Anda di halaman 1dari 2

Aku mendongakkan kepalaku keatas. Merasakan semilir angin yang menyapu wajahku.

Merasakan setiap
detail rasa sakit yang disebabkan oleh angin. Aku teringat akan sebuah dongeng lama. Pria yang gagah
perkasa tiba-tiba jatuh cinta pada gadis sederhana. Bahkan gadis itu bukanlah sekasta dengannya. Namun,
pria itu tetap memperjuangkan cintanya meski berkali-kali ia dilanda nestapa. Kemudian pria itu
dikhianati gadis itu. Dongeng ini adalah kisah cintaku sendiri,

Aku berkali-kali mencoba melupakan kehadirannya. Akan tetapi bayangannya selalu melintas dikepalaku.
Seolah aku tak diizinkan untuk melupakan sosoknya. Aku tenggelam dalam lamunanku sendiri. Mengapa
sesulit ini melupakan kamu, Charlotte?

“Nama saya Ethan Cruise, kamu?” Tanyaku kepada seorang gadis yang memiliki rambut berwarna
kuning emas dengan senyum seteduh tatapan matanya.

“Charlotte tuan. Saya adalah pelayan tuan yang baru.” Jawab gadis itu malu-malu

Sepintas ingatan itu kembali berputar diotakku. Memori saat aku pertama kali mengajak seorang pelayan
berkenalan. Dan pelayan itu adalah orang yang dulu aku cintai bahkan sampai sekarang aku masih
mencintai pelayan itu.

“Ck.” Aku berdecak saat aku mengingat memori itu. Aku membenamkan wajahku pada air kolam renang.
Ingin sekali aku melupakan wajahnya. Bagaimana aku bisa melupakan wajahmu, Charlotte?

“Arghhh.” Aku berteriak frustasi. Aku adalah pria malang yang bisa-bisanya tidak memaafkan kesalahan
Charlotte dan membiarkan ia pergi dengan pacar barunya. Padahal jika aku ingin, aku bisa
menghukumnya karna telah menipu bangsawan kelas atas sepertiku. Namun aku bisa apa? Bukankah
cinta itu tak bisa dipaksakan? Dan aku tak ingin memaksa Charlotte untuk terus disisiku.

Aku jadi sangat benci saat aku mendapati Charlotte berduaan dengan pria lain. dan aku masih ingat jelas
bagaimana raut wajah panik milik gadis itu.

“Ini tidak seperti yang kau bayangkan, Ethan. Aku dan Jack tak ada hubungan apapun.” Charlotte
beralasan dengan memasang wajah panik

Aku tersenyum lalu meninggalkannya yang saat itu menangis. Dan mencoba memegang tanganku paksa.

“Sudah, aku tidak ingin wajahmu ada dihadapanku lagi. Gelar bangsawanmu aku cabut.”

Saat itu aku merasa dunia begitu sesak. Aku juga tak mampu untuk berdiri. Dan kerap kali aku mengganti
pelayan lama dengan pelayan baru. Kerap kali saat aku mengingatnya, aku merasa sedang mengoyak luka
lamaku sendiri.

“Aku tak meminta padamu sebuah rasa yang selalu kau banggakan. Aku hanya meminta dirimu menjadi
milikku. Namun mengapa kau dengan tega meninggalkan aku sendirian dan lebih memilih bersama orang
lain. Aku tak pernah berhenti mengejarmu bukan? Tetapi mengapa kau tinggalkan aku? Atau inikah
scenario milikmu yang sudah aku rencanakan dengan tuhan? Aku pikir aku mengerti dirimu. Namun aku
salah. Aku salah menilai rasa perhatianmu dan kepedulianmu padaku. Aku sudah tenggelam di lembah
tak bertuan. Aku sudah terjatuh dalam luka yang teramat sangat dalam. Bukankah semua rasa sakit ini tak
adil dengan rasa bahagiamu, Charlotte?”

Anda mungkin juga menyukai