Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakangmasalah

Dalam dua tahun terakhir ini, kematian akibat trauma meningkat setiap

tahunnya, data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun

2012 terjadi 109.038 kasus trauma akibat kecelakaan dengan korban meninggal

dunia sebanyak 27.441 orang. Sedangkan pada 2011 terjadi kasus trauma akibat

kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 31.185

orang (Anonim, 2016). Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Sanglah tercatat

pada tahun 2015 menyatakan bahwa dari total 2755 tindakan di ruang operasi IRD

RS Sanglah, didapatkan 720 kasus cedera kepala, 455 dengan fraktur ekstremitas

dan 64 kasus dengan trauma abdomen, sisanya berkaitan dengan

kegawatdaruratan bedah non trauma (Anonim,2015).

Trauma abdomen terutama yang terjadi sebagai akibat trauma tumpul pada

abdomen dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada semua usia, akan

tetapi jenis trauma ini merupakan keadaan yang cukup memberikan tantangan

bagi setiap departemen gawat darurat maupun bagi tenaga medis yang bekerja

pada departemen tersebut dikarenakan oleh presentasi maupun gejala klinis yang

sangat bervariasi pada setiap kasus yang terjadi. Adanya perbedaan antara gejala
yang didapatkan dengan trauma yang sesungguhnya pada banyak kasus yang

terjadi membutuhkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat. Perludiingat

bahwa cedera yang tampak ringan pada beberapa kasus dapat menjadi suatu penyebab

trauma mayor pada organ-organ intraabdomen, sehingga deteksi yang cepat pada pasien

dengan trauma abdomen menjadi suatu tujuan utama untuk dapat memeperbaiki kondisi

pasien serta mendapatkan hasil tatalaksana yang maksimal. (Bodhit, Bhagra, dan Stead,

2011)

Trauma dapat menyebabkan koagulopati dini terutama pada pasien dengan

syok dengan ditandai dengan adanya antikoagulasi sistemik dan hiperfibrinolisis,

di mana terjadinya syok merupakan faktor inisiasi primer yang terjadi dalam

proses ini ( Brohi, dkk, 2014). Koagulopati merupakan suatu keadaan di mana

terdapat ketidakmampuan dari darah untuk membeku secara normal. Pada pasien

trauma pada umumnya hal ini bersifat multifaktorial dan merupakan suatu proses

akut yang kompleks. Banyak faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya

koagulopati yang disebabkan oleh trauma, di antaranya adalah hipotermia,

asidosis, hipoperfusi, hemodilusi dan pemberian cairan. (Katrancha, Gonzalez,

2014). Timbulnya koagulopati dini harus selalu dipertimbangkan pada seluruh

pasien dengan riwayat trauma terutama pada pasien trauma dengan energi tinggi,

di mana koagulopati dini merupakan fenomena yang umum terjadi pada pasien

dengan trauma sebagai salah satu penanda dari keparahan suatu cedera (Ruiz. C,

Andersen.M, 2013)

Pada fase awal dari trauma, kelainan koagulasi dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan resiko perdarahan yang diikuti oleh fase


hiperkoagulabilitas dan peningkatan resiko terjadinya thrombosis. (Li, Sun,

2015)Respon fisiologi bawaan (innate imunity) dirangsang oleh adanyakerusakan

jaringan, sedangkan kehilangan darah akan menyebabkan terjadinya Acute

Traumatic Coagulopathy (ATC) atau koagulopati dini akibat trauma. Beberapa

faktor dan mekanisme yang menyebabkan koagulopati dini sering disebut sebagai

multifaktorial Trauma Induced Coagulopathy (TIC). (Frith, Davenport, dan Brohi,

2012). Cedera yang berat dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada faktor-

faktor prokoagulan, faktor-faktor antikoagulan, disfungsi dari platelet dan tidak

seimbangnya fungsi fibrinolisis. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya Acute

Coagulopathy of Trauma Shock (ACoTS) maupun Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC) setelah terjadinya trauma dan dapat menyebabkan terjadinya

mortalitas. (Li, Sun, 2015)

Mortalitas yang terjadi akibat suatu trauma menjadi masalah utama yang

terjadi pada sebagian besar pusat pelayanan kesehatan, kematian yang terjadi

cepat pada trauma abdomen seringkali berkaitan dengan perdarahan yang terjadi

pada sebagian besar pasien (MacLeod, dkk, 2003). Pengenalan komponen akut

koagulopati pada pasien trauma abdomen dapat meningkatkan kecepatan dan

ketepatan dalam menegakkan diagnosis awal maupun pemantauan keadaan klinis

serta hemostasis setelah terjadinya trauma. Keaadaan yang menyebabkan

terganggunya keseimbangan hemostatik dimulai pada saat terjadinya trauma pada

pasien. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terjadinya koagulopati pada

pasien dengan multitrauma terjadi akibat kondisi sekunder atau setelah dilakukan

intervensi tertentu, di mana dijelaskan bahwa penyebab primer dari keadaan


koagulopati ini akibat cedera kepala tertutup, transfusi darah masif, dan akibat

resusitasi dengan cairan. (Bodhit, Bhagra, dan Stead,2011)

Berdasarkan penelitian yang dikerjakan oleh Brohi,K, dkk pada tahun

2014 di London melalui studi retrospektif dengan sampel pasien trauma di mana

dilakukan pengambilan data selama 5 tahun sebelum penelitian menunjukkan

bahwa angka mortalitas sebesar 46% pada pasien trauma dengan koagulopati dini,

di mana data tersebut menunjukkan adanya perbedaan 10,9% dari pasien trauma

dengan fungsi pembekuan darah yang normal. ( Brohi, K, dkk, 2014) Penelitian

lain yang dikerjakan oleh Maegele, M pada tahun 2010 di Jerman melalui teknik

pengumpulan data yang didapatkan dari database di mana mortalitas pasien

trauma dengan koagulopati dini sebesar 13% dibandingkan dengan pasien trauma

tanpa koagulopati sebesar 1,5%. ( Maegele, 2010)

Kurangnya kriteria diagnosis yang tepat dalam koagulopati dini akibat

trauma dapat menghambat identifikasi, diagnosis dan penanganan dini.

Pemanjangan Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time

(APTT) telah banyak digunakan untuk melihat faktor resiko terjadinya mortalitas

pada pasien dengan trauma abdomen. Walaupun pemeriksaan ini sangat sederhana

dan telah dapat diterima secara luas, akan tetapi masih ada beberapa keterbatasan

dari penggunaan PT dan APTT untuk memprediksi terjadinya mortalitas pada

pasien dengan trauma abdomen. (Ruiz, Andersen, 2013)

Hubungan yang sebenarnya antara pemanjanganProthrombin Time (PT)

dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dengan mortalitas pada


pasien dengan trauma abdomen yang masih memiliki banyak keterbatasan

penggunaan terutama di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, sehingga tujuan

penelitianiniadalahuntukmengetahuipengaruhprofilkoagulasidini

yaitupemanjangan PT dan APTT pada pasien dengan trauma abdomen terhadap

terjadinya mortalitas di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.

Rumusanmasalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah koagulopati dini merupakan faktor-faktor risiko mortalitas pasien trauma

abdomen?

Tujuanpenelitian

TujuanUmum

Mengetahui koagulopati dinisebagai faktor risiko mortalitas pada

pasien trauma abdomen di Rumah Sakit Sanglah

TujuanKhusus

Mengetahui pemanjangan PT> 14,4 detik merupakan faktor risiko

mortalitas pasien traumaabdomen

Mengetahui pemanjangan APTT> 36 detik merupakan faktor risiko

mortalitas pasien trauma abdomen

Manfaatpenelitian
Merekomendasikan pemeriksaan PT dan APTT untuk memprediksi

mortalitas pasien trauma abdomen.

Anda mungkin juga menyukai