Anda di halaman 1dari 74

REFERAT

PEMERIKSAAN FISIK MATA

Pembimbing:
dr. Teguh Anamani, Sp.M

Disusun oleh :
Mona Septina Rahayu
G4A015141

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
OUTLINE

Pemeriksaan
Pemeriksaan Segmen
Visus Anterior

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Segmen
Lain
Posterior
Pemeriksaan Visus

Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan,


sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari
ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
dari interpretasi di otak (Albert, 2008).

Pemeriksaan visus atau pemeriksaan ketajaman


penglihatan adalah pemeriksaan fungsi mata untuk
mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan (Albert, 2008).
Indikasi
Tajam penglihatan seseorang dapat berkurang pada
keadaan berikut :

Kelainan refraksi seperti miopia (rabun jauh), rabun dekat


(hipermetropia), astigmat atau silendris.

Kelainan media penglihatan seperti kornea, akuos humor,


lensa dan badan yang kaca keruh.

Saraf penglihatan terganggu fungsinya seperti bintik kuning


(makula lutea), saraf optik, dan pusat penglihatan di otak.

(Albert, 2008).
Jenis dan Cara Pemeriksaan Visus

Visus Jauh
Visus jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda
yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.
Contohnya Snellen Chart, Hitung Jari, Lambaian Tangan dan Gelap Terang
(Bruce dan bron, 2006).

Visus Dekat
Visus dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda
benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini
mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina.
Contohnya Reading Card atau Notasi Jaeger (Bruce dan bron, 2006).
Tahapan Pemeriksaan Visus Jauh
• Pemeriksaan dengan chart

• Kemampuan melihat jumlah jari


(hitung jari)

• Lambaian tangan

• Proyeksi sinar
DAFTAR PUSTAKA

• Camara, J.G. & Nguyen, L.T. 2002. Eyelid feature in Asian Patients Can Lead to Unrecognized Entropion. Archives of
Ophthalmology. 120: 1682-1684.
• IDI (Ikatan Dokter Indonesia). 2014. Pedoman Praktik Klinik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. IDI.
• Ilyas, Sidarta., dan Yulianti, Sri Rahayu. 2015. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
• Javed et al. 2015. Senile cataract : serum lipids a modifiable risk factor. Professional Med J :22(4): 500-506.
• Khurana, AK. 2007. Comphrehensive Ophtalmology 4th Edition. New Delhi : New age International Publishing
• Resnikoff, S., Pascolini, D., dan Moriotti, P.S. 2008. Global magnitude of visual impartment cause by uncorrected
refractive error in 2004. Volume 86. Number 1. U.S.A. : Bulletin of World Health Organization.
• Scanlon, V.C., dan Sanders, T. Indra. 2007. Dalam. : Komalasari, R., Subekti, N.B., Hani, A., editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
• Sjamsu, Budiono. 2006. Katarak Senilis. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu Penyakit Mata.
Edisi 3. Surabaya: RSUD Dr.Soetomo.
• Vaughan, D.G., dan Asbury, T. 2008. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.
• Yanoff, M., Duker JS. 2014. Ophtalmology 4th Edition. Philladelphia : Saunders Elsevier
• Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et al. 2006. Lens and Cataract. San Francisco:
Section American Academy of Oftalmology.
Snellen Chart E Chart Simbol

(Bruce dan bron, 2006).


Prosedur
Pasien diminta duduk pada jarak 5 atau 6
meter tepat di depan kartu snellen.

Bila penderita berkacamata mintalah untuk


melepasnya

Pastikan pencahayaan cukup

(Bruce dan bron, 2006).


Mintalah pasien untuk menutup mata kirinya
dengan telapak tangan tanpa tekanan.
Pasien diminta melihat kedepan tanpa
melirik atau mengerutkan kelopak mata

Mintalah penderita menyebutkan huruf atau


karakter lain yang tertera pada optotip
Snellen mulai dari atas sampai ke bawah

(Bruce dan bron, 2006).


Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
• Jika pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 6/6,
maka tidak perlu membaca pada baris berikutnya  visus
normal.
• Jika pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di
atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut.
• Jika cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dengan false 1.
• Jika tidak dapat membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak
pada baris tersebut dengan false 2.
• Jika tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf
yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris
yang tidak dapat dibaca.
• Jika tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat
pada baris di atasnya.
PEMBILANG
TAJAM PENGLIHATAN  Angka :
PENYEBUT

( VISUS )

PEMBILANG : jarak antara orang yang diperiksa dengan


chart.

PENYEBUT : jarak dimana huruf tersebut seharusnya dapat


dilihat atau dibaca orang normal
6/6 : dapat melihat huruf pada jarak
6 m, dimana oleh orang normal
dapat dilihat pada jarak 6 m

6/30 : dapat melihat huruf pada


jarak 6 m, dimana oleh orang normal
dapat dilihat pada jarak 30 m
Bila pasien tidak dapat
melanjutkan lagi bacaan • Dengan pinhole pasien dapat melanjutkan bacaannya
sampai baris normal (20/20) berarti pasien tersebut
huruf di kartu Snellen GANGGUAN REFRAKSI
atau kartu E maka pada • Bila dengan pinhole pasien tidak dapat melanjutkan
mata tersebut dipasang bacaannya mungkin ada kelainan pada mata
PINHOLE
Pemeriksaan Visus Hitung jari

Bila pasien tidak dapat mengenal huruf


terbesar pada chart maka lakukan hitung jari
(counting finger)

(Bruce dan bron, 2006).


– Normalnya jari dapa terlihat pada jarak 60 meter.
– Hendaknya dimulai dari jarak 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, 5
m, 6 m.

– Bila hanya dapat melihat atau menentukan jumlah


jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka
dinyatakan tajam penglihatan 3/60.
– Bila melihat hitung jari pada 1 meter artinya tajam
penglihatan 1/60.
Pemeriksaan Visus Lambaian Tangan

• Bila tidak dapat menghitung jumlah jari,


dilakukan uji lambaian tangan

(Bruce dan bron, 2006).


– Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan
pasien.
– Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas
bawah. Jika pasien dapat menyebutkan arah
lambaian, berarti visusnya 1/300 (Hand Movement)
– Dimana orang normal dapat melihat lambaian
tangan pada jarak 300 m(Bruce dan bron, 2006).
Pemeriksaan Visus Persepsi Cahaya
• Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka
dilakukan penyinaran cahaya

(Bruce dan bron, 2006).


– Jika dapat melihat sinar  visus 1/~
– Jika pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar
yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
– Jika tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
– Jika tidak dapat melihat cahaya  visus = 0 (No Light
Perception)
– Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tak terhingga ( ~ )(Bruce dan bron, 2006).
VISUS KOREKSI
• Tujuan :
– Mengetahui Status Koreksi Visus Pasien
• Syarat :
– Pasien Kooperatif
– Visus > 1/60
• Indikasi :
– Visus Kurang Dari 6/6
– Visus 6/6 Dengan Kecurigaan Hipermetropia
Fakultatif (Yanoff dan Duker, 2014).
LANGKAH VISUS KOREKSI
1. pemeriksaan dilakukan secara monokular terlebih dahulu
dilanjutkan pemeriksaan binokular
2. pemeriksaan dimulai dari mata kanan
3. lakukan pin hole dengan diameter 1 mm atau 3 mm untuk
memanjangkan depth of field dan menghilangkan aberasi
sferis,sehingga dapat diketahui kemungkinan adanya
kelainan refraksi(Yanoff dan Duker, 2014).
LANGKAH KOREKSI JAUH
1. LAKUKAN VISUS DASAR PADA MATA KANAN
2. LAKUKAN PINHOLE UNTUK MENGETAHUI ADANYA
KELAINAN REFRAKSI
3. TAMBAHKAN SPHERIS + 0,25 D ATAU +0,50 D 
1. TETAP JELAS  HIPERMETROPIA FAKULTATIF
2. BERTAMBAH JELAS  HIPERMETROPIA MANIFEST? 
TAMBAH S+0,5 D SECARA BERTAHAP SAMPAI VISUS
KOREKSI TERBAIK
3. BURAM  MYOPIA ?  GANTI S-0,5 D DITAMBAH
BERTAHAP SAMPAI VISUS KOREKSI TERBAIK(Yanoff dan
Duker, 2014).
LANGKAH KOREKSI JAUH
1. BILA KOREKSI MAKSIMAL MASIH BELUM MENCAPAI BARIS 6/6 
PIN HOLE (KE-DUA)
1. MENETAP  NO BETTER CORRECTION
2. LEBIH BAIK  ASTIGMAT?
2. FOGGING (S+2D ATAU S+3D) & KIPAS ASTIGMAT UNTUK MENCARI
AKSIS LENSA SILINDRIS
1. CARA : GARIS PALING TEBAL KEMUDIAN + 90 = AKSIS
3. LEPAS FOGGING LENS
4. CARI KEKUATAN LENSA CILINDER YANG DIPERLUKAN
5. TAMBAHKAN CILINDER + 0,25 D DENGAN AXIS SEPERTI YANG
DITETAPKAN
1. LEBIH BAIK  ASTIGMAT HIPERMETROPIA?  TAMBAH C +0,5 D
SAMPAI DICAPAI VISUS KOREKSI TERBAIK
2. BURAM  ASTIGMAT MYOPIA ?  GANTI C-O,5 D SAMPAI
DIAPAI VISUS KOREKSI TERBAIK(Yanoff dan Duker, 2014).
VISUS DEKAT
• Pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan pada pasien
yang berusia 40 tahun atau lebih.

