Anda di halaman 1dari 57

PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM INDERA
Keperawatan Medikal Bedah

Nur Muji A
Overview
a. Mata
b. Telinga
c. Hidung
Pengkajian
Pengkajian Mata dan THT
Riwayat Kesehatan
• Perawat mengumpulkan data riwayat kesh mengkaji
status / masalah kesh skrg, dahulu dan klg,kemudian
menggunakan pola PQRST dlm mengumpulkan data yg
lebih lengkap ttg setiap keluhan pasien (morton,1991)
• Pertanyaan2 penting yg dpt digunakan utk
mengumpulkan data al:
a. Apakah px pernah mendapatkan trauma kepala,
pembedahan kepala, rahang atau muka?
b. Apakah px pernah mengalami sakit kepala?
Lanjutan...

c. Apakah px pernah mengalami bengkak dimuka,rahang


atau proses mastoid?
d. Apakah pernah mengalami infeksi atau nyeri tekan
pada sinus?
e. Adakah cairan yg keluar dari hidung, perdarahan
hidung,luka pd mulut, kesulitan mengunyah/ menggigit,
perub suara, alergi yang menyebabkan sulit bernafas
atau kerongkongan seperti tersumbat, cidera pada
leher dan pembedahan pada leher?
1. Mata
Anatomi Mata
Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam
dlm rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yg tampak pd
bagian luar.
1. Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
mjd tempat melekatnya bola mata
2. Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
a. muskulus rektus superior : menggerakan mata ke
atas
b. muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke
bawah
3. Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan
cahaya
4. Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yg
memungkinkan lensa utk beroakomodasi, kemudian berfungsi
juga untuk mengsekreskan aqueus humor
Lanjutan...
5. Iris : Mengendalikan cahaya yg masuk ke mata melalui
pupil, mengandung pigmen.
6. Lensa : Memfokuskan pandangan dg mengubah
bentuk lensa
7. Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yg mengandung
sel kerucut
8. Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian
dlm bola mata
9. Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga
bentuk bola mata
10. Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Pemeriksaan fisik mata
• Tujuan pengkajian mata adalah utk mengetahui bentuk dan
fungsi mata
• Inspeksi
Bagian2 mata yang perlu diamati adalh bola mata, kelopak
mata,konjungtiva,sklera dan pupil.
a. Amati bola mata terhadap adanya kelainan gerakan
mata, medan penglihatan dan fisus
b. Amati kelopak mata, perhatikan terhadap bentuk
dan setiap ada kelainan dengan cara sebagai berikut:
1.) Anjurkan pasien melihat kedepan
2.) Bandingkan mata kanan dan kiri
3.) Anjurkan pasien menutup kedua mata
4.) Amati bentuk dan keadaan kulit pd kelopak mata serta
pd bagian pingggir kelopak mata, catat setiap ada
kelainan misalnya adanya kemerah merahan.
5.) Amati pertumbuhan rambut pd kelopak mata terhadap
ada atau tidaknya bulu mata,dan posisi bulu mata
6.) Perhatikan keluasan mata dpt membuka dan catat
bila ada droping kelopak mata atas atau sewaktu mata
membuka (ptossis)

C. Amati konjungtiva dan sklera dengan cara sebagai


berikut:
1.) Anjurkan px utk melihat lurus kedepan
2.) Amati konjungtiva, utk mengetahui ada tidaknya
kemerah-merahan, keadaan vaskularisasi serta lokasinya
3.) Tarik kelopak mata bagian bwh kebwh dg menggunakan
ibu jari
4.) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva
bagian bawah,catat bila didapatkan infeksi atau pus atau
bila warnanya tidak normal misalnya anemik
5.) Bila di perlukan amati konjungtiva bagian atas yaitu
dengan cara membuka atau membalik kelopak mata atas
dengan perawat berdiri di belakang pasien
6.) Amati warna sklera waktu memeriksa konjungtiva yang
pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikhterik
D.Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil.
Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi
pupil terhadap cahaya.

Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor).


Pupil mengecil; disebut miosis, amat kecil disebut
pinpoint. Pupil yang melebar / dilatasi disebut midriasis
Inspeksi Gerakan Mata
a. Anjurkan px untuk melihat lurus kedepan
b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara
spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula
lambat bergerak kesatu arah, kemudian dgn cepat kembali ke
posisi semula
c. Bila ditemukan adanya nistagmus, maka amati bentuk,
frekuensi (cepat atau lambat), amplitudo (luas atau sempit) dan
durasinya (hari/minggu)
d. Amati apakah kedua mata memandang lurus kedepan atau
salah satu defiasi
e. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar
15-30 cm
f. Beritahu p untuxk mengikuti gerakan jari anda dan jaga posisi
kepala pasien tetap. gerakan jari anda kedelapan arah , untuk
mengetahui fungsi enam otot mata
Inspeksi Medan Penglihatan
a. Berdirilah didepan pasien
b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa
c. Beritahu px utk melihat lurus kedepan dan memfokuskan
pd satu titik pandang , misalnya hidung anda
d. Gerakan jari anda pada suatu garis vertikal atau dari
samping , dekatkan kemata pasien secara perlahan lahan
e. Anjurkan pasien untuk memberitahu sewaktu mulai
melihat jari anda
f. Kaji mata sebelahnya
PEMERIKSAAN NERVUS OPTIKUS
• TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)
– Syarat : kooperatif

• PENGENALAN WARNA
– Syarat : kooperatif

• LAPANG PANDANG PENGLIHATAN


– Syarat : kooperatif

• PEMERIKSAAN FUNDUS (PAPIL)


– Syarat : lensa jernih (tdk katarak), bisa
pada pasien koma
Pemeriksaan Visus
• Siapkan kartu snellen atau kartu yang lain untuk pasien
dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak
• Atur tempat duduk px dg jarak 5-6 m dari kartu snellen
• Atur penerangan yg memadahi shg kartu dpt dibaca dg
jelas
• Beritahu px untuk menutup mata kiri dg satu tangan
• Pemeriksaan mata kanan dg cara pasien disuruh
membaca huruf yang paling besar menuju huruf yg kecil
dan catat tulisan terakhir yg masih dpt di baca oleh px
• Selanjutnya pemeriksaan mata kiri
Cara Menilai Visus
• Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6,
maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
• Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal, cek pada 1 baris tersebut
• Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dg false 1.
• Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak
pada baris tersebut dengan false 2.
• Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah
huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di
atas baris yang tidak dapat dibaca.
• Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti
visusnya terdapat pada baris di atasnya.
• Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan
menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan
titik pada penglihatan pasien)
• Bila visus tetap berkurang => berarti bukan
kelainan refraksi
• Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya =>
berarti merupakan kelainan refraksi
• Pada penjelasan diatas menggunakan istilah 20/20 yang
sama artinya dengan 6/6 yang sering digunakan di
Indonesia; 20/20 menggunakan satuan kaki sedang 6/6
menggunakan meter; Jika pembaca ingin menggunakan
satuan meter, dapat mengkalikan bilangan 20 dengan 30
dan membaginya 100 (1 kaki sama dengan 30cm )
• Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki =
normalnya 20/20.
Misal, pasien dapat membaca semua huruf pada baris ke
8. Berarti visusnya normal
• Bila hanya membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 =>
visusnya 20/30 dengan false 2.
Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki
sedangkan pasien hanya dapat membacanya pada jarak
20 kaki.
• Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 =>
visusnya 20/40
• Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek
baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas.
• Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan
penghitungan jari.
• Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart
=> 5 atau 6 m
• Dapat menghitung jari pada jarak 6 m =>
visusnya 6/60
• Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6
m, mka maju 1 m dan lakukan penghitungan
jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya
5/60.
• Begitu seterusnya, bila tidak dapat
menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m,
sampai 1 m di depan pasien.
• Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak
tertentu, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.
• Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Bila
pasien dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300
• Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka
dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen
light'
Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~.
Tentukan arah proyeksi :
• Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar
yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk
mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus
pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.
• Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.

Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0


Tes Buta Warna
• Buta warna adalah ketidakmampuan seseorang
mengenali warna dengan cara biasa,baik satu atau pun
seluruh warna
• Penyebab buta warna adalah adanya kelainan maupun
gangguan dan kerusakan pada sel kerucut di dalam retina
mata (menyebabkan buta warna dan tidak mampu
menangkap spektrum warna tertentu)
Klasifikasi Buta Warna
• Buta warna total: hanya bisa mengenali dua warna saja
yaitu hitam dan putih (tidak ada pigmen warna pada retina
• Buta warna parsial: px mengalami defisiensi
(kekurangan) pigmen sel warna di dalam sel retina
matanya shg tidak mampu membedakan warna-warna
tertentu
• Paling sering kekurangan pigmen merah dan hijau atau
campurannya
• Ada jg yg kekurangan pigmen biru dan kuning
2. Telinga
Anatomi Telinga
Telinga Luar
• Aurikula (daun telinga) Terdiri dari tulang rawan (kartilago)
yang dibungkus kulit. Fungsi utama aurikula adalah untuk
menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke
dalam MAE.
• Meatus auditorius eksternus (saluran telinga) merupakan
saluran ke dalam os temporale dan membentuk kurva
yang condong ke atas dan ke bawah. Fungsinya sebagai
buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperatur
yang dapat mengganggu elastisitas membran timpani.
Telinga Tengah
adalah rongga yang berisi udara dalam tulang temporal yg
tdd:
a. Membran timpani (gendang telinga),
b. tulang pendengaran terdiri dari: meleus inkus dan
stapes.
c. tuba eustachi Bermula dari ruang tympani ke arah
bawah sampai nasofaring
Telinga dalam berfungsi utk mempertahankan
keequlibrium.
a. Koklea, adalah berbentuk seperi rumah keong dg
struktur dua setengah putaran.
b. Utrikulus dan sakulus adalah kantong membranosa
disuatu daerah yang disebut vestibulum yg terletak di
antera koklea dan kanalis semisirkularis.
c. Kanalis Semi Sirkularis adalah membrane lonjong yang
berisi cairan yang terdiri dari 3 duktus semiserkular,
masing-masing berujung pada ampula. Pada ampula
terdapat sel rambut, krista dan kupula Berkaitan dengan
sistem keseimbangan tubuh dalam hal rotasi.
Pemeriksaan Fisik (Inspeksi dan Palpasi)
1. Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-
anak dapat diatur duduk dipangkuan orang lain
2. Atur posisi anda duduk menghadap sisi telinga pasien yang
akan diuji
3. Untuk pencahayaan, gunakan auriskop, lampu kepala, atau
sumber cahaya yang lain sehingga tangan anda akan bebas
bekerja
4. Mulai amati telingsa luar, periksa ukuran, bentuk, warna, lesi
dan adanya massa pada pinna
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan memegang telinga
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
6. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari
jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada
nyeri
Lanjutan...
7. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang
telinga dibawah daun telinga. Bila ada peradangan,
pasien akan merasa nyeri
8. Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan
9. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga bagian
dalam harus dibawah pengawasan instruktur yang
berpengengalaman dan menguasai teknik pengkajian
telinga bagian dalam
10. Pegang bagian pinggir daun telinga / heliks dan secara
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang
sehingga lubang telinga menjadi lurus dan mudah untuk
di amati. Pada anak-anak daun telinga ditarik ke bawah
Lanjutan...
11. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada
atau tidaknya peradangan, perdarahan atau kotoran
12. Dengan hati-hati masukkan otoskop yang menyala ke
dalam lubanng telinga.
13. Bila letak otoskop sudah tepat, arahkan mata anda
pada eyepiece
14. Amati adanya kotoran, serumen, peradangan atau
adanya benda asing pada dinding lubang telinga
15. Amati bentuk, warna, transparansi, kilau, perforasi atau
adanya darah / cairan pada membran timpani
Pemeriksaan Pendengaran
• Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui
fungsi telinga, secara sederhana pendengaran dapat
diperiksa dengan menggunakan suara bisikan.
• Pendengaran yang baik akan dengan mudah diketahui
dengan adanya bisikan.bila pendengaran dicurigai tidak
berfungsi baik, pemeriksaan yang lebih teliti dapat
dilakukan dengan garputala atau tes audiometri (oleh
spesialis)
Cara pemeriksaan pendengaran
dengan bisikan
1. Atur posisi px berdiri membelakangi anda pd jarak
sekitar 4,5-6 meter
2. Anjurkan pasien utk menutup salah satu telinga yg tidak
diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan (mis: tujuh enam)
4. Beritahu pasien utk mengulangi bilangan yg didengar
5. Periksa telinga sebelah dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan
kiri pasien
Cara pemeriksaan pendengaran
menggunakan jam tangan
1. Pegang sebuah jam tangan di samping telinga pasien
2. Minta px menyatakan apakah mendengarkan detakan
jam tangan
3. Pindah posisi jam tangan perlahan-lahan menjauhi
telinga dan minta px menyatakan bila tidak mendengar
lagi detak jam tangan tersebut. Normalnya detak jam
tangan masih dapat didengar sampai jarak 30 cm dari
telinga
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri
Cara pemeriksaan pendengaran
dengan Garpu Tala
Pemeriksaan Weber
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga penderita
• Vibrasikan garpu tala
• Letakkan garputala ditengah2 puncak kepala px, dapat
pula pd dagu atau pd gigi insisivus
• Tanya pasien ttg telinga yg tidak mendengar atau
mendengar suara getaran lebih keras. Normalnya kedua
telinga dapat mendengar secara seimbang shg getaran
dirasakan di tengah-tengah kepala
• bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke
sisi telinga tsb
• Bila kedua telinga tak mendengar atau sama2 mendengar
berarti tdk ada lateralisasi
• Interpretasi :
• Normal : tdk ada lateralisasi
• Tuli konduksi : mendengar lebih keras pd telinga yg sakit
• Tuli sensorineural : mendengar lebih keras pd telinga yg
sehat
Pemeriksaan Rinne
a. Tujuan : membandingkan hantaran udara dan tulang
pada telinga yg diperiksa
b. Vibrasikan garpu tala
c. Letakkan garpu tala pada mastoid kanan pasien
d. Anjurkan pasien memberitahu sewaktu tidak
merasakan getaran lagi
e. Angkat garputala dan pegang didepan telinga kanan
pasien dengan posisi garpu tala paralel terhadap
lubang telinga luar pasien
f. Anjurkan pasien untuk memberitahu apakah masih
mendengar suara getaran atau tidak. Normalnya suara
getaran masih dapat didengar karena konduksi udara
lebih baik daripada konduksi tulang
• Apabila px masih mendengar, berarti rinne positif dan
sebaliknya..
• Interpretasi :
• Normal : rinne positif
• Tuli konduksi : rinne negatif
• Tuli sensori neural : rinne positif
Pemeriksaan schwabach
• Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara
penderita dg pemeriksa yg pendengarannya normal
• Garputala dibunyikan, kemudian tungkainya diletakkan
tegak lurus pd planum mastoid pemeriksa, bila sudah tdk
mendengar, secepatnya garputala dipindahkan ke
mastoid penderita
• Bila penderita msh mendengar maka schwabach
memanjang, tetapi jk tdk mendengar,bisa memendek atau
normal
Lanjutan...
• Utk membedakan kedua kemungkinan ini, maka tes
dibalik, yaitu tes penderita dulu baru pemeriksa
• Garputala dibunyikan,kmdn diletakkan tegak lurus pd
mastoid px, bila penderita sdh tdk mendengar,
secepatnya dipindahkan pd mastoid pemeriksa, bila
pemeriksa tdk mendengar berarti sama2 normal, bila
pemeriksa msh mendengar berarti schwabach penderita
memendek
• Interpretasi :
• Normal : schwabach sama dengan pemeriksa
• Tuli konduksi : schwabach memanjang
• Tuli sensorineural : schwabach memendek
Pemeriksaan
3. Hidung
Pemeriksaan Fisik (Inspeksi Palpasi)
Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi
sinus-sinus
1. Duduk menghadap pasien
2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi
depan, samping dan sisi atas. Perhatikan bentuk atau tulang
hidung dari ketiga sisi ini
3. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung
4. Amati kesimetrisan lubang hidung
5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat
bila ditemukan ketidaknormalan kulit atau tulang hidung
6. Kaji mobilitas septum nasi
7. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmodialis.
Perhatikan adanya nyeri tekan
Inspeksi Bagian dalam
• Duduk menghadap pasien
• Pasang lampu kepala
• Atur lampu sehingga tepat menerangi lubang hidung
• Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan
hidung secara lembut dengan ibu jari, kemudian amati
bagian anterior lubang hidung
• Amati posisi septum nasi dan kemungkinan adanya
perfusi
• Amati bagian konka nasalis inferior
• Pasang ujung spekulum pada lubang hidung sehingga
rongga hidung dapat diamati
Lanjutan...

• Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung, atur


posisi kepala sedikit mengadah
• Dorong kepala mengadah sehingga bagian rongga atas
hidung mudah diamati
• Amati bentuk dan posisi septum, kartilago, dan dinding-
dinding rongga hidung serta selaput lendir pada rongga
hidung
• Bila sudah selesai, lepas spekulum secara perlahan-
lahan
• Bila px mengalami keluhan yang diatas tanyakan kembali
apakah terjadi terus menerus , kpn terjadinya dan mengapa
sampai terjadi.
• Untuk px anak2, orang tua ditanya apakah anak sering
menghisap jempol,kpn giginya tumbuh,dan apakah tonsil nya
membesar .
• Pd px usia lanjut perlu ditanya bagaimana keadaan
penglihatannya, pendengaran dan apakah pasien memakai
gigi palsu.
• Pola pemeliharaan kesh dikaji dg menanyakan kebiasaan
pasien misalnya, kebiasaan merokok,apakh sering pusing atau
tegang pada leher,apakah banyak duduk dalam
pekerjaan,apakah lingkungan pekerjaan mpy resiko yg sangat
besar menimbulkan cidera kepala,bagaimana kebiasaan
menjaga mulut mata telinga dll.
• Px jg ditanya apakah masalah kepala atau organ2 yg terkait
mempengaruhi perasaan peranan serta dlm berhub dg orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai