Maulid Nabi SAW. merupakan tradisi yang sering kita (umat islam) lakukan
sejak dahulu, karena kecintaan kita kepada Nabi SAW. Agenda tersebut
dilangsungkan dalam rangka merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW., yang
bertepatan pada tanggal 12 Rabi'ul Awal setiap tahunnya. Meskipun begitu, dalam
praktiknya masyarakat tidak hanya memperingati pada tanggal itu saja. Banyak
yang merayakannya setiap hari mulai awal hingga akhir bulan, bahkan ada yang
melaksanakannya di luar bulan Rabi'ul Awal atau lebih dari itu.2
1
Sebuah organisasi yang menaungi alumni-alumni Pondok Buntet Pesantren, yang
berdomisili di wilayah D.I Yogyakarta.
2
https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya
3
Ibid.
4
Q.S. Al-Ahzab ayat 21.
yang artinya “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Kitab Al Barzanji dikarang oleh Syekh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim
bin as- Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul al-Barzanji ibn Abd ar-Rasul bin Abd
as- Sayyid abd ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Thalib RA.. Beliau
merupakan seorang ulama yang masih keturuan Nabi SAW.. Beliau dilahirankan di
kota Madinah dan menjadi Mufti mazhab Syafi’i di kota kelahirannya tersebut.
)75 ص،" (مجموعة... فوضع الحجر في ثوب ث ّم أمر أن ترفعه القبائل جميعا..."
artinya: “…Lalu Nabi SAW. meletakkan Hajar Aswad di selemabar kain, kemudian
memerintahkan semua kabilah untuk mengangkatnya.”
Nabi SAW. dalam mengambil sikap tidak serta merta sembrono atau
memihak salah satu kalangan. Tetapi dengan bijakasana, beliau bersikap adil
dengan memberi keputusan yang dapat di terima semuanya. Dengan menaruhnya
pada selembar kain, maka keseluruhan perwakilan Qabilah dapat ikut serta dalam
memindahkan Hajar Aswad Tersebut
Dari situ, juga dapat di pahami bagaimana Nabi SAW. mengajarkan untuk
selalu bekerja sama dan bergotong royong. Nilai-nilai tersebut sangat baik di
terapkan dalam bersosial di masyarakat. Ketika sudah di percaya oleh masyarkat,
haruslah kita bersikap tengah dan bijaksana serta mengabil keputusan-keputasan
secara bersama-sama.
Orang yang mempunyai perasaan malu, tidak akan pernah meninggalkan semua
kewajibannya, baik kewajibannya kepada Allah, kepada sesamanya, maupun
kepada dirinya sendiri (Miftakhuddin, 2016).
Sifat malu tersebut bukanlah malu terhadap kekurang pribadi atau yang
sifatnya materil, melainkan seperti yang dijelaskan di atas, Sehingga sifat malunya
membuat Nabi SAW menjadi seorang yang sederhana, di gambarkan dalam kitab:
Lalu disifatkan pula, Nabi SAW adalah orang yang sangat rendah hati.
Beliau dengan sangat tawaddu’, digambarkan sangat dekat dan menyukai orang
faqir, tidak malu untuk duduk bersama, menjenguk disaat mereka sakit, mengiringi
jenazah meraka ketika mendapati ada yang meninggal, dll. Dikatakan:
ص،" (مجموعة... " ويحبّ الفقراء والمساكين ويجلس معهم ويعود مرضاهم ويشيّع جنازهم
)96
artinya: “Beliau sangat mencintai orang-orang fakir, dan duduk bersama mereka,
mengiringi jenazah mereka…”.
Semua sikap dan sifat Nabi SAW. tersebut, membuat lingkungan yang
berada disekitarnya menjadi iba dan merasa senang ketika menolongnya. Seperti
diagambarkan dalam kitab:
Ketika kakeknya wafat dan beliau tinggal bersama sang paman, yaitu Abu Thalib.
Pamannya tersebut merawat dan menjamu melebihi pada dirinya dan anak-
anaknya.
Dengan membaca riwayat dan sejarah hidup Nabi SAW., kita dapat
mengetahui akhlak beliau, cara hidup beliau, bagaimana perilaku yang baik ketika
bersosial dan berbagai pelajaran lainnya. Melalui kitab Al Barzanji pula, dapat
diambil suatu pelajaran dan dapat diamalkan serta di teladani sebagai pegangan
dalam hidup di Masyarakat.
Bagaimana sikap yang harus diambil saat dipercayai oleh masyarakat. Adil
dan mengutamakan kemasalahatan dalam mangambil keputusan. Selalu merasa
5
Q.S. Al-Ahzab ayat 21.
sederhana dan rendah hati, sehingga suasana sosial yang harmonis akan menjadi
sebuah keniscayaan (Muchlis, 2016).
Demikianlah sebagian dari nilai-nilai intisari yang dapat kita ambil di dalam
kitab Al Barzanji Serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita,
dengan harapan nilai-nilai dan akhalak tersebut tidak hanya kita terapkan untuk diri
kita sendiri. Lebih dari itu mari kita ajarkan kepada anak-anak kita, saudara,
tetangga, dan lingkungan sosial kita.[]
DAFTAR PUSTAKA
Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). Nilai Gotong Royong Untuk
Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.
Sosietas, 6(1).
Syekh Ja'far bin Hasan. Majmu'ah Maulid Wa 'Ad'iah. Semarang: Karya Toha
Putra.
https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya