Anda di halaman 1dari 11

Subyek Hukum

“Tempat Tinggal, Kedewasaan Dan Pencatatan Peristiwa Hukum”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata

Dosen pengampu: Muhammad, M.S.I

Disusun oleh:

Syaufiq An Rahman Lubis


Dimas Hafidz Ma’ruf

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PRODI HUKUM KELUARGA UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
mengucapkan Puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul

Subyek Hukum
“Tempat Tinggal, Kedewasaan Dan Pencatatan Peristiwa Hukum”

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada Bapak Muhammad, M.S.I selaku dosen pengampu dan semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jombang, 20 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................................1

A. Latar belakang.......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................................2

A. Tempat Tinggal (Domisili)....................................................................................................2

B. Kedewasaan dan Pendewasaan..............................................................................................3

C. Pencatatan Peristiwa Hukum (Catatan Sipil).........................................................................4

BAB III..................................................................................................................................................6

PENUTUP.........................................................................................................................................6

Kesimpulan....................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum Perdata adalah salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban
yang dimiliki subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut
pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri dari 4 Buku, antara lain antara lain
yaitu Buku ke-I tentang Orang, Buku ke-II tentang Benda, Buku ke-III tentang Perikatan,
dan Buku ke-IV tentang Pembuktian dan Daluarsa.
Pada kali ini, makalah kami berisikan pembahasan Hukum Perdata mengenai
Hukum tentang tempat tinggal, kedewasaan dan pencatatan peristiwa hukum . Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin yaa robbal ‘alaamiin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tempat tinggal (domisili)?
2. Apa yang dimaksud dengan kedewasaan dan pendewasaan?
3. Apa yang dimaksud dengan pencatatan peristiwa hukum?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tempat Tinggal (Domisili)


Tempat kediaman (domisili) adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang
artinya tempat tinggal, diatur dalam pasal 17 KUHPerdata sampai dengan pasal 25 KUHP.
Domisili yaitu tempat dimana seseorang berada dalam kaitan dengan pelaksanaan hak dan
penentuan Kewajiban (dianggap oleh hukum selalu hadir), ditentukan demi kepastian
Hukum. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai
tempat tinggal dimana ia sehari- harinya melakukan kegiatan.1
Tempat kediaman sebenarnya tidak sama dengan domisili. Domisi intinya adalah
tempat di mana seseorang berkegiatan sehari-hari dan belum tentu di situ ia terdaftar sebagai
penduduk.2 Sedangkan tempat tinggal/tempat kediaman memiliki kriteria yaitu terdaftarnya
secara formal seseorang sebagai penduduk wilayah tersebut.
Tempat kediaman hukum, adalah tempat di mana seseorang dianggap selalu hadir
berhubungan dengan hal melakukan hak-haknya serta kewajiban-kewajibannya, meskipun
sesungguhnya mungkin ia bertempat tinggal di lain tempat.
Menurut pasal 77, pasal 1393; 2 KUHPerdata, tempat tinggal itu adalah tempat
tinggal di mana sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan. Bagi orang yang tidak
mempunyai tempat kediaman terntentu, maka tempat tingggal dianggap di mana ia sungguh-
sungguh berada.
Macam-macamnya yaitu:
a) Tempat tinggal sesungguhnya yaitu tempat yang bertalian dengan hak – hak
melakukan wewenangnya. Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan menjadi:
 Tempat tinggal sukarela/bebas, yang tidak terikat/tergantung
hubungannya dengan orang lain.
 Tempat tinggal wajib/tidak bebas, yaitu yang ditentukan oleh hubungan
yang ada antara seseorang dengan orang lain.
b) Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal yang berhubungan dengan hal-hal
melakukan perbuatan hukum tertentu saja. Dibagi menjadi dua:

1
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 37.
2
Sri Harini Diyatmi, Pengantar Hukum Indonesia Edisi Kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 47.
2
 Tempat kediaman yang dipilih atas dasar UU misalnya dalam hukum
acara dalam menentukan waktu eksekusi dari vonis.
 Tempat kediaman yang dipilih secara bebas misalnya dalam melakukan
pembayaran memilih kantor notaris (menurut Sri Soedewi M. Sofwan)

B. Kedewasaan dan Pendewasaan

Pendewasaan (Handlichting) adalah suatu lembaga hukum agar semua orang yang
belum dewasa tetapi telah menempuh syarat- syarat tertentu dalam hal tertentu dan sampai
batas-batas tertentu menurut ketentuan UU dapat memiliki kedudukan hukum yang sama
dengan orang dewasa.3

Pendewasaan (Handlichting) adalah suatu lembaga hukum agar semua orang yang
belum dewasa tetapi telah menempuh syarat- syarat tertentu dalam hal tertentu dan sampai
batas-batas tertentu menurut ketentuan UU dapat memiliki kedudukan hukum yang sama
dengan orang dewasa.4

Macam –macam Handlichting :

a. Pendewasaan Penuh (Pasal 421)


Venia Aetatis (Surat pernyataan sudah cukup umur)
Syarat: 20 tahun dan mengajukan permohonan kepada Presiden RI

b. Pendawasaan Terbatas (Pasal 426-431)


18 tahun dan orang tuanya (wali) tidak keberatan.
Diajukan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang. Dapat ditarik kembali
misalkan untuk membuat surat wasiat.

Kedudukan Istri dalam pasal 1330 KUH Perdata tidak cakap UU No.1/1974 Pasal
31: Sudah berubah. Keseimbangan kedudukan laki- laki dan perempuan serta pihak berhak
melakukan perbuatan hukum. Kecuali : perbuatan hukum yang berkaitan dengan
penggunaan dan pengalihannya harus mendapat persetujuan kedua belah pihak.

Pengampuan/ curatele “Orang dewasa yang tidak cakap melakukan perbuatan


hukum”.

3
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 30.
4
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 30.
3
Pasal 433 KUHPerdata;
- Imbilasi (tolol, dungu, bodoh)
- Lemah daya/ lemah pikir
- Sakit otak/ sakit ingatan atau mata gelap
- Pemboros (masih dapat membuat testamen melalui perwakilan dan pembuat janji
kawin).5
c. Pendewasaan Penuh (Pasal 421)
Venia Aetatis (Surat pernyataan sudah cukup umur)
Syarat: 20 tahun dan mengajukan permohonan kepada Presiden RI
d. Pendawasaan Terbatas (Pasal 426-431)
18 tahun dan orang tuanya (wali) tidak keberatan.
Diajukan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang. Dapat ditarik kembali
misalkan untuk membuat surat wasiat.

Kedudukan Istri dalam pasal 1330 KUH Perdata tidak cakap UU No.1/1974 Pasal
31: Sudah berubah. Keseimbangan kedudukan laki- laki dan perempuan serta pihak berhak
melakukan perbuatan hukum. Kecuali: perbuatan hukum yang berkaitan dengan
penggunaan dan pengalihannya harus mendapat persetujuan kedua belah pihak.

Pengampuan/ curatele “Orang dewasa yang tidak cakap melakukan perbuatan


hukum”.

Pasal 433 KUHPerdata;


- Imbilasi (tolol, dungu, bodoh)
- Lemah daya/ lemah pikir
- Sakit otak/ sakit ingatan atau mata gelap
- Pemboros (masih dapat membuat testamen melalui perwakilan dan pembuat janji
kawin).6
-

C. Pencatatan Peristiwa Hukum (Catatan Sipil)


Pencatatan peristiwa hukum atau bisa disebut catatan sipil (BS/Burgerlijk stand)
adalah suatu lembaga yang mencatat kejadian-kejadian penting seseorang seperti: kelahiran,
pengakuan, perkawinan, perceraian dan kematian. Sedangkan tugas catatan sipil adalah
5
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 31.
6
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 31.
4
memberikan informasi kepada pihak ke III tentang kejadian-kejadian penting seseorang
tersebut.
Berdasarkan Pasal 80 KUHPerdata menyatakan bahwa perkawinan hanya dapat
dilangsungkan Dihadapan Pegawai catatan sipil dan dengan dihadiri saksi-saksi kedua calon
suami dan istri harus menerangkan, yang satu, menerima yang satu sebagai istrinya dan
yang lain menerima yang satu sebagai suaminya, pula bahwa mereka dengan ketulusan hati
akan menunaikan segala kewajiban demi undang-undang ditugaskan kepada mereka sebagai
suami istri.
Pasal 81 KUHPerdata menyatakan tiada suatu upacara keagamaan boleh dilakukan,
sebelum kedua belah pihak pejabat agama mereka membuktikan bahwa perkawinan
dihadapan Pegawai Catatan sipil telah berlangsung.
Kalau kita baca kedua Pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan
itu sah apabila dilakukan dihadapan Pegawai Catatan sipil dan dicatat di Kantor Catatan
Sipil.
Perkawinan secara agama tidak boleh dilakukan sebelum perkawinan itu dilakukan
dan dicatat di Catatan Sipil. Dulu dikenal adanya kawin BS. Perkawinan secara agama tidak
menentukan sahnya sautau perkawinan.
Hal ini tidak berlaku lagi setelah berlakunya UU Perkawinan No. I Tahun 1974.
Perkawinan sah menurut UU No. I/1974, apabila dilakukan berdasarkan masing-masing
agama dan kepercayaan itu baru didaftarkan menurut perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai Catatan sipil dulu boleh/dapat mengawinkan. Namun setelah berlakunya
Keputusan Presiden No. 12 tahun 1983 tentang Penyelenggaraan Catatan sipil, catatan sipil
tidak boleh mengawinkan lagi.

Fungsi catatan sipil berdasarkan Keppres tersebut adalah:


a) Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran
b) Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan
c) Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian
d) Pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan dan pengesahan anak.
e) Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian
f) Penyimpanan dan pemeliharaan akta kelahiran, akta perkawinan, akta
perceraian, akta pengakuan dan pengesahan anak, harta kematian.

5
g) Penyediaan bahan dalam rangka perumusan kebijaksanaan di bidang
kependudukan/kewarganegaraan.7

Organisasi catatan sipil ditetapkan oleh menteri dalam negeri yang mendapat
persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang penertiban dan
penyempurnaan aparatur Negara.
Gubernur Kepala daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan Catatan sipil.
Penyelenggaraan Catatan sipil dilakukan oleh Bupati/walikota yang menunjuk camat selaku
Pegawai pencatatan sipil di wilayah kecamatan.
\

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Tempat kediaman (domisili) adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang
artinya tempat tinggal, diatur dalam pasal 17 KUHPerdata sampai dengan pasal 25
KUHP.

7
Kuliah Ade. Hukum Perdata: Catatan Sipil. [Online]. Tersedia:
https://kuliahade.wordpress.com/2010/04/07/hukum-perdata-catatan-sipil-2/. (06 Oktober 2015).
6
 (menjalankan) perbuatan hukum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Pendewasaan (Handlichting) adalah suatu lembaga hukum agar semua orang yang
belum dewasa tetapi telah menempuh syarat- syarat tertentu dalam hal tertentu dan
sampai batas-batas tertentu menurut ketentuan UU dapat memiliki kedudukan
hukum yang sama dengan orang dewasa.
3. Pencatatan peristiwa hukum atau bisa disebut catatan sipil (BS/Burgerlijk stand)
adalah suatu lembaga yang mencatat kejadian-kejadian penting seseorang seperti:
kelahiran, pengakuan, perkawinan, perceraian dan kematian. Sedangkan tugas
catatan sipil adalah memberikan informasi kepada pihak ke III tentang kejadian-
kejadian penting seseorang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Diyatmi, Sri Harini Diyatmi. (2013). Pengantar Hukum Indonesia Edisi Kedua. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Kuliah Ade. (2010). Hukum Perdata: Catatan Sipil. [Online]. Tersedia:


https://kuliahade.wordpress.com/2010/04/07/hukum-perdata-catatan-sipil-2/. (06 Oktober
2015).

Sakkirang, Sriwaty. (2011). Hukum Perdata. Yogyakarta: Teras.


7
8

Anda mungkin juga menyukai