Oleh :
Pembimbing :
dr. H. Heksan, Sp. M
SMF MATA
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini
dengan judul “Presbiopia dan Katarak” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan
klinik dari bagian mata.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. H.
Heksan, Sp. M selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus ini tepat waktu demi memenuh tugas Kepaniteraan Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
i
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu gangguan pada mata adalah kelainan refraksi yang dapat mengganggu
fungsi mata dan dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan refraksi adalah kelainan
pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik
kuning. Kelainan ini terjadi ketika bayangan benda yang datang tidak jatuh tepat di
retina. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan kelainan pada pembiasan sinar adalah
panjang bola mata (lebih panjang atau lebih pendek), perubahan bentuk kornea, dan
penuaan lensa.
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, dan denaturasi protein lensa. Pasien katarak mengeluh
penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.
Katarak bisa dialami oleh semua umur, pada umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, dan juga akibat kelainan kongenital. Bermacam-macam penyakit mata yang
dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis
2
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.Katarak
disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisika). Keracunan beberapa jenis obat
yang dapat menimbulkan katarak seperti obat kortikosteroid, dan antikolinesterase
topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
PRESBIOPIA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan
langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populsinya.
4
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopi karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi terjadi pada usia 42
hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 1955 menunjukkan 106 juta orang di
Amerika mempunyai kelainan presbiopi. Faktor resiko utama bagi presbiopi adalah
usia,walaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit
kardiovaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopi dini.
C. ETIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
5
E. KLASIFIKASI
a. Presbiopi insipient yaitu tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kacamata untuk membaca dekat, tapi tidak
tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pada pasien biasanya akan menolak
preskripsi kacamata baca
b. Presbiopi fungsional yaitu amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa
c. Presbiopi absolut yaitu peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
d. Presbiopi premature yaitu presbiopi yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun
dan biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, obat-obatan.
e. Presbiopi nocturnal yaitu kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi
gelap disebabkan dengan peningkatan diameter pupil.
F. GEJALA KLINIS
a. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair dan sering terasa pedih. Bisa
juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama.
b. Membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak
kabur pada jarak baca yang biasa
c. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari.
d. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
e. Terganggu secara emosional dan fisik
G. DIAGNOSIS PRESBIOPI
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2. Pemeriksaan oftalmologi
a. Visus, dimana pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan
menggunakan snellen chart
b. Refraksi, memeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien
diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat
6
terkecil yang bisa dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar
20/30
c. Motilitas ocular, penglihatan binocular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi dan steoreopsis
d. Penilaian kesehatan ocular dan skrining kesehatan umum untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopi
e. Pemeriksaan ini termasuk reflex cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan
warna, tekanan intraocular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang
kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexa nya.
Biasanya pemeriksaan dengan ophtalmoskopi indirect untuk mengevaluasi
segmen mendia dan posterior.
H. PENATALAKSANAAN PRESBIOPI
1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
mengompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang
dekat.
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahkan dengan lensa positif sesuai
usia dan hasil pemeriksaan subyektif sehingga pasien mampu membaca
tulisan pada kartu Jaeger 20/30
3. Karena jarak biasanya 33 cm, maka adisi +3,00 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca
terletak pada titik focus lensa +3,00 D.
40 Tahun +1,00 D
45 Tahun +1,50 D
50 Tahun +2,00 D
7
55 Tahun +2,50 D
60 Tahun +3,00 D
4. Selain kacamata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopi, ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
b. Trifocal, untuk mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifocal kontak, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya
d. Monovision kontak, lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan,
dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang
dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk focus pada kamera
untuk mengambil foto.
e. Monovision modified, lensa kontak bifocal pada mata non-dominan dan
lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata
digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
f. Pembedahan, refraktif seperti keratoplasti konduktif LASIK, LASEK dan
karatektomi fotorefraktif.
8
KATARAK
A. Definisi Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa dan bisa terjadi akibat kedua-duanya. 3 Pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
B. Epidemiologi
Katarak adalah salah satu penyebab gangguan penglihatan yang paling umum di
dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), katarak adalah penyebab utama
kebutaan di seluruh dunia, bertanggung jawab atas 47,8% kebutaan atau
menyebabkan 17,7 juta orang buta. Di India terhitung 62,6% sekitar 7,2 juta orang
buta karena katarak.
C. Klasifikasi
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebuataan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
9
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian
obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang,
tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada
urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi
mental.
2. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.
3. Katarak Senilis
Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan
daya akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan
90% dari smeua jenis katarak. Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi
kekeruhannya, yaitu :
1. Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan
slitlamp. Katarak jenis ini terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan
warna mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna.
2. Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein
pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris dan
menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah sumber cahaya.
10
3. Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior. Pemeriksaannya
menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks
subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan dekat lebih terganggu
daripada penglihatan jauh.
