Semester : 2
Sejarah pendidikan islam, terdiri dari tiga kata, yaitu “sejarah”, ” pendidikan”, dan
“islam”. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonedia, W.J.S Poerwadarminta
mengemukakan, bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu (1) kesusastraan lama:
silsilah, asal usul; (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Adapun pengertian sejarah menurut para ahli sejarah: (1) sejumlah perubahan,
kejadian dan peristiwa dalam kenyaraan sekitar kita, (2) cerita tentang perubahab,
kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas kehidupan, (3) ilmu yang bertugas
menyelidiki perubahan, kejadian dan peritiwa yang merupakan realitas tersebut.
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education yang dapat diartikan
upbringing(pengembangan), teaching (pengajaran), instruction (perintah), pedagogy
(pembinaan kepribadian), breading (memberi makan), raising (of animal) (menumbuhkan).
Ketiga, Hasan Langgulung berpendapat, bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku
tertentu pda kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.
Selanjutnya ialah pengertian islam. Secara harfiah islam berasal dari bahasa arab,
salima, yang antara lain berarti be to safe (terpelihara), and sound (terjaga), unharmed
(tidak celaka), intact,safe (terjaga), dan surrender (pengabdian). Said Hawa dalam
bukunya al-islam, mengartikan islam sebagai berikut:
Islam adalah agama para rasul dan nabi seluruhnya. Dari semenjak adam hingga
risalah Nabi Muhammad Saw, yang menjadi pemungkas risalah Allah SWT.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sejarah pendidikan islam adalah ilmu
yang membahas tentang berbagai aspek atau komponen pendidikan yang pernah terjadi
dan pernah dilakukan oleh umat islam dengan berpedoman pada ajaran islam
sebagaimana terdapat didalam Alqur’an dan As sunnah. Sejarah pendidikan Islam
adalah sejarah atau kejadian pada masa lampau yang terjadi pada zaman Rasulullah yang
muncul dan berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, yang kemudian
perkembangan selanjutnya pada masa Khulafaur Rasyidin, Bani Ummayah dan Abbasyiah
sampai jatuhnya kota bagdad dan lenyapnya khalifah Islam yang terakhir di Istambul.
Dalam bidang pendidikan, seluruh ulama penyebar Islam di Indonesia dan juga para
walisanga menjadikan masjid atau pesantren sebagai pusat dakwahnya. Mereka mendidik
dan mengajari masyarakat tentang agama Islam. Penyebaran agama Islam melalui
pendidikan yang berupa pesantren. Pesantren menjadi media yang efektif dalam proses
Islamisasi di Indonesia.Pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga ketrampilan hidup
yang lain. Selain itu juga menjadi tempat menempa ilmu untuk para calon juru dakwah
agama Islam. Di antara lembaga pendidikan atau pesantren pada masa awal
perkembangan Islam adalah pesantren yang di dirikan Sunan Ampel dan juga Sunan Giri
yang terkenal sampai pulau Maluku. Selain itu dilembaga pendidikan pesantren, murid
yang sudah selesai belajar akan dikirim untuk berdakwah ke seluruh penjuru Indonesia.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke dunia untuk membawa risalah. Tatkala usia
beliau genap empat puluh tahun,yang merupakan puncak kematangan,beliau
mengasingkan dirinya di gua Hira. Pada pengasingan dirinya di gua Hira yang memasuki
tahun ketiga, tepatnya di bulan Ramadhan, Allah menghendaki rahmatNya terlimpahkan
kepada segenap penduduk bumi, lalu dimuliakanlah beliau sebagai nabi, Jibril turun
kepadanya dengan beberapa membawa ayat alquran.
