Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT MATA

GLAUKOMA AKUT

Pembimbing:
dr. Karliana Kartasa Taswir, Sp. M

Penulis:
Angelina Pramusinta (01073170140)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
PERIODE 28 MEI – 1 JULI 2018
BAB 1
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W

Jenis kelamin : Wanita

Tanggal lahir : 10 April 1967

Nomor rekam medis : RSUS.00-81-38-65

Nomor telepon : 0896-xxx-xxxxx

Alamat : Cisauk

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan terakhir : SMA

Tanggal masuk RS : 13 Juni 2018 (10 : 32)

Tanggal pemeriksaan : 13 Juni 2018 (13 :30)

ANAMNESIS
 Autoanamnesis
 Tempat : Bangsal rawat inap RSUS, kamar 3B02
 Waktu : 13.30 WIB

1
Keluhan Utama :
Mata kiri pasien tiba-tiba tidak bisa melihat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan :
Mata kiri pasien terasa nyeri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien Ny. W, wanita berusia 51 tahun datang ke poli mata RSUS Siloam
dengan keluhan mata kiri tiba-tiba tidak bisa melihat sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit . Pasien menggambarkan penglihatan mata kirinya menjadi gelap secara
mendadak disertai rasa nyeri yang hebat. Pasien menceritakan apabila menutup mata
sebelah kanan, mata kiri pasien tidak dapat melihat sama sekali, bahkan cahaya
sekalipun. Rasa nyeri digambarkan pasien terasa “nyut-nyutan” pada bola mata kiri
dan seperti dipukul-pukul dengan tongkat kayu pada kepala sebelah kiri. Skala nyeri
saat itu digambarkan pasien pada angka 8 dari 10. Pada hari yang sama, pasien
berobat ke sebuah klinik mata dekat rumah pasien dan mendapatkan resep, yaitu :
obat tetes azopt (brinzolamide) 4 x 1 tetes pada mata kiri, obat tetes pilocarpine HCl
diteteskan setiap 30 menit sebanyak 1 tetes pada mata kiri, obat tetes duotrav 1 x 1
tetes pada mata kiri di malam hari, dan doloneurobion tablet 2 x 1 tablet per oral.
Beberapa jam setelah pasien menggunakan obat tetes dan mengonsumsi obat minum
tersebut, pasien merasa penglihatan mata kiri mulai kembali dapat melihat cahaya.
Secara perlahan penglihatan mata kiri pasien semakin terasa terang, namun masih
buram. Saat datang ke poli mata RSUS keesokan harinya, penglihatan mata kiri
pasien masih buram dan rasa nyeri “nyut-nyutan” pada bola mata kiri dan rasa
dipukul- pukul pada kepala sebelah kiri masih dirasakan pada skala 6 dari 10 . Pasien
juga mengatakan ada warna-warna pelangi jika mata kiri melihat sinar lampu yang
terang. Pasien merasa sedikit mual namun tidak sampai muntah. Pasien tidak
demam. Mata berair ,perih, gatal, dan terasa berpasir disangkal pasien.

2
Tidak ada keluhan yang pasien rasakan pada mata kanan, penglihatan mata kanan
pasien baik , tidak ada penurunan kemampuan penglihatan maupun rasa nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak mengonsumsi obat secara rutin
sejak dua tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes, katarak, serta
glaukoma sebelumnya . Riwayat trauma ataupun benturan pada mata maupun kepala
disangkal pasien.

Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak pernah menggunakan obat tetes mata yang dibeli secara bebas di
apotik , belum pernah menggunakan kacamata dan belum pernah menjalani operasi
mata sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami keluhan pada
mata maupun penyakit lainnya seperti penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi.

Riwayat Sosial, Alergi :


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, pasien tidak merokok dan
pasien tidak memiliki riwayat alergi apapun.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis

3
Status Oftalmologis
Okuli Dextra (OD) Okuli Sinistra (OS)

Inspeksi

Keluarga pasien menolak di


foto
Mata kanan normal

Keluarga pasien menolak di


foto
Mata kanan normal

6/6 Visus 2 / 60
- Koreksi -
+ 2,00 Addisi + 2,00
- Kacamata -

Gerak Bola
Mata

Tidak ada Nistagmus Tidak ada

4
Kedudukan Bola Mata
Ortotrofia
Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada
Tidak ada Enoftalmus Tidak ada
Tidak ada Eksotropia Tidak ada
Tidak ada Esotropia Tidak ada
Tidak ada Eksoforia Tidak ada

Supra Silia
Tidak ada Madarosis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada

Palpebra Superior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Massa Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Positif
Tidak ada Lagoptalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Eksteropion Tidak ada

5
Palpebra Inferior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ekstropion Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Massa Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Pseudoptosis Tidak ada
Tidak ada Lagoptalmus Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Eksteropion Tidak ada

Area Lakrimal dan Pungtum Lakrimal


Tidak ada Lakrimasi Tidak ada
Tidak ada Epifora Tidak ada
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Bengkak Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/massa Tidak ada
Tidak ada Fistula Tidak ada

Margo Palpebra Superior et Silia


Tidak ada Bengkak Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada

6
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada

Margo Palpebra Inferior et Silia


Tidak ada Bengkak Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada

Konjungtiva Tarsalis Superior


Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Anemis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Membran/
Tidak ada Tidak ada
Pseudomembran

7
Konjungtiva Tarsalis Inferior
Tidak ada Lithiasis Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Tidak ada Simblefaron Tidak ada
Tidak ada
Hiperemis Tidak ada

Tidak ada Anemis Tidak ada


Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Membran/
Tidak ada Tidak ada
Pseudomembran

Konjungtiva Bulbi
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Kemosis Tidak ada
Tidak ada Papil Tidak ada
Tidak ada Folikel Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
Subkonjungtiva
Tidak ada Injeksi Siliar Positif
Injeksi
Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva
Injeksi
Tidak ada Tidak ada
Episklera
Jaringan
Tidak ada Tidak ada
fibrovaskular

8
Tidak ada Pinguekula Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Tidak ada Massa/benjolan Tidak ada

Sklera
Putih Warna Putih
Tidak ada Nodul Tidak ada
Tidak ada Stafiloma Tidak ada
Tidak ada Ruptur Tidak ada

Kornea
Jernih Kejernihan Keruh
Positif Arkus Senilis Positif
Tidak ada Edema Positif
Korpus
Tidak ada Tidak ada
Alienum
Tidak dilakukan Tes Fluoresein Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Refleks Kornea Tidak dilakukan
Tidak ada Nebula Tidak ada
Tidak ada Makula Tidak ada
Tidak ada Leukoma Tidak ada

COA
Dalam Kedalaman Sulit dinilai
Tidak ada Hipopion Tidak ada
Tidak ada Hifema Tidak ada
Tidak ada Flare Tidak ada

9
Tidak ada IOL Tidak ada

Iris
Coklat Warna Coklat
Ada Kripta Sulit dinilai
Tidak ada Atrofi Sulit dinilai
Tidak ada Sinekia Anterior Sulit dinilai
Sinekia
Tidak ada Sulit dinilai
Posterior
Gambaran
Baik Sulit dinilai
Radier
Tidak ada Eksudat Tidak ada
Tidak ada Rubeosis Iris Tidak ada
Tidak ada Iris Tremulans Sulit dinilai
Tidak ada Iris Bombe Sulit dinilai
Tidak ada Iridodialisis Tidak ada

Pupil
Positif Bentuk isokor Negatif
3 mm Ukuran 8 mm
Refleks Cahaya
Positif Negatif
Langsung
Refleks Cahaya
Positif Negatif
Tidak Langsung
Relative
Negatif Afferent Positif
Pupillary Defect
Tidak ada Seklusio Pupil Tidak ada

10
Tidak ada Oklusio Pupil Tidak ada
Negatif Leukokoria Negatif

Lensa
Jernih Kejernihan Jernih
Negatif Shadow Test Negatif
Negatif Refleks Kaca Negatif

Vitreus
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak ada Flare Tidak ada
Tidak ada Sel Radang Tidak ada
Tidak ada Sel Eritrosit Tidak ada
Tidak ada Fibrosis Tidak ada

Funduskopi
Positif (Warna orange lebih
Positif ( Jingga terang) Refleks Fundus
redup)
Bulat Bentuk Papil Bulat
Jingga kemerahan Warna Papil Jingga
Tegas Batas Papil Tidak tegas
< 0,3 Cup Disc Ratio 0,8
Rasio Arteri :
2:3 2:3
Vena

