Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(STK3218)

PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

DOSEN PEMBIMBING : RIANI AYU LESTARI, S.T., M.Eng.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II

MUHAMMAD ALFI (2010814110009)


RIKA RIZKI AMALIA (2010814220003)
ROLIN LAKAMEY (2010814220005)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKRAT
BANJARBARU

2021
ABSTRAK

Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme, baik yang
berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Sterilisasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu secara fisik dan secara kimia.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan pemanasan dan pemijaran. Bahan yang digunakan dalam
pembuatan media adalah kaldu belut dan sawi putih. Penanaman pada percobaan ini menggunakan
teknik penggoresan secara zig-zag dengan bakteri yang digunakan dari bakteri EM4. Kemudian
dilakukan penginkubasian selama 4 hari. Hasil dari pengamatan selama 4 hari yaitu pada belut dan
sawi putih di hari pertama bakteri belum nampak tumbuh dan media belut berwarna cokelat muda
sedangkan pada sawi putih berwarna cokelat muda, pada hari kedua bakteri pada kedua media
belum terlihat berkembang dan warna pada media belut berubah menjadi cokelat keruh sedangkan
pada sawi putih berubah menjadi cokelat. Pada hari ketiga kedua media menunjukkan
perkembangan bakteri dan warna pada media belut tidak mengalami perubahan sedangkan pada
media sawi putih mengalami perubahan warna menjadi cokelat pekat, pada hari keempat bakteri
berkembang pesat dan warna pada kedua media tidak ada perubahan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuhnya bakteri yaitu suhu, cahaya, kelembapan, dan nutrisi.

Kata kunci: belut, EM4, inkubasi, sawi putih, sterilisasi

II-i
PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

2.1 PENDAHULUAN

2.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis media dan cara pembuatannya.
2. Mengenal beberapa cara sterilisasi.
3. Memperoleh alat dan bahan yang steril.

2.1.2 Latar Belakang


Sterilisasi merupakan proses pembersihan semua jasad atau bakteri,
sehingga bakteri yang terdapat pada alat tidak dapat berkembang dan alat tersebut
dapat digunakan sebagai media. Biasanya sterilisasi dilakukan dengan metode
fisika dan kimia. Sterilisasi harus bisa membunuh jasad venik yang paling tahan
terhadap panas seperti spora bakteri (Bibiana dan Hastowo, 1992).{Sutedjo, 1991
#1}
Media adalah salah satu bahan yang terdiri dari campuran zat hara yang
berguna untuk membiaskan mikroba, metode yang dilakukan ialah metode fisik
dan kimia. Jika metode dengan bahan kimia tidak berubah adalah suhu dan
tekanan tinggi maka digunakan metode fisik. Dengan menggunakan berbagai
media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat, fisiologi dan
perhitungan media (Sutedjo, 1991).
Aplikasi teknik sterilisasi dalam kehidupan sehari-hari di bidang industri,
misalnya industri pangan terdapat pada industri pengolahan susu. Susu
mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus menghasilkan yogurt
(Boleng, 2015). Oleh karena itu teknik industri sterilisasi sangat penting dipelajari
sehingga dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari maupun industri.

