Anda di halaman 1dari 13

Tugas Rutin

MK. Hukum Perdata

Skor Nilai:

DOMISILI (TEMPAT: TINGGAL) DAN CATATAN SIPIL

Dosen Pengampu:
Sri Hadiningrum, S.H., M. Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Sixdes Silvani Pinem (3183111026)


Sumiati Harahap (3181111003)
Yolanda Sitanggang (3183311022)

Kelas: VI D PPKn 2018

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
artas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai
dengan waktu yang ditetapkan oleh dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Hadiningrum, S.H., M.
Hum., sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata yang telah
membimbing penulis, dan mengajari penulis mengenai Hukum Perdata. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan teman-teman yang
selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam proses pembuatan laporan ini,
sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum lengkap dan sempurna sesuai
dengan yang tetapkan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik
yang membangun dari pemabaca sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, terimakasih.

Medan, 7 Maret 2021


Penulis,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.....................................................................................................................La
tar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Ru
musan Masalah...........................................................................................1
1.3.....................................................................................................................Tu
juan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1...................................................................................................................K
onsep Domisili..........................................................................................3
2.2...................................................................................................................M
acam-Macam Domisili.............................................................................4
2.3...................................................................................................................Pe
ncatatan Sipil............................................................................................6
2.4...................................................................................................................Je
nis- Jenis Pencatatan Sipil........................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1.....................................................................................................................Ke
simpulan......................................................................................................8
3.2.....................................................................................................................Sa
ran...............................................................................................................8
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tiap orang menurut hukum, harus mempunyai tempat tinggal yang dapat

dicari. Tempat tersebut dinamakan domisili (R. Subekti, 1987:21). Begitu juga Badan

Hukum harus mempunyai tempat tinggal atau kedudukan tertentu yang dapat dilihat

dalam anggaran dasarnya. Hal penting untuk menetapkan di mana seseorang harus

kawin, di mana orang harus diadili, pengadilan mana yang berkuasa terhadap orang

itu, dan sebagainya.Dalam dunia hukum, tempat kediaman atau tempat tinggal disebut

juga sebagai “domisili”. “Tempat kediaman atau domisili memiliki pengertian yakni

tempat di mana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal melakukan hak- haknya

dan memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya dia tidak ada di

situ.”1Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab Ketiga Pasal 17 sampai dengan

Pasal 25 K itab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat sebagai

KUHPerdata).Latar Belakang yang dibahas dalam makalah ini ialah terkait konsep

domisili hingga jenis-jenis catatan sipil.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan terkait konsep domisili?
2. Bagaimana penjelasan terkait macam-macam domisili
3. Penjelasan terkait pencatatan Sipil?
4. Apa saja materi jenis-Jenis Pencatatan Sipil?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja yang dibahas pada pengertian dan konsep domisili
2. Untuk mengetahui terdapat berapa macam-macam domisili
3. Untuk mengetahui apa itu pencatatan sipil dan jenis-jenis pencatatan sipil

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP DOMISILI

Domisili adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal

melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia bertempat

tinggal ditempat lain.Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab Ketiga Pasal 17 sampai

dengan Pasal 25 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Domisili memiliki arti penting, salah

satunya yakni “Untuk menentukan atau menunjukkan suatu tempat dimana berbagai

perbuatan hukum harus dilakukan, untuk mengetahui dengan siapakah seseorang itu

melakukan hubungan hukum, serta apa yang menjadi hak dan kewajiban masing- masing dan

berkaitan dengan pembatasan kewenangan berhak seseorang”.

Dengan adanya domisili dapat mempermudah penentuan tempat tinggal seseorang

dalam perbuatan Hukum Waris. Terhadap permasalahan seperti itu, domisili memiliki dasar

pengaturan tersendiri, yakni Pasal 23 KUHPerdata yang berbunyi: “Yang dianggap sebagai

rumah kematian seseorang yang meninggal dunia adalah rumah tempat tinggalnya yang

terakhir.”Sehingga, dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka tempat

tinggal terakhir orang tersebut yang nantinya disebut sebagai rumah kematiannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, domisili penting untuk :

- Menentukan/menunjukkan suatu tempat untuk melakukan perbuatan hukum,

seperti mengajukan gugatan, pengadilan yang mana berkompeten, dan lain-lain;

- Mengetahui siapakah yang melakukan perbuatan hukum dan dimanakah perbuatan

hukum itu dilakukan;

- Membatasi kewenangan bertindak dari seseorang

3
2.2. MACAM-MACAM DOMISILI

Menurut Abdul Kadir Muhammad (2010:32), tempat tinggal dapat dibedakan

menjadi:

- Tempat tinggal yuridis: tempat tinggal di mana seseorang terdaftar sebagai

penduduk sah di suatu desa, yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

yang menyatakan terikat dengan hak dan kewajiban yang sah;

- Tempat tinggal sesungguhnya : tempat di mana seseorang biasa berada

secara fisik menurut kenyataan yang tidak terikat dengan suatu tanda bukti yang sah

karena tidak bersifat menetap;

- Tempat tinggal pilihan : tempat tinggal yang disetujui pihak dalam kontrak,

guna memudahkan penyelesaian sengketanya kelak. Umumnya dipilih kantor

pengadilan setempat.

Menurut KUHPerd domisili (woonplaats) atau tempat tinggal dikenal dua macam yaitu

tempat tinggal umum dan tempat tinggal khusus (pilihan):

1. Tempat Tinggal Umum

Tempat tinggal umum juga dapat dibedakan menjadi tempat tinggal sukarela dan

tempat tinggal tergantung pada orang lain:

a. Tempat Tinggal Sukarela Pasal 17 KUHPerd menentukan bahwa setiap orang

dianggap mempunyai tempat tinggal di mana ia menempatkan kediaman utamanya, dan

dalam hal seseorang tidak mempunyai tempat kediaman utama, maka tempat tinggal di

mana ia benar-benar berdiam adalah tempat tinggalnya. Tempat tinggal utama diartikan

tempat di mana seseorang berada sehubungan dengan melakukan hak dan memenuhi

4
kewajibannya. Pada umumnya tiap orang hanya mempunyai 1 tempat tinggal saja, bila

kenyataan ada yang memiliki lebih dari 1, diantaranya pasti hanya satu yang terpenting.

Tempat tinggal utama adalah di mana seseorang berdiam untuk seterusnya atau untuk

waktu yang lama, sedangkan tempat tinggal adalah di mana seseorang tinggal untuk

sementara atau tidak untuk seterusnya. Gelandangan yang berjalan dari tempat ke tempat,

tidak mempunyai tempat tinggal, sedangkan seorang kapten kapal berdomisili di tempat

di mana kapal yang dinahkodai berdiam sementara.

b. Tempat Tinggal Tergantung pada Orang Lain Mereka ini adalah wanita yang

bersuami, yang tidak pisah meja dan tempat tidur (tidak berlaku lagi berdasarkan SEMA-

RI No. 3 tahun 1963), bertempat tinggal di mana suami bertempat tinggal (Pasal 21

KUHPerd); Anak yang di bawah umur bertempat tinggal pada tempat tinggal orang

tuanya atau walinya; Kurandus bertempat tinggal di pengampunya dan pekerja yang

tinggal di rumah majikannya, bertempat tinggal di rumah majikannya.

2.Tempat Tinggal Khusus (Pilihan)

Tempat tinggal pilihan ini diatur dalam pasal 24 KUHPerd dan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu tempat tinggal yang terpaksa dipilih dan tempat tinggal yang dipilih secara

sukarela. Yang dimaksud terpaksa dipilih adalah terletak pada ketentuan UU seperti

disebutkan dalam pasal 106 ayat 2 KUHPerd yang menyatakan bahwa setiap isteri harus

tunduk patuh kepada suaminya, ia berwajib tinggal bersama dengan si suami dalam satu

rumah, dan berwajib pula mengikutinya, barang di manapun si suami memandang

berguna, memusatkan pusat kediamannya (ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi

berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1974). Tempat tinggal dipilih sukarela,

umumnya dilakukan secara tertulis. Ini berarti harus dengan akta (pasal 24 ayat 1

5
KUHPerd), maksudnya adalah bila seorang pindah maka untuk tindakan hukum, ia tetap

bertempat tinggal di tempat yang lama itu.

2.3. PENCATATAN SIPIL

Pencatatan Sipil adalah proses pembuatan catatan peristiwa penting dalam kehidupan

seseorang pada register catatan sipil oleh Instansi Penyelenggara Catatan Sipil  sebagai

dasar penerbitan kutipan akta.Catatan Sipil (Burgerlijk Stand) adalah suatu lembaga yang

dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencatat peristiwa hukum penting yang dialami oleh

warga negara dalam kehidupan pribadinya dari sejak lahir sampai dengan kematiannya.

Peristiwa hukum penting yang dimaksud adalah peristiwa hukum perdata yang meliputi

kelahiran, perkawinan, perceraian, dan kematian. Catatan sipil meliputi kegiatan

pencatatan peristiwa hukum yang berlaku umum (untuk semua WNI), secara struktural

berada di dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Sedangkan yang berlaku khusus

(hanya untuk mereka yang beragama Islam) secara struktural berada dalam lingkungan

Departemen Agama. Untuk menyelenggarakan tugas pencatatan sipil umum mempunyai

kantor di setiap kabupaten/kota, sedangkan catatan sipil khusus di setiap kantor

Departemen Agama kabupaten/kota.

Kantor catatan sipil mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta kelahiran;

b. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta perkawinan;

c. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta perceraian;

d. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta kematian, dan

e. Mencatat dan menerbitkan kutipan akta pengakuan anak, pengesahan anak dan akta

ganti nama.

6
2.4. JENIS-JENIS CATATAN SIPIL

Berdasarkan ketentuan SK Mendagri No. 54 tahun 1983, ada lima jenis peristiwa hukum

yang perlu dilakukan pencatatan yaitu peristiwa:

a. Kelahiran : menentukan status hukum seseorang, sebagai subyek hukum yaitu

pendukung hak dan kewajiban. Tujuan dari pencatatan kelahiran ini adalah menentukan

status perdata seseorang itu, dewasa atau belum dewasa;

b. Perkawinan : menentukan status hukum seseorang sebagai suami isteri dalam

ikatan perkawinan menurut hukum. Tujuan dari pencatatan ini adalah memberi kepastian

hukum mengenai boleh/ tidak boleh perkawinan dengan pihak lain lagi;

c. Perceraian: menentukan status hukum seseorang sebagai janda/duda, yang bebas

dari ikatan perkawinan. Tujuan dari pencatatan ini adalah untuk menentukan status

perdata untuk bebas mencari pasangan lain;

d. Pengakuan dan pengesahan anak: menentukan status hukum seseorang anak (anak

luar kawin yang diakui dan anak sah karena disahkan). Tujuan pencatatan ini adalah

untuk membuktikan peningkatan hukum status anak (anak luar kawin menjadi berhak

mewarisi dari keluarga ibunya, anak yang tidak sah menjadi anak sah).

e. Kematian : menentukan status hukum seseorang, sebagai ahli waris, sebagai

janda/duda dari almarhum/ almarhumah. Tujuan dari pencatatan ini adalah untuk

menentukan status perdata seseorang sebagai ahli waris dan keterbukaan waris.

7
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami sampaikan dari makalah ini yaitu:
1. Domisili adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal
melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia
bertempat tinggal ditempat lain.Domisili sendiri diatur dalam Buku Kesatu Bab
Ketiga Pasal 17 sampai dengan Pasal 25 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Dengan adanya kantor dinas catatan spil ,Warga masyarakat yang kehilangan
domisili dapat melakukan pengurusan domisisli di kantor dinas catatatn spil dimana
tempat domisili terakhir dengan meminta suarat rekomendasi dari Desa dengan
memebawa suart pengantar dari RT / RW setempat sehingga dengan demikian
seorang warga negara yang kehilangan domisili dapat mendapatkan kembali
pengakuan dari daerah yang didiaminya atau dapat menjalankan hak dan
kewajibasebagaimana mestinya.
3. Warga masyarakat yang kehilangan domisili tetap memiliki status keperdaan karena
status hukum keperdaan seorang warga negara baik itu waraga negara yang
kehilangan dimisili atau tidak hanya akan berakhir apabila seseorang tersebut
meningggal dunia.
3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu:

1. Bagi masyarakat disarankan agar dapat mengurus semua administrasi kependudukan


di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil daerah asal maupun di kantor dinas
kependudukan catatan sipil daerah tujuan ingin melakukan bepergian dalam waktu
yang cukup lama (merantau) agar tidak terjadi kehilangan domisili.Serta diharapkan
kepada masyarakat agar dapat memperlihatkan kendala lain dan dapat mempengaruhi
kehilangan domisili, juga akibat-akibat yang timpal atau dialami apabila terjadi status
kehilangan domisili.

2. Bagi pegawai dinas kantor kependudukan catatn sipil disarankan agar memberikan
informasi-informasi kepada waraga masyarakat baik dalam bentuk penyuluhan
maupun suarat kabar agar masyarakat dapat mengetahui informasi-informasi

8
mengenai administrasi kependudukan, baik masyarakat yang kehilangan domisili
maupun yang tidak kehilangan domisili, serta bagi masyarakat yang kehilangan
domisili dapat mengurus kembali administrasi kependudukan dan dapat menjalankan
hak dan memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Ketut. (2011). Hukum Perdata Mengenai Orang Dan Kebendaan. Fh Utama:
Jakarta.

Yulia. (2015). Buku Ajar Hukum Perdata. Cv. Biena Edukasi: Aceh.

Https://Disdukcapil.Pontianakkota.Go.Id/Page/Konsep-Dan-Definisi.
Muhajirin.2018.Perlindungan Hukum Bagi Warganegara Yang Kehilangan Sattus
Domisili.Universitas Mataram:Mataram.

10

Anda mungkin juga menyukai