Anda di halaman 1dari 2

Pola berpikir yuridik hukum perdata internasional adalah :

1. Pertama kita mencari titik-titik taut primer menurut lex fori untuk mengetahui apakah kita
berhadapan dengan suatu peristiwa hukum perdata internasional atau bukan.
Titik Taut Primer adalah unsur-unsur yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa
hukum merupakan peristiwa Hukum Perdata Internasional dan bukan suatu peristiwa
Hukum Internasional. Jadi, titik taut primer adalah titik taut yang membedakan Hukum
Perdata Internasional dari peristiwa hukum Internasional. Oleh sebab itu titik taut primer
juga dinamakan titik taut pembeda.
Hal ini berguna untuk para ahli hukum internasional tidak salah sasaran dalam
menghakimi suatu perkara yang berada dalam ruang lingkup internasional.

2. Jika ternyata bahwa kita berhadapan dengan suatu peristiwa hukum perdata internasional,
maka kita mengadakan kualifikasi fakta menurut lex fori (menurut hakim).
Hukum materiil dari sang hakim adalah yang harus dipergunakan dalam
kualifikasi ini. Sebagai contoh misalnya dihadapkan pada istilah “perjanjian
perkawinan”, “domisili” dan “tort”, maka istilah tersebut didefinisikan dan
diinterpretasikan berdasarkan hukum materiil dari Hakim itu sendiri.

3. Kemudian kita mencari titik-titik taut sekunder menurut lex fori untuk menentukan
sistem hukum yang berlaku (lex causae)
Titik taut sekunder adalah unsur-unsur yang akan menentukan hukum manakah
yang seharusnya berlaku (lex causae) bagi peristiwa hukum perdata internasional itu.
Karena itu titik taut sekunder disebut juga titik taut penentu. Titik taut sekunder dalam
hukum perdata internasional pada umumnya merupakan asas-asas HPI yang merupakan
kaidah-kaidah penunjuk hukum apa yang seharusnya berlaku, dan tidak bermaksud untuk
menyelesaikan peristiwa hukum yang dimaksud.
Disini hakim atau para ahli hukum bergerak dalam menentukan hukum manakah
yang akan dilakukan berdasarkan pada titik taut sekunder itu sendiri, seperti meliputi;
kewarganegaraan (lex patriae); domisili (lex domicili); tempat/letak benda (situs rei);
tempat perbuatan hukum yang bersangkutan dilangsungkan (locus actus); tempat
perjanjian dilaksanakan (locus solutionis); maksud para fihak (pilihan hukum); tempat
diadakan perbuatan-perbuatan resmi yang penting (forum).

4. Titik-titik taut menurut lex causae lalu akan menentukan apakah kaedah hukum lex
causae, lex fori, atau kaidah hukum asing lain yang harus berlaku.
Selanjutnya, titik taut menurut lex cause tersebut akan menentukan kaedah hukum
apa yang akan digunakan pada penyelesaian perkara hukum perdata internasional yang
bersangkutan. Apakah menggunakan lex causae, lex fori atau hukum asing lain
bergantung apa yang sudah dicocokkan dengan titik-titik taut sebelumnya.

5. Jika berdasarkan titik-titik taut dari lex causae telah dapat ditentukan kaidah hukum
materil mana yang seharusnya berlaku, hakim akan menentukan penyelesaian
masalahnya dan menjatuhkan putusan.
Pada bagian ini, hakim berperan penting dalam menyelesaikan perkara dan
memutuskan putusan sesuai dengan kaidah hukum mana yang diberlakukan sebagaimana
yang sudah ditentukan oleh titik-titik taut menurut lex cause sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai