Anda di halaman 1dari 9

PENETAPAN KADAR AMONIUM KLORIDA SECARA ARGENTOMETRI

1. Judul Percobaan
Penetapan Kadar Amonium Klorida Secara Argentometri

2. Tujuan
a. Memperoleh normalitas larutan AgNO 3 dengan baku primer NaCl.
b. Memperoleh kadar ammonium klorida.

3. Teori Dasar
- Prinsip Percobaan

Titrasi argentometri adalah titrasi antara sampel dengan AgNO3 sebagai titran
yang membentuk endapan stabil yang tidak larut. Argentometri merupakan
salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada
titrasi argentometri, sampel yang telah diberi indikator, dititrasi dengan larutan
standar garam perak nitrat (AgNO3). Kadar garam sampel dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat tepat diendapkan.
Syarat titrasi argentometri antara lain: Reaksi antara zat yang dititrasi
dengan larutan baku pentitrasi harus berjalan atau berlangsung dengan cepat;
Reaksi harus sempurna (kuantitatif); Tidak ada reaksi tambahan yang
mempengaruhi hubungan stoikiometri antara zat yang dititrasi dengan larutan
baku pentitrasi; dan Titik akhir titrasi (TAT) jatuh bersamaan atau berdekatan
dengan titik ekivalennya.
Ada 4 metode titrasi argentometri, antara lain: Metode Volhard;
Metode Fajans; Metode Mohr; dan Metode Lieberg & Deniges.
1. Metode Volhard

Metode ini digunakan untuk penetapan klorida, bromida, dan iodida dalam
larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan
kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar.
Prinsip: Sampel yang mengandung ion halida (X-) ditambahkan larutan baku
AgNO3 berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan tiosianat
(KSCN atau NH4SCN). Titik akhir titrasi adalah bila warna merah telah
terbentuk.
Indikator: Indikator yang digunakan dalam metode Volhard adalah garam
ferri amonium sulfat FeNH4(SO4)2 (indikator besi (III) (Fe3+)) atau dapat juga
digunakan larutan besi (III) nitrat.
Reaksi yang terjadi pada saat titrasi:
1. Ag+ (berlebih) + X- 🡪 AgX↓ + sisa Ag [misal: Ag + + Cl- → AgCl]
2. Ag+ (sisa) + SCN- (titrant) 🡪 AgSCN↓ (endapan putih) [misal: Ag+ +
CNS- → AgCNS]
3. SCN- (kelebihan titran) + Fe3+ (indikator) 🡪 FeSCN2+ (merah) [misal:
AgCl + CNS- → AgCNS; SCN - (lebih) + Fe3+ 🡪 FeSCN2+.
Mengapa reaksi nomor 3 terjadi? AgCl dapat bereaksi dengan SCN- karena
Ksp AgCl (10-10) › Ksp AgCNS (1,2 x 10 -12
). Beberapa cara mencegah reaksi
tersebut:
1. Pemisahan AgCl (Filtrasi) sebelum dititrasi CNS -.
2. Penambahan Nitrobenzen (1ml/50 mg Cl-) untuk melindungi endapan
AgCl.
3. Koagulasi AgCl dengan pemanasan atau tambahkan koagulan (KNO3)
sebelum dititrasi CNS-.
4. Untuk sampel Bromida dan Iodida reaksi di atas tidak terjadi karena Ksp
AgCNS › Ksp AgBr dan AgI (3. x 10 -13 & 1.7 x 10-16 )

Titrasi Ag+ dengan SCN- dalam suasana asam dengan menggunakan indikator
Fe3+, dapat terjadi perubahan warna sebelum titik ekuivalen karena AgCNS
mengadsorpsi ion Ag+, sehingga Ag+ dalam larutan menjadi berkurang.
Akibatnya penambahan larutan SCN- juga berkurang sehingga perubahan
warna nampak terjadi lebih awal. Hal ini dapat diatasi dengan pengocokan
(homogenisasi) yang lebih baik selama titrasi sehingga ion Ag+ yang
teradsorpsi dapat terlepas.

2. Metode Fajans

Metode ini menggunakan indikator adsorbsi yang berguna untuk reaksi


pengendapan. Selama proses adsorbsi, terjadi perubahan pada indikator yang
menghasilkan zat dengan warna yang berbeda.
Prinsip: Selama titrasi, sebelum TE, ion halida (X-) ada dalam keadaan
berlebih dan diabsorbsi sebagai permukaan primer pada permukaan endapan
AgX. Setelah titik ekuivalen tercapai dan pada saat pertama kelebihan
penambahan AgNO3, Ag+ akan berada pada permukaan primer yang
bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila ini terjadi,
maka ion Indikator (Ind-) akan diadsorbsi oleh Ag+ (permukaan adsorpsi).
Titik akhir titrasi tercapai bila warna merah terbentuk.
Indikator: Fluorescein; Dichlorofluorescein; Eosin/Tetrabromofluorescein;
dan Diiodofluorescein.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut: Ag+ + X- 🡪 AgX; Ag+ + Ind- (indikator) 🡪
Ag+Ind- (merah muda).

3. Metode Mohr

Prinsip: Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan
K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam
suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam,
perak kromat larut karena terbentuk dikromat. Dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi: Reaksi yang terjadi adalah: Ag+ (aq) + Cl- (aq) 🡪 AgCl (s) (endapan
putih); Ag+ (aq) + CrO42- (aq) 🡪 Ag2CrO4 (s) (coklat kemerahan). Apabila ion
klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat
akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah
bata sebagai titik akhir titrasi.
Indikator: Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003 M atau
0,005 M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam
suasana netral atau agak alkalis.

4. Metode Lieberg & Deniges

Prinsip: Metode ini merupakan jenis Argentometri untuk CN-, di mana titik
akhirnya tidak ditentukan dengan indikator, melainkan dengan terjadinya
kekeruhan.
Reaksi: Ag+ + 2 CN- 🡪 AgCN2- ; AgCN2- + Ag+ 🡪 Ag(AgCN2) endapan putih
(TA).

Untuk mempertajam TA dapat ditambahkan KI (modifikasi Deniges) sehingga


TA menjadi kekuning-kuningan (AgI), dan agak menggumpal. Ksp AgI (10-16)
<< Ksp AgCN (10 -12).
Reaksi
a. Reaksi pembakuan AgNO 3 dengan baku primer NaCl:
AgNO3 + NaCl 🡪 AgCl (s) putih + NaNO3
Reaksi indikator:
K2CrO4 + 2 AgNO 3 🡪 Ag2CrO4 (s) merah coklat + 2 KNO3

b. Reaksi penetapan kadar Ammonium Tiosianat:


AgNO3 + NH4CNS 🡪 AgCNS (s) putih + NH4NO3
Reaksi indikator (Langsung):
Fe3+ + NH4CNS 🡪 (FeCNS)2+ merah + NH4+
(FeCNS)2+ merah + AgNO 3 + NH4+ 🡪 AgCNS (s) putih + Fe3+ + NH4NO3
Reaksi indikator (Tidak Langsung):
Fe3+ + CNS- 🡪 (FeCNS)2+ merah + NH4+

4. Alat dan Bahan (Bila ada juga termasuk Daftar Sampel)


a. Bahan:
1. NaCl
2. Larutan AgNO 3 0,1 N LV
3. Larutan sampel (NH4Cl)
4. Asam asetat glasial LP
5. Metanol P
6. Indikator eosin Y LP
7. Aquadest bebas CO2 dan Halida

b. Alat:
1. Buret mikro 10 ml dilengkapi dengan statip dan klem
2. Labu Erlenmeyer 100 ml
3. Labu Erlenmeyer 1000 ml
4. Labu ukur 100 ml
5. Pipet volume 10 dan 20 ml
6. Beaker glass
7. Gelas ukur 10 ml
8. Pipet tetes
9. Botol semprot
10. Balon karet
11. Kertas perkamen
12. Timbangan analitik

5. Cara Kerja
- Pembuatan Pereaksi
a. Pembuatan Larutan AgNO 3 0,1 N
1. Timbang 17,0 g AgNO 3, masukkan dalam labu ukur 1000 ml.
2. Tambahkan aquadest bebas CO2 dan Halida sampai batas volume 1000 ml.
3. Kocok hingga homogen.

b. Pembuatan Larutan asam asetat glasial LP (asam asetat 1 N)


