Anda di halaman 1dari 8

A.

Prinsip Kerja
Zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).

B. Dasar Teori
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah
ion halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan
untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu indikator, argentometri, indikator kimia.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati,
2010).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

pH

Temperatur

Jenis pelarut

Bentuk dan ukuran partikel

Konstanta dielektrik pelarut

Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion
sejenis, dll. (Pantang,2010)
1. Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada
titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion
Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Larutan harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab
Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir
titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna
harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator
tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir
akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2. Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama
titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih
bereaksi dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang
ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut
kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar,
1990)
3. Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan
memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion
klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI ↔ H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir
dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang
semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan
yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau
hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan


1. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan
bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat,
sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada
titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat
merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam
suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett,
1994)
2. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya
asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar.
Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan
tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang
paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan
oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN- → AgSCN
Fe3+ + SCN- → [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide
dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan
kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- → AgCl
Ag+ + SCN- → AgSCN
C. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Buret 1. AgNO3
2. Statif 2. Aquadest
3. Pipet gondok 3. Indikator K2CrO4
4. Erlenmeyer 4. KI
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Beaker glass
8. Corong
9. Push ball

D. Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Mencuci peralatan menggunakan aquades.
3. Memasukan AgNO3 ke dalam buret.
4. Mengambil KI sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet gondok ke
dalam Erlenmeyer.
5. Menambahkan 40 ml aquades secara kualitatif ke dalam Erlenmeyer.
6. Menambahkan 1 ml indicator K2CrO4 5 %.
7. Melakukan titrasi dengan larutan AgNO3 0,0529 N hingga terjadi TAT
berupa endapan merah bata.
8. Melakukan pengulangan praktikum.

E. Data Hasil Praktikum

Sampel A Sampel B
Kelompok Kadar Kelompok Kadar
1 0,54 % 2 0,49 %
3 0,55 % 4 0,46 %
5 0,55 % 6 0, 46 %
7 0,58 % 8 0,44 %
9 0,57 % 10 0,47 %
Rata-rata 0, 56 % Rata-rata 0,46 %

F. Perhitungan

Diketahui
Volume titrasi 1 : (0,00 – 5,30) ml
Volume titrasi 2 : (0,00 – 5,60) ml
Rata-rata : 5,45 ml
N AgNO3 : 0,0529 N
Perhitungan kadar :
(𝑁×𝑉)𝐴𝑔𝑁𝑂3 ×166,0/1
% b/v KI = × 100%
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
(0,0529×5,45)×166,0
= × 100%
10 ×1000
= 0,47%
Perhitungan kesalahan:
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟−𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖
Kesalahan = × 100%
𝑘𝑢𝑛𝑐𝑖
0,47−0,42
= × 100%
0,42

=11%
G. Pembahasan

Argentometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk


menentukan kadar zat dalam suatu larutan dengan titrasi berdasarkan pembentukan
endapan denga ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indicator campur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang telah digunakan sehingga seluruh
ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan.
Pratikum ini melakukan titrasi pengendapan atau argentomtri untuk
menetapka kadar KI dengan menggunakan metode Mohr. Konsentrasi ion iodide
dalaam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standar
AgNO3 0,0529 N. Endapan putih akan terbentuk selama proses titrasi berlansung
dan digunakan indicator K2CrO4 5%. Setelah semua ion iodide mengendap maka
kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi denga indicator
memebentuk endapan merah bata dari AgCrO2. Dengan reaksi sebagai berikut :
Ag+(aq) + Cl- (aq) → AgCl (terbentuk endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42- → Ag2CrO4 (terbentuk endapan merah bata)
Pada pengamatan titrasi 10 ml KI dengan larutan standar AgNO3 0,0529 N
yang menggunakan indicator K2CrO4 5%. Sebanyak 1 ml, setelah mencapai titik
ekuivalen yang ditandai dengan adanya larutan berwarna merah bata dan endapan
yang bewarna putih, maka pada proses titrasi harus dihentikan. Larutan standar
AgNO3 0,0529 N yang digunakan sebanyak 5,45 ml.
Dalam praktikum ini terdapat perbedaan sebanyak 5% dari kadar yang
sebenarnya hal ini disebabkan ketidaktelitian praktikan dalam melakukan
praktikum. Setelah melakukan perhitungan kadar KI yang diperoleh yaitu sebesar
0,47%.
H. Simpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar
KI yang diperoleh sebesar 0,47%.
I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai