Seorang perempuan berumur 25 tahun bekerja sebagai pegawai swasta datang ke poli klinik
ilmu kesehatan mata RSU DR. pringadi medan dengan keluhan kedua mata kabur. Keluhan
ini dialami pasien sejak 1 tahun yang lalu secara perlahan lahan
More info
Hasil pemeriksaan pada kedua mata dijumpai ketajaman penglihatan 2/60 pemeriksaan
dengan pinhole tes 6/3 pemeriksaan segmen anterior kedua mata dengan slitlamp dalam batas
normal pemeriksaan fundus dengan oftalmoskopi pupil atau optic disc sedikit miring Retina
dan makula dalam batas normal
I. Klarifikasi istilah
1.Pinhole: pemeriksaan mata untuk melihat adanya ganggua refraksi
2.Slitlamp: pemeriksaan mata untuk melihat adanya kelainan mata
2. Pinhole 6/3
Ketajaman visus 2/60
1. 1 Riwayat penggunaan lensa kontak tidak steril2 terjadi atonia uterii akibat
riwayat paritas
2 Cahaya tidak tepat di retina karena optok disc miring4 trauma
Akibat atonia uterus menyebabkan tfu tidak kembali normal pasca melahirkan
3. Trauma
Terkena radiasi cahaya dalam waktu lama
IV. Kerangka konsep
Perempuan
25 tahun
Keluhan:
1Mata kabur
Ds Miopia
V. Learning objective
2. Patogenesis miopia
4. Jelaskan tentang
Miopia
Hipermetropia
Astigmata
Presbiopia
6. Tatalaksana
VI. Jawaban LO
2. Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia , kehilangan bentuk juga dikenal
dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi jika kualitas gambar
pada retina menurun,defokus optik terjadi jika sinar difokuskan di depan atau dibelakang
retina. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia adalah :
1.Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : “kelemahan genetik” terhadap faktor
lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara individu
atau populasi. Namun jika terjadi perubahan lingkungan – adanya televisi dan komputer-
dapat mengubah insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-
dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi
lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.
1.Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti tambahan
yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti juga menemukan
adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi miopia pada penelitian
menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat bekerja melalui berbagai cara biokimia
untuk menyebabkan miopia, lemahnya atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu
yang penting. Faktor genetik termasuk keturunan, peningkatan kelemahan terhadap
pengaruh lingkungan dan fakta bahwa seseorang tidak menderita miopia pada situasi
tertentu merupakan indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus.
2.Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja tambahan
secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan latihan mata dapat
melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan untuk melihat jauh.
3. Pemeriksaan pinhole
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah tajam penglihatan turun akibat
kelainan refraksi atau kelainan media penglihatan atau saraf optik.
Dengan pinhole dapat ditentukan dengan cepat dan tepat apakah koreksi yang telah
dilakukan sesuai.
Alat
1. Lempeng pinhole (lempeng dengan celah berdiameter 0,75 cm).
2. Kartu Snellen.
3. Di kamar ruangan biasa.
Teknik
1.Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
2.Pasien diminta membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih dapat terbaca pada kartu
Snellen.
3.Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole.
4.Pasien diminta membaca kembali kartu Snellen.
Nilai
1.Bila dapat dibaca huruf yang lebih kecil daripada huruf sebelumnya pada kartu Snellen
berarti terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi penuh.
2.Bila huruf yang terbaca lebih besar daripada huruf yang sebelumnya terbaca pada kartu
Snellen berarti terdapat kelainan pada media penglihatan.
Pupil distance
Tujuan
Untuk menghitung jarak anatara pupil setelah dan sesudah di sinari untuk membantu
pemberian lensa fokus
Alat
1.PD ruler
2.penggaris biasa
Nilai
1.Nilai jarak antara pupil sebelum terkena cahaya
2.Nilai jarak antara pupil setelah terkena cahaya
3.Hitung dalam mm
4. a.Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina atau bintik kuning, dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan
miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dekat, sedangkan kabur bila melihat jauh
atau rabun jauh.
Etiologi
Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif.
Penurunan secara seks linked sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada miopia yang
berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit sistemik. Pada ras oriental,
kebanyakan miopia tinggi diturunkan secara autosomal resesif.
Penegakan diagnosa
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau
standar pemeriksaan mata, terdiri dari :
1.uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen )dan jarak dekat
( jaeger ).
2.uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca mata.
3.uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan.
4.uji gerakan otot-otot mata
5.Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina
6.Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7.Pemeriksaan retina
b.Hiperopia (hipermetropia, penglihatan jauh/farsighteness) adalah keadaan mata yang
tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropi merupakan
gangguan kekuatan pembiasan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina.
Hipermetropi dapat dibagi menjadi :
a)Hipermetropia manifesadalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata
positif maksimal yang dapat memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini
terdiri atas:1.Hipermetropia absolut,dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.2.Hipermetropia
fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun
kacamata positif.
b) Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi.
c)Hipermetropia total adalah hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan
sikloplegia.
2. ETIOLOGI
Hipermetropi dapat disebabkan karena axial, kurvatur, indeks, posisi dan karena tidak
adanya lensa.
1) Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola
mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
2) Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga
bayangan difokuskan di belakang retina.
3) Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem
optik mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksi yang berkurang.
Hal ini juga dapat terjadi pada penderita diabetes.
