Disusun Oleh :
1. Jauhari Ramadhani 19104010111
2. Saffana Sany 19104010123
3. Nazilatun Nafidah 19104010134
ABSTRAK..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang............................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................8
D. Hipotesis Penelitian........................................................................................................8
E. Batasan Masalah.............................................................................................................8
BAB II.........................................................................................................................................9
A. Landasan Teori...............................................................................................................9
1. Fenomena Akhlakless............................................................................................. 9
BAB III..................................................................................................................................... 15
METODE PENELITIAN......................................................................................................... 15
B. Lokasi Penelitian.......................................................................................................... 16
C. Sumber Data.................................................................................................................16
E. Instrumen Penelitian.....................................................................................................17
F. Teknik Sampel.............................................................................................................. 17
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 18
C. Hasil Penelitian............................................................................................................ 21
BAB V...................................................................................................................................... 25
KESIMPULAN.........................................................................................................................25
A. Simpulan...................................................................................................................... 25
B. Saran.............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 26
LAMPIRAN..............................................................................................................................28
2. Instrumen...................................................................................................................... 33
3. CV................................................................................................................................. 34
A. Latar Belakang
Secara umum, Generasi Z saat ini sedang memasuki usia sekolah atau
awal perkuliahan. Jika ditinjau dari segi konsumsi, pemasaran yang efektif
untuk Generasi Z meliputi video-video singkat yang straightforward1 dan to
the point2 kepada keunggulan dari produk yang dipasarkan berbanding
terbalik dengan Generasi Milenial. Kita bisa memanfaatkan platform seperti
Instagram, Youtube, Twitch, Snapchat, dan TikTok. Selain itu, influencer3
juga bisa menjadi media yang efektif untuk menarik minat Generasi Z seperti
yang sedang tren saat ini. Kita bisa membayar influencer untuk melakukan
1
Terus terang.
2
Langsung pada intinya, tidak bertele-tele.
3
Seseorang yang dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat.
endorse4 terhadap produk milik kita, sehingga akan lebih mudah dikenal dan
mudah dijangkau oleh publik.
Hal itulah yang menjadi PR besar bagi kita, baik para orang tua, guru,
dan masyarakat sekitar. Menjadi seorang remaja yang berada di masa dimana
mereka selalu ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu apa yang mereka baru
tahu. Selain itu, karena kita berada di masa dimana segala sesuatu selalu
didukung oleh teknologi, membuat anak tidak ingin melakukan hal apa-apa
selain hanya berada di depan handphone, televisi, laptop, dan alat modern
lainnya. Tak lain yang mereka lakukan sebagian besar adalah bermain game,
menonton film, dan berselancar di dunia internet, bermain sosial media, dll.
Terlalu fokus hanya pada gawai dan beramain games dapat membuat anak
4
Melakukan promosi atau mengiklankan suatu barang atau jasa dengan dukungan atau bantuan pihak
lain dan merupakan salah satu bentuk digital marketing.
menjadi tidak leluasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat
menimbulkan akhlak yang kurang baik. Mereka jadi tidak tau bagaimana
berhubungan dengan orang yang lebih tua dari mereka, bagaimana seharusnya
mereka memberikan contoh yang baik kepada orang yang lebih muda, serta
bagaimana seharusnya mereka bertutur kata. Oleh karena itu, penting sekali
pendidikan karakter di masa remaja dimana pemikiran serta kepribadian
mereka yang masih labil.
Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa pendidikan nilai dalam
Ajaran Agama Islam berperan penting dalam upaya mewujudkan generasi
manusia yang terbaik sesuai yang dicontohkan oleh suri tauladan kita, yaitu
Nabi Muhammad. Tantangan pendidikan Islam khususnya di negara Indonesia
adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Agama Islam kepada
peserta didik secara utuh dan menyeluruh, sehingga tidak hanya menguasai
pengetahuan ilmu-ilmu umum, akan tetapi juga mempunyai kualitas iman, dan
akhlak mulia. Karena tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk
manusia yang mempunyai kepribadian yang serasi dan seimbang; tidak hanya
pada bidang agama dan keilmuan, melainkan juga keterampilan dan akhlak.
Al-Abrasyi menjelaskan bahwa aspek pendidikan akhlak sebagai tujuan
pendidikan Agama Islam dan merupakan kunci utama bagi keberhasilan
manusia dalam menjalankan tugas kehidupan. (Frimayanti, 2017)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Batasan Masalah
A. Landasan Teori
1. Fenomena Akhlakless
Sedangkan kata akhlakless merupakan bahasa gaul yang saat ini sedang ternd
di kalangan pengguna media sosial. Sbeenarnya, akhlakless merupakan padanan
dari kata ‘akhlak’ dan ‘less’. Secara etimologis, akhlak berasal dari bahasa Arab,
yaitu akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang meimiliki arti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak banyak diartikan sebegai
sifat yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan
mudah sehingga menjadi kebiasaan.
