Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

 
MENCERMATI KESULITAN SISWA DALAM PROSES
KEGIATAN BELAJAR DI SD NEGERI CURUG 04
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Disusun o leh :
Nama : HERMANSYAH
NIM : 1001037182
 
 
 
 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
PJJ UHAMKA – BOGOR
2011
 

 
KATA PENGANTAR
 

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulisan tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai karya yang diharapkan.
Dalam rangka penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mencoba merumuskan sebuah
karya tulis yang membahas tentang “Kesulitan siswa dalam proses belajar di
sekolah”. Semua bahan yang berkaitan dengan pembahasan ini penulis coba sajikan
secara sistematis, sehingga diharapkan menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang
komperhensif.
Tiada gading yang tak retak oleh karena itu penulis menyadari bahwa karya tulis yang
disusun ini belum bisa sepenuhnya dikatakan sempurna. Kritik dan saran yang
sekiranya dapat menyempurnakan karya tulis ini sangat penulis harapkan dan penulis
selalu terbuka untuk dikritik demi kemajuan selanjutnya yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
dapat terselesaikannya karya tulis ini. Semoga Allah SWT membalas amal baik dan
senantiasa memberikan kemudahan dalam menjalankan perintah-Nya. Amin.
 

Bogor, Juni 2011


Penulis

DAFTAR ISI
 

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………… 1
1.2. Identifikasi Masalah……………………………………………………………… 2
1.3. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
1.4. Batasan Masalah……………………………………………………………………… 2
1.5. Tujuan Masalah……………………………………………………………………….. 2
 

BAB II LANDASAN TEORI


1.1. Pengertian Belajar………………………………………………………………. 3
1.2. Proses Belajar……………………………………………………………………….. 3
 

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Siswa Dalam Belajar……………………………………………………………… 6
3.2. Gejala manifestasi Belajar……………………………………………………… 8
3.3. Latar Belakang Menyerang Belajar………………………………………. 8
3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar……………….. 8
3.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran……………………………………….. 9
 

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


1.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 11
1.2 Saran……………………………………………………………………………………… 11
 
ii
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1.       Latar Belakang Masalah
Sebagai pelajar, siswa merupakan subyek utama yang terlibat dalam proses
belajar. Karena keadaan sifat, maka dalam proses belajarnya terdapat beberapa hal
keistimewaan. Ada siswa yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif
dan ada pula yang tergolong gagal ( drop out) . Namun demikian meskipun demikian
kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap yaitu membantu memperoleh
perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka memperoleh tingkat
perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar
siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Banyak guru yang pada saat ini
hanya bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar tetapi tidak bisa menjadi
seorang pendidik bagi siswa-siswanya. Oleh karena itu, banyak siswa yang menunjukan
tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana diharapkan meskipun telah diusahakan
dengan sebaik-baiknya oleh guru.
Guru merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi pengembangan kreativitas
siswa dalam berbagai aspek. Seorang guru harus membentuk kewaspadaannya masing-
masing siswa, hal ini merupakan salah satu ciri keberhasilan tujuan pendidik yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik
menduduki peringkat teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi terhadap
pelayanan peserta didik. Mari pertisipasi guru aktif dalam pelayanan peserta didik
pembicara dalam proses pendidikan yang berlangsung selama kegiatan pendidikan itu
terjadi.
 

1.2.       Identifikasi Masalah
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan para lulusan yang
berkualitas. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Antara lain faktor kesulitan belajar siswa dan peran guru dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran berhasil dengan baik apabila seluruh komponen
yang terlibat dalam proses tersebut dapat dijadikan salah satu sumber informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk menilai proses maupun hasil belajar secara nyata.
 

1.3.       Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana peranan siswa dalam belajar?
2. Apa saja gejala kesulitan siswa dalam belajar?
3. Apa yang melatarbelakangi kesulitan belajar siswa?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar?
5. Bagaimana peran giri dalam proses pembelajaran?
 

