Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS
I

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Ss
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 44 Tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Muna/Indonesia
Pekerjaan
: PNS (Guru)
Alamat
: Perumahan P2ID
Tanggal Pemeriksaan
: 15 Januari 2016
Dokter Muda Pemeriksa : Febriza
II ANAMNESIS
KU : Penglihatan kabur dengan kacamata yang digunakannya.
AT : Pasien mengeluh penglihatan kabur sejak 1 bulan yang lalu dengan kacamata yang telah
gunakannya selama 2 tahun, pasien tidak mengetahui ukuran kacamatanya. Pasien mengeluh
kabur saat melihat dekat dan berbayang. Saat membaca pasien juga menjauhkan objek yang
dibacanya. Hal tersebut membuat pasien pusing dan sakit kepala bila terus berusaha melihat
dekat. Terkadang pasien juga sering merasa silau saat mengguanakan kacamata. Mata kering
(-), rasa berpasir (-),
Riwayat memakai kacamata sebelumnya : (+)
Riwayat penyakit terdahulu : (-)
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sam dengan
pasien.
III Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tanda vital

: Sakit ringan
: Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
IV PEMERIKSAAN OFTAMOLOGI
A Inspeksi

: 110/70 mmHg
: 86 x/menit
: 18 x/menit
: Tidak diukur

B Palpasi
No

Pemeriksaan

.
1.
2.
3.
4.

Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula periaurikuler

C Tonometri
Tidak dilakuakn pemeriksaan
D Visus
VOD : 6/40 S -2,00 : 6/6
VOS : 6/40 S -2,00 C -0,75x90 : 6/6
E Campus Visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
F Colour Sense
Tidak dilakuakn pemeriksaan
G Light Sense
Tidak dilakuakn pemeriksaan

OD

OS

Normal
(-)
(-)
(-)

Kesan meningkat
(-)
(-)
(-)

H Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil

OD
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat
Bulat, sentral,

Lensa

cahaya (+)
Jernih

OS
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat
Refleks Bulat, sentral,

Refleks

cahaya (+)
Jernih

Oftamoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
J Slit Lamp
Tidak dilakukan pemeriksaan
K Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
V RESUME
VI
Pasien mengeluh penglihatan kabur sejak 1 bulan yang lalu dengan kacamata yang
telah gunakannya selama 2 tahun, pasien tidak mengetahui ukuran kacamatanya.
Pasien mengeluh kabur saat melihat dekat dan berbayang. Saat membaca pasien juga
menjauhkan objek yang dibacanya. Hal tersebut membuat pasien pusing dan sakit
kepala bila terus berusaha melihat dekat. Terkadang pasien juga sering merasa silau
saat mengguanakan kacamata.
VII DIAGNOSIS
VIII RENCANA TERAPI
IX PROGNOSIS
X DISKUSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyederhanankan system optis mata manusia,
terutama dengan menggguanakan persamaan lensa tebal metode aljabar untuk perhitungan
optis. Banyak dari konsep yang dibuat yang menyatakan bahwa bayangan diretina dibentuk
oleh dua elemen lensa, kornea menyumbang sekitar 43D dan lensa berperanan dalamm 19D
sisanya, tetapi ini terlalu mnyederhanakan masalah. Skema mata Gullstrand dan bentuk
tereduksinya adalah model yang menurunkan besaran matematis untuk sifat optis mata.
Misalnya, dalam skema mata tereduksi, kornea yang dianggap sebagai satu-satunya yang
membiaskan, dengan bidang utamanya (H) terletak di apeks dan titik nodus (n) terletak
dipusat kelengkungan. Bola mata memiliki panjang sumbu 22,5 mm, dan indeks refraksi
mata dikatakan adalah 1,33. Sayangnya, angka-angka ini sudah dianggap banyak orang
sebagai angka sebenarnya dan bukan nlai yang diperoleh secara matematis. Indeks refraksi
aqueous humor adalah sekitar 1,3337 (untuk garis natrium D pada 370C).
Trigonometric ray traching membuktikan bahwa system optic mata manusia lebih tepat
dikonseptualisasikan sebagai system 3 lensa :
Lensa aquous, lensa lensa dan lensa vitreus. Bertentangan dengan anggapan umum, kornea
itu sendiri hampir tidak memilikikekuatan refraksi dalam system optis tetapi hanya dalam
membentuk kelengkungan anterior lensa aquous. Lensa kristalina adalah komponen optis
yang menarik karena indeks refraksinya berfariasi disepanjang ketebalannya,tidak konstan
seperti yang dianggap oleh kebanyakan perhitungan optis. Lensa vitreus sangat penting pada
efeknya yang kuat pada pembesaran.
Model-model system optis mata manusia harus dinilai kembali karena sekarang banyak
tindakan bedah mata, apakah itu bedah katarak, tindakan keratorefraktif, atau bedah vitreus,
yang berefek besar pada komponen dari sitem lensa tersebut. Model Gullstrand, dengan

system optis dianggap berfungsi sebagain suatu unit yang terintegrasi, tidak dapat diterapkan
dalam keadaan-keadaan tersebut.
Kelainan refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya bola mata. Pada orang normal
susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang
sehingga bayangan benda setelah melalui mmedia penglihatan dibiaskan tetap didaerah
macula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat diretinanya pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau
melihat jauh.
Dikenal beberapa titik dalam bidang refraksi, seperti punktum proksimum merupakan
titik terdekat dari dimana sesorang masih dapat melihat dengan jelas. Punktum remutum
adalah titik terjauh dimana seseorah masih dapat melihat dengan jelas bahwa titik ini
merupakan titik yang berhubungan dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau
foveola bila mata istirahat. Pada emetropia punktum remutum terletak didepan mata
sedangkan pada mata hipermetropian semua dibelakang mata.
Emetropia
Emetropia berasal dari kata yunanin emetros yang berarti ukuran normal atau dalam
keseimbangan wajar sedang arti opsis adalah penglihatan. Mata dengan sifat emetropia
adalah mata tanpa anyanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan berfungsi normal.
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinae jauh difokuskan sempurna
didaerah macula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada
macula lutea disebut ametropia.
Mata amertropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media
penglihatan seperti orne, lensa, badan dan badan kaca keruh maka sinar tidak dapat
diteruskan ke macula lutea. Pada media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan
100% atau 6/6.

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan,


kelengkungan kornea dan panjangnya bola m ata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar
terkuat dibandingkan bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar
terutama pada saat melakukan akomodasi atau melihat benda yang dekat. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea
(mendatar,mencekung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola
mata maka sinar normal tidak dapat terdapat terfokus pada macula. Keadaan ini dapat disebut
sebagai emetropia yang dapat beruapa myopia, hipermetropia, astigmat.
Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan
lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan
akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan
yang disebut presbiopi.
Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina, demikian pula
bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan
pada retina atau macula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbedabeda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa yang mencembung
terjadiakibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat.
Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin
kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh reflex
akomodasi. Reflex akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.
Mata mengubah-ubah daya bias untuk menetapkan focus pada objek dekat melalui proses
yang disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan dilensa kristalina. Kontraksi

otot siliaris menimbulkan penebalan dan peningkatan kelengkungan lensa, mungkin akibat
relaksasi kapsul lensa.
Mata akan berakomodasi bila bayangan benda difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh
tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi hipermetropia maka
mata tersebut akan berakomodasi terus-menerus walaupun letak bendanya jauh, dan pada
keadaan ini diperlukan fungsi akomodasi yang baik.
Dengan bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya akomodasi akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencembung. Keadaan berkurangnya
daya akomodasi pada usia lanjut disebut presbiopi.
Presbiopia
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua
orang disebut presbiopia. Seseorang denga mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi ) akan mulai
merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang
terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun. Hal ini semakin buruk pada cahaya temaram
dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat objek lelah. Gejala ini meningkat sampai usia
55 tahun, menjadi stabil, tetapi menetap.

Presbiopi dikoreksi denngan menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya focus otomatis lensa
yang hilang. Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kaca mat abaca memiliki koreksi
dekat diseluruh aperture kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk mambaca, tetapi
membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan
kacamata separuh, yaitu kacamata yang bagian atasnya terbuka dan tidak dikoreksi untuk
penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.
Myopia
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh mata yang tidak
berakomodasi, mata tersebut mengalami mmiopia, atau nearsighed. Bila mata berukuran lebih
panjang dari pada normal, kelainan yang terjadi disebut myopia aksial. (untuk setiap millimeter
tambahan panjang sumbu, maka kira-kira lebih miopi 3 dioptrik). Apabila unsur-unsur pembias
lebih refraktif dibandingkan dengnan rata-rata, kelainan yang terjadin disebut myopia kurvatura
atau kurvatura refraktif . jika objek digeser lebih dekat dari 6 meter, bayangan akan bergerak
mendekati retina dan terlihat lebih focus. Titilk tempat bayangan terlihat paling tajam fokusnya
diretina disebut titik jauh.

