Anda di halaman 1dari 4

Salah satu tujuan Allah menurunkan para nabi ke muka bumi ini, adalah sebagai tauladan kebaikan bagi

kita umat Islam, dan tentunya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari kisah-kisah
tersebut. Seperti halnya kesabaran nabi Yusuf dalam menerima ujian berupa permusuhan dari saudara-
saudaranya hingga akhirnya beliau harus menerima keadaan terpisah dari keluarganya tercinta. Namun
dengan keikhlasannya, Allah yang maha kuasa mengganti ujian tersebut dengan memberikan jabatan
terbaik di negeri yang Allah kehendaki.

Begitu juga dengan nabi-nabi yang lain, mereka diutus ke muka bumi ini tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk memberikan peringatan dan pelajaran yang sangat berharga bagi umat-umatnya. Dalam
kacamata Islam, agama merupakan sumber yang penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Maka dasar-
dasar pendidikan yang terkandung di dalamnya merupakan pendidikan tentang norma dan akhlak yang
tinggi bagi mereka yang menjalani peran terbaik dalam kehidupan ini.

Sejatinya, tidak ada seorang pun di dunia ini diciptakan untuk menjadi manusia yang tidak baik. Semua
orang pasti memiliki kebaikan di dalam dirinya. Jadi kalau ditanya kebaikan artinya apa? Menurut saya,
kebaikan adalah perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain, entah mereka yang ada di
sekeliling kita atau masyarakat luas. Menurut teman teman, apa itu kebaikan?

Rasulullah bersabda, “Kebaikan ialah budi pekerti yang luhur, sedangkan dosa ialah sesuatu yang
menimbulkan keraguan dalam hatimu, dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain (HR.
Muslim).

Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Kita perlu menjaga
diri sendiri dari bahaya dan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan kita. Contohnya
mengkonsumsi nutrisi yang menyehatkan tubuh, tidur dan istirahat cukup, belajar hal-hal positif, serta
berinteraksi dengan cara yang baik dengan sesama, lingkungan dan semesta. Ini adalah tugas kita
sebagai manusia, apalagi sebagai umat beragama atau makhluk yang punya sistem kepercayaan
( believer) untuk mengamalkan atau mengimplementasikan sifat-sifat ketuhanan. Sifat-sifat ketuhanan
adalah memelihara apa yang ada di diri, sekitar, dan semesta dengan cara berperilaku baik. Artinya kita
bisa berguna bagi orang lain dan tidak membawa dampak negatif bagi orang lain. Tidak menggunakan
indera yang kita punya untuk menyakiti orang lain, alam dan makhluk hidup lainnya.

Karena Rasulullah SAW bersabda:

ِ َّ‫اس َأ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن‬


‫اس‬ ِ َّ‫َو َخ ْي ُر الن‬

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam
Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).

Setidaknya ada beberapa perilaku atau tauladan yang baik yang dapat kita jadikan pondasi awal dalam
menumbuhkan kebaikan sosial. Karena dengan menumbuhkan kebaikan sosial ini, akan tumbuh
kebaikan-kebaikan lainnya sehingga dapat mengantarkan generasi yang selalu membawa manfaat yang
banyak.

1. Selalu menolong orang lain baik tetangga, teman atau kerabat kita yang dalam kesulitan dalam
bidang ilmu, kehidupan, ekonomi maupun dalam hal yang lain.
Menolong orang lain dalam kebaikan merupakan perkara yang sangat di sukai oleh Allah, karena
bisa jadi dengan pertolongan yang kita berikan, pertolongan tersebut dapat menjadi wasilah
atau jalan kebaikan baik untuk kita maupun bagi mereka yang membutuhkan.
Sebagaimana halnya nabi Musa dalam memberikan pertolongan kepada salah seorang
pengembala yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Maka dari kebaikan itu beliau dapat
memetik hasilnya dengan mendapatkan hidangan terbaik dari keluarga pengembala tersebut.
Maka sudah sepantasnya kita dapat mengamalkan perbuatan yang telah di contohkan oleh nabi
Musa dalam memberikan pertolongan kepada siapapun. Oleh sebab itulah hal yang utama kita
perhatikan dalam menumbuhkan kebaikan sosial adalah melihat dan mengamati lingkungan
yang ada di sekitar kita.
Banyak kita temui di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, baik tetangga atau kerabat kita yang
belum mengenal huruf al-Qur’an sehingga mereka enggan dalam melakukan ibadah yang lain
karena malu akan keilmuan yang mereka miliki belum sempurna.
Sudah sepantasnya kita sebagai muslim yang baik akan rela mengajarkan ilmu al-Qur’an ini
dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu kebaikan sosial yang dapat kita petik pahalanya di
akhirat nanti dari setiap huruf yang mereka baca.
2. Selalu memberikan komentar kebaikan dalam menasehati dengan hikmah atas sikap dan
perilaku orang lain yang berbuat salah atau tidak sesuai dengan syariat Islam. Komentar yang
baik sangat penting kita lakukan di era digital nan percepatan informasi ini, bagaimana tidak,
banyak orang-orang yang mengunggah foto maupun video yang kurang baik dari kegiatan-
kegiatan yang mereka lakukan. Maka sudah menjadi peran kita sebagai seorang muslim untuk
selalu menasehati saudara muslim yang lain.
Oleh sebab itulah dengan memberikan komentar yang baik, maka komentar dan nasihat yang
baik ini akan menjadi do’a kebaikan bagi mereka yang senantiasa kembali kejalan yang benar.
Sehinggga mereka yang melakukan perbuatan tersebut akan sadar bahwa perbuatanya adalah
sesuatu yang tidak benar.
Masih ingatkah kita kisah salah seorang imam Masjidil Harom yang dalam masa kecilnya selalu
membuat orang tua dan keluarganya menjadi kesal terhadap tingkah laku dan perbuatannya.
Namun dengan kebijakan dan kerendahan hati sang ibu yang senantiasa mendoakan kebaikan
untuk anak-anaknya maka ketika anak ini menjadi dewasa, ia menjadi salah satu imam terbaik
yang senantiasa menjadi seorang imam yang di kagumi. Iya, dia adalah imam As-Sudais, yang
saat ini selalu menjadi rujukan imam-imam masjid yang ada di negara kita maupun negara Islam
lainnya.
Bukankah komentar adalah sebuah kata-kata yang dapat menjadikan pelakunya menjadi apa
yang kita lontarkan. Maka sudah sebaiknya komentar kebaikan selalu menjadi sebuah senjata
bagi kita untuk selalu menyampaikan kepada siapapun.
3. Selalu mendoakan kebaikan-kebaikan kepada siapapun dan kapanpun terhadap perilaku sosial
masyarakat yang belum ada kebaikannya atau terhadap orang yang tidak baik kepada kita,
sebagaimana halnya Rasulullah yang mendo’akan orang-orang di kota Thoif pada masa itu, yang
telah melempari beliau dengan batu saat beliau mengajak kepada kebaikan. Bahkan atas
perbuatan mereka Rasulullah mendapatkan luka yang tak ringan.
Namun, melalui peristiwa itu, tidak pernah terbesit dalam hatinya untuk membalas keburukan
yang mereka lakukan bahkan beliau senantiasa berdo’a kepada Allah akan kebaikan untuk anak
cucu dan keturunan bangsa Thoif pada waktu. Terbukti dari do’a baginda Nabi Muhammad itu,
kini daerah Thoif merupakan daerah yang sejuk dan banyak pepohonan yang tumbuh bersemi
serta berbagai buah dihasilkan dari daerah tersebut bahkan menjadi salah satu tujuan destinasi
wisata orang yang beribadah umroh maupun haji.
4. Keempat adalah selalu menyambung tali persaudaraan antar muslim. Islam mengajarkan kepada
kita untuk menjaga kedamaian dan ketentraman dimanapun kita berada. Oleh sebab itulah
seorang muslim yang akan menumbuhkan kebaikan sosial maka ia senantiasa menjaga tali
persaudaraan dengan siapapun, baik dengan teman akrab, kerabat, dan orang-orang yang
belum ia kenal sebelumnya.
Islah atau perdamaian adalah salah satu sifat terpuji yang patut kita jadikan pedoman dalam
hidup ini. Bagaimana tidak, kebaikan seorang muslim dalam mendamaikan orang lain adalah
sebuah bentuk perjuangan yang membutuhkan strategi yang jitu. Sebagaimana halnya
Rasulullah dalam mendamaikan orang-orang Madinah pada masa itu, sehingga mereka menjadi
sahabat nabi yang terbaik bagi kaum muslimin hingga saat ini. Oleh sebab itulah menumbuhkan
kebaikan sosial akan menjadi salah satu alternatif kita dalam mencapai negara muslim yang
diimpikan oleh setiap generasi.
Orang-orang yang selalu berusaha menumbuhkan kebaikan sosial, maka ia akan mendapatkan
hasil terbaiknya dari setiap bibit-bibit kebaikan yang ia tanam hingga akhirnya ia dapat menuai
hasil kebaikannya baik di dunia maupun di akhirat
Bukankah kita sering mendengar dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik Radhiallahuanhu
berkata, Rasulullah bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka ia
memaafkan-Nya, “lalu dikatakan, “Bagaimana Ia Memanfaatkanya?” Beliau menjawab, “Allah
memberi taufiq keanya uutuk beramal shalih sebelum ia wafat.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi,
dihasankan oleh Albani)

Pada hakikatnya menumbuhkan kebaikan sosial bukanlah untuk orang lain, melainkan untuk diri kita
sendiri, masih ingatkah kita akan hadis nabi yang menjelaskan tentang tiga perkara yang akan menemani
kita setelah kematian, salah satunya adalah amal jariyah. Amal jaiyah ini dapat berupa harta atau materi
serta ilmu pengetahuan yang kita berikan kepada orang lain sehingga bermanfaat dan mereka
senantiasa memanfaatkanya.

Bukankah dalam al-Quran Allah memberikan penjelasan tentang salah satu tujuan manusia diciptakan
adalah untuk menguji sejauh mana amal perbuatannya di muka bumi ini, (Al-Mulk [67] : 1-2). Maka dari
itu untuk menumbuhkan kebaikan sosial, sudah sepantasnya kita berharap hanya kepada sang maha
pencipta alam raya ini, dengan memohon keridhaan-Nya untuk selalu dapat melakukan kebaikan-
kebaikan bagi siapapun dan kapanpun.

Seorang muslim yang sadar akan kebesaran Allah maka dia senantiasa bersyukur akan nikmat-nikmat
yang telah diberikan-Nya dan selalu melakukan yang terbaik pada setiap langkahnya.

Mutiara Hikmah:

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-
orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang
menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai