Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PERJANJIAN ADAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Adat

yang diampu oleh Bapak Khalilullah, M.H

Disusun oleh Kelompok 6 :

ISROQ ASROFIL ARZAAQ (213820110

PUTRI AYUNI HANDAYANI (21382012053)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hukum Tanah Adat ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Hukum Adat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Hukum perjanjian adat bagi pembaca dan penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khalilullah, M.H selaku dosen di
mata kuliah Hukum Adat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangunkan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Pamekasan, 30 November 2022

Penyusun

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. LatarBelakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
A. Pengertian Tanah ................................................................................................3
B. Pengertian Hukum Tanah dan Hukum Tanah Adat........................................3
C. Macam Macam Tanah Menurt Hukum Adat ....................................................
D. Peran Penting Tanah Adat Bagi Manusia Dan Persekutuan ...........................
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Adat menurut B. Ter Haar Bzn adalah keseluruhan aturan yang menjelma dari
keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (dalam arti
luas) yang memiliki kewibawaan serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku
serta merta dan ditaati dengan sepenuh hati.
Hukum adat sebagai hukum Indonesia yang asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang disana-sini mengandung unsur agama.

Menurut Soerjono Soekanto menegaskan terkait posisi hukum adat


dan hukum kebiasaan tidak memiliki perbedaan. Alasannya adalah Hukum Adat pada
hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, artinya kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai
akibat hukum. Berbeda dengan kebiasaan belaka,
kebiasaan yang merupakan hukum adat adalah perbuatan-perbuatan yang
diulang-ulangi dalam bentuk yang sama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perjanjian adat?
2. Apa
3. Apa
4. Bagaimana

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tanah.
2. Untuk mengetahui pengertian hukum tanah adat.
3. Untuk mengetahui macam – macam tanah menurut hukum adat.
4. Untuk mengetahui pentingnya tanah adat bagi manusia dan persekutuan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perjanjian Adat

Hukum perjanjian adat adalah hukum yang meliputi uraian tentang hukum
perutangan termasuk soal transaksi tanah dan transaksi yang menyangkut tanah, sepanjang
hal itu ada hubungannya dengan masalah perjanjian menurut hukum adat. Selanjutnya
menyangkut bagi hasil tanaman dan hewan ternak masuk mengenai hal hukum perutangan
Berbeda dengan sistem hukum Indonesia, mengenai perikatan ditulis dalam Buku
III KUH Perdata. Pada buku ini menyebutkan tentang perikatan yang lahir dari perjanjian
dan UU. Hubungan antara perikatan dengan perjanjian ialah perjanjian itu menerbitkan
perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan disamping sumber-sumber lain nya. Suatu
perjanjian juga dinamakan persetujuan karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu.
Secara adat di masa lampau yang hidup di dalam masyarakat yang kebanyakan tidak
tertulis dan digunakan dalam transaksi utang piutang. Perikatan yang terbentuk dari
perjanjian secara adat terdapat asas kekeluargaan dan kerukunan.
Hukum Adat menurut B. Ter Haar Bzn adalah keseluruhan aturan yang menjelma
dari keputusan-keputusan para fungsionaris hukum(dalam arti luas) yang memiliki
kewibawaan serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku serta merta dan
ditaati dengan sepenuh hati. Dan kesimpulan dari hasil seminar nasional “seminar hukum
adat dan pembangunan hukum nasional mengartikan bahwa hukum adat sebagai hukum
Indonesia yang asli yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik
Indonesia yang disana-sini mengandung unsur agama.
Dalam penjelasannya Perjanjian adalah dimana seorang berjanji kepada seorang
lainnya atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis.25

Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur


sebagai berikut:

v
(1.)Ada pihak-pihak, sedikit-dikitnya dua orang (subjek),
(2.)Ada persetujuan antara pihak pihak-pihak itu (konsensus),
(3.)Ada objek yang berupa benda,
(4.)Ada tujuan bersifat kebandaan (mengenai harta kekayaan),
(5.)Ada bentuk tertentu, lisan atau tertulis.

UNSUR-UNSUR PERJANJIAN :
1. Harus ada musyawarah terlebih dahulu dan kepercayaan.
2. Diadakan batas waktu pengembalian barang, dan kalau barang tersebut tidak
diambil, maka barang itu dijual atas dasar mufakat.
3. Dalam surat perjanjian itu ditentukan jumlah harga pengembalian barang
tersebut.
4. Apabila barang yang dititipkan itu hilang maka harus ada penggantian dan
apabila barang tersebut telah dijual orang yang dititipi barang tersebut harus diberi upah
untuk jerih payahnya.

B. Macam-macam dan syarat perjanjian hukum adat

Secara umum, macam-macam hukum perjanjian di bidang ke bendaan menurut


Adat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu a. Hukum perjanjian dengan obyeknya
berupa tanah. Perjanjian jenis ini merupakan perjanjian antara dua belah pihak yang
menyangkut peralihan tanah sebagai obyek dari perjanjian. b. Hukum perjanjian
menyangkut tanah. Yang dimaksud dalam hal ini ialah perjanjian yang obyeknya bukan
tanah, melainkan tanah sebagai tempat atau sesuatu yang terlibat oleh perjanjian itu.
Syarat-syarat perjanjian dalam hukum adat:
1. Titik tolak pada dasar kejiwaan. Pada hukum adat bertitik tolak pada dasar
kejiwaan, kekeluargaan, kerukunan& bersifat tolong menolong;
2. Pada hukum adat tidak hanya ada kata sepakat maka lazimnya juga disertai
dengan tanda ikatan, sesuai dengan sifat hukum adat yang nyata(konkrit);
3. Perjanjian pada hukum adat selain dalam ruang lingkup harta kekayaan juga
menyangkut yang tidak bersifat kebendaan.