4) Positional hypermetropia sebagai akibat ditempatkannya lensa kristalina lebih ke
posterior. Tidak adanya lensa kristal baik kongenital maupun didapat (operasi
pengangkatan lensa atau dislokasi posterior) mengarah ke aphakia - suatu kondisi
hypermetropia tinggi.
3. PATOMEKANISME
Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang
lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang datang dari
objek terletak jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.
4. GEJALA KLINIS
A. Gejala
a. Asimtomatik. Sejumlah kecil kesalahan bias pada pasien muda biasanya dikoreksi oleh
upaya akomodatif tanpa menghasilkan apapun gejala.
b. Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh
c. Gejala astenopia seperti kelelahan mata, nyeri kepala bagian frontal atau fronto-
temporal, fotofobia ringan. Gejala astenopia ini terutama terkait dengan pekerjaan yang
mebutuhkan penglihatan dekat.
d. Penglihatan kabur dengan gejala astenopia. Ketika hipermetropi tidak dapat dikoreksi
sepenuhnya oleh upaya akomodatif, maka pasien mengeluh penglihatan kabur untuk
melihat jarak dekat dan berhubungan dengan gejala astenopia karena usaha akomodatif
yang terus menerus.
B. Tanda
a. Ukuran bola mata mungkin tampak kecil secara keseluruhan.
b. Kornea mungkin sedikit lebih kecil dari normal.
c. Ruang anterior relatif dangkal.
5. DIAGNOSIS KLINIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Refraksi Subyektif
Dalam hal ini penderita aktif menyatakan lebih tegas atau lebih kabur huruf-huruf pada
kartu uji snellen, baik secara coba-coba atau pengabutan
2. Refraksi Obyektif
1. Pemeriksaan fundus memperlihatkan optik disk yang kecil yang mungkin terlihat lebih
banyak vaskular dengan margin yang tidak jelas dan bahkan mungkin mensimulasikan
papillitis (meskipun tidak ada pembengkakan disk, karena itu disebut pseudopapillitis).
Retina secara keseluruhan tampak bersinar lebih dari refleksi cahaya.
2.A-scan ultrasonografi (biometri) dapat memperlihatkan panjang antero- posterior bola
mata yang pendek.
c.astigmata atau sering disebut juga mata cylindris yaitu suatu kondisi dengan kurvatura
yang berlainan sepanjang meridian yang berbeda beda pada satu atau lebih permukaan
refraktif mata ( kornea, permukaan anterior atau posterior dari lensa mata ), akibatnya
pantulan cahaya dari suatu sumber atau titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina.
(Ilyas s).
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut
a)Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. media refrakta
yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80%
s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. -esalahan
pembiasan pada kornea ini ter!adi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata. perubahan lengkung
permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital, kecelakaan, luka atau parut di
kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan kornea.
b)Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. semakin bertambah
umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan
lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatismus.
c)Intoleransi lensa atau lensa kontak pada post keratoplasty.
d)trauma pada kornea.
e)tumor. (Vaughan2004).
d.Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia. hilangnya daya
akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua orang disebut
presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai
merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda benda kecil
yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun.gagal penglihatan dekat akibat
usia, berhubungan dengan penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum
proksimum.
Etiologi
etiologi dari presbiopia adalah kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal
atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Patofisiologi
pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata
tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk
lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di
belakang retina. karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.
Penegakan diagnosa
Anamnesa gejala gejala dan tanda presbiopi. keluhan pasien terkait presbiopi dapat
bermacam macam, misalnya pasien merasa hanya mampu membaca dalam waktu singkat,
merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau ganda, kesulitan membaca tulisan huruf
dengan cetakan kualitas rendah, saat membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang
atau jarak yang lebih jauh, saat membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
5. Edukasi
1.Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah tiap 30
menit. selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela.
2.Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.
3.Pencahayaan yang cukup untuk membaca.
4.Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. duduk 5 6 kaki dari televisi.5.jenis
jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat penurun tekanan bola
mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. namun, efektifitasnya belum teruji dalam
penelitian.
6. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif
terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberikan
S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi.
b.Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa
kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki
kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman
dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa
kontak terapung baik pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama
dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep
(cembung kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar
sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan
air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan
untuk membawa makanan seperti oksigen. Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata
biasa antara lain: Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan
normal dan lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan
tepi bingkai pada kaca mata.
c.Astringen tetes mata.
d.Tablet yang mengandung billbery.
e.Operasi :
1.LASIK : Laser Assisted Insitu Keratomileusis.
Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK atau bedah
dengan sinar laser. Definisi LASIK menurut catatan dari Gading Laser Sight Centre,
Jakarta : LASIK adalah salah satu teknik tindakan bedah refraksi yang menggunakan laser
sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada miopia, hipermetropia, dan
astigmatis. LASIK menurut Rico Hallen : LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk
kornea secara permanen, mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan
excimer laser.
VII KESIMPULAN
Pada pemicu di atas dilihat dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dapat
disimpulkan pasien tersebut mengalami Miopia.
DAFTAR PUSTAKA
1.Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M; Ambilopia. Ilmu Penyakit Mata. 2005. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2.Prof. dr. Wasisdi Gunawan, Sp.M (K); Gangguan Penglihatan Pada Anak karena Ambliopia
dan Penanganannya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2007. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universtas Gajah Mada.
3.American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 : Amblyopia;
Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004 – 2005; p.63 – 70