Derajat myopia dapat diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh
tersebut. Dengan demikian, titik jauh sebesar 0,25 m menandakan pperlunya lensa koreksi minus
4 dioptri untuk melihat jarak tertentu. Oranng myopia memiliki keuntungan dapat membaca
dititik jauh tanpa kacamata bahkan pada usia presbiopia. Myopia derajat tinggi menyebabkan
meningkatnya kerentanan terhadap gangguan-gangguan retina degenerative termasuk ablatio
retina. Lensa sferis konkaf (minus) biasanya digunakan untuk mengoreksi bayanngan pada
myopia. Lensa ini memundurkan bayangan ke retina.
Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata tak berakomodasi yang memfokuskan bayangan dibelakang
retina. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hippertropi aksial), seperti
yang terjadi pada kelainan congenital tertentu, atau menurunnya indeks refraksi (hipertrofi
rekraktif), seperti pada afakia.

Hipertropia adalah suatu konsep yang lebih sulit dijelaskan daripada myopia. Istilah
farsighted berperan dalam menimbulkan kesulitan tersebut, selain juga seringnya terdapat
kesalahpahaman dikalangan awam bahwa presbiopi adalah farsightedness dan bahwa seseorang
yang melihat jauh dengan baik artinya farsighted. Jika hipertropianya tidak terlalu berat, orang
yang berusia muda dapat memperoleh bayangan objek yang tajam dengan melakukan
akomodasi, seperti yang dilakukan mata normalsewaktu membaca. Orang yang hipertropian
yang berusia muda juga dapat membentuk bayangan tajam dari objek dekat denan melakukan
akomodasi lebih banyak atau jauh lebih banyak daripada orang tanpa hipertropia. Usaha
tambahan ini dapat menyebabkan kelelahan mata yang lebih parah pada pekerjaan-pekerjaan
yang memerlukan ketelitian penglihatan. Derajat hipertropia yang mungkin diidap seseorang
tanpa menimbulkan gejala seperti kebanyakan kondisi klinis bervariasi. Namun derajat tersebut
bekurang seiring usia karena meningkatnya presbiopia (menurunnya kemampuan berakomodasi).
Hippertropi 3 dioptri mungkin dapat ditoleransi oleh seorang remaja, tetapi pada usia yang lebih
lanjut mungkin mememrlukan kacamata walaupun hipertropianya tidak meningkat. Apabila
hipertropianya

terlalu tinggi, mata mungkin tidak mampu mengoreksi bayangan dengan

akomodasi. Hipertropia yang tidak dapat dikoreksi oleh akomodasi disebut hipertropia manifest.
Hal ini merupakan salah satu penyebab ambliopia deprivasi pada anak-anak dan dapat bilateral.
Terdapat korelasi reflex antara akomodasi dan konvergensi kedua mata. Dengan demikian,
hipertropia sering menjadi penyebab esotropia (crossed eyes) dan ambliopia monocular.
Astigmatisme
Pada astigmatisme, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis focus multiple.
Pada astigmatisme regular, terdapat dua meridian utama, denga orientasi dan kekuatan konstan di
sepanjang lubang pupil sehingga terbentuk dua garis focus. Selanjutnya, astigmatisme

didefinisikan berdasarkan posisi garis-garis focus ini pada retina. Apabila meridian-meridian
utamanya saling tegak lurus dan sumbu-sumbunya terletak didalam 20 derajat horizontal dan
vertical, astigmatisme dibagi lagi menjadi astigmatism with the rule, dengan jenis-jenis
astigmatisme regular seperti yang ditentukan oleh kedua garis focus terhadap retina. Dan bias
yang lebih dekat terletak dimeridian vertical, dan astigmatisma against the rule, dengan daya bias
yang lebih besar terletak dimeridian horizontal. Astigmatism with the rule lebih sering ditemukan
pada pasien berusia muda dan astigmatisme against the rule lebih sering pada orang tua.
Astigmatisme oblik adalah astigmatisme regular yang meridian-meridian utamanya tidak terletak
dalam 20 derajat horizontal dan vertical. Pada astigmatisme irregular, daya atau orientasi
meridian-meridian utamanya berubah disepanjang lubang pupil.
Penyebab umum astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea, lensa kristalina juga dapat
berperan dalam terminology lensa kontak, astigmatisme lentikular disebut astigmatisme residual
karena tidak dapat dikoreksi dengan lensa kontak sferis yang keras, yang dapat mengoreksi
astigmatisme korne.
Kelainan astigmatisme dapat dikoreksi dengan lensa silindris, seringkali dikombinasikan
dengan lensa sferis. Karena otak mampu beradaptasi terhadap distorsi oenglihatan yanga
disebabkan oleh kelainan astigmatisme yang tidak dapat dikoreksi, kacamata

baru yang

memperbaiki kelainan dapat menyebabkan disorientasi temporer terutam akibat akibat bayangan
yang tampak miring.
Riwayat Alami Kelainan Refraksi
Sebagian besar bayi saat lahir mengalami hipertropia ringan. Hipertropia tersebut secara
perlahan berkurang, dengan sedikit akselerasi saat remaja, untuk mencapai emetropia.

Kelengkungan kornea jauh lebih curang (radius 6,59 mm) saat lahir dan mendatar sampai
mendekati kelengkungan dewasa (7,71 mm) pada usia sekitar 1 tahun. Lensa jauh lebih sferis
pada saat lahir dan mencapai bentuk dewasa pada usia sekitar 6 tahun. Panjang sumbu saat lahir
pendek (17,3 mm), memanjang dengan cepat dalam 2 sampai 3 tahun pertama (24,1 mm),
kemudian tak terlalu cepat (0,4 mm per tahun) sampai usia 6 tahun, lalu dengan lambat (total
sekitar 1 mm) sampai stabil pada usia sekitar 10-15 tahun. Presbiopia mulai muncul pada dekade
ke 5.
Kelainan refraksi bersifat herediter. Cara pewarisannya kompleks karena melibatkan
banyak fariabel. Kelainan refraksi, walaupun di wariskan, tidak harus ada sejak lahir; brbrda
dengan sifat jangkung yang juga diwariskan dan harus ada saat lahir. Misalnya, seorang anak
yang mencapai emetropia pada usia 10 tahun mungkin akan segera mengalami myopia. Myopia
biasanya meningkat saat remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas myopia belum
terlalu dipahami, tetapi kemungkinan melibatkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian.
Penanganan myopia secara optis dan farmakologis untuk memperlambat progresifitasnya pada
anak-anak belum memmberikan manfaat jangka panjang.

Proses refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air dan
kaca. Ketika masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat (yang
sebaliknya berlaku). Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan medium
baru dalam sudut yang tidak tegak lurus. Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi
(pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin

besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai
permukaan lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar maka arahh refraksi bergantung
pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks melengkung keluar (cembung, seperti permukaan
luar sebuah bola), sementara permukaan konkaf melengkung kedalam (cekung seperti
gua).permukaan konveks menyebabkan konvergensi penting untuk membawa suatu bayangan ke
titik focus, maka permukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan konkaf membuyarkan
berkas sinar (difergensi). Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif tertentu
mata, misalnya penglihatan dekat.
Struktur Refraktif Mata
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraksi mata adalah kornea dan lensa.
Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertamayang dilewati oleh sinar sewaktu sinar
tersebutmasuk mata, berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena
perbedaan dalam densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan
dalam densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan dalam densitas
antara lensa dan cairan disekitarnya. Pada astigmatisme, kelengkungan kornea tidak rata
sehingga berkas sinar mengalami refraksi yang tidak sama. Kemampuan refraktif kornea
seseorang tidak berubah, karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya,
kemampuan refraktif lensa dapat diubah-ubah dengann mengubah kelengkungannya sesuai
kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh.
Berkas cahaya dari sumber sinar yang berjarak lebih dari 20 kaki (=6 meter)dianggap parallel
pada saat berkas tersebut mencapai mata. Sebaliknya, berkas cahaya yang berasal dari benda

dekat masih tetap berdivergensi ketika mencapai mata, diperlukan jarak lebih jauh dibelakang
lensa untuk membawa berkas divergen suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Kelainan Refraksi Kelainan refraksi adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan
tidak terletak pada satu titik yang tajam.

Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,

hipermetropia dan astigmatisma. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan


oleh dataran depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa memegang
peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang
bola mata seseorang berbeda-beda.

Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh

kornea(mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang(lebih panjang, lebih pendek)


bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia.
retina karena bola mata lebih panjang. Sedangkan pada hipermetropia aksial, fokus bayangan
terletak di belakang retina. Ametropia indeks refraktif adalah ametropia akibat kelainan indeks
refraksi media penglihatan. Sehingga walaupun panjang sumbu mata normal, sinar terfokus di
depan(mio atau di belakang retina(hipermetropia) Kelainan indeks refraksi ini dapat terletak

pada kornea atau pada lensa(cembung, diabetik). Ametropia kurvatur disebabkan kelengkungan
kornea atau lensa yang tidak normal sehingga terjadi perubahan pembiasan sinar. Kecembungan
kornea yang lebih berat akan mengakibatkan pembiasan lebih kuat sehingga bayangan dalam
mata difokuskan di depan bintik kuning sehingga mata ini akan menjadi mata miopia atau rabun
jauh. Sedangkan kecembungan kornea yang lebih kurang atau merata(a) akan mengakibatkan
pembiasan menjadi lemah sehingga bayangan dalam mata difokuskan dibelakang bintik kuning
dan mata ini menjadi hipermetropia atau rabun dekat. 24 Tanda Dan Gejala Klinis sakit kepala
terutama didaerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, pegal pada bola mata,
penglihatan kabur, mengerutkan dahi secara berlebihan, sering menyipitkan mata, sering
menggosok(mengucek) mata, mengantuk, mudah teriritasi pada penggunaan mata yang lama,
dan penglihatan ganda

IV, Klasifikasi Refraksi Miopia a. Definisi Miopia Miopia adalah watu kelainan refraksi karena
kemampuan refraktif mata terlalu kuat week panjang anteropnterior mata sehingga sinar datang
sejajar sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di depan retina. Miopia adalah suatu keadaan
mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berketian sehingza sinar yang datang
dibiaskan di depan na atau bintik kuning.

Miowiai dimetod sebaga rabun jauh akibat

berkurangnya kemampuan untuk melihat juh akan taapi dapat melihat dekat dengan lebih baik.
Secara fisiologis sinar yang n kabur atau tidak xset psdis istea, Miopia tidak sering pada bayi
dan anak prasekolah. Lebih lazim byi prematur dan pada bayi dengan retinopati prematuritas.

Juga,

ada pada keomderangan terhadap miopia,

dan anak dengan orangtua miopia harus

herediter selama tahun- tahun sekolah, nderung

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif didalam dioptri, 1.00 dioptri dimana merupakan
kekuatan lensa yang memfokuskan sinar sejajar pada jarak satu meter. Berdasarkan beratnya
miopia: Miopia ringan 300 dioptri miopia sedang-3.00 600 dioptri, miopia berat 6.00 900
dioptri dan miopia sangat berat 9.00 dioptri Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk: Miopia
stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa, miopia progresif, miopia yang bertambah terus
pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata, dan miopia maligna yaitu miopia
yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan
miopia pernisiosa miopia degeneratif) sedangakan berdasarkan bentuknya miopi di bagi menjadi
Miopia refraktif,

bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak

intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan
miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea
dan lensa yang terlalu kuat, miopia aksial, miopia yang akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Pembagian berdasarkan pembagian

kelainan jaringan mata: Miopia simpleks, dimulai pada usia 7.9 tahun dan akan bertambah
sampai anak berhenti tumbuh kurang lebih 20 tahun dan berat kelainan refraktif biasanya kurang
dari-5D atau-6D, miopia progresif,

