Anda di halaman 1dari 37

R E F E R AT

RASIONALISASI PENGGUNAAN THP PADA PASIEN


SKIZOFRENIA DAN FAKTOR–FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
 
 

 
 

Disusun Oleh :
Fajri Zuhendra 1610070100010
Gia Fristicha 1610070100101
M.Ari Rahman 1610070100102
Yushera Atika Sari 1610070100110

PRESEPTOR:
d r. S i l v i a E r f a n , S p . K j
1.1 Latar Belakang

• THP merupakan golongan antikolinergik yang digunakan untuk efek


samping yang ditimbulkan oleh farmakoterapi dari skizofrenia

• Skizofrenia adalah gangguan mental yang berat ditandai dengan


gangguan dalam pemikiran yang mempengaruhi persepsi seperti
mendengar suara atau delusi dan halusinasi.

• Menurut WHO, skizofrenia memberikan kontribusi sekitar 2,6% dari


beban penyakit di negara maju dan 0,8% di negara berkembang.
Prevalensi penyebaran skizofrenia di seluruh dunia sebesar 0,6–1,9%.

• Menurut data Riset Kesehatan Daerah tahun 2016 menunjukkan


prevalensi skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak
1,7 per 1.000 penduduk.
 Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan
antipsikotik yang efektif mengobati skizofrenia. Obat antipsikotik dibagi menjadi
dua yaitu : Obat antipsikotik tipikal yang mempunyai afinitas antidopaminergik
paling tinggi daripada obat antipsikotik atipikal sehingga antipsikotik tipikal
rentan terhadap efek samping yaitu sindrom ekstrapiramidal (EPS).

 Triheksifenidil merupakan obat yang sering digunakan apabila didapatkan

sindrom ekstrapiramidal sebagai akibat penggunaan antipsikotik


1.2 Tujuan

Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti salah satu tugas
kepaniteraan klinik senior psikiatri di RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami mengenai rasionalisasi penggunaan
THP pada pasien skizofrenia dan faktor–faktor yang
mempengaruhinya.
Manfaat

 Menambah wawasan mengenai rasionalisasi penggunaan THP pada


pasien skizofrenia dan faktor–faktor yang mempengaruhinya.

 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang menjalankan


kepaniteraan klinik senior psikiatri di RSJ Prof. H.B. Sa’anin
Padang.
Skizofrenia

Skizofrenia  Yunani
Schizo artinya terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran.
Jadi pikirannya terbagi atau terpecah.

Definisi :
Sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum
diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Gejala Negatif Gejala Positif

 Gangguan afek dan emosi


Gangguan afek dan emosi pada skizofrenia  Delusi (Waham)
berupa adanya kedangkalan afek dan Adanya suatu keyakinan yang salah
emosi tetapi dianggap merupakan fakta yang tidak
 Alogia dapat dirubah oleh siapapun. Waham yang
Penderita sedikit berbicara dan jarang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah
memulai percakapan dan pembicaraan, waham kebesaran, waham kejar, waham
kadang isi pembicaraan sedikit saja curiga, waham rujukan dsb.
maknanya
 Avolisi  Halusinasi
Merupakan keadaan dimana pasien Persepsi tanpa adanya stimulus
hampir tidak bergerak, gerakannya eksternal. Dapat berupa persepsi pada
minimal atau berkurangnya keinginan pendengaran, penglihatan, pembauan,
untuk melakukan aktivitas yang bertujuan. rabaan, pengecapan.
 Anhedonia
Tidak mampu menikmati kesenangan
Pengobatan Skizofrenia

Psikofarmaka
 APG I bekerja dengan cara memblok reseptor D2 di jaras neurotransmitter
dopamin sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif.
 contoh : trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.
APG 1 sering menyebabkan efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal.

 APG II sering disebut sebagai serotonin dopamine antagonis (SDA) atau


antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada
keempat jalur dopamin diotak yang menyebabkan rendahnya efek samping
extrapyramidal dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif.
 contoh : clozapine, olanzapine, quetiapine, dan rispendon.
4 Jaras Dopamin

 Jaras nigrostriatal, Jaras ini mengatur pergerakan motorik pada


manusia. Obat – obat antipsikotik khususnya APG 1 mengakibatkan
hambatan total pada reseptor dopamin di neuron pasca sinaps.
Sehingga bila hambatan pada jaras ini berlebih maka terlihat
gangguan pergerakan pasien yang disebut dengan Extra Piramidal
Syndrome (EPS)

 Jaras mesolimbik, berawal dari area tegmental ventral (VTA)


menuju ke nukleus accumbens, yang merupakan salah satu bagian
dari sistem limbik yang mengatur perilaku, sensasi yang
menyenangkan, dan rasa euforia. Berlebihnya dopamin di area ini
akan menghasilkan gejala psikotik seperti waham dan halusinasi
seperti pada penderita psikosis.
 Jaras mesokorteks, bermula dari area tegmental ventral (VTA)
dengan akson menuju korteks limbik di subkorteks. Jaras ini
terutama bertanggungjawab terhadap fungsi kognitif, dan simptom
negatif skizofrenia.

 Jaras tuberoinfundibuler, bermula dari hipotalamus menuju kelenjar


hipofisis anterior. Jaras ini bertanggungjawab terhadap
pengendalian sekresi prolaktin. Neurotransmitter dopamin sentral
berfungsi menginhibisi sekresi prolaktin. Bila fungsi ini mengalami
hambatan oleh obat antipsikotik secara berlebihan maka kadar
prolaktin dalam darah akan meningkat dan terjadi
hiperprolaktinemia.
Psikososial
1. Psikoterapi individual
2. Terapi suportif
3. Sosial skill training
4. Terapi okupasi
5. Terapi kognitif dan perilaku
6. Psikoterapi kelompok
7. Psikoterapi keluarga
Extra Piramidalis Syndrom (EPS)

 Sindrom ekstrapiramidal merupakan kondisi yang terjadi akibat


gangguan pada sistem ekstrapiramidal di otak. Sistem ekstrapiramidal
merupakan jaringan syaraf yang terdapat pada otak bagian sistem
motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan.

 Sindrom ekstrapiramidal merupakan gejala yang timbul akibat


penggunaan antipsikotik golongan tipikal. Kejadian EPS ini dapat
muncul sejak awal pemberian antipsikotik, hal ini bergantung dari
besarnya dosis yang diberikan. Sindrom ekstrapiramidal akut paling
sering terjadi pada awal pengobatan antipsikotik atau ketika dosis
ditingkatkan.
Patofisiologi EPS

 Susunan ekstrapiramidal terdiri dari korpus striatum, globus palidus,


talamik, nukleus subtalamikus, substransia nigra, formatio retikularis,
batang otak, serebelum. Semua komponen ini dihubungkan oleh akson.
Terbentuklah suatu lingkaran yang disebut dengan sirkuit triatal.

 Semua impuls akan yang tiba di neokorteks akan diserahkan ke korpus


striatum/globus palidus/talamus untuk diproses dan hasil pengolahan
itu merupakan feedback gerakan motorik.

 Gangguan jalur nigrostriatal dopamin menyebabkan depresi fungsi


motorik sehingga bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal
Gejala Sindrom Ekstrapiramidal

Akatisia

Distonia Akut

Parkinsonism

Sindroma Neuroleptik Maligna

Tadif Diskinesia (TD)


• Gejala–gejala ekstrapiramidal dapat diatasi dengan pemberian
obat anti kolinergik contohnya adalah triheksipenidil

• Pemberian triheksifenidil sebagai pencegahan efek samping yang


ditimbulkan obat-obat antipsikotik konvensional seperti gejala
sindrom ekstra piramidal. Adanya sindrom ekstra piramidal
inilah yang bisa menyebabkan ketidakpatuhan pasien minum
obat, dan nantinya berakibat pada munculnya kekambuhan.
TRIHEKSIFENIDIL (THP)

Triheksifenidil (THP) merupakan obat antikolinergik yang digunakan


pada pasien skizofrenia dengan tujuan untuk mencegah atau mengobati salah
satu efek samping dari penggunaan obat antipsikotik konvensional jangka
pendek dan panjang berupa sindrom ekstra piramidal atau extra pyramidal
syndrome (EPS).

Di jaras dopamine nigrostriatal terjadi hubungan timbal balik antara


dopamine dengan asetilkolin. Secara normal, dopamine menghambat
pelepasan asetilkolin dari postsinap neuron kolinergik nigrostriatal. Obat APG
1 bekerja menghambat reseptor dopamine. Bila dopamine dihambat, asetilkolin
menjadi sangat aktif atau meningkat. Asetilkolin yang meningkat dapat
dihambat oleh obat antikolinergik
Farmakodinamik THP

Trihexyphenidyl bekerja melalui efek inhibisi terhadap sistem saraf


parasimpatis. Trihexyphenidyl merupakan antagonis reseptor muskarinik
kompetitif, dengan mekanisme aksi memblok reseptor muskarinik M1.
Reseptor muskarinik M1 merupakan reseptor asetilkolin pada sistem saraf
parasimpatis. Blokade reseptor muskarinik M1 oleh trihexyphenidyl
mengakibatkan inhibisi saraf parasimpatis, dan mempengaruhi kerja otot polos
hingga kelenjar saliva.
 Pada penyakit Parkinson dan parkinsonisme, terdapat gangguan
keseimbangan antara jalur neurologi dopaminergik dan kolinergik yang
mengakibatkan gejala seperti tremor. Trihexyphenidyl dan obat-obatan
antikolinergik lainnya dapat memperbaiki gangguan keseimbangan ini
dengan cara mengurangi neurotransmisi yang dimediasi oleh
asetilkolin.

 Sifat trihexyphenidyl sebagai antagonis reseptor muskarinik juga


menjadi alasan penggunaan obat ini pada kondisi distonia.
Farmakokinetik THP

Onset of action 60 menit setelah pemberian pre oral dengan konsentrasi


puncak dalam waktu 2–3 jam dan bertahan 6-12 jam.

 Absorbsi
Pemberian pre oral triheksipenidil di absorsi di traktus gastrointestinal,
diabsorsi cukup baik dan tidak terakumulasi di jaringan. Absorbsi
trihexyphenidyl relatif cepat. Waktu yang diperlukan oleh trihexyphenidyl
hingga mencapai konsentrasi puncak dalam plasma adalah kurang lebih
1,3 jam sejak pemberian obat secara oral.
 Distribusi
Setelah diabsorpsi melalui saluran cerna, trihexyphenidyl dengan cepat
mencapai konsentrasi puncak dalam plasma dan mencapai jaringan
targetnya. Konsentrasi tertinggi terdapat pada paru, otak, dan jaringan
lemak, sementara konsentrasinya rendah pada otot dan jantung.

 Metabolisme
Trihexyphenidyl memiliki kelompok amino tersier alifatik yang dapat
mengalami dealkilasi dan oksidasi, dan dapat dimetabolisme dengan baik
pada manusia. Satu kali penggunaan oral memiliki durasi aksi selama 6
hingga 12 jam.
 Eliminasi
Trihexyphenidyl dieliminasi melalui urin dalam bentuk obat yang tidak
berubah. Waktu paruh trihexyphenidyl adalah 33 jam. Efek gangguan
ginjal terhadap metabolisme dan eliminasi trihexyphenidyl tidak
diketahui dengan pasti. Namun, diduga dapat mengakibatkan
peningkatan waktu paruh, sehingga meningkatkan risiko efek samping.
THP Pada Skizofrenia

 Terdapat dua pendapat tentang penggunaan triheksifenidil pada pasien


skizofrenia yaitu :

1. Tidak diberikan secara rutin


 Alasan penggunaan obat – obat antikholinergik tidak perlu diberikan secara
rutin adalah karena hanya diberikan untuk tujuan pencegahan efek samping
ekstrapiramidal, karena munculnya efek samping bersifat individual.
 Penggunaan triheksifenidil juga dapat di pertimbangkan pada pasien baru yang
belum diketahui apakah memiliki gejala ekstrapiramidal atau tidak selama
pemberian 14 hari.
 THP juga perlu di pertimbangkan pada penderita skizofrenia dengan terapi
kombinasi obat antipsikotik, semakin banyak obat antipsikotik yang diberikan
maka semakin besar kemungkinan efek samping obat terutama EPS muncul
2. Diberikan rutin untuk profilaksis
Diberikan sebelum timbul EPS (ekstra pyramidal Sydrome). Alasan
memberikan triheksifenidil profilaksis secara rutin adalah karena EPS
merupakan sumber ketidak patuhan minum obat yang berakibat pada
munculnya kekambuhan.
 Penelitian di RSJ Daerah Sungai Bangkong Pontianak menyatakan
penggunaan THP di RSJ tersebut dengan pola pemberian triheksifenidil
langsung bersama dengan antipsikotik sejak awal pengobatan atau sebelum
muncul EPS. Pola tersebut memiliki persentase sebesar 100%.

 Beberapa penelitian mendukung pola ini dengan alasan meningkatkan


kepatuhan berobat karena beberapa obat antipsikotik menimbulkan EPS
yang tidak menyenangkan serta mengakibatkan pasien menolak
meneruskan pengobatannya. Dengan diberikannya obat triheksifenidil
bersama dengan obat antipsikotik secara langsung pada saat pertama
berobat diharapkan tidak muncul EPS sehingga pasien dapat dengan
sukarela meneruskan pengobatannya
 Penelitian di RSJ Sambang Lihum menyatakan bahwa pola yang digunakan
adalah penggunaan THP yang hanya diberikan jika timbul EPS pada pasien
karena tidak semua pasien mengalami gejala EPS selain itu karena
pemberian THP juga menimbulkan efek antikolinergik perifer. Bentuk efek
yang ditimbulkan berupa mulut dan hidung kering, pandangan kabur,
konstipasi, dan retensi urin; serta efek antikolinergik sentral seperti mual,
muntah, agitasi, halusinasi sampai mengeksaserbasi psikosis skizofrenia,
kejang, demam tinggi, dilatasi pupil, dan gangguan kognitif seperti
disorientasi terhadap waktu, orang dan tempat, stupor serta koma.

 THP dapat memperburuk gejala positif yang dihubungkan dengan adanya


gangguan fungsi kognitif, oleh sebab itu THP tidak digunakan sembarangan
karena dapat merusak kognitif terutama pada pasien usia lanjut
 Penggunaan triheksifenidil dapat dikatakan tepat aturan pakai jika
dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat, yaitu masuk dalam
rentang dosis terapi 1-3 kali 2 mg/hari dan tidak lebih dari 15
mg/hari. Pada terapi awal, dosis yang disarankan hanya 1 mg dosis
tunggal. Hari kedua dan hari selanjutnya dosis bisa ditingkatkan
menjadi 2 mg dengan interval 1 – 3 kali sehari

 Jika dosis melebihi ambang batas dosis maksimal maka dapat


mengakibatkan potensi timbulnya toksisitas. Triheksifenidil dapat
diberikan 4 sampai dengan 8 minggu dan coba diturunkan untuk
melihat apakah pasien masih membutuhkan.
Interaksi Obat

 THP dapat dikombinasikan bersama APG 1. Efek dan cara kerja THP
berbeda – beda sesuai dengan obat APG 1 yang dikombinasikan.

 Interaksi obat yang terjadi dapat memperkirakan tingkat resiko


kombinasi dengan pengklasifikasian dalam level. Level dibagi dari
tingkat yang berbahaya ke tingkat yang kurang berbahaya.
Interaksi Obat

 Uraian interaksi obat penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia


di RS X periode 2007
No Obat yang Jenis Level Keterangan
berinteraksi interaksi

1 THP + Klorpromazin F . Dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik klorpromazin.

2 THP + Haloperidol F . Kinetik 2 Menurunkan konsentrasi


haloperidol

3 THP + Trifluperazin F . Dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik trifluperazin.
 Uraian interaksi obat penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia
di RS X periode 2008
No Obat yang berinteraksi Jenis interaksi Level Keterangan

1 THP + Klorpromazin F. Dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik klorpromazin.

2 THP + Haloperidol F. Kinetik 2 Menurunkan konsentrasi


haloperidol

3 THP + Trifluperazin F . Dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik trifluperazin.
 Uraian interaksi obat penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia
di RS X periode 2009
No Obat yang berinteraksi Jenis interaksi Level Keterangan

