Low Intake
pada
Pasien Acquired Immuno Deficiency Syndrome
Disusun oleh
Roykedona Lisa Trixie
11.2015.059
Pembimbing/Penguji:
dr. Suryantini, Sp. PD
dr. Widodo S, Sp. PD
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. ESNAWAN ANTARIKSA
Nama
NIM
: 11.2015.059
Tanda Tangan
.................
.................
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JR
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tentara
BAB I KASUS
Page | 2
1.1. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis, Tanggal 20 Desember 2016, Jam 14.00 WIB
Keluhan utama : Muntah setiap habis makan sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh muntah setiap habis makan sejak 1 hari SMRS sehingga pasien tidak
nafsu makan. Keluhan disertai adanya mual. Muntah yang dikeluarkan berisi makanan. Tidak
ada darah ataupun lendir. Pasien merasa lemas. Satu hari sebelumnya pasien kehujanan saat
pulang dari gereja kemudian demam dan pilek sampai esok hari. Demam terus-terusan
sepanjang hari, sudah minum obat namun tidak membaik. Keluhan lain seperti diare, nyeri
ulu hati, nyeri perut, nyeri menelan, dan batuk lama disangkal.
Pasien merupakan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang minum ARV sejak tahun
2015 lalu. Keadaan pasien selama ini baik, dan tidak menderita penyakit lainnya yang
berlangsung lama. Pasien tidak memiliki alergi. Pasien dirawat karena setiap makan akan
dimuntahkan lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu
(-) Batu Empedu
(-) Malaria
(-) Disentri
(-) Hernia
(-) Difteri
(-) Hepatitis
(-) Rematik
(-) Campak
(-) Skrofula
(-) Diabetes
(-) Sifilis
(-) Alergi
(-) Tonsilitis
(-) Gonore
(-) Tumor
(-) Khorea
(-) Hipertensi
(-) Pneumonia
(-) Psikosis
(-) Pleuritis
(-) Gastritis
(-) Neurosis
(-) Oerasi
(-) Kecelakaan
Page | 3
Pasien merupakan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Pasien mengatakan telah
mengetahui sakitnya sejak tahun 2004. Namun pasien baru meminum obat ARV sejak tahun
2015. Pasien rutin meminum obatnya setiap hari. Namun pasien tidak ingat nama obat yang
diminumnya. Pasien mengatakan tidak mengetahui mendapat sakitnya dari mana. Istri dan
anak pasien sudah di tes dan hasilnya negatif.
Pada tahun 2015 pasien menderita TB dan sudah melakukan pengobatan rutin dan
kemudian pengobatan tuntas pada bulan Maret 2016.
Riwayat Keluarga
Pada keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Penyakit
Ya
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Arthritis
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung
Tidak
Hubungan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tinggi Badan
: 173 cm
Berat Badan
: 68 kg
IMT
: 23,72 (normal)
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,7OC
Pernapasan
: 20x/menit
Sianosis
: Tidak ada
Udema umum
: Tidak ada
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
: Wajar
Page | 4
Alam perasaan
: Biasa
Proses pikir
: Wajar
Kepala
: Normocephal
Mata
Kelopak
: Normal
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: Anemis (-)
Visus
: Normal
Telinga
Sklera
: Ikterik (-)
Gerakan mata
: Normal
Lapangan penglihatan
: Normal
Nistagmus
: Tidak ada
Mulut
Bibir
Tonsil
Langit-langit
Bau pernapasan
Gigi geligi
Trismus
Faring
Selaput lendir
Lidah
Leher
Kelenjar tiroid
Thoraks
Bentuk
: Simetris
Pembuluh darah
Belakang
Inspeksi
Kiri
Kanan
Palpasi
Kiri
benjolan (-),
benjolan (-),
Page | 5
Perkusi
Kanan
fremitus normal
sela iga normal, benjolan (-),
fremitus normal
sela iga normal, benjolan (-),
Kiri
Kanan
Kiri
Vesikuler,
Vesikuler,
Vesikuler,
Vesikuler,
Auskultas
i
Kanan
Jantung
Ictus cordis terlihat, tidak terdapat bekas luka, warna kulit merata
Inspeksi
Palpasi
Ictus cordis teraba pada sela iga 5, garis mid-clavicularis kiri, sebesar 2,5 cm
Batas atas: sela iga 2 garis parasternalis kiri
Perkusi
Auskultasi
Pembuluh Darah
Arteri temporalis
Arteri karotis
Arteri brakhialis
Arteri radialis
Arteri femoralis
Arteri poplitea
Perut
Inspeksi
Palpasi
Hati
: Tidak membesar
Limpa
: Tidak membesar
Page | 6
Ginjal
Perkusi
Kiri
Tonus
Normotonus
Normotonus
Massa
Normal
Normal
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
5 ( baik)
5 ( baik)
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Lain-lain
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Kiri
Luka
Tidak ada
Tidak ada
Varises
Tidak ada
Tidak ada
Otot massa
Normal
Normal
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Aktif
Aktif
Kekuatan
5 ( baik)
5 ( baik)
Edema
Ada
Ada
Lain-lain
Tidak ada
Tidak ada
Refleks patologis
Tidak ada
Tidak ada
Otot
19/12
22/12
Hb
14.5
14.1
Leukosit
9300
9200
Page | 7
Hematrokrit
43
41
Trombosit
349000
48100
Ureum
23
Kreatinin
0.9
Glukosa
Sewaktu
100
103
SGOT
32
SGPT
17
CD4 Absolut
Page | 8
Rontgen thorax
Cor
Pulmones
Diafragma dan sinus
Kesan
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
1.
Low intake
2.
PENATALAKSANAAN
Prognosis
Ad vitam: dubia
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
Catatan Follow Up
21 Desember 2016
S: batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan mulai ada
O:
TTV:
TD: 90/70 mmHg, S: 37oc, HR: 75 x/menit, RR: 20 x/menit
Ku: tampak sakit ringan
Kes: compos mentis
Mata: konjungtiva anemis -/-, ikterik-/Tenggorok: faring tidak hiperemis
Leher: KGB tidak membesar, benjolan
Paru: SN Vesikuler, rh+/+, wh-/Jantung: BJ I,II regular, murmur-, gallop
Abdomen: nyeri tekan epigastrium-, pembesaran organ-, BU+, timpani+,
Ekstremitas: akral hangat, oedemPemeriksaan Penunjang:
Hemoglobin: 14.5 gr/dl
Hematokrit: 43%
Trombosit: 349.000/ul
Leukostit: 9300/ul
A: B20
P:
22 Desember 2016
IVFD Aminofluid
Tenofovir 1 x 300mg
Efavirens 1 x 600mg
Lamivudin 1 x 150mg
OBH 3 x 5ml
S: batuk mulai berkurang, mual (-), muntah (-), nafsu makan mulai ada
O:
TTV:
TD: 100/70 mmHg, S: 36.8oc, HR: 71 x/menit, RR: 20 x/menit
Ku: tampak sakit ringan
Kes: compos mentis
Mata: konjungtiva anemis -/-, ikterik-/Tenggorok: faring tidak hiperemis
Leher: KGB tidak membesar, benjolan
Paru: SN Vesikuler, rh-/-, wh-/Jantung: BJ I,II regular, murmur-, gallop
Abdomen: nyeri tekan epigastrium-, pembesaran organ-, BU+, timpani+,
Ekstremitas: akral hangat, oedemPemeriksaan Penunjang:
Hemoglobin: 14.1 gr/dl
Hematokrit: 41%
Trombosit: 481.000/ul
Leukostit: 9200/ul
GDS: 103g/dL
SGOT: 32
SGPT: 17
A: B20
P:
IVFD Asering 20 tpm
Tenofovir 1 x 300mg
Efavirens 1 x 600mg
Lamivudin 1 x 150mg
OBH 3 x 5ml
23 Desember 2016
P:
IVFD Asering 20 tpm
Tenofovir 1 x 300mg
Efavirens 1 x 600mg
Lamivudin 1 x 150mg
HIV AIDS1--3
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit
yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya infeksi oleh Human
Imunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir
dari infeksi HIV.
Infeksi HIV didiagnosa dari tes antibody HIV yang positif baik dengan metode rapid
atau laboratorium enzyme-immunoasssay. Yang dikonfirmasi dengan tes HIV yang kedua
menggunakan antigen berbeda atau karakteristik metode yang beda, dan atau tes komponen
virology yang positif (HIV RNA atau HIV DNA atau ultrasensitive antigen p 24 HIV) yang
dikonfirmasi dengan tes virology kedua dari determinasi terpisah. Sedangkan untuk diagnosis
HIV AIDS adalah orang dewasa yang telah terkonfirmasi terinfeksi HIV ditambah dengan
kriteria klinis yang muncul pada HIV stage III atau IV dana tau ditambah dengan kriteria
imunologis berupa CD4 kurang dari 350/mm3. HIV stage I (CD4>500) biasa pasien
asimptomatik, Stage II (CD4 350-499) dengan gejala yang ringan, stage III (CD4 200-349)
dengan perluasan gejala dan stage IV (CD4 <200) dengan gejala yang berat. Sekitar 3 -4
minggu setelah terinfeksi HIV biasanya tubuh penderita akan mengalami gejala tidak spesifik
berupa ruam, atau hipersensitifitas, mual, demam, muntah yang seringkali terabaikan karena
gejala mirip seperti flu biasa. Setelah itu, virus akan bermultifikasi di dalam darah, sementara
CD4 semakin naik akan tetapi penderita tidak bergejala selama sekitar 2-5 tahun baru
kemudian disaat CD4 sudah dangat rendah, gejala-gejala dari HIV AIDS stage III dan IV
baru muncul. Staging HIV dapat dilihat pada Gambar 1. Di bawah ini.
Inhibitor)
dengan
piihan AZT(Zidovudin)
3TC(Lamivudin)+NVP
mendapatkan NRTI, terutama d4T atau ddI. Tidak direkomendasi untuk pemeriksaan kadar
asam laktat secara rutin, kecuali bila pasien menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah
pada asidosis laktat.
Penggunaan Protease Inhibitor (PI) dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan
lipid. Beberapa ahli menganjurkan pemeriksaan gula darah dan profil lipid secara reguler
tetapi lebih diutamakan untuk dilakukan atas dasar tanda dan gejala. Pengukuran Viral Load
(VL) sampai sekarang tidak dianjurkan untuk memantau pasien dalam terapi ARV dalam
keadaan terbatas fasilitas dan kemampuan pasien. Pemeriksaan VL digunakan untuk
membantu diagnosis gagal terapi. Hasil VLdapat memprediksi gagal terapi lebih awal
dibandingkan dengan hanya menggunakan pemantauan klinis dan pemeriksaan jumlah CD4 .
Jika pengukuran VL dapat dilakukan maka terapi ARV diharapkan menurunkan VL menjadi
tidak terdeteksi (undetectable) setelah bulan ke 6.
3. Pemantauan pemulihan jumlah sel CD4
Pemberian terapi ARV akan meningkatkan jumlah CD4. Hal ini akan berlanjut
bertahun-tahun dengan terapi yang efektif. Keadaan tersebut, kadang tidak terjadi, terutama
pada pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah pada saat mulai terapi. Meskipun
demikian, pasien dengan jumlah CD4 yang sangat rendah tetap dapat mencapai pemulihan
imun yang baik tetapi memerlukan waktu yang lebih lama.
Pada pasien yang tidak pernah mencapai jumlah CD4 yang lebih dari 100 sel/mm3 dan atau
pasien yang pernah mencapai jumlah CD4 yang tinggi tetapi kemudian turun secara progresif
tanpa ada penyakit/kondisi medis lain, maka perlu dicurigai adanya keadaan gagal terapi
secara imunologis. Data jumlah CD4 saat mulai terapi ARV dan perkembangan CD4 yang
dievaluasi tiap 6 bulan sangat diperlukan untuk menentukan adanya gagal terapi secara
imunologis. Pada sebagian kecil pasien dengan stadium lanjut dan jumlah CD4 yang rendah
pada saat mulai terapi ARV, kadang jumlah CD4 tidak meningkat atau sedikit turun meski
terjadi perbaikan klinis.
Daftar Pustaka
1. Gilks C, Crowley S, Ekpini R, et all. WHO case definition of HIV for surveillance and
revised clinical staging and immunological classification of HIV-AIDS in adults and children.
Geneva: WHO Organization; 2007.
2. Murdoch DM, Venter WDF, Rie AV, Feldman C. Immune reconstitution inflammatory
syndrome (IRIS): review common infectious manifestation and treatment options. Biomed
Central. 2011; 4:1-10.
3. Aditama TY. Pedoman nasional tatalkasana klinis infeksi HIV san terapi antiretroviral pada
orang dewasa. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.