• Dengan menggunakan lensa sferis positif sesuai


umur kemudian dilakukan pemeriksaan visus jarak
dekat dengan menggunakan kartu jaeger/ jeager
eye chart

• Pemeriksaan biasanya dilakukan dalam waktu 5-10


menit.
(Yanoff dan Duker, 2014).
• Lensa untuk penglihatan jarak dekat biasanya
diberikan berdasarkan patokan umur :

– +1.0 D untuk usia 40 tahun


– + 1.5 D untuk usia 45 tahun
– +2.0 D untuk usia 50 tahun
– +2.5 D untuk usia 55 tahun
– +3.0 D untuk usia 60 tahun
(Yanoff dan Duker, 2014).
Jaeger eye chart
Langkah pemeriksaan:
• Perintahkan pasien untuk duduk
• Pastikan pencahayaan cukup
• Atur posisi antara pasien dan reading chart
(jaegar eye chart) dengan jarak antara chart
dan pasien 20-30 cm dan posisi chart sejajar
dengan mata pasien.
• Gunakan ukuran lensa positif untuk pemeriksaan
pada kedua mata
• Catat jarak penglihatan terdekat yang bisa dibaca
pasien
KETERANGAN Jeager eye chart

• Notasi J1 = paragraf
dengan teks yang paling
kecil.

• Notasi J2 = paragraf
dengan teks sedang

• Notasi J3 = paragraf
dengan teks besar
• Angka 15 pada chart yang ditandai
dengan J1. Nomor ini mewakili
penglihatan 20/15.

• Angka 20 pada chart yang ditandai


dengan J2, untuk penglihatan
20/20.

• Angka 25 pada chart yang ditandai


dengan J3 untuk 20/25

• Semakin besar huruf pada paragraf,


menunjukkan penurunan kejelasan
penglihatan. Standar kejauhan
Jaeger eye chart untuk memeriksa
seseorang adalah 12-14 inci, atau
305-356 mm.
PINHOLE TEST
Tes Pinhole

• Pemeriksaan ini bermaksud untuk


mengetahui apakah tajam penglihatan turun
akibat kelainan refraksi atau kelainan media
penglihatan atau saraf optik.Dengan pinhole
dapat ditentukan dengan cepat dan tepat
apakah koreksi yang telah dilakukan sesuai.
(Yanoff dan Duker, 2014).
• Dasar
• Makin kecil diameter pupil makin bertambah
dalam pandangan (depth of focus).Kelainan
refraksi apapun akan membaik tajam
penglihatannya bila diberi pinhole di depan
mata tersebut.
(Yanoff dan Duker, 2014).
• Teknik
• Pasien duduk menghadap kartu Snellen
dengan jarak 6 meter
• Pasien diminta membaca huruf terakhir
(terkecil) yang masih dapat terbaca pada katu
Snellen
• Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhol
• Pasien diminta membaca kembali kartu
Snellen
(Yanoff dan Duker, 2014).
• Nilai
• Bila dapat dibaca huruf yang lebih kecil daripada huruf
sebelumnya pada kartu Snellen berarti terdapat
kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh
• Bila huruf yang terbaca lebih besar daripada huruf yang
sebelumnya terbaca pada kartu Snellen berarti
terdapat kelainan pada media penglihatan
• Bila tidak ada perbaikan tajam penglihatan dengan
pinhole berarti terdapat kelainan pada media
penglihatan (kornea, lensa, akuos humor, dan badan
kaca) atau kehilangan fungsi makula dan saraf optik.
(Yanoff dan Duker, 2014).
TES PLASIDO
• Cara Pemeriksaan
• Pasien duduk membelakangi sumber cahaya,
pemeriksa di depan pasien.
• Pemeriksa melihat refleks cahaya yang melingkar dari
alat yang jatuh ke kornea pasien, dengan mengintip
melalui lubang tengah alat.
• Pemeriksa maju perlahan hingga gambaran cincin
terlihat di kornea pasien.
• Posisi mata pasien dan pemeriksa harus segaris.
• Pada keadaan normal, terlihat garis lingkaran cincin
hitam dan putih yang reguler di kornea pasien
(Yanoff dan Duker, 2014).
• Gambaran yang menyebabkan iregularitas pada
kornea :
• Astigmatisma
• Keratokonus
• Pterygium
• Scar pada kornea
• Keratoplasty
• Ulkus kornea
• Lilbal dermoid
• Ulkus mooren
Bayangan placido pada kornea Bayangan placido pada kornea
normal astigmatisme reguler
Bayangan placido pada kornea
astigmatisme irregular

