Anda di halaman 1dari 40

Presentasi Kasus

Dengue Haemorrhagic
Fever
PEMBIMBING:
DR. MA’MUN, SP. PD
IDENTITAS

NAMA : NY. A
UMUR : 27 TAHUN
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
STATUS PERKAWINAN : MENIKAH
SUKU BANGSA : JAWA
AGAMA : ISLAM
PEKERJAAN : IBU RUMAH TANGGA
ALAMAT : TUNJUNG 01/02 JATILAWANG
AUTOANAMNESIS : 17 OKTOBER 2015
ANAMNESA

Keluhan • Demam
utama

• Mual,muntah dan
Keluhan perdarahan dari
tambahan gusi
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• PASIEN RUJUKKAN DARI PUSKESMAS JATILAWANG DATANG KE IGD


RSMS KAMIS, 15 OKTOBER 2015 DENGAN KELUHAN DEMAM SEJAK 4
HARI SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT. DEMAM DIRASAKAN MENDADAK
DAN TERUS MENERUS TIDAK TURUN. SELAIN DEMAM PASIEN JUGA
MENGELUHKAN MUAL, MUNTAH DAN PERDARAHAN GUSI SEJAK 2
HARI SEBELUM MASUK RSMS. SEBELUM DATANG KE RSMS PASIEN KE
PUSKESMAS JATILAWANG DENGAN KELUHAN YANG SAMA TETAPI
DIDAPATKAN DARI PEMERIKSAAN LABORATORIUM TROMBOSIT
42.000.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• RIWAYAT PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI


DISANGKAL
• RIWAYAT PENYAKIT DM DISANGKAL
• RIWAYAT PENYAKIT ASMA DISANGKAL
• RIWAYAT ALERGI DISANGKAL
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• RIWAYAT PENYAKIT TEKANAN DARAH TINGGI


DISANGKAL
• RIWAYAT PENYAKIT KENCING MANIS DISANGKAL
• RIWAYAT PENYAKIT ASMA DISANGKAL
• RIWAYAT ALERGI DISANGKAL
RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

• COMMUNITY :
PASIEN MENGAKU TERDAPAT TETANGGANYA YANG MENGALAMI
PENYAKIT YANG DIDERITA OLEH PASIEN SAAT INI.
• HOME :
DAERAH TEMPAT PASIEN TINGGAL SERING DILAKUKAN FOGGING
TETAPI SAAT INI BELUM DI FOGGING LAGI KARENA BELUM ADA
BANTUAN DARI PEMERINTAH.
• PERSONAL HABIT
PASIEN TIDAK PERNAH MEROKOK DAN TIDAK MENGKONSUMSI
ALKOHOL. PASIEN MENYANGKAL RIWAYAT TRANSFUSI DARAH
• DRUGS AND DIET
PASIEN MAKAN TERATUR 3X SEHARI DENGAN MENU MAKANAN
SEHARI-HARI TERDIRI DARI NASI, SAYURAN DAN LAUK-PAUK,
TERKADANG DITAMBAH BUAH-BUAHAN.
PEMERIKSAAN FISIK

• KU/KES : BAIK/COMPOS MENTIS


• VITAL SIGN : T : 110/80 MMHG R : 20 X/MENIT
N : 96 X/MENIT S : 36,5 °C
STATUS GENERALIS
KEPALA : VENEKTASI TEMPORAL (-)
MATA : KONJUNGTIVA ANEMIS (-/-), SKLERA IKTERIK (-/-)
HIDUNG : NAFAS CUPING HIDUNG (-)
MULUT : BIBIR SIANOSIS (-), LIDAH SIANOSIS (-)
LEHER : DEVIASI TRAKEA (-), JVP 5+2 CMH2O
PEMERIKSAAN FISIK