1.4.       Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas dalam makalah ini tidak melebar, maka penulis
membatasi permasalahan hanya dalam tatanan kesulitan siswa dalam proses belajar
dan bagaimana peran guru sebagai pendidik untuk mengatasi permasalahan tersebut.
 

1.5.       Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam proses
belajar di SD Negeri Curug 04.
2. menjelaskan latar belakang kesulitan belajar siswa yang terjadi di SD Negeri Curug
04.
3. penjelasan peran guru dalam pelayanan peserta didik.
4. penjelasan mengenai peran siswa dalam proses kegiatan belajar.
5. penjelasan mengenai gejala siswa dalam kegiatan belajar.
 

BAB II
LANDASAN TEORI
 
2.1. Pengertian Belajar
1. Crobach (1954), mengatakan bahwa ditunjukan oleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
2. Sartain (1973), belajar ialah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
3. Crow and Crow (1958), belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan
pengetahuan dan sikap.
4. CT Morgan, memberi definisi belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman lampau.
Jadi dari pendapat-pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian belajar trdapat
beberapa kesamaan yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Selain pendapat para ahli di atas pembelajaran dapat diartikan pula sebagi
aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri
belajar di bawah bimbingan pembina (guru).
 

2.2. Proses Belajar
Mengenai proses bagaimana perbuatan belajar itu terjadi, Crobach (1954)
mengemukakan ada tujuh aspek atau elemen dalam proses belajar. Ketujuh elemen ini
merupakan langkah-langkah atau proses belajar yang berlangsung dalam diri
individu. Ketujuh unsur proses belajar tersebut ialah sebagai berikut.
1. Tujuan
Artinya perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai da perbuatan
ditujukan untuk mencapai tujuan itu. Hal ini mengandung implikasi bahwa perbuatan
belajar yang efisien akan berlangsung jika dimulai dengan tujuan yang jelas. Siswa
menyadarinya dengan jelas tujuan tersebut.
1. Kesiapan
Sewaktu tindakan dalam belajar diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu (siswa)
baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Kesiapan dapat diartikan sebagai
sejumlah pola-pola respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu
tindakan. Jadi bila siswa telah sampai pada tingkat kematangan tertentu, artinya siswa
telah sampai pada tingkat kematangan sosialnya, maka siswa tersebut telah siap untuk
melakukan fungsi-fungsi kegiatan sosial. Berhasil tidaknya perbuatan belajar yang
dilakukan individu akan banyak bergantung kepada kesiapan siswa. Para pengajar
seharusnya mengetahui tingkat kesiapan para siswa untuk perbuatan belajar.
1. Situasi
Aspek ketiga dari proses belajar adalah situasi yaitu seluruh obyek-obyek orang atau
simbol-simbol dalam lingkungan siswa. Situasi juga dapat diartikan sebagai
kemungkinan yang mempengaruhi respon siswa. Pengalaman siswa dalam suatu situasi
akan mempengaruhi respons siswa dalam situasi lain. Demikian proses belajar secara
keseluruhan akan berlangsung dalam situasi tertentu, dalam situasi ini terdapat
beberapa kemungkinan untuk melakukan kegiatan belajar. Penerapan dari prinsip ini
ialah agar belajar dapat berhasil, maka situasi belajar yang utama diperhatikan.
1. Interprestasi (pengarahan)
Interprestasi dapat diartikan suatu proses pengarahan perhatian pada bagian-bagian
dalam situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman lampau masa lalu,
kemudian meramalkan apa yang dapat dilakukan dalam situasi tersebut dalam
menyampaikan tujuan belajar. Dalam perbuatan belajar, kemampuan mengungkapkan
berbagai kemungkinan dari suatu situasi menentukan proses belajar.
 

1. Tanggapan (Tindakan)
Setelah siswa memecahkan situasi yang dihadapinya, kemudian memilih dan
melakukan suatu tindakan yang dianggap paling memadai untuk tujuannya. Misalnya
dalam situasi belajar memecahkan suatu soal, dalam tahap ini siswa melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap paling memadai untuk memecahkan soal-soal itu
setelah mengungkapkan berbagai kemungkinan dalam situasi yang dihadapi.
1. Akibat
Akibat merupakan fase yang selanjutnya akan dihadapi oleh siswa setelah melakukkan
responnya. Akibat yang akan dialami akan mempunyai berbagai kemungkinan,
mungkin berhasil dan mungkin gagal. Jika berhasil siswa akan merasa puas, dan
kemudian merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan kemudian. Melawan
jika gagal, siswa akan merasa kecewa dan selanjutnya akan memikirkan tindakan-
tindakan yang akan dilakukannya kemudian.
1. Reaksi terhadap kegagalan
Pengalaman sukses dan gagal dalam proses belajar itu bersifat individual. Misalnya saja
dalam suatu ujian ada siswa yang sudah merasa berhasil kalau dia mendapat nilai
enam, tetapi ada siswa lain yang merasa mendapat nilai enam itu sebagai kegagalan
dalam belajar. Reaksi terhadap kegagalan ini tergantung pada taraf keinginan atau taraf
aspirasi siswa mengenai prestasi belajarnya.
 

BAB III
PEMBAHASAN
 

3.1.       Siswa Dalam Belajar


Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, bahwa siswa merupakan subyek
yang terlibat dalam proses belajar. Jadi siswa adalah pemeran utama dalam proses
belajar, dalam hal ini terdapat banyak keunikan yang terjadi pada diri siswa. Ada siswa
yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif, dan bahkan ada pula siswa
yang tergolong gagal ( drop out) . Semua itu terjadi karena latar belakang keunikan
individu masing-masing. Oleh karena itu pengenalan terhadap karakteristik para siswa
sangat diperlukan. Beberapa karakteristik siswa dalam belajar antara lain.
1. Cepat dalam belajar
Siswa yang tergolong cepat, pada umumnya dapat menyelesaikan proses belajar dalam
waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka dapat dengan mudah menerima
materi pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini tergolong
anak genius atau gifted (sangat cerdas) dengan nilai IQ diatas 130. karena cepatnya
dalam belajar, maka golongan ini sering mengalami kesulitan karena pada umumnya
kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk
membantu mereka dengan menempatkan di kelas khusus atau dengan memberikan
tugas-tugas tambahan.
1. Lambat belajar
Siswa yang tergolong lambat pada umumnya lebih lama dari waktu yang diperkirakan
untuk anak-anak normal. Akibatnya, siswa-siswa golongan ini sering tertinggal dalam
proses belajar, hal ini yang sering menjadi salah satu sebab siswa tidak naik
kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya siswa golongan lambat belajar
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Siswa golongan ini memerlukan perhatian
khusus antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran-
pelajaran tambahan dalam program pengajaran remedial.
1. Siswa kreatif
Siswa kreatif ini umumnya dari golongan siswa yang cepat dalam belajar, tetapi banyak
juga yang berasal dari golongan siswa normal (rata-rata). Anak golongan ini
menunjukan kreatifitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Anak golongan ini selalu
ingin menyelesaikan masalah, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-
kadang lebih senang bekerja sendiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Dalam
kegiatan belajar siswa golongan ini lebih mampu menemukan masalah-masalah dan
mampu memecahkan masalah. Sekolah perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada golongan siswa ini.
1. Putus sekolah (putus belajar)
siswa yang tergolong drop-out adalah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan
studinya atau gagal dalam kegiatan belajar. Sebab dari drop-out ini banyak, selain sebab
yang terletak pada diri siswa itu sendiri, juga terdapat sebab-sebab lain seperti motivasi,
lingkungan masyarakat, keluarga dan lain sebagainya. Masalah yang dihadapi adalah
bagaimana membantu golongan yang putus sekolah ini, agar mereka pun dapat
menjadi warga masyarakat yang produktif.
1. Kurang berprestasi
Siswa yang tergolong underachiever adalah siswa yang memiliki taraf intelegensi yang
tergolong tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang tergolong rendah (dibawah rata-
rata). Secara potensial siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi yang tinggi, tetapi prestasi
belajarnya akan berada pada golongan di bawah rata-rata. Timbulnya gejala ini
berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar. Siswa dari golongan ini
memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru dan terutama para petugas
bimbingan di sekolah.
3.2.       Gejaja menyelesaikan Belajar di Sekolah
penyelesaian belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
kenyataan. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala kesulitan belajar.
1. Menunjukan hasil belajar yang rendah.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3. Lambat dalam menerima tugas-tugas kegiatan belajar.
4. Menunjukan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti tidak peduli, waspada, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
dan sebagainya.
6. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
dikalahkan, pemarah, dan sebagainya.
 

3.3.       Latar belakang lukisan belajar


Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa yang dihadapi oleh guru di sekolah berupa
gejala atau manifestasi adanya kesulitan belajar dalam bentuk tingkah laku. Gejala-
gejala yang nampak merupakan akibat dari sebab atau latar belakang
tertentu. Demikian pula kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa di sekolah, pastilah
berasal dari suatu latar belakang tertentu sebagai penyebabnya. Dalam upaya
membantu siswa sudah tentu latar belakang kesulitan mempelajari konten yang
dipahami terlebih dahulu.
 

3.4.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar


1. Faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor magang).
A. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.
B. Kurangnya bakat khusus untuk mempelajari situasi tertentu.
C. Tidak adanya motivasi atau dorongan untuk belajar.
D. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-siswa tertentu.
E. Faktor jasmani seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan, gangguan penglihatan,
dan sebagainya.
F. Faktor bawaan (herediter) seperti buta warna, kidal, dan sebagainya.
 

1. Faktor yang berada di luar diri siswa (faktor ekstern)


A. Lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara
mengajar, sikap guru, kurikulum, perlengkapan belajar, dan sebagainya.
B. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan siswa, seperti pengaruh
negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang kondusif, gangguan
kebudayaan modern seperti film dan sinetron, dan sebagainya.
 

3.5.       Peran Guru Dalam Pembelajaran


Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan
tanggun jawab guru secara formal. Pelayanan peserta didik perlu penanganan secara
serius, karena siswa adalah warga sekolah yang menjadi tujuan akhir
sebagai ”output” atau lulusan yang perlu mempertahankan kualitas lulusannya. Masalah
yang dihadapi di berbagai sekolah adalah kepanikan antara keinginan siswa dan
program sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan peserta didik
di sekolah sebagai berikut :
1. Kehadiran siswa dan masalah-masalahnya.
2. Perkembangan kreativitas, bakat, dan minat siswa.
3. Keikutsertaan dalam memilih sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata siswa
untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung
melalui proses belajar.
4. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa diri siswa mempunyai potensi
positif yang dapat dikembangkan.
5. Pembentukan moral dan etika sebagai seorang siswa.
6. Kebutuhan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.
Guru profesional dalam memberikan bantuan kepada siswa perlu memperhatikan
berbagai faktor dan kondisi siswa secara normal. Pertimbangan psikologis pada guru
biasanya sudah tampak, guru selalu memperhitungkan jalan keluar yang paling baik
demi terwujudnya tujuan pendidikan karena guru dan siswa merupakan satu kesatuan
yang utuh. Dengan demikian partisipasi guru dalam pelayanan terhadap siswa perlu
memperhatikan kebutuhan siswa secara umum, diantaranya.
1. Penyesuaian bidang studi yang akan dipelajari.
2. Identifikasi terhadap pribadi siswa.
3. menghindari dalam mencerna bahan pelajaran.
4. Memilih bakat, minat, dan kegemaran.
5. Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.
6. Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu.
7. Menentukan langkah apa yang perlu ditempuh jika menemukan kesulitan belajar.
8. Kesukaan penyesuaian diri dengan lingkungan.
9. Identifikasi hambatan fisik, mental dan emosi.
Guru sebagai faktor sentral harus secara aktif menghadiri situasi kelas secara terus
menerus . Perkembangan siswa memerlukan layanan atau bimbingan. Hal ini menuntut
guru untuk lebih mengenal situasi dan perkembangan kebutuhan siswa.
 

