Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL SKRIPSI

KIPRAH HAJI AGUS SALIM SEBAGAI PELOPOR


PEMBENTUKAN PERGERAKAN PENYADAR PSII 1936-1942

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi “UAS Seminar Proposal”

Dosen Pengampu: Dr. Awalia Rahma, M.A. dan Faizal Arifin, M. Hum.

Disusun oleh:

Muhammad Ikhsan Fadilah SPI 5D (11200220000138)

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

1
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................7
C. Sumber......................................................................................................................................7
D. Kajian Pustaka............................................................................................................................8
E. Signifikansi dan Hasil yang Diharapkan....................................................................................10
F. Landasan Teori dan Pendekatan..............................................................................................11
G. Metode Penelitian...................................................................................................................12
I. Outline.....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat Kongres SI di Madiun yang diselenggarakan pada 17-20 Februari 1923, HOS
Cokroaminoto melakukan perubahan nama dari Central Sarikat Islam menjadi Partai Sarikat
agar lebih pasti dalam mencapai tujuan serta memperluas ruang gerak SI. Perubahan nama ini
menunjukkan bahwa SI merupakan pionir dalam mendirikan partai-partai di kalangan
masyarakat pribumi. Kongres ini menghasilkan penerapkan disiplin partai dan mengambil
sikap perjuang yang non-kooperatif (sikap hijrah) dalam menghadapi penjajahan Belanda. 1

Kekecewaan PSI terhadap pemerintah kolonial Belanda dan kelompok komunis


mendorong PSI mengubah strategi pergerakannya dari kooperatif menjadi non-kooperatif,
berdasarkan gerakan pan-Islam.2 Dalam rangka membangun kekuatan Islam di kalangan
masyarakat pribumi, PSI menyerukan ormas Islam seperti Muhammadiyah untuk bersatu
dengan umat Islam dunia di bawah pimpinan Khalifah melalui Kongres al-Islam 3. Selain itu
PSI juga berusaha membangun hubungan dengan Liga Islam untuk melawan penjajah dengan
menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan sosialisme Islam. Apa yang diusahakan oleh PSI itu
ternyata mendapatkan tekanan dari pemerintah Belanda. Sehingga mereka mengancam PSI di
Volksraad dan banyak para pemimpin PSI daerah di tangkap guna menggagalkan rencana PSI
untuk membangun Liga Islam dalam melawan pejajah. Adanya tekanan yang kuat tersebut
menyebabkan kegagalan perjuangan PSI di dalam gerakan pan-Islam.

Kegagalan itu tidak membuat perjuangan PSI putus asa justru hal itu mendorong
mereka mencari cara lain untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1927, PSI
bergabung dengan kelompok nasionalis pemufakatan perhimpunan-perhimpunan politik
Indonesia (PPPKI). Dalam PPPKI ini, PSI juga menghadapi kendala baik dari pemerintah
maupun dari sesama anggota. Ketidaksepakatan antar anggota, kritik dan penghinaan kaum
nasionalis terhadap PSI mendorong PSI mengubah namanya menjadi Partai Sarikat Islam

1
Ahmad Mansur Suryanegara. Api Sejarah, jilid I. (Bandung: Grafindo Salamadani, 2009), hal. 386
2
Takashi Shiraishi. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. (Jakarta: Grafiti Press, 1997), hal
326
3
Maftuhin, Sumarjono, Nurul Umamah. The Movement of Sarekat Islam’s Politics in Strunggilng National
Independence In 1918-1945. Jurnal Historica, Vol.1, No. 2252-4673, 2017, hal. 247

3
Indonesia (PSII) dan menyatakan keluar dari PPPKI pada tahun 1929. 4 Penambahan kata
Indonesia pada partai diharapkan dapat meningkatkan kepentingan politik partai.

Kekuatan SI sebagai organisasi politik nasional tidak seutuhnya dapat dipertahankan,


adakalanya SI mengalami perpecahan yang disebabkan oleh berbagai pihak. Perpecahan
biasanya disebabkan oleh perbedaan pemahaman ideologis dan persaingan untuk
meningkatkan citra dalam organisasi. Pada awalnya perpecahan di SI disebabkan oleh
berkembangnya paham marxisme di SI cabang Semarang yang mengakibatkan SI terpecah
belah menjadi dua cabang, SI merah yang berhaluan komunis dan SI putih yang berhaluan
Islam. Akibat dari perpecahan itu pamor SI menjadi pecah dikalangan masyarakat. 5HOS
Cokroaminoto dan H. Agus Salim, yang memimpin Kongres Al-Islam I di Cirebon,
membahas masalah Furu dan perbedaannya serta mencoba menciptakan kerja sama antar
umat Islam.

Pada Kongres Al-Islami di Garut dan Surabaya, Agus Salim menekankan pentingnya
persatuan kaum muslimin di Surabaya. Kongres Al-Islam dan Kongres SI diselenggarakan
bersama di Yogyakarta pada tahun 1925. Dalam kongres tersebut, HOS Cokroaminoto
mengusulkan untuk mengatur kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat berdasarkan
prinsip-prinsip Islam. Akan tetapi usulan ini menimbulkan kontroversi dan perpecahan lebih
lanjut di dalam SI antara kelompok HOS Cochroaminoto dan H. Agus Salim dengan
kelompok Sukiman dan Suryopranoto. kelompok HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim
menginginkan asas agama, sedangkan kelompok Sukiman dan Suryopranoto menginginkan
asas kebangsaan. Sehingga akibaat konflik itu Dr. Sukiman 1923 mendirikan Partai Islam
Indonesia (PII).6 Kemudian pada tahun 1938 Sukiman, Kasman Singodimejo, Abdul Kahar
Muzakar, Wibowo, Farid Ma'ruf dan Mas Mansyur keluar dari SI. Kondisi ini semakin
memperlemah kekuatan SI.

HOS Cokroaminoto yang meninggal pada tahun 1934 dipimpin oleh H. Agus Salim,
pamor PSII semakin menurun. Menurut H. Agus Salim, kemunduran PSII disebabkan oleh
sikap politik partai yang salah terhadap pemerintahan non-kooperatif. Sikap ini harus diubah
menjadi kooperatif demi kelangsungan partai. 7
Petunjuk itu memicu konflik dan diakhiri

4
John Ingleson. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934. Terj, Zamakhsyari
Dhofier, (Jakarta: LP3ES, 1983), hal. 143-146
5
Yasmin, Syarikat Islam Dalam Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927). Jurnal Sejarah Lontar, Vol. 6, No.
1, Januari 2009, hal. 29
6
Abu Hanifah. Renungan Perjuangan Bangsa Dulu dan Sekarang. (Jakarta: Idayu, 1978), hal.79
7
Sitorus. Sedjarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1951), hal.25

4
dengan H. Agus Salim yang mengundurkan diri dari Kongres kemudian mendirikan Barisan
Penyadar Partai Sarikat Islam Indonesia pada 28 November 1936.

Setelah Abi Kusno mengambil kepemimpinan dari kakaknya HOS Cokroaminoto,


maka ia mengubah konsep partai dengan bertindak secara non-koopratif. Hal ini ditentang
oleh Haji Agus Salim yang sangat khawatir akan tindakan tersebut karena pemerintah
Belanda tidak akan segan-segan mengambil tindakan keras terhadap partai yang berhaluan
non-koopratif. Oleh karenanya Abi Kusno tidak memasukan Haji Agus Salim ke dalam
jajaran pimpinan dari PSII karena sikap dari H.A. Salim yang tidak setuju. Sehingga banyak
para anggota yang pro dengan H.A. Salim keluar dari PSII, mereka adalah Moh. Roem,
Sabirin, Sangadji, Sardjan, Soerowiyono, dan lain-lain. H.A. Salim bersama anggotanya
berusaha menyadarkan kawan-kawan seperjuangnya terutama Abi Kusno dan S.M.
Kartoswiryo tentang bahaya dari sikap tersebut. Pernyadaran itu dilambangkan dengan
mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama “Penyadar Barisan PSII” yang kemudian
berubah nama pada tanggal 30 November 1937 menjadi “Pergerakan Penyadar “. 8

Para pendukung dari H.A. Salim ini antara lain, Abdul Muthalilb Sangadji, H. Zainal,
dan lain-lain yang kemudian mengadakan musyawarah di rumah A.M. Sangadji di Gang
Kernolong Dalam pada 30 November 1936 untuk membahas dan memutuskan bahwa Barisan
Penyadar merupakan organisasi yang terpisah dari PSII pimpinan Abi Kusno dan kemudian
diberi nama “Pergerakan Penyadar”. 9

Pergerakan Penyadar merupakan organisasi yang tidak berhaluan non-kooprasi seperti


PSII, hal itu dikarenakan sesuatu organisasi yang berhaluan non-koopratif pada waktu itu
akan ditindak dengan keras oleh Belanda dan menganggapnya radikal. Selain itu tujuan dari
dibentuknya Pergerakan Penyadar adalah untuk menyadarkan anggota-anggota PSII di bawah
pimpinan Abi Kusno agar meninjau kembali sikap hijrah yang non-koopratif itu. 10

Menurut catatan Atjep Moegenie yang dijelaskan pada buku seratus tahun Haji Agus
Salim, menyatakan bahwa Pergerakan Penyadar melepas haluan dari “non” karena sikap itu
hanya menjadi senjata makan tuan. Hal itu tidak berarti bahwa organisasi ini memilih haluan

8
Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994),
hal. 162-164
9
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002), hal. 24
10
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002), hal. 24

5
“ko”, melainkan organisasi ini mengadopsi berhaluan dan bersikap “Parlementer “dengan
bersedia bekerjasama dengan siapa pun yang sama haluannya. 11

Oleh karenanya sebuah organisasi pasti memerlukan struktur kepengurusannya.


Adapun struktur organisasi kepengurusan Pergerakan Penyadar memiliki istilah yang berbeda
dari organisasi politik yang lain pada waktu itu. Istilah yang digunakan bukan cabang atau
ranting, tetapi Central Comite (CC) dan Lokal Comite (LC). Kemudian dari strukturnya,
pemimpin utama diisi oleh Haji Agus Salim sendiri dan wakil Abdul Muthalib Sangadji.
Pengurus awal dari CC, ketua Moh. Roem, Moh. Sarjan sebagai sekretaris, B. D. Sjawal
sebagai bendahara dan pembantu-pembantu antara lain: Haji Zainal, Mr. Soedjono
Hardjosoediro dan S. Soerowiyono. 12

Kongres pertama Pergerakan Penyadar diadakan pada 21-25 September 1939 yang
membahas perubahan susunan pengurus yang di mana posisi dalam CC Pergerakan Penyadar;
sebagai pemimpin umum ditetapkan Haji Agus Salim, ketua CC Moh. Roem, sekretaris I Mr.
Soedjono Hardjosoediro, sekretaris II Atjep Moegenie, bendahara B. D. Sjawal dan sebagai
anggota Bahroeddin. 13

Kemudian kegiatan dari Pergerakan Penyadar di bidang ekonomi melalui para


anggota LC banyak mendirikan cabang kegiatan ekonomi di berbagai daerah dan sasaran
yang berbeda-beda terutama rakyat bawah. Seperti usulan dari A. M. Sangadji yang
mendirikan “Persatuan Pedagang Pasar” yang diketuai oleh Djajuli. Kemudian ada juga
“Persatuan Supir Oplet” yang diketuai oleh Mohamad Amin, ada lagi “Panitia Persiapan
Perkumpulan Kaum Buruh”yang diketuai Haji Patani dan di desa Lengkong mendirikan
“Balai Pemberantasa Buta Huruf”. Banyak anggota dari PSII di Bandung dan Jawa Timur
keluar dari PSII dan bergabung dengan LC Pergerakan Penyadar di daerahnya masing-
masing. 14

Selain kegiatan ekonomi, Pergerakan Penyadar juga bergerak di bidang Politik.


Seperti pengumpulan tanda tangan dalam rangka menguatkan mosi dari Soetardjo
Kartohadikusumo di dalam Volksraad 15 Juli 1936 dengan tujuan untuk mengadakan kongres

11
Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994),
hal. 164
12
Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994),
hal. 164-165
13
Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994),
hal. 164
14
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002), hal.25-26

6
yang akan membicarakan tentang berdirinya Hindia Belanda dalam rangka Grondwent.
Selain itu petisi mosi tersebut juga bertujuan untuk mendapatkan llegitimas dari Pergerakan
Penyadar. 15

Sebelum muncaknya Perang Dunia II, para pimpinan Penyadar yang terdiri dari Haji
Agus Salim, A.M. Sangadji, Mohammad Sardjan dan Mohamad Roem melakukan kunjungan
kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborg Stachouwer, di istananya.
Dalam kunjungan itu, Haji Agus Salim mengusulkan ketersediaan masyarakat Hindia-
Belanda dalam hal membatu Belanda dalam Perang Dunia II. Tetapi dengan syarat Belanda
harus menyerahkan kemerdekaan Indonesia. Pernyataan Haji Agus Salim ini terdengar oleh
Gubernur Jenderal Tjarda, dan gubernur tidak menjawab pernyataan tersebut sampai
datangnya Jepang ke Indonesia. Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, maka
seluruh partai politik dibubarkan, termasuk Pergerakan Penyadar.16

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: mengapa Haji Agus Salim membentuk Barisan Penyadar-PSII di tahun 1936 M dan
bagaimana kontribusinya di dalam pergerakan nasional untuk meraih kemerdekaan?

C. Sumber
Dalam penelitian skripsi ini yang berjudul Kiprah Haji Agus Salim Sebagai Pelopor
Pembentukan Pergerakan Penyadar Psii 1936-1942. Tema ini merupakan pembahasan
mengenai sejarah politik yang membahas terkait dengan pergerakan nasional di abad ke-20
untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Maka tentu sumber-sumber yang digunakan di dalam
penelitian ini berkaitan dengan sejarah politik dan pergerakan nasional. Adapun arsip, koran,
buku, dan jurnal yang menjadi rujukan penliti sebagai berikut: sumber primer berupa
Undang-undang pergerakan penyadar yang diterbitkan oleh lokal komite Malang 25
September 1938 yang saya dapatkan dari khastara. Beberapa koran yang saya dapatkan dari
Delpher yang terbit selama kurun waktu tahun yang dikaji. Seperti: koran Batavia yang
diterbitkan oleh kolff & Co pada 15-02-1937 yang berjudul Hadji Salim geroyeerd Als lid
van de P. S. I. I., koran Het Vaderland : staat-en letterkundig nieuwsblad yang diterbitkan
oleh M.Nijhoff pada 16-02-1937 yang berjudul Oneenigheid in de Partij Sarekat Islam, koran
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie yang diterbitkan oleh NV Mij tot Expl. van
15
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002), hal. 26
16
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002), hal. 27

7
Dagbladen tahun 15-02-1937 yang berjudul P. S. I. gekrakeel, koran Algemeen handelsblad
voor Nederlandsch-Indië yang diterbitkan oleh [s.n.] pada 24-03-1937 yang berjudul Salim
bepleit Coöperatie, dan koran Bataviaasch Nieuwsblad yang diterbitkan oleh Kolff & Co
yang berjdul De Penjedar Beweging. Akan tetapi dari sekian banyak sumber, penelitian ini
hanya menggunakan bagian yang terkait dengan kajian.

D. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran yang telah peneliti lakukan, sudah banyak penelitian yang
membahas mengenai Sarekat Islam maupun Haji Agus Salim. Akan tetapi menurut penelitian
yang terkait dengan pembentukan Barisan Penyadar oleh Haji Agus Salim hanya tersirat di
dalam penelitian-penelitian bahkan belum ada yang membahas mengenai penelitian tentang
hal itu. Oleh karenanya penelitian ini terbilang wajar karena sebelumnya sudah ada yang
meneliti terkait Haji Agus Salim dan Sarekat Islam yang menyebutkan secara tersirat tentang
Barisan Penyadar. Berikut ini beberapa penelitian yang dimaksud:

Judul pertama dari buku yang berjudul Seratus Tahun Haji Agus Salim yang ditulis
oleh panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim dan diterbitkan oleh Sinar Harapan di tahun
1984 ini memperkenalkan kita bagaimana jalan kehidupan Haji Agus Salim dari masa kanak-
kanak hingga wafatnya. Buku ini juga menjelaskan bagaimana pendidikan yang dirasakan
oleh Haji Agus Salim yang berasal dari keluarga dengan ekonomi yang kurang di masa
penjajahan Belanda sehingga Haji Agus Salim harus berhenti sekolah dan tidak dapat merahi
gelar doctor karena dihalang-halangi oleh penjajah. Selain pendidikan buku ini menjelaskan
juga mengenai dunia perpolitikan yang digeluti oleh H.A. Salim di masa penjajahan yang
dimulai dari masuk sebagai anggota Sarekat Islam ditahun 1911 hingga terbentuknya
Pergerakan Penyadar di tahun 1936. Di dalam buku ini juga terdapat beberapa karya-karya H.
A. Salim yang ia tulis selama masih terjun di dunia perpolitikan. Namun, buku ini belum
menjelaskan secara detail terkait Pergerakan Penyadar yang dibentuknya di tahun 1936. 17

Judul kedua dari buku yang berjudul Grend Old Man of The Republic Haji Agus
Salim dan Konflik Politik Sarekat Islam yang ditulis oleh Suradi dan diterbitkan oleh Mata
Padi Pressindo di tahun 2014. Buku ini menjelaskan tentang keterlibatan Haji Agus Salim di
dalam konflik dengan Sarekat Islam. Konflik itu timbul akibat perbedaan pemahaman konsep
partai dari kubu Haji Agus Salim dengan kawan-kawannya dengan kubu Abi Kusno selaku
pemimpin PSII yang menggantikan kakaknya H.O.S.Cokroaminoto. Perbedaan yang

17
Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994)

8
dimaksud terkait tentang koopratif dengan non-koopratif. Haji Agus Salim berpandangan bila
PSII mengambil jalan “non” yang berarti tidak mau lagi berkeja sama dengan Belanda, maka
H. A. Salim dengan kawan-kawannya yang sepemikiran khawatir akan keberlangsungan dari
PSII. Karena pada waktu itu di tahun 1934 Belanda memberikan peringatan yang keras
terhadap partai politik yang berhaluan non-koopratif. Oleh sebab itu H. A. Salim berusaha
menyadarkan mereka yang bersikeras terhadap pandangannya dengan mendirikan Pergerakan
Penyadar PSII. Akan tetapi, buku ini tidak menjelaskan secara spesifik terkait Pergerakan
Penyadar, namun hanya menjelaskan terkait konflik di tubuh PSII saja. 18

Judul ketiga yang berasal dari buku Mohamad Roem: Karir Politik dan
Perjuangannya (1924-1968) yang ditulis oleh Iin Nur Insaniwati dan diterbitkan oleh
Indonesiatera di tahun 2002. Buku ini menjelaskan kepada kita keterkaitan Mohamad Roem
dengan Pergerakan Penyadar yang dibentuk oleh Haji Agus Salim. Mohamad Roem
merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional yang sangat dekat dengan Haji Agus Salim
sehingga apapun yang dikatakan oleh Haji Agus Salim ia selalu mematuhinya seolah-olah
Haji Agus Salim itu seperti ayah kandungnya. Buku ini juga memberikan informasi kepada
kita terkait perjalanan hidupnya serta perjalanan dunia perjuangan politik yang dimulai dari
keterlibatannya dengan JIB hingga menjadi ketua Comite Central pergerakan di dalam partai
Pergerakan Penyadar. Namun sayangnya buku ini tidak menjelaskan secara mendalam
keterlibatannya di dalam Pergerakan Penyadar, hanya sepintas saja disebutkan bahwa ia
pernah bergabung dengan Pergerakan Penyadar bersama Haji Agus Salim. 19

Judul keempat The Movement of Sarekat Islam's Politics In Struggling National


Independence In 1918-1945, yang ditulis oleh Maftuhin, Sumarjono, dan Nurul Umamah
serta diterbitkan oleh jurnal Historica pada tahun 2017. Dalam jurnal ini dijelaskan mengenai
usaha dari Sarekat Islam untuk mencapai kemerdekaan. Usaha tersebut diwujudkan melalui
cara diplomasi, pemogokan, propaganda, dan protes. Dalam jalur diplomasi Sarekat Islam
melakukan beberapa gerakan perjuangan, baik melalui Volksraad (Dewan Rakyat), gerakan
buruh, gerakan Pan-Islam, maupun melalui federasi PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-
perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) dan GAPI (Gabungan Politik Indonesia).

18
Suradi. Grand Old Man of The Republic Haji Agus Salim dan Konflik Politik Sarekat Islam. (Yogyakarta: Mata
Padi Preesindo, 2014)
19
Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera,
2002)

9
Namun, di jurnal ini tidak memberikan keterangan tentang keterlibatan Pergerakan Penyadar
dalam merebut kemerdekaan Indonesia.20

Judul kelima Path Dependence Repetition Dinamika Perkembangan Partai Proto


Islam Indonesia, Sarekat Islam (1911-1940), yang ditulis oleh Agus Riyanto dan diterbitkan
oleh Jurnal Sosio Dialektika pada tahun 2021 ini membahas mengenai partai-partai yang
terbilang proto di masa pra kemerdekaan.Istilah proto-partai diartikan sebagai partai asli
sebelum menjadi partai modern. Partai-proto yang muncul di awal tiga periode ini antara lain,
pertama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan di Surakarta pada tahun 1911, kemudian
tahun 1912 menjadi Sarekat Islam (SI), tahun 1923 menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) dan
terakhir tahun 1930 menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Kedua, Partai Islam
Indonesia atau PMI didirikan di Sumatera Barat pada tahun 1930 dan berubah menjadi
PERMI pada tahun 1932 yang dibentuk di sebagian Sumatera. Ketiga, Partai Islam Indonesia
(PII) yang muncul dari konflik internal Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun
1938. Perkembangan dari Sarekat Islam (SI) terdiri dari tiga tahap: pertumbuhan organisasi
(1911-1921), perpecahan (1916-1923), dan kemunduran (1923-1940). Ketiga fase tersebut
merupakan hasil atau outcome yang terkait dengan keputusan agen pada saat-saat
persimpangan kritis, yang masing-masing menghasilkan serangkaian urutan kejadian sebagai
proses yang bergantung pada jalur. Namun, di jurnal ini tidak membahas secara detail terkait
Pergerakan Penyadar yang merupakan pecahan dari PSII. Hanya membahas mengenai
pemecatan Haji Agus Salim dari PSII kemudian mendirikan sebuah Barisan Penyadar pada
26 November 1936 serta konflik yang timbul antara Haji Agus Salim dengan Abi Kusno.
21
Oleh karena itu saya penelitian saya ini terbilang masih baru dan bahkan belum ada yang
menelitinya.

E. Signifikansi dan Hasil yang Diharapkan


Dalam penelitian tentang sejarah pergerakan nasional Indonesia terutama tentang
Partai Sarekat Islam Indonesia, studi mengenai Pergerakan Penyadar masih sangat jarang
sekali dan belum menjadi perhatian, mungkin Pergerakan Penyadar selama ini dianggap
sebagai gerakan yang bersifat “kooperatif “kepada pihak Belanda. Padahal sebagai suatu
gerakan sosial politik di awal abad ke-20, mempelajari mengenai sejarah Pergerakan
Penyadar merupakan suatu hal yang penting. Ditambah dengan anggapan bahwa Pergerakan

20
Maftuhin, Sumarjono, Nurul Umamah. The Movement of Sarekat Islam’s Politics in Strunggilng National
Independence In 1918-1945. Jurnal Historica, Vol.1, No. 2252-4673, 2017
21
Agus Riyanto. Path Dependence Repetition Dinamika Perkembangan Partai Proto Islam Indonesia, Sarekat
Islam (1911-1940). Jurnal Sosio Dialektika, Vol.6, No. 1, 2021

10
Penyadar selalu diidentikkan dengan sikap “kooperatif “kepada Belanda merupakan hal yang
tidak benar. Haji Agus Salim selaku tokoh pergerakan nasional dan pahlawan bagi rakyat
Indonesia tidak mungkin mau berkerjasama dengan pihak Belanda yang sudah menjajah
ratusan abad. Oleh karena itu anggapan tersebut harus dihilangkan dari pikiran generasi
bangsa yang akan meneruskan perjuangan seperti Haji Agus Salim. Maka penelitian ini
menjadi sangat penting bagi para generasi penerus bangsa untuk dapat terus mempelajari
sejarah pahlawan bangsa serta menelusuri kebenaran dari informasi-informasi sejarah yang
diselewengkan dari pihak-pihak yang membenci persatuan bangsa Indonesia.

Penelitian ini diharapkan dapat mampu menjawab rumusan masalah yang telah
disebutkan melalui penjabaran yang lebih spesifik mengenai kiprah Hji Agus Salim di dalam
membentuk Pergerakan Penyadar. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
keilmuan serta memunculkan ide bagi para pembaca untuk menulis penelitian yang serupa
dengan objek lain dan di tempat yang lain. Maka dari itu, penelitian ini saya kaji lebih
mendalam dan diharapkan akan melengkapi apa yang sudah diteliti sebelumnya.

F. Landasan Teori dan Pendekatan


Suatu penelitian yang tergolong dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pasti
memiliki dasar atas satu atau beberapa teori. Landasan teori merupakan sebuah jalan pikiran
untuk menangkap, menerangkan, menunjukan serta menjawab dari permasalah-permasalahan
yang akan diidentifikasikan guna merumuskan suatu hipotesis. 22

Penelitian ini menggunakan pendekatan politik yaitu pembahasan mengenai semua


kegiatan yang berhubungan dengan negara dan pemerintahan. Sedangkan pengertian politik
menurut Andrew Heywood adalah kegiataan suatu bangsa yang memiliki tujuan untuk
membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupan sebuah masyarakat agar lebih baik dan harmonis. 23
Perhatian dari ilmu politik
sendiri menurut Kuntowijoyo di dalam bukunya penghantar ilmu sejarah adalah gejala-gejala
masyarakat seperti, pengaruh, kekuasaan, kepentingan, partai politik, kebijakan dan lain
sebagainya. 24

22
Dudung Abdurahman, Penghantar Metode Penelitian. (Yogyakarta: Kurnia Semesta, 2003), hal. 27
23
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 16
24
Kuntowijoyo, Penghantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2003), hal.173

11
Sedangkan teori yang saya gunakan adalah teori Kotingensi Fiedler. Teori ini
berbicara mengenai kecocokan antara pemimpin dengan anggotanya yang berada di dalam
suatu organisasi atau partai. Kecocokan ideologi dan pandangan antara pemimpin dengan
anggota menjadi sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu organisasi atau partai. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan pada suatu organisasi atau partai harus disesuaikan oleh
kondisi dan lingkungan yang terjadi sekitarnya. Fiedler berpendapat bahwa kontibusi seorang
pemimpin pada kinerja organisasi atau partai ditentukan oleh karakteristik pemimpin dan
kondisi yang ada disekitarnya. Selain itu ia menciptakan sebuah instrument yang disebut LPC
(Least Preffered Co-Worker) yang bermaksud mengukur apakah seseorang itu berorientasi
tugas atau hubungan yang kemudian berpengaruh kepada faktor-faktor antara pemimpin dan
anggota serta struktur tugas serta kekuasaan jabatan sebagai faktor situasi utama yang dapat
menentukan efektivitas kepemimpinan. 25

Teori ini sangat singkron dengan penelitian ini yang membicarakan tentang seorang
pemimpin dari partai PSII yang terlibat konflik dengan anggotanya. Seperti Abi Kusno
sebagai seorang pemimpin dengan Haji Agus Salim sebagai anggota yang berbeda pendapat
dari sisi konsep partai. Selain itu faktor dari kondisi lingkungan yang terjadi disekitarnya
sangat menentukan gaya kepemimpinan Abi kusno. Kondisi lingkungan di masa penjajahan
yang dialami oleh Abi Kusno membuatnya mengambil tindakan untuk merubah konsep partai
dari koopratif menjadi non-koopratif. Hal tersebut dilandaskan oleh sikap penjajah yang
semakin bertindak keras terhadap partai-partai nasional terutama partai Islam. Sehingga saya
menggunakan teori ini karena sangat relavan dengan kondisi yang terjadi di masa tersebut.

G. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang tersusun secara prosedural untuk mengerjakan sesuatu
di dalam sebuah sistem yang teratur. 26 Penelitian ini menggunakan metode History atau
Sejarah yang memiliki tahapan dalam metodologinya. Tahapan tersebut antara lain:

1. Heuristik
Heuristik yaitu pengumpulan data berupa sumber-sumber di masa lalu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan diteliti. Di dalam melakukan heuristik, saya melakukan
studi pustaka dalam mengumpulkan sumber primer berupa Undang-undang
pergerakan penyadar dan beberapa koran Belanda serta sumber-sumber pendukung
25
Suwanto. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi Publik dan Bisnis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2019),
hal. 10-11
26
M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Penghantar. (Jakarta: Prendamedia Group, 2018),
hal. 217

12
yang dapat menunjang rumusan masalah saya. Sumber-sumber ini saya dapatkan dari
Khastara dan delpher serta berbagai perpustakaan baik itu perpustakaan nasional
maupun perpustakaan UIN Jakarta.
2. Kritik Sumber
Sumber yang telah dikumpulkan tersebut kemudian saya kritik dan uji baik itu bersifat
intern maupun ekstern. Kritik inter dilakukan guna untuk menilai kelayakan dan
kredibilitas dari sumber tersebut. Sedangkan kritik ekstern dilakukan guna untuk
mengetahui sejauh mana keabsahan dan autentisitas dari sumber tersebut. 27

Kemudian dalam kritik sumber, saya mencoba menyeleksi bukan saja sumber yang
relevan dengan topik penelitian, namun juga dari kondisi sumber tersebut yang masih
dapat dibaca, juga melakukan perbandingan dengan sumber-sumber lain yang dapat
menjawab rumusan masalah, termasuk sumber sekunder sekalipun agar menemukan
data yang kredibel.
3. Interpretasi
Fakta-fakta sejarah yang sudah teerkumpul itu kemudian digabungkan dan disusun
satu sama lain sehingga membentuk sebuah cerita yang sama persis seperti peristiwa
sejarah. Tahap ini saya melakukan pengabungan antara fakta-fakta yang ada dengan
menggunakan landasan teori dan sesuai dengan rumusan masalah.
4. Hisoriografi
Tahap akhir dari metode ini adalah penulisan sejarah. Di dalam tahap historiografi ini,
saya menuliskan suatu peristiwa dengan penulisan yang kohern dan tentu secara
kronologis.

H. Kerangka Berfikir

KIPRAH HAJI AGUS SALIM SEBAGAI PELOPOR


PEMBENTUKAN PERGERAKAN PENYADAR DI TAHUN 1936-
27
M. Dien Madjid, Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah Sebuah Penghantar. (Jakarta:1942
Prendamedia Group, 2018),
hal. 223-224

13
Masalah
Mengapa Haji Agus Salim membentuk Barisan Penyadar-PSII di tahun
1936 M dan bagaimana kontribusinya di dalam pergerakan nasional
untuk meraih kemerdekaan?