(Yanoff dan Duker, 2014).


PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
ORBITA
• Palpasi Rima Orbita
• Nilai Adakah Krepitasi

(Khurana, 2007)
BOLA MATA
HIRSCHBERG TEST
• Senter Di Depan Pasien
Pada Jarak 30 Cm
• Pasien Diminta Untuk
Melihat Senter
• Lihat Jatuhnya Pantulan
Sinar Senter Di Tengah
Kedua Kornea Pasien
PENILAIAN
• Lihat Jatuhnya Pantulan
Sinar Senter Di Kornea
Pasien
• 0 ͦ : Di Tengah Pupil
• 15 ͦ : Di Margo Iris
• 30 ͦ : Di Corpus Iris
• 45 ͦ : Di Iris Root
BOLA MATA
GERAKAN BOLA MATA

• Pasien Diminta Untuk Melihat Dan Mengikuti Gerakan


Senter
• Letakkan Senter Di Depan Pasien  Geser Ke Arah Lateral,
Superolateral, Superior, Superomedial, Medial,
Inferomedial, Inferior, Inferolateral
• Nilai Apabila Ada Hambatan Gerak
Margo Palpebra
Entropion

• Meminta pasien untuk


membuka kedua
matanya.
• Melakukan inspeksi
pada margo palpebra,
dinilai apakah ada
Ektropion entropion atau tidak,
ada ektropion atau
tidak.
Ptosis Palpebra
• Meminta pasien untuk
menutup mata, dinilai
apakah ada lagoftalmus
atau tidak.
• Meminta pasien untuk
membuka mata, dinilai
Lagoftalmus
apakah ada
blefaroptosis atau tidak.
Distichiasis
SILIA
• Meminta pasien untuk
menutup kedua
matanya.
• Melakukan inspeksi
pada cilia, dinilai
apakah ada madarosis
atau tidak, ada trikiasis
atau tidak, ada
distikiasis atau tidak.
Trikiasis
Konjungtiva Palpebra Inferior

Folikel pada konjungtivitis • Meminta pasien untuk


ec viral, chlamydia melirik ke atas.
• Pemeriksa menarik
palpebrae inferior ke
bawah.
• Melakukan inspeksi pada
konjungtiva palpebrae
Hordeolum internum inferior, dinilai apakah
ada secret,
anemis,massa,papil,
folikel
Konjungtiva Palpebra Superior
Papil pada konjungtivitis
alergi, vernal • Untuk memeriksa konjungtiva
palpebrae superior, pemeriksa harus
melakukan eversi (pembalikan) pada
palpebrae superior.
• Meminta pasien untuk melirik ke
bawah dan dagu sedikit dinaikkan.
• Ibu jari pemeriksa diletakkan di
margo palpebra dan telunjuk atau
dapat menggunakan cotton budsyang
- diletakkan di tarsus (± 1 cm di atas
margo palpebra).
• Tarik margo palpebra ke depan,
dorong tarsus ke bawah dan langsung
dibalik menggunakan jempol
• Melakukan inspeksi pada konjungtiva
palpebre superior, dinilai apakah ada
papil atau tidak, ada folikel atau
tidak, ada massa atau tidak.
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva pada konjungtivitis
Bakterialis
• Melakukan inspeksi
pada konjungtiva bulbi
apakah ada injeksi
konjungtiva atau tidak,
ada injeksi silier atau
tidak
Injeksi Silier pada Uveitis Anterior
Perdarahan SubKonjungtiva
Bitot Spot pada xeropthalmia Pterygium
Blue Sklera
Sklera
• Melakukan inspeksi
pada sclera, dinilai
apakah ada ikterik atau
tidak.