II-1
2.2 DASAR TEORI

Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme,


baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Sterilisasi
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu secara sterilisasi secara fisik dapat
menghasilkan bahan kimia yang letal, dan membentuk panas serta tekanan
osmotik. Cara sterilisasi tertua adalah destruksi dengan pemanasan baik
menggunakan api bebas maupun panas yang ditimbulkan oleh uap air sehingga
dapat dikatakan bahwa media sterilisasi klasik adalah panas dan air (basah) yang
meliputi air mendidih dan uap air panas. Air mendidih (bolling water) dianggap
kurang baik karena tidak memiliki tekanan sehingga penetrasi ke dalam material
lambat dan suhunya relatif rendah, oleh karena itu, uap air bertekanan tinggi
paling banyak digunakan sampai sekarang (Ma'at, 2009).
Mikroorganisme adalah makhluk hidup berukuran sangat kecil yang hanya
bisa diamati dengan mikroskop. Menurut klasifikasi makhluk hidup,
mikroorganisme dapat digolongkan ke dalam 5 kerajaan yaitu protista, fungi,
monera, virus dan prion. Meskipun terdapat ribuan jenis makhluk hidup jika
ditinjau dari struktur selnya ternyata hanya tersusun oleh dua jenis sel yaitu sel
prokariotik dan eukariotik (Fardiaz, 1992).
Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam media tersebut memenuhi
syarat - syarat antara lain sebagai berikut (Frobisher, 1974):
1. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.
2. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang
sesuai dengan mikroba yang ditumbuhkan.
3. Tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Harus berada dalam kondisi steril sebelum digunakan agar mikroba yang
diinginkan dapat tumbuh baik.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Dengan adanya medium pertumbuhan, aktivitas
mikroba dapat dipelajari dan dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi

II-2
mikroba dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan
perhitungan

II-2
II-3

jumlah mikroba. Keragaman yang luas dalam tipe nutrisi untuk mikroba yaitu
diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk
kulturasinya media-media yang digunakan seperti pepton, ekstrak daging, ekstrak
khamir, dan agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat medium
menjadi padat dapat dipakai agar (Sutedjo, 1991).
Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus
dalam keadaan steril. Artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang mengganggu atau yang merusak media atau mengganggu
kehidupan dari proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik, fisika kimia
maupun mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2005).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakteristik morfologi, sampai
perhitungan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni
bakteri dan warna-warnanya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara
mengubah komposisi nutrien dan menambahkan indikator. Komposisi media
bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum,
media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) dan
media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) (Achmad, 2007)(Sutedjo,
1991).
Bakteri mengalami pertumbuhan sama halnya dengan makhluk lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan optimum bakteri. Faktor
tersebut diantaranya sebagai berikut (Cahya, 2016):
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan terpenting bagi kelangsungan hidup
bakteri. Bakteri hidup dalam kisaran suhu tertentu. Kondisi suhu
lingkungan yang keluar dari kisaran akan menyebabkan pertumbuhan
bakteri terhambat atau mati.
2. Derajat keasaman/pH
II-4

pH mempunyai aktivitas enzim. Enzim akan mengkatalisis reaksi lebih


cepat pada pH optimum. pH optimum bagi sebagian besar bakteri adalah
antara 6,5 dan 7,5.
3. Nutrisi
Sumber nutrisi yang dibutuhkan bakteri meliputi sumber energi cahaya
(fototrop) dan senyawa kimia (kemotrof) seperti sumber karbon, sumber
nitrogen dan unsur logam.
4. Cahaya dan zat kimia
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Cahaya
dapat merusak sel bakteri yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet (UV)
yang dapat membunuh bakteri memiliki panjang gelombang 210-300 nm.
5. Kelembaban
Bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, yaitu sekitar 85%.
Pengurangan kadar air dari pitoplasma menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti, misal pada proses pembekuan dan pengeringan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sterilisasi yaitu (Bhana dkk, 2013):
1. Tingkat kekeringan alat yang akan diproses.
2. Temperatur dan kelembaban area pemprosesan.
3. Kondisi sterilisator.
4. Susunan alat dalam sterilisator.
5. Pemilihan metode yang disesuaikan.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu cara
mekanik, cara fisik dan cara kimiawi (Widodo, 2016):
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditunjukkan untuk sterilisasi
bahan yang panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
a. Pemanasan
II-5

1) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara


langsung, contoh alat : jarum inokulum (jarum ose), pinset dan
batang L.
2) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180°C. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dan cawan.
3) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf.
b. Penyinaran dengan ultraviolet (UV)
Sinar UV juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior safety
cabinet dengan disinari lampu UV.
3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan,
antara lain alkohol.
Bakteri merupakan makhluk hidup mikroorganisme bersel tunggal
(uniseluler). Bakteri merupakan organisme yang memiliki dinding sel. Oleh
karena itu, jika dikaji dari struktur selnya (kandungan dinding sel), maka bakteri
dikelompokkan kedalam hewan (Boleng, 2015).
Pepton merupakan derivat sekunder dari protein yang berfungsi sebagai
sumber nitrogen pada media pertumbuhan bakteri. Pepton merupakan hidrosilat
protein yang mengandung asam amino, dipeptida, peptida dan campuran
polipeptida yang dapat diperoleh dengan menghidrolisis bahan-bahan yang
mengandung protein melalui reaksi hidrolisis asam atau secara enzimatis.
Perkembangan bioteknologi di Indonesia membuat kebutuhan pepton di Indonesia
menjadi semakin besar (Laoli dkk, 2015).
Sifat fisik dan kimia dari natrium klorida (NaCl) sebagai berikut
(SMART LAB, 2019):
Berat molekul : 58,44 g/mol
Bentuk : Padat
II-6

Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Ph : 4,5 - 7,0 pada 100 g/L 20°C
Titik didih : 1461°C pada 1,013 hpa
Titik lebur : 801°C
Tekanan uap : 1,3 hPa pada 865°C
Densitas : 2,17 g/cm³ pada 20°C
Kelarutan dalam air : 358 g/L pada 20°C
Agar-agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari dinding
sel ganggang merah (Rhodophyta), khususnya genus Graciloria dan Gendium.
Agar-agar merupakan polisakarida kompleks yang terdiri dari agarosa dan
agaropelatin yang digunakan dalam penyusunan media pertumbuhan mikroba,
permen dan agar jelly. Agar rasa memiliki potensi pemanfaatan sebagai bahan
pangan, farmasi dan industri kosmetik seperti penyedia biomassa potensial
sumber oligosakarida, antibakteri, antikanker dan antioksidan, serta dapat
mempengaruhi sel-sel melanoma sehingga dapat melembabkan dan memutihkan
kulit (Kobayashi, 1997).
Effective Mikroorganism-4 (EM4) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di
dalam Em4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
dapat bekerja secara efektif dalam mempermentasikan bahan organik. Dari sekian
banyak mikroorganisme, ada lima golongan pokok yaitu bakteri fotosintetik,
lactobacillus sp, streptomices sp, ragi (yeast) dan actinomicetes
(Meriatna, 2018).
Belut adalah kelompok ikan berbentuk mirip ular yang termasuk dalam
suku synbranchidae. Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein,
lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama
protein ikan dibandingkan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam
amino dan kemudahannya untuk dicerna (Siswono, 2003).
Sawi putih di dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasi ke dalam divisi
spermatophyta, spesies Brassica juncea L. Daun sawi putih mirip tanaman kubis.
II-7

Daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian
sehingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Sawi putih
memiliki batang yang pendek dan beruas-ruas, batang ini berfungsi sebagai alat
pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).
Penanaman mikroba menggunakan uap inokulasi (ose) dengan teknik
penggoresan secara zig-zag pada media padat. Pemanasan dengan cara
menggoreskan ini lebih menguntungkan dari sudut ekonomi dan waktu.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah dengan baik
dari suspensi zat padat (Winarni, 1997).
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan
cara terbentuknya sel-sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari
kemampuan sel dalam membentuk protoplasma baru dan nutrien yang tersedia di
lingkungan. Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan
pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur
dengan penambahan atau kelipatan secara eksponensial. Fase pertumbuhan bakteri
merupakan fase pembelahan sel bakteri yang melalui beberapa fase yaitu fase lag,
fase logaritma (exponensial), fase stasioner dan fase kematian. Berikut fase
pertumbuhan bakteri (Riadi, 2016):
II-8

Gambar 2.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

a. Fase Lag (Fase Penyesuaian)


Fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru. Tergantung pada
komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal dan
sifat fisiologi mikroorganisme pada media sebelumnya.
b. Fase Logaritma/ Exponensial
Ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yang cepat. Variasi
derajat pertumbuhan bakteri pada fase exponensial ini sangat dipengaruhi
oleh sifat grafik yang diturunkannya.
c. Fase Stationer
Terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya.
Fase ini dilanjutkan dengan fase kematian yang ditandai dengan
peningkatan laju kematian yang melampaui laju pertumbuhan.
d. Fase Kematian
Fase dimana laju kematian lebih besar.
2.3 METODOLOGI PERCOBAAN

2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, gelas
arloji, sudip, gelas beker 250 mL dan 500 mL, panci, kompor, oven, petridish,
jarum ose, saringan, pisau, matches, talenan, dan pengaduk kaca.

2.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daging belut 100
gram, sawi putih 100 gram, akuades, NaCl 3 gram, pepton 3 gram, agar-agar 3
gram, bakteri EM4, alkohol 96%, karet gelang, dan kertas HVS.

2.3.3 Prosedur Kerja


2.3.3.1 Sterilisasi Petridish
Petridish dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir. Kemudian
petridish dikeringkan dengan tisu. Setelah itu, petridish dilap dengan tisu yang
sudah diberi alkohol 96% terlebih dahulu. Lalu diletakkan dalam posisi terbalik.

2.3.3.2 Pembuatan Media Padat


Langkah pertama, sampel daging belut dicuci bersih dan ditimbang
sebanyak 100 gram. Kemudian daging belut dimasukkan ke dalam panci dan
ditambahkan akuades sebanyak 250 mL, direbus sampai terbentuk kaldu. Kaldu
tersebut disaring menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam gelas beker
250 mL. Setelah itu kaldu belut diambil sebanyak 100 gram dan dimasukkan ke
dalam panci lagi untuk dipanaskan kembali. Selanjutnya ditambahkan 3 gram
NaCl, 3 gram pepton, dan 3 gram agar-agar. Kemudian dituangkan ke dalam
petridish yang sudah disterilkan, dibungkus dengan kertas dan dimasukkan ke
dalam oven selama 15 menit dengan suhu 121℃. Kemudian didinginkan sampai
suhu petridish sama dengan suhu ruangan dan media agar memadat. Langkah di
atas diulangi kembali untuk sampel sawi putih.

II-9
II-10

2.3.3.3 Penanaman
Jarum ose disiapkan. Lalu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dilap
menggunakan tisu yang sudah diberi alkohol 96%. Kemudian dipijarkan dengan
matches sampai berwarna kemerahan. Lalu didiamkan selama 10 detik.
Dicelupkan ke dalam bakteri EM4 setelah itu digoreskan secara zig - zag pada
media ekstrak daging belut dan sawi putih di dalam petridish. Kemudian petridish
dibungkus dengan kertas HVS dan gelang karet lalu diletakkan dalam posisi
terbalik, dan diinkubasi selama 4 hari.

2.3.4 Diagram Alir


2.3.4.1 Sterilisasi petridish
Petridish
- Dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir
- Dikeringkan dengan tisu
- Dilap dengan tisu yang sudah diberi alkohol 96%
- Diletakkan dalam posisi terbalik

Hasil

Gambar 2.2 Diagram Alir Sterilisasi Petridish


II-11

2.3.4.2 Pembuatan Media Padat

Daging Belut dan Sawi Putih

- Dicuci bersih dan ditimbang sebanyak 100 gram


- Dimasukkan ke dalam panci dan ditambahkan akuades sebanyak 250
mL
- Direbus sampai terbentuk kaldu

