Anda di halaman 1dari 19

Teori Perkembangan Moral dan Model Pendidikan Moral

Critical Journal Review

Disusun untuk Memenuhi Tugas Critical Journal Review Mata Kuliah Pendidikan
Nilai dan Moral pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan

Dosen Pengampu :

Maryatun Kabatiah, S.Pd, M.Pd


Dr. Sampitmo Habeahan, M.Th
Dra. Rosnah Siregar, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Nama : Istiqomatuddiniyyah Panggabean

Nim : 3182111021

Kelas : PPKn Reguler A 2018

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sembahkan kepada Allah SWT, yang senantiasa memberkahi
rahmad dan karnia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Critical Jurnal Review (CJR) tepat pada waktunya, adapun tugas ini dikerjakan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Nilai dan Moral.

Penulis sudah berusaha menyusun CJR ini dengan sebaik-baiknya, tetapi manusia
tidak mungkin lepas dari segala kekurangan dan kekhilafan, pasti masih ada
kekurangan-kekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Penulis sangat
mengharapkan berbagai kritikkan dan masukkan yang sifatnya membangun agar
CJR ini menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya, penulis berharap semoga CJR ini bisa memberikan manfaat serta
menambah wawasan bagi para pembaca, serta CJR ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca.

Pematangsiantar, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL ................................................................... 3

A. Identitas Jurnal ............................................................................................. 3

B. Ringakasan Jurnal ........................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 8

A. Relavansi antara Topik Jurnal dengan Karya Penulis .................................. 8

B. Pokok-pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan ............................. 9

C. Pemilihan serta Cakupan Kajian Teori ........................................................ 9

D. Metodologi Penelitian dan Relavansinya. .................................................. 10

E. Kerangka Berfikir dalam Pembahasan ....................................................... 10

F. Kesimpulan dan Saran Penulis dan Implikasinya ...................................... 11

G. Kritikan lain ............................................................................................... 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................ 14

B. Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan moral terdiri atas tahapan-tahapan kualitatif yang menjelaskan


bagaimana seseorang bernalar tentang aturan yang mengatur perilaku mereka.
Kemampuan berpikir yang mempengaruhi perkembangan moral seseorang
tentunya diperoleh melalui pengalaman belajar. Dinyatakan dalam teori
Gestalt bahwa belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu
memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Purwadarminto moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan
dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Nilai merupakan istilah
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Dalam gagasan pendidikan
Kniker mengemukakan bahwa selain ditempatkan sebagai inti dari proses dan
tujuan pembelajaran, setiap huruf yang terkandung dalam nilai juga
dirasionalisasikan sebagai tindakan-tindakan pendidikan. Dengan demikian,
hubungan antara nilai dan pendidikan sangat erat. Nilai dilibatkan dalam
setiap pendidikan baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal
untuk kebutuhan belajar.

Adapun alasan saya untuk mereview artikel jurnal ini, karena ini merupakan
pilihan tema yang telah di berikan oleh dosen pengampu mata kuliah, selain
itu saya tertarik untuk mengetahui bagaimana teori perkembangan moral dan
model pendidikan moral yang berpengaruh pada pendidikan nilai pada anak.

1
2

Dalam Critical Jurnal Review ini ada beberapa batasan, dimana memilih
batasan ejaan, isi, dan sistematika dilihat pada jurnal “Teori Perkembangan
Moral dan Model Pendidikan Moral”.

2
3

BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Jurnal Utama

Judul : Teori Perkembangan Moral dan Model Pendidikan


Moral

Penulis : Agus Abdul Rahman

Nama Jurnal : Pysimpathic, Jurnal Ilmiah Psikologi

Vol, Hal, Th.Terbit : Vol.3 No.1, Hal.37-44, 2010

E-ISSN : 2502-2903

Institusi Penerbit : Fakultas Psikologi Universitas Islam (UIN) Sunan


Gunung Djati Bandung

Alamat Situs : https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/index

2. Jurnal Pembanding

Judul : Perkembangan Moral Pada Anak

Penulis : Laila Maharani

Nama Jurnal : KONSELI : Jurnal Bimbingan dan Konseling

Vol, Hal, Th.Terbit : Vol.1 No.2, Hal.93-98, 2014

3
4

E-ISSN : 2355-8539

Institusi Penerbit : Program Studi Bimbingan dan Konseling


Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung

Alamat situs : http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli/index

B. Ringakasan Jurnal
1. Pendahuluan

Krisis multidimensional yang selama ini disebut-sebut sedang menimpa


bangsa kita tampaknya bukan hanya isapan jempol semata. Rentetan
peristiwa yang tersaji di media-media sepertinya mempertegas bahwa
bangsa ini memang sedang krisis. Lebih mengkhawatirkan lagi, krisis
tersebut juga terjadi pada dunia pendidikan kita. Kasus-kasus mutakhir
yang terekspos di media seperti pelecehan seksual dan kekerasan guru
terhadap siswa, bulliying siswa terhadap siswa lainnya, penggunaan
narkoba, seks bebas, ataupun aborsi di kalangan siswa adalah sebagian
potret buram mengenai wajah dunia pendidikan kita. Kenyataan tersebut
tentu membuat kaget banyak kalangan. Pendidikan yang semestinya
mempunyai fungsi sosialisasi nilai-nilai, pengembangan diri, dan kontrol
sosial tampak-nya justru menghasilkan sesuatu yang agak paradoks.

Dewasa ini pendidikan formal memang menghadapi tantangan yang


sangat luar biasa. Namun, seberat apapun tantangannya sekolah harus
tetap menjalankan fungsinya. Sekolah harus berusaha semaksimal
mungkin mensosialisasikan nilai-nilai dan membentuk karakter siswa
yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Sekolah tidak boleh puas dengan
hanya memperkaya kemampuan kognitif siswa saja, sementara perilaku
moral siswa diabaikan.
4
5

2. Kajian Teori

Jean Piaget meneliti moral judgment pada anak, dan menulis buku
berjudul “The Moral Judgment of The Child“ pada tahun 1932. Penelitian
Piaget kemudian dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg pada tahun
1970-an. Teori Kohlberg mengenai Moral Reasoning atau Cognitive
Model of Moral Development mendapatkan banyak perhatian dan
memberikan pengaruh pada penelitian-penelitian mengenai
perkembangan moral. Tetapi, tentu saja teori Kohlberg tidak lepas dari
kritik. Carol Gilligan, seorang feminis misalnya, menyampaikan kritik
pada artikelnya yang cukup berpengaruh di Harvard Educational Review
pada tahun 1997 dan buku best-sellernya In a Different Voice pada tahun
1982. Gilligan mengklaim bahwa moralitas perempuan secara kualitatif
berbeda dibanding moralitas laki-laki. Menurutnya, prinsip moral
reasoning perempuan adalah ethic of care, sedangkan laki-laki adalah
ethic of justice (Walker, 2006). Gilligan mengkritik bahwa Kohlberg
hanya membatasi diri pada pada prinsip keadilan (ethic of justice), dan
bersifat diskriminatif karena tidak mempertimbangkan perbedaan gender.

Kritik lain disampaikan oleh Eliot Turiel dengan social cognitive domain
theory. Dalam beberapa hal, antara Kohlberg (structural-development
theory) dan Turiel (social-cognitive domain perspectives) sebenarnya
memiliki beberapa kesamaan. Keduannya menyampaikan bahwa
perkembangan moral akan lebih baik dipahami dengan menganalisa
moral judgment. Emosi dianggap terpisah dan tidak memotivasi kekuatan
moral judgment, sedangkan perilaku dianggap hasil dari moral judgment.
Keduanya juga menganggap bahwa moralitas terbentuk bukan karena
interaksi individu dan lingkungannya. Kritik berikutnya muncul dari
kalangan cultural psychology, kritik terhadap klaim bahwa terdapat
prinsip-prinsip moral yang bersifat universal, seperti yang disampaikan
oleh Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, Gilligan, ataupun Elliot Turiel.
Cultural psychology memegang premis bahwa proses kultural dan proses

5
6

psikologis sama-sama penting di dalam memahami perkembangan moral


(Miler, 2007). Cultural psychology berpendapat bahwa domain moral
secara kultural beragam dan lebih luas daripada sekedar domain yang
berhubungan dengan harm, right, dan justice (Haidt, dkk., 1993).
Cultural psychology juga mengakui adanya non-rasionalitas di dalam
konsepsi moral.

3. Metodologi Penelitian

Menurut Narvaez (2008), terdapat dua pendekatan dalam pendidikan


moral. Pertama, pendekatan yang bersifat universalis. Pendekatan ini
menekankan pada apa yang sebaiknya dilakukan pada situasi moral
tertentu. Pendekatan ini lebih mengedepankan proses daripada isi dan
menganggap faktor lingkungan bukan merupakan faktor penting di dalam
membentuk moral reasoning siswa. Pendekatan ini kadang dianggap
menggunakan pendekatan tidak langsung terhadap perkembangan moral.
Sebab, siswa tidak diarahkan secara langsung untuk meyakini atau
melakukan suatu perilaku moral. Peran guru atau orang dewasa pada
pendekatan ini lebih sebagai fasilitator. Guru atau orang dewasa bertugas
menguji perspektif siswa, membangun empati, mendorong diskusi,
memperkaya perspektif dan kemampuan berfikir siswa, serta membantu
siswa belajar membuat keputusan yang baik.

Pendekatan kedua adalah pendekatan yang sifatnya partikularis


(character ethics). Pendekatan ini mengutamakan penguasaan nilai-nilai
keutamaan atau virtue yang dianggapnya perlu dan memadai untuk
mendapatkan kehidupan yang baik. Model pendidikan moral dengan
pendekatan ini sebenarnya secara tradisional sudah lama diterapkan.
Tapi, karena besarnya pengaruh teori moral reasoning dari Piaget dan
Kohlberg dan faktor-faktor lainnya, model pendidikan character ethic
kemudian mengalami kemunduran.

6
7

4. Pembahasan

Perkembangan teori mengenai perkembangan moral sudah banyak


mengalami pergeseran. Teori moral reasoning dan moral judgment dari
Piaget dan Kohlberg yang cukup lama mendominasi penelitian psikologi
moral dan mempengaruhi pendidikan moral sudah banyak mendapatkan
koreksi. Penekanan berlebih terhadap peran rasio dalam penilaian moral,
prinsip keadilan, dan universalitas teori sudah mengalami pergeseran ke
arah yang lebih menghargai peran penting emosi di dalam penilaian
moral, prinsip-prinsip moral menjadi lebih beragam dan berkait dengan
budah, culture-bound. Pergeseran ini dapat dipahami karena akhir-akhir
ini tengah berkembang pesat penelitian-penelitian mengenai social
neuroscience (pengaruh fungsi neural terhadap perilaku sosial) dan
munculnya perhatian yang sangat intens terhadap budaya dan
pengaruhnya terhadap perilaku sosial.

5. Kesimpulan dan Saran

Model integrative moral education dari Narvaez terdiri dari tiga ide
dasar. Pertama, bahwa pengembangan moral berarti pengembangan
moral expertise. Implikasinya adalah guru harus mengajarkan proses dan
keterampilan perilaku moral dan guru harus mengajarkan baik moral
virtue ataupun moral reasoning. Kedua, pendidikan moral bersifat
transfor-matif dan interaktif. Implikasinya, guru harus mensetting
struktur lingkungan dengan baik sehingga dapat meningkatkan moral
intuition dan guru harus merancang instruksi yang dapat mendorong
siswa menjadi lebih kompeten dalam ethical know-how. Ketiga,
karakteristik alamiah manusia besifat kooperatif dan aktualisasi diri.
Implikasinya, guru harus membantu menciptakan komunitas baik di
dalam maupun di luar sekolah dan guru harus meningkatkan kemampuan
regulasi diri siswa dan komunitas.

7
8

BAB III

PEMBAHASAN

A. Relavansi antara Topik Jurnal dengan Karya Penulis

Mengenai Topik ataupun judul dari Jurnal tersebut cukup relavan dan
menjelaskan materi yang disajikan menjadi isi berdasarkan judul ataupun
tema yang digunakan peneliti. Pada jurnal pertama, dapat dilihat bahwa
peneliti menekankan pada teori perkembangan moral dan model pendidikan
moral, dimana peneliti memfokuskan pada berbagai pandangan mengenai
teori-teori yang dikemukakan oleh ilmuan beberapa diantaranya Jean Piaget,
Lawrence Kohlberg, Gilligan, Elliot Turiel dan masih banyak lagi. Dimana
peneliti secara gamblang menjelaskan berbagai perbedaan pendapat, pro dan
kontra para ilmuan di dalam membantu perkembangan moral anak, hingga
sampai pada pembahasan Narvaez yang memberikan dua model pendidikan
moral bagi peserta didik yang hal tersebut tentu sejalan dengan pendidikan
nilai karakter pada peserta didik.

Sedangkan pada jurnal kedua, titik fokus peneliti pada perkembangan moral
pada anak yang lebih menekankan langkah dan tindakan yang harus di
lakukan orangtua maupun guru untuk dapat memahami tumbuh kembang
dan perkembangan anak berdasrkan usianya sehingga dapat menyesuaikan
model pendidikan bagaimana yang seharusnya diterapkan agar anak tidak
menghilangkan cara bertingkah laku, moral, adat-kebiasaan dan tatanan
beretika dalam bermasyarakat.

8
9

B. Pokok-pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan

Pada artikel yang terdapat di jurnal pertama peneliti mengatakan bahwa


“bahwa krisis multidimensional, yaitu tindakan diluar moral sangat banyak
terekspos dimedia, seperti pelecahan seksual, kekerasan guru terhadap
siswa, bullying siswa terhadap siswa lainnya, penggunaan narkoba, seks
bebas, ataupun aborsi menjadi sebuah sorotan penuh dari wajah dunia
pendidikan”. Dimana hal tersebut seharusnya mendapatkan perhatian yang
lebih serius terkait pendidikan nilai dan moral generasi penerus bangsa.

Sedangkan pada jurnal kedua, peneliti lebih memfokuskan pada rujukan


siswa untuk dapat “berfikir positif sehingga setiap tindakan yang akan
dilakukan peserta didik akan selalu menceriminkan nilai moral yang baik”.
Kedua jurnal tersebut memiliki fungsi yang berhungungan. Dimana, jurnal
pertama lebih menekankan dunia pendidikan sebagai objek utama sebagai
tempat pendidikan nilai dan moral anak, maka jurnal kedua memfokuskan
bagaimana seharusnya orangtua maupun guru dapat merealisasikan
pendidikan nilai tersebut dengan mengikuti langkah teori dan batasan usia
peserta didik yang telah di jelaskan oleh beberapa pakar seperti J. Piaget dan
L. Kohlberg.

C. Pemilihan serta Cakupan Kajian Teori

Pada jurnal utama, peneliti banyak mengambil kajian teori dari berbagai
ilmuan. Sehingga informasi, pro dan kontra sangat banyak kita dapatkan
dari jurnal utama. Walaupun peneliti tidak menulis cakupan teori pada point
yang berbeda. Dalam artian peneliti menyatukan bagian kajian teori di
dalam pembahasan dan kajian tersbut sangat luas, peneliti melihat
pandangan dari Jean Piaget, Lawrence Kohlberg, Gilligan, Elliot Turiel dan
pandangan dari Narvaez.

9
10

Sementara pada jurnal kedua, peneliti berfokus pada teori yang dicetuskan
oleh Jean Piaget yang secara lebih luas di kembangkan oleh Lawrence
Kohlberg dalam 3 tahapan dengan 6 metode pendekatan.

D. Metodologi Penelitian dan Relavansinya.

Pada jurnal utama peneliti tidak menjelaskan metodologi penelitian apa


yang digunakan namun peneliti menjelaskan ada dua pendekatan yang dapat
di lakukan untuk membantu perkembangan moral anak yaitu, pertama
pendekatan yang bersifat universalis dan yang kedua pendekatan yang
bersifat partikularis, hal tersebut relavan dengan materi yang dikaji oleh
peneliti.

Sedangkan pada jurnal kedua adapun metodologi penelitian yang digunakan


yaitu dengan deskriftif kualitatif, dimana peneliti menggunakan studi
pustaka atau menggali data dari Library Research untuk memperkaya
khasanah keilmuan bimbingan dan konseling, dan hal tersebut juga relavan
dengan materi yang disajikan oleh peneliti.

E. Kerangka Berfikir dalam Pembahasan

Pada jurnal utama peneliti tidak menuliskan kerangka berfikir didalam


pembahasan, hanya saja dari materi yang disampaikan dalam pembahasan
dapat dilihat bahwa kerangka berfikir peneliti mengacu kepada penerapan
model pendidikan moral anak, berorientasi pada teori perkembangan sosial.

Sedangkan pada jurnal kedua, peneliti juga tidak menuliskan kerangak


berfikirnya di dalam pembahasan, hanya saja dari materi yang disampaikan
dalam pembahasan dapat dilihat bahwa kerangka berfikir peneliti mengacu
kepada teori perkembangan, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan
moral dalam pendidikan nilai.

10
11

F. Kesimpulan dan Saran Penulis dan Implikasinya

Pada jurnal pertama, adapun yang menjadi kesimpulan dan saran serta
implikasinya dimana peneliti menjabarkan sebanyak 12 poin yang mengacu
kepada stategi tenaga pendidik dalam hal ini guru, guna mewujudkan
pendidikan nilai karakter peserta didik. Selain itu juga peneliti menjelaskan
bahwa ada tiga model pendidikan moral yang dapat digunakan guru untuk
membantu perkembangan moral anak, diantaranya yaitu: Pertama, bahwa
pengembangan moral berarti pengembangan moral expertise. Implikasinya
adalah guru harus mengajarkan proses dan keterampilan perilaku moral dan
guru harus mengajarkan baik moral virtue atau-pun moral reasoning. Kedua,
pendidikan moral bersifat transfor-matif dan interaktif. Implikasinya, guru
harus mensetting struktur lingkungan dengan baik sehingga dapat
meningkatkan moral intuition dan guru harus merancang instruksi yang da-
pat mendorong siswa menjadi lebih kompeten dalam ethical know-how.
Ketiga, karakteristik alamiah manusia besifat kooperatif dan aktualisasi diri.
Implikasinya, guru harus membantu menciptakan komunitas baik di dalam
maupun di luar sekolah dan guru harus meningkatkan kemampuan regulasi
diri siswa dan komunitas.

Sedangkan, pada jurnal kedua peneliti menjelaskan bahwa dalam


mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara
membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui
dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku
moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai atau
norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan
yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya
mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia
yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain. Pengembangan
moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai
sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan
moral budaya yang diterima masyarakat. Proses pendidikan dan

11
12

pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu


(integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah. Pendidik
mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan
peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritasi
mendukung berbagai kegiatan pengembangan moral warga masyarakat
sebagai bagian upaya membangun karakter manusia indonesia seutuhnya.
Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan
pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik
sepanjang hayat dalam proses membangun moral bangsa.

G. Kritikan lain

1. Pada Jurnal utama, peneliti membuat judul yang merangkum materi


dari tema yang ditugaskan. Materi yang didapat dari jurnal tersebut
cukup baik dan peneliti menjelaskan secara gamblang mengenai
perbandingan antara berbagai teori perkembangan moral. Dimana
penulis menjabarkan banyaknya kritikan dan sanggahan para ilmuan
lainnya mengenai tahap perkembangan moral peserta didik. Selain itu,
penulis juga menjabarkan model pendidikan moral yang dapat
dijadikan sebagai panduan guna mempermudah tenaga pendidik
maupun orangtua didalam memahami dan mengikuti perkembangan
moral anak. Namun, pada jurnal tersebut, peneliti tidak menjelaskan
metodologi penelitian apa yang digunakan, serta tidak menjabarkan
kerangka berfikirnya denga jelas, sehingga membuat pembaca harus
memahami dengan sendirinya. Selain itu, ukuran dan rataan pada
tulisan yang dipakai peneliti cukup padat sehingga membuat pembaca
jenuh di dalam membaca jurnal tersebut.

2. Pada jurnal kedua, peneliti lebih berfokus kepada bagaimana


perubahan dan perkembangan moral peserta didik, dibandingkan
membahas pro dan kontra terkait teori perkembangan moral. Dalam

12
13

jurnal ini, peneliti lebih menegaskan bahwa perkembangan moral anak


tentu di pengaruhi faktor lain, selain yang disampaikan oleh teori J.
Piaget dan L. Kohlberg. Penulis lebih memfokuskan langkah yang
harus di tanamkan dalam membantu peserta didik dalam menanamkan
pendidikan nilai dan moral yang baik dalam tatanan masyarakat.
Peneliti lebih memfokuskan bahwa pendidikan itu harus didasarkan
dengan contoh dari orang terdekatnya saja, bukan hanya sekedar
slogan semata. Namun, pada jurnal tersebut peneliti tidak menjelaskan
kerangka berfikir yang digunakan peneliti di dalam menuliskan hasil
penelitiannya, selain itu penulis juga tidak menjabarkan kesimpulan
dari hasil penelitiannya. Sehingga, pembaca harus membaca dengan
teliti agar dapat memahami isi dari penelitian tersebut.

13
14

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kedua jurnal tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan moral bertujuan pada
pembentukan sikap dan perilaku seseorang agar dapat bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah moral yang berlaku di lingkungan sosialnya. Oleh
karena itu adanya pendidikan moral akan menentukan mudah tidaknya
seseorang dapat diterima di dalam lingkungan sosialnya. Hal ini mengingat
bahwa dalam berinteraksi dengan orang lain tidak hanya menuntut
kecerdasan orang secara kognitif, akan tetapi diperlukan kecerdasan afektif
dan psikomotor. Kecerdasan afektif dapat dikembangkan melalui
pendidikan moral.

Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan


dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua
kegiatan sekolah. Pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta
melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku dan
kegiatannya. Otoritasi mendukung berbagai kegiatan pengembangan moral
warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karakter manusia
indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan
pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga
14
15

bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat dalam proses membangun


moral bangsa.

B. Saran

Dalam perkembangan moralnya, anak perlu mendapat pendampingan. Peran


utama orangtua, guru, teman sebaya dan lingkungan masyarakat, dalam
pendampingan ini sangatlah besar. Peristiwa sehari-hari bisa dijadikan
sebagai alat bagi orang tua untuk menginternalisasikan nilai moral kepada
anak. Lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, merupakan lingkungan
yang paling dekat dengan anak. Figur yang ditunjukkan oleh masyarakat
yang ada disekitar anak sangat berpengaruh dalam bentuk perilaku sehari-
hari peserta didik, dan kemudian diikuti dan ditiru oleh anak. Oleh sebab itu,
sebagai objek yang paling rentan dalam pembinaan dan perkembangan
moral anak di dalam pendidikan nilai diharapkan saling bekerjasama dan
berkontribusinya orangtua, guru, masyarakat, dan teman sebaya.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A. A. (2010). Teori Perkembangan Moral dan Model Pendidikan Moral,


Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi. 3 (1) : 37-44

Maharani, L. (2014). Perkembangan Moral Pada Anak, KONSELI : Jurnal


Bimbingan dan Konseling. 1 (2) : 93-98

16

Anda mungkin juga menyukai