Anda di halaman 1dari 4

SOAL FATWA KONTEMPORER HUKUM KELUARGA ISLAM

Jawab soal berikut ini dengan cermat !

1. Jelaskan tanggapan Anda tentang Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46/PUU-VIII/2010


dan bagaimana isi, dasar hukum, dan analisis Anda? Mengapa Pengadilan Agama tidak bisa
menindaklanjuti putusan MK tersebut? Apa kelebihan dan kekurangan dari isi putusan
Mahkamah Agung tersebut?

Jawab :

 Menurut saya keputusan Mahkamaah Konstusi ini sudah cukup tepat karena Tujuan dari
Mahkamah konstitusi ini adalah untuk menegaskan bahwa anak dilahirkan dari luar
pernikahan pun berhak mendapat kan perlindungan hukum yang memadai  karena pada
dasarnya anak tersebut tidak berdosa karena kelahirannya di luar kehendaknya.,  Anak
yang dilahirkan tanpa memiliki kejelasan status ayah seringkali mendapatkan perlakuan
yang tidak adil dan stigma di tengah-tengah masyarakat. dari pertimbangan MK, hukum
harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status seorang anak
yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk terhadap anak yang dilahirkan
meskipun keabsahan perkawinannya masih disengketakan. isi dari putusan tersebut ialah
pemberian hak anak yang juga harus ditanggung oleh pihak ayah bukan hanya dari pihak
ibu.
 Dasar hukum :
1.Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2.Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
3. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
 Mengapa PA tersebut tidak bisa menindaklanjuti putusan MK karena anak tersebut lahir
bukan dari atau akibat dari perkawinan yang sah.
 Kelebihan dari putusan ini : memberikan tahu bahwa meskipun bukan terjadi akibat
perkawinan yang sah anak merupakan tanggung jawab yang bersama.
 Kekurangan dari putusan ini : bertendangan dengan UU.
2. Jelaskan, pendapat Anda tentang perkawinan beda agama? Dan apa tanggapan dan
analisis Anda tentang perkawinan antar penghayat kepercayaan di Indonesia? Jelaskan
tentang perkawinan antar warga negara?

Jawab :

 Menurut UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang ada dalam pasal 1 menyatakan
Bahwa “ perkawinan adalah ikatan lahir batin ant ara sesorang pria dan seorang waniya
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan YME
Dari hal ini menurut saya jika terdapat pernikahan beda agama itu hukumnya
tidak sah kecuali jika pernikahan tersebut disaksikan oleh dua orang muslim, sementara
imam Hanafi berpendapat bahwa sah dengan disaksikan dua orang dzimi saja, Wahbah
Az-Zuhaili mengatakan seorang muslim tidak boleh kawin dengan seorang perempuan
musyrik. Yaitu perempuan yang menyembah Allah bersama tuhan yang lain, seperti
berhala, bintang-bintang, atau api, binatang.

pernikahan beda agama sebetulnya bisa dilakukan dengan dua upacara sekaligus.
Misalnya, jika pasangan merupakan pemeluk Islam dan Kristen, maka akan ada akad
nikah dan pemberkatan pernikahan yang dilakukan di satu tempat, entah itu gereja,
masjid, atau di rumah. Namun tidak bisa melalui KUA.

 Perkawinan Penghayat keprcayaan : Presiden Joko Widodo secara resmi telah


menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur tentang tata cara pencatatan
perkawinan bagi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dengan
adanya itu menurut saya sah sah saja perkawinan antar penganut penghayat kepercayaan
tersebut.
 perkawinan antar warga negara : perkawinan antar warga negara atau disebut dengan
perkawinan campuran sudah diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 ( pasal 59 ayat 1)
menurut satya pernikahan antar warga negara terseut sah sah sja ababila kedua
belahpihak telah memnuhi syarat yang telah ditentukan oleh negara dimana mereka
melangsungkan pernikaha n tersebut.
3. Jelaskan analisis dan pendapat Anda tentang Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)?
Bagaimana ketentuan hukum yang sesuai Syariah dalam pelaksanaan TRB? Apa
hubungannya dengan Surrogate Mother? Dan bagaimana pandangan hukum Islam?

Jawab
 Teknologi reproduksi buatan merupakan bagian dari pengobatan infertilitas.
Infertilitas dikatakan sebagai kelainan atau kondisi sakit dalam masalah reproduksi.
Manusia pada dasarnya mempunyai hak untuk bebas dari sakit. Apabila infertilitas
merupakan manifestasi dari sakit maka semua manusia mempunyai hak untuk bebas
dari kondisi infertil atau dengan kata lain berhak untuk bereproduksi. Teknologi
reproduksi buatan digunakan untuk mengatasi infertilitas ini, dimana apabila
reproduksi secara alami tidak memungkinkan dilakukan maka teknik reproduksi
buatan dapat diterapkan.
 Ketentuan hukum menurut syariah : Hal yang perlu diperhatikan dalam TRB
( pelaksanaan fertilisasi dalam tabung) adalah bahwa benih yang difertilisasi
haruslah berasal dari pasangan suami yang sah karena Nabi saw. melarang seorang
menumpahkan benihnya kepada wanita yang bukan istrinya yang sah atau
perempuan atau lelaki lain menumpahkan benihnya kepada istrinya.
 hubungannya dengan Surrogate Mother : surrogate mother merupakan salah satu dari
metode atau jenis dar TRB sendiri.
 Dalam pandangan islam menurut al-Qardawi, bahwa Islam juga mengharamkan apa
yang disebut pencangkokan sperma (bayi tabung), apabila pencangkokan itu bukan
dari sperma suami. Dengan demikian, pendapat ulama tentang inseminasi buatan jika
dibandingkan dengan Undang-undang Keluarga tidak terdapat suatu perbedaan yang
kontras karena pada dasarnya undang-undang tersebut juga sependapat dengan
pendapat para ulama.

4. Jelaskan pendapat Anda tentang mikah misyar, bagaimana analisis dan dasar hukum Anda,
bagaimana seandainya pernikahan misyar tersebut terjadi di Indonesia?

Jawab :
 Nikah misyar adalah pernikahan dimana seorang perempuan tidak mendapatkan haknya
sebagai seorang istri secara penuh, seperti sang suami tidak wajib memberi nafkah
kepada istri atas dasar perjanjian ledua belah pihak. Sering kali pasangan suami istri pada
pernikahan ini juga tidak tinggal dalam rumah yang sama. Sedangkan hukum islam
sendiri telah diatur bahwa suami wajib memberi nafkah kepada istrinya. Menurut tinjauan
hukum islam praktik nikah misyar ini sah jika dilihat dari syarat dan rukunnya. Akan
tetapi tidak adanya nafkah dan kedatangan suami hanya sewaktu waktu saja membuat
pernikahan ini tidak menjadi sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam hukum islam.
hukum nikah syighar adalah haram, dan status pernikahan seseorang melalui
akad syighar adalah dianggap akad yang bathil, tidak boleh dilanjutkan dan tidak sah.
 Dari sudut pandang hukum yang berlaku di Indonesia, nikah syighar merupakan
perkawinan yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No.1/1974 Jo. Pasal 4
dan Pasal 5 ayat (1) dan (2) KHI, suatu perkawinan di samping harus dilakukan secara
sah menurut hukum agama, juga harus dicatat oleh pejabat yang berwenang. Dengan
demikian, dalam perspektif peraturan perundang-undangan, nikah sirri adalah pernikahan
yang tidak mempunyai kekuatan hukum.

Anda mungkin juga menyukai