Kaldu Daging Belut dan Sawi Putih

- Disaring dan dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL


- Diambil sebanyak 100 mL dan dimasukkan ke dalam panci
- Dipanaskan dan ditambahkan 3 gram NaCl, 3 gram pepton dan 3 gram
agar-agar
- Diaduk hingga mendidih dan patogen
- Dimasukkan ke dalam petridish

Petridish

- Dibungkus dengan kertas HVS


- Dimasukkan kedalam oven selama 15 menit dengan suhu 121oC
- Didinginkan hingga suhu petridish sama dengan suhu ruangan dan
media agar memadat
Hasil

Gambar 2.3 Diagram Alir Pembuatan Media Padat


II-12

2.3.4.3 Penanaman
Jarum ose
- Dibersihkan dengan tisu yang telah diberi alkohol 96%
- Dipijarkan dengan matches
- Didiamkan selama 10 detik
- Dicelupkan ke dalam bakteri EM4
- Digoreskan secara zig-zag pada media padat dalam petridish
-
Petridish

- Ditutup dengana kertas HVS dan dibungkus dengan gelang


karet
- Diletakkan dalam posisi terbalik
- Diinkubasi selama 4 hari

Hasil

Gambar 2.4 Diagram Alir Penanaman


2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Media Penanaman
No. Gambar Keterangan
1. Nutrien agar daging belut + EM4
pada hari pertama inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Normal
- Warna : Cokelat muda
- Koloni : Belum ada

2. Nutrien agar sawi putih + EM4


pada hari pertama inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Normal
- Warna : Cokelat muda
- Koloni : Belum ada

3. Nutrien agar daging belut + EM4


pada hari kedua inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Normal
- Warna : Cokelat keruh
- Koloni : Belum ada

4. Nutrien agar sawi putih + EM4


pada hari kedua inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Normal
- Warna : Cokelat
- Koloni : Belum ada

II-13
II-14

5. Nutrien agar daging belut + EM4


pada hari ketiga inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Mulai busuk
- Warna : Cokelat keruh
- Koloni : Mulai berkembang

6. Nutrien agar sawi putih + EM4 pada


hari ketiga inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Mulai busuk
- Warna : Cokelat pekat
- Koloni : Mulai berkembang

7. Nutrien agar daging belut + EM4


pada hari keempat inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Busuk
- Warna : Cokelat keruh
- Koloni : Sangat berkembang

8. Nutrien agar sawi putih + EM4 pada


hari keempat inkubasi.
Pengamatan:
- Bau : Busuk
- Warna : Cokelat pekat
- Koloni : Sangat berkembang

2.4.2 Pembahasan
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme
yang hidup. Adanya pertumbuhan mikro menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri
masih berlangsung dan tak sempurnanya proses sterilisasi (Nadhira, 2019).
Percobaan ini
II-15

bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media dan cara pembuatannya, mengenai


beberapa cara sterilisasi dan memperoleh alat dan bahan yang steril.
Sterilisasi memiliki metode dengan kimia ataupun fisika. Sterilisasi secara
kimia merupakan metode dengan cara uap formaldehida yang digunakan untuk
sterilisasi filter HEPA pada dosis. Sedangkan sterilisasi secara fisika yaitu metode
dengan pemanasan kering yang meliputi pemijaran dengan memanaskan alat-alat
dari bahan logam atau kaca dan hot air oven dengan menggunakan benda-benda
dari kaca atau gelas serta metode dengan pemanasan basah yang meliputi autoklaf
manual yang menggunakan ketinggian air (Tille, 2017). Pada percobaan ini
dilakukan sterilisasi secara fisika dengan metode pemanasan kering yang
menggunakan oven pada suhu 121°C karena pada suhu tersebut endospora dapat
lebih mudah dibunuh dan teknik pemanasan langsung yang digunakan untuk
mensterilkan jarum ose sebelum digoreskan pada media. Sedangkan teknik
sterilisasi secara kimia dengan menggunakan alkohol 96% juga dilakukan pada
percobaan ini. Alkohol digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik.
Alkohol memiliki langkah disinfektan menengah dimana mikroorganisme yang
dibunuh kebanyakan bakteri vegetatif, arus dan sebagian besar jarum
(Dwijosaputro, 1994).
Media merupakan media mengandung semua komponen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme dan komponennya tidak diketahui dengan pasti. Media ini
umumnya kaya akan nutrisi sehingga membantu pertumbuhan mikroorganisme
yang diinginkan (Hidayat, 2008). Media yang digunakan dalam percobaan ini
adalah kaldu dari belut dan sawi putih. Media yang dibuat adalah media padat
yaitu meat ekstrak dengan tambahan 3 gram NaCl, 3 gram pepton dan 3 gram
agar-agar. Menurut Astriyani (2014) fungsi larutan NaCl antara lain sebagai
sumber mineral. NaCl juga dapat mengurangi kelarutan oksigen sehingga mikroba
aerob dapat dicegah pertumbuhan dan sebagai sumber nitrogen pada media
pertumbuhan bakteri pepton berfungsi sebagai sumber nitrogen pada pertumbuhan
mikroorganisme. Menurut Hadioetomo (1993) agar-agar tidak dapat dijadikan
bahan makanan bagi mikroorganisme sehingga agar-agar hanya sebagai bahan
pemadat media.
II-16

Percobaan ini menggunakan bakteri EM4 sebagai inokulan. Menurut


Yuniwati (2012) Efektive mikroorganisme-4 atau EM4 adalah suatu kultur
campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai inokulan. Bakteri mineral yang terdapat di dalam EM4 adalah
lactobacillus SP. Bakteri selarut fosfat, ragi, K2O, actin micetes, bakteri
fotosintetik, E-Coli, salmonella, c-organik, nitrogen, aluminium, kalsium, zat
besi, magnesium, dan lainnya. Bakteri ini dipindahkan dari kultur murni
menggunakan jarum Ose yang digoreskan secara zig-zag yang bertujuan agar
mendapatkan koloni bakteri yang banyak dan metode gores merupakan metode
yang paling lazim digunakan sebab hemat waktu dan biaya (Rels, 2011).
Teknik penanaman (inokulasi) adalah memindahkan bakteri biakan murni
ke biakan yang akan ditumbuhi bakteri (Hidayat, 2008). Sebelum dilakukan
proses penanaman, langkah pertama yaitu media ditanami bakteri haruslah steril
agar mencegah adanya kontaminasi. Media di oven dengan suhu 121° C selama
15 menit dan didinginkan sampai suhu ruangan. Hal ini bertujuan agar media
memadat dan meninggalkan kadar air yang tersisa (Agustin, 2001). Jarum ose
yang digunakan harus dalam kondisi steril yang sebelumnya di lap dengan alkohol
96% menggunakan tisu dan dibakar hingga berpijar. Setelah itu, jarum ose
dicelupkan ke dalam bakteri EM4 dan digoreskan ke dalam petridish yang berisi
media dengan baik dan bersuspensi (Hidayat, 2008). Selama inkubasi 4 hari
petridish di posisikan terbalik agar uap air yang ada tidak kembali jatuh pada
petridish sehingga tidak ada kerusakan media (Agustin, 2001).
Pengamatan dilakukan selama 4 hari dan didapatkan bahwa kedua media
yang ditanami bakteri memiliki respon positif terhadap pertumbuhannya. Bakteri
EM4 bisa tumbuh pada kaldu daging belut dan sawi putih karena mengandung
nutrisi yang cukup seperti protein pada daging belut dan sawi putih. Hal ini
ditandai dengan adanya koloni bakteri yang terlihat pada media pertumbuhannya.
Hari pertama tidak ada koloni bakteri yang terlihat tumbuh pada nutrien agar
daging belut dan sawi putih. Berbau normal dan berwarna cokelat muda pada
kedua media. Hari kedua nutrien agar daging belut dan juga sawi putih masih
II-16

sama dengan hari pertama tidak pada perkembangan koloni, namun terjadi
perubahan warna pada
II-17

nutrien daging belut dan sawi putih yang awalnya cokelat muda berubah menjadi
cokelat keruh. Di hari ketiga nutrien daging belut dan sawi putih sudah mulai
terjadi perkembangan koloni, ada perubahan bau dimana pada kedua nutrien mulai
berbau busuk serta tidak ada perubahan warna. Pada hari terakhir nutrien agar
daging belut dan sawi putih jumlah koloni sangat berkembang dan warnanya sama
seperti hari ketiga cokelat keruh serta berbau busuk. Bau busuk pada nutrien
disebabkan oleh keadaan yang asam dimana hal ini menyebabkan banyak bakteri
yang tumbuh di dalamnya.
Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa media yang banyak pertumbuhan
bakterinya adalah sawi putih, yang dimana pada fasa pemula yaitu hari pertama
dan kedua pertumbuhan koloni pada saya putih yang masih mengalami fasa
adaptasi bakteri terhadap yang baru sehingga pertumbuhan belum maksimal. Pada
hari ketiga dan keempat pertumbuhan koloni pada media sawi putih mengalami
fase pembiakan cepat, dimana masa pertumbuhan bakteri mencapai maksimum
(Setrowati dan Furganita, 2007) dan juga hal ini dikarenakan pada media sawi
putih memiliki nutrisi karbohidrat sebanyak 2,3 gram dan protein sebanyak 4,2
gram yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tersebut
(Astawaman, 2004). Jumlah bakteri pada media sawi putih lebih banyak dari
media daging belut. Koloni pada daging belut lebih sedikit karena ketika
mengambil bakteri EM4 jarum ose yang digunakan masih terlalu panas hingga
sekitar 90°C - 100°C bakteri EM4 masih belum siap atau mati sebelum proses
penanaman (Daniel, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu nutrisi,
tinggi kesterilan dan suhu optimal. Nutrisi diperlukan oleh mikroorganisme untuk
mendapatkan energi untuk tumbuh. Tingkat kesterilan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri. Semakin steril maka semakin baik karena tidak ada
kontaminasi lain yang mengganggu pertumbuhan. Setiap bakteri memiliki suhu
optimal karena mereka dapat tumbuh sangat cepat (Gamma dan Steringan, 1994).
2.5 PENUTUP

2.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Media yang digunakan dalam media padat yang dibuat dari ekstrak daging
belut dan ekstrak sawi putih yang ditambahkan NaCl, pepton, agar-agar dan
bakteri EM4.
2. Teknik sterilisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah sterilisasi
menggunakan alkohol 96% dan pemanasan secara langsung menggunakan
oven.
3. Penanaman bakteri EM4 dilakukan dengan teknik penggoresan secara zig-zag
pada media dalam petridish. Dari percobaan ini menghasilkan respon positif
yang ditandai dengan tumbuhnya bakteri disalah satu media yaitu pada sawi
putih, sedangkan pada daging belut gagal. Pada sawi putih terdapat
perubahan bau yang awalnya normal menjadi busuk pada hari keempat yang
terjadi perubahan warna dari cokelat bening menjadi cokelat lebih pekat.
Koloni terakhir yang tumbuh pada sawi putih cukup pesat.

2.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah bisa menggunakan
bahan dan media tanam yang lebih beragam. Misalnya menggunakan daging ikan
nila, daging ayam, toge, ubi – ubian dan lain-lain. Sedangkan untuk medianya
yaitu bisa menggunakan media cair contohnya Nutrient Broth dan semi padat
contohnya Sulfid Indol Motilty (SIM).

II-18
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D. (2007): Media Agar Ide Besar Istri Peneliti.


http://www.academia.edu
Diakses pada tanggal 1 September 2021

Agustin, W. G. (2001): Usaha Pembiakan Jamur. PT. Niaga Swadaya. Jakarta

Astamawan. (2004): Produksi Touge di Indonesia dan Persebarannya. Andi


Offest. Yogyakarta

Astriyani, Ni Kadek N. K. (2014): Keragaman dan Dinamika Populasi Lalat


Buah (Diptera : Tephritidae) yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan di
Bali. Tesis Program PASCA SARJANA Universitas Udayana

Bhana. N, Zanwar Aarti S, Triverdi V., Jain D. (2013): A Review : Steam


Sterilisation A Method Of Sterilization. Journal Biol Sei Opin. 1(2).138 -
141

Bibiana, W dan Hastowo, S. (1992): Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta

Boleng, D. T. (2015): Bakteriologi : Konsep - Konsep Dasar. UMM Press.


Malang

Cahya, Vita. W.B. (2016): Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan


Keberadaan Bakteri Udara Diruang Kelas. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang

Daniel. (2010): Pengertian XAMEP dan Fungsinya.


http://www.kursuswibsitie.org

II-18
Diakses pada tanggal 10 september 2021

Dwijosaputro, D. (1994): Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang

Fardiaz, S. (1992): Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Frobisher. (1974): Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan


Mikroorganisme. UGM Press. Yogyakarta

Hadioetomo, R.S. (1993): Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium


Mikrobiologi. Gramedia. Jakarta

Hidayat, Nur. (2008): Mikroorganisme dan Pemanfaatannya.


http://www.books.google.ac.id
Diakses pada tanggal 10 september 2021

Kobayashi, R. Takasida, M. Suzuki T. Kirimura K. dan Usami S. (1997):


Neoagaroblose as a Nouel Mouisturizer with Whitening Effect. Journal
Biosci Biotechnologi

Laoli, Eka K. (2015): Respon Petani Terhadap Kegiatan Optimalisasi


Pemanfaatan Perancangan Melalui Konsep Wawasan Rumah Pangan
Lestari. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Ma'at, S. (2009): Sterilisasi dan Desinfeksi. Universitas Airlangga. Surabaya

Meriatna, M. Suryati S. dan Aulia Fahri. (2018): Pengaruh Waktu Fermentasi dan
Volume Bio Aktivator Em4 Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Limbah Buah - Buahan. Jurnal Teknologi Kimia

Nadhira, P. S. (2019): Mikrobiologi Dasar.

II-18
http://faperta.anhdar.ac.id
Diakses pada tanggal 10 september 2021

Rels, Eric. (2011): The Lean Startup. Bentang. Yogyakarta

Riadi, M. (2016): Pertumbuhan Bakteri.


http://www.kajianpustaka.com
Diakses pada tanggal 13 September 2021

Rukmana, R. (2007): Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisus. Yogyakarta

Setrawati dan Furganita. (2007): Biologi Interaktif. Anaka Press. Jakarta

Siswono. (2003): Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin.


https://www.gizi.net
Diakses pada tanggal 10 September 2021

SMART LAB. (2019): MSDS Natrium Klorida.


http://smartlab.co.id/assets/pdf/
MSDS_SODIUM_CHLORIDE_(INDO).pdf
Diakses pada tanggal 10 September 2021

Sutedjo. (1991): Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta

Tille, Patricia M. (2017): Bailey dan Scotts Diagnostic Microbiology Fourtreenth


Edition. Ciserier. Nunkolo

Waluyo, L. (2005): Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Widodo, L.U. (2016): Dasar-Dasar Praktikum Biologi. Universitas Terbuka.


Jakarta

II-18
Winarni, D. (1997): Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS. Surabaya

Yuniwati, M. (2012): Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos Dari Sampah


Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi.
Vol. 5 No. 2

II-18

Anda mungkin juga menyukai