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif didalam dioptri, 1.00 dioptri dimana merupakan
kekuatan lensa yang memfokuskan sinar sejajar pada jarak satu meter. Berdasarkan beratnya
miopia: Miopia ringan 300 dioptri miopia sedang-3.00 600 dioptri, miopia berat 6.00 900
dioptri dan miopia sangat berat 9.00 dioptri Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk: Miopia
stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa, miopia progresif, miopia yang bertambah terus
pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata, dan miopia maligna yaitu miopia
yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan
miopia pernisiosa miopia degeneratif) sedangakan berdasarkan bentuknya miopi di bagi menjadi
Miopia refraktif,

bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak

intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan
miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea
dan lensa yang terlalu kuat, miopia aksial, miopia yang akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Pembagian berdasarkan pembagian

kelainan jaringan mata: Miopia simpleks, dimulai pada usia 7.9 tahun dan akan bertambah
sampai anak berhenti tumbuh kurang lebih 20 tahun dan berat kelainan refraktif biasanya kurang
dari-5D atau-6D, miopia progresif,

e. Etiologi Miopia Kekurangan zat kimia(kekurangan kalsium, kekurangan vitamin), alergi,


penyakit mata tertentu(bentuk kornea kerucut, bisul di kelopak mata, pasca operasi atau pasca
trauma atau kecelakaan), herediter atau faktor genetik(perkembangan yang menyimpang dari
normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal kelahiran), kerja dekat yang berlebihan
seperti membaca terlalu dekat atau aktifitas jarak dekat(lsrar, 2010, kurangnya faktor atau
aktifitas jarak jauh terutama sport atau aktifitas di luar rumah, pencahayaan yang ekstra kuat dan

lama(computer, TV, game), sumbuatau bola mata yang terlalu panjang karena adanya tekanan
dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan, radang, pelunakan lapisan bola
mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang di hasilkan oleh pembuluh darah dan
bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan. d.
Patofisiologi Akibat dari bola mata yang terlalu panjang, menyebabkan bayangan jatuh di depan
retina e. Gejala Klinik Miopia Penglihatan kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
yang dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat

Hipermetropia a. Definisi Hipermetropia Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia


atau rabun dekat.

Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata

dimana sinar sejajar jauh tidak aukup dihiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
makula ltea(Ilyas, 2004). Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata
terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi
difokuskan di tidak belakang retina(Istiqomah, 2005). Hipermetropia adalah keadaan mata yang
terjadi jika berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hi yang tidak sesuai
antara bola mata dan kekuatan pembiasan komea dan lensa keluatan lemah sehingga titik fokus
sinar terletak di belakang retina(Patu, 2010. b. Klasifikasi Hipermetropia Terdapat berbagai
hipermetropia seperti Hi manifes gambaran klinik ialah hipermetropia dengan kacamata positif
maksimal yang yang dapat dikoreksi memberikan tajam penglihatan ini terdiri atas hipermetropia
absolut normal. H dtambah engan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan
tanpa sklepegik dan ropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal. diimbangi
dengan TI

da mata, kadang-kadang terlihat bakat untuk menjadi ing bila ia melihat ja ngecilkan kelopak
untuk mendapatkan efek"pinhole sehingga dapat melihat je derita miopia biasanya menyenangi
membaca,cepat lelah,

pusing dan mengan ihat benda kecil harus dari jarak dekat,

pupil

medriasis, dan bilik mata depan l am, retina tipis.Banyak menggosok mata, mempunyai
kesulitan dalam memb megang buku dekat ke mata, pusing, sakit kepala dan mual f Komplikasi
Ablatio retina terutama pada miopia tinggi, strabismus(mata juling), ambliopia. g. Pengobatan
Koreksi mata dengan miopia dengan memakai lensa minusnegatif yang sesuai urangi kekuatan
daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan dan lensa kontak. Miopia juga
dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea ratotomis radial, keratektomi fotorefraktif(Ilyas,
2006).

bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya.

Bayangan yang terjadi pada astigmatisme regular dengan bentuk teratur dapat

berbentuk garis, lonjong, atau ling Astigmatisme iregular yaitu astigmatisme yang terjadi tidak
mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.

Astigmatisme ireguler dapat terjadi akibat

kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi iregular.
Astigmatisme iregular terjadi akibat infeksi komea, trauma dan distrofi, atau akibat kelainan
pembiasan. Astigmatisme lazim(astigmat with the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi
astigmatisme regular dimana koreksi dengan silinder negatif dengan sumbu horizontal(45-90

derajat). Keadaan ini lazim didapatkan pada anak atau orang muda akibat perkembangan normal
dari serabut-ser

Anda mungkin juga menyukai