1. Encerkan 60 mL asam asetat glasial P dengan air hingga 1000 mL.

c. Pembuatan Indikator eosin Y LP


1. Larutkan 50 mg eosin Y P dalam 10 mL air.
e. Aquadest bebas CO 2 (dan Halida)
1. Aquades diisikan ke labu Erlenmeyer sebanyak 80% dari volume wadah yang
dipakai.
2. Masukkan batu didih secukupnya.
3. Wadah ditutup dengan kaca arloji yang diatasnya diberikan kapas basah
secukupnya
4. Panaskan aquades hingga mendidih yang ditandai dengan bunyi berderik dari
kaca arloji. Biarkan medidih selama kurang lebih 10 menit, kemudian biarkan
menjadi dingin.
5. Simpan dalam wadah yang tertutup rapat, hindarkan kontak dengan udara.
6. Ambil 10 ml air di atas, tambahkan 10 tetes larutan AgNO3 0,1 N, tidak terjadi
endapan.

- Prosedur/Cara kerja
a. Pembakuan larutan AgNO 3 0,1 N:
1. Timbang seksama 25,0 mg NaCl (BM = 58,44) yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 110° C selama 2 jam, larutkan dalam 10 ml aquadest bebas
CO2 dan Halida.
2. Tambahkan 5 ml asam asetat glasial LP.
3. Tambahkan 15 mL metanol P.
4. Tambahkan 2-3 tetes indicator eosin Y LP.
5. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi pink.
6. Lakukan percobaan secara triplo.
7. Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl.

b. Penetapan kadar amonium klorida (BM = 53,49) (Langsung):


1. Cukupkan volume sampel hingga batas labu ukur menggunakan aquadest bebas
CO2 dan Halida.
2. Pipet 5,0 ml larutan sampel di atas (nomor 1), masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 100 ml.
3. Tambahkan 5 ml asam asetat glasial LP.
4. Tambahkan 15 mL metanol P.
5. Tambahkan 2-3 tetes indicator eosin Y LP.
6. Titrasi larutan dengan larutan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi pink.
7. Lakukan percobaan secara triplo.
8. Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,349 mg NH 4Cl

- Hal-hal yang perlu diperhatikan (Aspek Risiko dan Bahaya)


Gunakan sarung tangan ketika preparasi dan titrasi dengan AgNO3. AgNO3
akan menimbulkan noda hitam yang sukar hilang pada kulit jika tersentuh.

6. Daftar Pustaka
1. Vogel, A.I., A Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. 3rd, hal 328-350,
1966.
2. Departemen Farmasi FMIPA UI, Buku Penuntun Praktikum Kimia Analisis
Kuantitatif, Departemen Farmasi FMIPA UI, hal 68-73, 2007.
3. Departemen Kesehatan RI, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan
RI, hal 974-977, 1995.
4. Harmita, Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi, Departemen
Farmasi FMIPA UI, 2006.
5. Kementerian Kesehatan RI, Farmakope Indonesia edisi V, Kementerian
Kesehatan RI, hal 1682, 1695, 1717, 1752, dan 1758, 2014.
6. Pursitasari, I.D., Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving dan
Open-ended Experiment, Alfabeta, hal 116-136, 2014.
Lembar Lepasan/Terpisah (Untuk digunakan pada Laporan)
7. Data Pengamatan dan Perhitungan
Contoh Lembar Data Pengamatan

LEMBAR DATA PENGAMATAN*)


PRAKTIKUM TITRASI ARGENTOMETRI
Penetapan Kadar Amonium Klorida Secara Argentometri

Data pembakuan larutan AgNO 3 dengan baku primer NaCl:


AgNO3
No Berat NaCl (mg)
Volume (ml) Normalitas (N)
1.
2.
3.

Perhitungan Normalitas AgNO 3


Rumus:
𝑚𝑁𝑎𝐶𝑙
𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂 = 𝐵𝑀𝑁𝑎𝐶𝑙×𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂
3 3

Data penetapan kadar amonium klorida (Langsung):


amonium klorida
No Volume AgNO 3 (ml)
Volume (ml) % Kadar
1.
2.
3.

Perhitungan kadar amonium klorida:


Rumus:
𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂 ×𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂 ×𝐵𝑀𝑁𝐻 𝐶𝑙
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 3

𝑉𝑁𝐻 𝐶𝑙×1000
3 4
×100%
4

Keterangan :
*) Setiap data harus diparaf oleh Asisten atau Dosen Jaga

Anda mungkin juga menyukai