Setelah itu tersebarlah islam dikalangan kaum quroisy secara luas,baik secara sir atau
maupun terang-terangan.Karna kerasnya tekanan kaum kafir quraisy, maka dakwah nabi
di Mekkah lebih cenderung kepada dakwah sir atau sembunyi-sembunyi, semakin banyak
orang yang menerima dakwah nabi maka semakin keras pula penentangan mereka
terhadap seruan rosulullah. Dari Riwayat imam Muslim satu sisi yang lain dari kisah
tersebut, yaitu Riwayat dari Abu Huroiroh RA, dia berkata; “tatkala ayat َ َ ن ِْﻳَﺒْﺮَْﻗﻻ َك
turun, Rosulullah mendakwahi mereka, sesekali bersifat umum sesekali ﺸﻊ ْر ِذ َْﻧَﺎو َ َﺗْﺮِﻳ
bersifat khusus. Beliau berkata; ‘Wahai kaum Quraisy! selamatkanlah diri kalian dari api
neraka. Wahai bani Ka’b! selamatkanlah diri kalian dari apineraka. Wahai Fathimah binti
Muhammad! Selamatkanlah dirimu dari api neraka. Demi Allah!Sesungguhnya aku tidak
memiliki sesuatu pun (untuk menyelamatkan kalian) dari azab Allah, hanya saja kalian
memiliki ikatan kerabat (denganku) yang senantiasa aku sambung.”4Kemudian dengan
turunnya firman Allah Ta’ala;َ ع َاُور َْﻣﺆ ُ ﺗﺎ َِم ْﺑﻊ
َ ْ ﺷﻢ ْﻻ ِن َع ْض ِرُ ْ َ ْﻧﻲ ِِﻛﺮ
Yang artinya; “Maka sampaikanlah kepadamu secara terang-terangan segala ْدﺻﺎ َف
apa yangdiperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
(Al-Hijr:94).
Rasul diperintah hijrah ke Madinah, Madinah adalah salah satu kota yang
penduduknya menerima baik dakwah dari para sahabat, di sinilah muru'ah atau
kehormatan Islam mulai terangkat, kedudukan Rasul di Madinah semakin kuat dengan
bai'at aqabah pertama dan bai'at aqabah kedua. Para pembaiat tersebut telah
mengajarkan syariat Islam kepada kaum muslimin di sana, memberikan pemahaman
tentang Din al-Islam, serta bergerak menyebarkan agama Islam kepada kalangan mereka
yang masih dalam kesyirikan. Bai'at aqabah pertama dilakukan pada tahun ke-12
kenabian.Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda, "Kemarilah berbai'at kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatupun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak
berbuat dusta yang kamu buat-buat antara tangan dan kakimu dan tidak durhaka
terhadapku dalam hal yang ma'ruf. Siapa saja di antara kamu yang menepati, maka
Allahlah yang akan mengganjar pahalanya dan siapa saja yang melakukan sesuatu dari hal
itu lalu diberi sanksi karenanya di dunia, maka itu adalah penebus dosa baginya, siapa saja
yang mengenai sesuatu dari itu lalu Allah tutup aibnya, maka urusannya tergantung
kepada Allah; jika Dia menghendaki, Dia mengazabnya dan jika Dia menghendaki, Dia
akan memaafkannya." Ubadah berkata, "lalu aku membai'at beliau atas hal itu." dalam
naskah yang lain disebutkan, "lalu kami membai'atnya atas hal itu."5Bai'at Aqobah kedua
dilakukan pada musim haji tahun ke-13 kenabian. Imam Ahmad telah meriwayatkan dari
Jabir (poin-poin bai'at) secara rinci. Jabir berkata, "Kami berkata kepada Rosulullah,
'Wahai Rosulullah! Untuk hal apa kami membai'atmu?" Beliau bersabda,
1. Untuk mendengarkan dan taat (loyal), baik di dalam kondisi semangat maupun malas.
4. Untuk senantiasa tegak di jalan Allah, tanpa mempedulikan celaan orang selama
dilakukan di jalan Allah.
5. Untuk membelaku manakala aku datang kepada kalian, dan melindungiku sebagaimana
kalian melindungi diri kalian sendiri, istri-istri dan anak-anak kalian.
Jika hal ini kalian lakukan, maka surgalah sebagai imbalan bagi kalian.6Oleh karena
itu dengan kokohnya Islam di Madinah, Rasulullah mengutus para sahabat untuk
menyebarkan Islam di luar wilayah Madinah.
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M/I
H.7Tetapi baru meluas pada abad ke-13 M. Perluasan Islam ditandai berdirinya kerajaan
Islam tertua di Indonesia, seperti Perlak dan Samudra Pasai di Aceh pada tahun 1292 dan
tahun 1297. Melalui pusat-pusat perdagangan di daerah pantai Sumatera Utara dan
melalui urat nadi perdagangan di Malaka, agama Islam Kemudian menyebar ke Pulau
Jawa dan seterusnya ke Indonesia bagian Timur. Walaupun di sana ada peperangan,
tetapi Islam masuk ke Indonesia, dan peralihan dari agama Hindu ke Islam, secara umum
berlangsung dengan damai.
