MAKALAH
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hukum Tanah Adat ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Hukum Adat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Hukum perjanjian adat bagi pembaca dan penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khalilullah, M.H selaku dosen di
mata kuliah Hukum Adat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. LatarBelakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
A. Pengertian Tanah ................................................................................................3
B. Pengertian Hukum Tanah dan Hukum Tanah Adat........................................3
C. Macam Macam Tanah Menurt Hukum Adat ....................................................
D. Peran Penting Tanah Adat Bagi Manusia Dan Persekutuan ...........................
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Adat menurut B. Ter Haar Bzn adalah keseluruhan aturan yang menjelma dari
keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (dalam arti
luas) yang memiliki kewibawaan serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku
serta merta dan ditaati dengan sepenuh hati.
Hukum adat sebagai hukum Indonesia yang asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini mengandung unsur agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perjanjian adat?
2. Apa
3. Apa
4. Bagaimana
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tanah.
2. Untuk mengetahui pengertian hukum tanah adat.
3. Untuk mengetahui macam – macam tanah menurut hukum adat.
4. Untuk mengetahui pentingnya tanah adat bagi manusia dan persekutuan.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum perjanjian adat adalah hukum yang meliputi uraian tentang hukum
perutangan termasuk soal transaksi tanah dan transaksi yang menyangkut tanah, sepanjang
hal itu ada hubungannya dengan masalah perjanjian menurut hukum adat. Selanjutnya
menyangkut bagi hasil tanaman dan hewan ternak masuk mengenai hal hukum perutangan
Berbeda dengan sistem hukum Indonesia, mengenai perikatan ditulis dalam Buku
III KUH Perdata. Pada buku ini menyebutkan tentang perikatan yang lahir dari perjanjian
dan UU. Hubungan antara perikatan dengan perjanjian ialah perjanjian itu menerbitkan
perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber-sumber lain nya. Suatu
perjanjian juga dinamakan persetujuan karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu.
Secara adat di masa lampau yang hidup di dalam masyarakat yang kebanyakan tidak
tertulis dan digunakan dalam transaksi utang piutang. Perikatan yang terbentuk dari
perjanjian secara adat terdapat asas kekeluargaan dan kerukunan.
Hukum Adat menurut B. Ter Haar Bzn adalah keseluruhan aturan yang menjelma
dari keputusan-keputusan para fungsionaris hukum(dalam arti luas) yang memiliki
kewibawaan serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku serta merta dan
ditaati dengan sepenuh hati. Dan kesimpulan dari hasil seminar nasional “seminar hukum
adat dan pembangunan hukum nasional mengartikan bahwa hukum adat sebagai hukum
Indonesia yang asli yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik
Indonesia yang disana-sini mengandung unsur agama.
Dalam penjelasannya Perjanjian adalah dimana seorang berjanji kepada seorang
lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis.25
v
(1.)Ada pihak-pihak, sedikit-dikitnya dua orang (subjek),
(2.)Ada persetujuan antara pihak pihak-pihak itu (konsensus),
(3.)Ada objek yang berupa benda,
(4.)Ada tujuan bersifat kebandaan (mengenai harta kekayaan),
(5.)Ada bentuk tertentu, lisan atau tertulis.
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN :
1. Harus ada musyawarah terlebih dahulu dan kepercayaan.
2. Diadakan batas waktu pengembalian barang, dan kalau barang tersebut tidak
diambil, maka barang itu dijual atas dasar mufakat.
3. Dalam surat perjanjian itu ditentukan jumlah harga pengembalian barang
tersebut.
4. Apabila barang yang dititipkan itu hilang maka harus ada penggantian dan
apabila barang tersebut telah dijual orang yang dititipi barang tersebut harus diberi upah
untuk jerih payahnya.
vi
Ciri-ciri perjanjian bagi hasil menurut hukum adat, dimana hukum adat mengenal
adanya perjanjian bagi hasil, ciri-cirinya diklsifikasikan sebagai berikut:
a) Tidak dilakukan secara tertulis dan pada umumnya tidak mengenal semacam
akta perjanjian;
b) Penyaksian atau pengesahan maupun bantuan dari kepala desa atau kepala
persekutuan adat tidak diperlukan. Hal ini berlainan dengan transaksi tanah
seperti jual lepas, jual gadai yang dimana bantuan kepala desa amat dibutuhkan
oleh karena itu diketahui bahwa transaksi bagi hasil adalah transaksi yang
berhubungan dengan tanah, maka tidaklah terjadi penyerahan tanah dalam arti
peralihan kepemilikan tanah, sehingga bantuan kepala desa tidaklah diperlukan;
c) Hak ulayat tidak menjadi obyek suatu perjanjian bagi hasil;
d) Pada umumnya jangka waktunya relative singkat jadi dapat berakhir setelah
melewati satu masa panen;
e) Terjadinya suatu transaksi dengan pihak ketiga seperti peralihan dari pemilik.
vii
2) Tanah suksara/tanah kemakmuran, ialah tanah milik desa (persekutuan hukum) yang
diusahakan/digarap untuk kepentingan desa atau untuk kesejahteraan masyarakat
desanya (jawa,bondo deso,sunda,titisara).
1. Tunai (Kontan) atau terang adalah “suatu bentuk prestasi yang dilakukan
sekaligus bersama-sama pada waktu itu juga”, sehingga walaupun sudah terucap
kata sepakat antara kedua belah pihak itu belum terjadi perjanjian jual beli.
2. Percaya yang kuat yaitu saling percaya satu sama lain, antara pembeli dan
penjual dalam proses jual beli, sehingga tersebut mereka tidak membuat bukti
tertulis karena mereka sudah saling percaya.
Pada umumnya, masyarakat hukum adat membuat perjanjian dalam bentuk lisan.
Sikap percaya satu sama lain menjadi salah satu dasar masyarakat untuk membuat
perjanjian dalam bentuk lisan, karena masyarakat hukum adat tidak mengenal adanya
pembuktian tertulis.
a) Perjanjian tanah
2. Perjanjian sewa
3. Perjanjian berganda
viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah ( bahasa yunani : pedon ; bahasa latin : solum ) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Hukum tanah atau biasa di sebut
dengan agraria adalah hukum yang mengontrol ikatan antara orang dan tanah dengan
orang lain. Macam-macam tanah menurut hukum adat, berdasarkan cara memperolehnya,
(1) Tanah yasan/ tanah trukah/ tanah truko, (2) Tanah pusaka/ tanah tilaran, (3) Tanah
pekulen/ tanah gogolan
Tanah dipahami secara luas meliputi semua unsur bumi, air, udara, kekayaan alam,
serta manusia sebagai pusat, maupun roh-roh di alam supranatural yang terjalin secara
menyeluruh dan utuh. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia adalah karena
kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup diatas
tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendaya gunakan tanah. Masalah tanah
dapat menimbulkan persengketaan dan peperangan yang dahsyat karena manusia-manusia
yang ingin menguasai tanah orang/bangsa lain karena sumber-sumber alam yang
terkandung didalamnya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dibuat ,besar harapan semoga dapat bermanfaat bagi
kalangan banyak. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna . Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik lagi .
ix
DAFTAR PUSTAKA