Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PUTUSAN PTA SAMARINDA NO 22/PDT.G/2023/PTA.

SMD
TENTANG HUKUM WARIS ISLAM
IZDIHAR LUTHFIYYAH SURYA GERHANA1
1
20071010154

ABSTRACT
Hukum waris dalam Islam, yang merupakan bagian penting dari hukum keluarga
Islam, didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan persamaan. Hukum waris Islam berusaha
untuk memastikan bahwa harta warisan dibagi secara adil di antara ahli waris sesuai dengan
pedoman yang diberikan dalam Al-Quran dan hadis. Prinsip keadilan adalah dimana waris
berupaya untuk melakukan pembagian waris dengan memberikan pengakuan terhadap hak-
hak individu dan equality before the law. Adapun prinsip mengenai fara’id yang artinya
bagian waris yang telah formal diatur harus ditujukan secara benar kepada anak-anak sah,
isteri/suami, serta seluruh keturunan keluarga yang menjadi Ahli Waris secara sah.
Kata Kunci: Hukum Waris, Hukum Waris Islam

PENDAHULUAN
Kodifikasi hukum waris Islam mengacu pada aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang
mengatur bagaimana harta warisan harus dibagi antara ahli waris dalam hukum Islam.
Hukum waris Islam berdasarkan hukum syariah, dan berbagai negara dengan mayoritas
penduduk Muslim memiliki peraturan-peraturan hukum waris yang mengatur hal ini.
Beberapa prinsip dasar hukum waris Islam yang biasanya diikuti termasuk:
a. Prinsip Pewarisan: Hukum waris Islam memberikan hak waris kepada anggota keluarga
tertentu, seperti suami, istri, anak-anak, orang tua, dan saudara-saudara. Bagian masing-
masing ahli waris biasanya telah ditentukan dalam hukum Islam.
b. Bagian Ahli Waris: Bagian yang diterima oleh setiap ahli waris dapat berbeda-beda
berdasarkan hubungan keluarga dan jenis harta warisan. Anak laki-laki dan perempuan,
misalnya, mungkin memiliki perbedaan dalam porsi warisan mereka.
c. Harta Fara'id: Beberapa bagian warisan dianggap sebagai "faraid" atau bagian yang
diwajibkan, yang tidak dapat diubah oleh kehendak seseorang dalam wasiat. Ini
termasuk bagian untuk anak-anak dan pasangan hidup yang masih hidup.
d. Wasiat: Hukum Islam memungkinkan seseorang untuk meninggalkan wasiat hingga
sepertiga dari harta warisannya kepada pihak-pihak yang tidak termasuk dalam ahli
waris yang diatur dalam faraid.
e. Pembagian Warisan: Pembagian warisan biasanya dilakukan setelah melunasi hutang-
hutang dan kewajiban-kewajiban lainnya. Kemudian, harta warisan dibagi sesuai dengan
ketentuan hukum waris Islam.
Kodifikasi hukum waris Islam dapat bervariasi antara negara-negara dengan
mayoritas penduduk Muslim. Beberapa negara mungkin memiliki kode hukum keluarga
Islam yang mendefinisikan aturan-aturan ini, sementara yang lain mungkin mengikuti hukum
waris Islam secara tradisional. Penting untuk memahami bahwa interpretasi dan
implementasi hukum waris Islam dapat bervariasi tergantung pada mazhab (aliran) hukum
Islam yang diikuti di berbagai negara atau komunitas.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Putusan PTA Samarinda NO 22/Pdt.G/2023/PTA.Smd Mengenai Hukum
Waris Telah Sesuai Dengan Kodifikasi Hukum Islam?
2. Bagaimana Pelaksanaan Surah An-Nisa' Ayat 11 Dan Ayat 12 Dalam PTA
Samarinda No 22/Pdt.G/2023/PTA.Smd?
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian menggunakan
yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang menekankan metode
penelitian menggunakan sumber kepustakaan serta sumber hukum di Indonesia. Dalam hal
ini, akan dikaji berdasarkan filsafat hukum, teori hukum, yurisprudensi, serta peraturan
hukum yang berlaku dan penerapannya. Berkaitan dengan normative, artinya kajian hukum
yang dilakukan berdasarkan dengan data sekunder, seperti buku-buku, jurnal, teori hukum,
serta pendapat para Ahli Hukum maupun Ahli yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini. Pendekatan yuridis normatif dalam hal ini akan mengkaji dari segi norma-
norma hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yuridis
normatif juga akan menitikberatkan pada realisasi asas-asas hukum, teori hukum, serta aturan
hukum yang dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
Kesesuaian Putusan PTA Samarinda No 22/Pdt.G/2023/PTA.Smd dengan Kodifikasi
Hukum Islam
Dalam hal ini, Putusan No. 22/Pdt.G/2023/PTA.Smd mengenai pembagian harta
waris milik almahrum H. Ismail Achmad, S.H., bin Achmad Maggu telah sesuai dengan
Kodifikasi Hukum Islam. Sebab telah melibatkan 5 dasar hukum waris islam itu sendiri.
Berdasarkan pada prinsip utama, hukum waris Islam memberikan hak waris kepada anggota
keluarga tertentu, seperti suami, istri, anak-anak, orang tua, dan saudara-saudara. Bagian
masing-masing ahli waris biasanya telah ditentukan dalam hukum Islam. Dalam putusan ini
terdapat, Juhaeda Rachim binti Abd. Rachim selaku istri Pewaris. Kemudian terdapat
Norliana binti Mahmud selaku istri pewaris, adapun Aliyya Nur yasmin binti Ismail Achmad
selaku anak kandung perempuan, dan Muhammad Alif Al.Bastih bin Ismail Achmad selaku
anak kandung laki-laki. Dimana 4 Ahli Waris tersebut adalah subjek hukum yang sah di
dalam Hukum Waris Islam.
Adapun bagian Ahli Waris dimana dalam Putusan ini, bagian yang secara nyata
dibedakan adalah antara Aliyya Nur yasmin binti Ismail Achmad selaku anak kandung
perempuan dengan Muhammad Alif Al-Basith bin Ismail Achmad selaku anak kandung laki-
laki yang keduanya memiliki bagian yang berbeda. Berdasarkan kodifikasi Hukum Islam,
keduanya memiliki bagian yang berbeda baik antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
Hal ini terlihat yaitu penerimaan warisan antara Aliyya dengan Muhammad berbeda sebesar
dua kali lipat, Aliyya mendapatkan 14/48 bagian. Berbeda dengan Alif Al-Basith yang
mendapatkan sebesar 28/48 bagian. Jumlah yang mereka tentu berbeda, yaitu Aliyya sebesar
Rp 77.177.778,125 dan Alif Al-Basith sebesar Rp 154.355.556,25. Berkaitan dengan Harta
Faraid, seyogyanya hal tersebut juga telah sesuai dengan putusan terkait. Karena Pewaris
memberikan bagian kepada masing-masing Ahli Warisnya sejumlah bagian yang tidak dapat
diganggu gugat semasa mereka masih hidup di dunia ini. Dengan demikian, kasus ini telah
berdasarkan pada kodifikasi Hukum Islam.
Pelaksanaan Surah An-Nisa' Ayat 11 dan Ayat 12 dalam Putusan PTA Samarinda No
22/Pdt.G/2023/PTA.Smd
Dalam ayat 11 Surah An-Nisa’ ditekankan bahwa "Seberapa banyak perempuan yang
melampui dua, maka baginya sepertiga harta pusakanya, apabila ia tidak mempunyai anak;
dan jika ada anak, maka mereka berdua mewarisi dua pertiga harta pusakanya, sesuai
dengan wasiat yang ditinggalkannya dan hutang yang harus dibayar. Demikian (perintah)
dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun." Ayat ini tidak berlaku
dikarenakan Ahli Waris, yaitu Aliyya dan Alif Basith bukan tali persaudaraan perempuan,
namun antara laki-laki dan perempuan.
Kemudian dalam Ayat 12 Surah An-Nisa’ ditekankan bahwa “Bagi kamu separuh
dari harta yang ditinggalkan oleh isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Dan jika
mereka mempunyai anak, maka separuh dari harta yang kamu tinggalkan sesudah
dipenuhi wasiat yang kamu tinggalkan dan membayar hutang. Dan (bagi) mereka separuh
dari harta yang kamu tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak. Dan jika kamu
mempunyai anak, maka separuh dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu tinggalkan dan membayar hutang. Dan jika ada saudara lelaki atau
saudara perempuan, maka bagian masing-masing dari keduanya separuh dari wasiat
yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang ditinggalkannya dan membayar
hutang tanpa membahayakan orang lain. Itu adalah ketentuan dari Allah dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Penyantun.” Putusan tersebut telah sesuai dengan ketentuan ayat 12
dikarenakan bagian-bagian sebagaimana ditentukan telah benar. Dalam hal ini masing-
masing istri mendapatkan sebesar 3/48 bagian, yang kemudian anak perempuan
mendapatkan sebanyak 2 kali lebih sedikit dari bagian anak laki-laki. Masing-masing istri
mendapatkan sebesar Rp 16.538.095,3125, sedangkan anak-anaknya mendapatkan bagian
yang berbeda. Putusan hakim dalam menyelesaikan perkara ini tentu dinyatakan telah
bijaksana. Hal itu dikarenakan memerintahkan kepada Tergugat I (H. AMINULLAH S.Sos.
BIN ACHMAD MAGGU) untuk membagi harta warisan sesuai dengan pembagian yang
jelas sebagaimana telah ditekankan dalam bagian sebelumnya dalam amar putusan ini.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa putusan yang diberikan
oleh Majelis Hakim telah memenuhi Kodifikasi Hukum Islam sebagai sumber hukum yang
berlaku dan telah memenuhi Surah An-Nisa’ ayat 12. Putusan tersebut tidak memenuhi Surah
An-Nisa’ ayat 11 karena anak dari Pewaris ialah laki-laki dan perempuan, bukan hanya
perempuan saja. Pembagian harta waris pun telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan
dalam hukum waris islam.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hamidah, S., Suwardiyati, R., Rohmah, dkk. (2021). “Hukum Waris Islam”. Malang:
Universitas Brawijaya Press.

Kharlie, A. T., & SH, M. (2020). “Kodifikasi hukum keluarga islam kontemporer:
Pembaruan, pendekatan, dan elastisitas penerapan hukum”. Jakarta:Prenada Media.

JURNAL
Husien, S., & Khisni, A. (2017). “Hukum Waris Islam Di Indonesia (Studi Perkembangan
Hukum Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Praktek Di Pengadilan
Agama)”. Jurnal Akta, 5(1), 75-86.
Nasir, M., Rizki, A., & Anzaikhan, M. (2022). “Pembaharuan Hukum Keluarga Islam
Kontemporer”. TAQNIN: Jurnal Syariah dan Hukum, 4(02).

PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam

LAIN-LAIN
Q.S An-Nisa’ Ayat 11 dan Ayat 12

Anda mungkin juga menyukai