Anda di halaman 1dari 7

INTISARI KITAB BARZANJI

Implementasi Akhlak Nabi Dalam Bermasyarakat


Oleh: Tim DPM INSAN BPC DIY1

Maulid Nabi SAW. merupakan tradisi yang sering kita (umat islam) lakukan
sejak dahulu, karena kecintaan kita kepada Nabi SAW. Agenda tersebut
dilangsungkan dalam rangka merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW., yang
bertepatan pada tanggal 12 Rabi'ul Awal setiap tahunnya. Meskipun begitu, dalam
praktiknya masyarakat tidak hanya memperingati pada tanggal itu saja. Banyak
yang merayakannya setiap hari mulai awal hingga akhir bulan, bahkan ada yang
melaksanakannya di luar bulan Rabi'ul Awal atau lebih dari itu.2

Dalam mengekspresikannya pun, sangat banyak ragamnya. Sepeti


contohnya3 pembacaan sejarah hidup Nabi SAW., ceramah keagamaan, dan juga
perlombaan, seperti lomba baca Al-Qur'an, lomba azan, lomba shalawat, dan
sebagainya. Itu semua merupakan tanda atas kecintaan yang luhur terhadap Nabi
Muhammad SAW.. Tradisi maulid menjadi turun temurun diperingati, khususnya
oleh masyarakat islam di Indonesia.

Sudah disebutkan, bahwa banyak cara dalam memperingati maulid. Yang


paling sering dilaksanakan yaitu pembacaan kitab sejarah hidup Nabi SAW, seperti
kitab Al Barzanji. Maka, kita dapat mengetahui seperti apa akhlak beliau serta
bagaimana beliau menjadi pribadi yang baik dan santun dalam bermasyarakat.
Sehingga kita dapat rahmat dan ampun oleh Allah SWT, dengan menjadikan Nabi
SAW. sebagai suri tauladan dalam menjalankan kehidupan, Seperti dalam firman
Allah SWT.,4:

1
Sebuah organisasi yang menaungi alumni-alumni Pondok Buntet Pesantren, yang
berdomisili di wilayah D.I Yogyakarta.
2
https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya
3
Ibid.
4
Q.S. Al-Ahzab ayat 21.
yang artinya “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Biografi Singkat Pengarang Kitab Al Barzanji

Sebenarnya tidak hanya kitab Al Barzanji yang sering digunakan dalam


acara maulid, tapi ada juga kitab seperti Ad Diba’i, Simtud Durar dan masih banyak
lagi. Kitab yang nama aslinya Iqd Al Jawahir (kalung permata) ini, memuat sejarah
hidup Nabi SAW., mulai dari lahirnya beliau hingga perjalanan dan akhir hayatnya
(Muchlis, 2016).

Kitab Al Barzanji dikarang oleh Syekh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim
bin as- Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul al-Barzanji ibn Abd ar-Rasul bin Abd
as- Sayyid abd ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Thalib RA.. Beliau
merupakan seorang ulama yang masih keturuan Nabi SAW.. Beliau dilahirankan di
kota Madinah dan menjadi Mufti mazhab Syafi’i di kota kelahirannya tersebut.

Nama Al Barzanji sebenarnya diambil dari tempat asal keturunan Syekh


Ja’far yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Nama tersebut menjadi populer di dunia
Islam pada tahun 1920-an, ketika Syekh Mahmud Al-Barzanji memimpin
pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai
Irak (Miftakhuddin, 2016).

Kitab Al Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan


kepada Nabi Muhammad SAW., dan banyak memuat pelajaran dan akhlak-akhlak
Nabi SAW., agar umat Islam dapat meneladani kepribadiannya tersebut
(Miftakhuddin, 2016).

Mengulik Intisari, Menuju Implementasi


Seperti dijelaskan sebelumnya banyak sekali isi kandugan yang dapat kita
ambil dari kitab Al Barzanji. Tidak hanya berisikan sejarah dan perjalanan hidup
saja, melainkan juga akhlak, perilaku serta sikap Nabi SAW. semasa hidupnya agar
bisa diaplikasikan pribadi masing-masing di masyarakat. Diantaranya sebagai
berikut:

1. Sikap Adil dan Mengajarkan Gotong Royong

Syekh Ja’far dalam kitabnya menggambarkan, bahwa Nabi Muhammad


SAW sebagai seseorang yang mempunyai sikap adil dan bijaksana. Saat itu kaum
Quraisy bersengketa mengenai siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar aswad
ke dalam Ka’bah. Dan di sepakati barang siapa yang pertama kali datang, maka ia
yang akan di berikan keputusan. Ternyata seseorang tersebut adalah Nabi
Muhammad SAW. Dikatakan:

)75 ‫ ص‬،‫" (مجموعة‬...‫ فوضع الحجر في ثوب ث ّم أمر أن ترفعه القبائل جميعا‬..."

artinya: “…Lalu Nabi SAW. meletakkan Hajar Aswad di selemabar kain, kemudian
memerintahkan semua kabilah untuk mengangkatnya.”

Nabi SAW. dalam mengambil sikap tidak serta merta sembrono atau
memihak salah satu kalangan. Tetapi dengan bijakasana, beliau bersikap adil
dengan memberi keputusan yang dapat di terima semuanya. Dengan menaruhnya
pada selembar kain, maka keseluruhan perwakilan Qabilah dapat ikut serta dalam
memindahkan Hajar Aswad Tersebut

Dari situ, juga dapat di pahami bagaimana Nabi SAW. mengajarkan untuk
selalu bekerja sama dan bergotong royong. Nilai-nilai tersebut sangat baik di
terapkan dalam bersosial di masyarakat. Ketika sudah di percaya oleh masyarkat,
haruslah kita bersikap tengah dan bijaksana serta mengabil keputusan-keputasan
secara bersama-sama.

Sikap gotong royong yang di ajarkan Nabi SAW., bermuatan nilai


kebersamaan yang utuh di dalamnya. Selain itu, ada juga nilai kebahagiaan, nilai
kesedihan, nilai toleransi, nilai kerja bakti, nilai tolong menolong, yang bisa kita
peroleh manakala menerapkanya dalam bersosial (Rolitia et al., 2016).

Nilai-nilai tersebut juga di terapkan oleh Nabi SAW., ketika menyatukan


Umat islam (Ansor & Muhajirin) dan kaum Yahudi saat hijrah ke Madinah.
Maklumat yang didapatkan, dikenal juga dengan Piagam Madinah (Sakdiah, 2016).
Di dalam kitab Ar Rislah menyebutkan, diantara intisarinya adalah:

a) gotong royong dalam urusan kemashlahatan;


b) kompak dalam menentukan hubungan dengan pihak yang memusuhi
warga Madinah;
c) Membangun masyarakat dalam sistem yang sebaik-baiknya,
sekokoh- kokohnya, sekuat-kuatnya; Dan sebagainya.
2. Pemalu (Sederhana) dan Rendah Hati

Syekh Ja’far dalam Kitab Al Barzanji mengatakan, bahwa Nabi Muhammad


SAW. adalah seseorang yang sangat pemalu dan memiliki sifat rendah hati.
Dikatakan:

)96 ‫ ص‬،‫" (مجموعة‬... ‫ شديد الحياء والتواضع‬..."

artinya: “…seorang yang sangat pemalu dan rendah hati..”

Orang yang mempunyai perasaan malu, tidak akan pernah meninggalkan semua
kewajibannya, baik kewajibannya kepada Allah, kepada sesamanya, maupun
kepada dirinya sendiri (Miftakhuddin, 2016).

Sifat malu tersebut bukanlah malu terhadap kekurang pribadi atau yang
sifatnya materil, melainkan seperti yang dijelaskan di atas, Sehingga sifat malunya
membuat Nabi SAW menjadi seorang yang sederhana, di gambarkan dalam kitab:

)96 ‫ ص‬،‫" (مجموعة‬...‫ يخصف نعله ويرقع ثوبه ويحلب شاته‬..."

artinya: “…Beliau mengesol sendiri sandalnya, menambal pakainnya dan memerah


kambingnya…”.

Lalu disifatkan pula, Nabi SAW adalah orang yang sangat rendah hati.
Beliau dengan sangat tawaddu’, digambarkan sangat dekat dan menyukai orang
faqir, tidak malu untuk duduk bersama, menjenguk disaat mereka sakit, mengiringi
jenazah meraka ketika mendapati ada yang meninggal, dll. Dikatakan:
‫ ص‬،‫" (مجموعة‬... ‫" ويحبّ الفقراء والمساكين ويجلس معهم ويعود مرضاهم ويشيّع جنازهم‬
)96

artinya: “Beliau sangat mencintai orang-orang fakir, dan duduk bersama mereka,
mengiringi jenazah mereka…”.

Semua sikap dan sifat Nabi SAW. tersebut, membuat lingkungan yang
berada disekitarnya menjadi iba dan merasa senang ketika menolongnya. Seperti
diagambarkan dalam kitab:

)75 ‫ ص‬،‫"وقدّمه على النفس والبنين وربّاه" (مجموعة‬

artinya: “Ia mendahulukan beliau, dibandingkan dirinya dan anak-anaknya”.

Ketika kakeknya wafat dan beliau tinggal bersama sang paman, yaitu Abu Thalib.
Pamannya tersebut merawat dan menjamu melebihi pada dirinya dan anak-
anaknya.

Menjadi Pribadi yang Haqiqi

Dengan membaca riwayat dan sejarah hidup Nabi SAW., kita dapat
mengetahui akhlak beliau, cara hidup beliau, bagaimana perilaku yang baik ketika
bersosial dan berbagai pelajaran lainnya. Melalui kitab Al Barzanji pula, dapat
diambil suatu pelajaran dan dapat diamalkan serta di teladani sebagai pegangan
dalam hidup di Masyarakat.

Beliau menunjukan bagaimana menjadi pribadi yang baik di masayarakat


dan menjadikan dirinya suri tauladan yang baik. Seperti dalam firman Allah SWT5,
yang artinya “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Bagaimana sikap yang harus diambil saat dipercayai oleh masyarakat. Adil
dan mengutamakan kemasalahatan dalam mangambil keputusan. Selalu merasa

5
Q.S. Al-Ahzab ayat 21.
sederhana dan rendah hati, sehingga suasana sosial yang harmonis akan menjadi
sebuah keniscayaan (Muchlis, 2016).

Demikianlah sebagian dari nilai-nilai intisari yang dapat kita ambil di dalam
kitab Al Barzanji Serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita,
dengan harapan nilai-nilai dan akhalak tersebut tidak hanya kita terapkan untuk diri
kita sendiri. Lebih dari itu mari kita ajarkan kepada anak-anak kita, saudara,
tetangga, dan lingkungan sosial kita.[]
DAFTAR PUSTAKA

Miftakhuddin, M. (2016). NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL MENURUT


SYEKH JA’FAR AL-BARZANJI (STUDI ANALISIS TENTANG KITAB AL-
BARZANJI). IAIN Salatiga.

Muchlis, S. (2016). NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DALAM


KITAB MAULID AL-BARZANJI KARYA SYAIKH JA’FAR BIN HASAN AL-
BARZANJI. UIN Maulana Malik Ibrahim.

Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). Nilai Gotong Royong Untuk
Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.
Sosietas, 6(1).

Sakdiah. (2016). KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


(KAJIAN HISTORIS FILOSOFIS) SIFAT-SIFAT RASULULLAH. Al
Bayan, 22(33), 29–49.

Syekh Ja'far bin Hasan. Majmu'ah Maulid Wa 'Ad'iah. Semarang: Karya Toha
Putra.

https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya

Anda mungkin juga menyukai