1. Undang-undang Dasar Hukum (Statuten) Pergerakan


Penyadar
Sumber 2. Hadji Salim geroyeerd Als lid van de P. S. I. I.
3. Oneenigheid in de Partij Sarekat Islam
4. Salim bepleit Coöperatie.
5. De Penjedar Beweging

1. Panitia buku seratus tahun Haji Agus Salim. Seratus Tahun Haji
Agus Salim. (Jakarta: Sinar Harapan, 1994)
2. Suradi. Grand Old Man of The Republic Haji Agus Salim dan Konflik
Politik Sarekat Islam. (Yogyakarta: Mata Padi Preesindo, 2014)
3. Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karir Politik dan
Kajian Pustaka
Perjuangannya (1924-1968). (Magelang: Indonesiatera, 2002)
4. Maftuhin, Sumarjono, Nurul Umamah. The Movement of Sarekat
Islam’s Politics in Strunggilng National Independence In 1918-1945.
Jurnal Historica, Vol.1, No. 2252-4673, 2017
Metodologi
5. Agus Riyanto. Path Dependence Repetition Dinamika Perkembangan
Partai Proto Islam Indonesia, Sarekat Islam (1911-1940). Jurnal
Sosio Dialektika, Vol.6, No. 1, 2021

Metode Heuristik, Studi Pustaka Temuan:


Kritik, Pergerakan Penyadar
Interpertasi, terbentuk karena
adanya konflik Abi
Historiografi Kusno dan S.M.
Kartoswiryo dengan
Pendekatan Politik Haji Agus Salim yang
berbeda pendapat
I. Outline tentang konsep partai

Teori Kontingensi Fiedler


BAB I PENDAHULUAN

14
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Sumber
D. Literature Review
E. Signifikasi dan Hasil yang Diharapkan
F. Landasan Teori
G. Metode
H. Kerangka Berfikir
BAB II PEMBENTUAN PERGERAKAN PENYADAR
A. Sejarah Terbentuknya Pergerakan Penyadar
B. Tujuan Pergerakan Penyadar
C. Susunan Pergerakan Penyadar
D. Kegiatan Pergerakan Penyadar
BAB III PERAN HAJI AGUS SALIM DI DALAM PERGERAKAN PENYADAR
A. Biografi Haji Agus Salim
B. Keterlibatan Haji Agus Salim
C. Kontibusi Haji Agus Salim
BAB IV KETERLIBATAN PERGERAKAN PENYADAR DI DALAM MEREBUT
KEMERDEKAAN
A. Perjanjian dengan Belanda
B. Kerja Sama dengan Belanda Pada Perang Dunia ke-II untuk Merebut Kemerdekaan
C. Hancurnya Pergerakan Penyadar
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung. 2003. Penghantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Semesta

15
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hanifah, Abu.1978. Renungan Perjuangan Bangsa Dulu dan Sekarang. Jakarta: Idayu
Insaniwati, Iin Nur.2002. Mohamad Roem: Karir Politik dan Perjuangannya (1924-1968).
Magelang: Indonesiatera
Inglison, John.1988. Jalan Ke Pengasingan, Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-
1934. Jakarta: LP3ES
Kuntowijoyo. 2003. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Madjid, M.Dien, Johan Wahyudhi.2018. Ilmu Sejarah Sebuah Penghantar. Jakarta:
Prendamedia Group
Maftuhin, Sumarjono, Nurul Umamah. (2017). The Movement of Sarekat Islam’s Politics In
Struggling National Independence In 19181945, Jurnal Historica, No. 2252-4673,
Volume. 1
Panitia Buku Seratus Tahun Haji Agus Salim. 1994. Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta:
Sinar Harapan
Riyanto, Agus. (2021). Path Dependence Repetition Dinamika Perkembangan Partai Proto
Islam Indonesia, Sarekat Islam (1911-1940). Jurnal Sosio Dialektika, Vol.6, No. 1
Sitorus.1951. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakjat
Shiraishi, Takashi.1997. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926. Jakarta:
Grafiti Press
Suradi. 2014. Grand Old Man of The Republic Haji Agus Salim dan Konflik Politik Sarekat
Islam. Yogyakarta: Mata Padi Preesindo
Suryanegara, Ahmad Mansur. 2009. Api Sejarah, jilid I. Bandung: Grafindo Salamadani
Suwanto. 2019. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Jakarta:
Bumi Aksara
Yasmin. (2009). Syarikat Islam dalam Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927). Jurnal
Sejarah Lontar, Vol.6 No.1

16

Anda mungkin juga menyukai