Menurut Fachry Ali dan Bachtiar Effendy menguraikan setidak-tidaknya terdapat tiga
faktor utama yang ikut mempercepat proses penyebaran Islam di Indonesia, yaitu:
2. Karena daya lentur atau fleksibilitas ajaran Islam, dalam pengertian bahwa ia
merupakan kodifikasi nilai-nilai yang universal. Dengan demikian ajaran Islam berhadapan
dengan berbagai bentuk dan jenis situasi kemasyarakatan. Karena watak ajaran yang
demikian itu, maka Islam tidak secara serentak menggantikan seluruh tatanan nilai yang
telah berkembang di kehidupan masyarakat Indonesia sebelum datangnya Islam.
3. Pada gilirannya nanti, islam oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai suatu institusi
yang amat dominan untuk menghadapi dan melawan ekspansi pengaruh barat yang
melalui kekuasaan kekuasaan bangsa Portugis kemudian Belanda, mengobarkan penjajah
dan menyebarkan agama Kristen.
Karena banyaknya para sahabat nabi yang pindah tempat dan terpencar ke negara
yang baru, dengan demikian kesempatan untuk bertukar pikiran atau bermusyawarah
meemecahkan suatu masalah sulit dilaksanakan, maka terjadilah banyak perbedaan
pendapat antara para sahabat.Qasim Abdul Azis Khosim menjelaskan bahwa faktor faktor
yang menyebabkan ikhtilaf di kalangan sahabat ada tiga yakni:
2. Mazhab Syafi'i
Al-Quran menjadi sumber hukum pertama yang digunakan Imam Syafi’i dalam
menetapkan hukum Islam. Jika tidak ditemukan, ia akan melihat sunnah Nabi Muhammad
SAW. Jika jawabannya tidak ditemukan juga, ijma’ sahabat dijadikan sumber rujukan
berikutnya. Ijma’ yang diterima Imam Syafi’i sebagai landasan hukum hanya ijma’
sahabat, bukan ijma’ yang didasarkan pada kesepakatan seluruh mujtahid pada masa
tertentu. Apabila dalam ijma’ tidak juga ditemukan hukumnya, mazhab Syafi’i
menggunakan qiyas. Namun, ini benar-benar menjadi pilihan terakhir sehingga
pemakaiannya tidak begitu luas.
3. Mazhab Hambali
Dalam menetapkan hukum Islam, mazhab Hambali mengacu pada Al-nusus, yaitu Al-
Quran, sunnah Rasulullah, dan ijma’, serta fatwa sahabat. Jika pendapat sahabat
berbeda, yang dipilih adalah pendapat yang lebih dekat dengan Al-Quran dan sunnah.
Selain itu, mazhab Hambali juga menggunakan hadits mursal sebagai sumber rujukan.
Hadits mursal adalah hadits dhaif yang didukung oleh qiyas dan tidak bertentangan
dengan ijma’.Apabila dalam keempat sumber rujukan tersebut tidak dijumpai hukumnya,
mazhab Hambali akan melihat pada qiyas. Namun, penggunaan qiyas hanya dalam
keadaan yang sangat terpaksa.
4. Mazhab Hanafi
Sumber hukum yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum Islam di kalangan
mazhab Hanafi adalah Al-Quran, sunnah, fatwa sahabat, dan istihsan. Al-Quran dan
sunnah adalah sumber hukum utama, sementara fatwa sahabat dan istihsan merupakan
dalil dan metode dalam mengistinbatkan hukum Islam dari kedua sumber hukum tersebut.
Ketimbang qiyas, istihsan lebih sering digunakan jika hukum yang dikaji tidak dibahas
dalam nash. Alasannya karena qiyas tidak bisa diterapkan dalam masalah tertentu.
D. Islamisasi dan Perkembangan Pondok Pesantren
1)Saluran Perdagangan ,Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad
-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India)
turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.
3)Saluran Tashawwuf
4)Saluran Pendidikan ,Para ulama, kiai, guru-guru agama, dan seorang raja berperan
besar dalam proses Islamisasi DI Indonesia, mereka menyebarkan agama Islammelalui
pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai tempat
pengajaran agama Islambagi para santri.
5)Saluran Kesenian. Saluran kesenian ini dapat diperhatikan antara lain seperti
seni bangunan, seni pahat atau ukir,seni tari, musik dan seni sastra. seni bangunan
misalnya, ia terlihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan
sebagainya. Contoh lain adalah pertunjukan wayang kulit. Melalui cerita-cerita
wayang inilah nilai Islamdisisipkan. Sehingga masyarakat sedikit demi sedikit tanpa
terasa akhirnya mau masuk Islambaik dengan ajakan maupun karena keinginannya
sendiri.