Fenomena akhlakless sendiri adalah gejala yang terjadi pada saat ini yang
menunjukkan kurangnya akhlak yang baik dalam masyarakat, khususnya pada
remaja. Pada umumnya, akhlak yang baik mencangkup banyak hal seperti
disiplin, jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, santun, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, indikator akhlak mahmudah yang akan diteliti
mencangkup perilaku jujur, santun, dan malu.
Pendidikan adalah upaya untuk membangun dan melatih orang secara fisik
dan spiritual. Pendidikan berlangsung secara bertahap. Semua hal berlangsung
dan berproses seikit demi sedikit untuk mencapai satu tujuan. Pendidikan juga
diartikan sebagai proses terus menerus dalam kehidupan manusia dari usia 0 (nol)
untuk menuju manusia yang sempurna (manusia dewasa).
Dalam islam, pendidikan merupakan hal pertama dan paling utama untuk
dilakukan sebelum melakukan hal lain. Hal ini menilik dari pengajaran pertama
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW saat beliau berkhalwat di gua hira.
Pengajaran pertama yang dilakukan oleh Jibril adalah perintah untuk membaca
dan mengikuti apa yang dibacakan Jibril. Turunnya Surat al-Alaq ayat 1-5
merupakan bukti bahwa munculnya Islam diiringi dengan pendidikan dan
pengajaran.
5
Ibid., h. 7-8
6
Syahidin, Aplikasi Metode Pendidikan Qurani dalam Pembelajaran Agama di Sekolah, (Tasikmalaya:
Ponpes Suryalaya Tasikmalaya, 2005), h. 20
7
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 1995), h. 31- 32
8
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Op.Cit, h. 25
kurikulum wajib memuat beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah
pendidikan agama.
a. Jujur
Dalam islam, sikap jujur merupakan sebuah keharusan. Sifat jujur dapat
mengahantarkan muslim ke dalam berbagai kebaikan, dan menghalagi dari
timbulnya marabahaya. Kebohongan hanya akan mengantarkan kita pada
hal-hal yang buruk. Selian itu, kejujuran sangat dicintai oleh Allah Swt.
b. Santun
Secara istilah sopan santun adalah sikap ramah yang diperlihatkan pada
beberapa orang di hadapannya dengan maksud untuk menghormati serta
menghormati orang itu, hingga membuat kondisi yang nyaman serta penuh
keharmionisan. Sikap sopan santun adalah satu kewajiban yang harus
dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok mulai dari anak-anak sampai orangtua
tanpa ada kecuali. Tata krama dan sopan santun bisa dikatakan satu paket.
Orang tidak dikatakan mempunyai tata krama jika tidak memiliki sopan
santun dan begitu pula sebaliknya.
Sikap santun sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita
bersikap santun, kita akan dihargai dan dihormati oleh orang lain. Selain itu,
orang lain juga akan merasa nyaman dengan kehadiran kita.
c. Malu
Menurut KBBI, definisi kata malu yaitu merasa sangat tidak enak hati
(hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik
(kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan,
dan sebagainya). Dalam islam sendiri, Malu diartikan sebagai sifat yang
dapat membentengi seseorang dari perbuatan yang rendah atau kurang sopan.
Sifat malu merupakan sifat yang sangat penting untuk dimiliki seorang
muslim. Sifat malu dapat menjadi benteng yang kuat untuk menangkal
perilaku kemaksiatan. Rasa malu merupakan bagian dari iman. Rasa malu
dapat medorong seseorang untuk berbuat kebaikan dan mencegahnya dari
kemaksiatan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngadirejo namun karena
kondisi yang belum memunginkan untuk ke lokasi maka kami
musyawarahkan bahwa kegiatan penelitian dilaksanakan melalui daring atau
media sosial
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperlukan . adapun dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data.
1. Data Primer
Sumber data primer yakni sumber yang berkaitan langsung dengan data
dalam penelitian ini. Atau dengan kata lain sumber data primer adalah
sumber langsung yang membahas tentang nilai-nilai akhlak islami.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang secara tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan penelitian akan tetapi dapat memperkuat dan mendukung
kegiatan penelitian. Dalam hal ini dapat diartikan data sekunder yaitu
beberapa buku yang berkaitan dengan tema pada penelitian ini.
Dalam proses pengambilan data, skala yang digunakan adalah skala Likert,
maka kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
Jujur
P1 P1 P1 P1 T1
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.63 4.74 4.03 3.87 17.28
Median 5.00 5.00 5.00 4.00 17.00
Range 4 3 4 4 10
Minimum 1 2 1 1 10
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 417 427 363 348 1555
Santun
P2 P2 P2 P2 T2
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.43 3.84 4.23 4.33 16.84
Median 5.00 4.00 5.00 5.00 17.00
Range 4 4 4 4 11
Minimum 1 1 1 1 9
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 399 346 381 390 1516
Malu
P3 P3 P3 P3 T3
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.84 3.94 4.84 4.91 18.54
Median 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00
Range 2 4 3 2 5
Minimum 3 1 2 3 15
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 436 355 436 442 1669
Keterangan:
N : banyaknya
T : jumlah persoal
Mean : rata-rata
Range : jangkauan
Minimum : jawaban dengan skor terendah
Pada data statistik sikap jujur jumlah skor menunjukkan poin 1555. Ini
berarti dari 90 responden memiliki sikap yang sangat postif. Dengan kata lain
mereka memiliki sikap jujur yang sangat bagus. Begitu pula pada data statistik
sikap santun dan sikap malu yang memiliki skor di antara 1513-1800 yang
berarti mereka meliki sikap santun dan sikap malu yang sangat baik.
C. Hasil Penelitian
5 66 5 72
4 18 4 14
3 4 3 3
2 1 2 1
1 1 1 0
Tanggapan poin 3 Tanggapan point 6
5 51 5 37
4 14 4 18
3 3 3 21
2 1 2 9
1 0 1 3
5 33 5 51
4 27 4 20
3 16 3 20
2 8 2 11
1 3 1 3
5 60 5 50
4 21 4 26
3 21 3 9
2 2 2 4
1 4 1 1
tanggapan point 9 Tanggapan point 12
5 77 5 83
4 12 4 6
3 12 3 1
2 1 2 0
1 0 1 0
tanggapan point 10
skor jumlah
5 4
4 21
3 13
2 7
1 6
Tanggapan point 11
skor jumlah
5 80
4 7
3 7
2 2
1 0
BAB V
KESIMPULAN
A. Simpulan
1. Hipotesis penelitian yang digunakan yaitu hipotesis nol (Ho), yang menunjukkan
Terjadinya Fenomena Akhlakless pada Remaja SMP Kelas IX di SMPN 1 Ngadirejo
dalam Lingkup Jujur, Santun, dan Malu tertolak. Hasil dari penelitian menujukkan
bahwa remaja kelas IX SMPN 1 Ngadirejo memiliki akhlak yang baik khususnya
pada lingkup jujur, santun, dan malu dilihat dari tingginya skor statistik yang didapat
dari analisis data angket.
2. Materi Pendidikan Agama Islam kelas IX bab Jujur, Santun, dan Malu
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan akhlak siswa
kelas IX SMPN 1 Ngadirejo.
B. Saran
1. Bagi guru
Departemen Agama RI. Muhammad Ahsam dan Sumiyati. 2014. Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas IX/ Buku Siswa. Jakarta:
Kementerian
Ropi Wijaya, 2019, “Membentuk Nilai Karakter pada Anak usia Dini Perspektif Q.S
Al-Baqarah Ayat 83”, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Curup, Bengkulu
Sgiyono. 2014. Cara Mudah Menyusun Skripsi Tesis dan Disertasi.
Bandung:Alafabeta.
Syaiful Askhari, 2019, “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5
dan Relevansinya terhadap Pembelajaran”, Program Pascasarjana, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, Bengkulu
LAMPIRAN
1. Draf Artikel Jurnal yang dituju
Abstrak
Pendahuluan
Zaman semakin maju, teknologi semakin canggih, cara hidup semakin modern,
begitu pula pola berpikir serta tingkah laku manusia seiring berkembangnya jaman.
seperti kita ketahui saat ini sudah memasuki masa Generasi Z yang mana masa ini
jauh berbeda dengan masa sebelumnya, yaitu masa Generasi Milenial. Generasi
milenial adalah manusia yang lahir antara tahun 1981 – 2000, sedangkan generasi Z
adalah manusia yang lahir setelah 2001. Generasi Milenial dan Generasi Z merupakan
kelompok yang memiliki akses dan latar belakang pendidikan yang tinggi
dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Kenyataannya, kedua generasi
ini memiliki pola pikir yang lebih rasional dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Di zaman yang semakin mepet dengan kehancuran, kebobrokan semakin
merebak, akhlakless dibanggakan, tidak tahu ilmu agama sudah dianggap biasa. Kata
akhlakless tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata akhlakless ialah
gabungan dari kata “akhlak” dan “less”. Akhlak berarti perilaku/tingkah laku,
sedangkan less adalah tidak, sehingga arti akhlakless adalah tidak ada akhlak.
Warganet kerap menggunakan kata tersebut untuk menggambarkan seseorang yang
berakhlak buruk, tidak sopan, atau tidak baik. Uniknya, kata akhlakless ternyata
memiliki antonim, yaitu akhlakmore. Sama halnya dengan akhlakless, akhlakmore
pun merupakan gabungan dari kata akhlak yang berasal dari bahasa Indonesia dan
more yang berasal dari bahasa Inggris. Jika akhlakless menggambarkan seseorang
yang tidak memiliki akhlak, sebaliknya akhlakmore menggambarkan orang yang
berakhlak baik/terpuji. (Nurfitriani, 2020)
Secara etimologis, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang meimiliki arti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. (Yunahar, 2014) Akhlak banyak diartikan sebegai sifat yang
sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah
sehingga menjadi kebiasaan (Deden, 2012)
Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa pendidikan nilai dalam Ajaran
Agama Islam berperan penting dalam upaya mewujudkan generasi manusia yang
terbaik sesuai yang dicontohkan oleh suri tauladan kita, yaitu Nabi Muhammad.
Tantangan pendidikan Islam khususnya di negara Indonesia adalah bagaimana
mengimplementasikan nilai-nilai Agama Islam kepada peserta didik secara utuh dan
menyeluruh, sehingga tidak hanya menguasai pengetahuan ilmu-ilmu umum, akan
tetapi juga mempunyai kualitas iman, dan akhlak mulia. Karena tujuan dari
pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang mempunyai kepribadian yang
serasi dan seimbang; tidak hanya pada bidang agama dan keilmuan, melainkan juga
keterampilan dan akhlak. Al-Abrasyi menjelaskan bahwa aspek pendidikan akhlak
sebagai tujuan pendidikan Agama Islam dan merupakan kunci utama bagi
keberhasilan manusia dalam menjalankan tugas kehidupan. (Frimayanti, 2017)
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Jujur
P1 P1 P1 P1 T1
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.63 4.74 4.03 3.87 17.28
Median 5.00 5.00 5.00 4.00 17.00
Range 4 3 4 4 10
Minimum 1 2 1 1 10
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 417 427 363 348 1555
Santun
P2 P2 P2 P2 T2
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.43 3.84 4.23 4.33 16.84
Median 5.00 4.00 5.00 5.00 17.00
Range 4 4 4 4 11
Minimum 1 1 1 1 9
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 399 346 381 390 1516
Malu
P3 P3 P3 P3 T3
N Valid 90 90 90 90 90
Missi 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.84 3.94 4.84 4.91 18.54
Median 5.00 4.00 5.00 5.00 19.00
Range 2 4 3 2 5
Minimum 3 1 2 3 15
Maximum 5 5 5 5 20
Sum 436 355 436 442 1669
Pembahasan
Pada data statistik sikap jujur jumlah skor menunjukkan poin 1555. Ini
berarti dari 90 responden memiliki sikap yang sangat postif. Dengan kata lain
mereka memiliki sikap jujur yang sangat bagus. Begitu pula pada data statistik
sikap santun dan sikap malu yang memiliki skor di antara 1513-1800 yang
berarti mereka meliki sikap santun dan sikap malu yang sangat baik.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
2. Instrumen
A. Identitas siswa
Nama :
Kelas :
Tanggal Lahir :
Usia :
B. Pertanyaan
No Pertanyaan SS S R TS STS
1. Ketika ujian, saya mengerjakannya
dengan sungguh-sungguh dan tidak
bekerja sama dengan orang lain
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
3. CV
Peneliti pertama, Jauhari Ramadhani, lahir di Jakarta pada 11 Desember 1999.
Jauhari adalah salah satu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta prodi
Pendidikan Agama Islam yang berasal dari DKI Jakarta. Pendidikan terkahir yang
ditempuh oleh Jauhari yaitu di MAN 12 Jakarta.
Peneliti kedua, Nazilatun Nafidah, lahir di Purworejo pada tanggal 04 Jul I
2000. Nazila adalah salah satu mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta prodi
Pendidikan Agama Islam yang berasal dari Purworejo. Pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh Nazila yaitu di SMAN 1 Bantul.