PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
2021
ABSTRAK
Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme, baik yang
berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Sterilisasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu secara fisik dan secara kimia.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan pemanasan dan pemijaran. Bahan yang digunakan dalam
pembuatan media adalah kaldu belut dan sawi putih. Penanaman pada percobaan ini menggunakan
teknik penggoresan secara zig-zag dengan bakteri yang digunakan dari bakteri EM4. Kemudian
dilakukan penginkubasian selama 4 hari. Hasil dari pengamatan selama 4 hari yaitu pada belut dan
sawi putih di hari pertama bakteri belum nampak tumbuh dan media belut berwarna cokelat muda
sedangkan pada sawi putih berwarna cokelat muda, pada hari kedua bakteri pada kedua media
belum terlihat berkembang dan warna pada media belut berubah menjadi cokelat keruh sedangkan
pada sawi putih berubah menjadi cokelat. Pada hari ketiga kedua media menunjukkan
perkembangan bakteri dan warna pada media belut tidak mengalami perubahan sedangkan pada
media sawi putih mengalami perubahan warna menjadi cokelat pekat, pada hari keempat bakteri
berkembang pesat dan warna pada kedua media tidak ada perubahan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuhnya bakteri yaitu suhu, cahaya, kelembapan, dan nutrisi.
II-i
PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN
2.1 PENDAHULUAN
II-1
2.2 DASAR TEORI
II-2
mikroba dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan
II-2
II-3
jumlah mikroba. Keragaman yang luas dalam tipe nutrisi untuk mikroba yaitu
diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk
kulturasinya media-media yang digunakan seperti pepton, ekstrak daging, ekstrak
khamir, dan agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat medium
menjadi padat dapat dipakai agar (Sutedjo, 1991).
Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus
dalam keadaan steril. Artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang mengganggu atau yang merusak media atau mengganggu
kehidupan dari proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik, fisika kimia
maupun mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2005).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakteristik morfologi, sampai
perhitungan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni
bakteri dan warna-warnanya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara
mengubah komposisi nutrien dan menambahkan indikator. Komposisi media
bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum,
media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) dan
media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) (Achmad, 2007)(Sutedjo,
1991).
Bakteri mengalami pertumbuhan sama halnya dengan makhluk lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan optimum bakteri. Faktor
tersebut diantaranya sebagai berikut (Cahya, 2016):
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan terpenting bagi kelangsungan hidup
bakteri. Bakteri hidup dalam kisaran suhu tertentu. Kondisi suhu
lingkungan yang keluar dari kisaran akan menyebabkan pertumbuhan
bakteri terhambat atau mati.
2. Derajat keasaman/pH
II-4
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Ph : 4,5 - 7,0 pada 100 g/L 20°C
Titik didih : 1461°C pada 1,013 hpa
Titik lebur : 801°C
Tekanan uap : 1,3 hPa pada 865°C
Densitas : 2,17 g/cm³ pada 20°C
Kelarutan dalam air : 358 g/L pada 20°C
Agar-agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari dinding
sel ganggang merah (Rhodophyta), khususnya genus Graciloria dan Gendium.
Agar-agar merupakan polisakarida kompleks yang terdiri dari agarosa dan
agaropelatin yang digunakan dalam penyusunan media pertumbuhan mikroba,
permen dan agar jelly. Agar rasa memiliki potensi pemanfaatan sebagai bahan
pangan, farmasi dan industri kosmetik seperti penyedia biomassa potensial
sumber oligosakarida, antibakteri, antikanker dan antioksidan, serta dapat
mempengaruhi sel-sel melanoma sehingga dapat melembabkan dan memutihkan
kulit (Kobayashi, 1997).
Effective Mikroorganism-4 (EM4) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di
dalam Em4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
dapat bekerja secara efektif dalam mempermentasikan bahan organik. Dari sekian
banyak mikroorganisme, ada lima golongan pokok yaitu bakteri fotosintetik,
lactobacillus sp, streptomices sp, ragi (yeast) dan actinomicetes
(Meriatna, 2018).
Belut adalah kelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam
suku synbranchidae. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein,
lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama
protein ikan dibandingkan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna (Siswono, 2003).
Sawi putih di dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasi ke dalam divisi
spermatophyta, spesies Brassica juncea L. Daun sawi putih mirip tanaman kubis.
II-7
Daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian
sehingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Sawi putih
memiliki batang yang pendek dan beruas-ruas, batang ini berfungsi sebagai alat
pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).
Penanaman mikroba menggunakan uap inokulasi (ose) dengan teknik
penggoresan secara zig-zag pada media padat. Pemanasan dengan cara
menggoreskan ini lebih menguntungkan dari sudut ekonomi dan waktu.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah dengan baik
dari suspensi zat padat (Winarni, 1997).
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan
cara terbentuknya sel-sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari
kemampuan sel dalam membentuk protoplasma baru dan nutrien yang tersedia di
lingkungan. Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan
pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur
dengan penambahan atau kelipatan secara eksponensial. Fase pertumbuhan bakteri
merupakan fase pembelahan sel bakteri yang melalui beberapa fase yaitu fase lag,
fase logaritma (exponensial), fase stasioner dan fase kematian. Berikut fase
pertumbuhan bakteri (Riadi, 2016):
II-8
2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, gelas
arloji, sudip, gelas beker 250 mL dan 500 mL, panci, kompor, oven, petridish,
jarum ose, saringan, pisau, matches, talenan, dan pengaduk kaca.
2.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daging belut 100
gram, sawi putih 100 gram, akuades, NaCl 3 gram, pepton 3 gram, agar-agar 3
gram, bakteri EM4, alkohol 96%, karet gelang, dan kertas HVS.
II-9
II-10
2.3.3.3 Penanaman
Jarum ose disiapkan. Lalu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dilap
menggunakan tisu yang sudah diberi alkohol 96%. Kemudian dipijarkan dengan
matches sampai berwarna kemerahan. Lalu didiamkan selama 10 detik.
Dicelupkan ke dalam bakteri EM4 setelah itu digoreskan secara zig - zag pada
media ekstrak daging belut dan sawi putih di dalam petridish. Kemudian petridish
dibungkus dengan kertas HVS dan gelang karet lalu diletakkan dalam posisi
terbalik, dan diinkubasi selama 4 hari.
Hasil
Petridish
2.3.4.3 Penanaman
Jarum ose
- Dibersihkan dengan tisu yang telah diberi alkohol 96%
- Dipijarkan dengan matches
- Didiamkan selama 10 detik
- Dicelupkan ke dalam bakteri EM4
- Digoreskan secara zig-zag pada media padat dalam petridish
-
Petridish
Hasil
II-13
II-14
2.4.2 Pembahasan
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme
yang hidup. Adanya pertumbuhan mikro menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tak sempurnanya proses sterilisasi (Nadhira, 2019).
Percobaan ini
II-15
sama dengan hari pertama tidak pada perkembangan koloni, namun terjadi
perubahan warna pada
II-17
nutrien daging belut dan sawi putih yang awalnya cokelat muda berubah menjadi
cokelat keruh. Di hari ketiga nutrien daging belut dan sawi putih sudah mulai
terjadi perkembangan koloni, ada perubahan bau dimana pada kedua nutrien mulai
berbau busuk serta tidak ada perubahan warna. Pada hari terakhir nutrien agar
daging belut dan sawi putih jumlah koloni sangat berkembang dan warnanya sama
seperti hari ketiga cokelat keruh serta berbau busuk. Bau busuk pada nutrien
disebabkan oleh keadaan yang asam dimana hal ini menyebabkan banyak bakteri
yang tumbuh di dalamnya.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa media yang banyak pertumbuhan
bakterinya adalah sawi putih, yang dimana pada fasa pemula yaitu hari pertama
dan kedua pertumbuhan koloni pada saya putih yang masih mengalami fasa
adaptasi bakteri terhadap yang baru sehingga pertumbuhan belum maksimal. Pada
hari ketiga dan keempat pertumbuhan koloni pada media sawi putih mengalami
fase pembiakan cepat, dimana masa pertumbuhan bakteri mencapai maksimum
(Setrowati dan Furganita, 2007) dan juga hal ini dikarenakan pada media sawi
putih memiliki nutrisi karbohidrat sebanyak 2,3 gram dan protein sebanyak 4,2
gram yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tersebut
(Astawaman, 2004). Jumlah bakteri pada media sawi putih lebih banyak dari
media daging belut. Koloni pada daging belut lebih sedikit karena ketika
mengambil bakteri EM4 jarum ose yang digunakan masih terlalu panas hingga
sekitar 90°C - 100°C bakteri EM4 masih belum siap atau mati sebelum proses
penanaman (Daniel, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu nutrisi,
tinggi kesterilan dan suhu optimal. Nutrisi diperlukan oleh mikroorganisme untuk
mendapatkan energi untuk tumbuh. Tingkat kesterilan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri. Semakin steril maka semakin baik karena tidak ada
kontaminasi lain yang mengganggu pertumbuhan. Setiap bakteri memiliki suhu
optimal karena mereka dapat tumbuh sangat cepat (Gamma dan Steringan, 1994).
2.5 PENUTUP
2.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Media yang digunakan dalam media padat yang dibuat dari ekstrak daging
belut dan ekstrak sawi putih yang ditambahkan NaCl, pepton, agar-agar dan
bakteri EM4.
2. Teknik sterilisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah sterilisasi
menggunakan alkohol 96% dan pemanasan secara langsung menggunakan
oven.
3. Penanaman bakteri EM4 dilakukan dengan teknik penggoresan secara zig-zag
pada media dalam petridish. Dari percobaan ini menghasilkan respon positif
yang ditandai dengan tumbuhnya bakteri disalah satu media yaitu pada sawi
putih, sedangkan pada daging belut gagal. Pada sawi putih terdapat
perubahan bau yang awalnya normal menjadi busuk pada hari keempat yang
terjadi perubahan warna dari cokelat bening menjadi cokelat lebih pekat.
Koloni terakhir yang tumbuh pada sawi putih cukup pesat.
2.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah bisa menggunakan
bahan dan media tanam yang lebih beragam. Misalnya menggunakan daging ikan
nila, daging ayam, toge, ubi – ubian dan lain-lain. Sedangkan untuk medianya
yaitu bisa menggunakan media cair contohnya Nutrient Broth dan semi padat
contohnya Sulfid Indol Motilty (SIM).
II-18
DAFTAR PUSTAKA
II-18
Diakses pada tanggal 10 september 2021
Meriatna, M. Suryati S. dan Aulia Fahri. (2018): Pengaruh Waktu Fermentasi dan
Volume Bio Aktivator Em4 Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Limbah Buah - Buahan. Jurnal Teknologi Kimia
II-18
http://faperta.anhdar.ac.id
Diakses pada tanggal 10 september 2021
II-18
Winarni, D. (1997): Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS. Surabaya
II-18