1 THP + Klorpromazin F . dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik
klorpromazin.

2 THP + Haloperidol F . Kinetik 2 Menurunkan konsentrasi


haloperidol

3 THP + Trifluperazin F . Dinamik 2 Menurunkan efek


terapeutik trifluperazin
THP dan Haloperidol

 Pemberian triheksifenidil bersamaan dengan haloperidol dapat


menurunkan konsentrasi haloperidol dalam serum, sehingga akan
mengurangi efek terapeutik haloperidol dan mengurangi gejala psikotik.
Hal inilah yang mendasari kombinasi THP dan haloperidol masih
menjadi pilihan untuk mengatasi efek ekstrapiramidal pada pasien
skizofrenia

 Ketika haloperidol dikombinasikan dengan triheksifenidil, maka harus


dilakukan penyesuaian dosis dan monitoring perkembangan gejala
psikosis pasien. Jika terjadi peningkatan gejala psikosis maka sebaiknya
pemberian triheksifenidil dihentikan atau digantikan dengan
antikolinergik lain yang tidak mempunyai profil interaksi obat dengan
haloperidol, antikolinergik yang tidak menyebabkan interaksi obat
dengan haloperidol adalah difenhidramin
 Difenhidramin merupakan antikolinergik golongan antihistamin yang
cukup efektif mengatasi gejala akut ekstrapiramidal dengan rute
pemberian secara intramuskular. Secara farmakoekonomi harga
dipenhidramin relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan
triheksilfenidil. Dipenhidramin biasanya diberikan pada pasien
skizofrenia jika pasien mengalami reaksi alergi yang berat.
Triheksifenidil (THP) terhadap Trifluoperazin (TFP) dan
Klorpromazin

 Triheksifenidil (THP) merupakan golongan antikolinergik penghambat


asetilkolin yang bekerja sentral dengan menghambat kerja parasimpatik pada
sistem saraf pusat. Efek triheksilfenidil pada sistem saraf pusat bersifat
antagonis terhadap efek antipsikotik TFP dan klorpromazin.

 Triheksifenidil pada TFP dan Klorpromazin mempunyai target kerja untuk


menurunkan efek samping dari kedua obat ini dan tidak mengurangi gejala
psikotik yang dialami pasien skizofrenia.
 Efek samping ekstrapiramidal pada pasien tidak hanya diatasi dengan
pemberian antikolinergik, tetapi dapat juga diatasi dengan
pengurangan dosis antipsikotik atau dengan mengganti antipsikotik
tipikal dengan antipsikotik atipikal yang mempunyai efek samping
ekstrapiramidal lebih kecil daripada klorpromazin seperti risperidon
KESIMPULAN

Penggunaan triheksifenidil (THP) pada pasien skizofrenia bertujuan untuk


mencegah atau mengobati salah satu efek samping dari penggunaan obat
antipsikotik konvensional jangka pendek dan panjang berupa sindrom ekstra
piramidal atau extra pyramidal syndrome (EPS). Efek samping EPS meliputi
reaksi distonia akut, akatisia dan parkinsonisme, Sindroma neuroleptic
maligna dan tardif dyskinesia. Terdapat dua cara pemberian THP yaitu
diberikan ketika gejala EPS muncul karena efek samping bersifat individual
dan tidak terjadi pada semua orang. Selanjutnya diberikan secara rutin
bersamaan dengan pemberian antipsikotik karena EPS merupakan penyebab
ketidakpatuhan pasien meminum obat antipsikotik sehingga memicu
munculnya kekambuhan
KESIMPULAN

EPS sering ditimbulkan dari penggunaan APG 1. Interaksi THP terhadap


Trifluoperazin dan klorpromazin mempunyai target kerja untuk menurunkan
efek samping ekstrapiramidal dari kedua obat ini bukan untuk mengurangi
gejala psikotik yang dialami pasien skizofrenia. Sementara interaksi THP dan
haloperidol menurunkan konsentrasi haloperidol dalam serum, sehingga akan
mengurangi efek terapeutik haloperidol sekaligus mengurangi gejala psikosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai