Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Natalie Dwilianty

NIM 858025338
MATA KULIAH : TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam
proses belajar di SD Negeri, Menjelaskan latar belakang kesulitan belajar siswa yang terjadi di SD Negeri,
Menjelaskan peran guru dalam pelayanan peserta didik, Menjelaskan mengenai peran siswa dalam
proses kegiatan belajar dan Menjelaskan mengenai gejala siswa dalam kegiatan belajar. . Beberapa
karakteristik siswa dalam belajar antara lain . Cepat dalam belajar, Lambat belajar, Siswa kreatif, Drop-
out (putus belajar) dan Underachiever. Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala
kesulitan belajar yaitu, Menunjukan hasil belajar yang rendah, Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukan, Lambat dalam menerima tugas-tugas kegiatan belajar, Menunjukan sikap-
sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya,
Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, dan sebagainya dan
Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, dan
sebagainya. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar yaitu, Faktor yang terletak dalam diri
siswa (faktor intern) dan Faktor yang terletak diluar diri siswa (faktor ekstern). Guru profesional dalam
memberikan bantuan kepada siswa perlu memperhatikan berbagai faktor dan kondisi siswa secara
normal. Pertimbangan psikologis pada guru biasanya sudah tampak, guru selalu memperhitungkan jalan
keluar yang paling baik demi terwujudnya tujuan pendidikan karena guru dan siswa merupakan satu
kesatuan yang utuh. Guru sebagai faktor sentral harus secara aktif menghadiri situasi kelas secara
continue. Perkembangan siswa memerlukan layanan atau bimbingan. Hal ini menuntut guru untuk lebih
mengenal situasi dn perkembangan kebutuhan siswa.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sebagai pelajar, siswa merupakan subyek utama yang terlibat dalam proses belajar. Karena keadaan
sifat, maka dalam proses belajarnya terdapat beberapa hal keistimewaan. Ada siswa yang cepat dalam
belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif dan ada pula yang tergolong gagal (drop-out). Namun
meskipun demikian kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap yaitu membantu memperoleh
perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka memperoleh tingkat perkembangan yang
optimal dan dapat menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa dapat
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Banyak guru yang pada saat ini hanya bisa menjalankan
tugasnya sebagai seorang pengajar tetapi tidak bisa menjadi seorang pendidik bagi siswa-siswanya. Oleh
karenanya, banyak siswa yang menunjukan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang
diharapkan meskipun telah diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh guru.

Guru merupakan bersumber daya manusia yang potensial bagi pengembangan kreativitas siswa dalam
berbagai aspek. Seorang guru mempunyai kewajiban membentuk siswa mencapai kewaspadaannya
masing-masing, hal ini merupakan salah satu ciri keberhasilan tujuan pendidik yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik menduduki peringkat teratas, artinya
setiap guru harus memahami fungsi terhadap pelayanan peserta didik. Letak pertisipasi aktif guru dalam
pelayanan peserta didik tercermin dalam kegiatan proses pendidikan yang berlangsung selama kegiatan
pendidikan itu terjadi.

1.2. Identifikasi Masalah


Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan para lulusan yang berkualitas. Tinggi rendahnya
kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor kesulitan belajar siswa dan
peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berhasil dengan baik apabila seluruh
komponen yang terlibat dalam proses tersebut dapat dijadikan salah satu sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk menilai proses maupun hasil belajar secara nyata.

1.3. Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Bagaimana peranan siswa dalam belajar?


2. Apa saja gejala kesulitan siswa dalam belajar?
3. Apa yang melatar belakangi kesulitan siswa belajar?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar?
5. Bagaimana peran giri dalam proses pembelajaran?

1.4. Batasan Masalah


Agar permasalahan yang dibahas dalam makalah ini tidak melebar, maka penulis membatasi
permasalahan hanya dalam tatanan kesulitan siswa dalam proses belajar dan bagaimana peran guru
selaku seorang pendidik untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1.5. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam proses belajar di SD
Negeri.
2. Menjelaskan latar belakang kesulitan belajar siswa yang terjadi di SD Negeri.
3. Menjelaskan peran guru dalam pelayanan peserta didik.
4. Menjelaskan mengenai peran siswa dalam proses kegiatan belajar.
5. Menjelaskan mengenai gejala siswa dalam kegiatan belajar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar


1. Crobach (1954), mengatakan bahwa belajar ditunjukan oleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pada pengalaman.
2. Sartain (1973), belajar ialah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Crow and Crow (1958), belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap.
4. C.T. Morgan, memberi definisi belajar ialah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai
hasil dari pengalaman-pengalaman lampau.
Jadi dari pendapat-pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian belajar trdapat beberapa
kesamaan yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain pendapat para ahli di atas belajar
dapat diartikan pula sebagi aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada
kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar (guru).

2.2. Proses Belajar


Mengenai proses bagaimana perbuatan belajar itu terjadi, Crobach (1954) mengemukakan ada tujuh
aspek atau elemen dalam proses belajar. Ketujuh elemen ini merupakan langkah-langkah atau proses
belajar yang berlangsung dalam diri individu. Ketujuh elemen proses belajar tersebut ialah sebagai
berikut.

1. Tujuan
Artinya perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai da perbuatan ditujukan untuk
mencapai tujuan itu. Hal ini mengandung implikasi bahwa perbuatan belajar yang efisien akan
berlangsung jika dimulai dengan tujuan yang jelas. Siswa hendaknya menyadari dengan jelas tujuan
tersebut.

2. Kesiapan
Sewaktu tindakan dalam belajar diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu (siswa) baik kesiapan
fisik maupun kesiapan mental. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola respon atau
kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Jadi bila siswa telah sampai pada taraf
kematangan tertentu, artinya siswa telah sampai taraf kematangan sosialnya, maka siswa tersebut telah
siap untuk melakukan fungsi-fungsi kegiatan sosial. Berhasil tidaknya perbuatan belajar yang dilakukan
individu akan banyak bergantung kepada kesiapan siswa. Para pengajar seharusnya mengetahui tingkat
kesiapan para siswa untuk perbuatan belajar.
3. Situasi
Aspek ketiga dari proses belajar ialah situasi yaitu seluruh obyek-obyek orang atau simbol-simbol dalam
lingkungan siswa. Situasi dapat pula diartikan sebagai kemungkinan yang mempengaruhi respon siswa.
Pengalaman siswa dalam suatu situasi akan mempengaruhi respon siswa dalam situasi lain. Demikian
proses belajar secara keseluruhan akan berlangsung dalam situasi tertentu, dalam situasi ini terdapat
beberapa kemungkinan untuk melakukan kegiatan belajar. Penerapan dari prinsip ini ialah agar belajar
dapat berhasil, maka situasi belajar hendaknya diperhatikan.

4. Interprestasi (pengarahan)
Interprestasi dapat diartikan suatu proses pengarahan perhatian kepada bagian-bagian dalam situasi,
menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian meramalkan apa yang
dapat dilakukan dalam situasi tersebut dalam menyampaikan tujuan belajar. Dalam perbuatan belajar
kemampuan menafsirkan berbagai kemungkinan dari suatu situasi adalah menentukan proses belajar.

5. Respon (tindakan)
Setelah siswa menafsirkan situasi yang dihadapinya, kemudian memilih dan melakukan suatu tindakan
yang dianggap paling memadai untuk tujuannya. Misalnya dalam situasi belajar memecahkan suatu soal,
dalam fase ini siswa melakukan tindakan-tindakan yang dianggap paling memadai untuk memecahkan
soal-soal itu setelah menafsirkan berbagai kemungkinan dalam situasi yang dihadapi.

6. Akibat
Akibat merupakan fase yang selanjutnya akan dihadapi oleh siswa setelah melakukkan responnya.
Akibat yang akan dialami akan mempunyai berbagai kemungkinan, mungkin berhasil dan mungkin gagal.
Jika berhasil siswa akan merasa puas, dan kemudian merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan kemudian. Sebaliknya jika gagal, siswa akan merasa kecewa dan selanjutnya akan memikirkan
tindakan-tindakan yang akan dilakukannya kemudian.

7. Reaksi terhadap kegagalan


Pengalaman sukses dan gagal dalam proses belajar itu bersifat individual. Misalnya saja dalam suatu
ujian ada siswa yang sudah merasa berhasil kalau dia mendapat nilai enam, tetapi ada siswa lain yang
merasa mendapat nilai enam itu sebagai kegagalan dalam belajar. Reaksi terhadap kegagalan ini
tergantung kepada taraf keinginan atau taraf aspirasi siswa mengenai prestasi belajarnya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Siswa Dalam Belajar
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, bahwa siswa merupakan subyek yang terlibat
dalam proses belajar. Jadi siswa adalah pemeran utama dalam proses belajar, dalam hal ini terdapat
banyak keunikan yang terjadi pada diri siswa. Ada siswa yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada
yang kreatif, dan bahkan ada pula siswa yang tergolong gagal (drop-out). Semua itu terjadi karena latar
belakang keunikan individu masing-masing. Oleh karena itu pengenalan terhadap karakteristik para
siswa sangat perlu. Beberapa karakteristik siswa dalam belajar antara lain.
1. Cepat dalam belajar
Siswa yang tergolong cepat, pada umumnya dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu yang lebih
cepat dari yang diperkirakan. Mereka dapat mudah menerima materi pelajaran. Dilihat dari tingkat
kecerdasannya, pada umumnya anak ini tergolong anak genius atau gifted (sangat cerdas) dengan nilai
IQ diatas 130. karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini sering mengalami kesulitan karena
pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk
membantu mereka dengan menempatkan pada kelas khusus atau dengan memberikan tugas-tugas
tambahan.

