Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengajar : Al Ikhsan Agus, S. Kep., Ns.,M.

Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

LAPORAN PENDAHULUAN “PRESBIOPI”

Oleh :
ZULIANA
(14220200058)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahma dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tiada lupa pula
terhaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., Beserta para
Keluarga, Sahabat, dan para pengikut pengikut beliau hingga hari akhir nanti.

Laporan pendahuluan dislokasi ini disusun untuk memenuhi tugas dari


mata kuliah “Keperawatan Keperawatan Medikal bedah III” dan dengan
selesainya makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
khususnya kepada Dosen Pengajar dalam pembelajaran mata kuliah ini dan
kepada teman-teman semua. Penulis menyadari terdapat begitu banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan pendahuluan PRESBIOPI ini. Tetapi
penulis berharap laporan pendahuluan dislokasi ini dapat diterima untuk
memenuhi tugas tersebut. Terakhir, semoga laporan pendahuluan dislokasi ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Makassar,08 Maret 2021


A. Konsep Medis

1. Definsi
 Presbiopia didefinisikan sebagai gangguan penglihatan terkait usia yang
mengakibatkan penglihatan kabur saat menargetkan objek dekat . Pada
presbiopia, kemampuan otot siliaris untuk menampung, seringkali
berkurang.(Eye Vis (Lond) 2017;
 Istilah medis presbiopia adalah bahasa yunani untuk mata tua.
Presibiopia adalah bagian dari proses penuaan alami pada mata. Secara
teknis presbiopia adalah hilangnya kemampuan mata untuk mengubah
fokusnya untuk melihat objek yang ada di dekatnya. Presbiopi
umumnya mulai muncul sekitar usia 40 dan semakin memburuk sampai
sekitar akhir 60-an. (collen de bellefonds.2020)

Ray Gottlieb, O.D., Ph.D. "Presbyopia Reduction"2020


2. Etiologi
Presbiopi berasal dari masalah lensa mata, yang berada di belakang iris
(bagian berwarna) dan pupil. Lensa mata membelokkan (atau
membiaskan) cahaya untuk memfokuskannya langsung ke retina, yang
merupakan jaringan peka cahaya di bagian belakang mata. Retina
mengubah cahaya menjadi sinyal yag dikirim ke otak, yang kemudian
menafsirkan sinyal tersebut sebagai gambar. Ketika seseorag lebih muda,
lensanya lembut dan fleksibel. Otot kecil di mata dapat dengan mudah
mengubah benduk dan akibatnya , fokus-lensa, proses yang disebut
akomodasi. Seiring bertambahnya usia, elastisitas lensa dan otot-otot di
sekitarnya mulai berkurang. Ini membuatnya jadi lensa tidak bisa fokus
pada objek dari dekat, membuatnya tampak buram.
Jika penderita menderita presbiopia sebelum usia 40 tahun, itu dikenal
sebagai presbiopia preamatur. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada
Maret 2019 di international journal of contemporary medical research
menyimpulkan bahwa faktor risiko kehilangan penglihatan dekat secara
dini bervariasi berdasarkan jenis kelamin
 Nutrisi buruk
 Anemia
 Merokok
 Penyalahgunaan alkohol
 Pekerjaan yang membutuhkan banyak penglihatan dekat (seperti
menatap layar komputer sepanjang hari)
 Paparan sinar matahari yang substansial

Penulis penelitian juga menemukan bahwa membaca di smartphone


setidaknya selama satu jam sekaligus, atau selama dua jam sepangjan hari,
selama 6 bulan , juga meningkatkan risko seseorang untuk membangkan
presbiopi prematur. Priyambada, S. (2019).

3. Klasifikasi
a. Presbiopi insiden –tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak
tampak kelainan bila di lakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak
prekripsi kaca mata
b. Presbiopi fungsional-amplitud akomodasi yang semakin dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa
c. Presbiobsi absolut-peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
d. Presbiopi prematur-yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya
berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
e. Presbiopi noktural –kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi
gelap disebabkan oleh peningaktan diameter pupil

(Primbada S.2019)

4. Patofisiologi
Secara fisiologis bertambahnya usia maka kualitas penglihatan manusia akan
menurun secara bertahap. Akomodasi mata akan terjadi apabila bayangan
kabur dan/atau melihat dengan jarak dekat. Namun saat memasuki usia 40
tahun, otot siliaris akan melemah dan lensa mata mengalami sklerosis
sehingga saat terjadi akomodasi, otot siliaris tidak mampu menggeser isi lensa
ke depan sedangkan lensa mata yang keras tidak bisa mencembung sehingga
menyebabkan pembiasan cahaya tidak sempurna selanjutnya menyebabkan
bayangan tidak fokus di retina. Hasil dari kegagalan akomodasi ini
menyebabkan penderita presbiopi memiliki keluhan berupa mata lelah, berair
dan sering terasa pedas setelah beraktivitas menggunakan penglihatan jarak
dekat.(Larasati N;2017)
5. Manifestasi Klinis
Jika membaca harus memegang bahan bacaan sejauh mungkin untuk benar-
benar fokus kata-katanya, kesulitan membaca cetakan kecil, sakit kepala
karena melakukan pekerjaan dari dekat, ketegangan mata, membutuhkan
lebih banyak cahaya untuk membaca. Penyebab presbiopia disebabkan oleh
pengerasan lensa akibat penuaan.
American Academy of Opthalmology(2017)
6. Komplikasi
Presbiobi bisa menimbulkan komplikasi berupa astigmatisme, yaitu kondisi
penglihatan yang kabur akibat kelengkungan kornea yang tidak sempurna.
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah miopi (rabun jauh) dan
hipermetropi (rabun dekat)
mayo clinic(2017)

7. Pemeriksaan Penunjang
1) Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2) Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara Pemeriksaan
a. Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata
ditutup.
b. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih
dapatdibaca seluruhnya dengan benar.
c. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
d. Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
e. Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak
satu meter.
f. Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar .
g. Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka
dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian
a. Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
b. Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan
tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
c. Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m , maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60
m.Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak
300 m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
d. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga
3) Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dengan mata
kanan kemudian mata kiri. Dilakukan setelah tajam penglihatan diperiksa
dan diketaui terdapat kelainan refraksi.

a. Cara Pemeriksaan
1) Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen.
2) Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca
baris terkecil yang masih dapat dibaca.
3) Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk
menghilangkan akomodasi pada saat pemeriksaan.Kemudian
diletakkan lensa positif tambahan, dikaji :
a) Bila penglihatan tidak bertambah baik, berarti pasien tidak
hipermetropia
b) Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah
perlahan-lahan bertambah baik, berarti pasien menderita
hipermetropia. Lensa positif terkuat yang masih memberikan
ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk mata
hipermetropia tersebut.
c) Bila penglihatan tidak bertambah baik, maka diletakkan lensa
negatif. Bila menjadi jelas, berarti pasien menderita myopia.
Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teringan yang
memberikan ketajamam penglihatan maksimal.
d) Bila baik dengan lensa negatif maupun positif penglihatan tidak
maksimal (penglihatan tidak dapat mencapai 6/6), maka dilakukan
uji pinhole. Letakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji dan
diminta membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca
sebelumnya.
Bila :
 Pinhole tidak memberikan perbaikan, berarti mata tidak dapat
dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan keruh,
terdapatkelainan pada retina atau saraf optik.
 Terjadiperbaikan penglihatan, maka berarti terdapatastigmatisme
atau silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
e) Bila pasien astigmatisme, maka pada mata tersebut dipasang lensa
positif yang cukup besar untuk membuat pasien menderita kelainan
refraksi astigmatismus miopikus.
f) Pasien diminta untuk melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis
pada kipas yang paling jelas terlihat.
g) Bila pebedaan tidak terlihat, lensa positif diperlemah sedikit demi
sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur.
h) Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan garis
terkabur pada kipas astigmat .
i) Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu
tersebut hingga sama jelasnya dengan garis lainnya.
j) Bila sudah sama jelasnya, dilakukan tes kartu snellen kembali.
k) Bila tidak didapatkan hasil 6/6, maka mungkin lensa positif yang
diberikan terlalu berat, harus dikurangi perlahan-lahan, atau ditambah
lensa negative perlahan-lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6.
Derajat astigmat adalah ukuran lensa silinder negative yang dipakai
hingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.
4) Pemeriksaan Presbiopia

Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan


pemeriksaan presbiopia.

Cara Pengujian:

a) Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila


terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di
atas.
b) Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm (jarak baca).
c) Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf
terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
d) Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

(Lukman fauji JHE;2016)

8. Penatalaksanaan
pengobatan untuk presbiopi terdiri dari memakai kacamata atau lensa kontak,
atau mungkin mejalani operasi korektif yang dapat membantu meningkatkan
penglihatan dekat penderita
Beberapa jenis kacamata yang dipakai saat membaca atau melakukan
pekerjaan close-up :
 Bifokal
Kacamata ini mengoreksi penglihatan jarak jauh saat melihat setinggi
mata, dan memperbaiki penglihaan dekat saat melihat melalui bagian
bawah lensa
 Trifocals
Kacamata ini memiliki koreksi untk penglihatan dekat, tengah, dan
jauh.

Beberapa jenis lensa kontak dapat memperbaiki presbiopi:

 Lensa kontak bifokal atau multigokal seperti kacamata bifokal, lensa


kontak ini membantu melihat jauh dan dekat
 Lensa kontak monovision ; 1 untuk penglihatan jarak jauh dan lainnya
untuk penglihatan dekat

Prosedur operasi

 Keratoplasti konduktif panas dari energi frekuensi radio menyusut tepi


kornea untuk mengubah lekukkannya
 Operasi lasik sebuah flap kecil dipotong di kornea dan laser digunakan
untuk mengangkat bagian dari kornea untuk meningkatkan lekukkanya.
Prosedur ini biasanya menyebabkan lebih sedikit efek samping dan
lebih cepata daripada operasi lannya.
 Photorefractive keratectomy (PRK) seperti halnya LASIK, laser (tetapi
tidak ada sayatan) digunakan untuk membentuk kembali kornea

( Castro,JB;2016)

B. Konsep Asuhan Keperawtan


1. Pengkajian
a. Data Demografi (Istiqamah, 2004).
1) Umur, presbiopia dapat terjadi mulai asia 40 tahun.
2) Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan
penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak
cahaya yang terlalu lama, seperti operator computer, reparasi jam.
b. Keluhan yang Dirasakan(Istiqamah, 2004).
1) Pandangan atau penglihatan kabur
2) Kesulitan memfokuskan pandangan
3) Epifora, menunjukkan adanya air mata berlebihan sehingga
melimpah keluar.
4) Pusing atau sakit kepala
5) Mata lelah dan mengantuk
6) Mata sering terasa pedas setelah membaca
c. Keadaan atau Status Okuler Umum
1) Apakah klien mengenakan kacamata atau lensa kontak.
2) Di mana klien terakhir dikaji.
3) Apakah klien sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli
oftalmologi
4) Kapan pemeriksaan mata terakhir.
5) Apakah tekanan mata diukur.
6) Apakah klien mengalami kesulitan membaca ( focus ) pada jarak
dekat atau jauh.
7) Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton TV.
8) Bagaiman dengan masalah membedakan warna,atau masalah
dengan penglihatan lateral atau perifer.
9) Apakah klien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata
10) Masalah mata yang tedapat pada keluarga klien
11) Penyakit mata apa yang terakhir diderita.

d. Pemeriksaan
Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode
“trial and error” hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi,
jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis positif dan
diperiksa dengan menggunakan kartu Jaeger pada jarak 30
cm(Istiqamah, 2004).
2. Diagnosa Keperawatan (Istiqamah, 2004).
a. Gangguan sensori-persepsi (visual)
b. Risiko cedera
3. Intervensi Keperawatan(Bulchek Bulechek M.Gloria.2015)
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

gangguan persepsi sensori: Kontrol kecemasan Terapi kegiatan


Indicator : Intervensi :
batasan karakteristik: a. Memantau a. Bekerjasama dengan
intensitas tenaga kesehatan, dokter,
a. Berubahnya
kecemasan dan/atau ahli terapis
ketajaman panca
b. Menghilangkan dalam merencanakan dan
indera
pencetus memantau kegiatan
b. Berubahnya respon
kecemasan program sebaimana
yang umum terhadap
c. Mencari informasi mestinya
rangsangan
untuk mengurangi b. Bantu untuk menemukan
c. Distori pancaindera
kecemasan makna diri melalui
Faktor-faktor yang d. Merencanakan aktivitas yang biasa
beerkaitan strategi koping (misalnya bekerja)
yang efektif dan/atau aktivitas liburan
a. Pengintregasian e. Menggunakan yang disukai
pancaidera yang teknik relaksasi c. Bantu memilih kegiatan
terganggu untuk mengurangi yang sesuai dengan
b. Penerimaan terhadap kecemasan kemampuan fisik,
panca indera yang psikologi, dan sosial
terganggu Gambaran tubuh d. Bantu mengidentifikasi
c. Penyebaran gangguan dan memperoleh sumber
Indikator:
panca indera daya yang diperlukan
a. Deskripsi pada untuk kegiatan yang
bagian tubuh yang dikehendaki
terkena dampak e. Instruksikan
b. Menyesuaikan diri pasien/keluarga untuk
dengan menghormati aturan
berubahnya status dalam aktivitas fisik,
kesehatan sosial, spiritual, dan
c. Kompensasi kognitif demi menjaga
tingkah laku keberfungsian dan
penglihatan kesehatan
f. Bantu dengan kegiatan
Indicator : fisik yang biasa
(misalnya, berjalan,
a. Pantau gejala dari berpindah, berbalik, dan
semakin buruknya perawatan pribadi),
penglihatan sesuai kebutuhan
b. posisikan diri g. Bantu pasien/keluarga
untuk untuk memantau
menguntungkan kemajuan dalam
penglihatan pencapaian tujuan
c. ingatkan yang lain
untuk Peningkatan komunikasi:
menggunakan deficit penglihatan
teknik yang Intervensi:
menguntungkan
penglihatan a. Catat reaksi pasien
d. gunakan terhadap rusaknya
pencahayaan yang penglihatan (misal,
cukup untuk depresi, menarik diri,
aktivitas yang dan menolak kenyataan)
sedang dilakukan b. Menerima reaksi pasien
e. mengguanan alat terhadap rusaknya
bantu penglihatan penglihatan
yang lemah c. Bantu pasien dalam
f. menggunakan menetapkan tujuan yang
layanan baru untuk belajar
pendukung untuk bagaimana “melihat”
penglihatan yang dengan indera yang lain
lemah d. Andalkan penglihatan
g. menggunakan pasien yang tersisa
braile sebagaimana mestinya
e. Gambarkan lingkungan
kepada pasien
f. Jangan memindahkan
benda-benda di kamar
pasien tanpa
memberitahu pasien
g. Sediakan bahan bacaan
Braille, sebagaimana
perlunya

Resiko cedera Perilaku keamanan: Manajemen keamanan


lingkungan fisik Aktifitas :
Faktor yang berhubungan :
rumah a. Ciptakan lingkungan
a. Eksternal Indikator : yang nyaman bagi klien
1) Kimia, misalnya : a. Perlengkapan b. Identifikasi kebutuhan
racun, polutan, pencahayaan keamanan klien
obat- b. Penggunaan c. Pindahkan benda-benda
obatan,alcohol. system alarm berbahaya dari sekitar
2) Nutrisi ( vitamin, pribadi klien
jenis makanan ) c. Kelengkapan alat d. Pindahkan benda-benda
b. Internal bantuan pada berisiko dari lingkungan
Usia perkembangan lokasi yang mudah klien
dicapai e. Posisikan tempat tidur
d. Penyusuna agar mudah terjangkau
perabotan untuk f. Kurangi stimulus
mengurangi resiko lingkungan Pencegahan
Pengetahuan:
keamanan pribadi jatuh
Indikator : Aktifitas :
a. Gambaran untuk a. Identifikasi deficit fisik
mencegah jatuh yang berpotensi untuk
b. Gambaran resiko jatuh
keamanan khusus b. Identifikasi karakteristik
berdasarkan usia lingkungan
c. Gambaran perilaku c. Jangan memindahkan
individu yang benda-benda di kamar
berisiko tinggi pasien tanpa
d. Gambaran resiko memberitahu pasien
keamanan bekerja d. Sediakan bahan
bacaan Braille,
sebagaimana perlunya

Nanda internasional.2015
DAFTAR PUSTAKA
Collen De Bellefonds .2020.Cleveland clinic medical professional. Internation
Journal of Presbyopia

Ray Gottlieb, O.D., Ph.D. "Presbyopia Reduction".2020

Priyambada, S. (2019). Premature Presbyopia and its Risk Factors - A Hospital


Based Study. Opthalmology.

Istiqamah, Indriana. N. 2004. Asuhan Keperawatan KLien Gangguan

Mata.Jakarta : EGC.

Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. 2015-


2017 . EGC : Jakarta

Larasati N. Faktor Risiko Kelelahan Mata pada Pengrajin Emas di Desa Gesang
Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Universitas Jember; 2017.

American Academy Of Ophtalmology(2017).What Is Presyopia?

Mayo Clinic(2017). Disease and Conditions.Presbyopia

Lukman Fauzi/Unnes Journal of Public Health1(1)(2016)


Castro,JB.Everydayhelath (2016). What is Presbyyopia

Bulechek M.Gloria, dkk. 2015. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition

5. United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Anda mungkin juga menyukai