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
 
4.1.    Kesimpulan
Dalam proses belajar siswa sebagai individu yang unik sehingga terdapat beberapa sifat,
seperti cepat dalam belajar, lambat dalam belajar, kreatif, gagal, berprestasi kurang, dan
sebagainya. Semua itu terjadi karena latar belakang keunikan individu masing-masing
siswa. Namun demikian kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap yaitu
membantu sisw memperoleh perubahan tingkah laku. Gejala kesulitan belajar nampak
dalam berbagai tingkah laku dan bersumber kepada faktor-faktor internal (dari diri
belajar) dan faktor-faktor eksternal (di luar diri pelajar).
 

4.2.    Saran
Guru selaku pendidik harus dapat mengetahui karakteristik siswa sebelum guru
melakukan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini penting dilakukan karena pada diri siswa
terdapat banyak keunikan yang berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa yang
lain. Selain itu guru sebagai seorang pendidik diharapkan bias membuat situasi belajar
mengajar menjadi nyaman sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan ketika
mereka menerima pelajaran.
Guru pada saat ini diharapkan bukan hanya sebagai pengajar saja yang hanya
memberikan materi pelajaran di kelas, tetapi guru harus menjadi seorang pendidik yang
diibaratkan bagai sebuah lentera yang terang cahayanya dalam bayangan. Guru harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan siswa dalam belajar,
marilah kita wujudkan pendidikan yang ideal bagi siswa dengan menjadi sosok guru
yang mendidik bagi siswa-siswanya.
Saran penulis berikan kepada siswa, guru, lembaga pendidikan (sekolah), dan orangtua
siswa.
 

1. Saran bagi siswa


Tulisan ini diharapkan dapat menimbulkan daya tarik atau motivasi siswa untuk belajar
lebih giat, khususnya pada saat proses belajar di sekolah. Selain itu penelitian ini
diharapkan dapat membekali siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar sehingga
dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
1. Saran bagi guru
Guru diharapkan dapat menambah wawasan sebagai sarana kreativitas dalam
mengelola proses pembelajaran di kelas dengan demikian guru dapat membantu siswa
dalam proses belajar. Guru juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri sebagai
seorang pendidik, karena dengan kesadarannya ini akan meningkatkan rasa tanggung
jawab yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan pekerjaannya.
1. Saran bagi lembaga pendidikan (sekolah)
Hasil tulisan ini diharapkan memotivasi dapat lembaga pendidikan (sekolah) untuk
selalu memperhatikan kesulitan-kesulitan siswa dalam proses kegiatan belajar,
sehingga dapat mendukung proses belajar-mengajar.
1. Saran bagi orangtua siswa
Orangtua harus memberikan kesempatan yang cukup kepada anaknya untuk belajar,
karena dengan memberikan kesempatan yang cukup akan memberikan prestasi belajar
yang baik sekaligus dapat menjadikan motivasi siswa untuk selalu rajin belajar.
 

DAFTAR PUSTAKA
 

Koswara, Deni. 2005. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: FIP-UPI.


Makmun, Abin Syamsudin. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda.
Surya, Moh. 1996.  Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Pembangunan Jaya.
Tirtarahardja, Umar. 1998. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rheinka Cipta.
Suryabrata, Sumardi. 2002. Psikolodi Pendidikan.  Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai