PRESBIOPI
OLEH:
Puti Mahagandhi
1911313006
Kelompok C
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
dengan baik dan tidak terjadi kesalahan yang bisa merugikan pasien dan
keluarga. Serta makalah ini juga untuk menambah wawasan khususnya pasien
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya
kemampuan akomodasi mata seiring dengan bertambahnya usia. Kelainan ini
terjadi pada mata normal berupa gangguan perubahan kecembungan lensa
yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi
gangguan akomodasi.
3
B. Etiologi
Presbiopia dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa
(Istiqamah, 2004) Mekanisme nyata dari presbiopia tidak diketahui
kepastiannya, bukti penelitian lebih kuat mendukung berkurangnya elastisitas
dari crystalline lens, walaupun perubahan pada kelengkungan lensa dari
pertumbuhan yang terus- menerus,dan berkurangnya kekuatan dari cilliary
muscles (otot yang membelokkan dan meluruskan lensa). Gangguan
akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
C. Patofisiologi
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui kornea
dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueus, lensa, humor
vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan
dekat memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak
antara kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa.
Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada
retina(Long, 1996 ). Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena
kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk
memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di
belakang retina.
4
terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu objek yang sangat dekat
individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas retina, bahkan dengan usaha
terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek dapat dibawa ke
focus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik dekat
berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat
dengan bertambahnya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar
83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan
kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi karena penurunan terus-
menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan. Dengan
berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya
kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu membaca dan
pekerjaan dekat(Ganong, 1995).
Gejala umumnya adalah sukar melihat pada jarak dekat yang biasanya
terdapat pada usia 40 tahun, di mana pada usia ini amplitudo akomodasi pada
5
klien hanya menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm. Pada jarak ini seseorang
emetropia yang berusia 40 tahun dengan jarak baca 25 cm akan menggunakan
akomodasi maksimal sehingga menjadi cepat lelah, membaca dengan
menjauhkan kertas yang dibaca, dan memerlukan sinar yang lebih
terang(Masjoer, dkk 2001).
1. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair dan sering terasa pedih.
Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu
lama.
2. Membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan
tampak kabur pada jarak baca yang biasa.
3. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam
hari
4. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca.
5. Terganggu secara emosional dan fisik,
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
6
2. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
a. Cara Pemeriksaan
7
normal pada jarak 60 m.Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila mata hanya dapat melihat
lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan
adalah 1/300.
4) Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
3. Pemeriksaan KelainanRefraksi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai
dengan mata kanan kemudian mata kiri. Dilakukan setelah tajam
penglihatan diperiksa dan diketaui terdapat kelainan refraksi.
a. Cara Pemeriksaan
1) Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen.
2) Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta
membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca
3) Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk
menghilangkan akomodasi pada saat pemeriksaan.Kemudian
diletakkan lensa positif tambahan, dikaji :
a.) Bila penglihatan tidak bertambah baik, berarti pasien tidak
hipermetropia.
b.) Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah
perlahan-lahan bertambah baik, berarti pasien menderita
hipermetropia. Lensa positif terkuat yang masih memberikan
ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk mata
hipermetropia tersebut.
c.) Bila penglihatan tidak bertambah baik, maka diletakkan lensa
negatif. Bila menjadi jelas, berarti pasien menderita myopia.
Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teringan yang
memberikan ketajamam penglihatan maksimal.
d.) Bila baik dengan lensa negatif maupun positif penglihatan tidak
maksimal (penglihatan tidak dapat mencapai 6/6), maka
8
dilakukan uji pinhole. Letakkan pinhole di depan mata yang
sedang diuji dan diminta membaca baris terakhir yang masih
dapat dibaca sebelumnya. Bila :
Pinhole tidak memberikan perbaikan, berarti mata tidak
dapat dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan
keruh, terdapatkelainan pada retina atau saraf optik.
Terjadi perbaikan penglihatan, maka berarti terdapat
astigmatisme atau silinder pada mata tersebut yang belum
mendapat koreksi.
e.) Bila pasien astigmatisme, maka pada mata tersebut dipasang
lensa positif yang cukup besar untuk membuat pasien
menderita kelainan refraksi astigmatismus miopikus.
f.) Pasien diminta untuk melihat kartu kipas astigmat dan ditanya
garis pada kipas yang paling jelas terlihat.
g.) Bila pebedaan tidak terlihat, lensa positif diperlemah sedikit
demi sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas
dan kabur.
h.) Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan
garis terkabur pada kipas astigmat
i.) Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada
sumbu tersebut hingga sama jelasnya dengan garis lainnya.
j.) Bila sudah sama jelasnya, dilakukan tes kartu snellen kembali.
k.) Bila tidak didapatkan hasil 6/6, maka mungkin lensa positif
yang diberikan terlalu berat, harus dikurangi perlahan-lahan,
atau ditambah lensa negative perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah ukuran lensa
silinder negative yang dipakai hingga gambar kipas astigmat
tampak sama jelas.
4. Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan
dengan pemeriksaan presbiopia. Cara Pengujian (Masjoer, dkk 2001):
9
a.) Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi
bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai
prosedur di atas.
b.) Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm (jarak baca).
c.) Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
d.) Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.
40 Tahun +1,00 D
45 Tahun +1,50 D
50 Tahun +2,00 D
55 Tahun +2,50 D
60 Tahun +3,00 D
4. Selain kacamata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa
lain yang digunakan untuk mengoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopi, ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
10
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
b. Trifocal, untuk mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifocal kontak, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya
d. Monovision kontak, lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan,
dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata
yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk focus
pada kamera untuk mengambil foto.
e. Monovision modified, lensa kontak bifocal pada mata non-dominan
dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata
digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk
membaca.
f. Pembedahan, refraktif seperti keratoplasti konduktif LASIK, LASEK
dan karatektomi fotorefraktif.
11
G. WOC
12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Demografi (Istiqamah, 2004).
a. Umur, presbiopia dapat terjadi mulai asia 40 tahun.
b. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan
penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak
cahaya yang terlalu lama, seperti operator computer, reparasi jam.
2. Keluhan yang Dirasakan(Istiqamah, 2004).
a. Pandangan atau penglihatan kabur
b. Kesulitan memfokuskan pandangan
c. Epifora, menunjukkan adanya air mata berlebihan sehingga melimpah
keluar.
d. Pusing atau sakit kepala
e. Mata lelah dan mengantuk
f. Mata sering terasa pedas setelah membaca
3. Keadaan atau Status Okuler Umum (Smletzer, 2001)
a. Apakah klien mengenakan kacamata atau lensa kontak
b. Di mana klien terakhir dikaji.
c. Apakah klien sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi
d. Kapan pemeriksaan mata terakhir.
e. Apakah tekanan mata diukur.
f. Apakah klien mengalami kesulitan membaca ( focus ) pada jarak dekat
atau jauh.
g. Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton TV.
h. Bagaiman dengan masalah membedakan warna,atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer.
i. Apakah klien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata
j. Masalah mata yang tedapat pada keluarga klien
k. Penyakit mata apa yang terakhir diderita.
13
4. Pemeriksaan
Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan
metode “trial and error” hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi,
jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis positif dan
diperiksa dengan menggunakan kartu Jaeger pada jarak 30 cm(Istiqamah,
2004).
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Kontrol kecemasan Terapi kegiatan
Sensori Batasan Indicator: Intervensi:
karakteristik: a. Memantau intensitas a. Bekerjasama dengan
a. Berubahnya ketajaman kecemasan tenaga kesehatan,
pancaindera b. Menghilangkan dokter, dan/atau ahli
b. Berubahnya respon pencetus kecemasan terapis dalam
yang umum terhadap c. Mencari informasi merencanakan dan
rangsangan untuk mengurangi memantau kegiatan
c. Distorsi pancaindera kecemasan program sebaimana
d. Merencanakan strategi mestinya
Faktor- faktor yang koping terhadap situasi b. Bantu untuk
berkaitan: yang menekan menemukan makna diri
d. Pengintegrasian e. Menggunakan strategi melalui aktivitas yang
pancaindera yang koping yang efektif biasa (misalnya
terganggu f. Menggunakan teknik bekerja) dan/atau
e. Penerimaan terhadap relaksasi untuk aktivitas liburan yang
pancaindera yang mengurangi rasa disukai
terganggu cemas c. Bantu memilih
f. Penyebaran gangguan Gambaran Tubuh kegiatan yang sesuai
pancaindera Indikator: dengan kemampuan
a. Deskripsi pada bagian fisik, psikologi, dan
tubuh yang terkena sosial
dampak d. Bantu mengidentifikasi
b. Menyesuaikan dan memperoleh
diri dengan sumber daya yang
berubahnnya status diperlukan untuk
14
kesehatan kegiatan yang
Kompensasi dikehendaki
Tingkahlaku e. Instruksikan
Penglihatan Indicator: pasien/keluarga untuk
a. Pantau gejala dari menghormati aturan
semakin buruknya dalam aktivitas fisik,
penglihatan sosial, spiritual, dan
b. Posisikan diri untuk kognitif demi menjaga
menguntungkan keberfungsian dan
penglihatan kesehatan
c. Ingatkan yang lain f. Bantu dengan kegiatan
untuk menggunakan fisik yang biasa
teknik yang (misalnya, berjalan,
menguntungkan berpindah, berbalik,
penglihatan dan perawatan
d. Gunakan pencahayaan pribadi), sesuai
yang cukup untuk kebutuhan
aktivitas yang sedang g. Bantu
dilakukan pasien/keluarga
e. Menggunakan alat untuk
bantu penglihatan yang memantaukemajuan
lemah dalam pencapaian
f. Menggunakan layanan tujuan
pendukung untuk
penglihatan yang Peningkatan
lemah komunikasi: deficit
g. Menggunakan Braille penglihatan Intervensi:
penglihatan a. Catat reaksi pasien
terhadap rusaknya
penglihatan (misal,
depresi, menarik diri,
dan menolak
kenyataan)
b. Menerima reaksi
pasien terhadap
rusaknya penglihatan
c. Bantu pasien dalam
menetapkan tujuan
yang baru untuk
belajar bagaimana
“melihat” dengan
indera yang lain
d. Andalkan penglihatan
pasien yang tersisa
sebagaimana mestinya
e. Gambarkan lingkungan
15
kepada pasien
f. Jangan memindahkan
benda-benda di kamar
pasien tanpa
memberitahu pasien
g. Sediakan
bahanbacaan
Braille, sebagaimana
perlunya
Resiko cedera Perilaku keamanan: Manajemen keamanan
Faktor yang berhubungan lingkungan fisik rumah Aktifitas :
: Indikator : a. Ciptakan lingkungan
a. Eksternal a. Perlengkapan yang nyaman bagi
1) Kimia, misalnya : pencahayaan klien
racun, polutan, b. Penggunaan system b. Identifikasi kebutuhan
obat- alarm pribadi keamanan klien
obatan,alcohol. c. Kelengkapan alat c. Pindahkan benda-
2) Nutrisi ( vitamin, bantuan pada lokasi benda berbahaya dari
jenis makanan ) yang mudah dicapai sekitar klien
b. Internal d. Penyusunanperabotan d. Pindahkan benda-
Usia perkembangan untuk mengurangi benda berisiko dari
resiko lingkungan klien
e. Posisikan tempat tidur
Pengetahuan: agar mudah terjangkau
keamanan pribadi f. Kurangi stimulus
Indikator : lingkungan
a. Gambaran untuk Pencegahan jatuh
mencegah jatuh
b. Gambaran resiko Aktifitas :
keamanan khusus a. Identifikasi deficit
berdasarkan usia fisik yang berpotensi
c. Gambaran perilaku untuk jatuh
individu yang berisiko b. Identifikasi
tinggi karakteristik
d. Gambaran resiko lingkungan yang
keamanan bekerja meningkatkan potensi
jatuh ( seperti lantai
yang licin)
c. Berikan peralatan yang
menunjang untuk
mengokohkan jalan
d. Ajarkan klien
bagaimana berpindah
untuk meminimalisir
trauma
e. Ajarkan keluarga
16
tentang faktor resiko
yang berkontribusi
pada jatuh dan
bagaimana mengurangi
resiko jatuh
f. Kaji keluarga dalam
mengidentifikasi
bahaya di rumah dan
bagaimana
memodifikasikannya
17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Bagi klien
a. Diharapkan agar klien selalu mematuhi pengobatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah komplikasi yang
lebih lanjut.
b. Anjurkan klien untuk selalu menjaga personal hygiene
2. Bagi perawat
a. Diharapkan untuk selalu melibatkan keluarga klien dalam
pemberian asuhan keperawatan dan selalu memberikan penyuluhan
kepada pasien dan keluarga sebelum pulang
b. Anjurkan klien untuk selalu menjaga kesehatan tubuh
c. Beri penjelasan tentang prosedur perawatan dan pengobatan
33
DAFTAR PUSTAKA
Morhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press,
34