11
TIO
Normal Palpasi N+1
Digital NCT
18 25
(mmHg)

Konfrontasi
Pasien menolak diperksa Campus Pasien menolak diperiksa

RESUME

 Anamnesis
o Pasien berumur 51 tahun
o Penglihatan mata kiri tiba-tiba menjadi gelap total sejak 1 hari sebelum
masuk RS. Penurunan fungsi penglihatan ini disertai dengan rasa nyeri
nyut-nyutan pada bola mata kiri yang menjalar ke kepala sebelah kri
seperti dipukul tongkat kayu dengan skala nyeri 8 dari 10.
o Pasien telah menggunakan obat tetes azopt, pilocarpine HCl, dan duotrav
serta mengonsumsi obat minum doloneurobion 1 hari sebelum pasien
datang ke poli mata RSUS dan penglihatan mata kiri pasien mulai
kembali terang meskipun masih buram sampai pasien datang berobat ke
poli mata RSUS. Pada saat ini rasa nyeri masih dirasakan pasien
meskipun sudah sedikit ringan dengan skala nyeri 6 dari 10. Pasien
melihat warna-warna seperti pelangi jika mata kiri melihat sinar lampu
yang terang. Pasien merasa mual namun tidak sampai muntah.
o Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol selama 2 tahun
terakhir.

12
 Status Generalis
o Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos
mentis

 Status Oftalmologis
Hasil pemeriksaan yang bermakna ditemukan yaitu :
 Visus dasar mata kiri pasien 2/60
 Pseudoptosis (+) OS
 Konjungtiva Bulbi : Injeksi Siliar OS
 Kornea keruh (+) OS
 Edema Kornea (+) OS
 Pupil anisokor
 Pupil dilatasai OS (+) (8mm)
 RCL/RCTL (-) OS
 RAPD (+) OS
 Pada pemeriksaan funduskopi OS ditemukan :
o Reflek fundus OS lebih redup jika dibandingkan dengan OD
o Batas papil tidak tegas
o CD Ratio >0,3 yaitu 0,8

DIAGNOSIS KERJA

 Presbiopia ODS
 Glaukoma akut OS

TATALAKSANA
Inform consent bahwa untuk menyembuhkan kondisi pasien perlu
dilakukan tindakan operasi dan edukasi tentang risiko operasi, tatalaksana
pre-operatif dan post-operatif
- Konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk toleransi operasi
- Tindakan operatif : Trabekulektomi

13
TERAPI
 Medikamentosa
o Mannitol 20% 500mL  30 mL/menit (habis dalam 6 jam )diberikan
melalui akses IV
o Aspar-K 300 mg tab, 2 x 1 tab, PO
o Glauseta 250 mg tab , 2 x 1tab , PO
o Tetes mata tobroson , 6 x 1 tetes , pada mata kiri

PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad malam
 Ad sanactionam : dubia ad bonam
 Ad cosmeticam : dubia ad bonam

ANALISA KASUS
Pasien seorang wanita berusia 51 tahun datang ke poli mata RSUS dengan
keluhan penglihatan mata kiri tiba-tiba menjadi gelap total sejak 1 hari sebelum
masuk RS yang disertai dengan rasa nyeri nyut-nyutan pada bola mata kiri yang
menjalar ke kepala sebelah kiri seperti dipukul tongkat kayu dengan skala nyeri 8
dari 10. Pasien telah menggunakan obat tetes azopt, pilocarpine HCl, dan duotrav
serta mengonsumsi obat minum doloneurobion 1 hari sebelum pasien datang ke poli
mata RSUS dan penglihatan mata kiri pasien mulai kembali terang meskipun masih
buram sampai pasien datang berobat ke poli mata RSUS. Pada saat ini rasa nyeri
masih dirasakan pasien meskipun sudah sedikit ringan dengan skala nyeri 6 dari 10.
Pasien melihat warna-warna seperti pelangi jika mata kiri melihat sinar lampu yang
terang. Pasien merasa mual namun tidak sampai muntah. Pasien memiliki riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol selama 2 tahun terakhir.

14
Pada pemeriksaan mata kiri pasien, ditemukan visus dasar 2/60, pseudoptosis
kelopak mata, injeksi siliar pada konjungtiva bulbi, kornea keruh dan edema, pupil
dilatasi (8mm), refleks cahaya langsung maupun tidak langsung mata kiri pasien
negatif, dan pada pemeriksaan funduskopi mata kiri ditemukan reflek fundus mata
kiri lebih redup jika dibandingkan dengan mata kanan, dengan batas papil yang tidak
tegas, dan CD Ratio >0,3 yaitu 0,8.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas ditemukan triage


glaukoma akut yaitu mata merah (injeksi siliar), edema kornea, dan dilatasi pupil.
Selain itu gejala dan kondisi lain yang dirasakan pasien juga semakin mengarahkan
saya pada diagnosis gejala glaukoma akut adalah penurunan fungsi penglihatan yang
mendadak, disertai rasa nyeri pada bola mata, sakit kepala , mual, tekanan intra
okular yang tinggi yang kemudian terasa membaik setelah menggunakan obat-obatan
untuk menurunkan tekanan intraokular. Pasien juga melihat warna-warna pelangi
(halo) jika melihat sinar lampu dimana merupakan salah satu gejala khas glaukoma
akut. Pasein juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol selama dua tahun
terakhir dimana meningkatkan resiko penyakit ini. Pada pemeriksaan funduskopi
mata kiri juga ditemukan reflek fundus mata kiri lebih redup jika dibandingkan
dengan mata kanan karena kekeruhan kornea karena edema, dengan batas papil yang
tidak tegas, dan CD Ratio 0,8 dimana sangat mendukung diagnosis glaukoma akut
pada pasien ini.

15
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi


Mata merupakan sebuah organ berbentuk bola yang berisi cairan yang
dilapisi oleh 3 lapisan yaitu sklera / kornea yang merupakan lapisan yang
memberi warna putih pada bola mata, koroid yang berpigmen dan kaya akan
pembuluh darah dimana koroid terbagi menjadi iris dan badan siliar, serta
lapisan terdalam pada bola mata yaitu retina yang tersusun atas saraf-saraf
reseptor cahaya. Ketiga lapisan ini berperan dalam mempertahankan bentuk
bola mata yang terisi cairan aqueus dan gel vitreous.

Gambar 1. Anatomi mata

16
Aqueous humor merupakan cairan yang mengisi bola mata bagian depan .
Konsistensi Aqueous humor cair dan berfungsi untuk membawa nutrisi untuk lensa
dan kornea mengingat kedua komponen mata tersebut hanya dilalui sedikit pembuluh
darah. Kadar aqueous humor dapat berubah-ubah karena adanya sistem vitreous
humor yang mengisi sebagian besar rongga bola mata dalam bentuk gel tidak
berwarna dengan volume tetap.

Gambar 2. A. Trabekula uveal; B. Trabekula korneoskleral; C. Garis Schwalbe;


D. Kanalis Schlemm;

Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik mata.
Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh
garis yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membrana Bowman.
Akhir dari membran Descemet disebut garis Schwalbe.

Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior.

17
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri atas :

1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang
mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.

2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur
(insersi dari muskulus siliaris) dan sebagian ke muskulus siliaris meridional.

3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)


Serabut ini menuju ke jaringan pengikat muskulus.siliaris radialis dan sirkularis.

4. Ligamentum pektinatum rudimenter


Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.

Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi
oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila
ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.

Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi


kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dinding
sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antara
trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30
buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena
siliaris anterior di badan siliar.

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan


tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus adalah suatu cairan jernih
yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250
μL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor
akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat,
piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.

18
Regulasi aqueous humor dimulai dari produksi cairan di badan siliar, di belakang iris
(camera oculi posterior) kemudian akan mengalir ke segmen depan (camera oculi
anterior) lalu akan direabsorbsi kembali ke sistem vena melalui trabecular meshwork
of Schlemm. Posisi trabecular meshwork of Schlemm terletak pada sudut pertemuan
antara iris dengan kornea, sehingga reabsorpsi dapat dipengaruhi oleh pergerakan otot
iris. Ketika pupil mengecil, iris akan memanjang sehingga Schlemm’s canal akan
terbuka lalu mempercepat aliran cairan aqueous ke sistem vena. Sebagian cairan
aqueous akan direabsorpsi melalui otot siliar kemudian ke ruang suprachoroid,
kemudian ke sistem vena badan siliar, choroid, dan sklera.

Gambar 3. Aliran aqueous humor

19
2. Glaukoma
a. Definisi

Glaukoma adalah gangguan pada saraf optic yang disertai


penurunan fungsi penglihatan dengan ada atau tidak ada peningkatan
tekanan intra-okuler (TIO) yang dipengaruhi oleh:

1. Produksi aqueous humor oleh badan siliar

2. Kemampuan trabecular meshwork untuk menyerap aqeous humor

3. Tekanan vena episkleral

b. Klasifikasi
Klasifikasi glaukoma terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Glaukoma sudut terbuka


a. Primary open angle glaucoma (POAG)
b. Juvenile open angle glaucoma
c. Glaucoma suspect
d. Secondary open angle glaucoma
2. Glaukoma sudut tertutup
a. Primary angle-closure glaucoma with relative pupillary block
b. Acute angle closure
c. Subacute angle closure (intermiten)
d. Chronic angle closure
e. Secondary angle closure with pupillary block
f. Secondary angle closure without pupillary block
g. Plateau iris syndrome

20
3. Glaukoma masa anak-anak
a. Glaukoma kongenital primer
b. Glaukoma berkaitan dengan anomali kongenital
c. Glaukoma sekunder pada bayi dan anak

c. Etiologi
Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar
kasus, tidak terdapat penyakit mata lain (glaukoma primer).
Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan intraokular,
terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).

d. Patofisiologi Glaukoma Akut Sudut tertutup


Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal,
sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik
akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos
terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini
sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang
disebut dengan “dangerous angle”).
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik
mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
sekunder. Jika glaukoma sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya,
kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup primer.

Apabila sudut bilik mata depan tertutup secara cepat dan berat, ini
dikenal dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan
tanda. Apabila penutupan sudut bilik mata depan tidak sempurna dan
kadang-kadang saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut
tertutup intermitten atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai

21
dengan sedikit gejala. Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten
yang tidak mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma sudut
tertutup kreeping.

Satu hal penting untuk diketahui bahwa tidak semua sudut bilik mata
sempit akan berkembang menjadi glaukoma akut, dapat terjadi hanya
sebagian kecil saja, terutama pada mata yang pupilnya berdilatasi
sedang (3,0 - 4,5mm) yang dapat memungkinkan terjadinya blok pupil
sehingga dapat berlanjut menjadi sudut tertutup.

Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di


bilik mata belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin
berat tekanan intraokuler di bilik mata belakang semakin bertambah,
sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini dikenal
dengan iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan
trabekuler, dan menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika
tekanan intraokuler meningkat secara drastic akibat sudut tertutup
komplit maka akan terjadi glaukoma akut.

Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah:


plateau iris dan letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini
juga sering terjadi blok pupil.

e. Faktor resiko

1. Usia lanjut
2. Ras
3. Ketebalan kornea rendah
4. Riwayat keluarga
5. Perempuan > Laki-laki

22
6. IOP meningkat pada malam hari
7. IOP meningkat ketika posisi supinasi
8. Gangguan sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi, iskemik
vascular, dll
9. Myopia

f. Manifestasi Klinis
Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi penutupan pengaliran
keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan
memberikan rasa sakit yang teramat sangat, yang dapat mengakibatkan
timbulnya rasa mual dan muntah. Kepala seakan-akan dipukul dengan
martil pada sisi mata yang dapat serangan akut.
Gejala Objektif :
 Palpebra : Bengkak
 Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi
silier, injeksi konjungtiva, injeksi episklera
 Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
 Bilik mata depan : Dangkal
 Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena edema, berwarna
kelabu.
 Pupil : Melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang
didapatkan midriasis yang total, warnanya kehijauan, refleks cahaya
lamban atau tidak ada samasekali

Gejala Subjektif :

 Nyeri hebat
 Kemerahan ( injeksi siliaris )
 Pengelihatan kabur

23
 Melihat halo (seperti pelangi pada lampu)
 Mual – muntah
Pemeriksaan rutin gonioskopi dapat dilihat sudut tertutup atau
memberikan dugaan seseorang akan mengalami glaukoma sudut
tertutup. Pada pasien yang pada pemeriksaan gonioskopi sudut bilik
matanya terlihat sempit sebaiknya diperingatkan tanda-tanda akut
sehingga is dapat segera mencari pertolongan bila terjadi serangan
glaukoma sudut tertutup: Bila telah di atasi tekanan bola mata yang
tinggi maka dapat terlihat :
 Jaringan parut pada trabekula (sinekia) sehingga glaukoma lebih
sukar dikontrol
 Katarak
 Kerusakan saraf optik sehingga tajam penglihatan akan tetap rusak.

g. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi : Papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan
atrofi
 Tonometri : TIO lebih tinggi daripada stadium nonkongestif
 Tonografi : Menunjukkan outflow yang baik. Tetapi bila sudah ada
perlengketan antara iris dan trabekula ( goniosinekhia, sinekhia
anterior posterior ), maka aliran menjadi terganggu.
 Perimetri : Memiliki prinsip pemeriksaan yang sama dengan uji
lapang pandang
 Gonioskopi : Pada saat TIO tinggi, sudut bilik mata depan tertutup,
sedang pada saat TIO normal, sudutnya sempit.
 Tes Provokasi : Dilakukan pada keadaan yang meragukan.

24
 Tes yang dilakukan :
o Tes kamar gelap
Pasien duduk ditempat gelap selama 1 jam, tak boleh
tertidur. Ditempat gelap ini terjadi midriasis, yang
mengganggu aliran cairan bilik mata ketrabekulum.
Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti patologis,
sedang kenaikan 8 mmHg mencurigakan
o Tes midriasis
Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%,
homatropin 1% atau neosynephrine 10%. Tensi diukur
setiap 1/4 jam selama 1 jam. Kenaikan 5 mmHg
mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti
patologis. Karena tes ini mengandung bahaya timbulnya
glaukoma akut, sekarang sudah banyak ditinggalkan
o Tes membaca
Pasien disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat
selama 45 menit. Kenaikan tensi 10 - 15 mmHg patologis
o Tes bersujud ( prone test )
Pasien disuruh bersujud selama 1 jam. Kenaikan tensi 8
- 10 mm Hg menandakan mungkin ada sudut yang tertutup,
yang perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan bersujud,
lensa letaknya lebih kedepan mendorong iris kedepan,
menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit.

h. Tatalaksana :

Tujuan Penatalaksanaan :

 Segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan


(medikamentosa inisial)

25
 Melakukan iridektomi perifer pada mata yang mengalami
serangan sebagai terapi definitif (tindakan bedah inisial)
 Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan
akut
 Menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis
tindakan yang dilakukan.

Tatalaksana pada glaukoma dibagi menjadi terapi medikamentosa dan


terapi operatif
1. Terapi medikamentosa:
a. Prostaglandin analog
b. Β-adrenergic antagonist
c. Parasimpatomimetik (myotic)
d. Carbonic anhydrase
e. Adrenergic agonist
f. Combination medication
g. Hyperosmotic agents
2. Terapi bedah:
a. Trabeculectomy
b. Nonpenetrating lOP-lowering procedures.
c. Implantation of aqueous shunts.
d. Angle surgery for congenital and angle-closure glaucoma and ciliary body
ablation.
e. Iridectomy and gonioplasty.
i. Komplikasi
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman
trabekular (sinekia anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik
mata depan ireversibel yang memerlukan tindakan bedah
memperbaikinya. Sering terjadi kerusakan nervus optikus

26
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. 2008-2009. Glaucoma


2. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Belmont, CA:
Brooks/Cole,Cengage Learning; 2009.
3. Riordan-Eva P, Augsburger J. Vaughan & Asbury's general ophthalmology [Internet].
19th ed. New York: McGraw-Hill; 2011 [cited 22 Juni 2018]. Available from:
http://ezproxy.library.uph.edu:2054/content.aspx?bookid=2186&sectionid=16551577
1#1 144466330 4
4. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Unversitas Indonesia; 2015.21
5. Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,
FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009. hal; 12
dan 212-229
6. Ilyas, Sidartha, dkk. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3, Jakarta,Balai
Penerbit FKUI, 2002, hal 212-217.
7. Fraser Scott, Manvikar Sridhar. Glaucoma-The pathophysiology and Diagnosis.
2005. Available at :
http://www.pharmj.com/pdf/hp/200507/hp_200507_diagnosis.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai