Definisi: perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu dan sangat membahayakan kondisi
ibu dan janin. Perdarahan terjadi sejak trimester ketiga keatas dan dapat berupa bercak maupun
perdarahan masif.
Etiologi:
- Obstetrik:
solusio plasenta/abruptio plasenta, plasenta previa, vasa previa, perdarahan pada sinus vaginalis,
dan ruptur uteri
- Nonobstetrik:
karsinoma cervix, cervisitis, polip cervix, laserasi vagina, trauma, dan varises vulva
Solusio plasenta adalah suatu keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni sebelum anak lahir.
Klasifikasi
Epidemiologi
- Merupakan perdarahan antepartum yang menyebabkan kematian janin dan ibu, prevalensinya 6%.
- Solutio plasenta lebih berbahaya dibandingkan plasenta previa karena menyebabkan perdarahan
yang lebih banyak.
- Solutio plasenta terjadi pada 1% kehamilan diseluruh dunia.
Penyebab terjadinya solusio plasenta adalah adanya perdarahan ke dalam decidua basalis. Selain
itu, dapat terjadi karena adanya spasme pembuluh darah sehingga bagian distal pembuluh darah
tidak mendapat perdarahan sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Peningkatan tekanan
darah ibu membuat pembuluh darah yang sudah rapuh tidak dapat mengkompensasi tekanan darah
tersebut sehingga akhirnya terjadi pelepasan plasenta dari tempat implantasinya. Trauma, yang dapat
terjadi akibat pergerakan janin yang terlalu hebat ataupun dari faktor ibu (tidak sengaja terjatuh atau
terbentur) juga dapat mengakibatkan solusio plasenta.
Patofisiologi
Perdarahan pada desidua basalis (salah satunya dapat terjadi karena rupturnya desidua arteri
spiralis) → desidua basalis terlepas → lama kelamaan terbentuk hematoma → pelepasan lebih luas,
kompresi, dan kerusakan bagian plasenta
Lama kelamaan perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus tidak mampu berkontraksi untuk
menjepit PD arteri spiralis untuk hentikan perdarahan, kadang perdarahan akan terperangkap dalam
uterus (concealed hemorrhage) Hematom retroplasenta bertambah besar menyebabkan
plasenta terlepas seluruhnya, sebagian akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari
vagina/menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban/mengadakan ekstravasasi di
antara serabut otot uterus bila ektravasasi hebat maka seluruh permukaan uterus akan
berbercak ungu atau biru dan terasa sangat tegang serta nyeri (uterus couvelaire)
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya
terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin
tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin.
Manifestasi Klinis
Gejala umum:
- perdarahan vagina
- nyeri abdomen/nyeri punggung dan uterus
- fetal distress (kondisi abnormal dari janin , biasanya ditemukan pada kehamilan dan ditandai dengan
denyut jantung yang abnormal)
- kontraksi uterus yang abnormal (cth: hipertonik)
- kelahiran prematur yang idiopatik
- kematian janin
Diagnosis Banding
- Plasenta previa → painless uterine bleeding, klo solusio plasenta painful uterine bleeding
Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
Tidak boleh melakukan pemeriksaan digital pada pasien dengan perdarahan vagina tanpa
mengetahui lokasi plasenta. Sebelum pemeriksaan pada pelvis dilakukan, pemeriksaan USG harus
dilakukan dahulu untuk mengeksklusi plasenta previa (jika dilakukan pemeriksaan pada pelvis maka
dapat terjadi perdarahan)
- melihat kontraksi uterus – abrupsio semakin melebar maka dapat terjadi hipertonus uterus
- terdapat tanda syok hipovolemik, dengan maupun tanpa perdarahan vagina (karena mungkin terjadi
concealed haemorrhage). Pada kondisi hipovolemik, tekanan darah menurun seiring dengan
meningkatnya denyut jantung, ada penurunan jumlah urin, ada penurunan kewaspadaan
- tinggi fundus uteri dapat meningkat karena ada hematoma intrauteri yang semakin meluas
2. Pemeriksaan laboratorium
- Penurunan kadar fibrinogen menunjukkan adanya koagulopati (< 200 mg/dL). Tujuannya adalah
untuk menjaga kadar fibrinogen diatas 100 mg/dL. Dapat diberikan fresh frozen plasma atau
cryoprecipitate
3. Pemeriksaan penunjang
USG dilakukan untuk mengetahui letak plasenta, kelainan letak, dan untuk membedakan dengan
plasenta previa (ditemukan retroplacental clot sehingga ada gambaran hiperechoic menjadi isoechoic
pada fase akut lalu menjadi hipoechoic dalam jangka waktu seminggu)
Pada pemeriksaan dengan Doppler, tidak terdapat peredaran darah yang aktif pada sirkulasi
uteroplasenta.
Pemeriksaan denyut jantung janin terdapat penurunan denyut jantung sampai lama kelamaan
hilang jika janin sudah mati (denyut jantung normal: 120-160 denyut/menit, dapat bervariasi 5-25
denyut)
Tatalaksana
Istirahat
Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia
Berikan progestin atau progesterone observasi teliti
Memberikan antibiotik bila ada indikasi
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit
Perawatan aktif dilakukan agar janin dapat lahir dengan cepat. Dapat dilakukan ligasi arteri
hipogastrika.
Farmakoterapi:
o Kortikosteroid (betametasone)
o Tocolytic : untuk memperpanjang durasi kehamilan dan meningkatkan BB janin tanpa
membahayakan ibu dan janin
Mg SO4
Terbutalin : untuk mengurangi kontraksi uterus
Komplikasi
Syok hipovolemik akibat kehilangan banyak darah
Gagal ginjal karena berkurangnya perfusi ke ginjal
Pendarahan postpartum
Darah yang keluar dapat masuk ke myometrium (dapat dilakukan tindakan histerektomi)
Infeksi
Nekrotik ginjal
Kematian
Resiko rekurensi: 4-12%. Jika pasien mengalami abrupsio plasenta dalam 2 kehamilan berturut-turut,
resiko rekurensi meningkat menjadi 25%
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah implantasi abnormal dari plasenta pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi seluruh atau sebagian Osteum Uteri Internum yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga
pada kehamilan.
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
(OUI)
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian OUI
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada di pinggir OUI
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta berada di dekat dengan OUI tapi tidak sampai di tepi OUI
(lebih kurang 2cm dari OUI, jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak normal)
Faktor resiko
Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan usia diatas 30 tahun,
selain itu juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Adanya cacat
pada uterus meningkatkan angka kejadian (misalnya pada riwayat Sectio Caesaria). Di indonesia
insidennya lebih kurang 1-7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu 1 %.
Patofisiologi
Normalnya plasenta menempel pada bagian segmen atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Sedangkan
pada plasenta previa disebabkan karena faktor resiko yang telah disebutkan diatas implantasi
plasenta terletak di segmen bawah rahim karena implantasi plasenta membutuhkan tempat yang baik.
Ketika terjadi perkembangan pada kehamilan, perkembangan uterus bagian atas lebih cepat
dibandingkan segmen bawah sehingga plasenta tidak bisa berkembang dengan baik disebabkan
karena vaskularisasi desisuanya juga buruk menyebabkan plasenta sedikit mengalami atrofi. Selama
perkembangan plasenta ini mengalami penipisan.
Ketika perkembangan masa mendekati persalinan uterus bagian bawah akan membesar dan serviks
mulai mengalami dilatasi. Plasenta yang sudah tipis tadi akan lepas dari tempat implantasi nya dan
menyebabkan perdarahan. Ketika ini terjadi uterus tidak dapat berkontraksi dengan adekuat untuk
menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terbuka. Hal ini akan menimbulkan pengeluaran
trombin yang merangsang kontraksi uterus untuk hentikan perdarahan.
Perdarahan akibat plasenta previa totalis akan muncul lebih dulu daripada plasenta previa parsialis
atau marginalis karena robekan akibat dilatasi serviks terjadi lebih dulu terjadi pada yang totalis. Pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Plasenta previa ini berimplantasi pada segmen bawah rahim yang tipis sehingga untuk
memperkuat kedudukannya, jaringan trofoblas akan menginvasi miometrium, perimetrium, atau
melebihinya. Keadaan ini merupakan komplikasi dari plasenta previa.
Gambaran klinik
- Yang khas: painless bleeding, biasanya muncul pada akhir trimester kedua atau setelahnya (kira-
kira 27-32 minggu masa gestasi)
- Perdarahan pertama kali tidak banyak, lalu berhenti secara spontan, dan berdarah lagi kemudian
Perdarahan ini berhenti spontan namun akan muncul lagi ketika mendekati persalinan
- Warna perdarahannya merah segar
- Perdarahan biasa terjadi berulang dan bertambah banyak setiap kali perdarahan (tetapi bisa sedikit
sehingga mirip solutio plasenta)
- Timbulnya anemia
- His biasanya bisa bersamaan atau tidak muncul dengan perdarahannya
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan letak, ibu mengalami hipotensi, takikardia, uterus tidak mengalami nyeri
Kemungkinan adanya plasenta previa tidak dapat dieliminasi kecuali telah dilakukan
pemeriksaan sonografi. Diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala klinis kecuali jika
jari dimasukkan ke cervix dan plasenta dapat diraba.
Namun pemeriksaan digital pada serviks tidak boleh dilakukan kecuali wanita sudah berada di
dalam ruang operasi dan siap untuk dilakukan persalinan secara sesar karena dapat memicu
perdarahan.
VT (Vaginal Toucher): Untuk melihat adanya plasenta previa sekaligus jenisnya (tetapi tidak
boleh dilakukan kecuali di ruang operasi dan siap untuk proses kelahiran sesar
Cek tonus uterus dan DJJ
3. Pemeriksaan Penunjang
Transabdominal ultrasonografi : paling cepat, simpel, dan akurat, dilakukan dalam keadaan
kandung kemih kosong
Transvaginal ultrasonografi : Untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum, pemeriksaan
dengan alat ini harus dilakukan lebih hati-hati karena bisa menimbulkan risiko perdarahan yang
lebih hebat.
Transperineal sonografi : Untuk mendeteksi ostium uteri internum dan segmen bawah rahim.
Merupakan metode alternatif terutama ketika pemasukkan kanal vagina oleh probe tidak dapat
dilakukan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) : Lebih tepat untuk plasenta akreta, tetapi tetap dapat
membantu diagnosis
Tatalaksana
1. Konservatif
Dilakukan apabila :
Kehamilan kurang dari 37 minggu
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal)
Tindakan :
Istirahat baring dan observasi
Pemeriksaan darah lengkap termasuk Hb
Pemberian transfusi darah
Juga bisa dilakukan pemeriksaan USG
2. Aktif
Dilakukan apabila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
Anak sudah meninggal di dalam rahim
Tindakan :
Seksio sesarea
Indikasi :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti
- Presentase abnormal
- Panggul sempit
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang)
- Gawat janin
Persalinan pervaginam
Komplikasi
Prognosis
Prognosis pada zaman sekarang ini sudah menjadi lebih baik karena adanya USG dan
pemeriksaan yang bisa menentukan diagnosis lebih dini
Kelahiran prematur masih belum dapat dihindarkan (47%)
Mayoritas dari wanita-wanita dengan plasenta previa di negara-negara berkembang akan
melahirkan bayi-bayi yang sehat, dan angka kematian ibu adalah kurang dari 1%. Di negara-negara
yang sedang berkembang dimana sumber-sumber medis mungkin kekurangan, risiko-risiko untuk ibu
dan fetus mungkin lebih tinggi
VASA PREVIA
Definisi
Keadaan dimana pembuluh darah janin berada didalam selaput ketuban dan jalan sampai ostium
uteri internum, kemudian sampai di tali pusat. Perdarahan dapat terjadi apabila selaput ketuban yang
melewati pembukaan serviks sobek atau pecah, yang mengakibatkan vaskular janin ikut terputus.
Faktor resiko
1. Plasenta biloblata
2. Plasenta suksenturiata
3. Plasenta letak rendah
4. Kehamilan pada fertilisasi in vitro
5. Kehamilan ganda
Epidemiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
1. Seksio sesaria.
PLASENTA AKRETA, INKRETA, PERKRETA
Definisi
Kondisi di atas sebagai konsekwensi dari tidak adanya sebagian atau seluruh desidua basalis dan
perkembangan yang tidak sempurna dari lapisan fibrinoid (Nitabuch layer) akibatnya vili plasenta akan
menempel pada myometrium (plasenta akreta), memasuki myometrium (plasenta inkreta), atau
bahkan memasuki dan menembus myometrium (plasenta perkreta). Perlengketan itu mungkin
mengenai seluruh kotiledon (totalplasenta akreta), beberapa kotiledon (partial plasenta akreta), atau satu
kotiledon (focal plasenta akreta)
Epidemiologi
- Perlengketan abnormal ini sering meningktkan morbidan dan mortalitas akibat perdarahan berat,
perforasi ueri, dan infeksi
- Insiden bervariasi dengan rata2 1 dari 7000 kelahiran
- Dengan semakin berkembangnya pengetahuan maka insidens berkurang menjadi 1:2563
kelahiran
Etiologi
- Perlengketan abnormal plasenta sering ditemukan pada plasenta previa dan kondisi dimana
terjadi defek pada desidua, misalnya perlengketan pada segmen bawah rahim, jaringan parut
bekas SC,trauma bekas operasi atau kuretase uteri
- Faktor resiko: mereka dengan plasenta previa, pernah melahirkan dengan CS, pernah
melakukan kuretase, melahirkan >6
Manifestasi klinis
Diagnosa
Tatalaksana
Komplikasi
- Pada plasenta perkreta sering menembus kantung kemih, pengangkatan plasenta pada kondisi
ini dapat mengakibatkan lubang sebesar 7 cm pada kantung kemih
- Perdarahn masif pun terjadi hingga membutuhkan 11 liter darah
- Kematian
- Bayi lahir prematur
- Terjadi anemia pada infant
RUPTUR UTERI
Definisi
Keadaan robekan pada rahim di mana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dengan
rongga peritoneum.
Klasifikasi
Menurut etiologinya:
Penyebab paling umum adalah karena riwayat histerotomi sebelumnya yang menimbulkan bekas
Epidemiologi
Faktor resiko
Fisiologi Normal
Pada waktu his kontraksi korpus uteri → dinding dan segmen atas rahim akan lebih tebal →volume
lumen bagian atas uterus akan mengecil → bagian tubuh janin terdorong kearah bawah rahim →
segmen bawah rahim akan menjadi lebar → dindingnya menipis → bagian terbawah janin terdorong
masuk ke pintu atas panggul → masuk vagina.
Patofisiologi
Jika bagian bawah janin tidak dapat turun (kepala terlalu besar atau pintu atas panggul ibu yang
sempit) → his mengimbangi perluasan segmen bawah rahim ke atas karena volume korpus yang
mengecil → physiologic retraction ring meninggi ke arah pusat → lingkaran patologis (ring van band)
→ dinding sangat tipis → beresiko untuk sobek→ pembuluh darah putus → perdarahan
Manifestasi klinis
1. Perdarahan vagina
2. Abnormalitas denyut jantung janin yang kemudian dapat menjadi deselerasi, bradikardia, dan
kematian janin
3. Fetal distress
4. Tekanan darah dan Hb turun
5. Syok
6. Penurunan kontraksi uterus
7. Tanda anemis
8. Janin mudah teraba dibawah peritonium ibu
Diagnosis
Untuk mendiagnosis ruptur uteri dibutuhkan waktu yang sangat cepat sebelum terlambat untuk
menyelamatkan janin jadi seringkali metode diagnostik dengan imaging jarang dilakukan. Diagnosis
lebih kepada gejala klinis.
Palpasi :
USG dapat digunakan untuk mendeteksi bekas luka pada uterus setelah dilakukan operasi sesar.
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Buruk, karena sejumlah besar janin atau bahkan tidak ada janin yang dapat diselamatkan. Sebagian
wanita pun meninggal akibat perdarahan dan infeksi dari komplikasi ruptureuteri. Selain itu, tidak data
hamil lagi akibat terpaksa harus mengalami histerektomi.
Referensi:
- Williams
- Ilmu Kebidanan UI
- emedicine.medscape.com