Sklera Ikterik
Kornea
• Meminta pasien untuk
Infiltrat pungtata superfisial Pada Keratitis Viral
melihat lurus ke depan.
• Pemeriksa berada di
depan pasien dan
mengarahkan senter
dari depan (sudut 0ᵒ),
inspeksi dan nilai ada
infiltrat atau tidak.
Infiltrat dendritic Pada Keratitis ec Herpes Infiltrat dendritic Pada Keratitis ec Herpes
Simplex Virus Zooster Virus
Infiltrat filamentous Pada Keratitis ec Fungi Infiltrat Ring Pada Keratitis ec Acanthamoeba

Infiltrat putih Pada Keratitis ec Staphylococcus Infiltrat Kuning Kehijauan Pada Keratitis ec
sp. Pseudomonas Aeruginosa
Kornea
Keratic Presipitat nongranulomatosa Pada • Pemeriksa berada di
uveitis anterior
depan pasien dan
mengarahkan senter
dari sudut 45ᵒ, inspeksi
dan nilai ada keratik
presipitat atau tidak.

Keratic Presipitat granulomatosa Pada uveitis


anterior
Keratoconus
Kornea
• Pemeriksa meminta
pasien untuk sedikit
menunduk dan mata
tetap terbuka lebar,
kemudian pemeriksa
berada di samping pasien
dan mengarahkan senter
Keratoglobus dari samping (sudut 90ᵒ),
inspeksi dan nilai apakah
ada keratoconus atau
tidak, ada keratoglobus
atau tidak.
Neovaskularisasi Kornea Arkus Senilis
Camera Oculi Anterior (COA)
Camera Oculi Anterior
• Meminta pasien untuk
melihat lurus ke depan.
• Pemeriksa berada
didepan pasien, namun
senter diarahkan dari
samping mata pasien
(sudut 90ᵒ) , inspeksi dan
nilai jika iris tersinari
semua maka COA dalam,
namun jika iris tidak
tersinari semua maka
COA dangkal.
Camera Oculi Anterior (COA)

Tyndall Efect Pada Kasus Uveitis Anterior


• Pemeriksa berada di
depan pasien dan
mengarahkan senter
dari sudut 45ᵒ ke arah
nasal, inspeksi dan nilai
ada tyndall effect atau
tidak.
Camera Oculi Anterior (COA)
Hifema
• Pemeriksa berada di
depan pasien dan
mengarahkan senter
dari depan (sudut 0ᵒ),
inspeksi dan nilai
apakah ada hipopion
Hipopion
atau tidak, ada hifema
atau tidak.
Iris
Sinekia Posterior
• Meminta pasien untuk
melihat lurus ke depan.
• Pemeriksa berada di
depan pasien dan
mengarahkan senter
dari depan, inspeksi dan
nilai bagaimana warna
Iris Bombe iris, kripte iris, apakah
ada nodul atau tidak.
Nodul koeppe’s
Pupil
• Meminta pasien untuk melihat lurus ke depan.
• Pemeriksa berada di depan pasien dan
mengarahkan senter dari depan, inspeksi pupil
dan nilai bentuk pupil, letak pupil, margo pupil,
dan ukuran pupil.
• Melakukan reflex pupil direct, mengarahkan
senter dari depan dan inspeksi pupil yang disinari
mengecil atau tidak.
• Melakukan reflex pupil indirect, mengarahkan
senter dari depan dan inspeksi pupil sebelahnya
yang tidak disinari apakah mengecil atau tidak.
Lensa
• Meminta pasien untuk
melihat lurus ke depan.
Katarak Senilis Matur
• Pemeriksa berada di depan
pasien dan mengarahkan
senter dari depan (0ᵒ),
inspeksi dan nilai apakah
lensa jernih atau keruh.
• Pemeriksa berada di depan
pasien dan mengarahkan
senter dari sudut 45ᵒ,
inspeksi dan nilai apakah ada
Katarak Senilis Imatur iris shadow atau tidak.
Iris shadow test
PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR
Fundus Reflek
Nilai:
• Pasien Berada Dalam Ruangan
Gelap • Bercak Kesuraman Bergerak
Searah Gerakan Bola Mata :
• Meminta pasien melihat lurus ke Kekeruhan Di Kapsul Anterior
depan Lensa Kristalina
• Pemeriksa Berjarak 30 Cm Dari • Bercak Kesuraman Bergerak
Pasien, dengan menggunakan Berlawanan Arah Dgn Gerakan
Ophthalmoskop lalu menilai Bola Mata : Kekeruhan Di Kapsul
apakah di bagian mata yang Posterior Lensa Kristalina
diperiksa terdapat cahaya
cemerlang (merah jingga) atau • Bercak Kesuraman Tidak Bergerak
suram.Bila Didapatkan Bercak Atau Menetap : Kekeruhan Di
Kesuraman (Hitam), Pasien Nukleus Lensa Kristalina
Diminta Untuk Melirik Ke Kanan • Bercak Kesuraman Bergerak Tidak
Dan Kiri Beraturan : Kekeruhan Di Corpus
Vitreous

Fundus Refleks
Funduskopi
• Tetesi Midriasil 0,5% mata yang akan • Papil N II :
diperiksa – Bentuk
• Pasien Berada Dalam Ruangan Gelap – Batas
– Warna
• Jari Tengah Berada Di Procesus Maksilaris
Pasien – Cup/Disc Ratio
– Oedema
• Jari Telunjuk Berada Di Pemutar Kekuatan
– Prominensia
Lensa Oftalmoskop
• Ibu Jari Berada Di Pemutar Kekuatan Cahaya • Macula
– Eksudat
• Mata Kanan Diperiksa Dengan Mata Kanan – Perdarahan
Dan Sebaliknya
• Reflek Fove
• Fokuskan Pandangan Pada Retina Yang
Nampak
• Ikuti Pembuluh Darah Yang Ada Ke Yang
Lebih Besar Funduskopi normal
• Setelah Ditemukan Papil N II Warnanya
Lebih Kuning
• Arahkan Cahaya Oftalmoskop Ke Temporal.
Lihat Zona Avaskuler
• Di Sentralnya Terdapat Pantulan Cahaya 
Reflek Fovea
Pelebaran Cup disc Ratio Pada Glaukoma Funduskopi Retinopati diabetikum
Pemeriksaan Lapangan Pandang
Penyempitan Lapang Pandang Pada Glaukoma
• Tes konfrontasi dilakukan untuk
menilai lapang pandang. Cara
melakukan tes konfrontasi yaitu :
– Jarak pemeriksa dengan pasien 1
hasta (± 1 meter).
– Pertama yang diperiksa mata
kanan. Meminta pasien untuk
menutup mata kiri dengan telapak
tangan, pemeriksa menutup mata
kanan.
– Meminta pasien untuk melihat
mata pemeriksa, apabila nanti ada
jari tangan yang terlihat untuk
mengatakan “ya”.
– Menggerakkan jari tangan ke arah
nasal, temporal, superior, dan
inferior.
Pemeriksaan Tekanan Intraokuler
Nilai
Tonometri Digital Palpasi
• Didapat kesan berapa ringannya bola mata
• Merupakan pengukuran tekanan bola mata dapat ditekan
dengan jari pemeriksa.
• Penilaian dilakukan dengan pengalaman
Teknik sebelumnya yang dapat dicatat, mata N+1,
• Mata ditutup N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang
• Pandangan kedua mata menghadap kebawah menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih
• Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi rendah daripada normal.
pasien • Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan
• Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian lentur telapak tangan dengan tahanan
bagian belakang kornea bergantian tekanan bola mata bagian superior. Bila
(alternate) tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya
glaukoma.
• Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat
telunjuk lainnya menekan bola mata. • T(Dig) N : Seperti Menekan Ujung Hidung
• T(Dig) N+ : Seperti Menekan Lidah Dibalik
Pipi
• T(Dig) N++ : Seperti Menekan Dahi
• T(Dig) N- : Seperti Menekan Hipothenar

Anda mungkin juga menyukai