراق والرساح وال يفتقر رصيح الطالق إىل انلية والكناية لك لفظ‬
‫احتمل الطالق وغريه ويفتقر إىل انلية‬
‫حتفة احلبيب ىلع رشح اخلطيب (ج ‪ 4‬ص ‪)372‬‬ ‫‪.9‬‬
‫قوهل ‪ ( :‬وهو ما حيتمل الطالق وغريه ) وضابط ذلك أن يكون للفظ إشعار‬
‫قريب بالفرقة ولم يشع استعماهل فيه رشاع وال عرفا ا ـهبرماوي‬

‫‪8‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪ .11‬املوسوعة الفقهية الكويتية (ج ‪ 39‬ص ‪)37‬‬


‫وهل حيل حمل انلية قرائن احلال يف وقوع الطالق بالكناية من غري نية ؟ ‪.‬‬
‫ذهب احلنفية واحلنابلة يف املعتمد إىل أن قرائن احلال اكنلية يف وقوع الطالق‬
‫باللفظ الكنايئ ‪ ،‬كما لو قال لزوجته يف حالة غضب ‪ :‬احليق بأهلك ‪ ،‬فإنه‬
‫طالق ولو لم ينوه ‪ ،‬وكذلك إذا اكن يف حالة مساءلة الطالق وذهب املالكية ‪،‬‬
‫والشافعية ‪ ،‬واحلنابلة يف رواية إىل عدم االعتداد بقرائن احلال هنا ‪ ،‬فال يقع‬
‫الطالق باللفظ الكنايئ عندهم إال إذا نواه مطلقا وقد ذهب الفقهاء إىل أن‬
‫األلفاظ الرصحية يف الطالق يه مادة ( طلق ) وما اشتق منها لغة وعرفا ‪،‬‬
‫مثل ‪ :‬طلقتك ‪ ،‬وأنت طالق ‪ ،‬ومطلقة ‪.‬‬
‫‪ .11‬ابليان ( ج ‪ 11‬ص‪) 83‬‬
‫إذا قال هل رجل طلقت امرأتك أو امرأتك طالق أو فارقتها أو سارحتها فقال‬
‫نعم ففيه قوالن حاكهما ابن الصباغ والطربي أحدهما أنها كناية فال يقع به‬
‫الطالق إال بانلية النه قوهل نعم ليس بلفظ رصيح واثلاين أنه رصيح يف‬
‫الطالق وهو اختيار املزين ولم يذكر الشيخان غريه وهو األصح ألنه رصيح‬
‫يف اجلواب وتقديره نعم طلقت كما لو قيل هل لفالن عليك كذا فقال نعم‬
‫اكن إقرارا‬

‫‪9‬‬
Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo

2. Apabila dalam sebuah pertengkaran suami


menjatuhkan talak tiga kali baik dalam satu rating
pertengkaran atau tiga pertengkaran, tapi dia
mengaku hanya bermaksud mengukuhkan talak
yang pertama, apakah dihukumi talak satu atau
talak tiga ?
Jawab: ;
a. Dalam satu rating pertengkaran:
 Apabila dalam satu rating menjatuhkan talak tiga
ً ْ
sekaligus (‫)أنت طالق ثالثا‬, maka pengakuan Taukid
tidak bisa dibenarkan.
 Apabila dalam satu rating menjatuhkan talak tiga
ْ ْ ْ
kali (ٌ‫)أنت طالق أنت طالق أنت طالق‬, maka pengakuan
Taukid bisa dibenarkan.
: Syarat-syarat Taukid adalah:
 Tidak terdapat pemisah antara Muakkid dan
Muakkad yang lama secara ‘Urf dan tanpa
udzur. Apabila ada udzur semisal terpisah oleh
batuk yang lama, maka pengakuan taukid bisa
dibenarkan.
 Wanita yang tertalak termasuk istri yang sudah
pernah disetubuhi. Sedangkan istri yang
belum pernah disetubuhi, maka hanya jatuh
talak satu kali.
 Talak tidak dita’liq (digantungkan). Adapun bila
dita’liq, maka pengukuhan talak bisa diterima
meskipun berbeda tempat.

10
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪b. Dalam tiga rating pertengkaran:‬‬


‫‪Apabila dalam rating yang berbeda, maka‬‬
‫‪pengakuan Taukid tidak bisa dibenarkan selama‬‬
‫‪tidak berbentuk ta’liq.‬‬

‫‪Referensi:‬‬
‫الوسيط (ج ‪ 5‬ص ‪)417‬‬ ‫‪.1‬‬
‫الفصل اثلاين يف تكرير الطالق‬
‫وفيه مسائل األوىل إذا قال ملدخول أنت طالق أنت طالق أنت طالق فإن‬
‫قصد اتلكرار نفذ اثلالث وإن قصد اتلأكيد لم يقع إال واحدة وإن نوى‬
‫باثلانية اإليقاع وباثلاثلة اتلأكيد للثانية وقع ثنتان وإن نوى باثلاثلة تأكيد‬
‫األوىل لم يقبل ووقع اثلالث ألن ختلل الفصل يمنع قصد اتلأكيد وإن أطلق‬
‫فقوالن أحدهما أنه حيمل ىلع اتلأكيد ألنه معتاد يف لسان العرب فال تقع‬
‫إال واحدة واثلاين أنه يقع اثلالث ألنه تلفظ ثالث مرات وإنما يرصف‬
‫الطالق بقصد صحيح عن جهته ولم يقصد رصفه إىل اتلأكيد ولو قال أنت‬
‫طالق طالق طالق فله أن يقصد اتلأكيد ولو قال أنت طالق وطالق لم يمكن‬
‫قصد اتلأكيد تلخلل الواو الفاصلة إذ املؤكد ينبيغ أن يساوي املؤكد ولو قال‬
‫أنت طالق وطالق وطالق وقصد باثلاثلة تأكيد اثلانية جاز ولو قصد تأكيد‬
‫األوىل لم جيز تلخلل الفصل ولو قال أنت طالق وطالق بل طالق وقع اثلالث‬
‫وامتنع قصد اتلأكيد تلغاير األلفاظ وكذلك قوهل أنت طالق وطالق فطالق‬

‫‪11‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫أسىن املطالب يف رشح روض الطالب (ج ‪ 2‬ص ‪(388‬‬ ‫‪.3‬‬


‫الطرف اثلاين يف اتلكرار فإن قال ملدخول بها أنت طالق أنت طالق أنت‬
‫طالق أو قال هلا أنت مطلقة أنت مرسحة أنت مفارقة متوايلا فيهما وكذا لو‬
‫لم يكرر أنت بأن قال أنت طالق طالق طالق أو أنت مطلقة مرسحة‬
‫مفارقة وقع اثلالث إن قصد االستئناف وكذا إن أطلق عمال بظاهر اللفظ‬
‫ال إن قصد اتلأكيد فال يقع اثلالث مطلقا بل فيه تفصيل ذكره بقوهل فإن‬
‫أكد األوىل باألخريني فواحدة فقط تقع ألن اتلأكيد يف الالكم معهود يف مجيع‬
‫اللغات أو أكدها باثلانية أو أكد اثلانية باثلاثلة فطلقتان يقعان عمال‬
‫بقصده فلو أكد األوىل باثلانية فثالث تلخلل الفاصل بني املؤكد واملؤكد‬
‫واحرتز بقوهل أوال متوايلا عما لو فرق فال يقبل منه تأكيد للفصل نعم يدين‬
‫كما رصح به األصل‬
‫حاشية الرميل ىلع أسىن املطالب (ج ‪ 2‬ص ‪(388‬‬ ‫‪.2‬‬
‫قوهل وكذا إن أطلق أو تعذرت مراجعته بموت أو جنون أو حنوه وهذا‬
‫اتلفصيل يأيت يف تكرير الكنايات كقوهل اعتدي اعتدي اعتدي قوهل عمال‬
‫بظاهر اللفظ ألنه موضوع لإليقاع اكللفظ األول وهلذا يقال إذا دار األمر‬
‫بني اتلأسيس واتلأكيد فاتلأسيس أوىل قوهل فال يقبل منه تأكيد للفصل نعم‬
‫إذا اكن فصله لعذر كأن اكن به يع أو منعه سعال طويل متواصل قبل قوهل‬
‫إنه أراد اتلأكيد للقرينة ادلالة ىلع منعه من اتصال الالكم وكذا لو قال أنت‬
‫طالق فوضع إنسان يده ىلع فيه مع تمام قاف طالق ثم أرسله بعد ساعة فقال‬

‫‪12‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫أنت طالق وقال أردت به تأكيد ما تقدم وكنت اعزما عليه فمنعين وضع‬
‫ايلد ىلع يف منه‬
‫أسىن املطالب يف رشح روض الطالب (ج ‪ 2‬ص ‪(388‬‬ ‫‪.4‬‬
‫ولو كرر يف مدخول بها أو غريها إن دخلت ادلار فأنت طالق كأن قال هلا‬
‫إن دخلت ادلار فأنت طالق إن دخلت ادلار فأنت طالق إن دخلت ادلار‬
‫فأنت طالق فدخلت لم يتعدد أي الطالق إال إن نوى االستئناف فيتعدد‬
‫خبالف ما لو نوى االستئناف يف نظريه من األيمان ال تتعدد الكفارة ألن‬
‫الطالق حمصور يف عدد فقصد االستئناف يقتض استيفاءه خبالف الكفارة‬
‫وألن الكفارة تشبه احلدود املتحدة اجلنس فتتداخل خبالف الطالق وشمل‬
‫املستثىن منه ما لو نوى اتلأكيد أو أطلق فال تعدد فيهما كما ال تتعدد‬
‫الكفارة فيما لو حنث يف أيمان بفعل واحد واتلرصيح بالرتجيح يف اإلطالق‬
‫من زيادته وبه رصح انلووي يف فتاويه ولو طال فصل وتعدد جملس اغية‬
‫للمستثىن منه ال للمستثىن فلو قال ولو لم يطل فصل وال تعدد جملس اكن‬
‫اغية للمستثىن فإن قال هلا إن دخلت ادلار فأنت طالق طلقة وإن دخلت‬
‫ادلار فأنت طالق طلقتني فدخلت طلقت ثالثا وإن اكنت غري مدخول بها‬
‫ألن اجلميع يقع دفعة واحدة‬
‫قوهل وشمل املستثىن منه ما لو نوى اتلأكيد أو أطلق فال تعدد فيهما وجهه‬
‫فيما لو أطلق جريان العادة بأن اإلنسان يكرر ايلمني الواحدة مرات‬

‫‪13‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫الفقه اإلساليم وأدتله )ج ‪ 9‬ص ‪(268‬‬ ‫‪.5‬‬