C. Ciri-ciri dan akibat hukum perjanjian dalam adat

vi
Ciri-ciri perjanjian bagi hasil menurut hukum adat, dimana hukum adat mengenal
adanya perjanjian bagi hasil, ciri-cirinya diklsifikasikan sebagai berikut:
a) Tidak dilakukan secara tertulis dan pada umumnya tidak mengenal semacam
akta perjanjian;
b) Penyaksian atau pengesahan maupun bantuan dari kepala desa atau kepala
persekutuan adat tidak diperlukan. Hal ini berlainan dengan transaksi tanah
seperti jual lepas, jual gadai yang dimana bantuan kepala desa amat dibutuhkan
oleh karena itu diketahui bahwa transaksi bagi hasil adalah transaksi yang
berhubungan dengan tanah, maka tidaklah terjadi penyerahan tanah dalam arti
peralihan kepemilikan tanah, sehingga bantuan kepala desa tidaklah diperlukan;
c) Hak ulayat tidak menjadi obyek suatu perjanjian bagi hasil;
d) Pada umumnya jangka waktunya relative singkat jadi dapat berakhir setelah
melewati satu masa panen;
e) Terjadinya suatu transaksi dengan pihak ketiga seperti peralihan dari pemilik.

Akibat hukum perjanjian dalam hukum adat:


Akibat adanya perjanjian hukum adat adalah mengikat antara para pihak karena
sudah adanya tanda ikatan diantara para pihak, namun sifatnya hanya sebatas kepercayaan
antara satu sama lain. Artinya para pihak sangat merasa terikat dengan perbuatannya
masing-masing karena memang masyarakat hukum adat sangat menjunjung tinggi nilai-
nilai kepercayaan dan keseimbangan dalam lingkungan kehidupan sosialnya.
Menurut hukum adat, terdapat berbagai jenis tanah, yang diberi nama menurut cara
memperolehnya atau menurut tujuan penggunaanya.
a. Berdasarkan cara memperolehnya,
1. Tanah yasan/ tanah trukah/ tanah truko, ialah tanah yang diperoleh seseorang
dengan cara membuka tanah sendiri (membuka hutan).
2. Tanah pusaka/ tanah tilaran, ialah tanah yang diperoleh seseorang dari pemberian
(hibah) atau warisan orang tuanya.
3. Tanah pekulen/ tanah gogolan, ialah tanah yang diperoleh seseorang dari
pemberian desanya.
b. berdasarkan tujuan penggunaanya
1) Tanah bengkok/tanah pituwas/tanah lungguh, ialah tanah milik desa (persekutuan
hukum) yang diserahkan kepada seseorang yang memegang jabatan pemerintah di
desa itu untuk diambil hasilnya sebagai upah jabatannya.

vii
2) Tanah suksara/tanah kemakmuran, ialah tanah milik desa (persekutuan hukum) yang
diusahakan/digarap untuk kepentingan desa atau untuk kesejahteraan masyarakat
desanya (jawa,bondo deso,sunda,titisara).

D. Asas-asas dan bentuk-bentuk perjanjian dalam hukum adat

Asas-Asas Perjanjian Menurut Hukum Adat :

1. Tunai (Kontan) atau terang adalah “suatu bentuk prestasi yang dilakukan
sekaligus bersama-sama pada waktu itu juga”, sehingga walaupun sudah terucap
kata sepakat antara kedua belah pihak itu belum terjadi perjanjian jual beli.
2. Percaya yang kuat yaitu saling percaya satu sama lain, antara pembeli dan
penjual dalam proses jual beli, sehingga tersebut mereka tidak membuat bukti
tertulis karena mereka sudah saling percaya.

BENTUK PERJANJIAN DALAM HUKUM ADAT

Pada umumnya, masyarakat hukum adat membuat perjanjian dalam bentuk lisan.
Sikap percaya satu sama lain menjadi salah satu dasar masyarakat untuk membuat
perjanjian dalam bentuk lisan, karena masyarakat hukum adat tidak mengenal adanya
pembuktian tertulis.

a) Perjanjian tanah

b) Perjanjian Menyangkut Tanah

1. Perjanjian bagi hasil

2. Perjanjian sewa

3. Perjanjian berganda

4. Perjanjian pinjaman dengan jaminan tanah.

viii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah ( bahasa yunani : pedon ; bahasa latin : solum ) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Hukum tanah atau biasa di sebut
dengan agraria adalah hukum yang mengontrol ikatan antara orang dan tanah dengan
orang lain. Macam-macam tanah menurut hukum adat, berdasarkan cara memperolehnya,
(1) Tanah yasan/ tanah trukah/ tanah truko, (2) Tanah pusaka/ tanah tilaran, (3) Tanah
pekulen/ tanah gogolan
Tanah dipahami secara luas meliputi semua unsur bumi, air, udara, kekayaan alam,
serta manusia sebagai pusat, maupun roh-roh di alam supranatural yang terjalin secara
menyeluruh dan utuh. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia adalah karena
kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Mereka hidup diatas
tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendaya gunakan tanah. Masalah tanah
dapat menimbulkan persengketaan dan peperangan yang dahsyat karena manusia-manusia
yang ingin menguasai tanah orang/bangsa lain karena sumber-sumber alam yang
terkandung didalamnya.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dibuat ,besar harapan semoga dapat bermanfaat bagi
kalangan banyak. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna . Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik lagi .

ix
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, H.A.M, Pokok-Pokok Hukum Adat, (Semarang : Duta Grafika, 1990)


Mertokusumo, Sudikno, Perundang Undangan Agraria Indonesia, (Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta, 2011)

Anda mungkin juga menyukai