PENDAHULUAN
mengenai jaringan ikat kulit, organ dalam dan dinding pembuluh darah yang
ditandai dengan disfungsi endotel, fibrosis dan produksi autoantibodi.1 Secara umum,
skleroderma dibagi dalam dua kelompok besar yaitu skleroderma lokalisata/morfea dan
termasuk kasus yang jarang dijumpai dibandingkan dengan penyakit jaringan ikat yang
lain. Perjalanan penyakit ini kronis serta manifestasi klinis yang sangat bervariasi.1
baru per juta orang dewasa per tahun. Prevalensinya adalah 253-286 kasus per juta
Penyakit ini lebih banyak mengenai wanita dengan ratio 3-5:1. Kelompok usia
tertinggi adalah 15-40 tahun, dan menurun setelah menopause. Penelitian di poliklinik
reumatologi RSCM/FKUI mendapatkan 43 pasien SSc yang berobat dalam kurun waktu
2 tahun. Perbandingan wanita dan pria adalah 9,8:1 dengan median usia adalah 32 tahun
(18-55 tahun), Berbeda dengan skleroderma lokal, SSc ini sangat jarang ditemukan pada
anak-anak.1
mengalami penebalan kulit dan beberapa melibatkan organ dalam. Hingga saat ini
1
masih belum ada terapi SSc yang optimal dan umumnya hanya bersifat simptomatik,
namun pengobatan yang efektif untuk beberapa bentuk penyakit sudah ada.1
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Dalam RS DR. ACHMAD MOCHTAR dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.
Tujuan penulisan dari case report session ini adalah untuk mengetahui tentang
Sklerosis Sistemik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengenai jaringan ikat kulit, organ dalam dan dinding pembuluh darah, yang
merupakan penyakit autoimun sistemik kronis ditandai oleh penebalan dan fibrosis
kulit dengan keterlibatan organ internal luas terutama saluran cerna, paru, jantung, dan
jaringan yang terkena, misalnya kulit, paru-paru, jantung, esofagus dan ginjal.5
baru per juta orang dewasa per tahun. Prevalensinya adalah 253-286 kasus per juta
Oklahoma (660 kasus per juta, didasarkan pada 14 kasus). Peningkatan yang tampak
dalam insidensi dan prevalensi selama 50 tahun terakhir kemungkinan besar karena
3
klasifikasi yang lebih baik, diagnosis yang lebih dini dan survival yang lebih baik.
mencakup sekitar 22-25% dari semua kasus sklerosis sistemik, namun penelitian
epidemiologis yang mencari secara spesifik pada sindrom CREST masih belum ada.3
Insidensi sklerosis sistemik (skleroderma) di Jerman terjadi pada 3,6 pasien per juta
orang per tahun, pasien yang di dalam populasi ini memiliki bentuk skleroderma terbatas.
Insidensi di Spanyol adalah 0,3 kasus per juta orang dewasa per tahun dan di Inggris
adalah 3,7 kasus per juta per tahun. Prevalensi di Inggris 82 kasus per juta per tahun, di
Prevalensi dan insidensi sklerosis sistemik lebih tinggi pada orang kulit hitam
daripada kulit putih. Prevalensi penyakit difus diantara pasien kulit hitam hampir dua
kali lipat daripada pasien kulit putih. Survival untuk pasien kulit hitam versus bukan
kulit hitam secara marjinal lebih buruk selama 12 tahun pertama setelah diagnosis,
tetapi, secara umum, survival untuk kedua kelompok sebanding. Perempuan memiliki
insidensi skleroderma yang lebih tinggi daripada laki-laki. Perbedaan ini tampak lebih
jelas selama usia subur dengan rasio perempuan terhadap laki-laki secara keseluruhan
sebesar 4,6:1.3 Kelompok usia tertinggi adalah 15-40 tahun, dan menurun setelah
menopause.
yang berobat dalam kurun waktu 2 tahun. Perbandingan wanita dan pria adalah 9,8:1,
dengan median usia adalah 32 tahun (18-55 tahun), Berbeda dengan skleroderma lokal,
4
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui hingga sekarang ini, adanya faktor
genetik, lingkungan (infeksi, zat kimia, dan obat-obatan), imun tubuh dan kerusakan
vaskular serta jaringan merupakan hal penting dalam prosrs penyakit ini.1
2.4 Klasifikasi
hanya terbatas pada kelainan kulit dan jarang melibatkan sistemik. Sebaliknya, sklerosis
sistemik melibatkan berbagai sistem organ selain di kulit, dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang cukup besar. Morfea dibedakan dari skleroderma
lipatan kuku dan keterlibatan organ-organ dalam. Pasien morfea biasanya menunjukkan
gejala sistemik yaitu malaise, sakit kepala, artralgia, mialgia serta pemeriksaan serologi
sistemik
1 Keterlibatan kulit Distribusi pengerasan sklerodaktil
penebalan kulit
proksimal
2 Fenomena raynaud Tidak ada Ada
3 Iskemik pada ujung jari Tidak ada Biasanya ada
( ulkus/ skar
5
atau kehilangan
fingerpad)
4 Keterlibatan organ dalam Tidak ada Ada
5 Antibodi antinuklear Positif pada ≥50% Positif
1. Skleroderma Lokal
Yaitu beberapa bentuk skleroderma yang mengenai kulit secara lokal tanpa disertai
pada kulit dalam bentuk garis-garis dan umumnya disertai atrofi otot dan tulang
dibawahnya
garis yang sklerotik terdapat pada ekstremitas atas atau bawah atau daerah
2. Sklerosis Sistemik
6
b) Sklerosis sistemik terbatas : Penebalan kulit terbatas pada distal siku dan lutut
tetapi dapat juga mengenai muka dan leher. Sinonimnya adalah sindroma
c) Sklerosis sitemik sine skleroderma : secara klinis tidak didapatkan kelainan kulit
walaupun terdapat kelainan organ dan gambaran serologis yang khas untuk
sklerosis sistemik.
otot inflamasi.
sitemik6
7
Gambar 1 Gambaran klinis Skleroderma.
Tabel . Perbedaan antara sklerosis sitemik terbatas dan sklerosis sistemik difusa
Terbatas
Kulit yang terlibat Terbatas pada jari, lengan Difus: jari-jari, ekstremitas,
lambat cepat
Fenomena Mendahului keterlibatan Sejalan dengan keterlibatan
berhubungan dengan
iskemia
8
Fibrosis pulmonal Mungkin terjadi, moderat Sering, awal dan berat
Hipertensi arteri Sering, lambat, mungkin Dapat terjadi, berhubungan
skleroderma
Kalsinosis kutis Sering, menonjol Dapat terjadi, ringan
Karakteristik Antisentromer Antitopoisomerase (Scl-70)
autoantibodi
a. Manifestasi Kulit
Seringkali gejala awal edema pada kedua tangan, mengeluh nyeri di kulit berupa
nyeri tajam dan nyeri tekan superfisial pada kulitnya dan perlahan menghilang setelah
mulai terjadi fibrosis. Keterlibatan kulit juga meliputi : tangan yang bengkak (dan
lebih jauh terjadi kontraktur pada jari-jari, juga keterbatasan dalam membuka mulut
Dapat berupa : mual, muntah, kekeringan pada mulut, rasa kembung, disfagia,
erosif, gastritis, diverikulitis colon, konstipasi, díare, malabsorbsi dan kehilangan berat
badan, diare.
c. Manifestasi Pulmonum
Berupa batuk kering, fibrosis paru, sesak napas, pleural efusion, penyakit paru
9
interstitial dan restriktif paru. Hipertensi pulmonal dapat terjadi melalui 2 proses yaitu:
d. Manifestasi Jantung
manifestasi yang perlu diawasi ketat pada SSc, karena kemungkinan terjadi krisis renal
skleroderma dengan adanya hipertensi maligna. Hal ini merupakan penyebab kematian
e. Manifestasi Muskuloskleletal
Artralgia, artritis, kontraktur sendi dengan keterbatasan gerak sendi, miopati dan
Adanya kelemahan otot proksimal yang diikuti oleh peningkatan enzim kreatin kinase,
dan/atau laktat dehidrogenase (LDH) merupakan bukti adanya miositis. Kompresi pada
saraf dapat ditemukan terutama pada nervus medianus dengan gejala carpal tunnel
syndrome (CTS).
f. Manifestasi Hematologi
Tidak ada manifestasi hematologik yang spesifik pada SSc, anemia yang terjadi
pada umumnya akibat penyakit kronis atau terjadi perdarahan kronis, salah satunya
10
karena adanya teleangiektasi pada sistem pencernaan. Trombositopenia kadang dapat
Merupakan salah satu variasi dari SSc, di mana pasien mengalami banyak gejala
SSc baik interaksi organ dalam maupun autoantibodi, namun tidak ditemukan
pengerasan kulit.
2.6 Patogenesis
internal.
3) Perubahan kekebalan humoral dan selular. Tidak jelas proses mana yang
diinisiasi oleh faktor etiologi yang tidak diketahui pada beberapa genetik reseptif
host yang memicu cedera mikrovaskuler yang ditandai dengan kelainan struktural
dan fungsional sel endotel. Kelainan sel endotel mengakibatkan baik peningkatan
11
faktor pertumbuhan polipeptida dan berbagai zat lainnya seperti prostaglandin,
spesies oksigen reaktif (ROS), atau dalam pengurangan senyawa penting seperti
Disfungsi sel endotel memungkinkan daya tarik kemokin dan sitokin yang
diperantarai sel inflamasi dan prekursor fibroblas (fibrosit) dari aliran darah dan
dan B, dengan produksi lebih lanjut dan sekresi sitokin dan faktor pertumbuhan dari
sel ini.
penyakit khusus dan disregulasi dari sitokin, kemokin dan produksi faktor
konversi fenotip berbagai jenis sel, termasuk fibroblas, sel epitel, sel endotel, dan
progresif dan parah, dan akumulasi fibrosis jaringan berlebihan dan luas, ciri
vaskular adalah salah satu perubahan paling awal dari sklerosis sistemik. Gangguan
berat pada pembuluh darah kulit yang kecil dan organ internal, termasuk disfungsi
12
teraktifasi dan makrofag, yang hampir ada pada sklerosis sistemik yang
mempengaruhi jaringan.
Bukti baru mendukung konsep bahwa disfungsi endotel dan fibrosis adalah
fenomena yang berkaitan dan telah diusulkan bahwa perubahan vaskular, termasuk
Hipotetis urutan peristiwa yang terlibat pada fibrosis jaringan dan vaskulopathy
fibroproliferatif pada SSc. Penyebab yang tidak diketahui menginduksi aktivasi sel-
sel imun dan inflamasi pada host secara genetis cenderung menghasilkan inflamasi
kronis. Sel-sel inflamasi dan imun yang diaktifkan mengeluarkan sitokin, kemokin,
13
dan faktor-faktor pertumbuhan yang menyebabkan aktifasi fibroblas, diferensiasi
sel-sel endotel dan epitel menjadi myofibroblas, dan perekrutan fibrosit dari
perivaskular sel inflamasi- imunologi, termasuk limfosit T dan B dan makrofag. Sel
mikrovaskuler.
