Disusun oleh:
2. Belajar Stimulus Respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus
yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan(reinforcement) sehingga terbentuk
perilaku tertentu(shaping). Contoh : Anjing dapat diajari “memberi salam” dengan
mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasih tangan” atau “salam”. Ucapan
“kasihtangan” merupakan stimulus yang menimbulkan respon “memberi salam” olehanjing
itu. Kemampuan ini tidak dioperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapimelalui latihan-latihan.
Respon itu dapat diatur dan dikuasai, jadi berlainan dengan belajar tipe 1. Respon bersifat
spesifik, jadi tidak umum dan kabur.Respon itu diperkuat atau direinforce dengan adanya
imbalan atau reward.Sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam respons
itu.Dengan belajar stimulus-respon ini seorang belajar mengucapkan kata-katadalam bahasa
asing. Demikian pula seorang bayi belajar mengatakan“Mama”.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tingkah laku “chaining’ dapat merupakan salah satu dari
“motor skills”atau verbal association”. Melalui “chaining” berarti kesatuan
hubunganStimulus – Respons dalam satu rangkaian. Contoh: dalam bahasa kita banyak
contoh “chaining” seperti “ibubapak”,“kampung halaman”, “selamat tinggal” dan
sebagainya. Juga dalamperbuatan kia banyak terdapat “chaining” misalnya pulang dari
kantor, gantibaju, makan, chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R,oleh
sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan“contiguity”.
4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association). Tipe ini meruakan belajar menghubungkan
suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan
sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contoh Bentuk verbal association yang paling
sederahana ialah biladiperlihatkan suatu bentuk geometris, dan anak itu dapat mengatakan
“bujursangkar”, atau mengatakan “itu bola saya” bila dilihatnya bolanya.
Sebelumnya ia harus dapat membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal
“bujursangkar” sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal “bola”, “saya”,“itu”.
Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutantertentu, yang satu segera
mengikuti yang satu lagi (Contiguity).
5. Belajar Membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-
beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contoh: anak dapat mengenal berbagai merk
mobil beserta namanya,walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan. Demikian pula ia
dapatmembedakan manusia yang satu dari yang lain, juga tanaman, binatang, danlain-lain.
Guru mengenal murid serta nama masing-masing karena mampumengadakan diskriminasi di
antara murid-murid itu. Diskriminasi didasarkanatas “chain”. Anak misalnya harus mengenal
mobil tertentu beserta namanya.Untuk mengenal model lain harus pula diadakannya “chain”
baru, dengankemungkinan yang satu akan mengganggu yang satu lagi. Makin banyak
yangharus dirangkai, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinangangguan
atau “interference”, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
6. Belajar Konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan
obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Contoh: tahap
pertama belajar konsep lingkaran mungkin belajar mengucapkan kata lingkaran sebagai suatu
membangkitkan sendiri hubungan stimulus respon, sehingga siswa dapat mengulangi kata.
Kemudian siswa belajar untuk mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui
belajar asosiasi verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan antara
lingkaran dan objek lingkaran lain seperti dan lingkaran.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan kaidah
yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan beberapa konsep biasanya
dituangkan dalam bentuk kalimat. Contoh: kita ketahui bahwa 5 x 6 = 6 x 5 dan bahwa 2 x 8
= 8 x 2; akan tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x
a. Kebanyakan orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian komutatif
adalah tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan
menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan verbal(dengan
kata-kata) atau rumus seperti “ urutan dalam perkalian tidak memberikan jawaban yang
berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b = b x a.
8. Belajar Memacahkan Masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang
menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga berbentuk kaedah
yang lebih tinggi(higher order rule). Contoh: pemecahan masalah, siswa yang belum pernah
sebelumnya belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk menentukan penyelesaian
umum persamaan ax2+ bx + c = 0. Siswa akan memilih keterampilan melengkapkan kuadrat
tiga suku dan menerapkan keterampilan dalam cara yang tepat untuk menurunkan rumus
kuadrat, dengan melaksanakan petunjuk dari guru.
Selain itu, Gagne juga membuat sistematika jenis belajar. Sistematika tersebut mengelompokan
hasil-hasil belajar yang mempunya ciri-ciri sama dalam satu kategori, yaitu:
1. Keterampilan Intelektual (kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkunganya
menggunakan simbol huruf, angka, kata, dan gambar);
2. Informasi Verbal (keadaan dimana seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu
fakta secara lisan atau tertulis, dan menggambar);
3. Strategi Kognitif (kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri,
mengingat dan berfikir);
4. Keterampilan Motorik (seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan
tertentu. Ciri khasnya adalah otomatis atau gerakan yang berlangsung secara teratur dan berjalan
dengan lancar; dan
5. Sikap (keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pemilihan-pemilihan
dalam mbertindak.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2007.Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta
http://causik.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-belajar-menurut-gagne-dan.html
https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/jenis-belajar-menurut-gagne-dan-bloom/
https://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotor/