Anda di halaman 1dari 26

BAB I

BAB II

A. PROFIL PUSKESMAS

1. Keadaan Geografi
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten
Banyumas yang memiliki luas wilayah sekitar 4.815,92 Ha/ 48,16 km2 dan berada pada
ketinggian 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.650 mm/tahun. Kecamatan
Jatilawang memiliki batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kecamatan Purwojati
b. Sebelah selatan : Kabupaten Cilacap
c. Sebelah timur : Kecamatan Rawalo
d. Sebelah barat : Kecamatan Wangon

Gambar 2.1. Denah Wilayah Puskesmas Jatilawang


Kecamatan Jatilawang terdiri atas 11 desa, 33 dusun, 56 RW dan 350 RT. Desa
terluas adalah Desa Gunungwetan yaitu 718,44 Ha, sedangkan desa tersempit adalah
Desa Karanganyar dengan luas 205 Ha. Bila dilihat dari jaraknya maka desa
Gunungwetan merupakan desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan
Desa Tunjung adalah desa terdekat dengan jarak 0,15 km. Sebagian besar tanah pada
Kecamatan Jatilawang dimanfaatkan sebagai tanah sawah dengan rincian:
a. Tanah sawah : 1.637 Ha
b. Tanah pekarangan : 591.02 Ha
c. Tanah kebun : 1.565 Ha
d. Kolam : 9 Ha
e. Hutan negara : 433 Ha
f. Perkebunan rakyat : 142 Ha
g. Lain-lain : 245,17 Ha
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang pada tahun 2017 adalah 72.485 jiwa
yang terdiri dari laki-laki32.602 jiwa (44,98%) dan perempuan sebanyak 39.883 jiwa
(55,02%) dengan jumlah rumah tangga 16.492. Jumlah penduduk terbanyak yaitu di
desa Tinggarjaya sebesar 11.476 jiwa atau sebesar 15,83% dari keseluruhan jumlah
penduduk Kecamatan Jatilawang. Desa Margasana merupakan desa dengan jumlah
penduduk terkecil yaitu 2.278 atau hanya sebesar 3,14% dari keseluruhan jumlah
penduduk.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang dibagi
menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar. Penduduk
terbanyak ada pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 6.995 jiwa atau 9,65%
dan sebagian besar penduduk berada pada usia produktif. Berikut rincian jumlah
penduduk menurut golongan umur:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Jatilawang tahun 2017

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah

0–4 2.989 2.974 5.963


5–9 2.974 2.925 5.899
10 – 14 3.097 3.091 6.188
15 – 19 3.396 3.199 6.406
20 – 24 2.111 3.599 6.995
25 – 29 2.001 2.021 4.132
30 – 34 2.126 2.024 4.025
35 – 39 2.593 2.094 4.220
40 – 44 2.231 2.145 4.738
45 – 49 2.146 2.304 4.535
50 – 54 2.401 2.165 4.311
55 – 59 2.401 2.208 4.609
60 – 64 1.347 1.496 2.843
65 – 69 1.569 1.569 3.136
70 – 74 1.224 1.224 2.426
> 75 1.040 1.040 2.059
Jumlah 36.407 35.038 72.485
Sumber : Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2017

c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2017 yaitu sebesar
1.506,34 jiwa/km2. Desa terpadat adalah Desa Tinggarjaya sebesar 2.002,79
jiwa/km2, sedangkan Desa Karanglewas merupakan desa dengan kepadatan
penduduk terendah yaitu 591,44 jiwa/km2.
3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Agama
Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah pemeluk agama Islam yaitu
sebesar 70.497 orang (99,50%), sedangkan lainnya adalah pemeluk agama Katolik,
Protestan, Budha, dan Hindu.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut Agama di Kecamatan Jatilawang Tahun 2017
No. Agama Jumlah Pemeluk Persentase (%)
1 Islam 72.127 99,50%
2 Kristen Protestan 155 0,21%
3 Kristen Katolik 196 0,27%
4 Budha 4 0,005%
5 Hindu 2 0,002%
Sumber: Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2017

b. Mata pencaharian penduduk


Mata pencaharian penduduk usia 15 tahun ke atas menurut lapangan pekerjaan di
Kecamatan Jatilawang Tahun 2017 adalah pertanian dengan jumlah 17.153,
pertambangan dan penggalian 518, industry 4.585, listrik, gas, dan air 575, kontruksi
3.076, perdagangan 9.937, angkutan dan komunikasi 2.251, lembaga keuangan 338,
serta jasa-jasa 5.071.
c. Tingkat pendidikan penduduk
Data pendidikan penduduk berdasarkan data tahun 2017, pendidikan
penduduk di kecamatan Jatilawang terbanyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD).
Rincian data pendidikan penduduk adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Jatilawang
Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk
1 Tidak/Belum tamat SD 14.937
2 SD/MI 23.473
3 SLTP/MTS 7.051
4 SLTA/MA 7.952
5 Akademi/Universitas 664
Sumber: Kecamatan Jatilawang dalam Angka Tahun 2017

4. Program Kesehatan Puskesmas Jatilawang


a. Program Kerja
Program kerja yang dilaksanakan di Puskesmas Jatilawang pada tahun 2017
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) essensial
a) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
b) Pelayanan kesehatan lingkungan
c) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
d) Pelayanan gizi yang bersifat UKM
e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
f) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
2) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pengembangan
a) Pelayanan kesehatan lansia
3) Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a) Pelayanan pemeriksaan umum
b) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
d) Pelayanan gawat darurat
e) Pelayanan gizi yang bersifat UKP
f) Pelayanan persalinan
g) Pelayanan rawat inap

b. Sumber daya puskesmas


1) Sarana dan prasarana
a) Puskesmas pembantu : 2 buah
b) PKD : 19 buah
c) Posyandu : 95 buah
2) Sumber dana
a) Dana dari pemerintah daerah : APBD I dan II
b) Bantuan operasional kesehatan : BOK
c. Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan pada Puskesmas Jatilawang pada tahun 2017
berjumlah 68 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.4 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2017
No Jenis Ketenagaan Jumlah (orang)
I Puskesmas Induk
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kasubag TU 1
3 Dokter 3
4 Dokter gigi 1
5 Ahli gizi 1
6 Petugas Promkes 1
7 Apoteker 1
8 Asisten Apoteker 1
9 Perawat 13
10 Perawat Gigi 1
11 Bidan 5
12 Petugas Kesehatan 2
Lingkungan
13 Analis Kesehatan 1
14 Pranata Lab 1
15 Pengadministrasi Umum 11
16 Pengadministrasi 1
Keuangan/Akuntan
17 Tenaga Kebersihan 2
18 Tenaga Pengemudi 2
II Puskesmas Pembantu
1 Bidan 2
2 Perawat 0
3 Tenaga Administrasi 0
III Bidan di Desa
1 Bidan Desa 17
B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat

C. Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2. Etiologi
Cara penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
3. Patofisiologi
a. Tuberkuosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja
dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
1) Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3) Menyebar dengan cara :
a) Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan,
dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis.
b) Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
c) Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini
sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil.
Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila
tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan
keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan :
i. Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma ) atau
ii. Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

b. Tuberkulosis Post-primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai
nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah
yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya
terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini
awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1) Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
2) Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar.
4. Faktor Risiko

5. Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1) Gejala Sistemik/Umum
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul
 Penurunan nafsu makan dan berat badan
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2) Gejala Khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun
yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.

b. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
1) S(sewaktu):dahak ditampung pada saat terduga pasienTB datang
berkunjung pertama kalike fasyankes. Pada saat pulang,terdugapasien
membawa sebuah pot dahak untuk menampungdahak pagi pada hari
kedua.
2) P(Pagi):dahak ditampungdi rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
fasyankes.
3) S(sewaktu):dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
(M.tb)
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu,
misal:
1) Pasien TB ekstra paru.
2) Pasien TB anak.
3) Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA
negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau
mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat
yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan
untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.

c. Pemeriksaan uji kepekaan obat


Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb
terhadap OAT.
Untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan, uji kepekaan obat tersebut
harusdilakukan oleh laboratorium yang telah tersertifikasi atau lulus uji
pemantapan mutu/Quality Assurance(QA). Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan
pengambilan keputusan paduan pengobatan pasien dengan resistan
obat.Untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan
resistensi OAT, Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert
ke fasilitas kesehatan (laboratorium dan RS) diseluruh provinsi
6. Diagnosis
a. TB paru
1) Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
2) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
3) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
b. TB Ekstra Paru
1) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
2) Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan
atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena
c. Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA)
i. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak positif.
ii. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dan gambaran
klinis & radiologis mendukung Tb atau BTA negatif dengan hasil kultur TB
positif.
iii. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang
terkena.
d. Diagnosis TB pada Anak
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik
overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan
gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB
anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor IDAI telah membuat
Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor
(scoring system), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program nasional
pengendalian tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.
Tabel : Sistem skor gejala dan pemeriksaan penunjang TB

Catatan :
1. Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
2. Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk
kronik lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
3. Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien
dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.
4. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).-->
lampirkan tabel berat badan.
5. Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
6. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari
setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
7. Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 14)
8. Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.

D. Penatalaksanaan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Tabel : Pengelompokan OAT

1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
· Pasien baru TB paru BTA positif.
· Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
· Pasien TB ekstra paru
Tabel : Jenis, Sifat Dan Dosis OAT Lini Pertama

Tabel : Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1


Tabel Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:

· Pasien kambuh
· Pasien gagal
· Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 3.6 Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2


Tabel 3.7 Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

Catatan:

· Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk


streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
· Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
· Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
·
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel : Dosis KDT untuk Sisipan

Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida


(misalnya kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan
kepada pasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh
lebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga
meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini kedua.
BAB III
PEMBAHASAN

Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditularkan oleh bakteri M. Tuberculosis. Tb


merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Di Indoneisa program strategi nasional
pengendalian TB sudah dimulai sejak tahun 1995 hingga saat ini sudah masu ke tahap
konsolidasi dan implementasi inovasi dalam strategi DOTS. Visi program stop TB
diantaranya adalah menjaminyya akses terhadap diagnosis, pengobatan yang efektif dan
kesembuhan pasien TB, penghentian penularan TB, mengurangi ketidakadilan dalam
beban social ekonomi , dna mengembangkan dan menerapkan berbagai strategi preventif
TB. Target yang ditetapkan Stop Tb adalag pada tahun 2015 beban global penyakit TB
(prevalensi dan mortalitas) akan relative berkurang hingga 50% dan pada tahun 2050 TB
bukan lagi masalah kesehatan masyarakat global.
Sasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada rencana strategis
kementerian kesehatan dari 2010 sampai dengan tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi
TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Sasaran keluaran
adalah: (1) meningkatkan persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan
dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru
TB paru (BTA positif) mencapai 88%; (3) meningkatkan persentase provinsi dengan
CDR di atas 70% mencapai 50%; (4). Tugas fasilitas pelayanan kesehatan guna
membantu program TB ini adalah diantaranya adalah :
a. Penjaringan suspek dan deteksi kasus TB
b. Rujukan pasien
c. Kegiatan diagnostic
d. Pengobatan pasien
e. Pemantauan pengobatan
f. Pelacakan kasus meningkat
g. Penyuluhan masyarakat dan dukungan bagi pasien.
Pada puskesmas jatilawang presentasi kasus baru TB paru (BTA positif)
didapatkan
A. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
(input-process-output), kemudian dilihat apakah output mencapai target indikator
atau tidak. Apabila program kegiatan tidak mencapai target indikator, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan.
1. Strength
a. Jenis tenaga medis yang memadai
Pada puskesmas jatilawang terdapat tenaga medis yang cukup
memadai seperti dokter umum, dokter gigi, perawat, farmasi, ahli gizi,
sanitasi, tenaga promosi kesehatan. Sehingga dapat menunjang
terlaksananya program strategi nasional pengendalian TB.
b. Metode DOTS
Pada puskemas Jatilawang alur pelaksanaan DOTS sudah
terencana dengan jelas. Dimana sudah terdapat petugas PMO, dan alur
pengobatan sudah jelas.
c. Program kesehatan
Terdapat bebgain macam program promosi kesehatan di PKM
Jatilawang seperti.....
d. Proses rujukan
Salah satu tugas PKM guna menunnjang program pengendalian Tb
adalah dengan terlaksananya proses rujukan secara baik sehingga proses
diagnosis dan pengobatan TB dapat terlaksana dengan tepat waktu. Pada
PKM Jatilawang rujukan untuk diagnosis dan pengobatan TB berjalan
sangat mudan dan lancer.
2. Weakness
a. Kurangnya SDM
b. Kurangnya Pengetahuan Masyarakat mengenai TB
c. Penyakit TB yang dianggap tabu
d. Kurangnya
3. Opportunity
4. Threat

Anda mungkin juga menyukai