‫اقرتان الطالق بلفظ اثلالث‪ ،‬وتكراره ‪ :‬اتفق فقهاء املذاهب األربعة‬
‫والظاهرية ىلع أنه إذا قال الرجل لغري املدخول بها‪« :‬أنت طالق ثالثا» وقع‬
‫اثلالث؛ ألن اجلميع صادف الزوجية‪ ،‬فوقع اجلميع‪ ،‬كما لو قال ذلك‬
‫للمدخول بها‪ .‬واتفقوا أيضا ىلع أنه إن قال الزوج المرأته‪« :‬أنت طالق‪ ،‬أنت‬
‫طالق‪ ،‬أنت طالق» وختلل فصل ( املراد بالفصل‪ :‬أن يسكت فوق سكتة‬
‫انلفس) بينها‪ ،‬وقعت اثلالث‪ ،‬سواء أقصد اتلأكيد أم ال؛ ألنه خالف‬
‫الظاهر‪ .‬وإن قال‪ :‬قصدت اتلأكيد صدق ديانة‪ ،‬ال قضاء‪ .‬وإن لم يتخلل‬
‫فصل‪ :‬فإن قصد تأكيد الطلقة األوىل باألخريتني‪ ،‬فتقع واحدة؛ ألن اتلأكيد‬
‫يف الالكم معهود لغة ورشاع‪ .‬وإن قصد استئنافا أو أطلق (بأن لم يقصد تأكدا‬
‫وال استئنافا) تقع اثلالث‪ ،‬عمال بظاهر اللفظ‪ .‬وكذا تطلق ثالثا إن قالت‪:‬‬
‫أنت طالق‪ ،‬ثم طالق‪ ،‬ثم طالق‪ ،‬أو عطف بالواو أو بالفاء‪.‬‬
‫‪ .6‬االقناع مع ابلجرييم اخلطيب ( ج ‪ 3‬ص ‪(116‬‬
‫ولو كرر يمني االيالء مرتني فأكرث وأراد بغري االوىل اتلأكيد هلا ولو تعدد‬
‫املجلس وطال الفصل‪ ،‬صدق بيمينه كنظريه يف تعليق الطالق وفرق بينها‬
‫وبني تنجزي الطالق‪ ،‬بأن اتلنجزي‪ :‬إنشاء وإيقاع وااليالء واتلعليق متعلقان‬
‫بأمر مستقبل فاتلأكيد بهما أيلق أو أراد االستئناف تعددت االيمان وإن‬
‫أطلق ولم يرد تأكيدا وال استئنافا فواحدة إن احتد املجلس محال ىلع‬
‫اتلأكيد‪ ،‬وإال تعددت بلعد اتلأكيد مع اختالف املجلس‪ .‬قوهل ‪ ( :‬وبني‬
‫ي‬
‫تنجزي الطالق ) أي فيما إذا تعدد املجلس ‪ ،‬فإنه ال يقبل فيه اتلأكيد‬

‫‪14‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪ .7‬املنهاج للنووي (ج ‪ 1‬ص ‪)242‬‬


‫ولو قال‪ :‬أنت طالق واحدة ونوى عددا فواحدة‪ ،‬وقيل املنوي‪ .‬قلت‪ :‬ولو قال‬
‫أنت واحدة ونوى عددا فاملنوي‪ ،‬وقيل واحدة‪ ،‬واهلل أعلم‪ .‬ولو أراد أن يقول‬
‫أنت طالق ثالثا فماتت قبل تمام طالق لم يقع أو بعده قبل ثالثا فثالث‪،‬‬
‫وقيل واحدة‪ ،‬وقيل ال يشء‪ .‬وإن قال‪ :‬أنت طالق أنت طالق أنت طالق‬
‫وختلل فصل فثالث‪ ،‬وإال فإن قصد تأكيدا فواحدة أو استئنافا فثالث‪ ،‬وكذا‬
‫إن أطلق يف األظهر‪ ،‬وإن قصد باثلانية تأكيدا وباثلاثلة استئنافا أو عكس‬
‫فثنتان أو باثلاثلة تأكيد األوىل فثالث يف األصح‪ .‬وإن قال‪ :‬أنت طالق وطالق‬
‫وطالق صح قصد تأكيد اثلاين باثلالث‪ ،‬ال األول باثلاين‪ ،‬وهذه الصور يف‬
‫موطوءة‪ ،‬فلو قاهلن لغريها فطلقة بكل حال‪ ،‬ولو قال هلذه إن دخلت ادلار‬
‫فأنت طالق وطالق فدخلت فثنتان يف األصح‪.‬‬
‫‪ .8‬بغية املسرتشدين (ج ‪ 1‬ص ‪)474‬‬
‫(مسألة ‪ :‬ك) ‪ :‬كرر رصائح الطالق أو كناياته ولو مع اختالف ألفاظه أو‬
‫أكرث من ثالث مرات ‪ ،‬كأنت طالق ‪ ،‬طلقتك أنت مطلقة ‪ ،‬أو أنت طالق‬
‫ي‬
‫مفارقة مرسحة ‪ ،‬أو أنت بائن اعتدي اخريج ‪ ،‬فإن قصد اتلأكيد فواحدة ‪،‬‬
‫وإن قصد االستئناف أو أطلق تعدد ‪ ،‬وهذا كما لو أصمت عن الالكم مع‬
‫بقاء الشعور فقيل هل ثالث مرات ‪ :‬نشهد عليك أن فالنة طالق من عقدك‬
‫آخر جزء من حياتك ‪ ،‬فقال لك مرة ‪ :‬أها أي نعم ‪ ،‬فتقع اثلالث أيضا لكن‬
‫بقصد االستئناف ال إن أطلق أو قصد اتلأكيد اه‪ .‬قلت ‪ :‬وحمل عدم اتلعدد‬
‫ي‬
‫والع‬ ‫بقصد اتلأكيد إن أىت باأللفاظ فورا ال إن فصل بفوق سكتة اتلنفس‬

‫‪15‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫وإال تعدد مطلقا ‪ ،‬كما أن حمل ذلك أيضا يف غري املعلق ‪ ،‬أما هو فال تعدد‬
‫فيه إال إن قصد االستئناف كما يف اتلحفة وغريها ‪ ،‬وعبارة (ي) ‪ :‬ولو قال‬
‫أنت طالق إن دخلت ادلار وكرره مرارا ولو مرتاخيا ‪ ،‬فإن قصد باثلاين طالقا‬
‫ثانيا تعدد أو االستئناف أو أطلق وقع األول فقط ويصدق بيمينه اه‪ .‬وحنو‬
‫ذلك لكه يف (ش) وزاد ‪ :‬وهذا يف مدخول بها ‪ ،‬أما غريها فتقع واحدة مطلقا‬
‫منجزا أو معلقا ‪ ،‬والظهار اكلطالق إال يف حالة اإلطالق فيحمل ىلع اتلأكيد‬
‫مطلقا‪.‬‬
‫الرساج الوهاج (ج ‪ 1‬ص ‪)415‬‬ ‫‪.9‬‬
‫إن نوى اثلالث بقوهل أنت طالق وقصد أن حيققه باللفظ فثالث وإال‬
‫فواحدة وإن قال أنت طالق أنت طالق أنت طالق وختلل فصل بأن يسكت‬
‫فوق سكتة اتلنفس فثالث لكنه إذا قال قصدت اتلأكيد فانه يدين وإال‬
‫أي إن لم يتخلل فصل فان قصد تأكيدا أي تأكيد األوىل باألخريتني‬
‫فواحدة تقع أو قصد استئنافا فثالث وكذا إن أطلق يقع ثالث يف األظهر‬
‫ومقابله ال يقع إال واحدة وإن قصد باثلانية تأكيدا لألوىل وباثلاثلة‬
‫استئنافا أو عكس بأن قصد باثلانية استئنافا وباثلاثلة تأكيدا هلا فثنتان‬
‫يقعان أو قصد باثلاثلة تأكيد األوىل وباثلانية االستئناف فثالث يقعن‬
‫يف األصح‬
‫‪ .11‬رشح ابلهجة الوردية (ج ‪ 16‬ص ‪)32‬‬
‫( وما يكرر ) من لفظ الطالق ( عددا ) أي ‪ :‬الطالق ( حسب ) أي بقدر‬
‫( اذلي كرر ) سواء قصد االستئناف أم أطلق ‪ ( ،‬ال إن أكدا بغري فصل ) بني‬

‫‪16‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫اللفظني ( و ) بغري ( اختالف ) يف العاطف ‪ ،‬فال يتعدد كقوهل ‪ :‬أنت طالق‬


‫أنت طالق وقوهل من زيادته ( قطعه ) صفة لفصل واختالف ‪ ،‬أي ‪ :‬بغري‬
‫فصل واختالف قاطع لك منهما اللفظ عما قبله ‪ ،‬فال يؤثر غري القاطع‬
‫منهما كفصل اتلنفس وحنوه ‪ ،‬واختالف اللفظ مع احتاد العاطف اكنت‬
‫مطلقة ومرسحة ومفارقة ‪ ،‬خبالف القاطع منهما اكلفصل بزائد ىلع فصل‬
‫اتلنفس وحنوه ‪ ،‬واالختالف يف العاطف كأنت طالق وطالق فطالق فيتعدد‬
‫الطالق حبسب تعدد لفظه ‪ ،‬وإن قصد اتلأكيد‪.‬‬
‫ولو قال ‪ :‬أنت طالق وطالق وطالق صح قصد تأكيد اثلاين باثلالث‬
‫لتساويهما ‪ ،‬ال األول باثلاين الختصاصه بواو العطف املوجب للتغاير ‪ ،‬وال‬
‫باثلالث ذللك وللفصل‬

‫الجلسة الثانية‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Agus H. Muhammad Kafabih‬‬ ‫‪1. Ust. Adzim Fadlan‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Kiai Anang Darunnaja‬‬ ‫‪2. Ust. Abdul Kafi Ridlo‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪KH. Munir Akromin‬‬ ‫‪3. Ust. Imam Sya’roni‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪KH. Munawar Zuhri Ahmad‬‬ ‫‪4. Ust. Mizan Sya’roni‬‬
‫‪5. Ust. Nur Yahya‬‬
‫‪6. Ust. Saiful Muluk‬‬
‫‪7. Ust. Muhklisin Madchan‬‬
‫‪8. Ust. M. Ibnu Hamdun‬‬
‫‪9. Ust. Arif Maulana‬‬
‫‪10. Ust. Itmamul Wafa‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪Sdri Binti Nafisatul Itsnaini‬‬ ‫‪1. Ust. Misbahus Shodiqin‬‬


‫‪2.‬‬ ‫‪Sdri Khomsi Riani‬‬ ‫‪2. Ust. M. Abu Latif‬‬

‫‪17‬‬
Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo

MEMUTUSKAN

Deskripsi
Di suatu daerah terdapat suatu organisasi
kemasyarakatan yang bernama Karang Taruna. Para
pemuda yang tergabung daiam organisasi tersebut
berinisiatif untuk menyelenggarakan pengaiian akbar
dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW, sehingga membutuhkan biaya yang banyak.
Rencananya dana tersebut diambii dari perangkat
desa. ibu-ibu PKK dan dana iainnya'berasai dari
sumbangan masyarakat. Dari berbagai donatur
terkumpui uang 20 iuta rupiah. Setelah acara selesai,
panitia memaparkan laporan pertanggung jawaban
yang pada akhirnya habislah dana sekitar 15 juta
rupiah untuk acara tersebut dan menyisakan saldo 5
juta rupiah. Dari uang saldo tersebut pihak panitia
berinisiatif untuk membeli satu unit komputer yang
digunakan sebagai keperluan organisasi.
Dan juga karang taruna berencana menggalang
dana jamaah mesjid untuk kegiatan sosial, seperti :
Santunan anak yatim, Membantu pembiayaan
kesehatan jemaah yg sakit, Beasiswa mondok santri,
Bantuan korban bencana alam. Agar boleh
ditashorufkan untuk tujuan diatas, kotak kas mesjid
ditulisi “INFAQ KEMASLAHATAN UMAT”
:

18
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫‪:‬‬
‫‪1) Bolehkah takmir Masjid atau pihak lain seperti‬‬
‫‪yayasan anak yatim menyediakan kotak infaq di‬‬
‫‪dalam masjid, sementara hasilnya bukan untuk‬‬
‫? ‪kemaslahatan masjid‬‬
‫‪:‬‬ ‫‪Meskipun tidak ada kemanfaatan‬‬
‫‪untuk Masjid) selagi tidak mengganggu‬‬
‫‪kemanfatan dan kegunaan asli Masjid.‬‬

‫فتح ابلاري ‪ -‬ابن حجر (ج ‪ 1‬ص ‪)516‬‬ ‫‪.1‬‬


‫قوهل وقال إبراهيم يعين بن طهمان كذا يف روايتنا وهو صواب وأهمل يف‬
‫غريها وقال اإلسماعييل ذكره ابلخاري عن إبراهيم وهو بن طهمان فيما‬
‫أحسب ب غري إسناد يعين تعليقا قلت وقد وصله أبو نعيم يف مستخرجه‬
‫واحلاكم يف مستدركه من طريق أمحد بن حفص بن عبد اهلل انليسابوري‬
‫عن أبيه عن إبراهيم بن طهمان وقد أخرج ابلخاري بهذا اإلسناد إىل‬
‫إبراهيم بن طهمان عدة أحاديث قوهل عن عبد العزيز بن صهيب كذا يف‬
‫روايتنا ويف غريها عن عبد العزيز غري منسوب فقال املزي يف األطراف قيل‬
‫أنه عبد العزيز بن رفيع وليس بيشء ولم يذكر ابلخاري يف ابلاب حديثا يف‬
‫تعليق القنو فقال ابن بطال أغفله وقال ابن اتلني انسيه وليس كما قاال بل‬
‫أخذه من جواز وضع املال يف املسجد جبامع إن الك منهما وضع ألخذ‬
‫املحتاجني منه وأشار بذلك إىل ما رواه النسايئ من حديث عوف بن مالك‬
‫األشجع قال خرج رسول اهلل صىل اهلل عليه و سلم وبيده عصا وقد علق‬

‫‪19‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫رجل قنا حشف فجعل يطعن يف ذلك القنو ويقول لو شاء رب هذه الصدقة‬
‫تصدق بأطيب من هذا وليس هو ىلع رشطه وإن اكن إسناده قويا فكيف‬
‫يقال أنه أغفله ويف ابلاب أيضا حديث آخر أخرجه ثابت يف ادلالئل بلفظ‬
‫أن انليب صىل اهلل عليه و سلم أمر من لك حائط بقنو يعلق يف املسجد يعين‬
‫للمساكني ويف رواية هل واكن عليها معاذ بن جبل أي ىلع حفظها أو ىلع‬
‫قسمتها قوهل بمال من ابلحرين روى بن أيب شيبة من طريق محيد بن هالل‬
‫مرسال أنه اكن مائة ألف وأنه أرسل به العالء بن احلرضيم من خراج‬
‫ابلحرين قال وهو أول خراج محل إيل انليب صىل اهلل عليه و سلم وعند‬
‫املصنف يف املغازي من حديث عمرو بن عوف إن انليب صىل اهلل عليه و‬
‫سلم صالح أهل ابلحرين وأمر عليهم العالء بن احلرضيم وبعث أبا عبيدة‬
‫بن اجلراح إيلهم فقدم أبو عبيدة بمال فسمعت األنصار بقدومه احلديث‬
‫فيستفاد منه تعيني اآليت باملال لكن يف الردة للواقدي إن رسول العالء بن‬
‫احلرضيم باملال هو العالء بن حارثة اثلقيف فلعله اكن رفيق أيب عبيدة وأما‬
‫حديث جابر إن انليب صىل اهلل عليه و سلم قال هل لو قد جاء مال ابلحرين‬
‫أعطيتك وفيه فلم يقدم مال ابلحرين حىت مات انليب صىل اهلل عليه و سلم‬
‫احلديث فهو صحيح كما سيأيت عند املصنف وليس معارضا ملا تقدم بل‬
‫املراد أنه لم يقدم يف السنة اليت مات فيها انليب صىل اهلل عليه و سلم ألنه‬
‫اكن مال خراج أو جزية فاكن يقدم من سنة إىل سنة قوهل فقال انرثوه أي‬
‫صبوه قوهل وفاديت عقيال أي بن أيب طالب واكن أرس مع عمه العباس يف‬
‫غزوة بدر وقوهل فحثا بمهملة ثم مثلثة مفتوحه والضمري يف ثوبه يعود ىلع‬

‫‪20‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫العباس قوهل يقله بضم أوهل من اإلقالل وهو الرفع واحلمل قوهل مر بعضهم‬
‫بضم امليم وسكون الراء ويف رواية أؤمر باهلمزة وقوهل يرفعه باجلزم ألنه‬
‫جواب األمر وجيوز الرفع أي فهو يرفعه قوهل ىلع اكهله أي بني كتفيه وقوهل‬
‫يتبعه بضم أوهل من األتباع وعجبا بالفتح وقوهل وثم منها درهم بفتح املثلثة‬
‫أي هناك ويف هذا احلديث بيان كرم انليب صىل اهلل عليه و سلم وعدم‬
‫اتلفاتة إىل املال قل أو كرث وأن اإلمام ينبيغ هل أن يفرق مال املصالح يف‬
‫مستحقيها وال يؤخره وسيأيت الالكم ىلع فوائد هذا احلديث يف كتاب اجلهاد‬
‫يف باب فداء املرشكني حيث ذكره املصنف فيه خمترصا إن شاء اهلل تعاىل‬
‫وموضع احلاجة منه هنا جواز وضع ما يشرتك املسلمون فيه من صدقة‬
‫وحنوها يف املسجد وحمله ما إذا لم يمنع مما وضع هل املسجد من الصالة‬
‫وغريها مما بين املسجد ألجله وحنو وضع هذا املال وضع مال زاكة الفطر‬
‫ويستفاد منه جواز وضع ما يعم نفعه يف املسجد اكملاء لرشب من يعطش‬
‫وحيتمل اتلفرقه بني ما يوضع للتفرقة وبني ما يوضع للخزن فيمنع اثلاين‬
‫دون األول وباهلل اتلوفيق‬
‫حاشية اجلمل (ج ‪ 14‬ص ‪)462‬‬ ‫‪.3‬‬
‫(فرع ) أفىت شيخنا م ر جبواز وضع اخلزانة يف املسجد إذا لم تضق وحصل‬
‫بسببها نفع اعم ملدرس أو مفت يضع فيها من الكتب ما حيتاج إيله يف‬
‫اتلدريس واإلفتاء ا ه‪.‬‬
‫( فرع ) وقع السؤال يف ادلرس عما يقع كثريا يف مرصنا من وضع القمح يف‬
‫اجلرين هل يستحق من اعتاد الوضع بمحل منه وضعه يف لك سنة حبيث‬

‫‪21‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫يصري أحق به من غريه حىت لو رأى من سبقه إىل وضع غلته فيه منعه‬
‫كمقاعد األسواق أم ال ؟ فيه نظر واجلواب عنه أن الظاهر أنه ال يصري أحق‬
‫به من غريه كمن اعتاد الصالة بمحل من املسجد ألن الغرض حيصل‬
‫بالوضع يف مجيع املجال كما أن الصالة تصح يف مجيع بقاع املسجد وال نظر‬
‫إىل أنه قد يتعلق غرضه بموضع منه كقربه من مزنهل أو بعده عن أطراف‬
‫املحل اليت يه مظنة للرسقة إىل غري ذلك ألن هذه األغراض ال نظر إيلها‬
‫كما أنهم لم ينظروا يف بقاع املسجد إىل حصول اثلواب بالقرب من اإلمام أو‬
‫كونه بميمنة الصف وحنو ذلك ومقاعد األسواق إنما اكن أحق بها تلودل‬
‫الرضر بانقطاع اإلالف عنه وعدم اهتدائهم ملحله فمن سبقه إيله استحقه‬
‫وال حيصل السبق بوضع عالمة يف املحل كما ال حيصل االتلقاط بمجرد‬
‫الوقوف ىلع اللقطة وإنما حيصل السبق بالرشوع يف شغل املحل كوضع يشء‬
‫من الزرع اذلي يراد وضعه يف املحل حبيث يعد أنه رشع يف اتلجرين اعدة‬
‫ا ـه‪.‬‬
‫حاشية اجلمل (ج ‪ 6‬ص ‪)283‬‬ ‫‪.2‬‬
‫( قوهل فهو فضيلة ) أي واتلداوي أفضل منه ملن اكن يف شفائه نفع اعم‬
‫للمسلمني أو خىش ىلع نفسه من اتلضجر بدوام املرض وأن تركه توالك‬
‫أفضل حيث انتىف ذلك ورزق الرضا به ا ه ‪ .‬شوبري‪ .‬وعبارة رشح م ر‬
‫وأفىت انلووي بأن من قوي تولكه فالرتك هل أوىل ومن ضعف يقينه وقل صربه‬
‫فاملداواة هل أفضل وهو كما قال األذريع حسن ويمكن محل الكم املجموع‬
‫عليه انتهت‬

‫‪22‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫الفتاوى الفقهية الكربى (ج ‪ 2‬ص ‪)155‬‬ ‫‪.4‬‬


‫وأن املسجد حر يملك فال جيوز اتلرصف فيه إال بما فيه مصلحة تعود عليه‬
‫أو ىلع عموم املسلمني وأما جمرد املصلحة اخلاصة فال يكتيف بها يف مثل‬
‫ذلك فاتضح أنه ال جيوز إال للمصلحة اخلاصة باملسجد أو العامة لعموم‬
‫املسلمني وال تتحقق تلك املصلحة إال بتلك الرشوط فلم جنوزه إال بها‬
‫فتح العالم (ج ‪ 2‬ص ‪)535-534‬‬ ‫‪.5‬‬
‫وكذا لو علم أنه إنما أعطاه بلاعث اإلحلاح أو احلياء منه أو من احلارضين‬
‫ولواله ملا أعطاه فهو حرام يلزمه رده ويكره السؤال بوجه اهلل ما يتعلق‬
‫بادلنيا ال ما يتعلق باألخرة كتعليم خري‪-‬إىل أن قال‪ -‬حكم إعطاء السائل‬
‫يف املسجد والسؤال فيه وال يكره إعطاء السائل يف املسجد بل هو قربة‬
‫يثاب عليها وإن اكن السؤال فيه مكروها كراهة تزنيه ما لم تدع إيله‬
‫رضورة واال انتفت الكراهه ومثل السؤال اتلعرض هل ومنه ما جرت به‬
‫العادة من القراءة يف املساجد يف أوقات الصالة يلتصدق عليهم أفاد ذلك‬
‫الشربامليس‬
‫‪ .6‬احلاوي الفتاوي (ج ‪ 1‬ص ‪)88‬‬
‫السؤال يف املسجد مكروه كرهة تزنيه وإعطاء السائل فيه قربة يثاب عليها‬
‫وليس بمكروه فضال عن أن يكون حراما هذا هو املنقول واذلي دلت‬
‫عليه األحاديث أما انلقل فقال انلووي يف رشح املهذب يف باب الغسل فرع‬
‫ال بأس بأن يعطى السائل يف املسجد شيئا حلديث عبد الرمحن ابن أيب بكر‬
‫الصديق ريض اهلل عنهما قال قال رسول اهلل ‪ -‬صىل اهلل عليه وسلم ‪ -‬هل‬

‫‪23‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫منكم أحد أطعم ايلوم مسكينا فقال أبو بكر دخلت املسجد فإذا أنا‬
‫بسائل يسأل فوجدت كرسة خزب يف يد عبد الرمحن فأخدتها فدفعتها إيله‬
‫رواه أبو داود بإسناد جيد هذا الكم رشح املهذب حبروفه واحلديث اذلي‬
‫أورده فبه ديلل لألمرين معا أن الصدقة عليه ليست مكروهة وأن السؤال‬
‫يف املسجد ليس بمحرم ألنه ‪ -‬صىل اهلل عليه وسلم ‪ -‬اطلع ىلع ذلك بأخبار‬
‫الصديق ولم ينكره ولو اكن حراما لم يقر عليه بل اكن يمنع السائل من‬
‫العود إىل السؤال يف املسجد وبذلك يعرف أن انليه عن السؤال يف املسجد‬
‫إن ثبت حممول ىلع الكراهة واتلزنيه وهذا صارف هل عن احلرمة قلت ومن‬
‫أخذ حتريمه من كونه مؤذيا للمصلني برفع الصوت فأكرث ما ينهض ذلك‬
‫ديلال للكراهة وقد نص انلووي يف رشح املهذب ىلع أنه يكره رفع الصوت‬
‫باخلصومة يف املسجد ولم حيكم عليه باتلحريم وكذا رفع الصوت بالقراءة‬
‫واذلكر إذا آذى املصلني وانليام نصوا ىلع كراهته الحتريمه واحلكم‬
‫باتلحريم حيتاج إىل ديلل واضح صحيح اإلسناد غري معارض‪-‬إىل أن قال‪-‬‬
‫ثم أ ن انليه عن السؤال يف املسجد لم يرد من طريق صحيح وما وقع يف‬
‫املدخل البن احلاج من حديث من سأل يف املساجد فأحرموه ال أصل هل‬
‫وإنما قلنا بالكراهة أخذا من حديث انليه عن نشد الضالة يف املسجد‬
‫وقوهل إن املساجد لم تنب هلذا قال انلووي يف رشح مسلم يف هذا احلديث‬
‫انليه عن نشد الضالة يف املسجد ويلحق به ما يف معناه يف ابليع والرشاء‬
‫واإلجارة وحنوها وكراهة رفع الصوت يف املسجد بالعلم وغريه وأجاز أبو‬

‫‪24‬‬
Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo

‫حنيفة وحممد بن مسلمة من أصحاب مالك رفع الصوت فيه فيه بالعلم‬
‫واخلصومة وغري ذلك مما حيتاج انلاس إيله ألنه جممعهم فالبد هلم منه انتىه‬
)337 ‫ بغية املسرتشدين (ص‬.7
ْ
‫(مسألة)حيرم وضع املنرب واخلزائن والرسر ىف املسجد وان اكن لطلبة العلم‬
ْ ْ
‫املنقطعني عن أوطانهم ولم يترضر بها املصلون ألن يف ذالك حتجريا‬
‫وتضييقا ىلع املصلني كما ال جيوز وضع املصطبة ىف الشارع املتسع‬
‫للمسلمني وليس هذا اكخليمة املرضوبة ىف املسجد للحاجة فان ذلك جائز‬
ْ
‫ألنه اليدوم‬
:
2) Bolehkah uang saldo acara Maulid Nabi tersebut
dibelikan satu unit komputer dengan alasan
keperluan organisasi? dan apa status uang 5 juta
rupiah yang digunakan untuk kepentingan
organisasi tersebut?
: Tidak boleh, dan harus disimpan untuk
kepentingan acara maulid berikutnya. karena
kepemilikan panitia bersifat terbatas pada Acara
Maulid (Muqoyyadah), kecuali mendapat izin dari para
penyumbang.
Sedangakan status uang Rp 5.000.000,00 (lima
juta rupiah) yang digunakan untuk kepentingan
organisasi tersebut adalah .

25
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫نهاية املحتاج (ج ‪ 18‬ص ‪)141‬‬ ‫‪.1‬‬


‫( قوهل ‪ :‬يلبين به زاوية ) واشتهر عرفا يف الزاوية أنها ترادف املسجد وقد‬
‫ترادف املدرسة وقد ترادف الرباط فيعمل فيها بعرف حملها املطرد وإال‬
‫فبعرف أقرب حمل إيله كما هو قياس نظائره ا ه حج ‪ .‬أقول ‪ :‬وعليه فلو أخذ‬
‫من مجاعة يف بالد متفرقة مثال يلبين زاوية يف حملة كذا اكن العربة بعرف‬
‫حملة الزاوية دون ادلافعني ‪ ،‬لكن هل يشرتط علم ادلافعني بعرف حملة‬
‫الزاوية ولو لم يقصد اآلخذ حمال بعينه حال األخذ بلناء الزاوية حىت يصح‬
‫ذلك ويتخري يف املحل اذلي يبين فيه أو ال بد من اتلعيني ؟ فيه نظر ‪ ،‬وال‬
‫يبعد الصحة وكره يف انلظر جلهة الوقف ما أمكن ‪ ،‬ثم لو بيق من ادلراهم‬
‫اليت أخذها ملا ذكر يشء بعد ابلناء ‪ ،‬فينبيغ حفظه يلرصف ىلع ما يعرض هل‬
‫من املصالح ‪،‬‬
‫حوايش الرشواين والعبادي (ج ‪ 6‬ص ‪)349‬‬ ‫‪.3‬‬
‫قوهل ‪( :‬قال الشيخ أبو حممد الخ) أقره انلهاية قوهل‪( :‬يلبين الخ) شامل لغري‬
‫املوات بأن يشرتي أرضا ويبين فيها حنو الرباط قوهل‪( :‬فيصري كذلك الخ) ولو‬
‫لم يقصد اآلخذ حمال بعينه حال االخذ هل يصح ذلك ويتخري يف املحل اذلي‬
‫يبين فيه أو ال بد من اتلعيني فيه نظر وال يبعد الصحة توسعة يف انلظر جلهة‬
‫الوقف ما أمكن ثم لو بيق من ادلراهم اليت أخذها ملا ذكر شئ بعد ابلناء‬
‫فينبيغ حفظه يلرصف ىلع ما يعرض هل من املصالح اه ع ش وبيق فيما لو‬
‫أخذ من انلاس شيئا ليشرتي به بيتا يف مكة مثال بدون قصد وبيان حمل‬
‫بعينه منها ويقفه ىلع جهة خمصوصة مثال فهل يصح ذلك ويتخري يف املحل‬

‫‪26‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫اذلي يشرتيه فيه أو ال بد من تعيينه حال االخذ وقضية قول املحيش وال‬
‫يبعد الصحة توسعة الخ االول فلرياجع‬
‫بغية املسرتشدين (ج ‪ 1‬ص ‪)267‬‬ ‫‪.2‬‬
‫فرع ‪ :‬أعطى آخر دراهم ليشرتي بها عمامة مثال ‪ ،‬ولم تدل قرينة حاهل ىلع‬
‫أن قصده جمرد اتلبسط املعتاد لزمه رشاء ما ذكر وإن ملكه ألنه ملك مقيد‬
‫يرصفه فيما عينه املعطي ‪ ،‬ولو مات قبل رصفه يف ذلك انتقل لورثته ملاك‬
‫مطلقا كما هو ظاهر لزوال اتلقييد بموته ‪ ،‬كما لو ماتت ادلابة املوىص بعلفها‬
‫قبل اتلرصف فيه ‪ ،‬فإنه يترصف فيه مالكها كيف شاء وال يعد لورثة املويص‬
‫‪ ،‬أو برشط أن يشرتي بها ذلك بطل اإلعطاء من أصله ‪ ،‬ألن الرشط رصيح‬
‫يف املناقضة ال يقبل تأويال خبالف غريه ا ـهحتفة‪.‬‬
‫بغية املسرتشدين (ص ‪)174‬‬ ‫‪.4‬‬
‫وظيفة الويل فيما توىل فيه حفظه وتعهده واتلرصف فيه بالغبطة واملصلحة‬
‫ورصفه يف مصارفه هذا من حيث اإلمجال‬
‫إاعنة الطابلني (ج ‪ 2‬ص ‪)144‬‬ ‫‪.5‬‬
‫( قوهل وال يشرتط اإلجياب والقبول الخ ) رشوع يف بيان الصدقة واهلدية (‬
‫قوهل قطعا ) أي خبالف ( قوهل ويه ما أعطاه حمتاجا الخ ) فإن اكن ذلك بال‬
‫صيغة فيه صدقة فقط وإن اكن معها فيه صدقة وهبة ومثله يقال يف اهلدية‬
‫( واحلاصل ) أنه إن ملك ألجل االحتياج أو لقصد اثلواب مع صيغة اكن‬
‫هبة وصدقة وإن ملك بقصد اإلكرام مع صيغة اكن هبة وهدية وإن ملك ال‬
‫ألجل اثلواب وال اإلكرام بصيغة اكن هبة فقط وإن ملك ألجل االحتياج أو‬

‫‪27‬‬
‫‪Hasil Keputusan - - - FForum Bahtsul Masa-ilF - - - P3TQ Lirboyo‬‬

‫اثلواب من غري صيغة اكن صدقة فقط وإن ملك ألجل اإلكرام من غري‬
‫صيغة اكن هدية فقط فبني اثلالثة عموم وخصوص من وجه ( قوهل أو غنيا‬
‫ألجل ثواب اآلخرة ) أي أو أعطاه غنيا ألجل ثواب اآلخرة وهو يفيد أنه إن‬
‫أعطاه غنيا ال ألجل ثواب اآلخرة لم يكن صدقة وهو ظاهر‬
‫املجموع رشح املهذب (ج ‪ 14‬ص ‪)111- 119‬‬ ‫‪.6‬‬
‫(فصل ) وال يملك الوكيل من اتلرصف إال ما يقتضيه اذن املولك من جهة‬
‫انلطق أو من جهة العرف الن ترصفه باالذن فال يملك اال ما يقتضيه االذن‬
‫واالذن يعرف بانلطق وبالعرف‬

‫واهلل أعلم بالصواب‬


‫امهلل انفعنا بما علمتنا * وعلمنا ما ينفعنا * وزدنا علما * احلمد هلل ىلع لك‬
‫حال * ونعوذ بك من حال أهل انلار * وصىل اهلل ىلع سيدنا حممد وىلع أهل‬
‫وصحبه وسلم * واحلمد هلل رب العاملني *‬
‫آمني‬

‫‪28‬‬
Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il Kubro Ke-01
PP Putri Lirboyo Al-Mahrusiyah
Kediri, Jawa Timur
14 Jumadil Ula 1440 H/20 Januari M

MUSHAHIH PERUMUS MODERATOR


1. KH. Melvin Zainul 1. Ust. Mubasyarum bihi
‘Asyiqien, S.HI, M.Pd.I 2. Ust. Abu syamsuddin Ana Muntadzirotul
2. Agus H. Nabil Ali 3. Ust. Mahrus Maghfiroh
‘Utsman, S.Pd.I 4. Ust. Ahmad Shobirin
3. Agus H. Izzul Maula NOTULEN
Dliyaullah, S.Pd
Desy Erlina Sari

MEMUTUSKAN

1.DOSA JARIYAH (Pondok Al-Mahrusiyah III Ndalem Barat)

Deskripsi Masalah
Di Era Milenial ini manusia di besarkan oleh teknologi yang sudah canggih.
Hampir disetiap kehidupan kita tak luput dari kecanggihan teknologi. Bahkan
makanan pun bisa dipesan secara online. Dan yang sedang marak saat ini adalah
Media Sosial (Medsos) yang telah tersebar di seluruh kalangan, mulai dari anak
kecil, remaja, dewasa dan bahkan orang tua. Semua orang bebas
mengekspresikan aktivitas yang meraka lakukan dengan mem-postingnya di
Medsos baik itu Facebook, Instagram, Path maupun yang lain.
Menanggapi hal tersebut salah seorang Da’i terkemuka memberikan
pernyataan; “Perempuan. Dia sedang tidur, Malaikat catat dosa untuknya. Dia
sedang sholat, Malaikat catat dosa untuknya. Dia sedang makan, menyapu
rumah, belajar, tapi Malaikat tetap mencatat dosa untuknya. Dia diam pun
Malaikat tetap mencatat dosa untuknya. Apa salah dia ?. Ternyata banyak mata
melihat foto dirinya di Medsos. Setiap kali pria melihat fotonya, malaikat catat
dosa untuknya. Inilah yang dinamakan DOSA JARIYAH”.
Pertanyaan :

a. Apakah pernyataan dosa jariyah tersebut bisa dibenarkan ?


Jawaban:
Bisa dibenarkan (termasuk dosa jariyah), jika dalam mengupload foto tersebut
diyakini atau diduga menimbulkan fitnah/ syahwat, dengan indikasi seperti foto
yang mengumbar aurat, foto-foto yang genit, menambah caption lebay. Jika
tidak ada dugaan demikian, maka hukum mengupload foto adalah boleh dan
bukan termasuk dosa jariyah. Namun Sebaiknya bagi perempuan menghindari
mengupload foto di medsos yang tidak bermanfaat seperti dengan tujuan
eksis.

NB: Yang dimaksud fitnah adalah ketertarikan hati atau dorongan untuk
melakukan zina atau muqoddimahnya. Dan mengundang orang lain untuk
berkomentar yang negative menurut syara’ seperti berkomentar yang tidak
senonoh.
Referensi
1. Faidlul Qodir Syarah jami’us Shoghir, juz 1, hal. 438-438
2. Dalilul falihin , Juz 2, hal. 446
3. Syarah Nawawi Muslim juz 11, hal. 26
4. Dll.

438 - 437 ‫ صـ‬1 ‫ فيض القدير جـ‬.1


‫ ابن آدم (انقطع عمله) أي فائدة عمله وتجديد ثوابه يعني ال تصل إليه‬:‫(إذا مات اإلنسان) وفي رواية‬
‫فائدة شيء من عمله كصالة وحج (إال من ثالث) أي ثالثة أشياء فإن ثوابها ال ينقطع لكونها فعال دائم‬
‫الخير متصل النفع وألنه لما كان السبب في اكتسابها كان له ثوابها (صدقة) لفظ رواية مسلم إال من‬
.‫صدقة وتبع المصنف في إسقاطها المصابيح مع ثبوتها في مسلم والحميدي وجامع األصول والمشارق‬
‫ وهو بدل من قوله إال من ثالث وفائدة التكرير مزيد تقرير واعتناء بشأنها واالستثناء متصل‬:‫قال الطيبي‬
‫تقديره ينقطع ثواب أعماله من كل شيء كصالة وزكاة وحج وال ينقطع ثواب عمله من هذه الثالثة‬
.‫(جارية) دائمة متصلة كالوقوف المرصدة فيدوم ثوابها مدة دوامها (أو علم ينتفع به) كتعليم وتصنيف‬
Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
2
‫قال السبكي والتصنيف أقوى لطول بقائه على ممر الزمان الى ان قال قال المنذري‪ :‬وناسخ العلم النافع‬
‫له أجره وأجر من قرأه أو كتبه أو عمل به ما بقي خطه وناسخ ما فيه إثم عليه وزره ووزر ما عمل به ما‬
‫بقي خطه‬
‫دليل الفالحين لطرق رياض الصالحين جـ ‪ 2‬صـ ‪ 446‬لمحمد علي بن محمد بن عالن بن إبراهيم البكــر‬ ‫‪.2‬‬
‫الصديقي الشافعي‬
‫(من سن في اإلسالم سنة حسنة) أي‪ :‬طريقة مرضية‪ ،‬وإن لم يكن حسنها بالنص بل باالستنباط بأن‬
‫دعا لفعلها بقول أو فعل أو أعان عليها أو فعلها فاقتدى به في فعلها (فله أجرها وأجر من عمل بها من‬
‫بعده) أي‪ :‬ومثل أجره فتم مضاف وإنه لما تسبب في إيجاده جعل كأنه العامل لها المأجور بها ففي‬
‫الكالم تجوّ ز (من غير أن ينقص من أجورهم شيء) فاعل ينقص‪ :‬أي‪ :‬إن حصول أجر مثل الفاعل لها‬
‫سن في اإلسالم سنة سيئة) معصية وإن‬ ‫لداللته عليها ال يدخل به شيء من النقص في أجورهم (ومن ّ‬
‫قلَّت بأن فعلها فاقتدى به فيها أو دعا إليها أو أعان عليها (كان عليه وزرها) أي‪ :‬وزر عملها (ووزر‬
‫من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء) وذلك ألن فعل المكلفين وإن كان غير‬
‫موجب وال مقتض لثواب وال عقاب بذاته إال أن هللا تعالى أجرى عادته اإللهية بربطهما به ارتباط‬
‫المسبب بالسبب‬
‫الحاو للفتاو ـ للسيوطى جـ ‪ 2‬صـ ‪127‬‬ ‫‪.3‬‬
‫والحاصل أن لفظ االتحاد مشترك ‪ ،‬فيطلق على المعنى المذموم الذي هو أخو الحلول وهو كفر ‪ ،‬ويطلق‬
‫على مقام الفناء اصطالحا ً اصطلح عليه الصوفية وال مشاحة في االصطالح إذ ال يمنع أحد من استعمال‬
‫لفظ في معنى صحيح ال محذور فيه شرعا ً ‪ ،‬ولو كان ذلك ممنوعا ً لم يجز ألحد أن يتفوه بلفظ االتحاد‬
‫وأنت تقول بيني وبين صاحبي زيد اتحاد ‪ ،‬وكم استعمل المحدثون ‪ ،‬والفقهاء ‪ ،‬والنحاة ‪ ،‬وغيرهم لفظ‬
‫االتحاد في معان حديثية ‪ ،‬وفقهية ‪ ،‬ونحوية كقول المحدثين ‪ :‬اتحاد مخرج الحديث ‪ .‬وقول الفقهاء ‪ :‬اتحد‬
‫نوع الماشية وقول النحاة ‪ :‬اتحد العامل لفظا ً أو معنى‬
‫شرح النووي على مسلم (‪)26 /11‬‬ ‫‪.4‬‬
‫(لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاااهديه وقااال هاام سااواء) هااذا تصااريح‬
‫بتحريم كتابة المبايعة بين المترابيين والشهادة عليهما وفيه تحريم اإلعانة على الباطل وهللا أعلم‬
‫قواعد األحكام في مصالح األنام (‪)75 /2‬‬ ‫‪.5‬‬
‫وكل تصرف جر فسادا أو دفع صالحا فهو منهي عنه كإضاعة المال بغير فائدة‬
‫بغية المسترشدين الجزء االول ص‪260 :‬‬ ‫‪.6‬‬
‫ان أن‬‫(مسألة ‪ :‬ي) ‪ :‬كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشيء يستعمل في مباح وغيره ‪ ،‬فإن علاام أو ّا ّ‬
‫آخذه يستعمله في مباح كأخذ الحرياار لماان يحاال لااه ‪ ،‬والعنااب لبكاال ‪ ،‬والعبااد للخدمااة ‪ ،‬والسااالح للجهاااد‬
‫وال ذب عن النفس ‪ ،‬واألفيون والحشيشة للاادواء والرفااق حلاات هااذه المعاملااة بااال كراهااة ‪ ،‬وإن ّاان أنااه‬
‫يستعمله في حرام كااالحرير للبااالو ‪ ،‬ونحااو العنااب للسااكر ‪ ،‬والرقيااق للفاحشااة ‪ ،‬والسااالح لقطااع الطريااق‬
‫والظلم ‪ ،‬واألفيون والحشيشة وجوزة الطيب الستعمال المخذّر حرمت هذه المعاملة ‪ ،‬وإن شا ّ‬
‫اك وال قرينااة‬
‫كرهت ‪ ،‬وتص ّح المعاملة في الثالث ‪ ،‬لكن المأخوذ في مسألة الحرمة شبهته قوية ‪ ،‬وفااي مسااألة الكراهااة‬
‫أخف‪.‬‬
‫حاشيتا قليوبي ‪ -‬وعميرة * (‪)95 /11‬‬ ‫‪.7‬‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪3‬‬
‫والنظر بشهوة حرام قطعا لكل منظور إليه من محرم وغيره ‪ ،‬غير زوجته وأمته والتعرض له هنااا بعااض‬
‫المسائل ليس لالختصاص بل لحكمة تظهر بالتأمل قوله ‪ ( :‬والنظر بشهوة حرام قطعا ) هااو مفهااوم كااالم‬
‫المصنف قبله الذي هو محل الخالف ‪ ،‬ومراد الشارح بذلك دفااع مااا يقااال تقيياادا لمصاانف بعاادم الشااهوة ال‬
‫محل له ؛ ألن الحرمة معها أيضا ‪ ،‬وحاصل الدفع أن الحرمااة مااع الشااهوة معلومااة ال تحتاااج إلااى تنبيااه ‪،‬‬
‫والتعرض لها ليس ألجل اعتبار مفهوم ‪ ،‬وإنما هو ألجل حكمة تتوقف على التأمل ‪ ،‬والمااراد بكاال منظااور‬
‫إليه مما هو محل الشهوة ال نحو بهيمة وجدار قاله شيخنا الزيادي ولاام يوافقااه بعااض مشااايخنا ‪ ،‬وجعلااه‬
‫شامال حتى للجماد وفيه نظر ّاهر ‪ ،‬وكالم الشارح ّاهر في األول فتأمله ‪.‬‬
‫‪ .8‬الفقه اإلسالمي وأدلته الجزء الرابع ص‪224 :‬‬
‫أما التصوير الشمسي أو الخيالي فهذا جائز‪ ،‬وال مانع من تعليق الصور الخيالية في المنااازل وغيرهااا‪ ،‬إذا‬
‫لم تكن داعية للفتنة كصور النساء التي يظهاار فيهااا شاايء ماان جساادها غياار الوجااه والكفااين‪ ،‬كالسااواعد‬
‫والسيقان والشعور‪ ،‬وهذا ينطبق أيضااا علااى صااور التلفاااز ومااا يعاارض فيااه ماان رقااص وتمثياال وغناااء‬
‫مغنيات‪ ،‬كل ذلك حرام في رأيي‬
‫‪ .9‬توشيح على ابن قاسم ص‪197 :‬‬
‫الفتنة هي ميل النفس ودعاؤها إلى الجماع أو مقدماته والشهوة هو أن يلتذ بالنظر‬
‫‪ .10‬فتح البارى الجزء الثالث عشر ص‪3 :‬‬
‫الفتنة وقال غيره اصل الفتنة االختبار ثم استعمل فيما اخرجته المحنة واالختبااار الااى المكااروه ثاام اطلقاات‬
‫على كل مكروه او آيل اليه كالكفر واالثم والتعريض والفضيحة والفجور وغير ذلك‬
‫‪ .11‬الفتح المبين بشرح األربعين ~ صـ ‪241‬‬
‫فإذا تردد شيء بين الحل والحرمة ولم يكن فيه نص او اجماع اجتهد فيه المجتهد واخااذ بأحاادهما بالاادليل‬
‫الشرعي فيصير مثله وقد يكون دليله غير خال عن االحتمال فيكون الورع تركه كمااا يرشااد قولااه فماان‬
‫اتقي الشبهات‪.‬‬
‫‪ .12‬اتحاف السادة الجزء السابع ص‪460 :‬‬
‫وإنما قال من حسن إسالم المرء ولم يقل من حسن إيمان المرء ألن االسالم عبارة عاان األعمااال الظاااهرة‬
‫والفعل والترك إنما يتعاقبان عليها وزاد حساان إيماااء إلااى أنااه العباارة بصااور األعمااال فعااال وتركااا إال إن‬
‫اتصفت بالحسن بأن توفرت شروط مكمالتهااا فضااال عاان المصااححات وجعاال التاارك تاارك مااا اليعنيااه ماان‬
‫الحسن مبالغة وفي إفهامه من قبح إسالم المرء أخذه فيما ال يعنيه والذي اليعني الفضول كله علااى تباااين‬
‫أنواعه وهذا الحديث قالوا ربع اإلسالم وقيل نصفه وقيل كله‬
‫‪Pertanyaan :‬‬
‫? ‪b.Jika dibenarkan apakah hanya berlaku bagi perempuan saja‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Tidak berlaku hanya bagi perempuan saja, dosa jariyah juga berlaku bagi laki-‬‬
‫‪laki sesuai dengan ketentuan hukum sebagaimana dalam sub a.‬‬

‫‪Referensi‬‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪4‬‬
‫‪1. Tarsyihul Mustafyidin, hal. 296‬‬
‫‪2. Raudlatut thalibin, juz 2, hal 456‬‬

‫‪ .1‬ترشيخ المستفيدين ص ‪296‬‬


‫وقال شيخنا العالمة السيد محمد بن احمد األهدل رحمه هللا في نشر اإلعالم وكذا لو تحقق رجل نظر‬
‫إمرأة الى وجهه يلزمه ستره‬
‫‪ .2‬روضة الطالبين وعمدة المفتين * (‪(456 /2‬‬
‫الضرب الرابع نظر المرأة إلى الرجل وفيه أوجه أصحها لها النظر إلى جميع بدنه إال ما بين السرة‬
‫والركبة والثاني لها نظر ما يبدو منه في المهنة فقط والثالث ال ترى منه إال ما يرى منها‪.‬قلت هذا الثالث‬
‫هو األصح عند جماعة وبه قطع صاحب المهذب وغيره لقول هللا تعالى وقل للمؤمنات يغضضن من‬
‫أبصارهن ولقوله صلى هللا عليه وسلم أفعمياوان أنتما أليس تبصرانه الحديث وهو حديث حسن و هللا‬
‫أعلم‪.‬‬

‫‪Pertanyaan :‬‬

‫‪c. Bagaimana hukumnya bagi Caleg (Calon Legislatif) perempuan yang‬‬


‫‪memasang fotonya di poster/pamflet disepanjang jalan penjuru kota ataupun‬‬
‫? ‪desa yang memiliki hajat agar dikenal di seluruh kalangan masyarakat‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Diperbolehkan jika tidak ada dugaan menimbulkan fitnah atau syahwat. Jika‬‬
‫‪ragu-ragu menimbulkan fitnah atau syahwat maka hukumya makruh.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Bughiyatul Mustarsyidin, Juz 1. Hal. 260‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Haiyatul Qulyubi, Juz 4. Hal.95‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Al fikhi Al – Islami Wa adillatihi juz 4, hal. 224‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Dll‬‬
‫‪ .1‬بغية المسترشدين الجزء االول ص‪260 :‬‬
‫ّ‬
‫(مسألة ‪ :‬ي) ‪ :‬كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشيء يستعمل في مباح وغيره ‪ ،‬فإن علاام أو ّاان أن‬
‫آخذه يستعمله في مباح كأخذ الحرياار لماان يحاال لااه ‪ ،‬والعنااب لبكاال ‪ ،‬والعبااد للخدمااة ‪ ،‬والسااالح للجهاااد‬
‫والذب عن النفس ‪ ،‬واألفيون والحشيشة للاادواء والرفااق حلاات هااذه المعاملااة بااال كراهااة ‪ ،‬وإن ّاان أنااه‬
‫يستعمله في حرام كااالحرير للبااالو ‪ ،‬ونحااو العنااب للسااكر ‪ ،‬والرقيااق للفاحشااة ‪ ،‬والسااالح لقطااع الطريااق‬
‫والظلم ‪ ،‬واألفيون والحشيشة وجوزة الطيب الستعمال المخذّر حرمت هذه المعاملة ‪ ،‬وإن شا ّ‬
‫اك وال قرينااة‬
‫كرهت ‪ ،‬وتص ّح المعاملة في الثالث ‪ ،‬لكن المأخوذ في مسألة الحرمة شبهته قوية ‪ ،‬وفااي مسااألة الكراهااة‬
‫أخف‪.‬‬
‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪5‬‬
‫‪ .2‬حاشيتا قليوبي ‪ -‬وعميرة * (‪)95 /4‬‬
‫والنظر بشهوة حرام قطعا لكل منظور إليه من محرم وغيره ‪ ،‬غير زوجته وأمته والتعرض له هنااا بعااض‬
‫المسائل ليس لالختصاص بل لحكمة تظهر بالتأمل قوله ‪ ( :‬والنظر بشهوة حرام قطعا ) هااو مفهااوم كااالم‬
‫المصنف قبله الذي هو محل الخالف ‪ ،‬ومراد الشارح بذلك دفااع مااا يقااال تقيياادا لمصاانف بعاادم الشااهوة ال‬
‫محل له ؛ ألن الحرمة معها أيضا ‪ ،‬وحاصل الدفع أن الحرمااة مااع الشااهوة معلومااة ال تحتاااج إلااى تنبيااه ‪،‬‬
‫والتعرض لها ليس ألجل اعتبار مفهوم ‪ ،‬وإنما هو ألجل حكمة تتوقف على التأمل ‪ ،‬والمااراد بكاال منظااور‬
‫إليه مما هو محل الشهوة ال نحو بهيمة وجدار قاله شيخنا الزيادي ولاام يوافقااه بعااض مشااايخنا ‪ ،‬وجعلااه‬
‫شامال حتى للجماد وفيه نظر ّاهر ‪ ،‬وكالم الشارح ّاهر في األول فتأمله ‪.‬‬
‫‪ .3‬الفقه اإلسالمي وأدلته الجزء الرابع ص‪224 :‬‬
‫أما التصوير الشمسي أو الخيالي فهذا جائز‪ ،‬وال مانع من تعليق الصور الخيالية في المنااازل وغيرهااا‪ ،‬إذا‬
‫لم تكن داعية للفتنة كصور النساء التي يظهاار فيهااا شاايء ماان جساادها غياار الوجااه والكفااين‪ ،‬كالسااواعد‬
‫والسيقان والشعور‪ ،‬وهذا ينطبق أيضااا علااى صااور التلفاااز ومااا يعاارض فيااه ماان رقااص وتمثياال وغناااء‬
‫مغنيات‪ ،‬كل ذلك حرام في رأيي‬

‫‪MUSHAHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬


‫‪1. KH. Melvin Zainul‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪Ust. Mubasyar Bihi‬‬
‫‪‘Asyiqien, S.HI, M.Pd.I‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Ust. Abu Syamsudin‬‬ ‫‪Rosida Agustina‬‬
‫‪2. Agus H. Nabil Ali‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Ust. Nurul Mustofa, S.Pd‬‬ ‫)‪(HMQ‬‬
‫‪‘Utsman, S.Pd.I‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Ust. Ulin Nuha‬‬
‫‪3. Agus H. Izzul Maula‬‬ ‫‪NOTULEN‬‬
‫‪Dliyaullah, S.Pd‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Ust. Muhammad Edi‬‬
‫‪6.‬‬ ‫‪Ust. zainul Arifin‬‬ ‫‪Ulvia Wardani‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪Ust. Isa Anshori‬‬ ‫)‪(HMQ‬‬

‫‪MEMUTUSKAN‬‬

‫)‪1. DILEMA NAFAQOH HARI LIBUR ( P3 Hidayatul Mubtadi-aat Lirboyo‬‬

‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Dalam leteratur kitab kuning telah dijelaskan , bahwa pemberian nafkah‬‬
‫‪bagi orang tua kepada anaknya adalah sebuah kewajiban bahkan ketika seorang‬‬
‫‪anak telah mencapai umur baligh sekalipun dengan catatan anak tersebut masih‬‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪6‬‬
dalam rangka mencari ilmu dan bisa diharapkan keberhasilannya, seperti yang
tertera berikut ini :

)4/ 120( ‫حاشية البجيرمي على المنهاج‬

‫ والمعتمااد‬, ‫ولو أمكن الفرع اإلكتساب ومنعه منه اإلشتغال با العلم فهل تجب نفقته على اصله اوال ؟ فيه تردد‬
.‫الوجوب بشرط أن يستفيد من اإلشتغال فائدة يعتد بها عرفا بين المشتغلين‬
Saat waktu liburan tiba, banyak para santri yang masih banyak
menikmati hari liburnya untuk dihabiskan dipondok dengan alasan karena hal
tersebut merupakan keinginan orang tua, atau lebih aman liburan dipondok
agar terhindar dari kemaksiatan dan ada pula yang hanya menuruti
keinginannya sendiri sebab mereka bisa bebas dari pantauan orang tua. Begitu
pula dengan aktifitas mereka, ada yang mengikuti kegiatan mengaji, roan dan
hal positif lainnya. Namun ada juga yang hanya tidur – tiduran di kamar serta
ada pula yang pergi jalan – jalan.
Sebenarnya saat liburan tiba, semua kegiatan wajib belajar mengajar
sudah diliburkan. Kendati demikian para orang tua tetap memberikan nafaqoh
anaknya yang masih berada di pondok. Sebab para orang tua menganggap hal
tersebut merupakan kewajiban baginya demi keberlangsungan belajar
mengajar sang anak.
Dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa anak yang wajib
dinafaqohi orang tua adalah mereka yang berhak menerima zakat sebab mereka
masih tersibukkan dengan belajar mengajarnya sehingga tidak sempat untuk
bekerja mencari nafkah sendiri seperti keterangan di bawah ini :
)180 ‫نها ية الزين في إرشاد المبتدئين (ص‬
‫ولو كان له كسب الئق به لكنه كان مشتغال بالعلم الشرعي الذي يتأتى منااه تحصاايله والكسااب يمنعااه جاااز لااه‬
. ‫األخذ من الزكاة قال بعضهم و حينئذ تجب نفقته على والده والعلم الشرعي الفقه والتفسير والحديث واالتها‬
Namun dalam kitab lain dijelaskan bahwa orang yang hanya beribadah dan
menetap di pondok itu tidaklah tergolong mereka orang yang berhak menerima
zakat karna statusnya tidak faqir :
)175/4(‫مغني المحتاج إلى معرفة ألفاّ المنهاج‬
‫(ولو اشتغل بعلم) شرعي كما في الروضة يتأتى منه تحصيل كما قاله الاادارمي وأقااراه (والكسااب يمنعااه) ماان‬
‫(و لااو اشااتغل‬-‫إلااى أن قااال‬-‫اشتغاله بذلك (ففقياار) فيشااتغل بااه و يأخااذ ماان الزكاااة ألن تحصاايله فاارض كفايااة‬
.‫بالنوافل) للعبادات و مالزمة الخلوات في المدارس و نحوها (فال) يكون فقيرا‬

Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
7
‫‪Pertanyaan :‬‬
‫‪a. Apakah orang tua wajib menafkahi anaknya ketika waktu liburan seperti‬‬
‫?‪dalam deskripsi‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Wajib menafkahi apabila si anak tersebut tetap memprioritaskan belajar‬‬
‫‪daripada kegiatan lainya.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪AI-Mu’jam Al-Washit, Juz 1. Hal. 48‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Nihayat AI- Zain, Juz 1. Hal.348‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Tuhfatul Muhtaj & Hawasyi syarwani 4, hal. 348‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Dll‬‬

‫المعجم الوسيط (‪)48 /1‬‬ ‫‪.1‬‬


‫( شغل ) عنه بكذا تلهى به ويقال منه ما أشغله( شغله ) مبالغة شغله وجعله يشتغل ( اشتغل ) بكااذا عماال‬
‫وتلهى به عن غيره والدواء في جسمه سرى ونجع‬
‫نهاية الزين شرح قرة العين ‪( -‬ج ‪ / 1‬ص ‪)348‬‬ ‫‪.2‬‬
‫ولو كان له كسب الئق به لكنه كان مشتغالً بالعلم الشرعي الذي يتأتى منه تحصاايله والكسااب يمنعااه جاااز‬
‫له األخذ من الزكاة قال بعضهم‪ .‬وحينئذ تجب نفقته على والده‬
‫تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني (‪)347 /4‬‬ ‫‪.3‬‬
‫وبحث األذرعي وجوبها لفرع كبير لم تجر عادته بالكسب‪ ،‬أو شغله عنه اشتغال بالعلم أخااذا ممااا ماار فااي‬
‫قسم الصدقات انتهى‪( .‬قوله‪ :‬لم تجر عادته بالكسب) أي‪ :‬وإن قدر على الكسب وتعلمه وإال فال حاجااة إلااى‬
‫بحثه لما مر في الشارح قبيل قول المصنف وإن اختلف دينهما وعن ع ش عند قول المصنف‪ ،‬أو مجنونا‬
‫(قوله‪ :‬أو شغله عنه إلخ) المعتمد الوجوب حينئذ لكن بشرط أن يستفيد من االشتغال فائدة يعتد بهااا عرفااا‬
‫بين المشتغلين ويظهر فيمن حفظ القرآن‪ ،‬ثم نسيه بعد البلوغ وكان اشتغاله بحفظه يمنعه من الكسب‪ ،‬إن‬
‫اشتغاله بالحفظ حينئذ كاالشتغال بالعلم إن لم يتيسر الحفظ في غير أوقات الكسب اها‪.‬‬
‫ترمسي الجزء الثاني ص‪145 :‬‬ ‫‪.4‬‬
‫قوله ‪ ( :‬وكان يتأتى منه ذلك ) أي حفظ الفرأن والعلوم لشرعية وألتهااا ‪ ,‬قااال فااي اإليعاااب ( بااأن يرجااى‬
‫نفعه له أو لغيره وان لم ينجب فيه ‪ ,‬بخااالف ماان ال يتااأتى منااه ذلااك ‪ ,‬وقياال البااد أن يرجااى تفقهااه ونفااع‬
‫المسلمين به‪ .‬قال األذرعي ‪ :‬ويظهر ان محل الخالف فيما هو فرض كفاية ال عين ‪ .‬انتهااى ‪ ,‬قياال ‪ :‬وفيااه‬
‫نظر والنظر واضح ‪ ,‬إذ الصوار ‪ :‬انه ال يرجى منه ما ذكر فاشتغاله بااه عبااث‪ ,‬والكااالم فيمااا لاايس لااه مااا‬
‫يكفيه من مدرسة وغيرها كما قال الزركشي ‪ ,‬وهو واضح وفي الوسيط ان المتفقااه المعطاال الااذي يسااكن‬
‫المدارس من غير تحصيل اليعطى مع القدرة على الكسب وحكى ابن الرفعة فيه اإلتفاق وفسر ابن عجياال‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪8‬‬
‫بأنه الذي اليدرس مع معرفته في الفقه ويمكن ان يراد بااه ماان تفقااه يساايرا ثاام أعاارض عاان التحصاايل )‬
‫انتهى‬
‫‪ .5‬الفتاوى الكبرى الفقهية على مذهب اإلمام الشافعي * (ص‪)52 :‬‬
‫وسئل رضي هللا عنه هل للمعلمين في تاارك التعلاايم يااوم الجمعااة أثاار؟ فأجاااب أطااال هللا فااي مدتااه‬
‫حكمة ترك التعليم وغيره من األشغال يوم الجمعة أنه يوم عيد المؤمنين كما ورد ويوم العيد ال يناساابه أن‬
‫يفعل فيه األشغال وأيضا فالناس مأمورون فيه بالتبكير إلااى المسااجد مااع التهيااؤ قبلااه بالغساال والتنظيااف‬
‫بإزالة األوساخ وجميع ما يزال للفطرة كحلق الرأس لمن اعتاده وشق عليه بقاء الشعر فإن الحلق حينئااذ‬
‫سنة‬
‫‪ .6‬إحياء علوم الدين (‪)283 /2‬‬
‫ومهما كان الغرض اللعب والتلذذ باللهو فذلك إنما يباح لما فيه من ترويح القلااب إذ راحااة القلااب معالجااة‬
‫له في بعض األوقات لتنبعث دواعيه فيشتغل في سائر األوقات بالجد الدنيا كالكسب والتجارة أو في الاادين‬
‫كالصالة والقراءة واستحسان ذلك فيما بين تضاعيف الجد كاستحسان الخااال علااى الخااد ولااو اسااتوعبت‬
‫الخيالن في الوجه لشوهته فما أقبح ذلك فيعود الحسن قبحا بسبب الكثرة فما كل حساان يحساان كثيااره وال‬
‫كل مباح يباح كثيره بل الخبز مباح واالستكثار منه حرام فهذا المباح كسائر المباحات‬
‫‪ .7‬األذكار النووية ص ‪( 279 :‬دار إحياء الكتب العربية)‬
‫وروينا فى كتاب الترمذى عن ابن عباس ‪ -‬رضي هللا عنه ‪ -‬عن النبى ‪ -‬صاالى هللا عليااه وساالم ‪ -‬قااال وال‬
‫تمار أخاك وال تمازحه وال تعده موعدا فتخلفه قال العلماء المزاح المنهى عنه هو الذى فيه إفراط ويااداوم‬
‫عليه فإنه يورث الضحك وقسوة القلب ويشغل عن ذكر هللا تعااالى والفكاار فااى مهمااات الاادين ويااؤول فااى‬
‫كثير من األوقات إلى اإليذاء ويورث األحقاد ويسقط المهابة والوقار فأمااا مااا ساالم ماان هااذه األمااور فهااو‬
‫المباح الذى كان رسول هللا ‪ -‬صلى هللا عليه وسلم ‪ -‬يفعله فإنه ‪ -‬صلى هللا عليه وساالم ‪ -‬إنمااا كااان يفعلااه‬
‫فى نادر من األحوال المصلحة وتطييب نفس المخاطااب ومؤانسااته وهااذا ال منااع منااه قطعااا باال هااو ساانة‬
‫مستحبة إذا كان بهذه الصفة فاعتمد ما نقلناه عن العلماء وحققناه فى هذه األحاديث وبيان أحكامهااا فإنااه‬
‫مما يعظم االحتياج إليه وباهلل التوفيق‬

‫‪Pertanyaan :‬‬
‫‪b. Sebatas mana seorang anak masih dianggap isytighol bil ilmi yang‬‬
‫?‪mewajibkan nafaqoh bagi orang tua‬‬

‫‪Jawaban:‬‬
‫‪seorang anak yang menyibukkan diri dengan belajar wajib dinafkahi oleh orang‬‬
‫‪tua jika memenuhi syarat berikut:‬‬
‫‪1. Ilmu yang dipelajari adalah ilmu yang fardlu A'in atau fardlu kifayah seperti‬‬
‫‪ilmu kedokteran, ilmu teknologi dll.‬‬
‫‪2. diharapkan keberhasilanya‬‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪9‬‬
‫‪Catatan :‬‬
‫‪❖ Menurut Imam Qoffal pelajar yang menyibukkan diri dengan ilmu sunah‬‬
‫‪tetap wajib dinafkahi orang tua‬‬
‫‪❖ Menurut sebagian pendapat orang tua wajib menafkahi anak yang‬‬
‫‪menyibukkan diri dengan belajar meskipun tidak diharapkan‬‬
‫‪keberhasilanya‬‬
‫‪❖ Menurut Imam Al-Adzra'i dan Al-Rafi'i jika kebiasaan anak tergolong‬‬
‫‪orang yang tidak terbiasa bekerja secara adat seperti keturunan orang‬‬
‫‪mulia, maka orang tua tetap wajib menafkahi meskipun tidak‬‬
‫‪menyibukan diri dengan belajar.‬‬

‫‪Referensi‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪Fathal Qorib hlm 260‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Syarh Yaqut al-Nafis hlm 673‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Tuhfah al-Muhtaj juz 7 hlm 152‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Tuhfah al-Habib juz 4 hlm 440‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪Dll‬‬

‫‪ .1‬فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب (ص‪)260 :‬‬


‫وللنفقة أسباب ثالثة‪ :‬القرابة وملك اليمااين والزوجيااة‪ .‬وذكاار المصاانف الساابب األول فااي قولااه‪( :‬ونفقااة‬
‫العمودين من األهل واجبة للوالدين‪ ،‬والمولودين) أي ذكورا كااانوا أو إناثااا‪ ،‬اتفقااوا فااي الاادين أو اختلفااوا‬
‫فيه‪ ،‬واجبة على أوالدهم‪( .‬فأمااا الوالاادون) وإن علااوا (فتجااب نفقااتهم بشاارطين‪ :‬الفقاار) لهاام‪ .‬وهااو عاادم‬
‫والزمانااة هااي مصاادر زا م انا الرج ا إل زا مانااةً إذا‬
‫قدرتهم على مال أو كسب‪( ،‬والزمانة‪ ،‬أو الفقر والجنون)‪َّ .‬‬
‫حصل له آفةٌ؛ فإن قدروا على مال أو كسب لم تجب نفقتهم‪.‬‬
‫‪ .2‬شرح الياقوت النفيس صـ‪673 :‬‬
‫النفقة الواجبة بالقرابة تقدم معنا‪ :‬أن الواجب على المسلم اإلنفاق على أصوله وفروعه إذا كان غنيا وهم‬
‫فقراء وبشروط وينفق على فرعه إذا كان معسرا وال يقدر على العمل أو كان طالااب علاام شاارعي وياادخل‬
‫فيه كل علم ينفع المسلمين ‪ -‬قالوا بشرط أن ترجى نجابته‬
‫‪ .3‬تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني (‪)152 /7‬‬
‫(ولو اشتغل) بحفظ قرآن‪ ،‬أو (بعلم) شرعي ومنه بل أهمه في حق من لم ياارزق قلبااا سااليما علاام الباااطن‬
‫المطهر للنفس عاان أخالقهااا الرديئااة‪ ،‬أو آلااة لااه وأمكاان عااادة أن يتااأتى منااه تحصاايل فيااه ويلحااق بااذلك‬
‫االشتغال بالصالة على الجنائز بجامع أنااه فاارض كفايااة أيضااا‪ ،‬وقولااه بالنوافاال يفهمااه (والكسااب) الااذي‬
‫يحسنه (يمنعه) من أصله‪ ،‬أو كما له (فهااو) (فقياار) فيعطااى ويتاارك الكسااب لتعاادي نفعااه وعمومااه (ولااو‬
‫اشتغل بالنوافل) من صالة وغيرها وقول بعضهم المطلقة غير صحيح بل لو فرض تعارض راتبة وكسااب‬
‫يكفيه كلف الكسب كما يعلم من العلة اآلتية (فال) يعطى شيئا من الزكاااة ماان سااهم الفقااراء‪ ،‬وإن اسااتغرق‬
‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪10‬‬
‫بذلك جميع وقته خالفا للقفال ؛ ألن نفعه قاصر عليه سواء الصوفي وغيره نعم لو نذر صوم الدهر وانعقد‬
‫نذره ومنعه صومه عن كسبه أعطي على األوجه للضرورة حينئااذ كمااا لااو احتاااج للنكاااح وال شاايء معااه‬
‫فيعطى ما يصرفه فيه (قوله‪ :‬بحفظ قرآن) أو تعلمه‪ ،‬أو تعليمه‪ .‬اها مغني‪(.‬قوله‪ :‬علاام الباااطن) أي‪ :‬العلاام‬
‫الذي يب حث عن أحوال الباطن أي‪ :‬عاان الخصااال الرديئااة والحمياادة للاانفس‪ ،‬وهااو التصااوف‪ .‬اهااا كااردي‪.‬‬
‫(قوله‪ :‬وآلة إلخ) عطف على علم شرعي‪( .‬قوله‪ :‬وأمكن عادة إلخ) ومن ذلك أن تصير فيه قوة بحيااث إذا‬
‫راجع الكالم فهم كل مسألة أو بعضها‪ .‬اها ع ش‪ .‬عبارة الكردي بأن كااان ذلااك المشااتغل نجيبااا أي‪ :‬كريمااا‬
‫يرجى نفع الناس به‪ .‬اها‪ ،‬وعبارة الساايد عماار‪ :‬وإال فنفعااه حينئااذ قاصاار إذ ال فائاادة فااي االشااتغال بااه إال‬
‫حصول الثواب له فيكون كنوافل العبادات‪ .‬اها‪( .‬قوله‪ :‬تحصيله فيه) أي‪ :‬تحصيل المشتغل في ذلااك العلاام‪.‬‬
‫اها رشيدي‬
‫‪ .4‬تحفة الحبيب مع بجيرمي على الخطيب (‪)440 /4‬‬
‫(فتجااب نفقااتهم) أي مااا لاام يضاايفوا ز ي وإال سااقطت سااواء كااان التضااييف تكريم اا ً لهاام أو للمنفااق ألن‬
‫المقصود سد الخلة‪ .‬وقد حصل بخالف الزوجة إذا ضيفت فإن كان ألجل الزوج فااال مطالبااة لهااا وإال فلهااا‬
‫المطالبة اه‪ .‬أ ج أي بأن كانت الضيافة ألجلها فإن كانت ألجلهما وجب القسط فقط‪ .‬قوله‪( :‬بثالثة شاارائط)‬
‫األولى حذف التاء ألنه جمع شريطة‪ .‬قوله‪( :‬إن كانوا ذوي كسب) أي بالفعل قوله‪( :‬وكااذا إن لاام يكونااوا)‬
‫أي بالفعل مع قدرتهم على ذلك تأمل أ ج‪ .‬بشرط أن يكون الئقا ً به وإال وجبت نفقته على أصااله ومثلااه مااا‬
‫لو كان له كسب يليق به لكن كان مشتغالً بالعلم والكسب يمنعه قياسا ً على الزكاة شوبري‪ .‬ومحله إذا كااان‬
‫له ذكاء بحيث يحصل منه علم‪.‬‬

‫‪ .5‬المجموع شرح المهذب (‪(190 /6‬‬


‫(وأما) من ال يتأنى منه التحصيل فال تحل له الزكاااة إذا قاادر علااى الكسااب وإن كااان مقيمابالمدرسااة هااذا‬
‫الذي ذكرناه هو الصحيح المشهور وذكر الدارمي في المشتغل بتحصيل العلم ثالثة أوجه (أحدها) يسااتحق‬
‫وإن قدر على الكسب (والثاني) ال (والثالث) إن كان نجيبا يرجى تفقهااه ونفااع المساالمين بااه اسااتحق وإال‬
‫فال ذكرها الدارمي في باب صدقة التطوع وأما من أقبل على نوافل العبادات والكسااب يمنعااه منهااا أو ماان‬
‫استغراق الوقت بها فال تحل له الزكاة باالتفاق ألن مصلحة عبادته قاصاارة عليااه بخااالف المشااتغل بااالعلم‬
‫قال أصحابنا وإذا لم يجد الكسوب من يستعمله حلت له الزكاة ألنه عاجز‬
‫‪ .6‬إسعاد الرفيق الجزء األول ص‪145 :‬‬
‫(وعجزوا عن الكسب لصغر أو زمانة) أو جنون أوعمى أو مرض لعجزهم عن كفاية أنفسهم ومن ثاام لااو‬
‫أطاق صغير الكسب أو تعلمه والق به جاز للولي أن يحمله عليه وينفق عليه منه فان امتنع أوهاارب لاازم‬
‫الولي انفاقه فإن قدروا على كسب حالل والق بهم كلفوه واال فال وبحث الرافعااي وجوبهااا لفاارع كبياار لاام‬
‫تجر عادته بالكسب أوشغله عنه اشتغال بالعلم وهي الكفاية فيجب أن يعطيه كسوة وسكنى تليق به وقوتااا‬
‫وأدما يليق بسنه كمؤنة الرضاع حولين وبرغبته وزهادتهبحيث يتمكن معه من التردد كالعادة ويدفع عنه‬
‫ألم الجوع ال المبالغة فى الشبع واشباعه واجب كما فى اآليات وغيرها‪.‬‬
‫‪ .7‬تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني (‪)347 /4‬‬
‫وبحث األذرعي وجوبها لفرع كبير لم تجر عادته بالكسب‪ ،‬أو شغله عنه اشتغال بالعلم أخااذا ممااا ماار فااي‬
‫قسم الصدقات انتهى‬

‫‪Hasil Keputusan‬‬
‫‪Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01‬‬
‫‪11‬‬
Catatan
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
12
Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
13
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
14
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Hasil Keputusan
Bahtsul Masa-il KUBRO ke- 01
15

Anda mungkin juga menyukai