Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BERBAGAI ASPEK TENTANG KEWARISAN, WASIAT HIBAH, WAKAF,


KURBAN, AKIKAH

“DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING

MUHAMMAD ZEIN, S.PD.I, M.PD.I

DISUSUN OLEH :

RIZKI ATHIYAH
2202326

PENANGGAP :

BAYU FIKRIANSYAH

2202307

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER TUNAS BANGSA


PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan seluruh


alam, Allah Subhana wata’ala yang telah memberikan rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isi yang
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
ataupun petunjuk bagi saya sendiri dan bagi para pembaca.

Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, yaitu Bapak Muhammad
Zein S.Pd.I, M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini, sehingga saya dapat
mengasah serta menambah wawasan tentang BERBAGAI ASPEK TENTANG
KEWARISAN, WASIAT HIBAH, WAKAF, KURBAN, AKIKAh. Saya juga berterima kasih
kepada kedua orang tua saya yang mendukung penuh program
studi yang saya jalani, serta kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Baik berupa saran maupun dukungan moral dan do’a

.
Saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya
mengharap kritik dan saran agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
BAB 1

PENDAHULUAN

1,1 Latar Belakang

Masalah waris adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi salah satu pokok bahasan
utama dalam hukum Islam, karena hal ini selalu ada dalam setiap keluarga dan masalah waris ini rentan
dengan masalah/konflik di masyarakat akibat pembagian yang dianggap kurang adil atau ada pihak-pihak
yang merasa dirugikan. Oleh sebab itu syariat Islam membuat aturan yang begitu lengkap tentang
masalah waris yang terdapat dalam Alquran seperti (QS. An-Naml: 16 dan An-Nisa : 7-12)1 .

Selain dari pada hukum Islam, hukum perdata (Burgerlijk Wetboek) juga ketat mengatur tentang
waris dikarenakan aturan ini berlaku khusus kepada masyarakat non muslim.Walaupun demikian masih
banyak masyarakat yang membagi warisannya dengan menggunakan hukum adat yang berlaku di
masyarakat masing-masing

. Secara teoritis orang yang beragama Islam harus melakukan pembagian warisannya menurut
agama Islam, dan jika ada sengketa harus dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama sebagaimana
kewenangan/kekuasaan Peradilan Agama yaitu berwenang memeriksa,memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang :

a. Perkawinan
b. Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, dan
c. waqaf dan shadaqah.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa itu Waris dan bagaimana hukumnya ?

2.Apa itu Wasit dan bagaiamana hukumnya ?

3.Apa itu Hibah dan bagaimana hukumnya ?

4.Apa itu Wakaf dan bagaimana hukumnya ?

5.Bagaimana tata cara pelaksanaan kurban ?

6.Bagaimana tata cara pelaksanaan akikah ?


1.3 Tujuan Penulisan

1.Mengetahui bagaimana hukum Waris dalam islam

2.Mengetahui bagaimana hukum Wasiat

3.Mengetahui bagaimana hukum Hibah

4.Mengetahui bagaimana hukum Wakaf

5.Mengetahui bagaimana tata cara kurban dalam islam

6.Mengetahui bagaimana tata cara akikah dalam islam


BAB II

PEMBAHASAN

1.Waris Islam

A .Pengertian Waris

Warisan adalah peninggalan yang ditinggalkan pewaris kepada ahli waris. Warisdalam pengertian
bahasa Indonesia kebanyakan tidaklah sama dengan waris dalamislam. Waris dalam budaya arab & Islam
memiliki makna yang lebih luas.

Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab adalah bentukmasdar
(infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan- miiraatsan. Maknanyamenurut bahasa ialah ‘berpindahnya
sesuatu dari seseorang kepada orang lain’. Ataudari suatu kaum kepada kaum lain.

Dalam hubungannya dengan waris mewarisi pada keluarga beda agama, maka inimenunjukkan
adanya anggota keluarga yang beragama Islam dan anggota keluargayang beda agama bila pihak pewaris
meninggal dunia.

B. Dasar Hukum Waris

Dasar hukumnya adalah Al-quran dan hadis Rasulullah sebagai berikut :

* Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapadan kerabatnya, dan bagi
orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (Q.S. An-Nisa : 7)

* (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannyakedalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai,
sedang merekakekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar. Dan Barang siapayang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan- Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
(Q.S AnNisa :13-14)

.
Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Usamah Ibn Zaid, dijelaskan sebagai berikut :

*“Diriwayatkan oleh Usamah Ibn Zaid r.a bahwa Rasulullah Shalallahualaihiwasallam berkata : bahwa
seorang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak mendapat waris dari orang muslim”.

*”Dari Abdullah bin Amr r.a, Rasulullah Salallahhualaihiwasallam bersabda : Dua orang yang berbeda
agama tidak saling mewarisi.”(HR. Ahmad Abu Daud dan Ibnu Majah)

C. Penggugur Hak Waris

Penggugur hak waris seseorang maksudnya kondisi yang menyebabkan hak waris seseorang menjadi
gugur, dalam hal ini ada tiga:

1. Budak

Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun dari saudaranya.
Sebab segala sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya. Baik budak itu sebagai
qinnun (budak murni), mudabbar (budak yang telah dinyatakan merdeka jika tuannya meninggal), atau
mukatab (budak yang telah menjalankan perjanjian pembebasan dengan tuannya, dengan persyaratan
yang disepakati kedua belah pihak). Alhasil, semua jenis budak merupakan penggugur hak untuk
mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan mereka tidak mempunyai hak milik.

2. Pembunuhan

Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris (misalnya seorang anak membunuh ayahnya), maka ia
tidak berhak mendapatkan warisan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

"Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya. "

Dari pemahaman hadits Nabi tersebut lahirlah ungkapan yang sangat masyhur di kalangan fuqaha yang
sekaligus dijadikan sebagai kaidah: "Siapa yang menyegerakan agar mendapatkan sesuatu sebelum
waktunya, maka dia tidak mendapatkan bagiannya."

Ada perbedaan di kalangan fuqaha tentang penentuan jenis pembunuhan. Misalnya, mazhab Hanafi
menentukan bahwa pembunuhan yang dapat menggugurkan hak waris adalah semua jenis pembunuhan
yang wajib membayar kafarat.

atau bahkan hanya membenarkan kesaksian para saksi lain dalam pelaksanaan qishash atau hukuman mati
pada umumnya. Menurut saya, pendapat mazhab Hambali yang paling adil. Wallahu a'lam.
D. Syarat Waris

1.Orang yang mewariskan harta benar-benar telah meninggal dunia

Bila orang yang hartanya akan diwaris belum benar-benar meninggal,misalnya dalam keadaan koma,
maka harta tersebut belum dapat diwariskankepada ahli waris yang berhak. Ini dikarenakan adanya
warisan itu karenaadanya kematian

2)Ahli waris yang akan mendapat warisan benar-benar hidup, meskipunmasa hidupnya hanya
sebentar saja

Jadi, meskipun tak lama setelah meninggalnya si mayit (pewaris), dalamhitungan menit misalnya, ahli
waris menyusul meninggal, maka si ahli warisini tetap berhak mendapatkan bagian warisan.

3)Diketahui dengan jelas hubungan ahli waris dengan si mayit

Hubungan yang dimaksud merupakan hubungan kekerabatan, pernikahan,atau memerdekakan budak


(walâ’).

4)Satu alasan yang menetapkan seseorang bisa mendapatkan warisansecara rinci

Syarat ini dikhususkan bagi seorang hakim untuk menetapkan apakahseseorang termasuk ahli waris yang
berhak menerima warisan atau tidak

2. Wasiat

Anda mungkin juga menyukai