D. Etiologi
Ada berbagai macam penyebab dari katarak berdasarkan jenisnya, yaitu sebagai
berikut :
1. Katarak kongenital, terjadi sejak lahir atau sejak bayi hingga dewasa.
Penyebabnya adalah hereditas, infeksi, obat-obatan, radiasi, kelainan
metabolik, trauma persalinan, malnutrisi, kongenital anomali, idiopatik.
2. Katarak senilis, terjadi pada orang lanjut usia berusia > 50 tahun.
Penyebabnya adalah usia yang semakin tua, dehidrasi, penyakit sistemik,
merokok, stress oksidatif dan kekurangan nutrisi.
3. Katarak karena trauma, terjadi pada orang yang bekerja pada kondisi yang
berbahaya, seperti tukang las. Penyebabnya adalah kerusakan pada kapsul
lensa mata dan masuknya benda asing.
4. Katarak komplikasi, terjadi pada orang yang menderita penyakit kulit, alergi,
uveitis, diabetes glukoma, asma dan emfisema. Penyebabnya adalah
komplikasi dari inflamasi kronis dan penyakit mata degenerative.
5. Katarak karena toksik metabolik, terjadi pada orang yang mengalami
defisiensi beberapa enzim dan hormon. Serta orang yang menjalani terapi
steroid dan obat yang mempunyai efek toksik. Penyebabnya adalah kelainan
metabolik seperti diabetes mellitus, galaktosemia dan beberapa obat (steroid,
NSAID).
6. Katarak karena radiasi, terjadi pada orang yang sering kontak dengan sinar
matahari, radiasi buatan dan tegangan tinggi. Penyebabnya adalah sinar
infrared, sinar X dan sinar UV (ultraviolet).
11
E. Faktor Risiko
Katarak dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor. Antara faktor risiko
penyakit katarak adalah usia yang lanjut, jenis kelamin, indeks massa tubuh yang
tinggi, hipertensi dan penyakit diabetes melitus.
a) Usia yang lanjut
Katarak senilis didefinisikan sebagai katarak yang berlaku pada pasien yang
berumur lebih dari 50 tahun yang tidak diakibatkan oleh trauma mekanik, kimiawi
atau radiasi yang diketahui. 48% dari kasus kebutaan diakibatkan oleh jenis katarak
ini. Antara mekanisme yang menyebabkan berlakunya katarak akibat usia adalah
agregasi protein dalam lensa, kerusakkan sel-sel serat membran dan migrasi abnormal
sel epitel lensa mata.
12
e) Diabetes melitus
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stres
oksidatif, stress osmotik dan glikasi tanpa enzim pada lensa mata. Hal-hal ini
dapat menyebabkan kejadian katarak. Proses terjadinya katarak pada penderita
diabetes melitus merupakan akibat peningkatan enzim aldosereductase yang
yang mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
osmotik sehingga serat lensa lama kelamaan akan menjadi keruh dan
mengakibatkan katarak. Pengaruh klinis yang lama akan mengakibatkan
terjadinya katarak lebih dari pada pasien diabetes dibandingkan dengan pasien
non diabetes.
F. Patogenesis
Lensa dibentuk oleh protein kristalin dan mempunyai jalur protein membran
untuk menjaga keseimbangan osmotik dan ioniknya. Komposisi molekular kristalin
membenarkan lensa untuk mengabsorbsi radiasi dalam jangka masa yang panjang
untuk menghindari kerusakkan yang diakibatkan oleh radiasi pada lensa. Namun,
upaya ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia oleh karena stres oksidatif
dan penurunan kemampuan metabolisme glukosa yang dialami oleh lensa. Hal ini
akan menyebabkan kekeruhan lensa bertambah akibat agregasi protein lensa,
lalumenyebabkan katarak senilis.
Sebagian besar (78%) pemecahan glukosa di dalam lensa melalui jalur glikolisis
anaerob, 14% melalui jalur pentosa fosfat dan sekitar 5% melalui jalur sorbitol. Pada
kondisi hiperglikemia jalur glikolisis anaerobik cepat jenuh dan glukosa akan
13
memilih jalur sorbitol. Pada jalur sorbitol glukosa diubah menjadi sorbitol oleh enzim
aldose reductase. Seharusnya sorbitol dipecah menjadi fruktosa oleh enzim poliol
dehydrogenase tetapi pada diabetes kadar enzim poliol dehydrogenase rendah
sehingga sorbitol menumpuk didalam lensa. Hal ini yang menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik yang akan menarik cairan aquoeusmasuk kedalam lensa sehingga
merusak arsitektur lensa dan menyebabkan kekeruhan.
G. Maturitas Katarak
1. Stadium Insipien
Stadium ini adalah awal proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa terbentuk
bercak bercak. Kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik
mata depan dengan kedalaman yang normal. Iris dalam posisi biasa disertai dengan
kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan belum terganggu.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini, lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi pembengkakan yang
disebut katarak imatur. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata
menjadi cembung, sehingga pasien tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat.
Akibat lensa mata yang bengkak, iris terdorong kedepan bilik mata dangkal dan sudut
bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaucoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terliha bayangan
iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur
Pada stadium ini terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan didalam lensa
sudah dalam keadaan seimbang. Dengan cairan dalam mata sehingga ukuran ukuran
lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, dan uji
14
bayangan iris negatif. Tajam penglihatan menurun dan proyeksi sinar positif. Stadium
ini tepat untuk melakukan operasi karena kekaburan lensa sudah lebih padat dan lebih
mudah dipisahkan dari kapsulnya.
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut dari korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam didalam korteks lensa. Pada stadium ini juga
terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang cair
keluar dan masuk kedalam bilik mata depan. Lensa terlihat lebih kecil daripada
normal, yang akan mengakibatkan iris tremular, dan bilik mata terbuka. Pada uji
bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini
disebut uji bayangan iris pseudo positif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka
akan timbul reaksi pada jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa juga dapat
menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaucoma fakolitik.
H. Gejala Klinis
Suatu opasitas pada lensa mata yang menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa
rasa nyeri, menyebabkan rasa silau dan dapat mengubah kelainan refraksi. Adanya
gangguan penglihatan (kabur atau mendung), penurunan tajam penglihatan secara
progresif, membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat hal-hal yang jelas, silau,
perubahan persepsi warna dapat terjadi dengan intensitas berkurang, kurangnya
kontras atau distorsi kekuningan. Katarak terus berkembang seiring waktu,
menyebabkan kerusakan penglihatan secara progresif.
Pada bayi katarak dapat mengakibatkan ambilopia (kegagalan perkembangan
penglihatan normal) karena pembentukan bayangan pada retina buruk. Bayi dengan
dugaan katarak atau dengan riwayat keluarga katarak kongenital harus dianggap
sebagai masalah yang penting oleh spesialis mata. Tajam penglihatan berkurang.
Pada beberapa pasien tanpa penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin
tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan terang
maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya
kontras.
15
I. Diagnosis
J. Penatalaksanaan
1. Non Bedah
Tatalaksana non bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk
sementara waktu. Disamping itu, walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana
medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan
yang terbukti mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada
manusia. Beberapa agen yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak
adalah penurunankadar sorbitol, pemberian aspirin, antioksidan vitamin C dan E17
2. Bedah
Tindakan Bedah Pada Katarak :
16
Pada EKIK tidak diperlukan operasi tambahan karena membuang seluruh
lensa dan kapsul tanpa meninggalkan sisa, memerlukan peralatan yang relatif
sederhana daripada EKEK, sehingga lebih mudah dilakukan, dan pemulihan
penglihatan segera setelah operasi dengan menggunakan kacamata +10 dioptri.
Namun demikian, EKIK juga memiliki beberapa kerugian yaitu penyembuhan
luka yang lama karena besarnya irisan yang dilakukan, pemulihan penglihatan yang
lama, merupakan pencetus astigmatisma, dan dapat menimbulkan iris dan vitreus
inkarserata.
EKEK adalah tehnik operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks
lensa melalui kapsula anterior. Pada operasi EKEK, kantong kapsul (capsular bag)
ditinggal sebagai tempat untuk menempatkan lensa tanam (intra ocular lens atau
IOL). Teknik ini merupakan suatu gebrakan dalam operasi katarak modern yang
memiliki banyak keuntungan karena dilakukan dengan irisan kecil sehingga
menyebabkan trauma yang lebih kecil pada endotel kornea, menimbulkan
astigmatisma lebih kecil dibanding EKIK, dan menimbulkan luka yang lebih stabil
dan aman.
Operasi EKEK tidak boleh dilakukan apabila kekuatan zonula lemah atau tidak
cukup kuat untuk membuang nukleus dan korteks lensa, sehingga harus dipilih teknik
operasi katarak yang lain.
17
pembelajaran lebih pendek, dimungkinkan dengan kapsulotomi can opener,
instrumentasi lebih sederhana, merupakan alternatif utama bila operasi
fakoemulsifikasi gagal, risiko komplikasi lebih rendah, waktu pembedahan lebih
singkat, dan secara ekonomis lebih murah.
4. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk mengahancurkan
nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3mm, dan kemudian dimasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi
kecil ini adalah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi
minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah minimal. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan katarak ekstrakapsul, dapat terjadi katarak sekunder yang dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan tindakan laser.
18
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, dan denaturasi protein lensa. Pasien katarak mengeluh
penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.
Katarak bisa dialami oleh semua umur, pada umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, dan juga akibat kelainan kongenital. Bermacam-macam penyakit mata yang
dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.Katarak
disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisika). Keracunan beberapa jenis obat
yang dapat menimbulkan katarak seperti obat kortikosteroid, dan antikolinesterase
topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Kelainan refraksi dan kacamata. 2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2006. 1-14, 35-48
2. Eva RP. Anatomi dan embriologi mata. In: Vaughan DG, Asbury T, Eva RP,
editors. Oftalmologi umum. 14th ed. Jakarta: Penerbit Widya Medika. 2000.
7-15
20