kolagen tipe I, III, dan VI dan ECM lain dan makromolekul jaringan ikat termasuk
dihasilkan dari akumulasi di kulit dan jaringan lain yang terkena myofibroblass, sel-
sel yang memiliki fungsi biologis yang unik, termasuk peningkatan produksi jenis
fibrilar kolagen tipe I dan III, ekspresi dari aktin α-otot polos, dan penurunan
dengan kespesifikan sangat tinggi untuk suatu penyakit, serta kelainan bawaan dan
14
respon imun seluler yang didapat. Produksi jaringan ikat berlebihan oleh sklerosis
sistemik fibroblas diinduksi oleh sitokin dan faktor pertumbuhan yang dilepaskan
Salah satu faktor pertumbuhan yang memainkan peran penting dalam fibrosis
yang menyertai sklerosis sistemik adalah TGF-β. Salah satu efek TGF-β yang paling
kolagen dan protein ECM lain. Selain efek stimulasi ECM yang ampuh, TGF-β juga
2.7 Diagnosis
Kriteria Mayor :
simetrik pada kulit jari dan kulit proksimal terhadap sendi metakarpofalangeal atau
metatarsofalangeal. Perubahan ini dapat mengenai seluruh ekstremitas, muka, leher dan
Kriteria Minor :
- Sklerodaktili : perubahan kulit seperti tersebut di atas tetapi hanya terbatas pada jari.
15
- Pencekungan jari atau hilangnya substansi jari. Hal ini terjadi akibat iskemia.
- Fibrosis basal kedua paru. Gambaran linier atau lineonodular yang retikular
terutama di bagian basal kedua paru, tampak pada gambaran foto thorak standar.
(A) Hiperkeratosis pada lipatan kuku pasien pada fase edema pasien skleroderma
dan didukung oleh uji laboratorium. Tidak ada tes spesifik untuk skleroderma.
Sekali sklerosis sistemik didiagnosis, klinis merupakan hal yang paling penting.
paru, esofagus, miokard, dan ginjal dan sebagai tambahan fungsi tiroid. Pada
klinis, tetapi dapat menolong pada presentasi penyakit yang atipikal dan
16
2.8 Pemeriksaan Penunjang
kapiloroskopi, funduskopi.1
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi umum
Terapi simptomatik terdiri atas penghambat pompa proton (PPI) untuk refluks
(losartan) untuk mencegah krisis renal. Aspirin dan statin dapat menurunkan faktor beg
b. Terapi Vasoaktif
17
Prostasiklin (PG-12) (iloprost, epoprostenol) menurunkan frekuensi dan
fosfodiesterase juga efektif dalam terapi hipertensi pulmonum dan ulkus anan digit.
c. Terapi Imunosupresan
dalam terapi SSc, namun belum ada kepastian tentang lama terapi serta hubungannya
Metotreksat lebih ditujukan untuk pasien yang mengalami miositis atau artritis.
Akhir-akhir ini mikofenolat mofetil (MMF) telah menunjukkan efek yang positif dalam
terapi SSc.
Tidak ada bukti yang jelas akan kegunaan glukokortikoid pada penyakit ini. Pada
dosis lebih dari 7.5 mg per hari dapat meningkatkan risiko terjadi krisis renal. Pasien
yang mendapat glukokortikoid harus mendapat pengawasan yang ketat akan fungsi
pada sel B, tidak menunjukkan perbaikan pada pengerasan kulit atau menurunkan titer
d. Terapi Antifibrotik
18
penghambat tirosin kinase, juga target platelet derived growth factor receptor (PDGFR)
Kolagen bovin tipe I 500 mg per oral mengurangi penebalan kulit. Terapi ini
menginduksi toleransi oral terhadap kolagen autoantigen yang diukur melalui reaktivitas
sel T. Terapi Ultraviolet A Iradiasi sinar ultraviolet A (UVA) (320-400 nm) ke lapisan
kulit yang lebih dalam. Iradiasi UVA berulang-ulang atau yang berhubungan dengan
sintesis kolagen dalam fibroblas kulit; dan merusak jaringan kolagen. Di lain pihak,
UVA menimbulkan efek imuno-supresif kulit dan sistemik, seperti apoptosis sel T dan
induksi IL-10. Efek ini dapat memperbaiki skor kulit pada SSc.
Usaha terapi dengan menetralkan antibodi anti transforming growth factor beta (TGFB)
(CAT- 192) dan dengan penghambat peptida TGFB dan connective tissue growth faktor
19
20