Keadaan dan kondisi pesantren pada masa awal masuknya Islam tidak seperti yang kita
lihat sekarang, fungsi dan kedudukannya pun tidak sekompleks sekarang, pada saat itu
pesantren hanya berfungsi sebagai alat Islamisasi sekaligus memadukan tiga unsur
pendidikan, yakni ibadah untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu. dan
amal untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
Pondok pesantren pada masa ini yang merupakan lembaga pendidikan yang bersifat non
formal mulai mengadakan perubahan-perubahan guna menghasilkan generasi-generasi
yang tangguh, yang berpengalaman luas, di antaranya dengan memasukkan mata
pelajaran non agama ke dalam kurikulum pesantren, sebagian juga ada yang
memasukkan pelajaran bahasa. asing ke dalam kurikulum wajib di pondok pesantren.
Demikian pula pesantren mulai mengembangkan sayapnya dengan memperbaharui
sistem klasikal dalam pengajarannya, mendirikan madrasah-madrasah, sekolah umum
dan bahkan ada sebagian pondok pesantren yang memiliki perguruan tinggi. Pondok
pesantren mulai membuka diri dari berbagai masukan dan kritikan yang bersifat
membangun dan tidak menyimpang dari agama Islam, sehingga pembaharuan di sana
sini terus dilakukan oleh pesantren. Hal ini akan merubah menemukan bahwa pesantren
itu identik dengan kekolotan, tradisional, bangunannya yang sempit, kumuh dan terisolasi
di pedesaan kepada pandangan yang menilai bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang unggul dan dapat dibanggakan, yang bisa menjadi alternatif sistem
pendidikan modern.
Kata madrasah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat atau wahana untuk
mengenyam pendidikan. Madrasah di Indonesia merupakan hasil perkembangan modern
pendidikan pesantren yang secara historis,eksis jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia . Lembaga pendidikan Islam yang pertama ada adalah pesantren.
Pada awal abad ke-20, madrasah-madrasah dengan sistem berkelas (klasikal) mulai
muncul di Indonesia. Menurut penelitian Mahmud Yunus, pendidikan Islam pertama kali
memiliki kelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulis adalah Madrasah Adabiyah
(Adabiyah School) di Padang.
Madrasah Adabiyah adalah madrasah pertama di Minangkabau, bahkan di Indonesia,
didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Madrasah ini hidup sampai tahun
1914, kemudian diubah menjadi HIS Adabiyah pada tahun 1915, yang merupakan HIS
pertama di Minangkabau yang memasukkan pelajaran agama Islam dalam pengajarannya.
(baca Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, t.th.)
Sementara itu faktor internal yang menyebabkan pendidikan agama kurang maksimal
di sekolah umum antara lain: 1. Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional
pendidikan, atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternatif
terakhir, tampa ada rasa dedikasi sesuai tuntutan pendidikan; 2. Hubungan guru agama
dengan murid hanya bersifat formal, tampa berlanjut dalam situasi informal di luar kelas; 3.
Pendekatan metodologi guru masih terpaku pada orientasi tradisional sehingga tidak
mampu menarik minat murid pada pelajaran agama; 4. Belum mantapnya landasan
perundangan yang menjadi dasar pijakan pengelolaan pendidikan agama dalam sistem
pendidikan nasional, termasuk pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan
Islam.5Pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah belum semuanya memenuhi
harapan umat Islam, terutama PAI di sekolahsekolah umum.6 Mengingat kondisi dan
kendala yang dihadapi, maka diperlukan pedoman dan pegangan dalam membina
pendidikan agama Islam. Semua ini mengacu pada usaha strategis pada rencana strategis
kebijakan umum Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Departemen Agama, yaitu
peningkatan mutu khusus mengenai pendidikan agama Islam di sekolah umum.
Peningkatan mutu itu sendiri terkait dengan bagaimana kualitas hasil pembelajaran
pendidikan agama Islam pada peserta didik yang mengikuti pendidikan di sekolah. Mutu
itu sendiri sebetulnya sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi harapan-harapan umat
Islam. Dalam kenyataannya, pendidikan agama Islam di sekolah umum masih banyak
yang belum memenuhi harapan. Misalnya, kalau guru memberikan pendidikan agama
Islam kepada peserta didik, tentu yang diinginkan adalah peserta didik tidak hanya
mengerti tetapi juga dapat melaksanakan praktik-praktik ajaran Islam baik yang bersifat
pokok untuk dirinya maupun yang bersifat kemasyarakatan. Karena di dalam pendidikan
agama Islam bukan hanya memperhatikan aspek kognitif saja, tetapi juga sikap dan
keterampilan peserta didik.