Anda di halaman 1dari 13

Materi PPA 13

PERSIDANGAN PERCERAIAN

Ceraia Talak
a.Tata cara persidangan perkara cerai talak
b.Pemohon suami, termohon isteri
c. Kompetensi mengadili cerai talak
d. .Asas pemeriksaan cerai talak
e..Tata cara pengucapan ikrar talak

Pada materi sebelumnya. Materi ke 11 telah dibahas tentang intevensi,


meliputi tussenkoms,voging dan vrijwaring. Yang diutus dengan putusana
sela, maka kali ini dibahas tentang perceraian karena talak sampai dengan
putusan yang dijatuhkan pengadilan sebagai berikut:

 Tata cara pemeriksaan perkara cerai talak


Cerai talak adalah salah satu bentuk cara yang dibenarkan hukum islam
memutuskan akad nikah antara suami isteri. Dalam pengkajian fiiqih
seperti yang bersumber dari hadts yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu
Majjah. Kamus istilah Agama menulis ” talak berarti melepaskanikatan,
yaitu melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara suka
rela ucapan talak kepada isterinya, dengan kata-kata yng jelas/sharih
ataupun dengan kata-kata sindiran/kinayah”.
Seperti itu kira-kira yang dipahami oleh masyarakat islam pada
umumnya.Seolah-olah hukum Islam memberi hak dan kewenangan yang
tak terbatas bagi suami untuk menceraikan isterinya melalui lembaga
talak. Padahal ulama telah sepakat bahwa talak hukumnya “ Jaiz”.
Kemudian hak dan kewenangan menalak dapat dipergunakan suami
tanpa mengenal tempat dan waktu. Dan apa yang menajdi alasan bagi
suami untuk mentalak isteri tergantung pada penilaian subyektivnya. Hal

1
inilah yang berlangsung selama ini dalam kehidupan masyarakat Islam
Indonesia, terutama dikalaangan masyarakat awam. Seolah-olah tumbuh
suatu budaya yang bertamengkan Hukum Islam yang diselewengkan dari
hakekat makna yang sebenarnya. Bahkan kebolehan menalak isteri untuk
dihamburkan. , tapi mesti dipergunakan scaraa proporsional.dan hati-hati
sekali secara terbatas dan eksepsional.
Talak telah dijadikan secara efektif untuk memecahkan perkawinan.
Demi untuk mentertipkan dan mensejahterakan keluarga masyarakat
Indonesia, langkahh penertiban itu salah satu yang diamanatkan UU No/1
Tahun 1974 dan PP No.9 Tahun 1975. Sejak berlakunya UU NO.1 Tahun
1974,dan PP NO.9 Tahun 1975, pengguganaan kebolehan lembaga talak
diatur dan dibatasi dengan berbagai syarat yang disesuaikan dengan
ketentun Hukum Islam. Tata cara penggugunaan talak mesti melalui
campur tangan Pengadilan yang diberi kewenangan untuk menilai dan
mempetimbangkan apakah dasar alasan suami untuk mentalak isteri
dapat dibenarkan menurut hukum dan moral Islam. Maka sejak
berlakunya UU No.1 Tahun 1974, tidak dibenarkan talak di luar Pengadiln.
Talak seperti itu dianggap “talak liar”. Banyak putusan Pengadilan yang
berkenaan dengan itu. Salah satu di antaranya putusan Mahkamah Agung
tanggal 22 Oktober 1979 Nomor 04 K/AG/1979 yang menegaskan “ Sejak
berlakunya UU No.1 Tahun 1974 jo.PP No.9 Tahun 1975 percerian yang
dilkukan oleh suami (talak) harus dilakukan di Pengdilan Agama setempt.
Dari putusan tersebut di atas, urusan talak tidak lagi semata-mata urusan
pribadi atau privateaffair suami. Urusan tersebut dicampuri dan menjadi
kewenangan Pengadilan Agama untuk memberi izin atau tidak suami
mengucapkan ikrar talak.

 Pemohon suami,termohon isteri


Apabila suami hendak mencerikan isteri, jalur yang harus ditempuhnya
melalui permohonan ke Pengadilan Agama. menurut ketentuan Pasal 66
ayat (1) jo Pasal 67 huruf (a) UU No.7 Tahun 1989 , dalam perkara cerai

2
talak tidaka bisa dilakukan secara sepihak, tetapi harus bersifat dua pihak
dalam kedudukan ;
- suaami sebagai pihak PEMOHON dan
- Isteri sebagai pihak TERMOHON
Meskipun Pasal 66 ayat (1) tetap seolah-olah pemeriksaan perkara
cerai talak hanya sekedar persidangan guna penyaksiaan ikrar talak,
namun hal itu tidak mengurangi kewenaangan Pengailan Agama untuk
mengabulkan atau tidak permintaan izin mengucapkan ikrar talak.
Kemutlakan hak urusan pribadi suami dalam kebolehan talak, sebagian
besar beralih ke tangan Pengadilan. Boleh atau tidaknya suami mentalak
isteri , tergantung pada penilaian dan pertimbangan Pengadilan, setelh
Pengadilan mendengar sendiri pendapat dan bantahan isteri.Isteri bukan
obyek yang pasif lagi dalam cerai talak. Isteri mempunyai hak penuh
membela kepentingannya dalam proses pemeriksaan persidangan yang
bersifat “contradictoir” dalam kedudukannya sebagai pihak termohon. Istri
berhak mengajukan duplik. Dia berhak mengajukan alat bukti.
Dengan ditempatkannya isteri sebagai termohon, pada dasarnya
permohonan cerai talak tidak beda dengan gugat contentius atau gugat
sengketa. Biarpun undang-undang menentukan sifat permohonan cerai
talak berupa permohonan yang identik dengan gugat volunter, namun dia
berbeda dari gugat volunter yang murni. Gugata volunter yang murni
adalah sepihak, hanya pihak pemohon saja. Lain halnya dengan
permohonan cerai talak, isteri sebagai termohon isteri berdiri dan
berkedudkn sebagai pihak dan subyek perdata. Malahan menurut Pasal
70 ayat (2) , isteri berhak mengajukan upaya hukum banding
Kalau diperhatikan ketentun Pasal 66 ayat (1) UU No.7 Tahun 1989
dalam perkara cerai talak, telah ditetapkan secara permanen suami
sebagai pihak pemohon dan isteri sebagai pihak termohon. Ketentuan ini
tetap ingin mensejajarkan akar lembaga talak yang terdapat dalam hukum
Islam.Yakni hak talak hanya ada pada diri suami. Dengan demikian proses
pemeriksaan cerai talak pelaksanaaannya dimodifikasi dan diaktualkan,

3
agar penggunaannya oleh anggota masyarakat terhindar dari
penyimpangan dan penyelewengan.

 Kompetensi mengadili cerai talak


Kompetensi relatif mengadili permohonan cerai talak diatur dalam Pasal
66 UU No.7 Tahun 1989. Dengaan demikian agar tidak salah alamat,
gugatan cerai talak harus diajukan suami kepada Pengadilan Agama yang
sesuai dengan oetunjuk Pasal 66 tersebut . Memperhatikan ketentuan
pasal tersebut, faktor utama menentukan kompetensi relatif Pengadilan
Agama dalam perkara cerai talak didasarkan pada “ tempat kediaman
termohon “ Berarti dipegang asas “ actor sequitur forum rei”
Contoh, misalnya Suami bertemapt tinggal di Jember, sedangkan isteri
bertempat tinggal di Bondowoso, Suami akan menceraikan isteri. Suami
yang akan mengajukan permohonan cerai talak terhadap isterinya, maka
suami yang berinisiatif hendak menceraikan isterinya tersebut harus
mengajukan permohonan talak ke Pengadilan Agama yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman isteri. Dalam hal ini karena isteri
bertempat kediaman di Bondowoso, maka permohonan tersebut diajukan
ke Pengadilan Agama Bondowoso. Bukan diajukan ke Pengadilan Agama
Jember.
Bagaimana kalau Termohon bertempat kediaman di luar negeri.
Kemana permohonan cerai talak diajukan. Kalau berpaatokan kepada
asas “actor sequitur forum rei”, maka seakan pengajuan permohona cerai
talak dijaukan ke pengadilan di luanegeri. Dalam kasus seperti ini,
permohonan cerai talak diajukan ke Pengaadiln Agama yang daerah
hukumnya meliuti tempat kediaman Pemohon. (suami) Dalam hal ini
kompetensi relatif jatuh menjadi kewenangan Pengadilan Agama yang
melingkupi tempat tinggal suami, Ketentuan seperti ini diatur dalam Pasal
66 ayat (3) UU No. Tahun 1989; .

4
Contoh, misalnya isteri bertempat kediaman di Singapur, suami
bertempat kediaman di Medan, Maka Pengadilan Agama Medan yang
berkompeten mengadli permohonan cerai talak tersebut.
Selanjutnya, bagaimana apabila antara Pemohon dan termohon sama-
sama bertempat kediaman di luar negeri. Ke Pengadilan Agama mana
permohona cerai talak diajukan ?
Terhadap kasus seperti ini, Pasal 66 ayat (4) UU No.7 Tahun 1989
memberikn alterntif kepada pemohon untuk memilih ke Pengadilan Agama
mana yang dikehendakinya. Pilihannya Pengadilan Agama Jakarta Pusat
ataukah ke Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat perkwinan dahulu
dilakukan. Hal ini beerlaku apabila pemohon dan termohon bertempat
kediaman di luar negeri. Kalau yang dipilih oleh pemohon Pengadilan
Agama Jakarta Pusat, maka gugur kewenangan Pengadilan Agama yang
mewilayahi tempat perkawinan mereka untuk mengadilinya. Sebaliknya
jika pemohon telah memilih mengajukan permohonan cerai talak ke
Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat perkawinan mereka untuk
mengadilinya., maka gugurlah kewenangan Pengadilan Agama Jakarta
Pusat untuk mengadilinya.
 Asas Pemeriksaan Cerai Talak
Dalam pembahasan ini akan diuraiakan asas pemeriksan cerai talak
dengan merujuk kepada ketentuan Pasal 66,68,79 dan pasal 82 UU
No.7 Tahun 1989. Sebenarnya apa yang ditentukan dalam pasal-pasal
ini hanya merupakan asas-asas pemeriksaan di sidang Pengadilan.
Sedangkan mengenai teknis pemeriksaan tunduk sepenuhnya kepada
ketentuan hukum acara perdata yang diatur dalam HIR atau
Rbg.Adapun mengenai asas-asas pemeriksaan yang ditentukn oleh
undang-undang ini terdiri :
1. Pemeriksaan oleh Majelis Hakim
Asas ini diatur dalam Pasal 68 ayat (1) UU No.7 Tahun 1989 yang
mengatakan : Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan oleh
Majelis Hakim ………..Ketentuan Pasal 68 ayat (1) tersebut merupakan

5
aturan pelaksanaan Pasal 15 UU No.14 Tahun 1970. Berdasarkan
ketentuan ketentuan pasal tersebut, semua Pengadilan dalam
memeriksa dan mengadili perkara harus sekurang-kurangnya terdiri dari
3 (tiga) orang Hakim, kecuali apabila undang-undang menentukan lain.
Salah seorang dari mereka bertindak sebagai Ketua Majelis, yang dua
orang lagi bertindak sebagai Hakim Anggota sidang.
Kalau begitu apakah asas pemeriksaan perceraian harus selalu
dilakukan dengan Majelis Hakim, tidak bisakah ditolerir dengan cara
pemeriksaan Hakim Tunggal ? Dalam kondisi tertentu yang sangat
mendesak , misalnya karena tenaga Hakim yang kurang atau tidak
memadahi, maka hal itu secara realistik dapat dilakukan seperti yang
diutarakan dalam angka 9 Penjelasan umum UU No.14 Tahun 1970
mengatakan : Mengingat bahwa Negara Republik Indonesia memiliki
wilayah yang sangat luas dan sulitnya alat-alat pengangkutan, maka
bagi daeraah-daerah yang terpencil dimana terdapat kekuarangan
Hakim, perlu dibuka kemungkinan untuk melakukan penyimpaangan dan
ketentuan tersebut di atas.
Dalam praktik untuk melakukan persidangan dengan hakim tunggal
harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari Mahkamah Agung.
2. Pemeriksaan dalam sidang tertutup
Asas yang kedua, pemeriksan cerai talak dilakukan dalam sidang
“tertutup” Asas ini dianut dalam pasal 68 ayat (2) dan pasaal 80 ayat
(2) yang sama bunyinya dengan ketentuan Pasal 33 PP No.9 Tahun
1975, Di situ ditegaskan,apabila tidak tercapai perdamaian,
pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup.
Kemudian berpedoman kepada penjelasan Pasal 33 PP No.9 Tahun
1975, pemeriksaan tertutup dalam perkara perceraian meliputi segala
pemeriksaan, termasuk pemeriksaan saksi-saksi.
Ketentuan pemeriksaan perkara perceraian dilkukan dalam sidang
tertutup untuk umum, merupakan pengecualian dari asa umum yang
ditentukan Pasal 17 UU No.14 Tahun 1970 jo. Pasal 59 ayat 1 UU No.7

6
Tahun 1989. Menurut asas umum, semua pemeriksaan harus dilakukan
dalam sidang pemeriksaan Pengadilan yang terbuka untuk umum.
Sekalipun pemeriksaan persidangan dilakukan dalam sidang yang
tertutup untuk umum, mesti diingat bahwa putusan Pengadilan harus
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum, hal mana telah
diatur secara tegas dalam Pasa 18 UU No. 1 Tahun 1970. Jo Pasal 81
UU No.7 Tahun 1989.
3. Pemeriksan 30 hari dari tanggal pendaftaran.
Pasal 68 ayat (1) memerintahkan agar pemeriksaan permohonan
cerai talak dilakukan selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal surat
permohonan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama.
Ketentaun ini bertujuan untuk memenuhi asas yang diatur dalam Pasa
4 ayat (2) UU No.14 tahun 1970 jo.Pasal 57 ayat (3) UU No.7 Tahun
1989 yang dikenal dengaan asas peradilan sederhana, cepat dan
biaya ringan.
Bolehkah jika persidangan dilakukan sebelum 30 hari setelah
perkara didaftarkan di Kenaiteraan Pengadilan Agama ? Perlu dicatat
bahwa teks pasal tersebut di atas menyatakan “ selambat-lambatnya 30
hari sejak tanggal surat permohonan didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Agama. Oleh karenaa itu jika pemeriksaan dilakukan lebih
cepat mendahuli 30 hari dari ketentuan tersebut diperbolehkan. Dalam
hal ini tidak ada ketentuan yang dilanggar. Yang paling penting segala
prosedur telah dilalui dengan benar,.sesuai ketentuan yang berlaku
untuk itu.

4.Pemeriksaan in person atau kuasa


Pemeriksaan perkara cerai talak, tidak berbeda dengan
pemeriksaan perkara perdata pada umumnya. Tidak mutlak mesti
Penggugat atau Pemohon in persona yang menghadiri pemeriksaan di
muka sidang Pengadilan. Mereka dapat diwakili oleh kuasa, asal untuk
itu harus didukung oleh surat kuasa khusus. Keculi dalam sidang

7
perdamaian, pemohon dan termohon harus datang menghadiri “secara
pribadi “ tidak bisa diwakili oleh kuasa. Demikian itu ditentukan dalam
Pasal 82 ayat (2) UU No.7 Tahun 1989. Ketentuaan ini menyimpangi
dari ketentuan umum hukum acara perdata. Berdasarkan ketentuan
umum, kuasa dapat mewakili kepentingan pihak pemberi kuasa
sekalipun dalam sidang perdamaian. Harus dimaklumi kekhususan
yang terkandung dalam perkara perceraian. Bahwa perkara perceraian
sangat melibatkan nilai-nilai kemanusiaan dan pribadi. Maka untuk
mencapai pendekatan pribadi secara langsung sedemikian rupa
pentingnya untuk menetukan kesepakatan bersama , wajar jika
persidangan mesti dihadiri suami isteri secara pribadi.
5.Usaha mendamaikan selama pemeriksaan berlangsung
Pasal 70 jo.Pasal 82 ayat (4) menegaskan kepada Hakim untuk
upaya secara sungguh-sungguh mendamaikan suami isteri dalam
perkara percerian. Tugas mendamaikan merupakan upaya yang harus
dilakukan Hakim pada setiap sidang berlangsung sampai putusan
dijatuhkan.
Di era sekarang, dengan lahirnya Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia No.1 Tahun 2008 yang telah diubah dengan
PERMA NO.1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi, setiap perkara
kontentius mesti dilakukan perdamaian dan medeiasi
 Putusn Ceri talak dan upaya hukum isteri
Menurut ketentuan Pasal 70 ayat (1) bentuk putusan Pengadilan
Agama dalam perkara cerai talak adalah “penetapan”. Penetapan yang
dijauthkan oleh Pengadilan Agama adalah setelah berkesimpulan
bahwa antara suami isteri tidak mungkin lagi didamaikan dan telah
cukup alasan perceraian, maka Pengadilan menetapkan bahwa
permohonan Pemohon tersebut dikabulkan. Bentuk keputusan ini
disejajarkan dengan sifat gugat.
Apa yang dimaksud cukup alasan ? . Alasan percerain secra limitatif
telah diatur dalam Pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975, jo. Pasal 116 Kompilasi

8
Hukum Islam. Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-
alasan :
a.Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,
penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b.Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima ) tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawwinan berlangsung.
d sala satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihk yang lain.
e Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan
akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.
f.Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga;
Alasan-alasan tersebut di atas oleh Kompilasi Haukum Islam
ditambahkan 2 (dua) alasan lagi. Tambannya menjadi huruf g dan h yang
bunyinya sebagai berikut :
g. suami melanggar taklik talak
h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidak rukunan dalam rumaah tangga.
Dalam hal ini tidak harus seluruh alasan tersebut di atas terpenenuhi
seluruhnya, karena alasan tersebut bukan komulatif, tetapi bersifat
alternatif. Jadi kata kunci dikabulkannya permohonan cerai talak suami
yang akan menceraikan isteri adalah setelah cukup alasan dan
Pengadilan berkesimpulan bahwa antara suami isteri sudah tidak mungkin
lagi didamaikan, maka Pengadilan menjatuhkan penetapan dengan amar
penetapan yang contohnya sebagai berikut :

MENGADILI

9
1.Mengabulkan permohonan pemohon;
2.Memberi izin kepada pemohon ( BAGIYO bin RAHARJO ) untuk
mengucapkan ikrar talak terhadap termohon ( RAFIATI binti BOJOK) di
depan sidang Pengadilan Agama ……. (Jember)
3.Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang
hingga kini diperhitungkan sebesar Rp 275.000,- (dua ratus tujuh puluh
lima ribu rupiah)
Contoh tersebut di atas adalah contoh amar penetapan pemberian izin
ikrar talak yang tidak ada gugatan rekonvensi atau tuntutan balik dari
isteri, berupa nakah madhiyah, iddah, mut’ah dan hak-hak lainnya..
Apabila ada tuntutan atau gugat rekonvensi dari isteri dan gugatan
rekonvebsi tersebut dikabulkan, maka contoh amar penetapannya sebagai
berikut :
MENGADILI
DALAM KONVENSI
1.Mengabulkan permohonan pemohon;
2.Memberi izin kepada pemohon ( BAGIYO bin RAHARJO ) untuk
mengucapkan ikrar talak terhadap termohon ( RAFIATI binti BOJOK) di
depan sidang Pengadilan Agama ……. (Jember)
DALAM REKONVENSI
1.Mengabulkan gugatan penggugat rekonvensi;
2. Menghukum tergugat rekonvensi untuk membayar kepada penggugat
rekonvensi :
- Nafkah madhiyah Rp ………………
- Nafkah iddah Rp………………..
- Mut’ah …………….
Sebelum ikrar talak diucapkan
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
- Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara yang
hingga kini diperhitungkan sebesar Rp 275.000,- (dua ratus tujuh puluh
lima ribu rupiah)

10
. Penetapan tersebut belum final, baru dalam tahap pemberian izin
kepada pemohon untuk mengucapkan ikrar talak.. Pihak isteri berhak
mengajukan banding jika dirasa penetapan Pengadilan tidak adil atau
tidak mengakomodir hak-haknya, bahkan juga bisa kasaasi ke Mahkamh
Agung. Jika sudah tidak ada upaya hukum yang dilakukan oleh mereka,
(suami isteri) dan penetapan telah berkekuatan hukum tetap, maka
berdasarkan Pasal 70 ayat (3) UU NO.7 Tahun 1989 Pengadilan
menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak dengan memanggil suami
dan isteri atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.
 Tata cara pengucapan ikrar talak
Mengenai tata cara pengucapan ikrar talak diataur dalam Pasal
70,71 dan 72 UU No.7 Tahun 1989. Yang menjadi dasar patokan
terbukanya tata cara pengucapan ikrar talak , apabila penetapan
Pengadilan tentang pemeberian izin tersebut telah berkekuatan hukum
tetap. Dengan demikian proses ikrar talak merupakan eksekusi atas
penetapan cerai talak. Tata cara pengucapan ikrar talak diatur sebagai
berikut:
1.Menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak
Seperti yang sudah diakatakan pengucapan ikrar talak merupakan
eksekusi penetapan cerai talak. Dan Pasal 70 ayat (3) sudah
menegaskan, pelaksanan pengucapan ikrar talak baru dapat dilaksaakan
setelah penetapan memperoleh kekutan hukum tetap. Tindak lanjut yang
mengikuti hal itu, Pengadilan menentukan suatu hari sidang yang khusus
untuk menyaksikan pengucapan ikrar talak Pemohon (sumi)
2.Sidang pengucapan ikrar talak dihadiri sumi isteri
Berdasrkan ketentuan Pasal 70 ayat (4) UU No.7 Tahun 1989,
sidang penyaksian ikrar talak dihadiri oleh pihak pemohon dan termohon.
Ini berarti suami isteri hadir dalam persidangan. Kehadiran mereka
menurut UU dapat diwakili oleh kuasanya, baik suami ataupun isteri.
Dengan demikiaan Undang-undang memberi kemungkinan bagi seorang

11
kuasa untuk mengucapkan ikrar talak. Oleh karena itu agar kuasa
mempunyai kualitas untuk mngucapkan ikrar talak, harus berdasarkan
kuasa khusus yang berbentuk otentik. Di dalam surat kuasa khusus
tersebut harus dengan tegas dicantumkan bahwa pemberian kuasa
untuk “ mengucapkan ikrar talak”. Dengan demikian, disamping bentuk
surat kuasa khusunya otentik., redaksionalnya juga harus secara tegas
memberi kuasa untuk mengucapkann ikrar talak. Kedua syarat tersebut
merupakan syarat formil keabsahan kuasa. Salah satu unsur tidak
terpenuhi, mengakibatkan kuasa tidak berwenang mengucapkan ikrar
talak.
Bagaimanakah kalau sekiranya pada saat sidang penyaksian ikrar
talak istri tidak hadir, Apakah pengucapan ikrar talak gagal ? Pasal 70
ayat (5) UU No.7 Tahun 1989 memberikan jawaban, ikrat talak dapat
dilangsungkan di luar hadirnya isteri, apabila dia tidak datang sendiri
atau mewakilkan meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut.
Dalam kasus seperti ini tidak perlu menunda sidaang. Pengucapan ikrar
talak tetap dilangsungkan. Contoh lafadz ikrar talak sebagai berikut :

“ PADA HARI INI SAYA ……………… bin ……………….., BERIKRAR


MENJATUHKAN TALAK SATU (RAJ’I ) TERHADAP ISTERI SAYA
…………………………… binti …………………….”
Dan setelah ikrar talak diucapkan, Pengadilan Agama membuat
penetapan lagi yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
MENETAPKAN
1. Menyatakan perkawinan pemohon ……………. dan termohon ……..
putus dengann pengucapan ikrar talak;
2. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya penetapan
ini sebesar Rp …………………………….

Selanjutnya setelah ikrar talak diucapkan oleh pemohon atau kuasanya


Pengadilan akan menerbitkan Akta Cerai untuk Pemohon dan termohon

12
sebagai tanda bukti bagi suami isteri tentang putusnya perkawinan karena
perceraian.
Dari seluruh rangkaian yang telah dideskripsikan tersebut di atas,
dapat disimpulakn, bahwa pola sidang permohonan cerai talak pada
Pengadilan Agama adalah terdiri dari 2 (dua) termin, sebagai berikut :
(1) Termin pertama adalah penetapan pemberian izin bagi pemohon
(suami) untuk mengucapkan ikrar talak, dan
(2) Termin kedua adalah eksekusi pengucapan ikrar talak oleh suami atau
kuasanya

13

Anda mungkin juga menyukai