PULMO
INSPEKSI : DINDING DADA SIMETRIS, KETINGGALAN GERAK (-)
PALPASI : VOKAL FREMITUS LOBUS SUPERIOR DEXTRA =
SINISTRA
VOKAL FREMITUS LOBUS INFERIOR DEXTRA =
SINISTRA
PERKUSI : SONOR DI SELURUH LAPANG PARU
BATAS PARU HEPAR DI SIC V LMCD
AUSKULTASI : SUARA DASAR VESIKULER +/+, WHEEZING (-/-)
RONKHI BASAH HALUS (-/-), RONKHI BASAH KASAR
(-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
COR
• INSPEKSI : IC TERLIHAT DI SIC V 2 JARI MEDIAL LMCS
PULSASI PARASTERNAL (-), PULSASI EPIGASTRIUM (-)
• PALPASI : IC TERABA DI SIC V 2 JARI MEDIAL LMCS
• PERKUSI : KANAN ATAS DI SIC II LPSD
KIRI ATAS DI SIC II LPSS
KANAN BAWAH DI SIC IV LPSD
KIRI BAWAH DI SIC V 2 JARI MEDIAL LMCS
• AUSKULTASI : S1 > S2, REGULER, MURMUR (-), GALLOP (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• ABDOMEN
• INSPEKSI : DATAR
• AUSKULTASI : BISING USUS (+) NORMAL
• PALPASI : SUPEL, NYERI TEKAN EPIGASTRIUM (-),
UNDULASI (-)
• PERKUSI : TIMPANI, SHIFTING DULLNESS (-)
• HEPAR : TIDAK TERABA
• LIEN : TIDAK TERABA
PEMERIKSAAN FISIK

EKSTREMITAS
SUPERIOR : EDEMA (-/-), AKRAL HANGAT (+/+),
SIANOSIS (-/-)
INFERIOR : EDEMA (-/-), AKRAL HANGAT (+/+),
SIANOSIS (-/-)
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
LABORATORIUM TANGGAL 15 OKTOBER 2015
• HB : 13,0 GR/DL N NORMAL : 12 - 16 GR/DL
• LEUKOSIT : 3280/ML ↓ NORMAL : 4.800 – 10.800/ML
• HEMATOKRIT : 39 % N NORMAL : 37%- 47%
• ERITROSIT : 5,0 JUTA/ML N NORMAL : 4,2- 5,4 JUTA/ML
• TROMBOSIT : 36.000/ML ↓ NORMAL : 150.000–
450.000/ML
• MCV : 78,8 FL ↓ NORMAL : 79 -99FL
• MCH : 27,5 PG N NORMAL : 27-31 PG
• MCHC : 34,3 GR/DL N NORMAL : 33– 37GR/DL
• RDW : 12,9% N NORMAL : 11,5-14.5
• MPV : 12,2 FL ↑ NORMAL : 7,2-11,1
• HITUNG JENIS
– EOSINOFIL : 0,0 % ↓ NORMAL : 2 – 4 %
– BASOFIL : 0,6 % N NORMAL : 0 – 1 %
– BATANG : 0,6 % ↓ NORMAL : 2 – 5 %
– SEGMEN : 28,7 % ↓ NORMAL : 40 – 70%
– LIMFOSIT : 62,2 % ↑ NORMAL : 25-40%
– MONOSIT : 7,9% ↑ NORMAL : 2 – 8%
• LABORATORIUM TANGGAL 16 OKTOBER 2015
• HB : 13,1 GR/DL N NORMAL : 12 - 16 GR/DL
• LEUKOSIT : 3720/ML ↓ NORMAL : 4.800 – 10.800/ML
• HEMATOKRIT : 37 % N NORMAL : 37%- 47%
• ERITROSIT : 4,8 JUTA/ML N NORMAL : 4,2- 5,4 JUTA/ML
• TROMBOSIT : 33.000/ML ↓ NORMAL : 150.000– 450.000/ML
• MCV : 77,9 FL ↓ NORMAL : 79 -99FL
• MCH : 27,3 PG N NORMAL : 27-31 PG
• MCHC : 35,1 GR/DL N NORMAL : 33– 37GR/DL
• RDW : 12,8% N NORMAL : 11,5-14.5
• MPV : 13,5 FL ↑ NORMAL : 7,2-11,1
• HITUNG JENIS
– EOSINOFIL : 0,8% ↓ NORMAL : 2 – 4 %
– BASOFIL : 1,3 % ↑ NORMAL : 0 – 1 %
– BATANG : 0,3 % ↓ NORMAL : 2 – 5 %
– SEGMEN : 32,5 % ↓ NORMAL : 40 – 70%
– LIMFOSIT : 54,6 % ↑ NORMAL : 25-40%
– MONOSIT : 10,5% ↑ NORMAL : 2 – 8%
• LABORATORIUM TANGGAL 17 OKTOBER 2015
• HB : 12,7 GR/DL N NORMAL : 12 - 16 GR/DL
• LEUKOSIT : 3000/ML ↓ NORMAL : 4.800 – 10.800/ML
• HEMATOKRIT : 37 % N NORMAL : 37%- 47%
• ERITROSIT : 4,7 JUTA/ML N NORMAL : 4,2- 5,4 JUTA/ML
• TROMBOSIT : 27.000/ML ↓ NORMAL : 150.000– 450.000/ML
• MCV : 78,1 FL ↓ NORMAL : 79 -99FL
• MCH : 27,0 PG N NORMAL : 27-31 PG
• MCHC : 34,5 GR/DL N NORMAL : 33– 37GR/DL
• RDW : 12,1% N NORMAL : 11,5-14.5
• MPV : 11,1 FL ↑ NORMAL : 7,2-11,1
• HITUNG JENIS
–EOSINOFIL : 0,0% ↓ NORMAL : 2 – 4 %
–BASOFIL : 0,0 % N NORMAL : 0 – 1 %
–BATANG : 0,0 % ↓ NORMAL : 2 – 5 %
–SEGMEN : 36,9 % ↓ NORMAL : 40 – 70%
–LIMFOSIT : 47,1 % ↑ NORMAL : 25-40%
–MONOSIT : 16,0% ↑ NORMAL : 2 – 8%
• LABORATORIUM TANGGAL 18 OKTOBER 2015

• HB : 13,0 GR/DL N NORMAL : 12 - 16 GR/DL

• LEUKOSIT : 3190/ML ↓ NORMAL : 4.800 – 10.800/ML

• HEMATOKRIT : 41 % N NORMAL : 37%- 47%

• ERITROSIT : 4,8 JUTA/ML N NORMAL : 4,2- 5,4


JUTA/ML

• TROMBOSIT : 61.000/ML ↓ NORMAL : 150.000–


450.000/ML

• MCV : 85,2 FL N NORMAL : 79 -99FL

• MCH : 27,1 PG N NORMAL : 27-31 PG

• MCHC : 31,9 GR/DL ↓ NORMAL : 33– 37GR/DL

• RDW : 12,6% N NORMAL : 11,5-14.5

• MPV : 12,5 FL ↑ NORMAL : 7,2-11,1

• HITUNG JENIS

– EOSINOFIL : 1,3 % ↓ NORMAL : 2 – 4 %

– BASOFIL : 1,3 % ↑ NORMAL : 0 – 1 %

– BATANG : 0,3 % ↓ NORMAL : 2 – 5 %

– SEGMEN : 37,9 % ↓ NORMAL : 40 – 70%

– LIMFOSIT : 46,7 % ↑ NORMAL : 25-40%

– MONOSIT : 12,5% ↑ NORMAL : 2 – 8%


PEMERIKSAAN SERO IMUNOLOGI (15
OKTOBER 2015)

• IGG ANTI DHF REAKTIF


• IGM ANTI DHF REAKTIF
DIAGNOSA BANDING
• DEMAM TYPHOID

DIAGNOSIS
• DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
TERAPI FARMAKOLOGIS

IVFD RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 amp
Inj. Rantin 2x1 amp
Inj. Omperazol 1x1 amp
P.O. Paracetamol 3x1
TERAPI NON FARMAKOLOGIS

• BED REST
• DIET TKTP
RENCANA MONITORING
• AWASI KEADAAN UMUM DAN VITAL SIGN
• AWASI TANDA-TANDA PERDARAHAN DAN SYOK
• EVALUASI GEJALA KLINIS
• EVALUASI HB, HT, TROMBOSIT
EDUKASI

• MENJELASKAN KEPADA PASIEN BESERTA KELUARGA TENTANG DHF


TERKAIT PENGERTIAN, PENYEBAB, GEJALA, CARA PENULARAN,
PENCEGAHAN DAN PRINSIP PENGOBATANNYA.
• MENJELASKAN KEPADA PASIEN BESERTA KELUARGA TENTANG
KRITERIA KONDISI PASIEN YANG DIPERBOLEHKAN RAWAT JALAN:
SECARA KLINIS TAMPAK PERBAIKAN, NAFSU MAKAN MEMBAIK, TIDAK
DEMAM SELAMA 24 JAM TANPA OBAT PENURUN PANAS, KADAR
HEMATOKRIT NORMAL/STABIL, KADAR TROMBOSIT > 50.000 /ΜL,
TIGA HARI SETELAH SYOK TERATASI (JIKA ADA), TIDAK DIJUMPAI
GANGGUAN PERNAPASAN
PROGNOSIS

• AD VITAM : AD BONAM
• AD FUNGTIONAM : AD BONAM
• AD SANASTIONAM : AD BONAM
DEFINISI

• PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ADALAH PENYAKIT MENULAR


YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS DENGUE DAN DITULARKAN OLEH
NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN AEDES ALBOPICTUS YANG DITANDAI
DENGAN DEMAM MENDADAK 2 SAMPAI 7 HARI TANPA PENYEBAB
YANG JELAS (INDRAWAN,2011)
ETIOLOGI

• DISEBABKAN OLEH VIRUS DENGUE DARI GENUS FLAVIVIRUS DAN


FAMILIA FLAVIVIRIDAE.DENGUE MERUPAKAN VIRUS RNA RANTAI
TUNGGAL, GENUS FLAVIVIRUS DARI FAMILY FLAVIVIRIDAE, TERDIRI
ATAS 4 TIPE VIRUS YAITU DENV-1, DENV-2, DENV-3 DAN DENV-4
(PLIANBANGCHANG DAN SAMLEE 2011).
EPIDEMIOLOGI

• DI THAILAND, WABAH TERJADI DI BANGKOK DALAM POLA SIKUS 2


TAHUN, KEMUDIAN DALAM SIKLUS YANG TIDAK TERATUR KE AREA
PENYEBARAN PENYAKIT DISELURUH NEGERI
• DHF MENJADI ENDEMIK DI BANYAK KOTA BESAR DI THAILAND DAN
MENYEBAR KE INDONESIA, MYANMAR DAN VIETNAM (WHO,1999)
• DHF MEYERANG PADA ANAK-ANAK SERTA DEWASA MUDA, DENGAN
USIA 6-8 TAHUN (WHO,1999)
CARA PENULARAN
PATOGENESIS
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
• KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS UNTUK DEMAM BERDARAH DENGUE DAN SINDROM
SYOK DENGUE, BERDASARKAN WHO TAHUN 2011:
MANIFESTASI KLINIK
1.DEMAM : ONSET AKUT, DEMAM TINGGI DAN CONTINUE, DUA HINGGA TUJUH
HARI DI KEBANYAKAN KASUS
2. TERDAPAT MANIFESTASI PERDARAHAN SEPERTI POSITIFNYA TOURNIQUET,
PETECHIAE, PURPURA, EKIMOSIS, EPISTAKSIS, PERDARAHAN PADA GUSI, HEMATEMESIS
DAN MELENA
3.PEMBESARAN HATI (HEPATOMEGALI)
4.SYOK, DITANDAI DENGAN NADI CEPAT DAN LEMAH, PENURUNAN TEKANAN NADI,
HIPOTENSI KAKI DAN TANGAN DGIN, KULIT LEMBAB, DAN PASIEN TAMPAK GELISAH1
LABORATORIUM
-TROMBOSITOPENIA ( 100.000 CELLS PER MM3 OR LESS)
-HEMOKONSENTRASI; PENINGKATAN HEMATOKRIT >20%
TATALAKSANA
A. KEADAN PASIEN DENGAN PERDARAHAN
MASSIF, SPONTAN, TANPA SYOK
B. KEADAAN PASIEN DENGAN
PERDARAHAN SPONTAN DAN SYOK
KOMPLIKASI
1. GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT MELIPUTI HIPONATREMIA, HIPOKALSEMIA, DAN
HIPOKALEMIA.
2. OVERHIDRASI
3. ENSEFALOPATI ATAU ENSEFALITIS
4. HEPATIK ENSEFALOPATI
5. GAGAL HEPAR
6. GAGAL GINJAL YANG DAPAT DISEBABKAN KARENA SYOK LAMA, HEPATORENAL SINDROM
DAN HEMOGLOBINURIA
7. GANGGUAN METABOLISME SEPERTI HIPOGLIKEMIA
8. INFEKSI PENYERTA ANTARA LAIN
A. INFEKSI GASTROINTESTINAL
B. INFEKSI SALURAN NAPAS MISALNYA PNEUMONIA
C. INFEKSI SALURAN KEMIH
D. INFEKSI KULIT DAN JARINGAN LUNAK (RAMPENGAN, 2007).
PROGNOSIS

• APABILA HANYA DIDAPATKAN DHF TANPA DISERTAI SYOK, DALAM 24-


36 JAM BIASANYA PROGNOSIS AKAN MENJADI BAIK. JIKA LEBIH DARI
36 JAM BELUM ADA TANDA-TANDA PERBAIKAN, KEMUNGKINAN
SEMBUH KECIL DAN PROGNOSIS MENJADI BURUK (RAMPENGAN,
2007).
PENCEGAHAN
• PEMBERANTASAN DBD YANG PENTING ADALAH UPAYA MEMBASMI
JENTIK NYAMUK PENULAR DITEMPAT PERUNDUKAN DENGAN
MELAKUKAN "3M" YAITU :
1.MENGURAS TEMPAT-TEMPAT PENAMPUNGAN AIR
2.MENUTUP RAPAT TEMPAT PENAMPUNGAN AIR.
3.MENGUBUR ATAU MENYINGKIRKAN BARANG-BARANG BEKAS YANG
DAPAT MENAMPUNG AIR HUJAN
DAFTAR PUSTAKA
• DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 1995. PETUNJUK TEKNIS PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH. DIREKTORAT
JENDERAL. PPM & PLP, BUKU PAKET B. JAKARTA.

• DINKES JAWA TENGAH. 2003. PROFIL KESEHATAN JAWA TENGAH 2003. DINAS KESEHATAN JAWA TENGAH

• GAMA, A DAN F. BETTY. 2010. ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO
KABUPATEN BOYOLALI. EKSPLANASI, VOL 5(2) : 1-9

• GIBBONS RV, VAUGHN DW. 2012. DENGUE: AN ESCALATING PROBLEM. BMJ;324:1563-6.

• HADINEGORO, SOEGIYANTO S, WURYADI S. 2006. TATALAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA. DEPKES
RI INDONESIA : JAKARTA.

• INDRAWAN. 2011. MENGENAL DAN MENCEGAH DEMAM BERDARAH. BANDUNG: PIONER JAYA.

• KUROSHU T. 2012. MECHANISM OF DENGUE VIRUS TO INDUCE ITS PATHOGENICITY. THAILAND. AVAILABLE AT :
HTTP://WWW.DENV%20PATOF%20ADE.HTML LIOLIOS A. VOLUME RESUSCITATION: THE CRYSTALLOID VS COLLOID
DEBATE REVISITED. MEDSCAPE 2015. AVAILABLE FROM HTTP://WWW.MEDSCAPE.COM/VIEWARTICLE/480288.

.
• PLIANBANGCHANG, SAMLEE. COMPREHENSIVE GUIDELINES FOR PREVENTION AND CONTROL OF DENGUE AND
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER. 2011. AVAILABLE AT:
HTTP://WWW.SEARO.WHO.INT/ENTITY/VECTOR_BORNE_TROPICAL_DISEASES/EN/.

• RAMPENGAN, T.H. 2007. PENYAKIT INFEKSI TROPIS PADA ANAK. EDISI 2. JAKARTA : EGC.

• SIREGAR, FAZIAH A. 2004. EPIDEMIOLOGI DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INDONESIA.
SUMATERA UTARA: FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS.

• SOEGENG, S. 2003. DEMAM BERDARAH DENGUE. SURABAYA : ARILANGGA UNIVERSITY PRESS.

• SUMARMO. 2005. DEMAM BERDARAH (DENGUE) PADA ANAK. JAKARTA : UI PRESS.

• SUHENDRO, LEONARD NAINGGOLAN, KHIE CHEN, HERDIMAN T. POHAN. 2006. DEMAM BERDARAH DENGUE DALAM
BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. JAKARTA : FKUI

• WORLD HEALTH ORGANISATION. 2007. DEMAM BERDARAH DENGUE, DIAGNOSIS, PENGOBATAN, PENCEGAHAN,
DAN PENGENDALIAN. ALIH BAHASA OLEH MONICA ESTER. ED.2. JAKARTA : EGC.

• WORLD HEALTH ORGANIZATION. DENGUE, DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER AND DENGUE SHOCK SYNDROME IN
THE CONTEXT OF THE INTEGRATED MANAGEMENT OF CHILDHOOD ILLNESS. DEPARTMENT OF CHILD AND
ADOLESCENT HEALTH AND DEVELOPMENT. WHO/FCH/CAH/05.13. GENEVA, 2005.

• WIDOYONO, 2011. PENYAKIT TROPIS EPIDEMIOLOGI, PENULARAN, PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASANNYA. EDISI
2. JAKARTA: ERLANGGA.

Anda mungkin juga menyukai