2. Lambat belajar
Siswa yang tergolong lambat pada umumnya lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak
normal. Sebagai akibatnya, siswa-siswa golongan ini sering tertinggal dalam proses belajar, hal ini yang
sering menjadi salah satu sebab siswa tidak naik kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada
umumnya siswa golongan lambat belajar memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Siswa golongan ini
memerlukan perhatian khusus antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran-
pelajaran tambahan dalam program pengajaran remedial.

3. Siswa kreatif
Siswa kreatif ini umumnya dari golongan siswa yang cepat dalam belajar, tetapi banyak juga yang berasal
dari golongan siswa normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-
kegiatan tertentu. Anak golongan ini selalu ingin menyelesaikan masalah, berani menanggung resiko
yang sulit sekalipun, kadang-kadang lebih senang bekerja sendiri dan percaya pada kemampuan diri
sendiri. Dalam kegiatan belajar siswa golongan ini lebih mampu menemukan masalah-masalah dan
mampu memecahkan masalah. Sekolah perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada golongan
siswa ini.

4. Drop-out (putus belajar)


siswa yang tergolong drop-out ialah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan studinya atau gagal
dalam kegiatan belajar. Sebab dari drop-out ini banyak, disamping sebab yang terletak pada diri siswa itu
sendiri, juga terdapat sebab-sebab lain seperti motivasi, lingkungan masyarakat, keluarga dan lain
sebagainya. Masalah yang dihadapi ialah bagaimana membantu golongan drop-out ini, agar mereka pun
dapat menjadi warga masyarakat yang produktif.
5. Underachiever
Siswa yang tergolong underachiever adalah siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi,
akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata). Secara potensial
siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk
memperoleh prestasi yang tinggi, akan tetapi prestasi belajarnya berada pada golongan di bawah rata-
rata. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar. Siswa dari
golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama para petugas
bimbingan di sekolah.

3.2. Gejaja Kesulitan Belajar di Sekolah


Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis kenyataan. Pemahaman ini
merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala kesulitan belajar.

1. Menunjukan hasil belajar yang rendah.


2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3. Lambat dalam menerima tugas-tugas kegiatan belajar.
4. Menunjukan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta
dan sebagainya.
5. Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, dan sebagainya.
6. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah,
dan sebagainya.

3.3. Latar Belakang Kesulitan Belajar


Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa yang dihadapi oleh guru di sekolah berupa gejala atau
manifestasi adanya kesulitan belajar dalam bentuk-bentuk tingkah laku. Gejala-gejala yang nampak
merupakan akibat dari sebab atau latar belakang tertentu. Demikian pula kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa di sekolah, senantiasa berakar dari suatu latar belakang tertentu sebagai
penyebabnya. Dalam usaha membantu siswa sudah tentu latar belakang kesulitan belajar hendaknya
dipahami terlebih dahulu.

3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar


1. Faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor intern).
A. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
B. Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu.
C. Tidak adanya motivasi atau dorongan untuk belajar.
D. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-siswa tertentu.
E. Faktor jasmani seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, dan
sebagainya.
F. Faktor bawaan (herediter) seperti buta warna, kidal, dan sebagainya.

2. Faktor yang terletak diluar diri siswa (faktor ekstern)


A. Lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara mengajar, sikap
guru, kurikulum, perlengkapan belajar, dan sebagainya.
B. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan siswa, seperti pengaruh negatif dari
pergaulan, situasi masyarakat yang kurang kondusif, gangguan kebudayaan modern seperti film
dan sinetron, dan sebagainya.

3.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran


Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggun jawab guru
secara formal. Pelayanan peserta didik perlu penanganan secara serius, karena siswa adalah warga
sekolah yang menjadi tujuan akhir sebagai ”output” atau lulusan yang perlu dipertahankan kualitas
lulusannya. Masalah yang dihadapi di berbagai sekolah adalah ketidakseimbangan antara keinginan
siswa dan program sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan peserta didik di
sekolah sebagai berikut :
1. Kehadiran siswa dan masalah-masalahnya.
2. Perkembangan kreativitas, bakat, dan minat siswa.
3. Keikutsertaan dalam memilih sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata siswa untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses belajar.
4. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa diri siswa mempunyai potensi positif yang dapat
dikembangkan.
5. Pembentukan moral dan etika sebagai seorang siswa.
6. Kebutuhan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.

Guru profesional dalam memberikan bantuan kepada siswa perlu memperhatikan berbagai faktor dan
kondisi siswa secara normal. Pertimbangan psikologis pada guru biasanya sudah tampak, guru selalu
memperhitungkan jalan keluar yang paling baik demi terwujudnya tujuan pendidikan karena guru dan
siswa merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian partisipasi guru dalam pelayanan terhadap
siswa perlu memperhatikan kebutuhan siswa secara umum, diantaranya.

1. Penyesuaian bidang studi yang akan dipelajari.


2. Identifikasi terhadap pribadi siswa.
3. Kesulitan dalam mencerna materi pelajaran.
4. Memilih bakat, minat, dan kegemaran.
5. Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
6. Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu.
7. Menentukan langkah apa yang perlu ditempuh jika menemukan kesulitan belajar.
8. Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan.
9. Identifikasi hambatan fisik, mental dan emosi.

Guru sebagai faktor sentral harus secara aktif menghadiri situasi kelas secara continue. Perkembangan
siswa memerlukan layanan atau bimbingan. Hal ini menuntut guru untuk lebih mengenal situasi dn
perkembangan kebutuhan siswa.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dalam proses belajar siswa sebagai individu unik sehingga terdapat beberapa sifat, seperti cepat dalam
belajar, lambat dalam belajar, kreatif, gagal, berprestasi kurang, dan sebagainya. Semua itu terjadi
karena latar belakang keunikan individu masing-masing siswa. Namun meskipun demikian kegiatan
belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap yaitu membantu sisw memperoleh perubahan tingkah laku.
Gejala kesulitan belajar nampak dalam berbagai tingkah laku dan bersumber kepada faktor-faktor
internal (dari diri belajar) dan faktor-faktor eksternal (diluar diri pelajar).

4.2. Saran
Guru selaku pendidik harus dapat mengetahui karakteristik siswa sebelum guru melakukan kegiatan
belajar-mengajar. Hal ini penting dilakukan karena pada diri siswa terdapat banyak keunikan yang
berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa yang lain. Selain itu guru sebagai seorang pendidik
diharapkan bias membuat situasi belajar-mengajar menjadi nyaman sehingga siswa tidak akan
mengalami kesulitan ketika mereka menerima pelajaran.

Guru pada saat ini diharapkan bukan hanya sebagai seorang pengajar saja yang hanya memberikan
materi pembelajaran di kelas, tetapi guru harus menjadi seorang pendidik yang diibaratkan bagai
sebuah lentera yang terang cahayanya dalam kegelapan. Guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kesulitan siswa dalam belajar, marilah kita wujudkan pendidikan yang ideal bagi
siswa dengan menjadi sosok guru yang mendidik bagi siswa-siswanya.
Penulis memberikan saran kepada siswa, guru, lembaga pendidikan (sekolah), dan orangtua siswa.

1. Saran bagi siswa


Tulisan ini diharapkan dapat menimbulkan daya tarik atau motivasi siswa untuk lebih giat belajar,
khususnya pada saat proses belajar di sekolah. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membekali
siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2. Saran bagi guru


Guru diharapkan dapat menambah wawasan sebagai sarana kreativitas dalam mengelola proses
pembelajaran di kelas dengan demikian guru bisa membantu siswa dalam proses belajar. Guru juga
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri sebagai seorang pendidik, karena dengan dimilikinya
kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab yang merupakan modal dasar bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya.

3. Saran bagi lembaga pendidikan (sekolah)


Hasil tulisan ini diharapkan dapat memotivasi lembaga pendidikan (sekolah) untuk selalu
memperhatikan kesulitan-kesulitan siswa dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat mendukung
proses belajar-mengajar.

4. Saran bagi orangtua siswa


Orangtua harus memberikan kesempatan yang cukup kepada anaknya untuk belajar, karena dengan
memberikan kesempatan yang cukup akan memberikan prestasi belajar yang baik sekaligus dapat
menjadikan motivasi siswa untuk selalu rajin belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, Deni. 2005. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: FIP-UPI.


Makmun, Abin Syamsudin. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda.
Surya, Moh. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Pembangunan Jaya.
Tirtarahardja, Umar. 1998. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Suryabrata, Sumardi. 2002. Psikolodi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
https://kelompok27bgr.wordpress.com/2011/06/30/karya-tulis-ilmiah-mencermati-kesulitan-siswa-
dalam-proses-kegiatan-belajar-di-sd-negeri-curug-04-2/

Anda mungkin juga menyukai