Skor Nilai:
Dosen Pengampu:
Sri Hadiningrum, S.H., M. Hum.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
artas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai
dengan waktu yang ditetapkan oleh dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Hadiningrum, S.H., M.
Hum., sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata yang telah
membimbing penulis, dan mengajari penulis mengenai Hukum Perdata. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan teman-teman yang
selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam proses pembuatan laporan ini,
sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum lengkap dan sempurna sesuai
dengan yang tetapkan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik
yang membangun dari pemabaca sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, terimakasih.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.....................................................................................................................La
tar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Ru
musan Masalah...........................................................................................1
1.3.....................................................................................................................Tu
juan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1...................................................................................................................K
onsep Domisili..........................................................................................3
2.2...................................................................................................................M
acam-Macam Domisili.............................................................................4
2.3...................................................................................................................Pe
ncatatan Sipil............................................................................................6
2.4...................................................................................................................Je
nis- Jenis Pencatatan Sipil........................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1.....................................................................................................................Ke
simpulan......................................................................................................8
3.2.....................................................................................................................Sa
ran...............................................................................................................8
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tiap orang menurut hukum, harus mempunyai tempat tinggal yang dapat
dicari. Tempat tersebut dinamakan domisili (R. Subekti, 1987:21). Begitu juga Badan
Hukum harus mempunyai tempat tinggal atau kedudukan tertentu yang dapat dilihat
dalam anggaran dasarnya. Hal penting untuk menetapkan di mana seseorang harus
kawin, di mana orang harus diadili, pengadilan mana yang berkuasa terhadap orang
itu, dan sebagainya.Dalam dunia hukum, tempat kediaman atau tempat tinggal disebut
juga sebagai “domisili”. “Tempat kediaman atau domisili memiliki pengertian yakni
tempat di mana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal melakukan hak- haknya
situ.”1Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab Ketiga Pasal 17 sampai dengan
KUHPerdata).Latar Belakang yang dibahas dalam makalah ini ialah terkait konsep
1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja yang dibahas pada pengertian dan konsep domisili
2. Untuk mengetahui terdapat berapa macam-macam domisili
3. Untuk mengetahui apa itu pencatatan sipil dan jenis-jenis pencatatan sipil
2
BAB II
PEMBAHASAN
tinggal ditempat lain.Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab Ketiga Pasal 17 sampai
dengan Pasal 25 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Domisili memiliki arti penting, salah
satunya yakni “Untuk menentukan atau menunjukkan suatu tempat dimana berbagai
perbuatan hukum harus dilakukan, untuk mengetahui dengan siapakah seseorang itu
melakukan hubungan hukum, serta apa yang menjadi hak dan kewajiban masing- masing dan
dalam perbuatan Hukum Waris. Terhadap permasalahan seperti itu, domisili memiliki dasar
pengaturan tersendiri, yakni Pasal 23 KUHPerdata yang berbunyi: “Yang dianggap sebagai
rumah kematian seseorang yang meninggal dunia adalah rumah tempat tinggalnya yang
terakhir.”Sehingga, dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka tempat
tinggal terakhir orang tersebut yang nantinya disebut sebagai rumah kematiannya.
3
2.2. MACAM-MACAM DOMISILI
menjadi:
penduduk sah di suatu desa, yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
secara fisik menurut kenyataan yang tidak terikat dengan suatu tanda bukti yang sah
- Tempat tinggal pilihan : tempat tinggal yang disetujui pihak dalam kontrak,
pengadilan setempat.
Menurut KUHPerd domisili (woonplaats) atau tempat tinggal dikenal dua macam yaitu
Tempat tinggal umum juga dapat dibedakan menjadi tempat tinggal sukarela dan
dalam hal seseorang tidak mempunyai tempat kediaman utama, maka tempat tinggal di
mana ia benar-benar berdiam adalah tempat tinggalnya. Tempat tinggal utama diartikan
tempat di mana seseorang berada sehubungan dengan melakukan hak dan memenuhi
4
kewajibannya. Pada umumnya tiap orang hanya mempunyai 1 tempat tinggal saja, bila
kenyataan ada yang memiliki lebih dari 1, diantaranya pasti hanya satu yang terpenting.
Tempat tinggal utama adalah di mana seseorang berdiam untuk seterusnya atau untuk
waktu yang lama, sedangkan tempat tinggal adalah di mana seseorang tinggal untuk
sementara atau tidak untuk seterusnya. Gelandangan yang berjalan dari tempat ke tempat,
tidak mempunyai tempat tinggal, sedangkan seorang kapten kapal berdomisili di tempat
b. Tempat Tinggal Tergantung pada Orang Lain Mereka ini adalah wanita yang
bersuami, yang tidak pisah meja dan tempat tidur (tidak berlaku lagi berdasarkan SEMA-
RI No. 3 tahun 1963), bertempat tinggal di mana suami bertempat tinggal (Pasal 21
KUHPerd); Anak yang di bawah umur bertempat tinggal pada tempat tinggal orang
tuanya atau walinya; Kurandus bertempat tinggal di pengampunya dan pekerja yang
Tempat tinggal pilihan ini diatur dalam pasal 24 KUHPerd dan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu tempat tinggal yang terpaksa dipilih dan tempat tinggal yang dipilih secara
sukarela. Yang dimaksud terpaksa dipilih adalah terletak pada ketentuan UU seperti
disebutkan dalam pasal 106 ayat 2 KUHPerd yang menyatakan bahwa setiap isteri harus
tunduk patuh kepada suaminya, ia berwajib tinggal bersama dengan si suami dalam satu
berguna, memusatkan pusat kediamannya (ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi
umumnya dilakukan secara tertulis. Ini berarti harus dengan akta (pasal 24 ayat 1
5
KUHPerd), maksudnya adalah bila seorang pindah maka untuk tindakan hukum, ia tetap
Pencatatan Sipil adalah proses pembuatan catatan peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang pada register catatan sipil oleh Instansi Penyelenggara Catatan Sipil sebagai
dasar penerbitan kutipan akta.Catatan Sipil (Burgerlijk Stand) adalah suatu lembaga yang
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencatat peristiwa hukum penting yang dialami oleh
warga negara dalam kehidupan pribadinya dari sejak lahir sampai dengan kematiannya.
Peristiwa hukum penting yang dimaksud adalah peristiwa hukum perdata yang meliputi
pencatatan peristiwa hukum yang berlaku umum (untuk semua WNI), secara struktural
berada di dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Sedangkan yang berlaku khusus
(hanya untuk mereka yang beragama Islam) secara struktural berada dalam lingkungan
e. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta pengakuan anak, pengesahan anak dan akta
ganti nama.
6
2.4. JENIS-JENIS CATATAN SIPIL
Berdasarkan ketentuan SK Mendagri No. 54 tahun 1983, ada lima jenis peristiwa hukum
pendukung hak dan kewajiban. Tujuan dari pencatatan kelahiran ini adalah menentukan
ikatan perkawinan menurut hukum. Tujuan dari pencatatan ini adalah memberi kepastian
hukum mengenai boleh/ tidak boleh perkawinan dengan pihak lain lagi;
dari ikatan perkawinan. Tujuan dari pencatatan ini adalah untuk menentukan status
d. Pengakuan dan pengesahan anak: menentukan status hukum seseorang anak (anak
luar kawin yang diakui dan anak sah karena disahkan). Tujuan pencatatan ini adalah
untuk membuktikan peningkatan hukum status anak (anak luar kawin menjadi berhak
mewarisi dari keluarga ibunya, anak yang tidak sah menjadi anak sah).
janda/duda dari almarhum/ almarhumah. Tujuan dari pencatatan ini adalah untuk
menentukan status perdata seseorang sebagai ahli waris dan keterbukaan waris.
7
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami sampaikan dari makalah ini yaitu:
1. Domisili adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal
melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia
bertempat tinggal ditempat lain.Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab
Ketiga Pasal 17 sampai dengan Pasal 25 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Dengan adanya kantor dinas catatan spil ,Warga masyarakat yang kehilangan
domisili dapat melakukan pengurusan domisisli di kantor dinas catatatn spil dimana
tempat domisili terakhir dengan meminta suarat rekomendasi dari Desa dengan
memebawa suart pengantar dari RT / RW setempat sehingga dengan demikian
seorang warga negara yang kehilangan domisili dapat mendapatkan kembali
pengakuan dari daerah yang didiaminya atau dapat menjalankan hak dan
kewajibasebagaimana mestinya.
3. Warga masyarakat yang kehilangan domisili tetap memiliki status keperdaan karena
status hukum keperdaan seorang warga negara baik itu waraga negara yang
kehilangan dimisili atau tidak hanya akan berakhir apabila seseorang tersebut
meningggal dunia.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu:
2. Bagi pegawai dinas kantor kependudukan catatn sipil disarankan agar memberikan
informasi-informasi kepada waraga masyarakat baik dalam bentuk penyuluhan
maupun suarat kabar agar masyarakat dapat mengetahui informasi-informasi
8
mengenai administrasi kependudukan, baik masyarakat yang kehilangan domisili
maupun yang tidak kehilangan domisili, serta bagi masyarakat yang kehilangan
domisili dapat mengurus kembali administrasi kependudukan dan dapat menjalankan
hak dan memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Ketut. (2011). Hukum Perdata Mengenai Orang Dan Kebendaan. Fh Utama:
Jakarta.
Yulia. (2015). Buku Ajar Hukum Perdata. Cv. Biena Edukasi: Aceh.
Https://Disdukcapil.Pontianakkota.Go.Id/Page/Konsep-Dan-Definisi.
Muhajirin.2018.Perlindungan Hukum Bagi Warganegara Yang Kehilangan Sattus
Domisili.Universitas Mataram:Mataram.
10